Pub Date : 2019-12-31DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.2.1291
N. Nurhayati, Mirna Muis, Muhammad Ilyas
Kanker ovarium merupakan keganasan organ viseral dan paling mematikan serta dianggap silent killer. Kanker ini umumnya baru menimbulkan keluhan bila telah menyebar ke rongga peritoneum atau organ visera lainnya. Pada tingkat ini penyakit telah mencapai stadium lanjut sehingga tindakan pembedahan dan terapi adjuvan seringkali tidak menolong. Kurangnya gejala awal maupun sensitifitas skrining serta teknik deteksi dini merupakan alasan keterlambatan dalam diagnosis. Pengenalan dini kanker ovarium stadium awal berdasarkan pemeriksaan fisik saja tidak cukup sehingga perlu dilengkapi pemeriksaan radiologi seperti Ultrasonografi (USG), Computted Tomography Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI). USG Doppler adalah teknik pencitraan yang sering digunakan, noninvasif, biaya relatif murah, dan ditoleransi dengan baik. Penggunaan USG Doppler dimungkinkan untuk menilai vaskularisasi tumor dan nilai resistive index. Penelitian ini bertujuan mengetahui nilai diagnostik USG Doppler dalam menentukan keganasan tumor ovarium dibandingkan hasil histopatologi. Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Radiologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS. Universitas Hasanuddin, Makassar dimulai pada bulan Juni-Agustus 2018. Desain penelitian menggunakan uji diagnostik. Sebanyak 55 sampel dengan klinis tumor ovarium umur 14-67 tahun dilakukan pemeriksaan USG Doppler untuk menilai distribusi vaskuler, jumlah vaskuler, dan nilai resistive index, dilanjutkan sistem kategori untuk menentukan sifat tumor jinak atau ganas. Ganas, jika terdapat ≥ 2 kriteria Doppler ganas, dan jinak jika terdapat < 2 kriteria Doppler ganas. Hasil diagnosis USG Doppler dibandingkan dengan hasil histopatologi. Data dianalisis secara statistik berdasarkan uji diagnostik. Hasil penelitian menunjukkan USG Doppler memiliki nilai diagnostik yang cukup tinggi dalam menilai keganasan tumor ovarium dengan sensitivitas 94,7%, spesifisitas 70,6%, nilai prediksi posistif 87,8%, nilai prediksi negatif 85,7% dan akurasi 87,2%. Ovarian cancer is a visceral organ malignancy that is lethal and is considered as “silent killer”. This cancer typically cause complaint if it has spread to peritoneum cavity or other visceral organ where the disease reached late stage, thus, surgical or adjuvant therapy is not beneficial anymore. The lack of early manifestation, screening sensitivity and difficulty in early detection technique are reasons for delay diagnosis. Early detection of ovarian cancer based on physical examination is not sufficient, and should be completed with imaging studies such as USG, CT scan, MRI and nuclear medicine. Doppler US is a technique that is non-invasive, relatively cheap and well-tolerated. This examination may assessed tumor vascularization and resistive index. This study aimed to investigate the diagnostic values of Doppler Ultrasound in determining the malignancy of ovarian tumor compared with result of histopathology. This study was conducted in Radiology Department of Dr.Wahidin Sudiroh
{"title":"NILAI DIAGNOSTIK ULTRASONOGRAFI DOPPLER DALAM MENENTUKAN KEGANASAN TUMOR OVARIUM DIBANDINGKAN HASIL HISTOPATOLOGI","authors":"N. Nurhayati, Mirna Muis, Muhammad Ilyas","doi":"10.20884/1.mandala.2019.12.2.1291","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2019.12.2.1291","url":null,"abstract":"Kanker ovarium merupakan keganasan organ viseral dan paling mematikan serta dianggap silent killer. Kanker ini umumnya baru menimbulkan keluhan bila telah menyebar ke rongga peritoneum atau organ visera lainnya. Pada tingkat ini penyakit telah mencapai stadium lanjut sehingga tindakan pembedahan dan terapi adjuvan seringkali tidak menolong. Kurangnya gejala awal maupun sensitifitas skrining serta teknik deteksi dini merupakan alasan keterlambatan dalam diagnosis. Pengenalan dini kanker ovarium stadium awal berdasarkan pemeriksaan fisik saja tidak cukup sehingga perlu dilengkapi pemeriksaan radiologi seperti Ultrasonografi (USG), Computted Tomography Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI). USG Doppler adalah teknik pencitraan yang sering digunakan, noninvasif, biaya relatif murah, dan ditoleransi dengan baik. Penggunaan USG Doppler dimungkinkan untuk menilai vaskularisasi tumor dan nilai resistive index. Penelitian ini bertujuan mengetahui nilai diagnostik USG Doppler dalam menentukan keganasan tumor ovarium dibandingkan hasil histopatologi. Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Radiologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS. Universitas Hasanuddin, Makassar dimulai pada bulan Juni-Agustus 2018. Desain penelitian menggunakan uji diagnostik. Sebanyak 55 sampel dengan klinis tumor ovarium umur 14-67 tahun dilakukan pemeriksaan USG Doppler untuk menilai distribusi vaskuler, jumlah vaskuler, dan nilai resistive index, dilanjutkan sistem kategori untuk menentukan sifat tumor jinak atau ganas. Ganas, jika terdapat ≥ 2 kriteria Doppler ganas, dan jinak jika terdapat < 2 kriteria Doppler ganas. Hasil diagnosis USG Doppler dibandingkan dengan hasil histopatologi. Data dianalisis secara statistik berdasarkan uji diagnostik. Hasil penelitian menunjukkan USG Doppler memiliki nilai diagnostik yang cukup tinggi dalam menilai keganasan tumor ovarium dengan sensitivitas 94,7%, spesifisitas 70,6%, nilai prediksi posistif 87,8%, nilai prediksi negatif 85,7% dan akurasi 87,2%. \u0000 \u0000 \u0000 \u0000Ovarian cancer is a visceral organ malignancy that is lethal and is considered as “silent killer”. This cancer typically cause complaint if it has spread to peritoneum cavity or other visceral organ where the disease reached late stage, thus, surgical or adjuvant therapy is not beneficial anymore. The lack of early manifestation, screening sensitivity and difficulty in early detection technique are reasons for delay diagnosis. Early detection of ovarian cancer based on physical examination is not sufficient, and should be completed with imaging studies such as USG, CT scan, MRI and nuclear medicine. Doppler US is a technique that is non-invasive, relatively cheap and well-tolerated. This examination may assessed tumor vascularization and resistive index. This study aimed to investigate the diagnostic values of Doppler Ultrasound in determining the malignancy of ovarian tumor compared with result of histopathology. This study was conducted in Radiology Department of Dr.Wahidin Sudiroh","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49435974","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Meningkatnya fenomena resistensi bakteri, yaitu Metisilin-Resisten Staphylococcus aureus (MRSA), mendorong pentingnya penggalian bahan alam yang memiliki efek antibakteri atau yang memodulasi respon imun. Thymus vulgaris (TV) atau herba timi diketahui memiliki efek antimikroba dan immunomodulator, sehingga diharapkan dapat mengatasi infeksi MRSA melalui peningkatan sitokin IL-6. Efek ekstrak Thymus vulgaris terhadap IL-6 dan hitung kuman pada hepar mencit balb-c yang diinfeksi MRSA diuji pada penelitian ini. Desain penelitian adalah post test only control group design. Populasi studi menggunakan 30 ekor mencit balb-c jantan yang diinfeksi MRSA dan dibagi secara acak dalam enam kelompok. Kelompok penelitian dibagi menjadi enam, yaitu kelompok K1 (mencit diinfeksi MRSA tanpa diterapi), P1 (mencit diterapi ekstrak Thymus vulgaris, 7 hari kemudian diinfeksi MRSA), K2 (mencit diinfeksi dan diterapi vankomisin), P2 (mencit diinfeksi dan diterapi ekstrak TV + vankomisin), K3 (mencit diinfeksi dan diterapi amoksisilin), dan P3 (mencit diinfeksi dan diterapi ekstrak TV + amoksisilin). IL-6 diukur dengan ELISA, hitung kuman dinilai dengan kultur mikrobiologi. Data dianalisis dan diolah menggunakan uji hipotesis dengan uji t-test independent program SPSS 22.0. Hasilnya ditemukan kadar IL-6 yang tidak bermakna antara kelompok K1-P1 (p>0,05), K2-P2 (p>0,05), dan K3-P3 (p>0,05). Penurunan hitung kuman bermakna pada kelompok K1-P1 (p<0,05), tidak bermakna pada K2-P2 (p>0,05) dan K3-P3 (p>0,05). Kadar IL-6 dengan penurunan hitung kuman MRSA di hepar memiliki korelasi positif yang sangat lemah (r=0,086). Ekstrak Thymus vulgaris terbukti efektif dalam menurunkan hitung kuman MRSA pada kelompok yang tidak mendapatkan antibiotik tetapi tidak terbukti meningkatkan kadar IL-6. The increasing phenomenon of bacterial resistance, namely Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), encourages the importance of extracting natural substances that have anti-bacterial effects or which modulate immune responses. Thymus vulgaris (TV) or herbal thyme is known to have antimicrobial and immunomodulatory effects, so it is expected to overcome MRSA infection through increased IL-6 cytokines. The effect of Thymus vulgaris extract on IL-6, and bacterial counts on the liver of balb-c mice infected by MRSA tested in this study. The study design was Post-test only control group design. The population of the study was used 30 male balb-c mice infected with MRSA and randomly divided into six groups. The study group divided into 6 groups; K1 group (mice infected by MRSA without being treated), P1 (mice treated with Thymus vulgaris extract 7 days later infected with MRSA), K2 (mice infected and treated with vancomycin), P2 (mice infected and treated with TV + vancomycin extract), K3 (mice infected and treated with amoxicillin), and P3 (mice infected and treated with TV + amoxicillin extract). IL-6 was measured by ELISA, the bacterial count was assessed by microbiological cul
{"title":"PENGARUH EKSTRAK THYME (Thymus vulgaris) TERHADAP IL-6 DAN HITUNG KUMAN PADA HEPAR MENCIT Balb-c YANG DIINFEKSI METHICILLIN RESISTANT Staphylococcus aureus (MRSA)","authors":"Galuh Yulieta Nitihapsari, Lisayani Lisayani, H. Farida, Muchlis Achsan Udji Sofro","doi":"10.20884/1.mandala.2019.12.2.1642","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2019.12.2.1642","url":null,"abstract":"Meningkatnya fenomena resistensi bakteri, yaitu Metisilin-Resisten Staphylococcus aureus (MRSA), mendorong pentingnya penggalian bahan alam yang memiliki efek antibakteri atau yang memodulasi respon imun. Thymus vulgaris (TV) atau herba timi diketahui memiliki efek antimikroba dan immunomodulator, sehingga diharapkan dapat mengatasi infeksi MRSA melalui peningkatan sitokin IL-6. Efek ekstrak Thymus vulgaris terhadap IL-6 dan hitung kuman pada hepar mencit balb-c yang diinfeksi MRSA diuji pada penelitian ini. Desain penelitian adalah post test only control group design. Populasi studi menggunakan 30 ekor mencit balb-c jantan yang diinfeksi MRSA dan dibagi secara acak dalam enam kelompok. Kelompok penelitian dibagi menjadi enam, yaitu kelompok K1 (mencit diinfeksi MRSA tanpa diterapi), P1 (mencit diterapi ekstrak Thymus vulgaris, 7 hari kemudian diinfeksi MRSA), K2 (mencit diinfeksi dan diterapi vankomisin), P2 (mencit diinfeksi dan diterapi ekstrak TV + vankomisin), K3 (mencit diinfeksi dan diterapi amoksisilin), dan P3 (mencit diinfeksi dan diterapi ekstrak TV + amoksisilin). IL-6 diukur dengan ELISA, hitung kuman dinilai dengan kultur mikrobiologi. Data dianalisis dan diolah menggunakan uji hipotesis dengan uji t-test independent program SPSS 22.0. Hasilnya ditemukan kadar IL-6 yang tidak bermakna antara kelompok K1-P1 (p>0,05), K2-P2 (p>0,05), dan K3-P3 (p>0,05). Penurunan hitung kuman bermakna pada kelompok K1-P1 (p<0,05), tidak bermakna pada K2-P2 (p>0,05) dan K3-P3 (p>0,05). Kadar IL-6 dengan penurunan hitung kuman MRSA di hepar memiliki korelasi positif yang sangat lemah (r=0,086). Ekstrak Thymus vulgaris terbukti efektif dalam menurunkan hitung kuman MRSA pada kelompok yang tidak mendapatkan antibiotik tetapi tidak terbukti meningkatkan kadar IL-6. \u0000 \u0000 \u0000 \u0000The increasing phenomenon of bacterial resistance, namely Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), encourages the importance of extracting natural substances that have anti-bacterial effects or which modulate immune responses. Thymus vulgaris (TV) or herbal thyme is known to have antimicrobial and immunomodulatory effects, so it is expected to overcome MRSA infection through increased IL-6 cytokines. The effect of Thymus vulgaris extract on IL-6, and bacterial counts on the liver of balb-c mice infected by MRSA tested in this study. The study design was Post-test only control group design. The population of the study was used 30 male balb-c mice infected with MRSA and randomly divided into six groups. The study group divided into 6 groups; K1 group (mice infected by MRSA without being treated), P1 (mice treated with Thymus vulgaris extract 7 days later infected with MRSA), K2 (mice infected and treated with vancomycin), P2 (mice infected and treated with TV + vancomycin extract), K3 (mice infected and treated with amoxicillin), and P3 (mice infected and treated with TV + amoxicillin extract). IL-6 was measured by ELISA, the bacterial count was assessed by microbiological cul","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48197935","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hidronefrosis dapat terjadi pada satu atau kedua ginjal yang menyebabkan aliran urine menjadi lemah dan mengganggu fungsi dari ginjal itu sendiri.Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi ketebalan korteks ginjal dan resistive index ginjal berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi pada pasien hidronefrosis. Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dari Mei sampai dengan Agustus 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan potong lintang.Sampel penelitian sebanyak empat puluh orang yang memiliki klinis hidronefrosis. Pemeriksaan ultrasonografi grayscale terhadap pasien dilakukan untuk mengukur ketebalan korteks ginjal yang dilakukan di bagian tengah ginjal pada potongan longitudinal dan diukur dari puncak piramid tegak lurus ke arah kapsul, kemudian dilanjutkan pemeriksaan ultrasonografi doppler di arteri interlobar atau arcuata pada pole superior, median, dan inferior ginjal untuk menilai renal resistiveindex. Data dianalisis dengan analisis statistik melalui uji korelasi Spearman dan Pearson.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata sampel penelitian mengalami hidronefrosis derajat ringan. Mean tebal korteks ginjal kanan pada penelitian ini 0,9 cm (0,26-1,79cm) dan ginjal kiri 0,84 cm (0,22-1,57cm). Terdapat korelasi yang bermakna antara derajat hidronefrosis dengan ketebalan korteks ginjal kanan dan kiri dengan arah korelasi negatif (p=0,0001). Kecenderungan peningkatan derajat hidronefrosis, meningkatkan nilai resistive index meskipun secara statistik tidak bermakna. Tidak terdapat korelasi antara ketebalan korteks dan resistive index ginjal berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi. Hydronephrosis can occur in one or both kidneys which causes the flow of urine to become weak and interfere with the function of the kidney. This research aimed to investigate the correlation between the cortex thickness and the resistive index of kidney based on the ultrasonography examination in hydronephrosis patients. The research was conducted in Radiology Department of Dr. Wahidin Sudirohusodo General Hospital, Makassar from May through August 2018. The research design used was observational using the cross sectional design. The total samples comprised 40 samples with clinical hydronephrosis. The examination of ultrasonography grayscale was carried out in order to measure the cortex thickness of the kidneys in the central parts of kidneys and the longitudinal cut was measured from the pyramid top straight down the capsule, then it was continued with the Doppler ultrasonography examination in the interlobare artery or arcute at superior pole, median and inferior kidney in order to evaluate the renal resistive index. The data were analyzed using the statistical analysis through the correlation tests of Spearman and Pearson. The research results indicated that the mean research samples had experienced the light hydronephrosis. The mean cortex thickness of the right
消融可能发生在一个或两个肾脏中,导致尿液流动减弱,干扰肾脏本身的功能。本研究的目标是根据糖霜患者的超声波检查来确定肾脏皮质和肾脏电阻率的关系。这项研究将于2018年5月至8月在Wahidin sudirosodo Makassar中心的放射学中心进行。所使用的研究设计是对纬度设计的观测。有40个临床抑制病毒的研究样本。超声波检查对病人进行测量的灰度在中部肾肾皮质的厚度做金字塔顶端的测量和纵向垂直方向,随后多普勒超声波检查胶囊在interlobar动脉或arcuata优越,中位数,下腔静脉肾来判断红旗手renal resistiveindex。数据通过斯佩尔曼和皮尔逊相关测试,通过统计分析与统计分析进行分析。研究结果表明,研究样本的平均下降下降。本研究右肾皮质为0.9厘米(0.26 - 1.79厘米),左肾为0.84厘米(0.22 - 1.57厘米)。消炎程度与右肾和左肾皮质与负相关方向(p= 0.0001)之间有一个有意义的联系。消火剂水平上升的趋势,增加了抵抗指数的价值,尽管在统计学上是没有意义的。根据超声波检查,皮质厚度和肾脏电阻率之间没有关系。水肿会导致尿液流动变弱,干扰肾的功能。这一研究涉及皮肤皮层和皮肤电阻率率之间的关系。该研究隶属于2018年8月5日马卡萨的Wahidin Sudirohusodo综合医院放射部门。研究发现使用了交叉设计。总共有40个样本是由临床hydronephrosis补充的。来晚》ultrasonography灰度是carried out in订单到大脑皮层thickness》所拘束之境苹果酱腰子中央部分,苹果酱腰子和纵切是measured从《金字塔顶尖直下来和《胶囊,然后是有多普勒ultrasonography的场所来晚《interlobare病例或arcute at优越,中位数和下腔静脉肾红旗手in to evaluate The renal订单resistive指数。数据通过斯佩尔曼和皮尔森的相关测试对数据进行分析。同样卑鄙的研究样本经历了光的hydronephrosis。肾右边的平均皮层厚度为0.9厘米(0.26 - 1.79厘米),而左侧的kidnet为0.84厘米(0.22 - 1.57厘米)。血吸虫虫病的退化和右脑的皮层性质有重大的相关性,以及负相关的方向。水螅虫病的增加增加了电阻指数的价值,尽管总的来说是不可避免的。大脑皮层和新生儿电阻率之间没有联系。
{"title":"KORELASI UKURAN KETEBALAN KORTEKS DAN RESISTIVE INDEX GINJAL BERDASARKAN PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI PADA PASIEN HIDRONEFROSIS","authors":"Ferawati Dakio, Nurlaily Idris, Mirna Muis, Andi Alfian, Hasyim Kasim, Bachtiar Murtala","doi":"10.20884/1.mandala.2019.12.2.1279","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2019.12.2.1279","url":null,"abstract":"Hidronefrosis dapat terjadi pada satu atau kedua ginjal yang menyebabkan aliran urine menjadi lemah dan mengganggu fungsi dari ginjal itu sendiri.Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi ketebalan korteks ginjal dan resistive index ginjal berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi pada pasien hidronefrosis. Penelitian ini dilakukan di bagian Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dari Mei sampai dengan Agustus 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan potong lintang.Sampel penelitian sebanyak empat puluh orang yang memiliki klinis hidronefrosis. Pemeriksaan ultrasonografi grayscale terhadap pasien dilakukan untuk mengukur ketebalan korteks ginjal yang dilakukan di bagian tengah ginjal pada potongan longitudinal dan diukur dari puncak piramid tegak lurus ke arah kapsul, kemudian dilanjutkan pemeriksaan ultrasonografi doppler di arteri interlobar atau arcuata pada pole superior, median, dan inferior ginjal untuk menilai renal resistiveindex. Data dianalisis dengan analisis statistik melalui uji korelasi Spearman dan Pearson.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata sampel penelitian mengalami hidronefrosis derajat ringan. Mean tebal korteks ginjal kanan pada penelitian ini 0,9 cm (0,26-1,79cm) dan ginjal kiri 0,84 cm (0,22-1,57cm). Terdapat korelasi yang bermakna antara derajat hidronefrosis dengan ketebalan korteks ginjal kanan dan kiri dengan arah korelasi negatif (p=0,0001). Kecenderungan peningkatan derajat hidronefrosis, meningkatkan nilai resistive index meskipun secara statistik tidak bermakna. Tidak terdapat korelasi antara ketebalan korteks dan resistive index ginjal berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi. \u0000 \u0000Hydronephrosis can occur in one or both kidneys which causes the flow of urine to become weak and interfere with the function of the kidney. This research aimed to investigate the correlation between the cortex thickness and the resistive index of kidney based on the ultrasonography examination in hydronephrosis patients. The research was conducted in Radiology Department of Dr. Wahidin Sudirohusodo General Hospital, Makassar from May through August 2018. The research design used was observational using the cross sectional design. The total samples comprised 40 samples with clinical hydronephrosis. The examination of ultrasonography grayscale was carried out in order to measure the cortex thickness of the kidneys in the central parts of kidneys and the longitudinal cut was measured from the pyramid top straight down the capsule, then it was continued with the Doppler ultrasonography examination in the interlobare artery or arcute at superior pole, median and inferior kidney in order to evaluate the renal resistive index. The data were analyzed using the statistical analysis through the correlation tests of Spearman and Pearson. The research results indicated that the mean research samples had experienced the light hydronephrosis. The mean cortex thickness of the right ","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45083824","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-30DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.2.2024
Debi Arivo, Tessa Sjahriani
Salmonella enterica merupakan salah satu bakteri patogen penyebab gastroenteritis yang ditransmisikan melalui air dan makanan terkontaminasi yang sering terjadi pada negara berkembang. Beberapa strain Salmonella enterica multi-resisten terhadap berbagai antibiotika. Bakteriofag litik pada famili Siphoviridae dapat menjadi solusi alternatif dalam mengurangi kejadian gastroenteritis oleh Salmonella enterica. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi, mengetahui kemampuan bakteriofag litik Lytic Bacteriophage 1 (LB1) dalam melisis inangnya yaitu Salmonella enterica penyebab gastroenteritis, serta mengetahui karakterisasi bakteriofag litik LB 1 sebagai biokontrol penyakit gastroenteritis. Bakteriofag litik diisolasi dari pembuangan limbah domestik menggunakan teknik double layer plaque. Bakteriofag litik diidentifikasi berdasarkan morfologi plak, struktur litik, inang, aktivitas lisis sel bakteri Salmonella enterica, stabilitas dalam kondisi buffer yang berbeda dan karakterisasi protein. Bakteriofag litik LB1 hanya menginfeksi sel Salmonella enterica. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM), bakteriofag litik LB1 termasuk ke dalam famili Siphoviridae. Morfologi kepala hexagonal-icosahedral berdiameter 72.7 nm, dengan ekor non-kontraktil berdiameter 17.3 nm dan panjang 100 nm. Bakteriofag litik LB1 memiliki stabilitas terbaik dalam buffer Ringers suhu 4 oC yang ditunjukkan dengan penurunan plak sebesar 28% setelah 3 minggu penyimpanan. Hasil pengujian efektivitas menunjukkan bahwa bakteriofag litik LB1 dapat mengurangi populasi sel Salmonella sebanyak 67,12% setelah 8 jam inkubasi. Bakteriofag litik LB1 memiliki 8 protein yang berbeda dengan berat molekul yang beragam 11.4 kDa, 19.6 kDa, 23 kDa, 33 kDa, 58.3 kDa, 77 kDa, 94.5 kDa, 133 kDa. Studi ini menunjukkan bahwa bakteriofag litik LB1 yang diisolasi pembuangan limbah domestik dapat secara efektif mengurangi Salmonella enterica dengan cara melisis sel bakteri. Bakteriofag litik LB1 berpeluang dapat digunakan sebagai biokontrol penyakit gastroenteritis yang disebabkan oleh Salmonella enterica. Stabilitas terbaik bakteriofag litik LB1 pada penyimpanan dalam buffer Ringer di suhu dingin (4oC), memiliki karakterisasi famili Siphoviridae, dapat mengurangi Salmonella enterica sebanyak 67.12% setelah 8 jam inkubasi, dan memiliki berat molekul 11.4-133 kDa. Salmonella enterica is one of pathogenic bacteria causing gastroenteritis transmitted by water and food contamination which commonly occur in developing country. Some study reported that Salmonella serovar enterica strains were multi-resistant to various of antibiotics. Lytic bacteriophage in Siphoviridae family offered a good solution to reduce gastroenterytis disease caused by Salmonella enterica. This reseach aim was to isolate, effectivity test of LB 1 and to characterize lytic bacteriophage as biocontrol of gastroenterytis. Methodology and results were LB1 lytic bacteriophage was isolated from domes
{"title":"ISOLASI, EFEKTIVITAS, DAN KARAKTERISASI BAKTERIOFAG LITIK Salmonella enterica SEBAGAI BIOKONTROL PENYAKIT GASTROENTERITIS","authors":"Debi Arivo, Tessa Sjahriani","doi":"10.20884/1.mandala.2019.12.2.2024","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2019.12.2.2024","url":null,"abstract":"Salmonella enterica merupakan salah satu bakteri patogen penyebab gastroenteritis yang ditransmisikan melalui air dan makanan terkontaminasi yang sering terjadi pada negara berkembang. Beberapa strain Salmonella enterica multi-resisten terhadap berbagai antibiotika. Bakteriofag litik pada famili Siphoviridae dapat menjadi solusi alternatif dalam mengurangi kejadian gastroenteritis oleh Salmonella enterica. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengisolasi, mengetahui kemampuan bakteriofag litik Lytic Bacteriophage 1 (LB1) dalam melisis inangnya yaitu Salmonella enterica penyebab gastroenteritis, serta mengetahui karakterisasi bakteriofag litik LB 1 sebagai biokontrol penyakit gastroenteritis. Bakteriofag litik diisolasi dari pembuangan limbah domestik menggunakan teknik double layer plaque. Bakteriofag litik diidentifikasi berdasarkan morfologi plak, struktur litik, inang, aktivitas lisis sel bakteri Salmonella enterica, stabilitas dalam kondisi buffer yang berbeda dan karakterisasi protein. Bakteriofag litik LB1 hanya menginfeksi sel Salmonella enterica. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM), bakteriofag litik LB1 termasuk ke dalam famili Siphoviridae. Morfologi kepala hexagonal-icosahedral berdiameter 72.7 nm, dengan ekor non-kontraktil berdiameter 17.3 nm dan panjang 100 nm. Bakteriofag litik LB1 memiliki stabilitas terbaik dalam buffer Ringers suhu 4 oC yang ditunjukkan dengan penurunan plak sebesar 28% setelah 3 minggu penyimpanan. Hasil pengujian efektivitas menunjukkan bahwa bakteriofag litik LB1 dapat mengurangi populasi sel Salmonella sebanyak 67,12% setelah 8 jam inkubasi. Bakteriofag litik LB1 memiliki 8 protein yang berbeda dengan berat molekul yang beragam 11.4 kDa, 19.6 kDa, 23 kDa, 33 kDa, 58.3 kDa, 77 kDa, 94.5 kDa, 133 kDa. Studi ini menunjukkan bahwa bakteriofag litik LB1 yang diisolasi pembuangan limbah domestik dapat secara efektif mengurangi Salmonella enterica dengan cara melisis sel bakteri. Bakteriofag litik LB1 berpeluang dapat digunakan sebagai biokontrol penyakit gastroenteritis yang disebabkan oleh Salmonella enterica. Stabilitas terbaik bakteriofag litik LB1 pada penyimpanan dalam buffer Ringer di suhu dingin (4oC), memiliki karakterisasi famili Siphoviridae, dapat mengurangi Salmonella enterica sebanyak 67.12% setelah 8 jam inkubasi, dan memiliki berat molekul 11.4-133 kDa. \u0000 \u0000 \u0000Salmonella enterica is one of pathogenic bacteria causing gastroenteritis transmitted by water and food contamination which commonly occur in developing country. Some study reported that Salmonella serovar enterica strains were multi-resistant to various of antibiotics. Lytic bacteriophage in Siphoviridae family offered a good solution to reduce gastroenterytis disease caused by Salmonella enterica. This reseach aim was to isolate, effectivity test of LB 1 and to characterize lytic bacteriophage as biocontrol of gastroenterytis. Methodology and results were LB1 lytic bacteriophage was isolated from domes","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46545890","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-12-27DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.2.1601
Edy Priyanto, Fitranto Arjadi, Norina Agatri
Pasangan infertil semakin banyak ditemukan di Indonesia, 40% penyebab infertilitas terkait dengan faktor suami. Analisis sperma merupakan metode untuk mengetahui penyebab infertilitas. Metode masturbasi lebih direkomendasikan dibandingkan coitus interruptus. Kekurangan pada metode masturbasi adalah adanya beban psikologis dan latar belakang agama. Tujuan penelitian adalah membandingkan hasil analisis sperma dari hasil coitus interruptus dan masturbasi pada kasus infertilitas. Jenis penelitian adalah observasional analitik. Sampel penelitian berjumlah 97 laki-laki infertil yang melakukan pemeriksaan di RSIA Bunda Arif pada bulan Januari 2017 – Juni 2018. Teknik sampling menggunakan total sampling. Analisis sperma menggunakan klasifikasi dari WHO tahun 2010. Analisis statistik yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna konsentrasi sperma (p=0,043) pada kelompok masturbasi 46,5 ± 7,2 dan kelompok coitus interruptus 18,7 ± 5,3. Hasil yang tidak bermakna pada motilitas (p=0,632) dan morfologi (p=0,722). Kesimpulan penelitian adalah analisis sperma dengan proses masturbasi lebih baik konsentrasinya dibandingkan dengan proses coitus interruptus pada kasus infertilitas. Infertile couples are increasingly found in Indonesia and the 40% of many causes are related to husband factors consequently sperm analysis is needed to predict infertility. A method of masturbation is more recommended than coitus interruptus. The deficiency of masturbation method lies on psychological and religious burden. This research aims at comparing the sperm analysis resulted from coitus interuptus and masturbation in infertility cases. It belongs to observational analityc reserach. The subjects of the research were 97 infertile male patients who underwent examination in RSIA Bunda Arif in January 2017-June 2018 and total sampling method was applied. The sperm analysis utilized WHO classification in 2010 and independent t-test was used in statistics analysis. The results of this study showed the sperm comparison and research results (p = 0.043) in masturbation groups is 46.5 ± 7.2 and the coitus interruptus group is 18.7 ± 5.3 and the result is not suitable for motility (p = 0.632) and morphology (p = 0.722) in spite of the fact that it showed better in the masturbation group. The study concludes that the sperm concentration in sperm analysis in the masturbation process is better and more recommended than that of coitus interruptus.
在印度尼西亚发现的产前伴侣越来越多,40%的原因与丈夫因素有关。对精子的分析是确定不孕不育原因的一种方法。手淫的建议比打断性性交更可取。手淫方法的缺陷是心理负担和宗教背景的存在。这项研究的目的是比较精子对interruptus和自慰不孕的结果。这种研究是分析观察的。2017年1月至2018年6月,97名初婚男性进行了测试。全取样技术采用取样技术。精子分析使用了2010年世卫组织的分类。使用的统计分析是测试不配对。有意义的研究结果显示,精子浓度(p = 0.043)组织的手淫46.5±7.2和团体性交18.7±5.3。动机(p= 632)和形态学(p= 722)的无意义结果。研究的结论是,对手淫过程中的精子的注意力比对不孕不育的性交过程要好。在印度尼西亚发现的低劣组合令人难以置信,其中40%的原因与丈夫因素密切相关——精子分析需要预测不孕不育。手淫的方法比打断性行为更令人兴奋。精神和宗教负担的自慰方法的缺失。这一研究模拟了从交叉引用的性分析和自渎的案例中发现的精子分析。它与分析天文台有关。这项研究的主题是97个未确定的男性病人,他们于2018年1月至6月前往RSIA进行研究,全部的方法样本都被采用。这种精子分析在2010年和独立测试中使用了统计分析。《精子不那么可怜results of this study那里和研究results (p = 0.043)在masturbation集团是46 5±7。2《性交集团是《18 7±5。3与论点是suitable for motility音符(p = 0.632)和morphology (p = 0.722)在怨恨之境的比例这那里最好masturbation集团。研究结果表明,精子在手淫过程中的集中精力比打断性行为更重要。
{"title":"PERBANDINGAN HASIL ANALISIS SPERMA DARI PROSES COITUS INTERRUPTUS DAN MASTURBASI PADA KASUS INFERTILITAS","authors":"Edy Priyanto, Fitranto Arjadi, Norina Agatri","doi":"10.20884/1.mandala.2019.12.2.1601","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2019.12.2.1601","url":null,"abstract":"Pasangan infertil semakin banyak ditemukan di Indonesia, 40% penyebab infertilitas terkait dengan faktor suami. Analisis sperma merupakan metode untuk mengetahui penyebab infertilitas. Metode masturbasi lebih direkomendasikan dibandingkan coitus interruptus. Kekurangan pada metode masturbasi adalah adanya beban psikologis dan latar belakang agama. Tujuan penelitian adalah membandingkan hasil analisis sperma dari hasil coitus interruptus dan masturbasi pada kasus infertilitas. Jenis penelitian adalah observasional analitik. Sampel penelitian berjumlah 97 laki-laki infertil yang melakukan pemeriksaan di RSIA Bunda Arif pada bulan Januari 2017 – Juni 2018. Teknik sampling menggunakan total sampling. Analisis sperma menggunakan klasifikasi dari WHO tahun 2010. Analisis statistik yang digunakan adalah uji t tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna konsentrasi sperma (p=0,043) pada kelompok masturbasi 46,5 ± 7,2 dan kelompok coitus interruptus 18,7 ± 5,3. Hasil yang tidak bermakna pada motilitas (p=0,632) dan morfologi (p=0,722). Kesimpulan penelitian adalah analisis sperma dengan proses masturbasi lebih baik konsentrasinya dibandingkan dengan proses coitus interruptus pada kasus infertilitas. \u0000 \u0000Infertile couples are increasingly found in Indonesia and the 40% of many causes are related to husband factors consequently sperm analysis is needed to predict infertility. A method of masturbation is more recommended than coitus interruptus. The deficiency of masturbation method lies on psychological and religious burden. This research aims at comparing the sperm analysis resulted from coitus interuptus and masturbation in infertility cases. It belongs to observational analityc reserach. The subjects of the research were 97 infertile male patients who underwent examination in RSIA Bunda Arif in January 2017-June 2018 and total sampling method was applied. The sperm analysis utilized WHO classification in 2010 and independent t-test was used in statistics analysis. The results of this study showed the sperm comparison and research results (p = 0.043) in masturbation groups is 46.5 ± 7.2 and the coitus interruptus group is 18.7 ± 5.3 and the result is not suitable for motility (p = 0.632) and morphology (p = 0.722) in spite of the fact that it showed better in the masturbation group. The study concludes that the sperm concentration in sperm analysis in the masturbation process is better and more recommended than that of coitus interruptus.","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41620259","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-02DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.1.1266
Ulfiawaty Ulfiawaty, Bachtiar Murtala, Mirna Muis
Limfadenopati didefinisikan sebagai sebuah abnormalitas ukuran dan konsistensi dari limfonodus yang bisa terjadi akibat proses infeksi dan inflamasi lainnya. Penelitian ini bertujuan menjelaskan nilai diagnostik USG color Doppler dan Elastografi dalam menentukan limfadenopati leher jinak dan ganas dibandingkan dengan hasil Bajah. Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Radiologi RS Universitas Hasanuddin, Makassar yang dimulai pada bulan Februari-Maret 2018. Desain penelitian menggunakan uji diagnostik. Sebanyak 50 sampel dengan klinis limfadenopati leher. Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi color Doppler untuk melihat pola, lokasi vascular serta nilai resistive index, kemudian dilakukan elastografi untuk menentukan elastisitas jaringan. Dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan Bajah untuk menentukan limfadenopati leher jinak dan ganas sete. Analisis data menggunakan statistik melalui uji diagnostik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji diagnostik, didapatkan pola vaskuler memiliki sensitivitas 72%, spesifitas 92%, akurasi 84%, NPP 88%, NPN 81%. Lokasi vaskuler memiliki sensitivitas 59%, spesifitas 86%, akurasi 80%, NPP 92%, NPN 75%. Nilai resistive indeks didapatkan cut 0ff 0,795 dengan nilai sensitivitas 95,5%, spesifitas 75%, akurasu 84%, NPP 75% dan NPN 95,5%. Apabila dibandingkan dengan USG color Doppler dan elastografi, maka elastografi jauh lebih unggul dalam menentukan limfadenopati leher jinak dan ganas dengan sensitivitas 95,4%, spesifitas 96,4%, akurasi 96%, nilai prediksi positif 95,4% dan nilai prediksi negatif 96,4%. Lymphadenopathy is defined as an abnormality in the size and consistency of the lymph nodes that can occur due to other infections and inflammatory processes. This study aimed to determine the diagnostic value of ultrasound color Doppler and Elastography in determining the benign and malignant cervical lymphadenopathy compared with the results of the elephant Research method. This research was conducted in Radiology Department of Hasanuddin University Hospital, Makassar which started in February-March 2018. The research design used the diagnostic test. A total of 50 samples with clinical cervical lymphadenopathy. The color Doppler ultrasound examination was conducted to find out the pattern, vascular location and resistive index value, then the elastography was performed to determine the elasticity of the tissue. After that, a FNA examination was done to determine benign and malignant cervical lymphadenopathy. The data analysis used the statistic through the diagnostic tests. The research results indicated that the diagnostic test revealed the vascular pattern of 72% sensitivity, 92% specificity, 84% accuracy, NPP 88%, NPN 81%. The vascular site had a sensitivity of 59%, specificity 96%, accuracy of 80%, NPP of 92%, NPN of 75%. The resistive values index obtained 0ff 0.795 with 95.5% sensitivity, 75% specificity, 84% accuracy, 75% NPP, and 95.5% NPN. When compared with Doppler ultrasound and elastography, the
{"title":"NILAI DIAGNOSTIK USG COLOR DOPPLER DAN ELASTOGRAFI DIBANDINGKAN DENGAN HASIL BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS DALAM MENENTUKAN LIMFADENOPATI LEHER JINAK DAN GANAS","authors":"Ulfiawaty Ulfiawaty, Bachtiar Murtala, Mirna Muis","doi":"10.20884/1.mandala.2019.12.1.1266","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2019.12.1.1266","url":null,"abstract":"Limfadenopati didefinisikan sebagai sebuah abnormalitas ukuran dan konsistensi dari limfonodus yang bisa terjadi akibat proses infeksi dan inflamasi lainnya. Penelitian ini bertujuan menjelaskan nilai diagnostik USG color Doppler dan Elastografi dalam menentukan limfadenopati leher jinak dan ganas dibandingkan dengan hasil Bajah. Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Radiologi RS Universitas Hasanuddin, Makassar yang dimulai pada bulan Februari-Maret 2018. Desain penelitian menggunakan uji diagnostik. Sebanyak 50 sampel dengan klinis limfadenopati leher. Dilakukan pemeriksaan ultrasonografi color Doppler untuk melihat pola, lokasi vascular serta nilai resistive index, kemudian dilakukan elastografi untuk menentukan elastisitas jaringan. Dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan Bajah untuk menentukan limfadenopati leher jinak dan ganas sete. Analisis data menggunakan statistik melalui uji diagnostik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji diagnostik, didapatkan pola vaskuler memiliki sensitivitas 72%, spesifitas 92%, akurasi 84%, NPP 88%, NPN 81%. Lokasi vaskuler memiliki sensitivitas 59%, spesifitas 86%, akurasi 80%, NPP 92%, NPN 75%. Nilai resistive indeks didapatkan cut 0ff 0,795 dengan nilai sensitivitas 95,5%, spesifitas 75%, akurasu 84%, NPP 75% dan NPN 95,5%. Apabila dibandingkan dengan USG color Doppler dan elastografi, maka elastografi jauh lebih unggul dalam menentukan limfadenopati leher jinak dan ganas dengan sensitivitas 95,4%, spesifitas 96,4%, akurasi 96%, nilai prediksi positif 95,4% dan nilai prediksi negatif 96,4%. \u0000 \u0000Lymphadenopathy is defined as an abnormality in the size and consistency of the lymph nodes that can occur due to other infections and inflammatory processes. This study aimed to determine the diagnostic value of ultrasound color Doppler and Elastography in determining the benign and malignant cervical lymphadenopathy compared with the results of the elephant Research method. This research was conducted in Radiology Department of Hasanuddin University Hospital, Makassar which started in February-March 2018. The research design used the diagnostic test. A total of 50 samples with clinical cervical lymphadenopathy. The color Doppler ultrasound examination was conducted to find out the pattern, vascular location and resistive index value, then the elastography was performed to determine the elasticity of the tissue. After that, a FNA examination was done to determine benign and malignant cervical lymphadenopathy. The data analysis used the statistic through the diagnostic tests. The research results indicated that the diagnostic test revealed the vascular pattern of 72% sensitivity, 92% specificity, 84% accuracy, NPP 88%, NPN 81%. The vascular site had a sensitivity of 59%, specificity 96%, accuracy of 80%, NPP of 92%, NPN of 75%. The resistive values index obtained 0ff 0.795 with 95.5% sensitivity, 75% specificity, 84% accuracy, 75% NPP, and 95.5% NPN. When compared with Doppler ultrasound and elastography, the ","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48799869","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.1.1454
O. Sari, T. Rosanti, Lieza Dwianasari Susiawan
Kecacingan merupakan salah satu penyebab infeksi yang sering dijumpai di negara tropis, seperti Indonesia. Gejala kecacingan yang tidak khas menyebabkan keberadaan cacing di dalam tubuh penderita tidak diketahui dan sering diabaikan. Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah yang memiliki faktor risiko infeksi kecacingan khususnya Soil Transmitted Helmiths (STHs) pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kecacingan dan hubungan perilaku kebersihan perorangan dengan kejadian kecacingan pada siswa SD Susukan, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Identifikasi telur cacing parasit usus dilakukan menggunakan pemeriksaan feses metode apung. Uji Chi square dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara variabel perilaku kebersihan perorangan siswa SD Susukan dengan kejadian infeksi kecacingan. Prevalensi kecacingan di SD Susukan, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas adalah sebesar 6,8% dengan spesies yang ditemukan adalah A. lumbricoides dan Hymenolepis sp. Tidak terdapat hubungan antara variabel perilaku kebersihan perorangan siswa SD dengan kejadian infeksi kecacingan (p=0,197).
{"title":"HUBUNGAN PERILAKU KEBERSIHAN PERORANGAN DENGAN KECACINGAN PADA SISWA SD SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS","authors":"O. Sari, T. Rosanti, Lieza Dwianasari Susiawan","doi":"10.20884/1.mandala.2019.12.1.1454","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2019.12.1.1454","url":null,"abstract":"Kecacingan merupakan salah satu penyebab infeksi yang sering dijumpai di negara tropis, seperti Indonesia. Gejala kecacingan yang tidak khas menyebabkan keberadaan cacing di dalam tubuh penderita tidak diketahui dan sering diabaikan. Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah yang memiliki faktor risiko infeksi kecacingan khususnya Soil Transmitted Helmiths (STHs) pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kecacingan dan hubungan perilaku kebersihan perorangan dengan kejadian kecacingan pada siswa SD Susukan, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Identifikasi telur cacing parasit usus dilakukan menggunakan pemeriksaan feses metode apung. Uji Chi square dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara variabel perilaku kebersihan perorangan siswa SD Susukan dengan kejadian infeksi kecacingan. Prevalensi kecacingan di SD Susukan, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas adalah sebesar 6,8% dengan spesies yang ditemukan adalah A. lumbricoides dan Hymenolepis sp. Tidak terdapat hubungan antara variabel perilaku kebersihan perorangan siswa SD dengan kejadian infeksi kecacingan (p=0,197).","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49596944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.1.1263
Jimmy Tungka, Muhammad Ilyas, Bachtiar Murtala
Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerah punggung bagian bawah yang dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular ataupun keduanya. Peran otot-otot paraspinal lumbal sebagai penyebab NPB masih belum jelas. Otot-otot paraspinal lumbal ini berperan saat menerima beban saat tubuh bergerak dan saat menumpu berat badan. Ada indikasi bahwa musculus multifidus lumbal (LMM) merupakan otot paraspinal yang sensitif terhadap parubahan patologis yang berbeda pada tulang belakang lumbal dibandingkan otot paraspinal lainnya. Pengukuran musculus multifidus lumbal menggunakan ultrasound dapat memberikan penilaian yang tepat untuk menilai cross sectional area (CSA) otot. Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi rasio CSA muskulus multifidus lumbal menggunakan USG gray scale terhadap nyeri berdasarkan VAS. Penelitian dilaksanakan di Bagian Radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada Juli-Agustus 2018. Desain penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 38 orang dengan gejala klinis nyeri punggung bawah radikular. USG gray scale dilakukan untuk mengukur CSA muskulus multifidus pada level dan sisi yang nyeri dan pada sebelahnya, kemudian dihitung rasionya. Hal yang sama dilakukan pada level di atas nyeri. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan Pearson. Hasil penelitian menunjukkan rerata sampel dengan derajat nyeri mild berdasarkan VAS. Mean rasio CSA yang diperoleh 81% pada level nyeri dan 82% pada level di atas nyeri. Terdapat korelasi antara rasio CSA muskulus multifidus lumbal pada level nyeri dan di atas nyeri terhadap derajat nyeri dengan arah korelasi negatif dengan nilai p=0,001 dan p=0,002. Semakin berat derajat nyeri, semakin kecil rasio CSA-nya
{"title":"KORELASI RASIO CROSS SECTIONAL AREA MUSCULUS MULTIFIDUS LUMBAL MENGGUNAKAN ULTRASOUND DENGAN DERAJAT NYERI BERDASARKAN VISUAL ANALOGUE SCALE (VAS) PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH","authors":"Jimmy Tungka, Muhammad Ilyas, Bachtiar Murtala","doi":"10.20884/1.mandala.2019.12.1.1263","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2019.12.1.1263","url":null,"abstract":"Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri di daerah punggung bagian bawah yang dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular ataupun keduanya. Peran otot-otot paraspinal lumbal sebagai penyebab NPB masih belum jelas. Otot-otot paraspinal lumbal ini berperan saat menerima beban saat tubuh bergerak dan saat menumpu berat badan. Ada indikasi bahwa musculus multifidus lumbal (LMM) merupakan otot paraspinal yang sensitif terhadap parubahan patologis yang berbeda pada tulang belakang lumbal dibandingkan otot paraspinal lainnya. Pengukuran musculus multifidus lumbal menggunakan ultrasound dapat memberikan penilaian yang tepat untuk menilai cross sectional area (CSA) otot. Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi rasio CSA muskulus multifidus lumbal menggunakan USG gray scale terhadap nyeri berdasarkan VAS. Penelitian dilaksanakan di Bagian Radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada Juli-Agustus 2018. Desain penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyak 38 orang dengan gejala klinis nyeri punggung bawah radikular. USG gray scale dilakukan untuk mengukur CSA muskulus multifidus pada level dan sisi yang nyeri dan pada sebelahnya, kemudian dihitung rasionya. Hal yang sama dilakukan pada level di atas nyeri. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dan Pearson. Hasil penelitian menunjukkan rerata sampel dengan derajat nyeri mild berdasarkan VAS. Mean rasio CSA yang diperoleh 81% pada level nyeri dan 82% pada level di atas nyeri. Terdapat korelasi antara rasio CSA muskulus multifidus lumbal pada level nyeri dan di atas nyeri terhadap derajat nyeri dengan arah korelasi negatif dengan nilai p=0,001 dan p=0,002. Semakin berat derajat nyeri, semakin kecil rasio CSA-nya","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46541588","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.20884/1.MOH.2019.12.1.1045
P. Prihantono, Juhamran Juhamran, Z. Abidin, Haryasena Haryasena, Salman Ardi Syamsu
Cyclooxygenase-2 (COX-2) berperan dalam pertumbuhan tumor dan metastasisnya yang berdampak pada buruknya prognosis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan ekspresi COX-2 terhadap disease free survival dan overall survival pada pasien kanker payudara. Penelitian ini bersifat observasional menggunakan desain kohort dengan periode follow up selama 24 bulan. Hasil: Ekspresi COX-2 ditemukan pada 21 sampel (42%) dari 50 pasien kanker payudara. Selama follow up 24 bulan, lama DFS pada COX-2 negatif (20,1 bulan) lebih lama dibandingkan pada COX-2 positif (14,0 bulan) dan menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,01). Lama OS pada COX-2 negatif (22,6 bulan) lebih lama dibandingkan pada COX-2 positif (17,8 bulan) yang juga menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,01). Terdapat hubungan yang signifikan antara ekspresi COX-2 dengan disease free survival dan overall survival pada pasien kanker payudara. COX-2 bisa dijadikan salah satu faktor prognostik kanker payudara.
{"title":"Original Article HUBUNGAN EKSPRESI CYCLOOXYGENASE-2 (COX-2) DENGAN DISEASE FREE SURVIVAL DAN OVERALL SURVIVAL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA","authors":"P. Prihantono, Juhamran Juhamran, Z. Abidin, Haryasena Haryasena, Salman Ardi Syamsu","doi":"10.20884/1.MOH.2019.12.1.1045","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.MOH.2019.12.1.1045","url":null,"abstract":"Cyclooxygenase-2 (COX-2) berperan dalam pertumbuhan tumor dan metastasisnya yang berdampak pada buruknya prognosis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan ekspresi COX-2 terhadap disease free survival dan overall survival pada pasien kanker payudara. Penelitian ini bersifat observasional menggunakan desain kohort dengan periode follow up selama 24 bulan. Hasil: Ekspresi COX-2 ditemukan pada 21 sampel (42%) dari 50 pasien kanker payudara. Selama follow up 24 bulan, lama DFS pada COX-2 negatif (20,1 bulan) lebih lama dibandingkan pada COX-2 positif (14,0 bulan) dan menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,01). Lama OS pada COX-2 negatif (22,6 bulan) lebih lama dibandingkan pada COX-2 positif (17,8 bulan) yang juga menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,01). Terdapat hubungan yang signifikan antara ekspresi COX-2 dengan disease free survival dan overall survival pada pasien kanker payudara. COX-2 bisa dijadikan salah satu faktor prognostik kanker payudara.","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48616881","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-29DOI: 10.20884/1.mandala.2019.12.1.1513
Devi Febriana Putri, Tusy Triwahyuni
Penularan transvenereal berpotensi menyebarkan virus dengue melalui perilaku kawin. Pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan strategi perilaku kawin nyamuk secara alami telah diterapkan untuk menurunkan perluasan daerah endemis DBD. Dengan dasar tersebut, pemahaman perilaku kawin nyamuk Ae. aegypti penting untuk diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi virus dengue serotipe 3 (DENV-3) pada organ spermateka nyamuk Ae. aegypti betina yang telah terinfeksi DENV-3 secara transvenereal di laboratorium. Pembedahan organ spermateka pada nyamuk betina dilakukan setelah nyamuk Ae. aegypti betina kawin dengan nyamuk Ae. aegypti jantan yang positif DENV-3. Keberadaan DENV-3 pada organ spermateka nyamuk betina dilakukan dengan melakukan pengujian pooling sampel menggunakan metode One-Step RT-PCR untuk screening virus dengue (profil pita DNA spesifik 511 bp). Sampel yang hasil pengujiannya positif virus dengue, dilanjutkan dengan metode Semi-Nested PCR untuk serotyping DENV-3 (profil pita DNA spesifik 290 bp). Hasil penelitian dari 7 sampel pooling organ spermateka dari nyamuk betina positif DENV-3 hasil penularan transvenereal nyamuk jantan positif DENV-3 secara intratorakal menunjukkan tidak ada satupun sampel yang terdeteksi adanya DENV-3. Tidak ditemukan virus DENV-3 pada organ spermateka nyamuk Ae. aegypti betina yang telah terinfeksi DENV-3 secara transvenereal pada 7 sampel yang digunakan. Perlu pengujian lebih lanjut pada organ ovarium nyamuk betina untuk memastikan mekanisme terjadinya penularan transvenereal virus dengue pada Ae. aegypti dalam upaya mencari strategi baru dalam pengendalian vektor DBD
变性传染有可能通过交配行为传播登革热病毒。登革热出血热(DBD)的自然繁殖策略已经实施,以减少登革热区域的扩张。在此基础上,理解Ae蚊子的交配行为。埃及是值得知道的。这项研究的目的是检测Ae蚊子生殖器官中的三型登革热病毒(denv3型)。雌性被丹麦-3病毒感染的埃及人在实验室转化。雌性蚊子的生殖器官解剖是在Ae蚊子之后进行的。雌性埃及人与Ae蚊子交配。一个积极的雄性埃及蚊子的生殖器官中登v3的存在是通过使用单步病毒RT-PCR方法对登革病毒(511 bp)的DNA片段进行抽样测试而完成的。登革病毒检测结果为阳性的样本,然后是用半检测PCR到serotyping DENV-3(特定于290 bp DNA谱)的方法。对雌性蚊子进行的7个生殖器官样本的研究发现,雄性蚊子转化为denv3病毒,这一结果在内部表明,没有一个样本被检测到DENV-3。蚊子的生殖器官中没有登-3病毒。在使用的7个样本中,被丹麦-3病毒感染的雌性埃及人。需要对雌性蚊子的卵巢器官进行进一步测试,以确保登革热病毒传播的机制。埃及人正在努力在DBD矢量控制中寻找新的策略
{"title":"DETEKSI VIRUS DENGUE SEROTIPE-3 DAN PERAN SPERMATEKA DALAM PENULARAN SECARA TRANSVENEREAL PADA NYAMUK Aedes aegypti BETINA","authors":"Devi Febriana Putri, Tusy Triwahyuni","doi":"10.20884/1.mandala.2019.12.1.1513","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2019.12.1.1513","url":null,"abstract":"Penularan transvenereal berpotensi menyebarkan virus dengue melalui perilaku kawin. Pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan strategi perilaku kawin nyamuk secara alami telah diterapkan untuk menurunkan perluasan daerah endemis DBD. Dengan dasar tersebut, pemahaman perilaku kawin nyamuk Ae. aegypti penting untuk diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi virus dengue serotipe 3 (DENV-3) pada organ spermateka nyamuk Ae. aegypti betina yang telah terinfeksi DENV-3 secara transvenereal di laboratorium. Pembedahan organ spermateka pada nyamuk betina dilakukan setelah nyamuk Ae. aegypti betina kawin dengan nyamuk Ae. aegypti jantan yang positif DENV-3. Keberadaan DENV-3 pada organ spermateka nyamuk betina dilakukan dengan melakukan pengujian pooling sampel menggunakan metode One-Step RT-PCR untuk screening virus dengue (profil pita DNA spesifik 511 bp). Sampel yang hasil pengujiannya positif virus dengue, dilanjutkan dengan metode Semi-Nested PCR untuk serotyping DENV-3 (profil pita DNA spesifik 290 bp). Hasil penelitian dari 7 sampel pooling organ spermateka dari nyamuk betina positif DENV-3 hasil penularan transvenereal nyamuk jantan positif DENV-3 secara intratorakal menunjukkan tidak ada satupun sampel yang terdeteksi adanya DENV-3. Tidak ditemukan virus DENV-3 pada organ spermateka nyamuk Ae. aegypti betina yang telah terinfeksi DENV-3 secara transvenereal pada 7 sampel yang digunakan. Perlu pengujian lebih lanjut pada organ ovarium nyamuk betina untuk memastikan mekanisme terjadinya penularan transvenereal virus dengue pada Ae. aegypti dalam upaya mencari strategi baru dalam pengendalian vektor DBD","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43217155","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}