Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/jpbkp.v14i1.608
Jpbkp Jpbkp
{"title":"Cover Depan JPBKP Vol. 14 No. 1 Tahun 2019","authors":"Jpbkp Jpbkp","doi":"10.15578/jpbkp.v14i1.608","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jpbkp.v14i1.608","url":null,"abstract":" ","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46216812","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/JPBKP.V14I1.577
Asep Awaludin Prihanto, R. Ardiansyah, Ken Audia Pradarameswari
AbstrakL-asparaginase (EC 3.5.1.1) adalah enzim yang menghidrolisis asam amino L-asparagin menjadi amonia dan asam aspartat. Enzim ini mempunyai manfaat utama dalam bidang farmasi dan industri pangan. Enzim L-asparaginase tersebar secara luas pada mikroorganisme. Mikroorganisme yang mempunyai potensi menghasilkan enzim ini adalah mikroorganisme endofit dari tumbuhan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri endofit penghasil L-asparaginase dari tumbuhan mangrove Buta-buta (E. agallocha). Skrining dilakukan dengan menggunakan medium selektif untuk mendapatkan bakteri penghasil enzim L-asparaginase. Identifikasi molekuler dilakukan dengan menggunakan analisis filogenetik berdasarkan data sekuen 16S rDNA. Dari hasil penelitian ini didapatkan lima isolat bakteri endofit penghasil enzim L-asparaginase, di mana isolat penghasil L-asparaginase tertinggi diidentifikasi secara molekuler. Hasil identifikasi filogenetik molekuler menunjukkan bahwa isolat kode D.104 teridentifikasi sebagai Enterobacter cloacae. Molecular Identification of L-asparaginase-Producing Endophytic Bacteria Isolated from Mangrove Buta-Buta (Excoecaria agallocha)AbstractL-asparaginase (EC 3.5.1.1) is an enzyme which hydrolyze amino acid L-asparagine to aspartate and ammonia. Two main applications of this enzyme are in the pharmaceutical and food industries. The enzyme is widely distributed on microorganism. A potential source of L-asparaginase-producing bacteria is an endophytic bacteria from mangrove plant. This study aimed to isolate and identify L-asparaginase-producing endophytic bacteria from a mangrove plant, E. agallocha (Buta-buta). A screening was carried out using a selective medium to obtain the L-asparaginase enzyme producing bacteria. Molecular identification was carried out using phylogenetic analysis based on 16S rDNA sequence data. In this study, five isolates of the L-asparaginase-producing endophytic bacteria were obtained. The molecular phylogenetic identification showed that the highest L-asparaginase-producing bacterial isolate (code D.104) was identified as Enterobacter cloacae.
{"title":"Identifikasi Molekuler Bakteri Endofit Penghasil L-asparaginase yang Diisolasi dari Mangrove Buta-Buta (Excoecaria agallocha)","authors":"Asep Awaludin Prihanto, R. Ardiansyah, Ken Audia Pradarameswari","doi":"10.15578/JPBKP.V14I1.577","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V14I1.577","url":null,"abstract":"AbstrakL-asparaginase (EC 3.5.1.1) adalah enzim yang menghidrolisis asam amino L-asparagin menjadi amonia dan asam aspartat. Enzim ini mempunyai manfaat utama dalam bidang farmasi dan industri pangan. Enzim L-asparaginase tersebar secara luas pada mikroorganisme. Mikroorganisme yang mempunyai potensi menghasilkan enzim ini adalah mikroorganisme endofit dari tumbuhan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri endofit penghasil L-asparaginase dari tumbuhan mangrove Buta-buta (E. agallocha). Skrining dilakukan dengan menggunakan medium selektif untuk mendapatkan bakteri penghasil enzim L-asparaginase. Identifikasi molekuler dilakukan dengan menggunakan analisis filogenetik berdasarkan data sekuen 16S rDNA. Dari hasil penelitian ini didapatkan lima isolat bakteri endofit penghasil enzim L-asparaginase, di mana isolat penghasil L-asparaginase tertinggi diidentifikasi secara molekuler. Hasil identifikasi filogenetik molekuler menunjukkan bahwa isolat kode D.104 teridentifikasi sebagai Enterobacter cloacae. Molecular Identification of L-asparaginase-Producing Endophytic Bacteria Isolated from Mangrove Buta-Buta (Excoecaria agallocha)AbstractL-asparaginase (EC 3.5.1.1) is an enzyme which hydrolyze amino acid L-asparagine to aspartate and ammonia. Two main applications of this enzyme are in the pharmaceutical and food industries. The enzyme is widely distributed on microorganism. A potential source of L-asparaginase-producing bacteria is an endophytic bacteria from mangrove plant. This study aimed to isolate and identify L-asparaginase-producing endophytic bacteria from a mangrove plant, E. agallocha (Buta-buta). A screening was carried out using a selective medium to obtain the L-asparaginase enzyme producing bacteria. Molecular identification was carried out using phylogenetic analysis based on 16S rDNA sequence data. In this study, five isolates of the L-asparaginase-producing endophytic bacteria were obtained. The molecular phylogenetic identification showed that the highest L-asparaginase-producing bacterial isolate (code D.104) was identified as Enterobacter cloacae.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41733288","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/JPBKP.V14I1.567
T. Widianto, C. Mahendra
AbstrakKinerja cara penyusunan dan jumlah elemen peltier pada pendingin termoelektrik (TEC) alat transportasi ikan segar telah diuji. TEC alat transportasi ikan segar terdiri dari komponen utama yaitu elemen peltier, heatsink, kipas, bracket alumunium dan heat pipe. Uji kinerja dilakukan terhadap susunan dan jumlah elemen peltier TEC alat transportasi ikan segar dengan variasi dua buah TEC dengan elemen peltier tunggal, dua buah TEC dengan elemen peltier ganda dan empat buah TEC dengan elemen peltier tunggal. Parameter yang diamati meliputi suhu ruang penyimpanan ikan, suhu heatsink dan kebutuhan energi TEC. Pengukuran dilakukan selama 120 menit dengan interval pengukuran setiap 10 menit. Suhu ruang peti penyimpanan ikan dengan dua buah TEC peltier ganda adalah 18,8 °C, dua buah TEC peltier tunggal sebesar 13,5 °C dan empat buah TEC peltier tunggal sebesar 8,5 °C. Kebutuhan energi TEC dengan dua buah elemen ganda sebesar 46 Watt, TEC dengan 2 buah elemen peltier tunggal sebesar 83 Watt, sedangkan pada 4 elemen peltier tunggal 166 Watt. Performance of Arrangement and Number the Peltier Elements on Refrigerated Fish Container TECAbstractPerformance of arrangement and number of peltier elements on the refrigerated fish container TEC (thermoelectric cooler) had been tested. The TEC of refrigerated fish container was composed of peltier elements, a heatsink, a fan, an aluminum bracket, and a heat pipe. The arrangement and number of peltier element variations in each refrigerated container box were two TEC composed of a single peltier element, two TEC composed of dual peltier element and four TEC composed of a single peltier element. Performance test was conducted by measuring temperature of box container, temperature of heatsink, and the energy consumption of TEC. Performance test carried out at every 10 minutes for 120 minutes. Temperature of refrigerated container box composed of two TEC with dual peltier element was 18.8 °C, two TEC with single peltier element was 13.5 °C and four TEC with single peltier element was 8.5 °C. The energy consumption of refrigerated container box of two TEC composed dual peltier element was 46 Watts, two TEC composed of single peltier element was 83 Watts and four TEC composed of single peltier element were 166 Watts.
{"title":"Kinerja Susunan dan Jumlah Elemen Peltier pada TEC Alat Transportasi Ikan Segar","authors":"T. Widianto, C. Mahendra","doi":"10.15578/JPBKP.V14I1.567","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V14I1.567","url":null,"abstract":"AbstrakKinerja cara penyusunan dan jumlah elemen peltier pada pendingin termoelektrik (TEC) alat transportasi ikan segar telah diuji. TEC alat transportasi ikan segar terdiri dari komponen utama yaitu elemen peltier, heatsink, kipas, bracket alumunium dan heat pipe. Uji kinerja dilakukan terhadap susunan dan jumlah elemen peltier TEC alat transportasi ikan segar dengan variasi dua buah TEC dengan elemen peltier tunggal, dua buah TEC dengan elemen peltier ganda dan empat buah TEC dengan elemen peltier tunggal. Parameter yang diamati meliputi suhu ruang penyimpanan ikan, suhu heatsink dan kebutuhan energi TEC. Pengukuran dilakukan selama 120 menit dengan interval pengukuran setiap 10 menit. Suhu ruang peti penyimpanan ikan dengan dua buah TEC peltier ganda adalah 18,8 °C, dua buah TEC peltier tunggal sebesar 13,5 °C dan empat buah TEC peltier tunggal sebesar 8,5 °C. Kebutuhan energi TEC dengan dua buah elemen ganda sebesar 46 Watt, TEC dengan 2 buah elemen peltier tunggal sebesar 83 Watt, sedangkan pada 4 elemen peltier tunggal 166 Watt. Performance of Arrangement and Number the Peltier Elements on Refrigerated Fish Container TECAbstractPerformance of arrangement and number of peltier elements on the refrigerated fish container TEC (thermoelectric cooler) had been tested. The TEC of refrigerated fish container was composed of peltier elements, a heatsink, a fan, an aluminum bracket, and a heat pipe. The arrangement and number of peltier element variations in each refrigerated container box were two TEC composed of a single peltier element, two TEC composed of dual peltier element and four TEC composed of a single peltier element. Performance test was conducted by measuring temperature of box container, temperature of heatsink, and the energy consumption of TEC. Performance test carried out at every 10 minutes for 120 minutes. Temperature of refrigerated container box composed of two TEC with dual peltier element was 18.8 °C, two TEC with single peltier element was 13.5 °C and four TEC with single peltier element was 8.5 °C. The energy consumption of refrigerated container box of two TEC composed dual peltier element was 46 Watts, two TEC composed of single peltier element was 83 Watts and four TEC composed of single peltier element were 166 Watts.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48539699","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/JPBKP.V14I1.569
Swastika Praharyawan, T. Setyaningsih, Dwi Susilaningsih, Yusraini Dianinayati Siregar
AbstrakC-fikosianin adalah senyawa pigmen-aksesori fotosintetik berwarna biru yang terkandung dalam sianobakteria. Jaaginema sp. BTM-11 merupakan sianobakteria laut yang memiliki potensi sebagai penghasil pigmen C-fikosianin karena kandungannya yang tinggi. Nilai ekonomis pigmen C-fikosianin sangat ditentukan oleh rasio kemurnian yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemurnian pigmen C-fikosianin dari ekstrak sianobakteria laut Jaaginema sp. BTM-11 dengan menggunakan kitosan dan arang aktif. Variabel independen pada penelitian ini adalah konsentrasi kitosan (0,075-3,750 g/L) dan konsentrasi arang aktif (2,5-10 g/L). Toksisitas C-fikosianin diuji dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) untuk mendapatkan nilai Konsentrasi Letal-50 (LC50). Penggunaan kitosan konsentrasi 0,3 g/L yang dilanjutkan dengan penggunaan arang aktif konsentrasi 5,0 g/L berhasil meningkatkan rasio kemurnian pigmen C-fikosianin sebesar 57,5 dan 167,5%, secara berturut-turut. Kapasitas pengikatan kitosan dan kapasitas penjerapan arang aktif secara signifikan berhasil meningkatkan kemurnian C-fikosianin dari awalnya 0,900±0,067 menjadi 2,408±0,171. Peningkatan rasio kemurnian C-fikosianin juga diikuti dengan peningkatan toksisitas fraksi C-fikosianin sianobakteria laut Jaaginema sp. BTM-11. Nilai LC50 ekstrak Jaaginema sp. BTM-11 sebelum pemurnian yang sebesar 15,75 ppm meningkat menjadi 12,06 ppm setelah dimurnikan dengan kitosan dan arang aktif. Enhancement of Purity and Toxicity of C-Phycocyanin Pigment Extracted from Marine Cyanobacteria Jaaginema sp. BTM-11 Using Chitosan and Activated CarbonAbstractC-phycocyanin is a blue colored accessory photosynthetic pigment found in cyanobacteria. Jaaginema sp. BTM-11 is marine cyanobacteria which is potential to be used as C-phycocyanin producer due to its high contents. The economical value of the blue pigment, C-phycocyanin, is determined by its purity. This research aimed to enhancing the purity of C-phycocyanin extracted from marine cyanobacteria of Jaaginema sp. BTM-11 using chitosan and activated carbon. The independent variables of this research were chitosan concentration (0.075-3.750 g/L) and activated carbon concentration (2.50-10.0 g/L). The toxicity test of C-phycocyanin was carried out using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method to obtain the Lethal Concentration-50 (LC50) value. The application of 0.3 g/L chitosan continued by of 5.0 g/L activated carbon was successfully increased the purity of C-phycocyanin by 57.5 and 167.5%, respectively. Binding capacity of chitosan and adsorption capacity of activated carbon succeed to significantly increase the purity ratio of C-phycocyanin from 0.900±0.067 to 2.408±0.171. The enhancement of purity ratio of C-phycocyanin fraction extracted from Jaaginema sp. BTM-11 was also followed by the enhancement of its toxicity. LC50 of C-phycocyanin extract before purification (15.75 ppm) was lower compared to the C-phycocyanin fraction (12.0
{"title":"Peningkatan Kemurnian dan Toksisitas Ekstrak Pigmen C-Fikosianin dari Sianobakteria Laut Jaaginema sp. BTM-11 dengan menggunakan Kitosan dan Arang Aktif","authors":"Swastika Praharyawan, T. Setyaningsih, Dwi Susilaningsih, Yusraini Dianinayati Siregar","doi":"10.15578/JPBKP.V14I1.569","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V14I1.569","url":null,"abstract":"AbstrakC-fikosianin adalah senyawa pigmen-aksesori fotosintetik berwarna biru yang terkandung dalam sianobakteria. Jaaginema sp. BTM-11 merupakan sianobakteria laut yang memiliki potensi sebagai penghasil pigmen C-fikosianin karena kandungannya yang tinggi. Nilai ekonomis pigmen C-fikosianin sangat ditentukan oleh rasio kemurnian yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemurnian pigmen C-fikosianin dari ekstrak sianobakteria laut Jaaginema sp. BTM-11 dengan menggunakan kitosan dan arang aktif. Variabel independen pada penelitian ini adalah konsentrasi kitosan (0,075-3,750 g/L) dan konsentrasi arang aktif (2,5-10 g/L). Toksisitas C-fikosianin diuji dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) untuk mendapatkan nilai Konsentrasi Letal-50 (LC50). Penggunaan kitosan konsentrasi 0,3 g/L yang dilanjutkan dengan penggunaan arang aktif konsentrasi 5,0 g/L berhasil meningkatkan rasio kemurnian pigmen C-fikosianin sebesar 57,5 dan 167,5%, secara berturut-turut. Kapasitas pengikatan kitosan dan kapasitas penjerapan arang aktif secara signifikan berhasil meningkatkan kemurnian C-fikosianin dari awalnya 0,900±0,067 menjadi 2,408±0,171. Peningkatan rasio kemurnian C-fikosianin juga diikuti dengan peningkatan toksisitas fraksi C-fikosianin sianobakteria laut Jaaginema sp. BTM-11. Nilai LC50 ekstrak Jaaginema sp. BTM-11 sebelum pemurnian yang sebesar 15,75 ppm meningkat menjadi 12,06 ppm setelah dimurnikan dengan kitosan dan arang aktif. Enhancement of Purity and Toxicity of C-Phycocyanin Pigment Extracted from Marine Cyanobacteria Jaaginema sp. BTM-11 Using Chitosan and Activated CarbonAbstractC-phycocyanin is a blue colored accessory photosynthetic pigment found in cyanobacteria. Jaaginema sp. BTM-11 is marine cyanobacteria which is potential to be used as C-phycocyanin producer due to its high contents. The economical value of the blue pigment, C-phycocyanin, is determined by its purity. This research aimed to enhancing the purity of C-phycocyanin extracted from marine cyanobacteria of Jaaginema sp. BTM-11 using chitosan and activated carbon. The independent variables of this research were chitosan concentration (0.075-3.750 g/L) and activated carbon concentration (2.50-10.0 g/L). The toxicity test of C-phycocyanin was carried out using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method to obtain the Lethal Concentration-50 (LC50) value. The application of 0.3 g/L chitosan continued by of 5.0 g/L activated carbon was successfully increased the purity of C-phycocyanin by 57.5 and 167.5%, respectively. Binding capacity of chitosan and adsorption capacity of activated carbon succeed to significantly increase the purity ratio of C-phycocyanin from 0.900±0.067 to 2.408±0.171. The enhancement of purity ratio of C-phycocyanin fraction extracted from Jaaginema sp. BTM-11 was also followed by the enhancement of its toxicity. LC50 of C-phycocyanin extract before purification (15.75 ppm) was lower compared to the C-phycocyanin fraction (12.0","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41772626","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/JPBKP.V14I1.560
Oryssa Sathalica Pradianti, W. P. Rahayu, Ratih Dewanti Hariyadi
AbstrakPangan dapat terkontaminasi oleh cemaran kimia karena penanganan dan pengolahan pangan yang tidak sesuai. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi mayoritas penyebab penolakan produk perikanan Indonesia, 2) menelaah standar cemaran kimia pada produk perikanan, khususnya logam berat yang ada di Indonesia, Codex Alimentariurs Commision (CAC) dan negara-negara lain, serta 3) memberikan rekomendasi bagi pemerintah selaku regulator dalam proses perumusan suatu standar. Dokumen standar cemaran kimia pada produk perikanan dikumpulkan dari dokumen/peraturan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), CAC, dan 11 negara lain yaitu Uni Eropa, Kanada, China, Korea Selatan, Vietnam, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 164 notifikasi penolakan produk perikanan Indonesia di Uni Eropa, Kanada, dan Korea Selatan selama 10 tahun (2008-2017), penolakan produk perikanan tertinggi disebabkan oleh adanya cemaran kimia merkuri dan metilmerkuri pada ikan todak sebesar 27%, kadmium pada gurita sebesar 5% dan benzo[a]piren pada ikan asap sebesar 3%. Batas maksimum cemaran kimia untuk arsen, kadmium, dan timbal (pada ikan predator) di Indonesia yang terdapat pada Peraturan Kepala (Perka) BPOM Nomor 5 Tahun 2018 lebih rendah dibandingkan dengan yang terdapat di SNI 7387:2009 maupun yang ditetapkan oleh CAC serta negara lain. Indonesia telah menetapkan batas maksimum benzo[a]piren pada ikan asap, sementara itu CAC hanya menetapkan code of practice terhadap benzo[a]piren. Peraturan cemaran logam berat belum sepenuhnya dipedomani oleh para eksportir sehingga masih terdapat penolakan produk perikanan Indonesia. Hal ini menunjukkan masih perlu dilakukan pengawasan terkait kandungan logam berat yang terdapat pada produk perikanan di Indonesia. Code of practice terkait proses pengolahan pangan direkomendasikan untuk diterbitkan guna meminimalisir kandungan benzo[a]piren. Compliance Assessment of Chemical Contaminant Standard (Heavy Metal and PAH) for Fishery Products in Indonesia with those of Other Countries and CodexAbstractFood can be contaminated by chemical contamination through inappropriate food handling and processing. The purpose of this study aims to: 1) identify the chemical contamination caused majority of the rejection of Indonesia fishery products, 2) reviewing the chemical standards of contamination fishery products in Indonesia, Codex Alimentariurs Commision (CAC) and other countries, and 3) provide recommendations for the setting of chemical contamination standards in fishery products. Chemical contamination standards were collected from regulations issued by the Indonesia National Agency of Drug and Food Control (NADFC), National Standardization Agency of Indonesia, CAC, and 11 other countries: European Union/EU, Canada, China, South Korea, Vietnam, United States of America, Japan, Malaysia, Singapore, Thailand,
{"title":"Kajian Kesesuaian Standar Cemaran Kimia (Logam Berat dan PAH) pada Produk Perikanan di Indonesia dengan Standar Negara Lain dan Codex","authors":"Oryssa Sathalica Pradianti, W. P. Rahayu, Ratih Dewanti Hariyadi","doi":"10.15578/JPBKP.V14I1.560","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V14I1.560","url":null,"abstract":"AbstrakPangan dapat terkontaminasi oleh cemaran kimia karena penanganan dan pengolahan pangan yang tidak sesuai. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi mayoritas penyebab penolakan produk perikanan Indonesia, 2) menelaah standar cemaran kimia pada produk perikanan, khususnya logam berat yang ada di Indonesia, Codex Alimentariurs Commision (CAC) dan negara-negara lain, serta 3) memberikan rekomendasi bagi pemerintah selaku regulator dalam proses perumusan suatu standar. Dokumen standar cemaran kimia pada produk perikanan dikumpulkan dari dokumen/peraturan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Badan Standardisasi Nasional (BSN), CAC, dan 11 negara lain yaitu Uni Eropa, Kanada, China, Korea Selatan, Vietnam, Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 164 notifikasi penolakan produk perikanan Indonesia di Uni Eropa, Kanada, dan Korea Selatan selama 10 tahun (2008-2017), penolakan produk perikanan tertinggi disebabkan oleh adanya cemaran kimia merkuri dan metilmerkuri pada ikan todak sebesar 27%, kadmium pada gurita sebesar 5% dan benzo[a]piren pada ikan asap sebesar 3%. Batas maksimum cemaran kimia untuk arsen, kadmium, dan timbal (pada ikan predator) di Indonesia yang terdapat pada Peraturan Kepala (Perka) BPOM Nomor 5 Tahun 2018 lebih rendah dibandingkan dengan yang terdapat di SNI 7387:2009 maupun yang ditetapkan oleh CAC serta negara lain. Indonesia telah menetapkan batas maksimum benzo[a]piren pada ikan asap, sementara itu CAC hanya menetapkan code of practice terhadap benzo[a]piren. Peraturan cemaran logam berat belum sepenuhnya dipedomani oleh para eksportir sehingga masih terdapat penolakan produk perikanan Indonesia. Hal ini menunjukkan masih perlu dilakukan pengawasan terkait kandungan logam berat yang terdapat pada produk perikanan di Indonesia. Code of practice terkait proses pengolahan pangan direkomendasikan untuk diterbitkan guna meminimalisir kandungan benzo[a]piren. Compliance Assessment of Chemical Contaminant Standard (Heavy Metal and PAH) for Fishery Products in Indonesia with those of Other Countries and CodexAbstractFood can be contaminated by chemical contamination through inappropriate food handling and processing. The purpose of this study aims to: 1) identify the chemical contamination caused majority of the rejection of Indonesia fishery products, 2) reviewing the chemical standards of contamination fishery products in Indonesia, Codex Alimentariurs Commision (CAC) and other countries, and 3) provide recommendations for the setting of chemical contamination standards in fishery products. Chemical contamination standards were collected from regulations issued by the Indonesia National Agency of Drug and Food Control (NADFC), National Standardization Agency of Indonesia, CAC, and 11 other countries: European Union/EU, Canada, China, South Korea, Vietnam, United States of America, Japan, Malaysia, Singapore, Thailand, ","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48363441","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-28DOI: 10.15578/jpbkp.v14i1.609
Jpbkp Jpbkp
{"title":"Cover Belakang JPBKP Vol. 14 No. 1 Tahun 2019","authors":"Jpbkp Jpbkp","doi":"10.15578/jpbkp.v14i1.609","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jpbkp.v14i1.609","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48705827","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-30DOI: 10.15578/JPBKP.V13I2.499
Devi Ambarwaty Oktavia, F. Feliatra, Lora Lestari Lubis
Upaya meningkatkan produksi udang dapat dilakukan melalui penggunaan probiotik. Untuk menjaga viabilitas bakteri probiotik, diperlukan usaha untuk melindungi bakteri dengan penyalut misalnya maltodekstrin. Perlindungan lebih lanjut dapat ditingkatkan dengan cara mengemas probiotik tersebut dalam tablet effervescent. Penelitian ini bertujuan untuk menguji viabilitas (jumlah bakteri) dan waktu larut probiotik yang sudah dicetak menjadi tablet effervescent dengan variasi konsentrasi penyalut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen; yaitu sampel air tambak udang diberi perlakuan 4 (empat) formula tablet effervescent (Formula I, II, III, IV) dengan 3 (tiga) konsentrasi penyalut yaitu 20%, 30% dan 40% maltodekstrin. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali. Pengujian Total Plate Count (TPC) dan waktu larut dilakukan untuk mengetahui konsentrasi penyalut tablet effervescent yang paling efektif. Formula tablet effervescent yang paling efektif dalam menjaga kestabilan bakteri adalah formula IV dengan konsentrasi maltodekstrin sebanyak 30%. Formula ini menghasilkan tablet effervescent dengan jumlah bakteri sebanyak 6,46 log CFU/mL dan larut dalam waktu 20 menit.
{"title":"Pengaruh Konsentrasi Penyalut terhadap Viabilitas Bakteri dan Daya Larut Tablet Effervescent Probiotik","authors":"Devi Ambarwaty Oktavia, F. Feliatra, Lora Lestari Lubis","doi":"10.15578/JPBKP.V13I2.499","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V13I2.499","url":null,"abstract":"Upaya meningkatkan produksi udang dapat dilakukan melalui penggunaan probiotik. Untuk menjaga viabilitas bakteri probiotik, diperlukan usaha untuk melindungi bakteri dengan penyalut misalnya maltodekstrin. Perlindungan lebih lanjut dapat ditingkatkan dengan cara mengemas probiotik tersebut dalam tablet effervescent. Penelitian ini bertujuan untuk menguji viabilitas (jumlah bakteri) dan waktu larut probiotik yang sudah dicetak menjadi tablet effervescent dengan variasi konsentrasi penyalut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen; yaitu sampel air tambak udang diberi perlakuan 4 (empat) formula tablet effervescent (Formula I, II, III, IV) dengan 3 (tiga) konsentrasi penyalut yaitu 20%, 30% dan 40% maltodekstrin. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali. Pengujian Total Plate Count (TPC) dan waktu larut dilakukan untuk mengetahui konsentrasi penyalut tablet effervescent yang paling efektif. Formula tablet effervescent yang paling efektif dalam menjaga kestabilan bakteri adalah formula IV dengan konsentrasi maltodekstrin sebanyak 30%. Formula ini menghasilkan tablet effervescent dengan jumlah bakteri sebanyak 6,46 log CFU/mL dan larut dalam waktu 20 menit. ","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44454094","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-30DOI: 10.15578/JPBKP.V13I2.522
Ellya Sinurat, N. Maulida
Fukoidan merupakan jenis heteropolisakarida yang terdiri dari fukosa dan gugus ester sulfat sebagai penyusun utamanya. Salah satu sumber fukoidan adalah rumput laut cokelat. Telah dilakukan isolasi fukoidan dari rumput laut cokelat Sargassum crassifolium yang diperoleh dari Lampung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hidrolisis fukoidan terhadap aktivitasnya sebagai antioksidan. Ekstraksi fukoidan menggunakan HCl 0,1 N. Selanjutnya proses optimasi hidrolisis fukoidan menggunakan TFA 1,5 M dengan variasi waktu 30, 60, 90 dan 120 menit pada suhu 121 oC. Untuk mengetahui karakteristik gugus fungsi crude fukoidan dan fukoidan hasil hidrolisis dilakukan dengan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectrometer (FT-IR). Selanjutnya dilakukan karakterisasi fukoidan yang meliputi uji total polisakarida dan uji kadar sulfat. Uji antioksidan fukoidan dilakukan dengan metode 2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazyl-hydrate (DPPH). Diperoleh rendemen fukoidan sebesar 23,82% dari berat rumput laut kering, total polisakarida dari crude fukoidan sebesar 50,69% dan kadar sulfatnya sebesar 19,44%. Dari hasil penelitian diperoleh waktu optimum hidrolisis fukoidan yaitu selama 90 menit dengan total polisakarida dan kandungan sulfatnya masing-masing 43,56% dan 13,09%. Diperoleh nilai IC50 crude fucoidan lebih tinggi dibandingkan dengan semua hasil hidrolisis fukoidan.
{"title":"Pengaruh Hidrolisis Fukoidan terhadap Aktivitasnya sebagai Antioksidan","authors":"Ellya Sinurat, N. Maulida","doi":"10.15578/JPBKP.V13I2.522","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V13I2.522","url":null,"abstract":"Fukoidan merupakan jenis heteropolisakarida yang terdiri dari fukosa dan gugus ester sulfat sebagai penyusun utamanya. Salah satu sumber fukoidan adalah rumput laut cokelat. Telah dilakukan isolasi fukoidan dari rumput laut cokelat Sargassum crassifolium yang diperoleh dari Lampung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hidrolisis fukoidan terhadap aktivitasnya sebagai antioksidan. Ekstraksi fukoidan menggunakan HCl 0,1 N. Selanjutnya proses optimasi hidrolisis fukoidan menggunakan TFA 1,5 M dengan variasi waktu 30, 60, 90 dan 120 menit pada suhu 121 oC. Untuk mengetahui karakteristik gugus fungsi crude fukoidan dan fukoidan hasil hidrolisis dilakukan dengan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectrometer (FT-IR). Selanjutnya dilakukan karakterisasi fukoidan yang meliputi uji total polisakarida dan uji kadar sulfat. Uji antioksidan fukoidan dilakukan dengan metode 2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazyl-hydrate (DPPH). Diperoleh rendemen fukoidan sebesar 23,82% dari berat rumput laut kering, total polisakarida dari crude fukoidan sebesar 50,69% dan kadar sulfatnya sebesar 19,44%. Dari hasil penelitian diperoleh waktu optimum hidrolisis fukoidan yaitu selama 90 menit dengan total polisakarida dan kandungan sulfatnya masing-masing 43,56% dan 13,09%. Diperoleh nilai IC50 crude fucoidan lebih tinggi dibandingkan dengan semua hasil hidrolisis fukoidan.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48556669","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-30DOI: 10.15578/jpbkp.v13i2.517
T. Widianto, Ahmat Fauzi
Sistem ALREF (air laut yang direfrigerasi) untuk penyimpanan ikan pada kapal 10-15 GT telah didisain dan diuji. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan: penentuan kriteria disain, pembuatan konsep dan analisis disain, konstruksi dan pengujian. Kriteria disain ditentukan berdasarkan referensi kapal 10-15 GT di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng Gunung Kidul, Yogyakarta. Bak penyimpan ikan dilengkapi pendingin sistem kompresi uap yang terdiri dari komponen utama berupa evaporator, kondensor, kompresor, palka, refrigerant dan katup ekspansi. Palka terbuat dari fiberglass dengan volume palka sekitar 2,03 m3. Palka menggunakan insulator stirofoam high density (densitas sekitar 34 kg/m3). Evaporator terbuat dari pipa tembaga dengan panjang 84 m, diameter 5/8 inchi dan tebal pipa 1,6 mm. Kondensor yang digunakan adalah Alfalaval McDEW 25 menggunakan sistem shell and tube, sedangkan kompresor yang digunakan adalah Blitzer Tipe LH IVY dengan refrigerant R-22. Hasil uji kinerja dengan beban air laut menunjukkan bahwa suhu air laut mencapai kisaran -0,8 sampai -0,4 oC selama 8,5 jam. Kebutuhan daya listrik sistem pendingin sebesar 2 kW. Uji kinerja dengan beban ikan selama 5 hari menunjukkan bahwa suhu ikan turun dari 27,8 oC menjadi berkisar -0,1 sampai -1 oC setelah 12 jam dan dapat dipertahankan selama pengujian.
用于10-15 GT船上鱼类储存的ALREF系统已经过设计和测试。本研究分阶段进行:设计标准、设计概念与分析、施工与测试。根据日惹Sadeng Mount Kidul沿海港口的10-15 GT参考船设计的标准。鱼类储罐配有蒸汽压缩系统冷却器,由蒸发器、冷凝器、压缩机、级、制冷剂和膨胀阀等主要部件组成。帕尔卡由玻璃纤维制成,帕尔卡体积约为2.03m3。Palka使用高密度的stirofoam绝缘体。蒸发器由84米长、5/8英寸直径和1.6毫米厚的铜管制成。使用的冷凝器为Alfalaval McDEW 25,采用管壳式系统,而使用的压缩机为Blitzer LH IVY型,制冷剂为R-22。海水负荷性能测试表明,海水温度在-0.8至-0.4℃的范围内持续8.5小时。冷却系统的能量要求为2 kW。为期5天的鱼类负载性能测试表明,12小时后,鱼类温度从27.8℃降至-0.1至-1℃,并且可以在测试期间保持。
{"title":"Disain dan Kinerja Sistem Air Laut yang Direfrigerasi (ALREF) untuk Penampung Ikan pada Kapal Nelayan 10-15 GT","authors":"T. Widianto, Ahmat Fauzi","doi":"10.15578/jpbkp.v13i2.517","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jpbkp.v13i2.517","url":null,"abstract":"Sistem ALREF (air laut yang direfrigerasi) untuk penyimpanan ikan pada kapal 10-15 GT telah didisain dan diuji. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan: penentuan kriteria disain, pembuatan konsep dan analisis disain, konstruksi dan pengujian. Kriteria disain ditentukan berdasarkan referensi kapal 10-15 GT di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng Gunung Kidul, Yogyakarta. Bak penyimpan ikan dilengkapi pendingin sistem kompresi uap yang terdiri dari komponen utama berupa evaporator, kondensor, kompresor, palka, refrigerant dan katup ekspansi. Palka terbuat dari fiberglass dengan volume palka sekitar 2,03 m3. Palka menggunakan insulator stirofoam high density (densitas sekitar 34 kg/m3). Evaporator terbuat dari pipa tembaga dengan panjang 84 m, diameter 5/8 inchi dan tebal pipa 1,6 mm. Kondensor yang digunakan adalah Alfalaval McDEW 25 menggunakan sistem shell and tube, sedangkan kompresor yang digunakan adalah Blitzer Tipe LH IVY dengan refrigerant R-22. Hasil uji kinerja dengan beban air laut menunjukkan bahwa suhu air laut mencapai kisaran -0,8 sampai -0,4 oC selama 8,5 jam. Kebutuhan daya listrik sistem pendingin sebesar 2 kW. Uji kinerja dengan beban ikan selama 5 hari menunjukkan bahwa suhu ikan turun dari 27,8 oC menjadi berkisar -0,1 sampai -1 oC setelah 12 jam dan dapat dipertahankan selama pengujian.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43224349","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-30DOI: 10.15578/JPBKP.V13I2.546
Suci Istiqlaal
Limbah tulang tuna berpotensi untuk diolah menjadi minyak ikan yang banyak mengandung asam- asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisikokimia dan profil asam lemak minyak tulang ikan tuna. Ekstraksi minyak tulang ikan menggunakan 2 (dua) metode yaitu wet rendering dan curing menggunakan cuka lontar. Metode wet rendering menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan dua faktor yaitu suhu (40, 50, dan 60 oC) dan lama ekstraksi (15, 30, dan 45 menit), kemudian hasil terbaik dibandingkan dengan hasil metode perendaman dalam cuka lontar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor suhu dan lama waktu ekstraksi terhadap rendemen, bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan dan densitas minyak tulang ikan, dengan metode terbaik perlakuan suhu 40 oC dengan waktu esktraksi 15 menit. Hasil uji-t menunjukkan minyak hasil metode perendaman dalam cuka lontar memiliki kualitas lebih baik dibandingkan metode terbaik wet rendering (suhu 40 oC waktu esktraksi 15 menit), dengan bilangan asam sebesar 3,14 mg KOH/g, angka iod sebesar 79,08, angka penyabunan sebesar 188,30 mgKOH/g dan densitas sebesar 0,92 g/ml3, meskipun nilai rendemennya lebih rendah yaitu 27,33%. Minyak yang diekstrak dari tulang ikan tuna menggunakan metode terbaik wet rendering (suhu 40 oC waktu esktraksi 15 menit ) memiliki kadar asam palmitat (SFA) sebesar 14,09%, asam oleat (MUFA) 9,46% dan DHA (PUFA) sebesar 20,50% (PUFA), sedangkan yang menggunakan metode perendaman dalam cuka lontar, mengandung asam palmitat (SFA) sebesar 14,41%, asam oleat (MUFA) 10,01% dan DHA (PUFA) sebesar 23,81%.
{"title":"Ekstraksi dan Karakteristik Minyak Tulang Ikan Tuna (Thunnus albacares)","authors":"Suci Istiqlaal","doi":"10.15578/JPBKP.V13I2.546","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V13I2.546","url":null,"abstract":"Limbah tulang tuna berpotensi untuk diolah menjadi minyak ikan yang banyak mengandung asam- asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisikokimia dan profil asam lemak minyak tulang ikan tuna. Ekstraksi minyak tulang ikan menggunakan 2 (dua) metode yaitu wet rendering dan curing menggunakan cuka lontar. Metode wet rendering menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial dengan dua faktor yaitu suhu (40, 50, dan 60 oC) dan lama ekstraksi (15, 30, dan 45 menit), kemudian hasil terbaik dibandingkan dengan hasil metode perendaman dalam cuka lontar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor suhu dan lama waktu ekstraksi terhadap rendemen, bilangan asam, bilangan iod, bilangan penyabunan dan densitas minyak tulang ikan, dengan metode terbaik perlakuan suhu 40 oC dengan waktu esktraksi 15 menit. Hasil uji-t menunjukkan minyak hasil metode perendaman dalam cuka lontar memiliki kualitas lebih baik dibandingkan metode terbaik wet rendering (suhu 40 oC waktu esktraksi 15 menit), dengan bilangan asam sebesar 3,14 mg KOH/g, angka iod sebesar 79,08, angka penyabunan sebesar 188,30 mgKOH/g dan densitas sebesar 0,92 g/ml3, meskipun nilai rendemennya lebih rendah yaitu 27,33%. Minyak yang diekstrak dari tulang ikan tuna menggunakan metode terbaik wet rendering (suhu 40 oC waktu esktraksi 15 menit ) memiliki kadar asam palmitat (SFA) sebesar 14,09%, asam oleat (MUFA) 9,46% dan DHA (PUFA) sebesar 20,50% (PUFA), sedangkan yang menggunakan metode perendaman dalam cuka lontar, mengandung asam palmitat (SFA) sebesar 14,41%, asam oleat (MUFA) 10,01% dan DHA (PUFA) sebesar 23,81%.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42368114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}