Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.22435/mgmi.v12i2.3856
Susi Nurohmi, Kartika Pibriyanti, Dianti Desita Sari
Latar belakang. Anemia masih merupakan permasalahan gizi yang dihadapi oleh Indonesia bahkan dunia. Salah satu upaya untuk mengurangi prevalensi anemia adalah memberikan suplementasi zat besi pada remaja. Beberapa penelitian membuktikan efektivitas zat besi meningkat dengan adanya vitamin. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian suplemen zat besi dan vitamin C pada santri. Metode. Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah santri putri remaja usia 16–18 tahun sebanyak 56 orang yang mengalami anemia yang hanya memiliki kadar hemoglobin (Hb) <12 g/dL. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental dengan dua kelompok perlakuan yaitu kelompok suplementasi zat besi (Fe) dan kelompok suplementasi zat besi dan vitamin C (Fe+Vit C). Perlakuan dilakukan selama 90 hari dengan satu minggu sekali pemberian suplemen. Analisis statistik digunakan untuk melihat perbedaan variabel dari dua kelompok perlakuan (Independent sample t-test dan Mann Whitney) serta perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah perlakuan (Paired sample t-test dan Wilcoxon). Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari mayoritas subjek memiliki status gizi yang normal dilihat dari parameter IMT/U, lingkar lengan atas (LiLA), dan lingkar pinggang. Sebelum intervensi dilakukan, sebagian besar subjek pada kelompok Fe (58,6%) memiliki status anemia ringan sementara pada kelompok Fe+Vit C, 55,6 persen dikategorikan memiliki status anemia sedang. Rata-rata kadar Hb sebelum intervensi pada kelompok Fe adalah 10,7 g/dL sedangkan pada kelompok Fe+Vit C adalah 11,1 g/dL. Kadar Hb mengalami peningkatan secara signifikan pada kelompok Fe dan Fe+Vit C menjadi 13,0 g/dL dan 12,4 g/dL setelah intervensi dilakukan. Namun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar Hb setelah intervensi antara kedua kelompok perlakuan. Kesimpulan. Suplementasi Fe maupun Fe+Vit C dapat memperbaiki status anemia pada santri meskipun kadar Hb pada kedua kelompok tidak berbeda nyata setelah intervensi.
{"title":"EFEKTIVITAS SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN VITAMIN C UNTUK MEMPERBAIKI STATUS ANEMIA SANTRI","authors":"Susi Nurohmi, Kartika Pibriyanti, Dianti Desita Sari","doi":"10.22435/mgmi.v12i2.3856","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mgmi.v12i2.3856","url":null,"abstract":"Latar belakang. Anemia masih merupakan permasalahan gizi yang dihadapi oleh Indonesia bahkan dunia. Salah satu upaya untuk mengurangi prevalensi anemia adalah memberikan suplementasi zat besi pada remaja. Beberapa penelitian membuktikan efektivitas zat besi meningkat dengan adanya vitamin. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian suplemen zat besi dan vitamin C pada santri. Metode. Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah santri putri remaja usia 16–18 tahun sebanyak 56 orang yang mengalami anemia yang hanya memiliki kadar hemoglobin (Hb) <12 g/dL. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimental dengan dua kelompok perlakuan yaitu kelompok suplementasi zat besi (Fe) dan kelompok suplementasi zat besi dan vitamin C (Fe+Vit C). Perlakuan dilakukan selama 90 hari dengan satu minggu sekali pemberian suplemen. Analisis statistik digunakan untuk melihat perbedaan variabel dari dua kelompok perlakuan (Independent sample t-test dan Mann Whitney) serta perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah perlakuan (Paired sample t-test dan Wilcoxon). Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari mayoritas subjek memiliki status gizi yang normal dilihat dari parameter IMT/U, lingkar lengan atas (LiLA), dan lingkar pinggang. Sebelum intervensi dilakukan, sebagian besar subjek pada kelompok Fe (58,6%) memiliki status anemia ringan sementara pada kelompok Fe+Vit C, 55,6 persen dikategorikan memiliki status anemia sedang. Rata-rata kadar Hb sebelum intervensi pada kelompok Fe adalah 10,7 g/dL sedangkan pada kelompok Fe+Vit C adalah 11,1 g/dL. Kadar Hb mengalami peningkatan secara signifikan pada kelompok Fe dan Fe+Vit C menjadi 13,0 g/dL dan 12,4 g/dL setelah intervensi dilakukan. Namun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar Hb setelah intervensi antara kedua kelompok perlakuan. Kesimpulan. Suplementasi Fe maupun Fe+Vit C dapat memperbaiki status anemia pada santri meskipun kadar Hb pada kedua kelompok tidak berbeda nyata setelah intervensi.","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47760441","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.22435/mgmi.v12i2.4648
A. Nugraheni, Mutiara Prihatini, Aya Yuriestia Arifin, Fifi Retiaty, Fitrah Ernawati
Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Anemia pada ibu hamil dapat berdampak pada kesehatan ibu hamil dan anak yang akan dilahirkan. Di negara sedang berkembang seperti di Indonesia penyebab anemia sebagian disebabkan kurang asupan zat besi, dan zat gizi mikro lainnya seperti zink dan vitamin A. Tujuan. penelitian ini bertujuan untuk meneliti profil zat gizi mikroserum ibu hamil dan melihat hubungan antara kadar Hb dengan kadar sTfR, zink, dan vitamin A pada ibu hamil. Metode. Desain penelitian ini adalah potong lintang yang merupakan bagian dari penelitian kohort biomedis tahun 2018 dengan subjek penelitian ibu hamil berusia 16–46 tahun sebanyak 114 sampel. Variabel yang diamati adalah kadar Hb, sTfR, zink, dan vitamin A. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 18.0 dengan uji deskriptif dan uji korelasi pearson. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat ibu hamil yang tergolong pada usia berisiko, yaitu pada kelompok usia 16–19 tahun sebanyak 5,3% dan kelompok usia 41–46 tahun sebanyak 3,5%. Proporsi anemia pada ibu hamil tertinggi dijumpai pada kelompok usia 20–30 tahun yaitu 67,9% dan kelompok usia 31–40 yaitu 33,0%. Secara umum ibu hamil mengalami anemia sebanyak 35,1% dan kekurangan zink sebanyak 86,8%. Kadar sTfR, zink, dan vitamin A berhubungan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Untuk mencegah anemia pada ibu hamil perlu perbaikan kadar besi, zink, dan vitamin A yang dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan makanan sumber zat besi, zink, dan vitamin A khususnya pada ibu hamil usia 20–30 tahun.
{"title":"PROFIL ZAT GIZI MIKRO (ZAT BESI, ZINK, VITAMIN A) DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL","authors":"A. Nugraheni, Mutiara Prihatini, Aya Yuriestia Arifin, Fifi Retiaty, Fitrah Ernawati","doi":"10.22435/mgmi.v12i2.4648","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mgmi.v12i2.4648","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Anemia pada ibu hamil dapat berdampak pada kesehatan ibu hamil dan anak yang akan dilahirkan. Di negara sedang berkembang seperti di Indonesia penyebab anemia sebagian disebabkan kurang asupan zat besi, dan zat gizi mikro lainnya seperti zink dan vitamin A. Tujuan. penelitian ini bertujuan untuk meneliti profil zat gizi mikroserum ibu hamil dan melihat hubungan antara kadar Hb dengan kadar sTfR, zink, dan vitamin A pada ibu hamil. Metode. Desain penelitian ini adalah potong lintang yang merupakan bagian dari penelitian kohort biomedis tahun 2018 dengan subjek penelitian ibu hamil berusia 16–46 tahun sebanyak 114 sampel. Variabel yang diamati adalah kadar Hb, sTfR, zink, dan vitamin A. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 18.0 dengan uji deskriptif dan uji korelasi pearson. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat ibu hamil yang tergolong pada usia berisiko, yaitu pada kelompok usia 16–19 tahun sebanyak 5,3% dan kelompok usia 41–46 tahun sebanyak 3,5%. Proporsi anemia pada ibu hamil tertinggi dijumpai pada kelompok usia 20–30 tahun yaitu 67,9% dan kelompok usia 31–40 yaitu 33,0%. Secara umum ibu hamil mengalami anemia sebanyak 35,1% dan kekurangan zink sebanyak 86,8%. Kadar sTfR, zink, dan vitamin A berhubungan dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Untuk mencegah anemia pada ibu hamil perlu perbaikan kadar besi, zink, dan vitamin A yang dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan makanan sumber zat besi, zink, dan vitamin A khususnya pada ibu hamil usia 20–30 tahun.","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41912099","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.22435/mgmi.v12i2.2962
K. Pakpahan, Nadiyah Nadiyah, Harna Harna, Mertien Sa'pang, Yulia Wahyuni
Latar Belakang. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai penyakit yang saling berhubungan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi fisiologis tubuh juga semakin berkurang dan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perubahan fisiologis karena dengan semakin bertambahnya umur, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Hipertensi juga sering dikaitkan dengan status gizi karena seseorang yang memiliki berat badan lebih cenderung mengalami hipertensi daripada orang dengan berat badan normal. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia yaitu berkurangnya kekuatan jantung. Asupan makan sangat berperan penting dalam menunjang kesehatan dan kontrol tekanan darah. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecukupan lemak tidak jenuh tunggal, kalsium, magnesium, kalium, dan status gizi dengan kejadian hipertensi pada lansia di Posbindu PTM Puskesmas Tajur Kota Tangerang. Metode. Rancangan penelitian menggunakan desain cross-sectional. Rancangan dipilih secara proportional stratified random berjumlah 108 responden. Analisis data menggunakan Chi Square. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecukupan lemak tidak jenuh tunggal (96,3%), kalsium (81,5%), dan kalium (54,6%) tergolong kurang (<77% AKG) namun untuk tingkat kecukupan magnesium tergolong cukup (68,5%) dan sebagian besar responden dengan status gizi overweight (74%). Oleh karena itu, tidak terdapat hubungan antara tingkat kecukupan lemak tidak jenuh tunggal, kalsium, magnesium, kalium, dan status gizi dengan kejadian hipertensi (p>0,05). Kesimpulan. Tidak ada hubungan antara kecukupan konsumsi lemak tidak jenuh tunggal, kalsium, magnesium, kalium, dan status gizi dengan kejadian hipertensi pada lansia di Posbindu PTM Puskesmas Tajur Kota Tangerang. Akan tetapi kemungkinan disebabkan faktor resiko lain yang berhubungan dengan hipertensi yang tidak dianalisa dalam penelitian ini. Selain itu, perlu diperhatikan asupan untuk menunjang kesehatan lansia.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECUKUPAN LEMAK TIDAK JENUH TUNGGAL, MINERAL, DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSBINDU PTM PUSKESMAS TAJUR KOTA TANGERANG","authors":"K. Pakpahan, Nadiyah Nadiyah, Harna Harna, Mertien Sa'pang, Yulia Wahyuni","doi":"10.22435/mgmi.v12i2.2962","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mgmi.v12i2.2962","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Hipertensi dapat menyebabkan berbagai penyakit yang saling berhubungan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi fisiologis tubuh juga semakin berkurang dan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perubahan fisiologis karena dengan semakin bertambahnya umur, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit. Hipertensi juga sering dikaitkan dengan status gizi karena seseorang yang memiliki berat badan lebih cenderung mengalami hipertensi daripada orang dengan berat badan normal. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia yaitu berkurangnya kekuatan jantung. Asupan makan sangat berperan penting dalam menunjang kesehatan dan kontrol tekanan darah. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecukupan lemak tidak jenuh tunggal, kalsium, magnesium, kalium, dan status gizi dengan kejadian hipertensi pada lansia di Posbindu PTM Puskesmas Tajur Kota Tangerang. Metode. Rancangan penelitian menggunakan desain cross-sectional. Rancangan dipilih secara proportional stratified random berjumlah 108 responden. Analisis data menggunakan Chi Square. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecukupan lemak tidak jenuh tunggal (96,3%), kalsium (81,5%), dan kalium (54,6%) tergolong kurang (<77% AKG) namun untuk tingkat kecukupan magnesium tergolong cukup (68,5%) dan sebagian besar responden dengan status gizi overweight (74%). Oleh karena itu, tidak terdapat hubungan antara tingkat kecukupan lemak tidak jenuh tunggal, kalsium, magnesium, kalium, dan status gizi dengan kejadian hipertensi (p>0,05). Kesimpulan. Tidak ada hubungan antara kecukupan konsumsi lemak tidak jenuh tunggal, kalsium, magnesium, kalium, dan status gizi dengan kejadian hipertensi pada lansia di Posbindu PTM Puskesmas Tajur Kota Tangerang. Akan tetapi kemungkinan disebabkan faktor resiko lain yang berhubungan dengan hipertensi yang tidak dianalisa dalam penelitian ini. Selain itu, perlu diperhatikan asupan untuk menunjang kesehatan lansia.","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45882290","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.22435/mgmi.v12i2.4952
Toto Sudargo, Atika Anif Prameswari, Bianda Aulia, Tira Aristasari, Khusnul Alfionita, Rahadyana Muslichah, Alim Isnansetyo, I. D. Puspita, Siti Ari Budhiyanti, Sheila Rosmala Putri
Latar Belakang. Uji sensoris dan uji umur simpan pada pengembangan produk pangan diperlukan agar produk yang dihasilkan dapat diterima dan aman bagi konsumen. Individu yang mengalami prediabetes memiliki kesempatan untuk mencegah atau menunda perkembangan terjadinya diabetes melitus (DM) jika dapat memperbaiki pola hidupnya. Makanan selingan adalah bagian penting dalam manajemen pola makan penyandang prediabetes sehingga jumlah dan jenis bahan makanannya perlu dipertimbangkan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan merumuskan sifat organoleptik dan umur simpan suatu produk makanan selingan untuk penyandang prediabetes. Metode. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan rancangan acak lengkap untuk menguji karakteristik sensoris empat formula rasa pada produk makanan selingan prediabetes. Uji pendugaan umur simpan dengan Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT) Arrhenius melalui pendekatan nilai angka thiobarbituric acid (TBA) dilakukan pada produk yang belum diberi rasa. Produk disimpan pada suhu 4°C, 27°C, dan 45°C. Analisis statistik dilakukan dengan uji Kruskall Wallis dilanjutkan uji Post-Hoc Mann Whitney. Hasil. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar formula pada parameter warna dan aroma sampel, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada parameter rasa, tekstur, dan nilai keseluruhan (p<0,05). Hasil analisis uji pendugaan umur simpan menunjukkan bahwa persamaan regresi pada orde 1 dapat digunakan sebagai pendekatan untuk memprediksi umur simpan makanan selingan untuk prediabetes. Kesimpulan. Makanan selingan prediabetes yang paling disukai untuk parameter warna, aroma, rasa, dan penilaian keseluruhan adalah formula F3 (bumbu bubuk bawang dan garam), sedangkan formula F2 (bumbu bubuk bawang) adalah yang paling disukai untuk parameter tekstur. Prediksi umur simpan makanan selingan untuk prediabetes pada suhu ruang/normal 30°C adalah 80,97 hari atau sama dengan 2,69 bulan.
背景。感觉测试和寿命测试储存到食品开发的必要目的,以便生产的产品能够被接受和安全的消费者。糖尿病前期患者如果能改善生活方式,就有机会预防或延缓糖尿病(DM)的发展。中间的食物是糖尿病前饮食管理的重要组成部分,需要考虑饮食的数量和种类。目标。本研究旨在分析和定义有机性质和年龄为糖尿病患者储存中间食品。方法。本研究采用全随机设计的实验设计,测试糖尿病前期食品的四种感觉特征。用肾上腺素、Shelf-Life test对Arrhenius进行活期保质期测试,方法是对一种没有味道的产品进行硫barbituric acid (TBA)的检测。产品在4°C的温度下保存,27°C, 45°C。统计分析是通过Kruskall Wallis测试恢复后hoc Mann Whitney测试进行的。结果。在样本的颜色参数和气味中,配方之间没有明显的差异,但在味道、纹理和整体价值参数(p< 0.05)中却存在显著差异。对保龄进行的分析表明,第一项的回归方程可以作为一种预测糖尿病介质保存寿命的方法。结论。对于颜色参数、气味、味觉和整体判断,最受欢迎的糖尿病后顾性饮食是F3(洋葱粉和盐的调味料),而F2(洋葱粉调味料)则是纹理参数的首选。预测食品保质期为prediabetes插曲在正常室温- 30°C是80.97或等于2,69月一天。
{"title":"ANALISIS SENSORIS DAN UMUR SIMPAN MAKANAN SELINGAN PREDIABETES BERBASIS TUNA (Thunnus sp.) DAN LABU SIAM (Sechium edule)","authors":"Toto Sudargo, Atika Anif Prameswari, Bianda Aulia, Tira Aristasari, Khusnul Alfionita, Rahadyana Muslichah, Alim Isnansetyo, I. D. Puspita, Siti Ari Budhiyanti, Sheila Rosmala Putri","doi":"10.22435/mgmi.v12i2.4952","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mgmi.v12i2.4952","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Uji sensoris dan uji umur simpan pada pengembangan produk pangan diperlukan agar produk yang dihasilkan dapat diterima dan aman bagi konsumen. Individu yang mengalami prediabetes memiliki kesempatan untuk mencegah atau menunda perkembangan terjadinya diabetes melitus (DM) jika dapat memperbaiki pola hidupnya. Makanan selingan adalah bagian penting dalam manajemen pola makan penyandang prediabetes sehingga jumlah dan jenis bahan makanannya perlu dipertimbangkan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan merumuskan sifat organoleptik dan umur simpan suatu produk makanan selingan untuk penyandang prediabetes. Metode. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan rancangan acak lengkap untuk menguji karakteristik sensoris empat formula rasa pada produk makanan selingan prediabetes. Uji pendugaan umur simpan dengan Accelerated Shelf-Life Testing (ASLT) Arrhenius melalui pendekatan nilai angka thiobarbituric acid (TBA) dilakukan pada produk yang belum diberi rasa. Produk disimpan pada suhu 4°C, 27°C, dan 45°C. Analisis statistik dilakukan dengan uji Kruskall Wallis dilanjutkan uji Post-Hoc Mann Whitney. Hasil. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar formula pada parameter warna dan aroma sampel, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada parameter rasa, tekstur, dan nilai keseluruhan (p<0,05). Hasil analisis uji pendugaan umur simpan menunjukkan bahwa persamaan regresi pada orde 1 dapat digunakan sebagai pendekatan untuk memprediksi umur simpan makanan selingan untuk prediabetes. Kesimpulan. Makanan selingan prediabetes yang paling disukai untuk parameter warna, aroma, rasa, dan penilaian keseluruhan adalah formula F3 (bumbu bubuk bawang dan garam), sedangkan formula F2 (bumbu bubuk bawang) adalah yang paling disukai untuk parameter tekstur. Prediksi umur simpan makanan selingan untuk prediabetes pada suhu ruang/normal 30°C adalah 80,97 hari atau sama dengan 2,69 bulan. \u0000 ","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47620502","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.22435/mgmi.v12i2.3926
Enggar Wijayanti, Zuraida Zulkarnain
Latar belakang. Air Susu Ibu (ASI) mengandung makronutrien dan mikronutrien yang sangat penting bagi bayi yang baru lahir. Salah satu mikronutrien penting yang terdapat dalam ASI adalah zat besi (Fe). Asupan makanan ibu selama menyusui dan pemberian jamu pelancar ASI diduga berpengaruh terhadap kadar Fe pada ASI yang dihasilkan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh zat gizi (makronutrien dan mikronutrien) dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu dan pemberian jamu pelancar ASI dengan kandungan Fe dalam ASI. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kohort intervensi dan merupakan bagian dari penelitian “Observasi Klinik Formula Jamu Pelancar Air Susu Ibu (ASI)” yang dilakukan selama bulan Maret sampai Desember 2018. Penelitian ini dilakukan di tempat praktik 6 orang dokter Saintifikasi Jamu (SJ) di wilayah eks Karesidenan Surakarta. Subjek merupakan ibu menyusui berjumlah 34 orang berusia 17–40 tahun. Data kadar Fe dalam ASI dan konsumsi makanan ibu diambil pada hari sebelum perlakuan (hari ke-0) dan setelah 28 hari pemberian jamu pelancar ASI (hari ke-28). Data konsumsi makanan dikumpulkan melalui wawancara menggunakan formulir food recall 2X24 jam yang diambil pada satu hari kerja (Senin–Jumat) dan satu hari di akhir pekan (Sabtu–Minggu). Data selanjutnya, dianalisis dengan program Nutrisurvey 2007. Hasil. Penelitian ini mendapatkan tingkat konsumsi energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan seng kecuali vitamin C dari subjek lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk ibu menyusui. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan tidak ada perbedaan kadar Fe ASI sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil uji regresi linier menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar Fe dalam ASI dengan asupan zat gizi ibu (p>0,05). Kesimpulan. Asupan gizi ibu dan pemberian jamu pelancar ASI tidak berpengaruh terhadap kadar Fe dalam ASI.
背景母乳(ASI)含有对新生儿非常重要的大量营养素和微量营养素。ASI中重要的微量营养素之一是铁(Fe)。母亲在母乳喂养期间的食物摄入和ASI发射器时钟的使用预计会影响ASI产生的铁含量。目标本研究旨在确定gizi(大量营养素和微量营养素)对母亲食用食物的影响,以及ASI中含铁的ASI启动时钟的管理。方法这项研究是一项干预的队列研究,是2018年3月至12月进行的“牛奶发射器(ASI)时钟配方奶粉临床观察”研究的一部分。这项研究是由六名Jamu科学医生(SJ)在前Karesidenan-Surakarta地区进行的。受试者是一位正在哺乳34名17-40岁人群的母亲。在治疗前一天(第0天)和ASI发射器时钟给药28天后(第28天)采集ASI中Fe和母体食物消耗的数据。食品消费数据是通过访谈收集的,访谈使用的是一个工作日(周一至周五)和周末(周六至周日)的2 x 24小时食品召回表。下一个数据,使用Nutrisurvey 2007进行分析。后果这项研究从母乳喂养的母亲中获得了能量消耗、蛋白质、脂肪、碳水化合物、铁和seng的水平,但维生素C除外。Wilcoxon试验结果显示,治疗前后Fe ASI发生率没有差异。线性回归检验结果表明,ASI中的Fe含量与母体gizi的假设之间没有显著关系(p>0.05)。结论。母亲的证词和ASI发射器的手表并没有影响ASI中的Fe含量。
{"title":"PENGARUH ASUPAN ZAT GIZI DAN JAMU PELANCAR AIR SUSU IBU (ASI) TERHADAP KADAR ZAT BESI (Fe) ASI IBU MENYUSUI","authors":"Enggar Wijayanti, Zuraida Zulkarnain","doi":"10.22435/mgmi.v12i2.3926","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mgmi.v12i2.3926","url":null,"abstract":"Latar belakang. Air Susu Ibu (ASI) mengandung makronutrien dan mikronutrien yang sangat penting bagi bayi yang baru lahir. Salah satu mikronutrien penting yang terdapat dalam ASI adalah zat besi (Fe). Asupan makanan ibu selama menyusui dan pemberian jamu pelancar ASI diduga berpengaruh terhadap kadar Fe pada ASI yang dihasilkan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh zat gizi (makronutrien dan mikronutrien) dari makanan yang dikonsumsi oleh ibu dan pemberian jamu pelancar ASI dengan kandungan Fe dalam ASI. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kohort intervensi dan merupakan bagian dari penelitian “Observasi Klinik Formula Jamu Pelancar Air Susu Ibu (ASI)” yang dilakukan selama bulan Maret sampai Desember 2018. Penelitian ini dilakukan di tempat praktik 6 orang dokter Saintifikasi Jamu (SJ) di wilayah eks Karesidenan Surakarta. Subjek merupakan ibu menyusui berjumlah 34 orang berusia 17–40 tahun. Data kadar Fe dalam ASI dan konsumsi makanan ibu diambil pada hari sebelum perlakuan (hari ke-0) dan setelah 28 hari pemberian jamu pelancar ASI (hari ke-28). Data konsumsi makanan dikumpulkan melalui wawancara menggunakan formulir food recall 2X24 jam yang diambil pada satu hari kerja (Senin–Jumat) dan satu hari di akhir pekan (Sabtu–Minggu). Data selanjutnya, dianalisis dengan program Nutrisurvey 2007. Hasil. Penelitian ini mendapatkan tingkat konsumsi energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan seng kecuali vitamin C dari subjek lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk ibu menyusui. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan tidak ada perbedaan kadar Fe ASI sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil uji regresi linier menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar Fe dalam ASI dengan asupan zat gizi ibu (p>0,05). Kesimpulan. Asupan gizi ibu dan pemberian jamu pelancar ASI tidak berpengaruh terhadap kadar Fe dalam ASI.","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47891218","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-07-30DOI: 10.22435/mgmi.v12i2.2826
R. Mardhiati, Sri Anna Marliyati, Drajat Martiano, Siti Madanijah, I. Wibawan
Latar Belakang. Kandungan zat gizi extra virgin olive oil (EVOO) memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Beberapa manfaat antara lain sebagai imunomodulator, mencegah penyakit jantung dan vaskuler lainnya, mencegah penyakit alergi, memperbaiki fungsi liver, dan mencegah penyakit lainnya. Kandungan zat gizi tiap merek EVOO tidak sama, ditentukan oleh banyak faktor. Tujuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis klaster berdasarkan karakteristik kimiawi, kandungan zat gizi, dan senyawa aktif pada tujuh sampel produk EVOO dari supermarket. Metode. Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan tujuh sampel produk EVOO di supermarket wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dilakukan pada bulan Maret 2019. Pemeriksaan sampel produk EVOO dilakukan di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Kementerian Perindustrian dan Laboratorium Biofarmaka dan Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisis yang digunakan adalah analisis klaster melalui pendekatan hierarchical method. Hasil. Berdasarkan karakteristik kimiawi, ditemukan bahwa sampel produk EVOO ke-6 memiliki karakteristik kimiawi paling berbeda. Sampel produk EVOO ke-4 memiliki kandungan asam lemak jenuh paling berbeda. Kandungan asam lemak tak jenuh pada sampel produk EVOO ke-1, 3, dan 7 mendekati kesamaan. Kandungan vitamin E pada sampel produk EVOO ke-2 dan kandungan zat besi pada sampel produk EVOO ke-6, berbeda dengan sampel produk EVOO lainnya. Kandungan total flavonoid pada sampel produk EVOO ke-2, 3, dan 4, memiliki kadar mendekati kesamaan. Kandungan total karotenoid pada sampel produk EVOO ke-2 dan ke-6 juga memiliki kadar mendekati kesamaan. Kesimpulan. Karakteristik kimiawi pada semua sampel produk EVOO yang ditemukan dalam penelitian memiliki nilai hampir sama. Sampel produk EVOO di supermarket memiliki perbedaan kandungan asam lemak tak jenuh, total flavonoid, dan total karotenoid.
{"title":"ANALISIS KLASTER: KARAKTERISTIK, KANDUNGAN ZAT GIZI, DAN SENYAWA AKTIF EXTRA VIRGIN OLIVE OIL DI SUPERMARKET","authors":"R. Mardhiati, Sri Anna Marliyati, Drajat Martiano, Siti Madanijah, I. Wibawan","doi":"10.22435/mgmi.v12i2.2826","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/mgmi.v12i2.2826","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Kandungan zat gizi extra virgin olive oil (EVOO) memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Beberapa manfaat antara lain sebagai imunomodulator, mencegah penyakit jantung dan vaskuler lainnya, mencegah penyakit alergi, memperbaiki fungsi liver, dan mencegah penyakit lainnya. Kandungan zat gizi tiap merek EVOO tidak sama, ditentukan oleh banyak faktor. Tujuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis klaster berdasarkan karakteristik kimiawi, kandungan zat gizi, dan senyawa aktif pada tujuh sampel produk EVOO dari supermarket. Metode. Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan tujuh sampel produk EVOO di supermarket wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dilakukan pada bulan Maret 2019. Pemeriksaan sampel produk EVOO dilakukan di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Kementerian Perindustrian dan Laboratorium Biofarmaka dan Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB). Analisis yang digunakan adalah analisis klaster melalui pendekatan hierarchical method. Hasil. Berdasarkan karakteristik kimiawi, ditemukan bahwa sampel produk EVOO ke-6 memiliki karakteristik kimiawi paling berbeda. Sampel produk EVOO ke-4 memiliki kandungan asam lemak jenuh paling berbeda. Kandungan asam lemak tak jenuh pada sampel produk EVOO ke-1, 3, dan 7 mendekati kesamaan. Kandungan vitamin E pada sampel produk EVOO ke-2 dan kandungan zat besi pada sampel produk EVOO ke-6, berbeda dengan sampel produk EVOO lainnya. Kandungan total flavonoid pada sampel produk EVOO ke-2, 3, dan 4, memiliki kadar mendekati kesamaan. Kandungan total karotenoid pada sampel produk EVOO ke-2 dan ke-6 juga memiliki kadar mendekati kesamaan. Kesimpulan. Karakteristik kimiawi pada semua sampel produk EVOO yang ditemukan dalam penelitian memiliki nilai hampir sama. Sampel produk EVOO di supermarket memiliki perbedaan kandungan asam lemak tak jenuh, total flavonoid, dan total karotenoid.","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43951301","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.22435/MGMI.V12I1.3979
Toto Sudargo, Atika Anif Prameswari, Bianda Aulia, Tira Aristasari, Alim Isnansetyo, I. D. Puspita, Siti Ari Budiyanti, Sheila Rosmala Putri, Khusnul Alfionita
Latar Belakang. Pengaturan diet bagi pasien prediabetes merupakan salah satu pencegahan kejadian penyakit diabetes melitus secara dini. Labu siam dan ikan tuna merupakan bahan pangan lokal yang mengandung banyak senyawa di mana mampu menanggulangi masalah diabetes sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan tabur fungsional. Pengembangan makanan berbasis tuna dan labu siam perlu diperhatikan karena dapat merubah kandungan zat gizi makro maupun mikro dan sifat organoleptiknya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis zat gizi mikro, makro, dan organoleptik makanan tabur berbasis Tuna dan labu siam untuk terapi diet prediabetes. Metode. Penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) menggunakan 3 formula makanan tabur Chaguro yaitu, F1 (ikan tuna 60% dan labu siam 40%), F2 (ikan tuna 50% dan labu siam 50%), dan F3 (ikan tuna 40% dan labu siam 60%). Penelitian ini juga menganalisis kandungan kadar air dan uji mikroba. Analisis statistik dilakukan dengan uji Kruskall Wallis dan uji Post-Hoc Mann Whitney untuk melihat perbedaan tingkat kesukaan dari tiap formula makanan tabur. Hasil. Hasil uji kadar air pada ikan tuna didapatkan pengeringan ikan tuna selama 10 jam dengan suhu 55°C dan 65°C menghasilkan kadar air yang memenuhi syarat <7 persen yaitu 5,85±0,15% dan 5,96±0,00%, berturut-turut. Pada uji kandungan gizi, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, dan Zn dalam 100 g formula Chaguro F1 masih dalam batas aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan uji organoleptik, parameter kenampakan, aroma, tekstur, dan rasa ikan paling kuat adalah Formula F1. Hasil angka lempeng total (ALT) untuk makanan tabur Chaguro yaitu sebesar 5,5 x 103 CFU/gr. Uji mikroba Salmonella sp. dan Escherichia coli pada makanan tabur Chaguro dinyatakan negatif. Kesimpulan. Formula F1 (ikan tuna 60% dan labu siam 40%) merupakan formula yang paling kuat dan memilki sifat dominan ikan dibandingkan dengan formula lain dan sudah memenuhi syarat SNI Abon 01-3707-1995 dari segi kandungan gizi, kecuali kadar air dan ALT.
背景[UNK]糖尿病前期患者的饮食规则是预防早发糖尿病的方法之一。蓝鳍金枪鱼和金枪鱼是当地的一种食物,含有大量的娱乐成分,可以治疗糖尿病,因此可以用作功能性消化食物。金枪鱼类食品和草莓的开发需要监测,因为它会改变大量营养素的含量或其微观和感官特性。本研究旨在分析用于糖尿病前期饮食治疗的蓝舌金枪鱼和暹罗蜘蛛的微观、宏观和感官gizi物质。方法■完全随机计划(RAL)的实验研究使用了3种Chaguro口味配方:F1(金枪鱼60%和金枪鱼40%)、F2(金枪鱼50%和金枪鱼50%)和F3(金枪鱼40%和金枪鱼60%)。本研究还分析了含水量和微生物检测。使用Kruskall-Wallis的测试和Post Hoc Mann-Whitney的测试进行统计分析,以了解每种混合食品配方的喜爱程度的差异。后果通过在55°C和65°C[UNK]下干燥金枪鱼10小时来获得金枪鱼耗水率测试结果,得出的耗水率连续满足条件<7[UNK]%,即5.85±0.15%和5.96±0.00%。在gizi测试中,100g配方Chaguro F1中的灰色、蛋白质、脂肪、粗纤维和锌仍在安全食用范围内。根据感官测试,F1配方的表现参数、香气、质地和最强烈的鱼味。Chaguro食物的总片数为5.5 x 103CFU/g。沙门氏菌和大肠杆菌对Chaguro甲壳类动物的检测结果均为阴性。结论。与其他配方相比,配方F1(金枪鱼60%和草莓40%)是最强和占主导地位的鱼类配方,并且从吉兹含量的角度来看,除了水和ALT之外,它满足了SNI Abon 01-3707-1995的条件。
{"title":"ANALISIS ZAT GIZI MAKRO, GIZI MIKRO, DAN ORGANOLEPTIK MAKANAN TABUR BERBASIS TUNA DAN LABU SIAM UNTUK TERAPI DIET PREDIABETES","authors":"Toto Sudargo, Atika Anif Prameswari, Bianda Aulia, Tira Aristasari, Alim Isnansetyo, I. D. Puspita, Siti Ari Budiyanti, Sheila Rosmala Putri, Khusnul Alfionita","doi":"10.22435/MGMI.V12I1.3979","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/MGMI.V12I1.3979","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Pengaturan diet bagi pasien prediabetes merupakan salah satu pencegahan kejadian penyakit diabetes melitus secara dini. Labu siam dan ikan tuna merupakan bahan pangan lokal yang mengandung banyak senyawa di mana mampu menanggulangi masalah diabetes sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan tabur fungsional. Pengembangan makanan berbasis tuna dan labu siam perlu diperhatikan karena dapat merubah kandungan zat gizi makro maupun mikro dan sifat organoleptiknya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis zat gizi mikro, makro, dan organoleptik makanan tabur berbasis Tuna dan labu siam untuk terapi diet prediabetes. Metode. Penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) menggunakan 3 formula makanan tabur Chaguro yaitu, F1 (ikan tuna 60% dan labu siam 40%), F2 (ikan tuna 50% dan labu siam 50%), dan F3 (ikan tuna 40% dan labu siam 60%). Penelitian ini juga menganalisis kandungan kadar air dan uji mikroba. Analisis statistik dilakukan dengan uji Kruskall Wallis dan uji Post-Hoc Mann Whitney untuk melihat perbedaan tingkat kesukaan dari tiap formula makanan tabur. Hasil. Hasil uji kadar air pada ikan tuna didapatkan pengeringan ikan tuna selama 10 jam dengan suhu 55°C dan 65°C menghasilkan kadar air yang memenuhi syarat <7 persen yaitu 5,85±0,15% dan 5,96±0,00%, berturut-turut. Pada uji kandungan gizi, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar, dan Zn dalam 100 g formula Chaguro F1 masih dalam batas aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan uji organoleptik, parameter kenampakan, aroma, tekstur, dan rasa ikan paling kuat adalah Formula F1. Hasil angka lempeng total (ALT) untuk makanan tabur Chaguro yaitu sebesar 5,5 x 103 CFU/gr. Uji mikroba Salmonella sp. dan Escherichia coli pada makanan tabur Chaguro dinyatakan negatif. Kesimpulan. Formula F1 (ikan tuna 60% dan labu siam 40%) merupakan formula yang paling kuat dan memilki sifat dominan ikan dibandingkan dengan formula lain dan sudah memenuhi syarat SNI Abon 01-3707-1995 dari segi kandungan gizi, kecuali kadar air dan ALT.","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48078661","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.22435/MGMI.V12I1.1998
P. Sanjiwani, D. Shinta, Umi Fahmida
Latar Belakang. Permasalahan gizi merupakan permasalahan serius yang dapat berdampak pada perkembangan kognitif dan motorik, serta prestasi akademik terutama pada usia sekolah. Kognitif merupakan interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan. Zink merupakan salah satu mineral mikro yang berkontribusi terhadap fungsi kecerdasan. Kekurangan zink akan berdampak pada perkembangan kecerdasan melalui perubahan perhatian, aktivitas, perilaku neuropsikologikal, dan perkembangan motorik. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara asupan zink dengan tingkat kecerdasan anak sekolah dasar di Kota Kupang. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Penelitian dilakukan pada anak di 12 sekolah dasar di 6 kecamatan se-Kota Kupang. Data tingkat kecerdasan anak dikumpulkan oleh 3 orang psikolog dengan menggunakan metode Wechsler Intellegence Scale for Children: Second Edition (WISC-II). Data asupan zink dalam penelitian ini dikumpulkan oleh enumerator dengan metode food recall 24 jam selama 3 hari yang meliputi hari sekolah dan hari libur. Tes distribusi normal dilakukan untuk variabel kontinyu menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Uji korelasi untuk melihat hubungan antara asupan zink dengan tingkat kecerdasan menggunakan uji Spearman. Hasil. Proporsi kurus dalam penelitian ini adalah 23,9 persen dan asupan rata-rata zink adalah 3,79 mg/hari dan masih belum mencukupi kebutuhan yang dianjurkan. Hasil uji Spearman Rho ditemukan adanya korelasi positif yang signifikan antara asupan zink dengan tingkat kecerdasan anak (r=0,17; p=0,006). Pada hasil uji regresi linier ditemukan faktor yang paling berhubungan dengan skor kecerdasan adalah jenis kelamin (p=0,016), dan tidak terdapat hubungan antara asupan zink dengan kecerdasan anak. Penelitian ini menemukan anak perempuan memiliki tingkat kecerdasan 4 poin lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Kesimpulan. Asupan zink dari makanan tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan anak, tetapi jenis kelamin merupakan faktor dominan tingkat kecerdasan anak.
{"title":"ASUPAN ZINK DAN TINGKAT KECERDASAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR","authors":"P. Sanjiwani, D. Shinta, Umi Fahmida","doi":"10.22435/MGMI.V12I1.1998","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/MGMI.V12I1.1998","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Permasalahan gizi merupakan permasalahan serius yang dapat berdampak pada perkembangan kognitif dan motorik, serta prestasi akademik terutama pada usia sekolah. Kognitif merupakan interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan. Zink merupakan salah satu mineral mikro yang berkontribusi terhadap fungsi kecerdasan. Kekurangan zink akan berdampak pada perkembangan kecerdasan melalui perubahan perhatian, aktivitas, perilaku neuropsikologikal, dan perkembangan motorik. Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara asupan zink dengan tingkat kecerdasan anak sekolah dasar di Kota Kupang. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross-sectional. Penelitian dilakukan pada anak di 12 sekolah dasar di 6 kecamatan se-Kota Kupang. Data tingkat kecerdasan anak dikumpulkan oleh 3 orang psikolog dengan menggunakan metode Wechsler Intellegence Scale for Children: Second Edition (WISC-II). Data asupan zink dalam penelitian ini dikumpulkan oleh enumerator dengan metode food recall 24 jam selama 3 hari yang meliputi hari sekolah dan hari libur. Tes distribusi normal dilakukan untuk variabel kontinyu menggunakan Kolmogorov-Smirnov test. Uji korelasi untuk melihat hubungan antara asupan zink dengan tingkat kecerdasan menggunakan uji Spearman. Hasil. Proporsi kurus dalam penelitian ini adalah 23,9 persen dan asupan rata-rata zink adalah 3,79 mg/hari dan masih belum mencukupi kebutuhan yang dianjurkan. Hasil uji Spearman Rho ditemukan adanya korelasi positif yang signifikan antara asupan zink dengan tingkat kecerdasan anak (r=0,17; p=0,006). Pada hasil uji regresi linier ditemukan faktor yang paling berhubungan dengan skor kecerdasan adalah jenis kelamin (p=0,016), dan tidak terdapat hubungan antara asupan zink dengan kecerdasan anak. Penelitian ini menemukan anak perempuan memiliki tingkat kecerdasan 4 poin lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Kesimpulan. Asupan zink dari makanan tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan anak, tetapi jenis kelamin merupakan faktor dominan tingkat kecerdasan anak.","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43752442","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.22435/MGMI.V12I1.3815
Noviati Fuada, Budi Setyawati, Salimar Salimar
Latar Belakang. Prevalensi anemia pada ibu hamil secara global masih cukup tinggi. WHO melaporkan pada tahun 2011 prevalensi sebesar 38 persen. Sedangkan data nasional menyebutkan prevalensi anemia pada ibu hamil cenderung meningkat. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia dengan konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, kontaminasi E. coli pada makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu hamil. Metode. Penelitian cross-sectional, dilakukan di dua kelurahan di Kota Bogor. Sampel berjumlah 134 ibu hamil dengan usia kehamilan 0-9 bulan yang berasal dari database riset Kohor Tumbuh Kembang Anak Tahun 2013. Sampel analisis berjumlah 96 ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi antara lain tinggal menetap di wilayah penelitian, bersedia diperiksa darah, dan mengizinkan makanan yang dikonsumsi untuk diperiksa di laboratorium. Data dianalisis dengan uji regresi logistik. Variabel dependen adalah status anemia pada ibu hamil. Variabel independen adalah status E. coli pada makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu hamil, perilaku konsumsi alkohol, dan perilaku merokok. Hasil. Terdapat 37,5 persen ibu hamil yang merokok menderita anemia (p=0,233) dan konsumsi alkohol 75 persen menderita anemia (p=0,024). Ibu hamil yang mengonsumsi makanan dan minuman tercemar E. coli menderita anemia masing-masing sebesar 37,1 persen (p=0,003) dan 34,5 persen (p=0,036). Ibu hamil yang mengonsumsi alkohol mempunyai peluang terbesar menderita anemia. Variabel yang berinteraksi sebagai model penentu anemia adalah konsumsi alkohol dengan minuman yang tercemar E. coli. Kesimpulan. Anemia pada ibu hamil berhubungan dengan faktor perilaku konsumsi alkohol, makanan dan minuman yang tercemar E. coli.
{"title":"MEROKOK, KONSUMSI ALKOHOL, MAKANAN DAN MINUMAN TERCEMAR E. COLI KAITANNYA DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL","authors":"Noviati Fuada, Budi Setyawati, Salimar Salimar","doi":"10.22435/MGMI.V12I1.3815","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/MGMI.V12I1.3815","url":null,"abstract":"Latar Belakang. Prevalensi anemia pada ibu hamil secara global masih cukup tinggi. WHO melaporkan pada tahun 2011 prevalensi sebesar 38 persen. Sedangkan data nasional menyebutkan prevalensi anemia pada ibu hamil cenderung meningkat. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia dengan konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, kontaminasi E. coli pada makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu hamil. Metode. Penelitian cross-sectional, dilakukan di dua kelurahan di Kota Bogor. Sampel berjumlah 134 ibu hamil dengan usia kehamilan 0-9 bulan yang berasal dari database riset Kohor Tumbuh Kembang Anak Tahun 2013. Sampel analisis berjumlah 96 ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi antara lain tinggal menetap di wilayah penelitian, bersedia diperiksa darah, dan mengizinkan makanan yang dikonsumsi untuk diperiksa di laboratorium. Data dianalisis dengan uji regresi logistik. Variabel dependen adalah status anemia pada ibu hamil. Variabel independen adalah status E. coli pada makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu hamil, perilaku konsumsi alkohol, dan perilaku merokok. Hasil. Terdapat 37,5 persen ibu hamil yang merokok menderita anemia (p=0,233) dan konsumsi alkohol 75 persen menderita anemia (p=0,024). Ibu hamil yang mengonsumsi makanan dan minuman tercemar E. coli menderita anemia masing-masing sebesar 37,1 persen (p=0,003) dan 34,5 persen (p=0,036). Ibu hamil yang mengonsumsi alkohol mempunyai peluang terbesar menderita anemia. Variabel yang berinteraksi sebagai model penentu anemia adalah konsumsi alkohol dengan minuman yang tercemar E. coli. Kesimpulan. Anemia pada ibu hamil berhubungan dengan faktor perilaku konsumsi alkohol, makanan dan minuman yang tercemar E. coli.","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45073452","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang. Asupan makanan tinggi lemak dan tinggi kalori berdampak pada peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Hormon tiroid mengatur berbagai proses metabolisme dalam tubuh diantaranya sintesis, mobilisasi, dan degradasi lipid. Hormon tiroid berhubungan erat dengan indeks massa tubuh dengan mekanisme pengaturan laju metabolisme dan pengendalian keseimbangan energi. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan fungsi tiroid dan berat badan pada tikus hiperkolesterolemia. Metode. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM. Sampel penelitian adalah 30 ekor tikus Sprague Dawley. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu (1) STD adalah kelompok tikus sehat diberi pakan diet standar AIN-93M, (2) HK-KN adalah kelompok tikus hiperkolesterol diberi diet pakan standar AIN-93M, (3) HK-DB adalah kelompok tikus hiperkolesterol diberi diet tepung daging buah pisang uter, (4) HK-BU adalah kelompok tikus hiperkolesterol diberi diet tepung buah utuh pisang uter, dan (5) HK-KB adalah kelompok tikus hiperkolesterol diberikan diet tepung kulit buah pisang uter. Penimbangan sisa pakan dilakukan setiap hari dan penimbangan berat badan tikus setiap minggu. Analisis data menggunakan uji statistik one-way ANOVA dan regresi linier. Hasil. Tidak ditemukan perbedaan asupan pakan pada kelompok tikus STD, HK-KN, HK-DB dan HK-BU. Perbedaan asupan pakan berbeda signifikan pada kelompok HK-KB. Tidak ditemukan perbedaan berat badan pada kelompok STD, HK-DB,dan HK-BU. Perbedaan berat badan ditemukan pada kelompok HK-KN dan HK-KB. Tidak ditemukan perbedaan kadar TSH pada semua kelompok tikus perlakuan. Kesimpulan. Peningkatan berat badan terjadi pada kelompok tikus STD, HKKN, HK-DB, dan HK-BU, sedangkan pada kelompok HK-KB mengalami penurunan berat badan. Tidak ditemukan perubahan fungsi tiroid pada semua kelompok tikus perlakuan.
{"title":"BERAT BADAN DAN FUNGSI TIROID TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA","authors":"Hastin Dyah Kusumawardani, Deni Juwantoro, Mohamad Samsudin","doi":"10.22435/MGMI.V12I1.3936","DOIUrl":"https://doi.org/10.22435/MGMI.V12I1.3936","url":null,"abstract":"Latar belakang. Asupan makanan tinggi lemak dan tinggi kalori berdampak pada peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Hormon tiroid mengatur berbagai proses metabolisme dalam tubuh diantaranya sintesis, mobilisasi, dan degradasi lipid. Hormon tiroid berhubungan erat dengan indeks massa tubuh dengan mekanisme pengaturan laju metabolisme dan pengendalian keseimbangan energi. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan fungsi tiroid dan berat badan pada tikus hiperkolesterolemia. Metode. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM. Sampel penelitian adalah 30 ekor tikus Sprague Dawley. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu (1) STD adalah kelompok tikus sehat diberi pakan diet standar AIN-93M, (2) HK-KN adalah kelompok tikus hiperkolesterol diberi diet pakan standar AIN-93M, (3) HK-DB adalah kelompok tikus hiperkolesterol diberi diet tepung daging buah pisang uter, (4) HK-BU adalah kelompok tikus hiperkolesterol diberi diet tepung buah utuh pisang uter, dan (5) HK-KB adalah kelompok tikus hiperkolesterol diberikan diet tepung kulit buah pisang uter. Penimbangan sisa pakan dilakukan setiap hari dan penimbangan berat badan tikus setiap minggu. Analisis data menggunakan uji statistik one-way ANOVA dan regresi linier. Hasil. Tidak ditemukan perbedaan asupan pakan pada kelompok tikus STD, HK-KN, HK-DB dan HK-BU. Perbedaan asupan pakan berbeda signifikan pada kelompok HK-KB. Tidak ditemukan perbedaan berat badan pada kelompok STD, HK-DB,dan HK-BU. Perbedaan berat badan ditemukan pada kelompok HK-KN dan HK-KB. Tidak ditemukan perbedaan kadar TSH pada semua kelompok tikus perlakuan. Kesimpulan. Peningkatan berat badan terjadi pada kelompok tikus STD, HKKN, HK-DB, dan HK-BU, sedangkan pada kelompok HK-KB mengalami penurunan berat badan. Tidak ditemukan perubahan fungsi tiroid pada semua kelompok tikus perlakuan.","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43551330","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}