Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.2.1316
Fitria Dewi Sulistiyono, Trirakhma Sofihidayati, Bina Lohitasari
Ekstrak kulit bawang merah mengandung flavonoid, polifenol, saponin, terpenoid dan alkaloid. Metode ekstraksi modern dengan memanfaatkan radiasi gelombang mikro yang disebut dengan MAE (Microwave Assisted Extraction) belum banyak dilakukan. Metode MAE terbukti lebih efektif karena pemanasan pelarut secara cepat dan efisien dibandingkan metode ekstraksi secara konvensional. Tujuan penelitan ini adalah mengetahui senyawa fitokimia dan aktivitas ekstrak kulit bawang merah dengan metode MAE pada Staphylococcus aureus. Deteksi senyawa fitokimia dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu ada tidaknya senyawa flavonoid, saponin, alkaloid dan tanin. Aktivitas ekstrak kulit bawang merah terhadap S.aureus dilakukan dengan metode kertas cakram dengan melihat zona bening/hambat yang dihasilkan. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20 dan 25% (b/v). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ektrak kulit bawang merah mempunyai senyawa flavonoid, saponin dan tanin. Ekstrak kulit bawang merah dapat menghambat pertumbuhan S.aureus ditunjukkan dengan adanya zona bening dari kosentrasi 5, 10, 15, 20 dan 25% (b/v) adalah 14; 15,5; 16; 19; 19,5 mm. Hasil tersebut menunjukan bahwa MAE lebih efektif daripada metode konvensional (maserasi) dalam menghambat S. aureus. Berdasarkan hasil aktivitas antibakteri, ekstrak kulit bawang merah dapat dimanfaatkan dalam dunia industri sebagai salah satu komponen produk pencegahan infeksi bakteri. Onion skin extract containing flavonoid , catakin , saponin , terpenoid and alkaloid . Microwave Assisted Extraction (MAE) is modern method with microwave radiation. MAE have proven more effective because a solvent warming quickly and more efficient compared other methode (maseration). This study aims to explore the phytochemical activity presenced in onion skin extract. that was obtained by the Microwave Assited Extraction (MAE) method and to evaluate the antibacterial activity against Staphilococcus aureus. The phytochemical screening of onion skin extracted by using MAE revealed the presence of alkaloids, saponins, tannins and flavonoids. The antibacterial activity of onion skin extract was carried out against S. aureus by measuring the diameter of bacterial growth inhibition zones through the diffusion method. The results of qualitative phytochemical screening tests on onion skin extract shows that the positive sample contains alkaloids, saponins, tannins and flavonoids. Range of onion skin extract concentration used in this research were 5, 10, 15, 20, and 25% w/v. The inhibition zone of extract at concentration 5, 10, 15, 20, and 25% w/v were 14.00; 15.50; 16.00; 19.00; and 19.50 mm respectively. Base on antibacterial result, onion skin extract can be used as one ingredient in the manufacture of antibacterial products.
{"title":"UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN FITOKIMIA KULIT BAWANG MERAH (Allium cepa L.) HASIL EKSTRAKSI METODE Microwave Assisted Extraction (MAE)","authors":"Fitria Dewi Sulistiyono, Trirakhma Sofihidayati, Bina Lohitasari","doi":"10.20884/1.mandala.2018.11.2.1316","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2018.11.2.1316","url":null,"abstract":"Ekstrak kulit bawang merah mengandung flavonoid, polifenol, saponin, terpenoid dan alkaloid. Metode ekstraksi modern dengan memanfaatkan radiasi gelombang mikro yang disebut dengan MAE (Microwave Assisted Extraction) belum banyak dilakukan. Metode MAE terbukti lebih efektif karena pemanasan pelarut secara cepat dan efisien dibandingkan metode ekstraksi secara konvensional. Tujuan penelitan ini adalah mengetahui senyawa fitokimia dan aktivitas ekstrak kulit bawang merah dengan metode MAE pada Staphylococcus aureus. Deteksi senyawa fitokimia dilakukan dengan metode kualitatif, yaitu ada tidaknya senyawa flavonoid, saponin, alkaloid dan tanin. Aktivitas ekstrak kulit bawang merah terhadap S.aureus dilakukan dengan metode kertas cakram dengan melihat zona bening/hambat yang dihasilkan. Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 5, 10, 15, 20 dan 25% (b/v). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ektrak kulit bawang merah mempunyai senyawa flavonoid, saponin dan tanin. Ekstrak kulit bawang merah dapat menghambat pertumbuhan S.aureus ditunjukkan dengan adanya zona bening dari kosentrasi 5, 10, 15, 20 dan 25% (b/v) adalah 14; 15,5; 16; 19; 19,5 mm. Hasil tersebut menunjukan bahwa MAE lebih efektif daripada metode konvensional (maserasi) dalam menghambat S. aureus. Berdasarkan hasil aktivitas antibakteri, ekstrak kulit bawang merah dapat dimanfaatkan dalam dunia industri sebagai salah satu komponen produk pencegahan infeksi bakteri. \u0000 \u0000Onion skin extract containing flavonoid , catakin , saponin , terpenoid and alkaloid . Microwave Assisted Extraction (MAE) is modern method with microwave radiation. MAE have proven more effective because a solvent warming quickly and more efficient compared other methode (maseration). This study aims to explore the phytochemical activity presenced in onion skin extract. that was obtained by the Microwave Assited Extraction (MAE) method and to evaluate the antibacterial activity against Staphilococcus aureus. The phytochemical screening of onion skin extracted by using MAE revealed the presence of alkaloids, saponins, tannins and flavonoids. The antibacterial activity of onion skin extract was carried out against S. aureus by measuring the diameter of bacterial growth inhibition zones through the diffusion method. The results of qualitative phytochemical screening tests on onion skin extract shows that the positive sample contains alkaloids, saponins, tannins and flavonoids. Range of onion skin extract concentration used in this research were 5, 10, 15, 20, and 25% w/v. The inhibition zone of extract at concentration 5, 10, 15, 20, and 25% w/v were 14.00; 15.50; 16.00; 19.00; and 19.50 mm respectively. Base on antibacterial result, onion skin extract can be used as one ingredient in the manufacture of antibacterial products.","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43376552","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Psoriasis adalah penyakit kulit yang sering dijumpai, kronik, tidak menular, terjadi akibat kelainan kompleks pada pertumbuhan dan diferensiasi epidermal serta abnormalitas multipel dari biokimia, imunologi, dan vaskular. Salah satu faktor risiko psoriasis adalah fokal infeksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan tingkat keparahan psoriasis pada pasien psoriasis dengan dan tanpa disertai fokal infeksi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah 40 pasien psoriasis yang berobat di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada bulan November hingga Desember 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tingkat keparahan psoriasis diukur menggunakan Psoriasis Area Severity Index (PASI). Analisis data menggunakan independent t-test. Rata-rata tingkat keparahan psoriasis pada pasien dengan fokal infeksi 28,63 dan tanpa fokal infeksi 17,29, dengan jenis fokal infeksi didapatkan fokal infeksi intraoral (47,5%) dan genital (2,5%). Perbedaan tingkat keparahan psoriasis pada pasien dengan dan tanpa fokal infeksi didapatkan p = 0,000 (p < 0,05). Terdapat perbedaan signifikan tingkat keparahan psoriasis pada pasien dengan dan tanpa fokal infeksi. Psoriasis is a common, chronic, noncontagious skin disease, caused by complex abnormal epidermal growth with multiple abnormality of biochemistry, immunology, and vascular. One of psoriasis risk factors is focal infection. This study was an analytical study with cross-sectional approach, to establish the difference of Psoriasis Area Severity Index (PASI) in patients with and without focal infections in Prof. Dr. Margono Soekarjo Public Hospital, Purwokerto. Subjects of this study were psoriasis outpatients in Dermatology and Venereology Clinic in November until December 2017. Forty subjects who fulfilled the inclusion and exclusion criteria were measured using PASI. This study showed the average of the PASI on patients with focal infections was 28.63 and without focal infections was 17.29, with types of the focal infection were intraoral focal infections (47,5%) and genital focal infections (2,5%). The difference of PASI between patients with and without focal infections was significant with p = 0,000 (p < 0,05). There is a significant difference on degree of psoriasis between patients with and without focal infections.
{"title":"PERBEDAAN TINGKAT KEPARAHAN PSORIASIS PADA PASIEN PSORIASIS DENGAN DAN TANPA FOKAL INFEKSI","authors":"Caroline Astrid, Ismiralda Oke Putranti, Kurniasih Dwi Purwanti","doi":"10.20884/1.mandala.2018.11.2.944","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2018.11.2.944","url":null,"abstract":"Psoriasis adalah penyakit kulit yang sering dijumpai, kronik, tidak menular, terjadi akibat kelainan kompleks pada pertumbuhan dan diferensiasi epidermal serta abnormalitas multipel dari biokimia, imunologi, dan vaskular. Salah satu faktor risiko psoriasis adalah fokal infeksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan tingkat keparahan psoriasis pada pasien psoriasis dengan dan tanpa disertai fokal infeksi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian adalah 40 pasien psoriasis yang berobat di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada bulan November hingga Desember 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tingkat keparahan psoriasis diukur menggunakan Psoriasis Area Severity Index (PASI). Analisis data menggunakan independent t-test. Rata-rata tingkat keparahan psoriasis pada pasien dengan fokal infeksi 28,63 dan tanpa fokal infeksi 17,29, dengan jenis fokal infeksi didapatkan fokal infeksi intraoral (47,5%) dan genital (2,5%). Perbedaan tingkat keparahan psoriasis pada pasien dengan dan tanpa fokal infeksi didapatkan p = 0,000 (p < 0,05). Terdapat perbedaan signifikan tingkat keparahan psoriasis pada pasien dengan dan tanpa fokal infeksi. \u0000 \u0000 \u0000Psoriasis is a common, chronic, noncontagious skin disease, caused by complex abnormal epidermal growth with multiple abnormality of biochemistry, immunology, and vascular. One of psoriasis risk factors is focal infection. This study was an analytical study with cross-sectional approach, to establish the difference of Psoriasis Area Severity Index (PASI) in patients with and without focal infections in Prof. Dr. Margono Soekarjo Public Hospital, Purwokerto. Subjects of this study were psoriasis outpatients in Dermatology and Venereology Clinic in November until December 2017. Forty subjects who fulfilled the inclusion and exclusion criteria were measured using PASI. This study showed the average of the PASI on patients with focal infections was 28.63 and without focal infections was 17.29, with types of the focal infection were intraoral focal infections (47,5%) and genital focal infections (2,5%). The difference of PASI between patients with and without focal infections was significant with p = 0,000 (p < 0,05). There is a significant difference on degree of psoriasis between patients with and without focal infections.","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44617549","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.2.596
B. T. Hartomo, Fanny Kusuma Djati, F. Oktadewi, Angger Waspodo Dias Andrianto, P. Nugroho
Buah naga super merah (Hylocereus costaricencis)saat ini dibudidayakan oleh Kebun Benih Holtikultura Baturaden sebagai produk unggulan yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Banyumas. Buah naga super merah diyakini memiliki efek anti bakteri oleh karena kandungan polifenol yang terdapat pada daging buah maupun kulit buah naga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat daya hambat ekstrak buah naga super merah terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang merupakan salah satu pencetus terjadinya penyakit periodontal. Sebagai langkah awal, dilakukan uji determinasi buah naga super merah untuk memastikan bahwa buah naga yang digunakan adalah buah naga super merah. Selanjutnya dilakukan pembuatan ekstrak dengan metode maserasi. Hasil penelitian antar perlakuan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan daya hambat bakteri yang signifikan (p>0,05) antara ekstrak buah naga super merah, kontrol positif dan kontrol negatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak buah naga super merah dapat digunakan sebagai bahan antibakteri dalam terapi periodontal. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi acuan untuk langkah berikutnya yaitu pengujian efek anti bakteri larutan buah naga super merah terhadap akumulasi plak pada rongga mulut. Super red dragon fruit (Hylocereus costaricencis) is currently cultivated by the Baturraden Horticultural Seed Garden as a superior product that has the potential to improve the welfare of the Banyumas community. Dragon fruit is believed to have anti-bacterial effects because of the polyphenol content found in fruit flesh and dragon fruit skin. This study aims to see the inhibitory power of super red dragon fruit extract on the growth of Streptococcus mutans bacteria which is one of the triggers of periodontal disease. As a first step, a determination of dragon fruit is determined to ensure that the dragon fruit used is super red dragon fruit. Furthermore, the extract was made by maceration method. The results of the study between treatments showed that there was no significant difference in bacterial inhibition (p> 0.05) between super red dragon fruit extract, positive control and negative control. This study concluded that super red dragon fruit extract can be used as anti bacterial agent for periodontal therapy. The results of this study are expected to be a reference for the next research, analyzing the antibacterial effect of super red dragon fruit solution to the accumulation of plaque on the oral cavity
{"title":"EFEKTIFITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Streptococcus mutans","authors":"B. T. Hartomo, Fanny Kusuma Djati, F. Oktadewi, Angger Waspodo Dias Andrianto, P. Nugroho","doi":"10.20884/1.mandala.2018.11.2.596","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2018.11.2.596","url":null,"abstract":"Buah naga super merah (Hylocereus costaricencis)saat ini dibudidayakan oleh Kebun Benih Holtikultura Baturaden sebagai produk unggulan yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Banyumas. Buah naga super merah diyakini memiliki efek anti bakteri oleh karena kandungan polifenol yang terdapat pada daging buah maupun kulit buah naga. Penelitian ini bertujuan untuk melihat daya hambat ekstrak buah naga super merah terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang merupakan salah satu pencetus terjadinya penyakit periodontal. Sebagai langkah awal, dilakukan uji determinasi buah naga super merah untuk memastikan bahwa buah naga yang digunakan adalah buah naga super merah. Selanjutnya dilakukan pembuatan ekstrak dengan metode maserasi. Hasil penelitian antar perlakuan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan daya hambat bakteri yang signifikan (p>0,05) antara ekstrak buah naga super merah, kontrol positif dan kontrol negatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak buah naga super merah dapat digunakan sebagai bahan antibakteri dalam terapi periodontal. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi acuan untuk langkah berikutnya yaitu pengujian efek anti bakteri larutan buah naga super merah terhadap akumulasi plak pada rongga mulut. \u0000 \u0000Super red dragon fruit (Hylocereus costaricencis) is currently cultivated by the Baturraden Horticultural Seed Garden as a superior product that has the potential to improve the welfare of the Banyumas community. Dragon fruit is believed to have anti-bacterial effects because of the polyphenol content found in fruit flesh and dragon fruit skin. This study aims to see the inhibitory power of super red dragon fruit extract on the growth of Streptococcus mutans bacteria which is one of the triggers of periodontal disease. As a first step, a determination of dragon fruit is determined to ensure that the dragon fruit used is super red dragon fruit. Furthermore, the extract was made by maceration method. The results of the study between treatments showed that there was no significant difference in bacterial inhibition (p> 0.05) between super red dragon fruit extract, positive control and negative control. This study concluded that super red dragon fruit extract can be used as anti bacterial agent for periodontal therapy. The results of this study are expected to be a reference for the next research, analyzing the antibacterial effect of super red dragon fruit solution to the accumulation of plaque on the oral cavity","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48441418","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Limfadenopati dapat disebabkan oleh berbagai kondisi mulai dari keganasan, infeksi, autoimun, dan iatrogenik. Limfadenopati pada usia anak dan dewasa yang ukurannya tidak bertambah besar dalam kurun waktu kurang dari dua minggu atau lebih dari 12 bulan tidak bersifat neoplastik. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian gambaran CT Scan leher dengan hasil biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) untuk membedakan limfadenopati leher yang jinak dan ganas. Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Radiologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin Makassar mulai bulan Desember 2017 sampai Mei 2018. Sampel sebanyak 61 orang dengan rentang usia 4 - 82 tahun. Metode yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan gambaran keganasan limfadenopati leher pada CT Scan yang sesuai dengan BAJAH yaitu penyebaran ekstrakapsular, nekrosis sentral, bentuk bulat/lobulated dan margin irregular, sedangkan kalsifikasi dan ukuran tidak sesuai. Gambaran CT Scan limfadenopati leher yang jinak sesuai dengan hasil BAJAH yaitu tidak ada penyebaran ekstrakapsular, tidak ada nekrosis sentral, bentuk oval dan margin regular, sedangkan kalsifikasi dan ukuran tidak sesuai. Lymphadenopathy can be caused by various conditions that were malignancy, infection, autoimmunity, and iatrogenic. In adults and children, lymphadenopathy whose duration is less than two weeks or more than 12 months but its size does not increase, that is not a neoplastic. The study aims to determine the relationship between CT Scan of neck image and the result of fine needle aspiration biopsy (FNAB) in distinguishing benign and malignant cervical lymphadenopathies. The research was conducted in Radiology Department of Dr. Wahidin Sudirohusodo and Universitas Hasanuddin Hospital Makassar from December to May 2018. The sample were 61 people aged form 4 – 82 years old. The observational analytic with cross sectional analytic were used in this study. The result revealed that image of malignant lymphadenopathies in CT Scan of neck were significantly related with FNAB results; extracapsular spread; central necrosis, lobulated or rounded forms with irregular margin, while calcification and size were not related. The image of benign lymphadenopathies in CT Scan of neck was related with FNAB results; no extracapsular spread, no central necrosis, oval formed with regular margin, while calcification and size were not related.
{"title":"KESESUAIAN CT SCAN LEHER DENGAN HASIL BIOPSI ASPIRASI JARUM HALUS DALAM MENGIDENTIFIKASI KEGANASAN LIMFADENOPATI LEHER","authors":"Nurintan Kasmin Ginano, Mirna Muis, Bachtiar Murtala","doi":"10.20884/1.mandala.2018.11.2.1264","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2018.11.2.1264","url":null,"abstract":"Limfadenopati dapat disebabkan oleh berbagai kondisi mulai dari keganasan, infeksi, autoimun, dan iatrogenik. Limfadenopati pada usia anak dan dewasa yang ukurannya tidak bertambah besar dalam kurun waktu kurang dari dua minggu atau lebih dari 12 bulan tidak bersifat neoplastik. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian gambaran CT Scan leher dengan hasil biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) untuk membedakan limfadenopati leher yang jinak dan ganas. Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Radiologi RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin Makassar mulai bulan Desember 2017 sampai Mei 2018. Sampel sebanyak 61 orang dengan rentang usia 4 - 82 tahun. Metode yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan gambaran keganasan limfadenopati leher pada CT Scan yang sesuai dengan BAJAH yaitu penyebaran ekstrakapsular, nekrosis sentral, bentuk bulat/lobulated dan margin irregular, sedangkan kalsifikasi dan ukuran tidak sesuai. Gambaran CT Scan limfadenopati leher yang jinak sesuai dengan hasil BAJAH yaitu tidak ada penyebaran ekstrakapsular, tidak ada nekrosis sentral, bentuk oval dan margin regular, sedangkan kalsifikasi dan ukuran tidak sesuai. \u0000 \u0000Lymphadenopathy can be caused by various conditions that were malignancy, infection, autoimmunity, and iatrogenic. In adults and children, lymphadenopathy whose duration is less than two weeks or more than 12 months but its size does not increase, that is not a neoplastic. The study aims to determine the relationship between CT Scan of neck image and the result of fine needle aspiration biopsy (FNAB) in distinguishing benign and malignant cervical lymphadenopathies. The research was conducted in Radiology Department of Dr. Wahidin Sudirohusodo and Universitas Hasanuddin Hospital Makassar from December to May 2018. The sample were 61 people aged form 4 – 82 years old. The observational analytic with cross sectional analytic were used in this study. The result revealed that image of malignant lymphadenopathies in CT Scan of neck were significantly related with FNAB results; extracapsular spread; central necrosis, lobulated or rounded forms with irregular margin, while calcification and size were not related. The image of benign lymphadenopathies in CT Scan of neck was related with FNAB results; no extracapsular spread, no central necrosis, oval formed with regular margin, while calcification and size were not related.","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45093964","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-31DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.2.947
Heidy Heidy, Sebastian Darvan
Hipertensi merupakan sebuah penyakit pada orang dewasa maupun anak-anak dan remaja dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Faktor penyebab hipertensi yang dapat dimodifikasi adalah pola makan dan gaya hidup. Pola makan sering mengonsumsi western fast food yang tinggi energi, lemak jenuh, garam, dan rendah serat dapat meningkatkan risiko hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan tekanan darah pada remaja kelas IX SMP Permai Penjaringan Jakarta Utara dengan menggunakan metode penelitian analitik potong lintang. Dari 123 responden didapatkan 40 responden jarang mengonsumsi makanan cepat saji yang terbagi dari 35 responden dengan tekanan darah normal dan 5 responden dengan tekanan darah meningkat. Dari 83 responden yang sering mengonsumsi makanan cepat saji terdapat 72 responden dengan tekanan darah normal dan 11 responden dengan tekanan darah meningkat. Tidak terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan tekanan darah pada remaja SMP Permai Penjaringan Jakarta Utara Hypertension is a disease in adults as well as children and adolescents with high mortality and morbidity. Causes of hypertension that can be modified include diet and lifestyle. Diet that often consume western fast food that is high in energy, saturated fat, salt, and low fiber can increase the risk of hypertension. This research aimed to know whether there was a correlation between fast food consumption frequency with blood pressure among teenagers of class IX in Permai Junior Highschool, used a cross sectional analytic study. Out of 123 respondents, we obtained 40 respondents that did not consume fast food often, there were 35 respondents with normal blood pressure and 5 respondents with elevated blood pressure. Of the 83 respondents that consume fast food often, there were 72 respondents with normal blood pressure and 11 respondents with elevated blood pressure. There was no correlation between fast food consumption frequency with blood pressure among teenagers in Permai Junior Highschool
{"title":"HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI DENGAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA SMP PERMAI","authors":"Heidy Heidy, Sebastian Darvan","doi":"10.20884/1.mandala.2018.11.2.947","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2018.11.2.947","url":null,"abstract":" \u0000Hipertensi merupakan sebuah penyakit pada orang dewasa maupun anak-anak dan remaja dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Faktor penyebab hipertensi yang dapat dimodifikasi adalah pola makan dan gaya hidup. Pola makan sering mengonsumsi western fast food yang tinggi energi, lemak jenuh, garam, dan rendah serat dapat meningkatkan risiko hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan tekanan darah pada remaja kelas IX SMP Permai Penjaringan Jakarta Utara dengan menggunakan metode penelitian analitik potong lintang. Dari 123 responden didapatkan 40 responden jarang mengonsumsi makanan cepat saji yang terbagi dari 35 responden dengan tekanan darah normal dan 5 responden dengan tekanan darah meningkat. Dari 83 responden yang sering mengonsumsi makanan cepat saji terdapat 72 responden dengan tekanan darah normal dan 11 responden dengan tekanan darah meningkat. Tidak terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan tekanan darah pada remaja SMP Permai Penjaringan Jakarta Utara \u0000 \u0000 \u0000Hypertension is a disease in adults as well as children and adolescents with high mortality \u0000and morbidity. Causes of hypertension that can be modified include diet and lifestyle. Diet that \u0000often consume western fast food that is high in energy, saturated fat, salt, and low fiber can increase \u0000the risk of hypertension. This research aimed to know whether there was a correlation between \u0000fast food consumption frequency with blood pressure among teenagers of class IX in Permai Junior \u0000Highschool, used a cross sectional analytic study. Out of 123 respondents, we obtained 40 \u0000respondents that did not consume fast food often, there were 35 respondents with normal blood \u0000pressure and 5 respondents with elevated blood pressure. Of the 83 respondents that consume fast \u0000food often, there were 72 respondents with normal blood pressure and 11 respondents with \u0000elevated blood pressure. There was no correlation between fast food consumption frequency with \u0000blood pressure among teenagers in Permai Junior Highschool","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46753135","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-17DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.1.546
Rizki Amalia, Lailatul Khusnul Rizki
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang terbaik. ASI tidak dapat digantikan oleh makanan atau minuman apapun walaupun ibu dalam keadaan bekerja di luar rumah, faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah sikap ibu bekerja, dukungan sarana, atasan dan suami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap, dukungan sarana, atasan dan suami terhadap keberhasilan ibu menyusui pada ibu bekerja. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel penelitian adalah ibu menyusui yang bekerja, menggunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan secara langsung menggunakan kuesioner tertutup dan dianalisis menggunakan uji Chi square dengan taraf kesalahan 0,05. Hasil penelitian didapatkan sikap ibu bekerja, dukungan sarana, atasan dan suami berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian asi eksklusif oleh ibu bekerja (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara keberhasilan pemberian asi eksklusif dengan sikap ibu, dukungan sarana, atasan dan suami. Breast Milk is the best baby food. Breast milk can not be replaced by any other food or drink even if the mother is working outside the home. The factors that influence the success of exclusive breastfeeding in working mother are the attitude of mother, the support of the facilities, supervisor and husband. The aim of the study was to investigate the relationship of attitude, support facilities, supervisor and husband to the success of exclusive breastfeeding of working mother. The analytical descriptive with cross sectional approach was used in this study. The population and sample of the study were working mothers, with total sampling. Data collection was done directly through closed questionnaire and analyzed by Chi square test with error level 0,05. The result of this study was the attitude of working mother, support of facilities, supervisor and husband influence the succesfull of exclusive breastfeeding of working mother (p <0,05). The conclusion of the study was exclusive breastfeeding correlated to mother's attitude, support facilities, supervisor and husband significantly.
{"title":"FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN IBU BEKERJA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF","authors":"Rizki Amalia, Lailatul Khusnul Rizki","doi":"10.20884/1.mandala.2018.11.1.546","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2018.11.1.546","url":null,"abstract":"Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang terbaik. ASI tidak dapat digantikan oleh makanan atau minuman apapun walaupun ibu dalam keadaan bekerja di luar rumah, faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah sikap ibu bekerja, dukungan sarana, atasan dan suami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap, dukungan sarana, atasan dan suami terhadap keberhasilan ibu menyusui pada ibu bekerja. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel penelitian adalah ibu menyusui yang bekerja, menggunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan secara langsung menggunakan kuesioner tertutup dan dianalisis menggunakan uji Chi square dengan taraf kesalahan 0,05. Hasil penelitian didapatkan sikap ibu bekerja, dukungan sarana, atasan dan suami berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian asi eksklusif oleh ibu bekerja (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara keberhasilan pemberian asi eksklusif dengan sikap ibu, dukungan sarana, atasan dan suami. \u0000 \u0000Breast Milk is the best baby food. Breast milk can not be replaced by any other food or drink even if the mother is working outside the home. The factors that influence the success of exclusive breastfeeding in working mother are the attitude of mother, the support of the facilities, supervisor and husband. The aim of the study was to investigate the relationship of attitude, support facilities, supervisor and husband to the success of exclusive breastfeeding of working mother. The analytical descriptive with cross sectional approach was used in this study. The population and sample of the study were working mothers, with total sampling. Data collection was done directly through closed questionnaire and analyzed by Chi square test with error level 0,05. The result of this study was the attitude of working mother, support of facilities, supervisor and husband influence the succesfull of exclusive breastfeeding of working mother (p <0,05). The conclusion of the study was exclusive breastfeeding correlated to mother's attitude, support facilities, supervisor and husband significantly.","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42769100","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-17DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.1.535
A. Aditiyono, Ali Budi Harsono, Herman Susanto
Keganasan ovarium memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi karena umumnya ditemukan pada stadium lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesifitas dan sensitivitas CA 125 dan RMI2 dalam menentukan keganasan kista ovarium jenis epitel. Kadar CA 125 dan RM12 kemudian dilihat histopatologinya sebagai gold standard. Penelitian ini merupakan uji diagnostik, dilakukan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung periode April s.d. September 2017. Sampel berjumlah 90 dengan 47 berkategori jinak dan 43 berkategori ganas berdasarkan hasil histopatologinya. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Data kategorik diuji dengan uji chi-square atau uji Exact Fisher. Data numerik digunakan uji-t tidak berpasangan atau uji Mann Whitney. Sensitivitas dan spesifisitas data numerik disajikan dalam kurva Receiver Operating Characteristic (ROC). Berdasarkan kurva ROC maka diperoleh nilai area under curve (AUC). Hasil penelitian menunjukkan nilai median CA 125 kelompok ganas dibanding kelompok jinak (142,2 vs 61,030) bermakna secara statistik p = 0,000 (nilai p < 0,05), cut off point CA 125 adalah 99,9 U/mL dengan nilai sensitivitas 76,7% dan nilai spesifisitas 61,7%. Nilai median RMI2 kelompok ganas lebih besar dibandingkan dengan kelompok jinak (1676,8 vs 125) bermakna secara statistik p = 0,000 (nilai p < 0,05), cut off point RMI2 pada penelitian ini adalah 212,7 dengan sensitivitas 86% dan spesifisitas 70,2%. Nilai sensitivitas RMI2 dengan cut off point 200 adalah 88% dan spesifisitas 63,87%. Kesimpulan penelitian ini adalah CA125 adalah biomarker yang berguna untuk memprediksi keganasan ovarium, dengan nilai cut off point 99,9 ng/mL. Hal ini sangat berguna bila digunakan kombinasi CA 125 dengan hasil pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dan status menopause atau dikenal dengan Risk Malignancy Index (RMI2 cut off point > 200 ) dengan sensitivitas 86%, spesifisitas 63,87% dan akurasi 74,4%. The malignancy of ovarian cancer has high level of morbidity and mortality due to the fact that it is commonly found in advanced stage. This research is aimed to find out the specificity and sensitivity of C125 and RMI2 in determining the malignancy of epithelial ovarian cysts. The level of CA 125 and RM12 is then histopathology-measured as a gold standard. This research is a diagnostic study conducted in Hasan Sadikin Hospital Bandung during April until September 2017. Sample consists of 90 patients with 47 patients belong to low-malignancy group and 43 patients belong to high-malignancy group based on its histopathology. Data analysis is conducted by using univariate and bivariate. Categorical data is tested by using chi-square or Exact Fisher. Numeric data is tested by using unpaired t test or Mann Whitney. Sensitivity and specificity of numeric data is displayed in Receiver Operating Characteristic (ROC) curve. The ROC curve shows the value of area under curve (AUC). The result shows that the median of CA125 of the high-malignancy group compared to
卵巢癌的残暴程度很高,因为它通常存在于晚期。本研究旨在确定CA 125和RMI2确定上皮卵巢癌毒株的硬度和敏感性。CA 125和RM12浓度被认为是黄金标准。本研究是一种诊断试验,于2017年9月4日至4月期间在哈桑·萨德金博士的RSUP萨德金万隆进行。样本总数为90例,共47例温顺的血型和43例恶性样本,以其组织病理结果为基础。数据分析是单变量和双变量进行的。类别数据通过chi-square或Fisher的Exact测试进行测试。uj -t的数据没有配对或Mann Whitney测试。数据的敏感性和数字特异性表现在接收器操作Characteristic曲线中。根据中华民国的曲线,获得深曲线下的面积。研究发现,中位数CA 125组与良性组织(142,2对61.30)的恶性对等组(142,2对61.30)的平均价值为p = 0000 (p分数< 0.05),cut point CA 125为99.9 U/mL,敏感性为76.7%,具体值为61.7%。恶性中位数比良性组(1676.8比125)更大,其统计值为p = 0万(p < 0.05分),在本研究中缩短RMI2点为86%,特异性为70.2%。带有切割点200的RMI2灵敏度为88%,特级为63.87%。研究的结论是,CA125是一种可以预测卵巢凶猛的生物标记,其价值为99.9 ng/mL。使用CA 125与超声波检查和绝经状态或已知的恶性风险指数(RMI2 cut point > 200)的结合使用非常有用,强度为86%、特异性63.87%和准确率为74.4%。巨蟹座ovcer的恶性疾病有很高的发病率和死亡率,因为它通常发现在高级舞台上。这项研究已经允许发现C125和RMI2在确定上皮ovic周期的平均值时的特殊性和敏感性。CA 125和RM12的水平是它作为黄金的标准。该研究是一项诊断研究,于2017年4月至9月由哈桑萨德金医院承包。样本是90个病人的记录,有47个病人需要住院治疗,43个病人需要住院治疗。数据分析由使用单变量和双变量进行分析。使用费舍尔的chi-square或Exact来验证数据。nu梅里克的数据是通过使用未测试的t测试或曼惠特尼的数据测试的。数字数据的敏感性和特异性被暴露在接收器操作的Characteristic曲线中。ROC曲线展示了下面曲线的价值。最近的结果是,高恶性集团的腰子对数为142,2对61030,其平均意义是p = 0(0.05分),削减CA125点为99.9 U/ mg,敏锐度为76.7%,专家估计为61.7%。高恶性肿瘤集团中比较高的rg2对低死亡率集团(1676.8对125)表示支持,这一研究的RMI2值为212.7,敏感性为86%,具体价值为70.2%。减重率为200是88%,专家率为6387%。这项研究的结论是,CA125是一种有用的生物标记,可以预测患有99.9ng /mL肿瘤的恶性肿瘤。如果与超声和绝经结合(RMI cut point > 200)关系密切,神经敏锐度为86%,具体位置为63.87%,准确为74.4%,那么这将是非常有用的。
{"title":"CA 125 DAN RISK OF MALIGNANCY INDEX (RMI)2 SEBAGAI PREDIKTOR KEGANASAN TUMOR OVARIUM TIPE EPITEL","authors":"A. Aditiyono, Ali Budi Harsono, Herman Susanto","doi":"10.20884/1.mandala.2018.11.1.535","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2018.11.1.535","url":null,"abstract":"Keganasan ovarium memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi karena umumnya ditemukan pada stadium lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesifitas dan sensitivitas CA 125 dan RMI2 dalam menentukan keganasan kista ovarium jenis epitel. Kadar CA 125 dan RM12 kemudian dilihat histopatologinya sebagai gold standard. Penelitian ini merupakan uji diagnostik, dilakukan di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung periode April s.d. September 2017. Sampel berjumlah 90 dengan 47 berkategori jinak dan 43 berkategori ganas berdasarkan hasil histopatologinya. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Data kategorik diuji dengan uji chi-square atau uji Exact Fisher. Data numerik digunakan uji-t tidak berpasangan atau uji Mann Whitney. Sensitivitas dan spesifisitas data numerik disajikan dalam kurva Receiver Operating Characteristic (ROC). Berdasarkan kurva ROC maka diperoleh nilai area under curve (AUC). Hasil penelitian menunjukkan nilai median CA 125 kelompok ganas dibanding kelompok jinak (142,2 vs 61,030) bermakna secara statistik p = 0,000 (nilai p < 0,05), cut off point CA 125 adalah 99,9 U/mL dengan nilai sensitivitas 76,7% dan nilai spesifisitas 61,7%. Nilai median RMI2 kelompok ganas lebih besar dibandingkan dengan kelompok jinak (1676,8 vs 125) bermakna secara statistik p = 0,000 (nilai p < 0,05), cut off point RMI2 pada penelitian ini adalah 212,7 dengan sensitivitas 86% dan spesifisitas 70,2%. Nilai sensitivitas RMI2 dengan cut off point 200 adalah 88% dan spesifisitas 63,87%. Kesimpulan penelitian ini adalah CA125 adalah biomarker yang berguna untuk memprediksi keganasan ovarium, dengan nilai cut off point 99,9 ng/mL. Hal ini sangat berguna bila digunakan kombinasi CA 125 dengan hasil pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dan status menopause atau dikenal dengan Risk Malignancy Index (RMI2 cut off point > 200 ) dengan sensitivitas 86%, spesifisitas 63,87% dan akurasi 74,4%. \u0000 \u0000The malignancy of ovarian cancer has high level of morbidity and mortality due to the fact that it is commonly found in advanced stage. This research is aimed to find out the specificity and sensitivity of C125 and RMI2 in determining the malignancy of epithelial ovarian cysts. The level of CA 125 and RM12 is then histopathology-measured as a gold standard. This research is a diagnostic study conducted in Hasan Sadikin Hospital Bandung during April until September 2017. Sample consists of 90 patients with 47 patients belong to low-malignancy group and 43 patients belong to high-malignancy group based on its histopathology. Data analysis is conducted by using univariate and bivariate. Categorical data is tested by using chi-square or Exact Fisher. Numeric data is tested by using unpaired t test or Mann Whitney. Sensitivity and specificity of numeric data is displayed in Receiver Operating Characteristic (ROC) curve. The ROC curve shows the value of area under curve (AUC). The result shows that the median of CA125 of the high-malignancy group compared to ","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67592486","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-17DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.1.541
Ismiralda Oke Putranti, Citra Primanita, Lilik Karsono, Amelia B. Rahardjo
Infeksi menular seksual (IMS) saat ini menjadi masalah yang cukup besar selain karena jumlah kasus baru yang masih tinggi, juga karena IMS dapat menimbulkan gejala yang berat, infertilitas dan disabilitas baik pada laki-laki, perempuan maupun bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prevalensi dan karakteristik IMS berdasarkan jenis kelamin di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Prof dr. Margono Soekarjo pada kurun waktu 2010 – 2014. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan data sekunder rekam medis elektronik. Hasil penelitian didapatkan jumlah kasus IMS di RSUD Prof dr. Margono Soekarjo cukup tinggi, yaitu sebanyak 511 kasus selama kurun waktu 5 tahun penelitian. Pada kasus laki-laki sebanyak 54,9% dan perempuan sebanyak 45,1% dengan puncak kejadian pada usia 20 – 30 tahun. Uretritis gonore merupakan penyakit IMS terbanyak pada laki-laki (76,8%), sedangkan kondiloma akuminata terbanyak pada perempuan (62,2%) dan tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok jenis kelamin (p=0,64; p>0,05). Uretritis gonore dan kondiloma akuminata merupakan penyakit IMS terbanyak pada laki-laki dan perempuan pada penelitian ini, serta tidak adanya perbedaan yang bermakna prevalensi IMS di antara kedua kelompok sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kerentanan yang sama dalam terpapar IMS. Dari penelitian ini tidak ada perbedaan yang bermakna prevalensi IMS pada pasien laki-laki maupun perempuan di IRJ RSUD Prof dr. Margono Soekarjo.
{"title":"PERBEDAAN PREVALENSI PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Prof. dr. MARGONO SOEKARJO PERIODE 2010 – 2014","authors":"Ismiralda Oke Putranti, Citra Primanita, Lilik Karsono, Amelia B. Rahardjo","doi":"10.20884/1.mandala.2018.11.1.541","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2018.11.1.541","url":null,"abstract":"Infeksi menular seksual (IMS) saat ini menjadi masalah yang cukup besar selain karena jumlah kasus baru yang masih tinggi, juga karena IMS dapat menimbulkan gejala yang berat, infertilitas dan disabilitas baik pada laki-laki, perempuan maupun bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prevalensi dan karakteristik IMS berdasarkan jenis kelamin di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Prof dr. Margono Soekarjo pada kurun waktu 2010 – 2014. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan data sekunder rekam medis elektronik. Hasil penelitian didapatkan jumlah kasus IMS di RSUD Prof dr. Margono Soekarjo cukup tinggi, yaitu sebanyak 511 kasus selama kurun waktu 5 tahun penelitian. Pada kasus laki-laki sebanyak 54,9% dan perempuan sebanyak 45,1% dengan puncak kejadian pada usia 20 – 30 tahun. Uretritis gonore merupakan penyakit IMS terbanyak pada laki-laki (76,8%), sedangkan kondiloma akuminata terbanyak pada perempuan (62,2%) dan tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok jenis kelamin (p=0,64; p>0,05). Uretritis gonore dan kondiloma akuminata merupakan penyakit IMS terbanyak pada laki-laki dan perempuan pada penelitian ini, serta tidak adanya perbedaan yang bermakna prevalensi IMS di antara kedua kelompok sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kerentanan yang sama dalam terpapar IMS. Dari penelitian ini tidak ada perbedaan yang bermakna prevalensi IMS pada pasien laki-laki maupun perempuan di IRJ RSUD Prof dr. Margono Soekarjo.","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43010493","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-17DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.1.570
Titik Nuryastuti, Ning Rintiswati, Praseno Praseno
Nontuberculous mycobacteria (NTM) adalah mikrorganisme yang banyak dijumpai di lingkungan, namun, baru-baru ini dianggap patogen karena kejadian infeksinya meningkat secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pembentukan biofilm isolat NTM, korelasinya dengan sifat motilitas geser, dan untuk menganalisis pola kepekaan antibiotik. Strain NTM yang dipakai dalam penelitian ini adalah 10 isolat klinis NTM yang diperoleh dari laboratorium TB, Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Kemampuan pembentukan biofilm dideteksi dengan menggunakan uji mikrotiter dan pewarnaan dengan kristal violet 1%. Uji motilitas geser dilakukan pada medium motilitas, terdiri dari 0,3% Middlebrook 7H9-agar tanpa suplemen. Pola kepekaan antibiotik diteliti dengan teknik dilusi sesuai metode CLSI. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa 7 dari 10 isolat NTM merupakan penghasil biofilm kuat, sementara 1 isolat sebagai strain penghasil biofilm moderat, dan 2 isolat tidak menghasilkan biofilm. Sementara itu, strain pembentuk biofilm mampu melakukan motilitas geser pada agar semisolid, dan 2 isolat NTM yang tidak memiliki kemampuan pembentukan biofilm tidak dapat melakukan motilitas geser. Sifat pembentukan biofilm berkorelasi dengan kemampuan isolat NTM untuk melakukan motilitas geser pada media agar semisolid. Klaritromisin merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap isolat NTM yang diuji (poten terhadap 50% isolat uji), diikuti oleh gentamisin (40%), sedangkan kanamisin, levofloxacin, dan ofloxacin menunjukkan tingkat potensi yang sama (30%). Ceftriaxone hanya mampu menghambat pertumbuhan isolat NTM sekitar 20%. Selanjutnya, kotrimoksazol dan amoksisilin memiliki aktivitas in vitro yang buruk terhadap isolat NTM karena tidak ada isolat NTM yang sensitif terhadap kedua antibiotik ini. Nontuberculous mycobacteria (NTM) are ubiquitous organisms commonly found in the environment. However, recently it is considered as emerging global interest since the incidence increase significantly. This study aimed to investigate the biofilm forming ability of NTM isolates, correlated with the sliding motility properties, and to analyze their antibiotic susceptibility pattern. NTM strain included in this study were 10 NTM clinical isolates obtained from TB laboratory, Microbiology Departement, Faculty of Medicine UGM Yogyakarta. Biofilm forming capability was detected by using biofilm development assay in microtiter plate and staining with 1% crystal violet. Sliding motility assay was performed on motility medium, consisting of Middlebrook 7H9- 0.3% agar without supplements. Antibiotic susceptibility pattern was investigated by macrobroth dilution technique according to CLSI methods. Our study revealed that 7 out of 10 NTM isolates produced biofilm strongly, while 1 isolate demontrated as moderate biofilm former strain, and the remaining 2 isolates did not produce biofilm on polysterene substrate. Meanwhile, biofilm-former strain are able
{"title":"STUDI PENDAHULUAN NONTUBERCULOUS MYCOBACTERIA (NTM): PEMBENTUKAN BIOFILM, MOTILITAS GESER, DAN POLA KEPEKAAN ANTIBIOTIK","authors":"Titik Nuryastuti, Ning Rintiswati, Praseno Praseno","doi":"10.20884/1.mandala.2018.11.1.570","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2018.11.1.570","url":null,"abstract":"Nontuberculous mycobacteria (NTM) adalah mikrorganisme yang banyak dijumpai di lingkungan, namun, baru-baru ini dianggap patogen karena kejadian infeksinya meningkat secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pembentukan biofilm isolat NTM, korelasinya dengan sifat motilitas geser, dan untuk menganalisis pola kepekaan antibiotik. Strain NTM yang dipakai dalam penelitian ini adalah 10 isolat klinis NTM yang diperoleh dari laboratorium TB, Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Kemampuan pembentukan biofilm dideteksi dengan menggunakan uji mikrotiter dan pewarnaan dengan kristal violet 1%. Uji motilitas geser dilakukan pada medium motilitas, terdiri dari 0,3% Middlebrook 7H9-agar tanpa suplemen. Pola kepekaan antibiotik diteliti dengan teknik dilusi sesuai metode CLSI. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa 7 dari 10 isolat NTM merupakan penghasil biofilm kuat, sementara 1 isolat sebagai strain penghasil biofilm moderat, dan 2 isolat tidak menghasilkan biofilm. Sementara itu, strain pembentuk biofilm mampu melakukan motilitas geser pada agar semisolid, dan 2 isolat NTM yang tidak memiliki kemampuan pembentukan biofilm tidak dapat melakukan motilitas geser. Sifat pembentukan biofilm berkorelasi dengan kemampuan isolat NTM untuk melakukan motilitas geser pada media agar semisolid. Klaritromisin merupakan antibiotik yang paling efektif terhadap isolat NTM yang diuji (poten terhadap 50% isolat uji), diikuti oleh gentamisin (40%), sedangkan kanamisin, levofloxacin, dan ofloxacin menunjukkan tingkat potensi yang sama (30%). Ceftriaxone hanya mampu menghambat pertumbuhan isolat NTM sekitar 20%. Selanjutnya, kotrimoksazol dan amoksisilin memiliki aktivitas in vitro yang buruk terhadap isolat NTM karena tidak ada isolat NTM yang sensitif terhadap kedua antibiotik ini. \u0000 \u0000Nontuberculous mycobacteria (NTM) are ubiquitous organisms commonly found in the environment. However, recently it is considered as emerging global interest since the incidence increase significantly. This study aimed to investigate the biofilm forming ability of NTM isolates, correlated with the sliding motility properties, and to analyze their antibiotic susceptibility pattern. NTM strain included in this study were 10 NTM clinical isolates obtained from TB laboratory, Microbiology Departement, Faculty of Medicine UGM Yogyakarta. Biofilm forming capability was detected by using biofilm development assay in microtiter plate and staining with 1% crystal violet. Sliding motility assay was performed on motility medium, consisting of Middlebrook 7H9- 0.3% agar without supplements. Antibiotic susceptibility pattern was investigated by macrobroth dilution technique according to CLSI methods. Our study revealed that 7 out of 10 NTM isolates produced biofilm strongly, while 1 isolate demontrated as moderate biofilm former strain, and the remaining 2 isolates did not produce biofilm on polysterene substrate. Meanwhile, biofilm-former strain are able","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47139540","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-10-17DOI: 10.20884/1.mandala.2018.11.1.569
Rohmaningtyas Hidayah Setyaningrum, Aris Sudiyanto, Nanang Wiyono, M. Fanani
Pemberian psikoterapi telah terbukti berhasil untuk pasien depresi yang menderita penyakit medis kronik. Psikoterapi kognitif perilaku didasarkan atas konsep bahwa perubahan dalam struktur kognitif akan mengubah kondisi emosi serta perilaku pasien. Sehingga diharapkan dengan membaiknya depresi maka akan memperbaiki perilaku pasien dalam hal ini aktivitas perawatan diri diabetesnya. Penelitian ini untuk mengetahui keefektifan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) dalam menurunkan derajat depresi dan meningkatkan aktivitas perawatan diri pada pasien Diabetes Mellitus tipe-2 di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan randomized controlled trial pre and post design. Jumlah subjek 34 pasien, dibagi dua kelompok yaitu perlakuan dan kontrol. Subjek adalah pasien 34 pasien Diabetes Mellitus tipe-2 di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta dengan kadar GDP ≥ 100 mg/dL, GD2PP ≥ 140 mg/dL, umur 18 – 60 tahun, pendidikan minimal SMP, skor BDI ≥ 10, dan kriteria eksklusi apabila mengalami komplikasi dan atau menderita penyakit fisik medis yang berat, gangguan mental berat (psikotik), retardasi mental, atau demensia, gangguan berat dalam berkomunikasi (kesulitan bahasa, tuli), gangguan kognitif yang berat atau ketidakmampuan intelektual, yang ditunjukkan dari penilaian MMSE < 25, dan skor L-MMPI ≤ 1. Depresi dievaluasi menggunakan Beck Depression Inventory, aktivitas perawatan diri diabetes menggunakan The Summary of Diabetes Self-Care Activities. Uji statistik menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney, dipakai untuk signifikansi perbedaan variabel dengan tingkat kemaknaan 5%. Subjek yang mendapat CBT secara signifikan (p<0,05) didapatkan penurunan skor depresi (5,76 ± 3,58) dibandingkan kelompok yang tidak mendapat CBT (2,76 ± 1,56) sedangkan subjek yang mendapat CBT secara sangat signifikan (p<0,01) mengalami peningkatan aktivitas perawatan diri diabetes (15,35±7,78) dibandingkan kelompok yang tidak mendapat CBT (3,00±2,78), sehingga disimpulkan CBT efektif menurunkan derajat depresi dan meningkatkan aktivitas perawatan diri pada pasien diabetes mellitus tipe-2. Cognitive behavior therapy had sucesfully referred as an effective method for reducing depression, particularly in individual with a chronic disease. Cognitive behavior psychotherapy is based on the concept that changes in cognitive structure will change patient's emotional state and behavior. The decreasing depression in patient with diabetes will improve diabetes self-care activities. The aim was to determine the effectiveness of Cognitive Behavior Therapy (CBT) adjuvant therapy in decreasing and improving the degree of diabetes self-care activities of patients with type-2 Diabetes Mellitus in Dr. Moewardi Hospital Surakarta. This study was an experimental design of randomized controlled trial with pre and post-test design. In total, 34 patients were enrolled in the mg/dl, Blood sugar level test post pandria
心理治疗已被证明对患有慢性疾病的抑郁症患者有效。行为心理治疗是基于认知结构的变化将改变患者的情绪状态和行为的概念。因此,希望缓解抑郁症将改善患者的行为,在这种情况下,他的糖尿病自我治疗活动。本研究旨在了解在Moewardi Surakarta住院治疗中,2型糖尿病患者的认知治疗和自我治疗活动的有效性。本研究采用了带有randomimilar pre测和post design设计的实验方法。受试者人数为34名患者,分为治疗和控制两组。主题是糖尿病病人34 Mellitus tipe-2 Moewardi博士在保利内科医院日惹和GDP水平≥100 mg / dL, GD2PP≥140 mg / dL, 18岁—60岁,至少初中教育,BDI分数≥10年,和标准不出现并发症,或患有身体疾病的医疗(精神病)体重,精神疾病、心理retardasi或痴呆,重障碍语言沟通困难(耳聋),重量或智力障碍的认知障碍,MMSE < 25,评估的分数显示L-MMPI≤1。抑郁症使用Beck Depression库存进行评估,糖尿病自我治疗活动利用自我护理活动进行评估。统计学家使用的是未配对的t测试和曼惠特尼测试,用于可变差异和5%的峰值的意义。的主题得到显著CBT (p 10年,the exclusion criteria是当experiencing complication with or "从身体疾病之谜,精神病,精神retardation或痴呆,如果interference in communication (language difficulties and deafness),如果cognitive impairment,知识分子的impairment, MMSE得分< 25 L MMPI得分< 1,总共34 subjects》devided进入两个集团,治疗和控制。使用unpaired T-test和Mann Whitney进行的统计测试,水平为5%。抑郁症是通过使用贝克的摄入量和自我治疗行为来评估的。被接受的严重关切的对象(p< 0.05)与无CBT小组的抑郁症状相关,而自我治疗性糖尿病的发病率增加(p< 0.01)。这就确定了CBT有效地消除了抑郁和改善糖尿病的自我治疗行为和2型糖尿病。
{"title":"PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY TERHADAP DERAJAT DEPRESI DAN AKTIVITAS PERAWATAN DIRI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DM) TIPE 2","authors":"Rohmaningtyas Hidayah Setyaningrum, Aris Sudiyanto, Nanang Wiyono, M. Fanani","doi":"10.20884/1.mandala.2018.11.1.569","DOIUrl":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2018.11.1.569","url":null,"abstract":"Pemberian psikoterapi telah terbukti berhasil untuk pasien depresi yang menderita penyakit medis kronik. Psikoterapi kognitif perilaku didasarkan atas konsep bahwa perubahan dalam struktur kognitif akan mengubah kondisi emosi serta perilaku pasien. Sehingga diharapkan dengan membaiknya depresi maka akan memperbaiki perilaku pasien dalam hal ini aktivitas perawatan diri diabetesnya. Penelitian ini untuk mengetahui keefektifan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) dalam menurunkan derajat depresi dan meningkatkan aktivitas perawatan diri pada pasien Diabetes Mellitus tipe-2 di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan randomized controlled trial pre and post design. Jumlah subjek 34 pasien, dibagi dua kelompok yaitu perlakuan dan kontrol. Subjek adalah pasien 34 pasien Diabetes Mellitus tipe-2 di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta dengan kadar GDP ≥ 100 mg/dL, GD2PP ≥ 140 mg/dL, umur 18 – 60 tahun, pendidikan minimal SMP, skor BDI ≥ 10, dan kriteria eksklusi apabila mengalami komplikasi dan atau menderita penyakit fisik medis yang berat, gangguan mental berat (psikotik), retardasi mental, atau demensia, gangguan berat dalam berkomunikasi (kesulitan bahasa, tuli), gangguan kognitif yang berat atau ketidakmampuan intelektual, yang ditunjukkan dari penilaian MMSE < 25, dan skor L-MMPI ≤ 1. Depresi dievaluasi menggunakan Beck Depression Inventory, aktivitas perawatan diri diabetes menggunakan The Summary of Diabetes Self-Care Activities. Uji statistik menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney, dipakai untuk signifikansi perbedaan variabel dengan tingkat kemaknaan 5%. Subjek yang mendapat CBT secara signifikan (p<0,05) didapatkan penurunan skor depresi (5,76 ± 3,58) dibandingkan kelompok yang tidak mendapat CBT (2,76 ± 1,56) sedangkan subjek yang mendapat CBT secara sangat signifikan (p<0,01) mengalami peningkatan aktivitas perawatan diri diabetes (15,35±7,78) dibandingkan kelompok yang tidak mendapat CBT (3,00±2,78), sehingga disimpulkan CBT efektif menurunkan derajat depresi dan meningkatkan aktivitas perawatan diri pada pasien diabetes mellitus tipe-2. \u0000 \u0000Cognitive behavior therapy had sucesfully referred as an effective method for reducing depression, particularly in individual with a chronic disease. Cognitive behavior psychotherapy is based on the concept that changes in cognitive structure will change patient's emotional state and behavior. The decreasing depression in patient with diabetes will improve diabetes self-care activities. The aim was to determine the effectiveness of Cognitive Behavior Therapy (CBT) adjuvant therapy in decreasing and improving the degree of diabetes self-care activities of patients with type-2 Diabetes Mellitus in Dr. Moewardi Hospital Surakarta. This study was an experimental design of randomized controlled trial with pre and post-test design. In total, 34 patients were enrolled in the mg/dl, Blood sugar level test post pandria","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46089309","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}