首页 > 最新文献

Kapata Arkeologi最新文献

英文 中文
Building Social Resilience on Asmat People: Social and Cultural Perspective 建立阿斯马特人的社会复原力:社会和文化视角
Pub Date : 2018-07-31 DOI: 10.24832/KAPATA.V14I1.489
C. Pamungkas
Berbagai kajian mengenai Asmat selama ini lebih banyak dari kajian seni ukir dan kekayaan budaya kayunya. Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk dan campak yang menyerang anak-anak Balita di daerah ini sejak Bulan September 2017 sampai pertengahan Bulan Januari 2018 telah membuka mata dunia internasional bahwa keberlanjutan Suku Asmat dipertanyakan. Berbagai analisis ilmiah menjelaskan bahwa peristiwa kematian masal Balita ini disebabkan oleh persoalan rendahnya budaya kesehatan, lingkungan yang kurang mendukung, dan sulitnya menyediakan pelayanan kesehatan pada daerah yang terisolir. Seolah-olah orang dan budaya suku Asmat dan situasi geografisnya menjadi penyebab dari penyakit ini. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk menarasikan bagaimana melihat wabah penyakit tersebut dari perspektif sosial dan kultural, yaitu rendahnya ketahanan sosial suku Asmat. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi pustaka dan diskusi terfokus di Jayapura. Kerangka teori yang digunakan adalah pendekatan ekologis dan kebudayaan dalam melihat keberlanjutan suatu komunitas agar sanggup menghadapi perubahan lingkungan eksternalnya. Argumentasi yang dibangun dalam artikel ini adalah menyelamatkan suku Asmat dalam jangka panjang hanya dapat dilakukan dengan mengembalikan mereka ke habitatnya dan mengurangi ketergantungan pada konsumsi pangan yang disediakan oleh pasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab mendasar KLB Asmat adalah ketercerabutan Orang Asmat dari habitat ekologinya sehingga mereka bergantung pada pangan yang disediakan oleh pasar.Various studies on Asmat ethnicities tend to focus on carving art and cultural richness of wood. Since the malnutrition and measles affecting children under five in this area from September 2017 to mid January 2018 has opened the eyes of international communities that the sustainability of Asmat tribe is questioned. Various scientific analyzes explain that the mass death of children resulted from low health culture, the less supportive environment, and the difficulty of providing health services to isolated areas. It implicitly says that the people, culture, and environment of Asmat tribes are the main causes of this disease. It is as if the Asmat people and culture and the geographical situation are the cause of this disease. Therefore, this article aims to describe the epidemic from a social and cultural perspective, namely the low social resilience of the Asmat. The research method is conducted by using literature studies and a focused discussion in Jayapura. The theoretical framework used is the ecological and cultural approach to viewing the sustainability of a community to be able to cope with environmental change. The argument of this study is to save Asmat tribes in the extended period only by restoring them to their habitat and reducing the dependence on the food consumption provided by the market. Results of this study indicate that the underlying cause of Asmat outbreaks is the grat
到目前为止,对Asmat的研究远不止雕刻艺术和木材文化。令人难以置信的是,从2017年9月到2018年1月中旬,营养不良和麻疹一直困扰着该地区5岁以下儿童,这让国际社会看到了亚森特人的可持续发展受到质疑的问题。科学分析人士解释说,这些婴儿的大规模死亡是由缺乏卫生文化、缺乏环境和难以为孤立地区提供卫生保健的问题造成的。就好像亚述人部落的人和文化以及他们的地理环境是这种疾病的原因。因此,本文将探讨如何从社会和文化的角度来看待这种疾病的流行,即阿森特人缺乏社会韧性。研究方法是利用库研究方法和讨论集中在查亚普拉。所使用的理论框架是一种生态和文化的方法,以看到社区的可持续性,以应对外部环境的变化。本文提出的论点是,从长远来看,拯救阿萨姆特部落只能通过将他们送回他们的栖息地,减少市场对食物消费的依赖来实现。这项研究的结果表明,KLB Asmat的根本原因是,这些Asmat人被排除出他们的生态栖息地,从而依赖市场提供的食物。各种各样的Asmat ethnicities研究都集中在雕刻艺术和文化上的自然力上。从2017年9月到2018年1月,从这一地区的五名儿童开始,“营养不良”和“营养不良”的眼睛就开放了,这一问题所产生的国际公社。各种科学分析解释了从低健康文化、不支持环境以及隔离区域的提供卫生服务的大规模儿童死亡。令人印象深刻的是,人们、文化和亚文化环境是这种疾病的主要原因。就像如果这些疾病是由个人、文化和地理环境造成的一样。因此,这篇文章描述了来自社会和文化意义上的流行,却忽视了亚述的低社会分量。研究方法是通过使用文献研究和在Jayapura进行的深思熟虑提出的。所使用的框架是生态和文化上的必然结果,以观察一个社区的可持续变化。这项研究的论点是,这项研究只通过恢复人们对食物供应的依赖来拯救潜在的部落。这种研究的结果是,由于外来者的原因而被低估的是来自生态栖息地的公务员的免费工作,这样他们就可以依靠市场提供的食物。
{"title":"Building Social Resilience on Asmat People: Social and Cultural Perspective","authors":"C. Pamungkas","doi":"10.24832/KAPATA.V14I1.489","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/KAPATA.V14I1.489","url":null,"abstract":"Berbagai kajian mengenai Asmat selama ini lebih banyak dari kajian seni ukir dan kekayaan budaya kayunya. Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk dan campak yang menyerang anak-anak Balita di daerah ini sejak Bulan September 2017 sampai pertengahan Bulan Januari 2018 telah membuka mata dunia internasional bahwa keberlanjutan Suku Asmat dipertanyakan. Berbagai analisis ilmiah menjelaskan bahwa peristiwa kematian masal Balita ini disebabkan oleh persoalan rendahnya budaya kesehatan, lingkungan yang kurang mendukung, dan sulitnya menyediakan pelayanan kesehatan pada daerah yang terisolir. Seolah-olah orang dan budaya suku Asmat dan situasi geografisnya menjadi penyebab dari penyakit ini. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk menarasikan bagaimana melihat wabah penyakit tersebut dari perspektif sosial dan kultural, yaitu rendahnya ketahanan sosial suku Asmat. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi pustaka dan diskusi terfokus di Jayapura. Kerangka teori yang digunakan adalah pendekatan ekologis dan kebudayaan dalam melihat keberlanjutan suatu komunitas agar sanggup menghadapi perubahan lingkungan eksternalnya. Argumentasi yang dibangun dalam artikel ini adalah menyelamatkan suku Asmat dalam jangka panjang hanya dapat dilakukan dengan mengembalikan mereka ke habitatnya dan mengurangi ketergantungan pada konsumsi pangan yang disediakan oleh pasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab mendasar KLB Asmat adalah ketercerabutan Orang Asmat dari habitat ekologinya sehingga mereka bergantung pada pangan yang disediakan oleh pasar.Various studies on Asmat ethnicities tend to focus on carving art and cultural richness of wood. Since the malnutrition and measles affecting children under five in this area from September 2017 to mid January 2018 has opened the eyes of international communities that the sustainability of Asmat tribe is questioned. Various scientific analyzes explain that the mass death of children resulted from low health culture, the less supportive environment, and the difficulty of providing health services to isolated areas. It implicitly says that the people, culture, and environment of Asmat tribes are the main causes of this disease. It is as if the Asmat people and culture and the geographical situation are the cause of this disease. Therefore, this article aims to describe the epidemic from a social and cultural perspective, namely the low social resilience of the Asmat. The research method is conducted by using literature studies and a focused discussion in Jayapura. The theoretical framework used is the ecological and cultural approach to viewing the sustainability of a community to be able to cope with environmental change. The argument of this study is to save Asmat tribes in the extended period only by restoring them to their habitat and reducing the dependence on the food consumption provided by the market. Results of this study indicate that the underlying cause of Asmat outbreaks is the grat","PeriodicalId":31643,"journal":{"name":"Kapata Arkeologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47732181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Banggai in Shipping and Trading in the Eastern Region of Sulawesi in the 19th Century 邦盖在19世纪苏拉威西岛东部地区的航运和贸易
Pub Date : 2018-07-31 DOI: 10.24832/KAPATA.V14I1.465
nfn Hasanuddin
Banggai memiliki peran strategis dalam jaringan pelayaran dan perdagangan di kawasan timur Sulawesi. Letak geografisnya yang menghubungkan antara Gorontalo, Teluk Tomini, Ternate, Buton, dan Makassar. Kondisi ini diperkuat oleh ketersediaan berbagai komoditas, seperti, bijih besi, tripang, sisik penyu, sarang burung, kayu cendana, damar, rotan, dan kopra. Artikel ini bermaksud melihat Banggai dan perannya dalam perdagangan dan pelayaran di kawasan timur Sulawesi pada abad ke-19. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi Banggai meliputi: posisi Banggai dalam jalur pelayaran Nusantara, dinamika perdagangan antar pulau, dinamika dan aktifitas bajak laut di wilayah Banggai, dan kehadiran pemukiman dalam wujud perkampungan pedagang dan pendatang. Penelitian menggunakan metode sejarah yaitu penelusuran arsip dan studi pustaka dengan mengumpulkan data-data sejarah. Kemudian menguraikan suatu peristiwa ke dalam bagian-bagiannya dalam rangka memahami pelayaran dan perdagangan Banggai pada abad ke-19. Artikel ini membuktikan bahwa jaringan maritim Banggai menjadi salah satu faktor penting terbentuknya integrasi di kawasan perairan Sulawesi bagian timur, baik dalam arti komunitas maupun koneksi antar kerajaan dan kekuasaan. Para pedagang dan pendatang dari Bugis, Buton, Gorontalo, Mandar, Bajo, Cina, dan Arab menjadi faktor pembentuk komunitas yang berkarakter majemuk di Banggai. Kondisi ini melahirkan situasi baru melalui hubungan komunikasi antara pedagang dan pendatang dengan penduduk setempat telah memperlihatkan proses kultural yang dinamis dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Keadaan ini kemudian menciptakan integrasi kawasan timur Indonesia, dan mendorong perkembangan jaringan pelayaran dan perdagangan di kawasan timur Sulawesi. Banggai has a strategic role in the shipping and trading networks in eastern Sulawesi. Its geographical location connects between Gorontalo, Tomini Bay, Ternate, Buton, and Makassar. This condition is reinforced by the availability of various commodities, such as iron ore, sea cucumber (teripang), sea turtle scales, bird's nest, sandalwood, resin, rattan, and copra. This article looks at Banggai and its role in trade and shipping in the eastern region of Sulawesi in the 19th century. This article aims to describe the condition of Banggai which includes among others; Banggai position in the archipelago shipping lanes, dynamics of inter-island trade, dynamics and activities of pirates in the Banggai region, and the presence of settlements in the form of merchant and immigrant villages. This study used historical method of archive search and literature study by collecting historical data, then describing an event into its parts in order to understand the shipping and trading of Banggai in the 19th century. This article proves that Banggai maritime network has become an important factor in integration of the waters of eastern Sulawesi, both in terms of community and inter-royal and power connections. The trader
Banggai在苏拉威西东部的航运和商业网络中发挥了战略作用。它的地理位置连接着Gorontalo、Tomini湾、Ternate、Buton和Makassar。各种商品的可用性使这种情况得到加强,如铁矿石、铁片、海龟鳞、鸟窝、檀香木、树脂、树脂、藤条和椰壳。这篇文章旨在看到19世纪在苏拉威西东部的贸易和航行中所起的威信和作用。这篇文章的目的是描述孟加拉的情况,包括:群岛之间的贸易关系、班加地区的海盗活动、当地小村庄里的定居点和定居者的存在。通过收集历史数据,利用历史搜索和库研究的历史方法进行研究。然后把事件描述为了解19世纪的名贵贸易。这篇文章证明,Banggai海上网络是苏拉威西东部水域融合的重要因素之一,即社区和帝国与权力的联系。来自布吉斯、布顿、戈隆塔洛、曼达尔、巴约、中国和阿拉伯的商人和移民构成了孟加拉的复合社区。这种情况通过商人和移民与当地人的交流关系带来了新的情况,展现了不同背景的动态文化过程。这一局面导致了印度尼西亚东部的融合,促进了苏拉威西东部的航运和贸易网络的发展。Banggai在苏拉威西东部的航运和贸易网络中扮演了一个战略角色。它的地理位置连接在Gorontalo, Tomini Bay, Ternate, Buton和Makassar。这种情况被各种各样的商品的利用,例如铁矿、海参、海龟、鱼鳞、鸟窝、檀香木、树脂、响尾蛇和copra所恢复。这篇文章看起来像是19世纪在苏拉威西东部的交易和航运地区的抢劫。这篇文章描述了与其他人相关的孟加拉情况;群岛航运中心的职位、星际贸易机构、爆破机构和海盗在该地区的活动,以及在商业和immigrant villages的形式中的职位。这是一项利用历史研究方法的研究这篇文章证明,这位杰出的海上遗产网络已经成为苏拉威西东方水域不可分割的一个重要因素,无论是社区和内部皇家关系。来自布吉斯、布顿、戈隆塔洛、曼达尔、巴约、中国和阿拉伯的贸易商逐渐成为孟加拉一个多面社区的特征。这种情况导致了trader和immigrants之间的新关系,以及当地居民提出的一个不同背景的动态文化过程。这种情况说明了东印尼和苏拉威西东部航运与贸易网络的融合发展。
{"title":"Banggai in Shipping and Trading in the Eastern Region of Sulawesi in the 19th Century","authors":"nfn Hasanuddin","doi":"10.24832/KAPATA.V14I1.465","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/KAPATA.V14I1.465","url":null,"abstract":"Banggai memiliki peran strategis dalam jaringan pelayaran dan perdagangan di kawasan timur Sulawesi. Letak geografisnya yang menghubungkan antara Gorontalo, Teluk Tomini, Ternate, Buton, dan Makassar. Kondisi ini diperkuat oleh ketersediaan berbagai komoditas, seperti, bijih besi, tripang, sisik penyu, sarang burung, kayu cendana, damar, rotan, dan kopra. Artikel ini bermaksud melihat Banggai dan perannya dalam perdagangan dan pelayaran di kawasan timur Sulawesi pada abad ke-19. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi Banggai meliputi: posisi Banggai dalam jalur pelayaran Nusantara, dinamika perdagangan antar pulau, dinamika dan aktifitas bajak laut di wilayah Banggai, dan kehadiran pemukiman dalam wujud perkampungan pedagang dan pendatang. Penelitian menggunakan metode sejarah yaitu penelusuran arsip dan studi pustaka dengan mengumpulkan data-data sejarah. Kemudian menguraikan suatu peristiwa ke dalam bagian-bagiannya dalam rangka memahami pelayaran dan perdagangan Banggai pada abad ke-19. Artikel ini membuktikan bahwa jaringan maritim Banggai menjadi salah satu faktor penting terbentuknya integrasi di kawasan perairan Sulawesi bagian timur, baik dalam arti komunitas maupun koneksi antar kerajaan dan kekuasaan. Para pedagang dan pendatang dari Bugis, Buton, Gorontalo, Mandar, Bajo, Cina, dan Arab menjadi faktor pembentuk komunitas yang berkarakter majemuk di Banggai. Kondisi ini melahirkan situasi baru melalui hubungan komunikasi antara pedagang dan pendatang dengan penduduk setempat telah memperlihatkan proses kultural yang dinamis dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Keadaan ini kemudian menciptakan integrasi kawasan timur Indonesia, dan mendorong perkembangan jaringan pelayaran dan perdagangan di kawasan timur Sulawesi. Banggai has a strategic role in the shipping and trading networks in eastern Sulawesi. Its geographical location connects between Gorontalo, Tomini Bay, Ternate, Buton, and Makassar. This condition is reinforced by the availability of various commodities, such as iron ore, sea cucumber (teripang), sea turtle scales, bird's nest, sandalwood, resin, rattan, and copra. This article looks at Banggai and its role in trade and shipping in the eastern region of Sulawesi in the 19th century. This article aims to describe the condition of Banggai which includes among others; Banggai position in the archipelago shipping lanes, dynamics of inter-island trade, dynamics and activities of pirates in the Banggai region, and the presence of settlements in the form of merchant and immigrant villages. This study used historical method of archive search and literature study by collecting historical data, then describing an event into its parts in order to understand the shipping and trading of Banggai in the 19th century. This article proves that Banggai maritime network has become an important factor in integration of the waters of eastern Sulawesi, both in terms of community and inter-royal and power connections. The trader","PeriodicalId":31643,"journal":{"name":"Kapata Arkeologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47409033","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Rise and Fall of Kema Port in Sulawesi Sea Trade Routes During Colonial Period: Based on Infrastructure Data 殖民时期苏拉威西海上贸易路线上科马港的兴衰——基于基础设施数据
Pub Date : 2018-07-31 DOI: 10.24832/KAPATA.V14I1.475
I. Marzuki
Kema merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara yang berada di pesisir selatan Sulawesi. Saat ini Kema dikenal sebagai perkampungan nelayan padat penduduk yang terbagi menjadi Kema I, Kema II, dan Kema III. Riwayat sejarah Kema sudah dikenal semenjak abad XVI oleh pelaut-pelaut Eropa yang singgah untuk mengisi air minum, kemudian berkembang hingga menjadi sebuah kota pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pasang surut keberadaan pelabuhan kema dalam perdagangan global Laut Sulawesi masa kolonial berdasarkan data arkeologi dan sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan arkeologi kesejarahan yang memadukan data arkeologi dengan data sejarah. Tahapan penelitian meliputi tahap pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan adanya bukti-bukti arkeologis yang mengindikasikan Kema dahulu merupakan sebuah permukiman yang sudah maju, meliputi pola permukiman dan jaringan jalan, pelabuhan dan saran pendukungnya, rumah ibadah, bangunan perumahan, pasar, dan jaringan komunikasi. Bukti arkeologis dan data sejarah mengungkap bahwa Kema dikenal sebagai pelabuhan laut yang memegang peranan penting dalam perdagangan global pada masa Kolonial. Pelabuhan Kema bahkan ditetapkan sebagai salah satu pelabuhan bebas di perairan Laut Sulawesi. Peran pelabuhan Kema saat ini mengalami kemunduran, hanya sebagai pelabuhan perikanan tidak lagi sebagai pelabuhan samudera.Kema is one of the districts in Minahasa Utara Regency located on the southern coast of Sulawesi Utara. Currently, Kema is known as a densely populated fishing village which is divided into Kema Satu, Kema Dua, and Kema Tiga. Based on historical data, Kema has been known since the 16 century by European sailors who stopped to fill drinking water, then expanded into a port city. This study aims to determine the rise and fall of the existence of Kema in the global trade of the Sulawesi Sea in the colonial period based on archaeological and historical data. This study uses a historical archeology approach that combines archaeological data with historical data. Research stages include data collection phase, data analysis, and conclusion. The results indicate archaeological evidence shows that Kema was an advanced settlement, covering the settlement patterns and road networks, ports and supporting facilities, houses of worship, residential buildings, markets, and communications networks. Archaeological evidence and historical data reveal that Kema is known as a seaport that plays an important role in global trading during the Colonial period. Kema is even designated as one of the free ports in Sulawesi Sea. The role of Kema is currently declining, only as a fishing port no longer as an ocean port. 
该营地是苏拉威西岛南部海岸北米纳哈萨角发生的事故之一。自16世纪以来,欧洲海员就已经知道了这个营地的历史,他们停下来注水,然后发展成为一个港口城市。本研究旨在根据考古和历史资料,找出苏拉威西海殖民时期全球贸易中营地港口的位置。本研究采用历史考古方法,将考古数据与历史数据相结合。研究水平包括数据收集水平、数据分析水平和得出的结论。研究表明,有考古证据表明,前营地是一个先进的定居点,涵盖了定居点和道路网络的模式、港口和支持者、祈祷者、住房建筑、市场和通信网络。考古证据和历史数据表明,该营地被称为殖民时代在全球贸易中发挥重要作用的海港。营地港甚至被设定为苏拉威西海水域的自由港之一。营地港的作用目前正在衰退,就像避难港不再是海港一样。凯马是位于苏拉威西岛北部南部海岸的米纳哈萨北部摄政区之一。目前,Kema是一个人口稠密的渔村,分为Kema Satu、Kema Dua和Kema Tiga。根据历史数据,自16世纪以来,欧洲水手就知道凯马,他们停下来补充饮用水,然后扩建成一座港口城市。本研究旨在根据考古和历史资料,确定殖民时期苏拉威西海全球贸易中凯马存在的兴衰。本研究采用历史考古学方法,将考古数据与历史数据相结合。研究阶段包括数据收集阶段、数据分析阶段和结论阶段。研究结果表明,考古证据表明,凯马是一个先进的定居点,涵盖了定居点模式和道路网络、港口和配套设施、礼拜堂、住宅、市场和通信网络。考古证据和历史数据表明,凯马是殖民时期在全球贸易中发挥重要作用的海港。凯马甚至被指定为苏拉威西海的自由港之一。凯马的作用目前正在下降,只是作为一个渔港,不再是一个海港。
{"title":"Rise and Fall of Kema Port in Sulawesi Sea Trade Routes During Colonial Period: Based on Infrastructure Data","authors":"I. Marzuki","doi":"10.24832/KAPATA.V14I1.475","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/KAPATA.V14I1.475","url":null,"abstract":"Kema merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara yang berada di pesisir selatan Sulawesi. Saat ini Kema dikenal sebagai perkampungan nelayan padat penduduk yang terbagi menjadi Kema I, Kema II, dan Kema III. Riwayat sejarah Kema sudah dikenal semenjak abad XVI oleh pelaut-pelaut Eropa yang singgah untuk mengisi air minum, kemudian berkembang hingga menjadi sebuah kota pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pasang surut keberadaan pelabuhan kema dalam perdagangan global Laut Sulawesi masa kolonial berdasarkan data arkeologi dan sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan arkeologi kesejarahan yang memadukan data arkeologi dengan data sejarah. Tahapan penelitian meliputi tahap pengumpulan data, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan adanya bukti-bukti arkeologis yang mengindikasikan Kema dahulu merupakan sebuah permukiman yang sudah maju, meliputi pola permukiman dan jaringan jalan, pelabuhan dan saran pendukungnya, rumah ibadah, bangunan perumahan, pasar, dan jaringan komunikasi. Bukti arkeologis dan data sejarah mengungkap bahwa Kema dikenal sebagai pelabuhan laut yang memegang peranan penting dalam perdagangan global pada masa Kolonial. Pelabuhan Kema bahkan ditetapkan sebagai salah satu pelabuhan bebas di perairan Laut Sulawesi. Peran pelabuhan Kema saat ini mengalami kemunduran, hanya sebagai pelabuhan perikanan tidak lagi sebagai pelabuhan samudera.Kema is one of the districts in Minahasa Utara Regency located on the southern coast of Sulawesi Utara. Currently, Kema is known as a densely populated fishing village which is divided into Kema Satu, Kema Dua, and Kema Tiga. Based on historical data, Kema has been known since the 16 century by European sailors who stopped to fill drinking water, then expanded into a port city. This study aims to determine the rise and fall of the existence of Kema in the global trade of the Sulawesi Sea in the colonial period based on archaeological and historical data. This study uses a historical archeology approach that combines archaeological data with historical data. Research stages include data collection phase, data analysis, and conclusion. The results indicate archaeological evidence shows that Kema was an advanced settlement, covering the settlement patterns and road networks, ports and supporting facilities, houses of worship, residential buildings, markets, and communications networks. Archaeological evidence and historical data reveal that Kema is known as a seaport that plays an important role in global trading during the Colonial period. Kema is even designated as one of the free ports in Sulawesi Sea. The role of Kema is currently declining, only as a fishing port no longer as an ocean port. ","PeriodicalId":31643,"journal":{"name":"Kapata Arkeologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45598692","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
The Worship of Parwatarajadewa in Mount Lawu Lawu山对Parwatarajadewa的崇拜
Pub Date : 2018-07-30 DOI: 10.24832/KAPATA.V14I1.472
H. Purwanto, Coleta Palupi Titasari
Bukti-bukti mengenai gunung dianggap sakral dan suci telah didapatkan sejak Masa Prasejarah. Salah Satu gunung yang masih dipercaya sebagai tempat sakral adalah Gunung Lawu. Berdasarkan tinggalan arkeologis Gunung Lawu ini nampaknya mempunyai peranan cukup penting pada masa lalu, bahkan berlanjut hingga sekarang. Studi ini akan menelusuri jejak-jejak pemujaan terhadap parwatarajadewa yang bersemayam di Gunung Lawu. Untuk memecahkan permasahan tersebut digunakan metode pengumpulan data meliputi kajian pustaka, observasi, dan dokumentasi. Setelah itu, data dibedah mengunakan analisis kualitatif dibantu dengan teori Religi. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gunung Lawu mempunyai nama kuna (Hindu-Budhha) yaitu katong. Walaupun namanya berubah namun makna yang dikandung tetap memiliki persamaan. Komunitas yang beraktivitas di Gunung Lawu saat itu adalah kaum rsi dan pertapa yang tampaknya memuliakan seorang parwatarajadewa (dewa penguasa gunung). Hal ini berdasar atas banyaknya temuan tinggalan arkeologi di kawasan Gunung Lawu dan didukung pula dengan prasasti yang pernah ditemukan di Candi Sukuh. Nama dewa tersebut menurut Serat Centhini adalah Hyang Girinatha.Evidence of the mountain as considered sacred and sanctified have been obtained since the Prehistoric Period. One mountain that is still believed to be a sacred place is Mount Lawu. Based on archaeological remains, Mount Lawu seems to have played a significant role in the past, even persisting up till now. Mount Lawu is used as a place to live and religious activity from the past. This study traces the worship of Parwatarajadeway residing on Mount Lawu. In order to solve the problem, it used data collection methods including literature review, observation, and documentation. The analysis used qualitative assisted by Religious theory. The results of this study indicate that Mount Lawu has an ancient name that is katong. Although the name had changed but its meaning still have a resemblance. Community’ activities that move on Mount Lawu around the 15th to 16th century are the rsi and the ascetic who seem to glorify the Parwatarajadewa (the god of the mountain ruler). This is based on many findings of archaeological remains in the area of Mount Lawu and also supported with inscriptions ever found in Sukuh Temple. The name of the god according to Serat Centhini is Hyang Girinatha.
关于山被认为是神圣和神圣的证据可以追溯到史前时代。其中一座被认为是神圣之地的山是拉胡山。根据拉乌山的考古遗迹,它似乎在过去甚至现在都扮演着重要的角色。这项研究将追溯劳努山中帕瓦拉贾德神的虔诚痕迹。为了解决此类问题,使用的数据收集方法包括对库、观察和文献的审查。之后,通过宗教理论提供支持的定性分析来分析数据。根据这项研究,拉胡山的名字是“kuna”(印度教-佛教),意思是“katong”。尽管名称改变了,但其构思意义仍有一些共同之处。当时在拉乌山活动的是苦行僧和苦行僧,他们似乎在赞美一位至高无上的帕瓦亚神。这是基于劳乌山区的许多考古发现,以及在苏库神庙发现的铭文。根据檀香纤维,这位神的名字是Hyang Girinatha。自从史前时期以来,山的证据被认为是神圣和神圣的。一座仍然相信是神圣的地方的山是拉库。考虑到考古遗迹,拉古山似乎已经在过去上演了一场重要的对话,甚至现在还在继续。Lawu山曾经是一个充满活力和宗教活动的地方。这项研究表明,对瑙山居民的担忧。为了解决这个问题,它利用数据收集方法包括识字审查、观察和文档。宗教理论分析专业助理。这个关于拉古山的研究的结果是一个古老的名字。虽然这个名字变了,但它的意思是仍然有保留。15世纪到16世纪,社区的活动一直持续到16世纪,是rsi和ascetic,他们似乎把帕瓦拉神(the ruler mountain)荣耀了。这是基于在苏库寺发现的许多考古遗迹,并得到支持。上帝的名字对应于檀香纤维
{"title":"The Worship of Parwatarajadewa in Mount Lawu","authors":"H. Purwanto, Coleta Palupi Titasari","doi":"10.24832/KAPATA.V14I1.472","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/KAPATA.V14I1.472","url":null,"abstract":"Bukti-bukti mengenai gunung dianggap sakral dan suci telah didapatkan sejak Masa Prasejarah. Salah Satu gunung yang masih dipercaya sebagai tempat sakral adalah Gunung Lawu. Berdasarkan tinggalan arkeologis Gunung Lawu ini nampaknya mempunyai peranan cukup penting pada masa lalu, bahkan berlanjut hingga sekarang. Studi ini akan menelusuri jejak-jejak pemujaan terhadap parwatarajadewa yang bersemayam di Gunung Lawu. Untuk memecahkan permasahan tersebut digunakan metode pengumpulan data meliputi kajian pustaka, observasi, dan dokumentasi. Setelah itu, data dibedah mengunakan analisis kualitatif dibantu dengan teori Religi. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gunung Lawu mempunyai nama kuna (Hindu-Budhha) yaitu katong. Walaupun namanya berubah namun makna yang dikandung tetap memiliki persamaan. Komunitas yang beraktivitas di Gunung Lawu saat itu adalah kaum rsi dan pertapa yang tampaknya memuliakan seorang parwatarajadewa (dewa penguasa gunung). Hal ini berdasar atas banyaknya temuan tinggalan arkeologi di kawasan Gunung Lawu dan didukung pula dengan prasasti yang pernah ditemukan di Candi Sukuh. Nama dewa tersebut menurut Serat Centhini adalah Hyang Girinatha.Evidence of the mountain as considered sacred and sanctified have been obtained since the Prehistoric Period. One mountain that is still believed to be a sacred place is Mount Lawu. Based on archaeological remains, Mount Lawu seems to have played a significant role in the past, even persisting up till now. Mount Lawu is used as a place to live and religious activity from the past. This study traces the worship of Parwatarajadeway residing on Mount Lawu. In order to solve the problem, it used data collection methods including literature review, observation, and documentation. The analysis used qualitative assisted by Religious theory. The results of this study indicate that Mount Lawu has an ancient name that is katong. Although the name had changed but its meaning still have a resemblance. Community’ activities that move on Mount Lawu around the 15th to 16th century are the rsi and the ascetic who seem to glorify the Parwatarajadewa (the god of the mountain ruler). This is based on many findings of archaeological remains in the area of Mount Lawu and also supported with inscriptions ever found in Sukuh Temple. The name of the god according to Serat Centhini is Hyang Girinatha.","PeriodicalId":31643,"journal":{"name":"Kapata Arkeologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42060561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
Traces of the History of South Cisarua Plantation: Archives and Inscription of the Dutch Tomb in Kebon Jahe Cisarua-Bogor, Jawa Barat 南西沙鲁亚种植园的历史痕迹:爪哇巴拉特省Kebon Jahe西沙鲁亚茂物荷兰墓的档案和铭文
Pub Date : 2018-07-30 DOI: 10.24832/KAPATA.V14I1.481
Lia Nuralia
Makam Belanda (kerkhof) dengan inkripsi (prasasti) di Kebon Jahe merupakan sumber data arkeologis, menjadi petunjuk awal untuk penelusuran arsip kolonial sebagi sumber data sejarah. Sumber data sejarah dan arkeologis menjadi satu kolaborasi data yang saling melengkapi, yang dapat menjelaskan keberadaan perkebunan zaman Belanda yang sekarang sudah tidak ada. Apa dan bagaimana kedua sumber data tersebut menjadi bukti penting tentang keberadaan Perkebunan Cisarua Selatan di masa lalu, menjadi permasalahan dalam tulisan ini. Dengan demikian, tulisan ini bertujuan mengungkap jejak sejarah Perkebunan Cisarua Selatan berdasarkan arsip kolonial dan prasasti makam Belanda. Metode yang digunakan adalah metode penelitian arkeologi dengan pendekatan sejarah dan symbolic meaning, yang menerangkan tentang keberadaan Perkebunan Cisarua Selatan di masa lalu, melalui arti inskripsi dan ragam hias makam, serta identitas orang yang dimakamkan melalui sumber arsip Belanda. Hasil yang diperoleh adalah kepastian tentang keberadaan Perkebunan Cisarua Selatan di daerah Cisarua Bogor, dengan bukti fisik berupa tujuh Makam Belanda di Kampung Kebon Jahe, serta dokumen tertulis (rekaman sejarah) dalam Arsip Kolonial Indische Navorsher 1934 dan Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1920 No. 72.The Dutch tomb (kerkhof) with the inscription in Kebon Jahe is the source of archaeological data, becoming the initial guidance for searching colonial archives as a source of historical data. The source of historical and archaeological data becomes a collaboration of complementary data, which could explain the existence of a now-defunct Dutch plantation. What and how these two sources of data become important evidence of the existence of South Cisarua Plantation in the past, is a problem in this paper. Thus, this paper aims to reveal traces of the history of South Cisarua Plantation based on colonial archives and inscription of the Dutch tomb. The method used archaeological research with historical approach and symbolic meaning, which explains about the existence of South Cisarua Plantation in the past, through the meaning of inscriptions and decorative graves of the tomb, as well as the identity of people buried through the source of the Dutch archives. The results obtained certainty about the existence of South Cisarua Plantation in Cisarua Bogor area, with physical evidence in the form of seven Dutch Tombs in Kampung Kebon Jahe, as well as written documents as historical record in Colonial Archive of Indische Navorsher 1934 and Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1920 No. 72.
荷兰(kerkhof)墓和基本金吉尔的铭文是一个考古数据来源,是挖掘殖民地历史档案的早期迹象。历史和考古数据的来源是一个相互补充的数据合作,这可以解释荷兰种植园存在的原因,而这些种植园现在已经不复存在。这两种数据来源如何以及如何成为过去Cisarua种植园存在的重要证据,成为本文的一个问题。因此,它的目的是根据殖民时期的档案和荷兰墓葬的铭文,揭开南部奇萨鲁瓦种植园的历史痕迹。该方法是一种考古研究的方法,它以历史的方式和象征意义为研究,解释了南部奇萨鲁阿种植园的存在,通过铭文和装饰的意义,以及通过荷兰档案馆埋葬的人的身份。其结果是确定了西萨鲁阿南部的西萨鲁阿茂尔地区的存在,以及1934年kedische Navorsher和Staatsblad van nederlands schdie - indie档案中的物理证据(历史记录)。具有考古数据底本的荷兰tomb (kerkhof)是历史数据的原始基文。历史和考古数据的来源变成了完整的数据整合,这可以解释荷兰的新计划的存在。这两种数据来源的什么和如何成为过去西萨鲁瓦种植园存在的重要证据,这篇论文的问题是。这篇论文揭示了殖民档案馆和荷兰墓志铭上的南奇萨鲁瓦种植园历史的痕迹。利用考古学研究的历史倾向和象征意义,这说明了过去对南方存在的存在,通过其历史和装饰坟墓的意义,以及人民的身份在荷兰档案馆的源头被埋葬。The results获得certainty关于南萨鲁阿种植园在萨鲁阿茂之存在的区域里,用身体七in The form of The Dutch Tombs证据在家乡土地姜,as well as文档就读美国历史记录在殖民时期的档案Indische Navorsher 1934年和1920 Staatsblad van Nederlandsch-Indie 72号。
{"title":"Traces of the History of South Cisarua Plantation: Archives and Inscription of the Dutch Tomb in Kebon Jahe Cisarua-Bogor, Jawa Barat","authors":"Lia Nuralia","doi":"10.24832/KAPATA.V14I1.481","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/KAPATA.V14I1.481","url":null,"abstract":"Makam Belanda (kerkhof) dengan inkripsi (prasasti) di Kebon Jahe merupakan sumber data arkeologis, menjadi petunjuk awal untuk penelusuran arsip kolonial sebagi sumber data sejarah. Sumber data sejarah dan arkeologis menjadi satu kolaborasi data yang saling melengkapi, yang dapat menjelaskan keberadaan perkebunan zaman Belanda yang sekarang sudah tidak ada. Apa dan bagaimana kedua sumber data tersebut menjadi bukti penting tentang keberadaan Perkebunan Cisarua Selatan di masa lalu, menjadi permasalahan dalam tulisan ini. Dengan demikian, tulisan ini bertujuan mengungkap jejak sejarah Perkebunan Cisarua Selatan berdasarkan arsip kolonial dan prasasti makam Belanda. Metode yang digunakan adalah metode penelitian arkeologi dengan pendekatan sejarah dan symbolic meaning, yang menerangkan tentang keberadaan Perkebunan Cisarua Selatan di masa lalu, melalui arti inskripsi dan ragam hias makam, serta identitas orang yang dimakamkan melalui sumber arsip Belanda. Hasil yang diperoleh adalah kepastian tentang keberadaan Perkebunan Cisarua Selatan di daerah Cisarua Bogor, dengan bukti fisik berupa tujuh Makam Belanda di Kampung Kebon Jahe, serta dokumen tertulis (rekaman sejarah) dalam Arsip Kolonial Indische Navorsher 1934 dan Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1920 No. 72.The Dutch tomb (kerkhof) with the inscription in Kebon Jahe is the source of archaeological data, becoming the initial guidance for searching colonial archives as a source of historical data. The source of historical and archaeological data becomes a collaboration of complementary data, which could explain the existence of a now-defunct Dutch plantation. What and how these two sources of data become important evidence of the existence of South Cisarua Plantation in the past, is a problem in this paper. Thus, this paper aims to reveal traces of the history of South Cisarua Plantation based on colonial archives and inscription of the Dutch tomb. The method used archaeological research with historical approach and symbolic meaning, which explains about the existence of South Cisarua Plantation in the past, through the meaning of inscriptions and decorative graves of the tomb, as well as the identity of people buried through the source of the Dutch archives. The results obtained certainty about the existence of South Cisarua Plantation in Cisarua Bogor area, with physical evidence in the form of seven Dutch Tombs in Kampung Kebon Jahe, as well as written documents as historical record in Colonial Archive of Indische Navorsher 1934 and Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1920 No. 72.","PeriodicalId":31643,"journal":{"name":"Kapata Arkeologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44000099","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Looking For a Trace of Shamanism, in the Rock Art of Maros-Pangkep, South Sulawesi, Indonesia 在印度尼西亚南苏拉威西Maros Pangkep的岩石艺术中寻找萨满教的痕迹
Pub Date : 2018-07-30 DOI: 10.24832/KAPATA.V14I1.496
Irsyad Leihitu, R. C. E. Permana
Gambar cadas adalah fenomena arkeologi yang tersebar di seluruh dunia. Umumnya, seni prasejarah ini terdiri atas berbagai bentuk, motif, dan juga makna. Artikel ini membahas gambar cadas Indonesia, khususnya di wilayah Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Menurut teori David Lewis-Williams dan David S. Whitley tentang pendekatan neuropsikologi terhadap gambar cadas, mereka mendeskripsikan "beberapa" motif sebagai penggambaran tahapan atau metafora dari Altered State of Consciousness (ASC) yang berhubungan dengan shamanisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bagaimana teori ASC dapat diuji dalam gambar cadas Maros-Pangkep, dan juga menunjukkan indikasi keberadaan shamanisme dalam gambar cadas Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan analogi formal dan studi komparatif tentang motif-motif gambar cadas terpilih di kawasan Maros-Pangkep dengan gambar cadas di Afrika, Siberia, dan juga gambar cadas di Amerika. Hasilnya menunjukkan bahwa teori ASC dapat diterapkan dalam gambar cadas Indonesia dan ada beberapa indikasi shamanisme dalam gambar cadas di wilayah Maros-Pangkep.Rock art is an archaeological phenomenon which spread all over the world. Generally, this prehistoric art consists of various forms, motifs, and also meanings. This article discusses Indonesian rock art, particularly the Maros-Pangkep region in South Sulawesi. According to David Lewis-Williams and David S. Whitley’s theory about the neuropsychology approach to rock art, they describe “some” motifs as a depiction of stages or metaphors of the Altered State of Consciousness (ASC) that relates to shamanism. The aim of this study is to demonstrate how the ASC theory can be tested in Maros-Pangkep Rock Art, and also shows an indication of the existence of shamanism in Indonesian rock art. The research methods are formal analogy and comparative studies on the selected motifs of rock art in the Maros-Pangkep region with African, Siberian, and also American rock art. The result shows that the ASC theory can be applied in Indonesian rock art and there are some indications of shamanism in rock art motifs in the Maros-Pangkep region.
礼品图片是一种流传于世界各地的考古现象。总的来说,这种史前艺术包括各种形式、主题和意义。这篇文章讨论了印尼的礼品图片,特别是在南苏拉威西省的莫罗斯-潘克普地区。根据David Lewis Williams和David S.Whitley的地籍图像神经心理学方法理论,他们将“一些”主题描述为与萨满教相关的意识改变状态(ASC)的阶段或隐喻。本研究的目的是展示ASC理论如何在Maros Pangkep的尸体图像中得到检验,并表明印尼尸体图像中存在萨满教。该研究方法对Maros Pangkep地区的地籍图像主题与非洲、西伯利亚和美国的地籍图像进行了形式类比和比较研究。研究结果表明,ASC理论可以应用于印尼的尸体图像,并且在Maros-Pangkep的尸体图像中也有萨满教的迹象。岩石艺术是一种遍布世界各地的考古现象。一般来说,这种史前艺术包括各种形式、主题和意义。本文讨论了印度尼西亚的岩石艺术,特别是南苏拉威西的MarosPangkep地区。根据David Lewis Williams和David S.Whitley关于摇滚艺术神经心理学方法的理论,他们将“一些”主题描述为与萨满教有关的意识改变状态(ASC)的阶段或隐喻。本研究的目的是证明ASC理论如何在Maros Pangkep岩石艺术中得到检验,并表明萨满教在印度尼西亚岩石艺术中的存在。研究方法是对Maros Pankkep地区岩石艺术的选定主题与非洲、西伯利亚和美国岩石艺术进行形式类比和比较研究。研究结果表明,ASC理论可以应用于印度尼西亚的岩石艺术中,并且在Maros-Pangkep地区的岩石艺术主题中有一些萨满教的迹象。
{"title":"Looking For a Trace of Shamanism, in the Rock Art of Maros-Pangkep, South Sulawesi, Indonesia","authors":"Irsyad Leihitu, R. C. E. Permana","doi":"10.24832/KAPATA.V14I1.496","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/KAPATA.V14I1.496","url":null,"abstract":"Gambar cadas adalah fenomena arkeologi yang tersebar di seluruh dunia. Umumnya, seni prasejarah ini terdiri atas berbagai bentuk, motif, dan juga makna. Artikel ini membahas gambar cadas Indonesia, khususnya di wilayah Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Menurut teori David Lewis-Williams dan David S. Whitley tentang pendekatan neuropsikologi terhadap gambar cadas, mereka mendeskripsikan \"beberapa\" motif sebagai penggambaran tahapan atau metafora dari Altered State of Consciousness (ASC) yang berhubungan dengan shamanisme. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bagaimana teori ASC dapat diuji dalam gambar cadas Maros-Pangkep, dan juga menunjukkan indikasi keberadaan shamanisme dalam gambar cadas Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan analogi formal dan studi komparatif tentang motif-motif gambar cadas terpilih di kawasan Maros-Pangkep dengan gambar cadas di Afrika, Siberia, dan juga gambar cadas di Amerika. Hasilnya menunjukkan bahwa teori ASC dapat diterapkan dalam gambar cadas Indonesia dan ada beberapa indikasi shamanisme dalam gambar cadas di wilayah Maros-Pangkep.Rock art is an archaeological phenomenon which spread all over the world. Generally, this prehistoric art consists of various forms, motifs, and also meanings. This article discusses Indonesian rock art, particularly the Maros-Pangkep region in South Sulawesi. According to David Lewis-Williams and David S. Whitley’s theory about the neuropsychology approach to rock art, they describe “some” motifs as a depiction of stages or metaphors of the Altered State of Consciousness (ASC) that relates to shamanism. The aim of this study is to demonstrate how the ASC theory can be tested in Maros-Pangkep Rock Art, and also shows an indication of the existence of shamanism in Indonesian rock art. The research methods are formal analogy and comparative studies on the selected motifs of rock art in the Maros-Pangkep region with African, Siberian, and also American rock art. The result shows that the ASC theory can be applied in Indonesian rock art and there are some indications of shamanism in rock art motifs in the Maros-Pangkep region.","PeriodicalId":31643,"journal":{"name":"Kapata Arkeologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48539733","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Islamicization Strategies in Kao Ancient Village, North Halmahera 北哈马黑拉岛考古村落的伊斯兰化策略
Pub Date : 2018-07-30 DOI: 10.24832/KAPATA.V14I1.507
Wuri Handoko, Muhammad Al Mujabuddawat, Joss R. Whittaker
Situs permukiman Kampung kuno Kao terletak di pedalaman Halmahera Utara, berdiri di atas tanah yang relatif basah diapit oleh sungai Aer Kalak, Ake Ngoali, dan Ake Jodo dan dikelilingi oleh hutan sagu dan rawa. Kondisi permukiman di situs ini membuatnya memiliki keterbatasan ruang hunian, namun orang-orang yang menghuni Kampung kuno Kao bermukim di wilayah ini dalam jangka waktu yang relatif panjang, yaitu antara 100-200 tahun, dan bahkan tercatat dalam rekam sejarah bahwa wilayah Kao dahulu menjadi penyuplai makanan pokok Ternate. Penelitian ini bersifat deduktif, yaitu menyusun sebuah hipotesa yang kemudian diuji di lapangan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan dan ekskavasi arkeologi. Ragam data arkeologi baik artefak maupun tradisi lisan yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisa dengan merujuk pada sumber referensi yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Kao merupakan permukiman yang cukup maju  dan memiliki peran cukup penting sebagai wilayah pusat Islamisasi di Halmahera. Orang-orang di Kampung kuno Kao tinggal dalam waktu lama di satu lokasi didukung oleh sumber air dan potensi tanah-tanah pertanian menjadikan wilayah Kao sebagai bagian dari jaringan perdagangan yang ramai. Kao menjadi bagian dari strategi dalam penyebaran Islam ke wilayah-wilayah pedalaman lainnya, juga daerah-daerah pesisir di Halmahera Utara.The Kao Ancient Village settlement site is located in the hinterland of North Halmahera, standing on relatively wet ground flanked by the river Aer Kalak, Ake Ngoali, and Ake Jodo and surrounded by sago and swamp forests. The settlement conditions on the site make it limited for residential space, but a community of Kao people settled in this area for a relatively long period of time between 100-200 years and even recorded in history that Kao region is the main food supplier for Ternate in the past. This research conducted surface surveys and limited excavations, then mapped the areas of artifactual findings, and identified patterns of spatial use by analyzing surface features and artifact scatters. Variety of archeological data both artifacts and oral traditions are then analyzed guided by relevant reference sources. The results show that Kao Site is an advanced settlement and has a significant role as the center of Islamicization in Halmahera. The Kao people settled for a long time in one location supported by water sources and the potential of farming lands making the Kao area a part of bustling trade networks. Kao became part of a strategy in spreading Islam to other inland areas, as well as coastal areas in North Halmahera.
Kao古村落的遗址位于北Halmahera的深处,坐落在相对潮湿的土地上,由Aer Kalak河、Ake Ngoali河和Ake Jodo河包围,周围是萨古和拉瓦森林。该地的居住条件使其仅限于居住空间,但高古村落的居民在该地区定居的时间相对较长,在100年至200年之间,甚至在历史记录中记录到,高地区以前是Ternate树的供应商。这项研究是演绎的,即设计一个假设,然后在现场进行测试。本研究中的数据收集方法采用了实地观察和考古执行方法。建筑数据记录是在该领域获得的人工制品或语言传统,然后通过参考相关参考来源进行分析。研究表明,Kao遗址是一个相当先进的定居点,在Halmahera作为伊斯兰中部地区发挥着相当重要的作用。高古村的人们长期生活在一个有水源和农田潜力的地方,使高地区成为众多贸易网络的一部分。Kao古村落位于北Halmahera腹地,坐落在相对潮湿的地面上,两侧是Aer Kalak河、Ake Ngoali河和Ake Jodo河,周围是仙人掌和沼泽林。该地的定居条件使其居住空间有限,但一个高族人社区在该地区定居了100-200年的相对较长的时间,甚至在历史上记录了高地区是Ternate过去的主要食物供应地。这项研究进行了表面调查和有限的挖掘,然后绘制了人工发现的区域地图,并通过分析表面特征和人工散布来确定空间使用模式。然后,在相关参考资料的指导下,分析各种考古数据,包括文物和口头传统。研究结果表明,高遗址是一个先进的聚居地,在哈尔马赫拉具有重要的伊斯兰化中心作用。高族人长期定居在一个有水源和农田潜力的地方,使高地区成为繁忙贸易网络的一部分。高成为将伊斯兰教传播到其他内陆地区以及北哈尔玛赫拉沿海地区的战略的一部分。
{"title":"Islamicization Strategies in Kao Ancient Village, North Halmahera","authors":"Wuri Handoko, Muhammad Al Mujabuddawat, Joss R. Whittaker","doi":"10.24832/KAPATA.V14I1.507","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/KAPATA.V14I1.507","url":null,"abstract":"Situs permukiman Kampung kuno Kao terletak di pedalaman Halmahera Utara, berdiri di atas tanah yang relatif basah diapit oleh sungai Aer Kalak, Ake Ngoali, dan Ake Jodo dan dikelilingi oleh hutan sagu dan rawa. Kondisi permukiman di situs ini membuatnya memiliki keterbatasan ruang hunian, namun orang-orang yang menghuni Kampung kuno Kao bermukim di wilayah ini dalam jangka waktu yang relatif panjang, yaitu antara 100-200 tahun, dan bahkan tercatat dalam rekam sejarah bahwa wilayah Kao dahulu menjadi penyuplai makanan pokok Ternate. Penelitian ini bersifat deduktif, yaitu menyusun sebuah hipotesa yang kemudian diuji di lapangan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan dan ekskavasi arkeologi. Ragam data arkeologi baik artefak maupun tradisi lisan yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisa dengan merujuk pada sumber referensi yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Kao merupakan permukiman yang cukup maju  dan memiliki peran cukup penting sebagai wilayah pusat Islamisasi di Halmahera. Orang-orang di Kampung kuno Kao tinggal dalam waktu lama di satu lokasi didukung oleh sumber air dan potensi tanah-tanah pertanian menjadikan wilayah Kao sebagai bagian dari jaringan perdagangan yang ramai. Kao menjadi bagian dari strategi dalam penyebaran Islam ke wilayah-wilayah pedalaman lainnya, juga daerah-daerah pesisir di Halmahera Utara.The Kao Ancient Village settlement site is located in the hinterland of North Halmahera, standing on relatively wet ground flanked by the river Aer Kalak, Ake Ngoali, and Ake Jodo and surrounded by sago and swamp forests. The settlement conditions on the site make it limited for residential space, but a community of Kao people settled in this area for a relatively long period of time between 100-200 years and even recorded in history that Kao region is the main food supplier for Ternate in the past. This research conducted surface surveys and limited excavations, then mapped the areas of artifactual findings, and identified patterns of spatial use by analyzing surface features and artifact scatters. Variety of archeological data both artifacts and oral traditions are then analyzed guided by relevant reference sources. The results show that Kao Site is an advanced settlement and has a significant role as the center of Islamicization in Halmahera. The Kao people settled for a long time in one location supported by water sources and the potential of farming lands making the Kao area a part of bustling trade networks. Kao became part of a strategy in spreading Islam to other inland areas, as well as coastal areas in North Halmahera.","PeriodicalId":31643,"journal":{"name":"Kapata Arkeologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47130647","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
A Geological and Spatial Approach to Prehistoric Archaeological Surveys on Small Islands: Case Studies from Maluku Barat Daya, Indonesia 小岛屿史前考古调查的地质和空间方法——以印度尼西亚马鲁古-巴拉特-达亚为例
Pub Date : 2018-07-30 DOI: 10.24832/KAPATA.V13I2.458
S. Kealy, Lucas Wattimena, S. O’Connor
Survei arkeologi sangat penting untuk penemuan dan interpretasi sisa-sisa yang ditinggalkan oleh aktivitas manusia prasejarah. Saat ini penginderaan jarak jauh dan model prediktif telah meningkatkan jangkauan dan keberhasilan survei arkeologi, namun survei pejalan kaki untuk mengembangkan parameter model dan prediksi kebenaran dasar masih penting untuk keberhasilan suatu penemuan. Penelitian ini merupakan hasil survei arkeologi tahun 2017 di Pulau Babar Besar dan Pulau Wetang yang termasuk dalam bagian dari kelompok Kepulauan Babar, Maluku Barat Daya, Indonesia. Tercatat sebanyak 62 situs arkeologi ditemukan di kedua pulau tersebut, tujuh diantaranya merupakan situs lukisan cadas baru yang ditemukan di Pulau Wetang. Hasil survei ini menunjukkan keberhasilan penggunaan peta geologi dan topografi di samping citra satelit dalam mendeteksi daerah prospektif untuk survei. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemahaman karakteristik geologi daerah yang lebih rinci dan komparatif diperlukan sebelum dilakukan survei jarak jauh yang lebih lanjut di wilayah Maluku Barat Daya, Indonesia.Archaeological surveys are essential to the discovery and interpretation of remains left by past human activities. While remote sensing and predictive models have greatly improved the reach and success of archaeological survey, pedestrian surveys to develop model parameters and ground-truth predictions is still imperative for successful discoveries. Here we present the results of the 2017 archaeological survey of islands Babar Besar and Wetang in the Babar Island Group, Maluku Barat Daya, Indonesia. A total of 62 archaeological sites were recorded between the two islands; seven of which represent new rock art sites on Wetang island. Our survey results indicate the successful use of geological and topographic maps alongside satellite images in detecting prospective regions for survey. Results also indicate however that a more detailed and comparative understanding of the regions geology is required before more advanced forms of remote survey are conducted in the Maluku Barat Daya region.
考古研究对于发现和解释史前人类活动留下的遗迹非常重要。目前,遥感和预测模型增加了考古调查的范围和成功率,但开发模型参数和基本真相预测的步行调查对发现的成功仍然很重要。这项研究是2017年对大巴尔岛和湿地岛进行考古调查的结果,该岛属于印度尼西亚达亚沙姆西部的大巴尔群岛群。在这两个岛屿上发现了多达62个考古遗址,其中7个是在韦塘岛上发现的新的礼品画遗址。这项调查显示,地质测绘和地形图以及卫星图像在探测勘探远景方面取得了成功。这项研究的结果还表明,在印度尼西亚马里西部地区进行进一步调查之前,有必要对该地区的地质特征进行更详细和比较的了解。考古调查对于发现和解释过去人类活动留下的遗迹至关重要。虽然遥感和预测模型极大地提高了考古调查的范围和成功率,但行人调查以开发模型参数和地面实况预测仍然是成功发现的必要条件。在这里,我们展示了2017年对印度尼西亚马鲁古巴拉特达亚巴巴尔岛群巴巴尔贝萨尔岛和韦唐岛的考古调查结果。在这两个岛屿之间共记录了62处考古遗址;其中七个代表了韦塘岛上新的岩石艺术遗址。我们的调查结果表明,地质和地形图以及卫星图像成功地用于探测潜在的调查区域。然而,结果也表明,在马鲁古-巴拉特-达亚地区进行更先进的远程调查之前,需要对该地区的地质进行更详细和比较的了解。
{"title":"A Geological and Spatial Approach to Prehistoric Archaeological Surveys on Small Islands: Case Studies from Maluku Barat Daya, Indonesia","authors":"S. Kealy, Lucas Wattimena, S. O’Connor","doi":"10.24832/KAPATA.V13I2.458","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/KAPATA.V13I2.458","url":null,"abstract":"Survei arkeologi sangat penting untuk penemuan dan interpretasi sisa-sisa yang ditinggalkan oleh aktivitas manusia prasejarah. Saat ini penginderaan jarak jauh dan model prediktif telah meningkatkan jangkauan dan keberhasilan survei arkeologi, namun survei pejalan kaki untuk mengembangkan parameter model dan prediksi kebenaran dasar masih penting untuk keberhasilan suatu penemuan. Penelitian ini merupakan hasil survei arkeologi tahun 2017 di Pulau Babar Besar dan Pulau Wetang yang termasuk dalam bagian dari kelompok Kepulauan Babar, Maluku Barat Daya, Indonesia. Tercatat sebanyak 62 situs arkeologi ditemukan di kedua pulau tersebut, tujuh diantaranya merupakan situs lukisan cadas baru yang ditemukan di Pulau Wetang. Hasil survei ini menunjukkan keberhasilan penggunaan peta geologi dan topografi di samping citra satelit dalam mendeteksi daerah prospektif untuk survei. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemahaman karakteristik geologi daerah yang lebih rinci dan komparatif diperlukan sebelum dilakukan survei jarak jauh yang lebih lanjut di wilayah Maluku Barat Daya, Indonesia.Archaeological surveys are essential to the discovery and interpretation of remains left by past human activities. While remote sensing and predictive models have greatly improved the reach and success of archaeological survey, pedestrian surveys to develop model parameters and ground-truth predictions is still imperative for successful discoveries. Here we present the results of the 2017 archaeological survey of islands Babar Besar and Wetang in the Babar Island Group, Maluku Barat Daya, Indonesia. A total of 62 archaeological sites were recorded between the two islands; seven of which represent new rock art sites on Wetang island. Our survey results indicate the successful use of geological and topographic maps alongside satellite images in detecting prospective regions for survey. Results also indicate however that a more detailed and comparative understanding of the regions geology is required before more advanced forms of remote survey are conducted in the Maluku Barat Daya region.","PeriodicalId":31643,"journal":{"name":"Kapata Arkeologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45566388","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 11
Doro Bata Site in Dompu, Nusa Tenggara Barat: Study on Form, Space, and Time 努沙登加拉巴拉特东普的多罗巴塔遗址:形式、空间和时间的研究
Pub Date : 2018-07-30 DOI: 10.24832/kapata.v14i1.505
I. N. Rema, N. Juliawati, Hedwi Prihatmoko
Situs Doro Bata merupakan situs yang memiliki nilai penting bagi sejarah kebudayaan masyarakat Dompu, yang masih dapat disaksikan jejak-jejaknya hingga saat ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk, ruang, dan waktu Situs Dorobata. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dengan teknik ekskavasi, studi pustaka, dan wawancara. Data kemudian dianalisis secara spesifik, himpunan, dan konteks. Berdasarkan kegiatan penelitian di situs ini, dapat diketahui bahwa Bukit Dorobata berbentuk teras dengan tujuh undakan dan sebuah tangga masuk dari arah barat, dan pada bagian puncaknya ditemukan struktur pondasi yang diduga sebagai pondasi bangunan dengan konstruksi kayu. Situs ini berada pada sebuah bukit yang layak dijadikan hunian mengingat dukungan sumber daya alam di sekitarnya.  Berdasarkan keterangan budayawan dan hasil studi literatur diketahui bahwa situs ini tercipta ketika Dompu mendapatkan pengaruh kebudayaan Majapahit pada abad ke-14, dan diduga ditinggalkan pada abad ke-19 ketika meletusnya gunung Tambora.Doro Bata site is a site that has an important value for cultural history of Dompu society, of which traces can still be witnessed to this day. The purpose of this research is to recognize the form, space, and time of Doro Bata Site. Data collection was done through observation by excavation technique, literature study, and interview. The collected data was then analyzed and summarized. Based on the research activities on this site, it can be evident that the Doro Bata Hill is a seven-step terrace (berundak) and a stairway entering from the west, and at the top part was found a structure presumably as the foundation of a building with wooden construction. This site is located on a hill that deserves to be occupied into the settlement given the support of natural resources in the vicinity area. Based on the information from a number of cultural experts and the results of literature studies, it is known that this site was created when Dompu got the influence of Majapahit culture in the 14th century, and allegedly abandoned in the 19th century during the eruption of Mount Tambora. 
多罗巴塔遗址是一个对东普文化史具有重要价值的遗址,至今仍能在其足迹中看到。本研究的目的是找出多洛巴塔遗址的形状、空间和时间。数据收集是通过观察执行技巧、图书馆研究和访谈来完成的。然后对数据进行具体、集体和上下文分析。根据对该遗址的研究活动,已知Dorobata山是由钢制成的,有七个邀请和一个从西面进入的楼梯,在其顶部发现了预期作为建筑基础的基础结构,该建筑由木材建造。考虑到周围自然资源的支持,该场地位于一座值得住宿的山丘上。【UNK】根据文化证据和文献研究,该遗址是在14世纪东普受到马贾帕希特文化影响时创建的,预计将在19世纪坦博拉山脉爆发时留下。多罗巴塔遗址是一个对东普社会文化史具有重要价值的遗址,至今仍能看到其遗迹。本研究的目的是认识多罗巴塔遗址的形式、空间和时间。通过挖掘技术观察、文献研究和访谈等方法收集资料。然后对收集到的数据进行分析和总结。根据对该遗址的研究活动,可以明显看出,多罗巴塔山是一个七级露台(berundak)和一个从西部进入的楼梯,在顶部发现了一个可能是木制建筑基础的结构。该场地位于一座山丘上,考虑到附近地区的自然资源支持,该山丘值得被定居点占用。根据多位文化专家的信息和文献研究结果,已知该遗址是在14世纪多姆普受到马贾帕希特文化的影响时创建的,据称在19世纪坦博拉火山爆发期间被遗弃。
{"title":"Doro Bata Site in Dompu, Nusa Tenggara Barat: Study on Form, Space, and Time","authors":"I. N. Rema, N. Juliawati, Hedwi Prihatmoko","doi":"10.24832/kapata.v14i1.505","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/kapata.v14i1.505","url":null,"abstract":"Situs Doro Bata merupakan situs yang memiliki nilai penting bagi sejarah kebudayaan masyarakat Dompu, yang masih dapat disaksikan jejak-jejaknya hingga saat ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk, ruang, dan waktu Situs Dorobata. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dengan teknik ekskavasi, studi pustaka, dan wawancara. Data kemudian dianalisis secara spesifik, himpunan, dan konteks. Berdasarkan kegiatan penelitian di situs ini, dapat diketahui bahwa Bukit Dorobata berbentuk teras dengan tujuh undakan dan sebuah tangga masuk dari arah barat, dan pada bagian puncaknya ditemukan struktur pondasi yang diduga sebagai pondasi bangunan dengan konstruksi kayu. Situs ini berada pada sebuah bukit yang layak dijadikan hunian mengingat dukungan sumber daya alam di sekitarnya.  Berdasarkan keterangan budayawan dan hasil studi literatur diketahui bahwa situs ini tercipta ketika Dompu mendapatkan pengaruh kebudayaan Majapahit pada abad ke-14, dan diduga ditinggalkan pada abad ke-19 ketika meletusnya gunung Tambora.Doro Bata site is a site that has an important value for cultural history of Dompu society, of which traces can still be witnessed to this day. The purpose of this research is to recognize the form, space, and time of Doro Bata Site. Data collection was done through observation by excavation technique, literature study, and interview. The collected data was then analyzed and summarized. Based on the research activities on this site, it can be evident that the Doro Bata Hill is a seven-step terrace (berundak) and a stairway entering from the west, and at the top part was found a structure presumably as the foundation of a building with wooden construction. This site is located on a hill that deserves to be occupied into the settlement given the support of natural resources in the vicinity area. Based on the information from a number of cultural experts and the results of literature studies, it is known that this site was created when Dompu got the influence of Majapahit culture in the 14th century, and allegedly abandoned in the 19th century during the eruption of Mount Tambora. ","PeriodicalId":31643,"journal":{"name":"Kapata Arkeologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46251968","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Sharing Knowledge: Archaeology and Education in the Maluku, Indonesia 分享知识:印度尼西亚马鲁古的考古与教育
Pub Date : 2018-07-23 DOI: 10.24832/kapata.v14i1.466
Marlon Ririmasse
Mengembangkan kurikulum Sekolah bermuatan sejarah yang representatif merupakan sebuah tantangan di Indonesia. Berbagai macam etnis dan latar belakang budaya di negara ini telah menciptakan situasi manajemen pendidikan yang unik. Suatu pendekatan yang tidak konvensional yang menekankan muatan lokal telah dikembangkan oleh Pemerintah dalam dua dekade terakhir untuk memenuhi permintaan terhadap representasi isu-isu lokal dalam sejarah dan mata pelajaran yang terkait di sekolah-sekolah. Meskipun sudah ada pendekatan yang diinisiasi, namun pelaksanaan program di tingkat nasional masih jauh dari efektif karena keterbelakangan konsep dan kekurangan sumber daya manusia. Partisipasi lembaga, kelompok, atau individu dengan pengetahuan dan keahlian tertentu tentang budaya lokal di luar lembaga pendidikan formal dewasa ini diadopsi sebagai solusi yang mungkin efektif. Dalam hal ini arkeologi sangat mungkin memberikan kontribusi positif. Tulisan ini akan membahas masalah dengan berfokus pada kontribusi arkeologi untuk mengembangkan muatan lokal dalam pendidikan di wilayah Maluku, Indonesia. Pembahasan tulisan ini akan mencakup contoh sejumlah program dan proyek, yang telah dilakukan dalam sepuluh tahun terakhir.Developing representational historical content for school curricula is a challenge in Indonesia. The wide range of ethnicities and cultural backgrounds in the country has created a unique education management situation. An unconventional approach emphasizing local content (muatan lokal) has been developed by the national government in the last two decades to address the demand for more representation of local issues in history and related subjects at schools. Despite this creative approach, the implementation of the program at the national level is still far from effective due to the underdevelopment of the concept and shortage of human resources. The participation of institutions, groups or individuals with the particular knowledge and expertise on local culture outside the formal educational institution has recently been adopted as a possible effective solution. This is a role in which archaeology might also make a positive contribution. This paper will discuss this issue by focusing on the contribution of archaeology to develop the local content in the education of Moluccas region in Indonesia. The discussion will include the examples of the program and project, which has been conducted in the last ten years.
在印尼,开发具有代表性的历史课程是一个挑战。该国不同的种族和文化背景创造了一种独特的教育管理环境。政府在过去二十年中发展出一种非常规的方法,以满足对当地历史问题及其相关学科表现的要求。尽管启动了方法,但由于概念的滞后和人力资源的缺乏,国家层面的项目的实施远非有效。今天正规教育机构以外具有当地文化知识和专业知识的团体、团体或个人参与是可能有效的解决方案。在这种情况下,考古学很可能有积极的贡献。这篇文章将集中讨论这个问题,重点是在印度尼西亚马鲁库地区发展本土内容教育方面的考古贡献。本文将以过去十年进行的许多项目和项目为例。印尼的历史项目代表是一个挑战。国家的丰富文化背景创造了一种独特的教育管理环境。最近两周,国家政府在学校对地方问题进行了更广泛的调查。尽管如此,这种创造性的同意,国家层面上项目的实施,对人类资源的可行性和限制仍然遥不可及。在正规教育机构之外的地方知识和存在的地方文化的参与、成长或个人的参与一直被认为是一种可能有效的解决方案。这是考古学可能带来积极贡献的角色。这篇论文将通过专注于在印度尼西亚莫卢卡地区的教育中发展当地的内容来解决这个问题。这项指控将包括过去10年里构思的计划和项目的概述。
{"title":"Sharing Knowledge: Archaeology and Education in the Maluku, Indonesia","authors":"Marlon Ririmasse","doi":"10.24832/kapata.v14i1.466","DOIUrl":"https://doi.org/10.24832/kapata.v14i1.466","url":null,"abstract":"Mengembangkan kurikulum Sekolah bermuatan sejarah yang representatif merupakan sebuah tantangan di Indonesia. Berbagai macam etnis dan latar belakang budaya di negara ini telah menciptakan situasi manajemen pendidikan yang unik. Suatu pendekatan yang tidak konvensional yang menekankan muatan lokal telah dikembangkan oleh Pemerintah dalam dua dekade terakhir untuk memenuhi permintaan terhadap representasi isu-isu lokal dalam sejarah dan mata pelajaran yang terkait di sekolah-sekolah. Meskipun sudah ada pendekatan yang diinisiasi, namun pelaksanaan program di tingkat nasional masih jauh dari efektif karena keterbelakangan konsep dan kekurangan sumber daya manusia. Partisipasi lembaga, kelompok, atau individu dengan pengetahuan dan keahlian tertentu tentang budaya lokal di luar lembaga pendidikan formal dewasa ini diadopsi sebagai solusi yang mungkin efektif. Dalam hal ini arkeologi sangat mungkin memberikan kontribusi positif. Tulisan ini akan membahas masalah dengan berfokus pada kontribusi arkeologi untuk mengembangkan muatan lokal dalam pendidikan di wilayah Maluku, Indonesia. Pembahasan tulisan ini akan mencakup contoh sejumlah program dan proyek, yang telah dilakukan dalam sepuluh tahun terakhir.Developing representational historical content for school curricula is a challenge in Indonesia. The wide range of ethnicities and cultural backgrounds in the country has created a unique education management situation. An unconventional approach emphasizing local content (muatan lokal) has been developed by the national government in the last two decades to address the demand for more representation of local issues in history and related subjects at schools. Despite this creative approach, the implementation of the program at the national level is still far from effective due to the underdevelopment of the concept and shortage of human resources. The participation of institutions, groups or individuals with the particular knowledge and expertise on local culture outside the formal educational institution has recently been adopted as a possible effective solution. This is a role in which archaeology might also make a positive contribution. This paper will discuss this issue by focusing on the contribution of archaeology to develop the local content in the education of Moluccas region in Indonesia. The discussion will include the examples of the program and project, which has been conducted in the last ten years.","PeriodicalId":31643,"journal":{"name":"Kapata Arkeologi","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41322847","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
Kapata Arkeologi
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1