Alih fungsi lahan pertanian perlu dikendalikan agar lahan pertanian terutama LP2B tetap terjaga kelestariannya sehingga ketahanan pangan tetap terjaga. Di kabupaten Sleman alih fungsi lahan paling tinggi diantara kabupaten atau kota lain di D.I. Yogyakarta. Salah satu upaya konservasi LP2B ini dengan mengembangakan system pengelolaan lahan pertanian menjadi pertanian yang terintegrasi dengan kegiatan lain. Salah satunya adalah pertanian minapadi yang kemudian diberi sentuhan pariwisata “agrowisata” Agrowisata minapadi yang dikembangkan di Samberembe sebagai salah satu upaya mengendalikan alih fungsi lahan. Dalam mengembangan agrowisata ini membutuhkan peran sberbagai stakeholder. Penelitian ini dilakukan di lokasi tersebut untuk mengetahui stakeholder yang paling berpengaruh terhadap pengembangan agrowisata minapadi Samberembe dengan metode survey, Indepth interview dan study literature. Tenik analisis yang digunakan adalah stakeholder mamping. Hasil penelitian menunjukkan 4 kategori stakeholder dan yang paling berpengaruh adalah key player yang berasal dari Pemerintah daerah Kabupaten Sleman maupun masyarakat. Selain itu peran local champion dan keberhasilan kolaborasi antar stakeholder juga berpengaruh terhadap pengembangan agroowisata minapadi samberembe. Diperlukan upaya membangkitkan local champion maupun meningkatkan kolaborasi stakeholder dalam mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis potensi lokal.
{"title":"PEMETAAN STAKEHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGEMBANGAN AGROWISATA MINAPADI SAMBEREMBE","authors":"Yhani Chrismawati, R. W. D. Pramono","doi":"10.36087/jrp.v4i1.84","DOIUrl":"https://doi.org/10.36087/jrp.v4i1.84","url":null,"abstract":"Alih fungsi lahan pertanian perlu dikendalikan agar lahan pertanian terutama LP2B tetap terjaga kelestariannya sehingga ketahanan pangan tetap terjaga. Di kabupaten Sleman alih fungsi lahan paling tinggi diantara kabupaten atau kota lain di D.I. Yogyakarta. Salah satu upaya konservasi LP2B ini dengan mengembangakan system pengelolaan lahan pertanian menjadi pertanian yang terintegrasi dengan kegiatan lain. Salah satunya adalah pertanian minapadi yang kemudian diberi sentuhan pariwisata “agrowisata” Agrowisata minapadi yang dikembangkan di Samberembe sebagai salah satu upaya mengendalikan alih fungsi lahan. Dalam mengembangan agrowisata ini membutuhkan peran sberbagai stakeholder. Penelitian ini dilakukan di lokasi tersebut untuk mengetahui stakeholder yang paling berpengaruh terhadap pengembangan agrowisata minapadi Samberembe dengan metode survey, Indepth interview dan study literature. Tenik analisis yang digunakan adalah stakeholder mamping. Hasil penelitian menunjukkan 4 kategori stakeholder dan yang paling berpengaruh adalah key player yang berasal dari Pemerintah daerah Kabupaten Sleman maupun masyarakat. Selain itu peran local champion dan keberhasilan kolaborasi antar stakeholder juga berpengaruh terhadap pengembangan agroowisata minapadi samberembe. Diperlukan upaya membangkitkan local champion maupun meningkatkan kolaborasi stakeholder dalam mengembangkan kegiatan ekonomi berbasis potensi lokal.","PeriodicalId":326504,"journal":{"name":"JURNAL RISET PEMBANGUNAN","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128254960","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kualitas perairan sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang terjadi di sekitar perairan tersebut. Aktivitas perairan yang semakin tinggi lambat laun akan mengakibatkan penurunan kualitas perairan baik secara fisik, kimia maupun biologi yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya pesisir dan laut. Kota Bontang sebagai salah satu daerah di Kalimantan Timur terkenal dengan hasil perikanannya berupa hasil laut dan hasil olahan perikanan, selain itu juga dikenal sebagai kota industri tentunya kegiatan pemantauan lingkungan melalui pengujian kualitas air harus dilakukan. secara teratur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status kualitas air laut berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi di perairan Kota Bontang. Pengambilan sampel kualitas air dilakukan pada bulan November 2020 di 6 (enam) stasiun penelitian menggunakan botol niskin dan dianalisis di laboratorium Pusat Penelitian dan Standardisasi Industri Samarinda, kemudian hasilnya dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Nomor 51 Tahun 2004 Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu meliputi parameter suhu, pH, Total Suspended Solid (TSS), Amonia, Nitrat, Timbal dan Total Coliform. Parameter yang melebihi baku mutu akan berdampak pada terganggunya fungsi ekologi ekosistem di perairan dan terjadinya penurunan kualitas air laut baik secara fisik, kimia maupun biologi yang berakibat pada penurunan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung sumberdaya perairan sehingga pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya alam.
{"title":"KAJIAN KUALITAS AIR LAUT DI PERAIRAN KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR","authors":"Noor Wahyuningsih, S. Suharsono, Zhikry Fitrian","doi":"10.36087/jrp.v4i1.94","DOIUrl":"https://doi.org/10.36087/jrp.v4i1.94","url":null,"abstract":"Kualitas perairan sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang terjadi di sekitar perairan tersebut. Aktivitas perairan yang semakin tinggi lambat laun akan mengakibatkan penurunan kualitas perairan baik secara fisik, kimia maupun biologi yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya pesisir dan laut. Kota Bontang sebagai salah satu daerah di Kalimantan Timur terkenal dengan hasil perikanannya berupa hasil laut dan hasil olahan perikanan, selain itu juga dikenal sebagai kota industri tentunya kegiatan pemantauan lingkungan melalui pengujian kualitas air harus dilakukan. secara teratur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status kualitas air laut berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi di perairan Kota Bontang. Pengambilan sampel kualitas air dilakukan pada bulan November 2020 di 6 (enam) stasiun penelitian menggunakan botol niskin dan dianalisis di laboratorium Pusat Penelitian dan Standardisasi Industri Samarinda, kemudian hasilnya dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Nomor 51 Tahun 2004 Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu meliputi parameter suhu, pH, Total Suspended Solid (TSS), Amonia, Nitrat, Timbal dan Total Coliform. Parameter yang melebihi baku mutu akan berdampak pada terganggunya fungsi ekologi ekosistem di perairan dan terjadinya penurunan kualitas air laut baik secara fisik, kimia maupun biologi yang berakibat pada penurunan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung sumberdaya perairan sehingga pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya alam.","PeriodicalId":326504,"journal":{"name":"JURNAL RISET PEMBANGUNAN","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127805015","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pemerataan telah digaungkan sebagai jargon baru dalam pembangunan, baik pembangunan pusat kota maupun kawasan pinggiran kota. Kota Yogyakarta memenuhi pembangunan perkotaan dengan membuka keran investasi bagi perusahaan yang dapat mendukung kegiatan pariwisata di dalam kota. Salah satunya adalah izin pembangunan hotel. Proses ini tidak terlepas dari keberadaan hotel sebagai perusahaan sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang diharapkan dapat mendukung pemerataan pembangunan di wilayah sekitarnya. CSR itu sendiri harus meningkatkan perekonomian, kualitas lingkungan, dan kualitas sosial masyarakat secara merata. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan responden yang dianggap kompeten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pelaksanaan program CSR di kedua hotel tersebut. Perbedaan bintang yang dimiliki kedua hotel tidak menjamin pemerataan pembangunan; penyebab internal dan eksternal lainnya mempengaruhinya. Sebagian besar program yang dihasilkan merupakan program jangka pendek dan bukan program pemberdayaan masyarakat, sehingga proses pemerataan pembangunan melalui program CSR belum tercapai.
{"title":"IMPLEMENTASI PEMERATAAN PEMBANGUNAN DENGAN HOTEL TENTREM DAN ZEST DALAM PROGRAM CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)","authors":"Safira Zata Iwana, Bakti Setiawan","doi":"10.36087/jrp.v4i1.85","DOIUrl":"https://doi.org/10.36087/jrp.v4i1.85","url":null,"abstract":"Pemerataan telah digaungkan sebagai jargon baru dalam pembangunan, baik pembangunan pusat kota maupun kawasan pinggiran kota. Kota Yogyakarta memenuhi pembangunan perkotaan dengan membuka keran investasi bagi perusahaan yang dapat mendukung kegiatan pariwisata di dalam kota. Salah satunya adalah izin pembangunan hotel. Proses ini tidak terlepas dari keberadaan hotel sebagai perusahaan sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang diharapkan dapat mendukung pemerataan pembangunan di wilayah sekitarnya. CSR itu sendiri harus meningkatkan perekonomian, kualitas lingkungan, dan kualitas sosial masyarakat secara merata. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan responden yang dianggap kompeten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pelaksanaan program CSR di kedua hotel tersebut. Perbedaan bintang yang dimiliki kedua hotel tidak menjamin pemerataan pembangunan; penyebab internal dan eksternal lainnya mempengaruhinya. Sebagian besar program yang dihasilkan merupakan program jangka pendek dan bukan program pemberdayaan masyarakat, sehingga proses pemerataan pembangunan melalui program CSR belum tercapai.","PeriodicalId":326504,"journal":{"name":"JURNAL RISET PEMBANGUNAN","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115052326","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Gempa bumi yang terjadi di Kota Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018 menyebabkan kerusakan pada 66.926 unit rumah. Pemerintah melakukan pembangunan hunian sementara untuk korban yang mengalami kerusakan rumah. Korban bencana telah menghuni hunian sementara kurang lebih selama 2 tahun. Berdasarkan hasil observasi awal (grand tour) ditemukan fenomena perubahan fisik pada hunian sementara. Perubahan fisik yang terjadi menyebabkan hunian sementara berubah dari bentuk aslinya. Penelitian ini bertujuan menemukan wujud perubahan fisik yang terjadi untuk menyusun konsep hunian sementara pada masa tanggap darurat bencana berdasarkan kebutuhan penghuni. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan kasus ganda. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan penghuni hunian sementara melakukan perubahan fisik karena ada kebutuhan penghuni yang kurang dan belum terpenuhi. Hal tersebut disebabkan kurangnya konsep pemenuhuhan kebutuhan penghuni dalam kebijakan pembangunan hunian sementara. Maka diperlukan konsep hunian sementara yang dapat memenuhi kebutuhan penghuni. Konsep kebutuhan pada hunian sementara terdiri atas kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan fungsional.
{"title":"KONSEP KEBUTUHAN PENGHUNI DALAM PEMBANGUNAN HUNIAN SEMENTARA (STUDI KASUS: HUNIAN SEMENTARA PASCA-BENCANA KOTA PALU, INDONESIA)","authors":"Vivi Novianti H Yunus, Ahmad Sarwadi","doi":"10.36087/jrp.v4i1.79","DOIUrl":"https://doi.org/10.36087/jrp.v4i1.79","url":null,"abstract":"Gempa bumi yang terjadi di Kota Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018 menyebabkan kerusakan pada 66.926 unit rumah. Pemerintah melakukan pembangunan hunian sementara untuk korban yang mengalami kerusakan rumah. Korban bencana telah menghuni hunian sementara kurang lebih selama 2 tahun. Berdasarkan hasil observasi awal (grand tour) ditemukan fenomena perubahan fisik pada hunian sementara. Perubahan fisik yang terjadi menyebabkan hunian sementara berubah dari bentuk aslinya. Penelitian ini bertujuan menemukan wujud perubahan fisik yang terjadi untuk menyusun konsep hunian sementara pada masa tanggap darurat bencana berdasarkan kebutuhan penghuni. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan kasus ganda. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan penghuni hunian sementara melakukan perubahan fisik karena ada kebutuhan penghuni yang kurang dan belum terpenuhi. Hal tersebut disebabkan kurangnya konsep pemenuhuhan kebutuhan penghuni dalam kebijakan pembangunan hunian sementara. Maka diperlukan konsep hunian sementara yang dapat memenuhi kebutuhan penghuni. Konsep kebutuhan pada hunian sementara terdiri atas kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan fungsional.","PeriodicalId":326504,"journal":{"name":"JURNAL RISET PEMBANGUNAN","volume":"69 2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123245711","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pretty Maggiesty Rosantika, Deva Fosterharoldas Swasto
Pemerintah daerah telah menetapkan program-program pembangunan di kawasan pesisir dengan menempuh kebijakan mengenai pengembangan wilayah melalui pendekatan penataan ruang. Kementrian Pekerjaan Umum dan Perubahan Rakyat mengadakan penataan kawasan kumuh pesisir sebagai salah satu program strategis PUPR. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang terjadi di masyarakat pasca penataan pemukiman dan menjelaskan strategi adaptasi masyarakat pasca penataan pemukiman di Kelurahan Sumber Jaya. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian kualitatif induktif yaitu dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif yang dijelaskan dengan penalaran induktif. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa adanya perubahan pasca penataan berupa penambahan tingkat interaksi sosial, terciptanya kebudayaan dan kebiasaan baru serta meningkatnya kegiatan ekonomi di Kelurahan Sumber Jaya menuju ke arah yang lebih baik. Terdapat dua bentuk Strategi adaptasi di Kelurahan Sumber Jaya yaitu adaptasi aktif dan adaptasi pasif. Penelitian yang telah dilakukan masih jauh dari kesempurnaan maka diperlukannya rekomendasi kepada peneliti selanjutnya, pemerintah dan pihak terkait. Pemerintah diharapkan untuk terus memberikan perhatian khusus terhadap Kelurahan Sumber Jaya untuk menjaga dan memelihara permukiman setelah penataan agar tetap dapat dipertahankan dan masih diperlukannya adanya penyuluhan – penyuluhan dan pembekalan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat dalam pengembangan masyarakat terutama dalam bidang kebersihan dan ekonomi.
{"title":"STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT NELAYAN PASCA PENATAAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN SUMBER JAYA BENGKULU","authors":"Pretty Maggiesty Rosantika, Deva Fosterharoldas Swasto","doi":"10.36087/jrp.v4i1.83","DOIUrl":"https://doi.org/10.36087/jrp.v4i1.83","url":null,"abstract":"Pemerintah daerah telah menetapkan program-program pembangunan di kawasan pesisir dengan menempuh kebijakan mengenai pengembangan wilayah melalui pendekatan penataan ruang. Kementrian Pekerjaan Umum dan Perubahan Rakyat mengadakan penataan kawasan kumuh pesisir sebagai salah satu program strategis PUPR. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan sosial, budaya dan ekonomi yang terjadi di masyarakat pasca penataan pemukiman dan menjelaskan strategi adaptasi masyarakat pasca penataan pemukiman di Kelurahan Sumber Jaya. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian kualitatif induktif yaitu dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif yang dijelaskan dengan penalaran induktif. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa adanya perubahan pasca penataan berupa penambahan tingkat interaksi sosial, terciptanya kebudayaan dan kebiasaan baru serta meningkatnya kegiatan ekonomi di Kelurahan Sumber Jaya menuju ke arah yang lebih baik. Terdapat dua bentuk Strategi adaptasi di Kelurahan Sumber Jaya yaitu adaptasi aktif dan adaptasi pasif. Penelitian yang telah dilakukan masih jauh dari kesempurnaan maka diperlukannya rekomendasi kepada peneliti selanjutnya, pemerintah dan pihak terkait. Pemerintah diharapkan untuk terus memberikan perhatian khusus terhadap Kelurahan Sumber Jaya untuk menjaga dan memelihara permukiman setelah penataan agar tetap dapat dipertahankan dan masih diperlukannya adanya penyuluhan – penyuluhan dan pembekalan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat dalam pengembangan masyarakat terutama dalam bidang kebersihan dan ekonomi.","PeriodicalId":326504,"journal":{"name":"JURNAL RISET PEMBANGUNAN","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133660570","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jumlah koperasi yang aktif dan sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi di Kalimantan cenderung berfluktuatif dalam satu dekade terakhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan keberadaan koperasi aktif, membandingkan perolehan sisa hasil usaha, dan menganalisis kemampuan koperasi yang berkembang di Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara dalam menghasilkan pendapatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2020. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deret waktu tahun 2010-2019. Analisis varians dan deskriptif dilakukan untuk mengolah data. Rata-rata koperasi aktif di 5 provinsi di Kalimantan, Indonesia berbeda sangat signifikan. Rata-rata sisa hasil usaha koperasi di Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara berbeda sangat signifikan tetapi tidak berbeda signifikan pada koperasi di Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Koperasi di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki kemampuan tinggi dalam menghasilkan pendapatan dan sebaliknya terjadi pada koperasi di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Tengah.
{"title":"ANALISIS KEMAMPUAN KOPERASI DI KALIMANTAN, INDONESIA DALAM MENGHASILKAN PENDAPATAN","authors":"Karmini Karmini, Karyati Karyati, S. Saroyo","doi":"10.36087/jrp.v3i2.75","DOIUrl":"https://doi.org/10.36087/jrp.v3i2.75","url":null,"abstract":"Jumlah koperasi yang aktif dan sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi di Kalimantan cenderung berfluktuatif dalam satu dekade terakhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan keberadaan koperasi aktif, membandingkan perolehan sisa hasil usaha, dan menganalisis kemampuan koperasi yang berkembang di Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara dalam menghasilkan pendapatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2020. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deret waktu tahun 2010-2019. Analisis varians dan deskriptif dilakukan untuk mengolah data. Rata-rata koperasi aktif di 5 provinsi di Kalimantan, Indonesia berbeda sangat signifikan. Rata-rata sisa hasil usaha koperasi di Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara berbeda sangat signifikan tetapi tidak berbeda signifikan pada koperasi di Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Koperasi di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki kemampuan tinggi dalam menghasilkan pendapatan dan sebaliknya terjadi pada koperasi di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Tengah.","PeriodicalId":326504,"journal":{"name":"JURNAL RISET PEMBANGUNAN","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125018803","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan adanya penelttian ini untuk mengukur peran investasi infrastruktur publik kewenangan kabupaten/daerah dalam bentuk jalan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan teknik Regresi Linier Berganda dan bantuan aplikasi Eviews. Sebelum dilakukan perhitungan dengan regresi linier berganda dilakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik yaitu multikolinieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan normalitas. Setelah memenuhi keempat uji tersebut dilakukanlah perhitungan regresi dengan memakai persamaan Coub-Douglas Y= A.K.L, dimana Y (laju pertumbuhan ekonomi), A (jumlah panjang jalan kewenangan kabupaten), K (belanja modal yang dikeluarkan untuk program jalan). L (jumlah angkatan kerja). Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier berganda dapat diketahui bahwa variabel A, K, dan L tersebut secara serentak tidak berpengaruh terhadap Y karena memiliki nilai P value F 0,582 0,05 dan nilai P value t tiap-tiap variable 0,05, serta memiliki nilai Adjusted R2 negatif (-0,103). Hal ini berarti adanya infrastruktur jalan dengan kewenangan kabupaten di Sleman tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena faktor lain diluar penelitian yang berpengaruh kuat terhadap Y, seperti keberadaan dan aktivitas pergerakan di jalan protokol yang lebih dominan dan adanya wilayah yang berpotensi mengalami bencana alam. Maka dari itu diperlukan pemetaan potensi di tiap-tiap kecamatan dan pengembangan inovasi sesuai dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di wilayah sehingga infrastruktur jalan yang tersedia dapat bermanfaat secara maksimal.
{"title":"PERAN BELANJA MODAL PADA INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SLEMAN","authors":"Syavitri Sukma Utami Rambe, D. Iskandar","doi":"10.36087/jrp.v3i2.78","DOIUrl":"https://doi.org/10.36087/jrp.v3i2.78","url":null,"abstract":"Tujuan adanya penelttian ini untuk mengukur peran investasi infrastruktur publik kewenangan kabupaten/daerah dalam bentuk jalan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan teknik Regresi Linier Berganda dan bantuan aplikasi Eviews. Sebelum dilakukan perhitungan dengan regresi linier berganda dilakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik yaitu multikolinieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan normalitas. Setelah memenuhi keempat uji tersebut dilakukanlah perhitungan regresi dengan memakai persamaan Coub-Douglas Y= A.K.L, dimana Y (laju pertumbuhan ekonomi), A (jumlah panjang jalan kewenangan kabupaten), K (belanja modal yang dikeluarkan untuk program jalan). L (jumlah angkatan kerja). Berdasarkan hasil perhitungan regresi linier berganda dapat diketahui bahwa variabel A, K, dan L tersebut secara serentak tidak berpengaruh terhadap Y karena memiliki nilai P value F 0,582 0,05 dan nilai P value t tiap-tiap variable 0,05, serta memiliki nilai Adjusted R2 negatif (-0,103). Hal ini berarti adanya infrastruktur jalan dengan kewenangan kabupaten di Sleman tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena faktor lain diluar penelitian yang berpengaruh kuat terhadap Y, seperti keberadaan dan aktivitas pergerakan di jalan protokol yang lebih dominan dan adanya wilayah yang berpotensi mengalami bencana alam. Maka dari itu diperlukan pemetaan potensi di tiap-tiap kecamatan dan pengembangan inovasi sesuai dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di wilayah sehingga infrastruktur jalan yang tersedia dapat bermanfaat secara maksimal.","PeriodicalId":326504,"journal":{"name":"JURNAL RISET PEMBANGUNAN","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125195471","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam pembangunan Kabupaten Kutai Timur, perusahaan juga terlibat untuk membantu pemerintah melalui Dana Corporate Social Responsibility (CSR). Akan tetapi, dengan besar bantuan perusahaan yang dimiliki, pembangunan Kutai Timur khususnya perdesaan masih belum optimal. Penelitian ini bertujuan menganalisis pemanfaatan dana yang dilakukan oleh penerima bantuan dari perusahaan dalam bentuk CSR dalam pembangunan di kabupaten kutai timur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengunakan analisis SWOT. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa faktor yang menjadi potensi yaitu keterbukaan perusahaan dalam menyalurkan dana CSR, dukungan pemerintah daerah dan kecamatan, adanya peraturan yang melindungi masyarakat dalam menggunakan dana CSR. Di sisi lain, faktor yang menjadi masalah yaitu kapasitas Masyarakat Desa dalam membuat pengajuan, perencanaan, pengadministrasian, serta pengelolaan bantuan yang masih rendah, kapasitas pendamping juga masih rendah, serta sering terjadi misskomunikasi antara masyarakat dengan perusahaan. Adapun strategi yang dihasilkan menggunakan SWOT adalah Melakukan peningkatan pemanfaatan pengetahuan dan informasi yang dimiliki serta dukungan pemerintah untuk menyerap segala bentuk bantuan dari pihak swasta. Mengoptimalkan koordinasi melalui musyawarah penentuan usulan bersama kelompok usaha. Meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam hal perencanaan, administrasi keuangan, penyusunan proposal dan pengelolaan barang. Memanfaatkan hasil evaluasi yang telah dilakukan sebagai acuan untuk menyusun perencanaan. Pemanfaatan dana dari pihak swasta menjadi kunci dalam pemerataan pembangunan saat ini dimana pihak swasta menjadi sebuah pondasi lewat salah satu sumber dana yang dapat dimanfaatkan. Kesimpulannya Masih rendahnya kapasitas SDM yang menjadi faktor utama kelemahan dalam memanfaatkan dana bantuan dari perusahaan, sedangkan dukungan dari perusahaan sangat tinggi untuk pembangunan kabupaten kutai timur, Masih rendahnya komunikasi antara perusahaan dan pemerintah yang menjadi kendala utama dalam memanfaatkan dana bantuan dari perusahaan. Disarankan dilakukannya pendampingan yang lebih dari pihak pemerintah daerah maupun forum MSH CSR Daerah dalam membantu mendukung dan memfasilitasi penyerapan Dana yang bersumber dari Pihak swasta. Berikutnya perlu adanya transparansi dalam penyerapan dan penyaluran Dana yang bersumber dari pihak swasta agar dapat termonitor dengan baik oleh masyarakat.
在东Kutai区的建设中,该公司还通过CSR参与协助政府。然而,在大企业的帮助下,东Kutai的建设尤其不理想。这项研究的目的是分析在库泰省(kutai east counterment)发展过程中的受援国资金利用情况。本研究采用SWOT分析的定性描述性质的方法。这项研究的结果表明,一些潜在的因素是,企业开放在引导CSR资金、地方政府支持和街道方面,以及保护公众使用CSR资金的法规。另一方面,更重要的是,农村社区在提交、规划、管理和管理援助方面的能力很低,同伴能力也很低,以及社区与企业之间经常出现沟通问题。至于采用SWOT的战略,它是利用现有的知识和信息,并支持政府吸收任何形式的私人帮助。通过集体企业决策的优化协调。提高村民在规划、财务管理、建议书和商品管理方面的能力。利用现有的评估结果作为策划的参考。利用资金分配中私有化是关键,目前在私有化成为一个通过基础建设可以利用的资金来源之一。其结果是,由于缺乏从该公司获得援助资金的主要弱点,而该公司对东库泰区(kutai industries)的高度支持,目前仍缺乏从该公司获得援助资金的主要障碍。建议削减更多地方政府和论坛MSH CSR地区,以帮助支持和促进私人资金的吸收。其次,必须加强私人资金的吸收和分配,以便公众能够得到适当的监督。
{"title":"ANALISIS PEMANFAATAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN KUTAI TIMUR (STUDI KASUS KECAMATAN TELUK PANDAN DAN BENGALON)","authors":"D. Lesmana, Bagus Rai Wibowo","doi":"10.36087/jrp.v3i2.82","DOIUrl":"https://doi.org/10.36087/jrp.v3i2.82","url":null,"abstract":"Dalam pembangunan Kabupaten Kutai Timur, perusahaan juga terlibat untuk membantu pemerintah melalui Dana Corporate Social Responsibility (CSR). Akan tetapi, dengan besar bantuan perusahaan yang dimiliki, pembangunan Kutai Timur khususnya perdesaan masih belum optimal. Penelitian ini bertujuan menganalisis pemanfaatan dana yang dilakukan oleh penerima bantuan dari perusahaan dalam bentuk CSR dalam pembangunan di kabupaten kutai timur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengunakan analisis SWOT. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa faktor yang menjadi potensi yaitu keterbukaan perusahaan dalam menyalurkan dana CSR, dukungan pemerintah daerah dan kecamatan, adanya peraturan yang melindungi masyarakat dalam menggunakan dana CSR. Di sisi lain, faktor yang menjadi masalah yaitu kapasitas Masyarakat Desa dalam membuat pengajuan, perencanaan, pengadministrasian, serta pengelolaan bantuan yang masih rendah, kapasitas pendamping juga masih rendah, serta sering terjadi misskomunikasi antara masyarakat dengan perusahaan. Adapun strategi yang dihasilkan menggunakan SWOT adalah Melakukan peningkatan pemanfaatan pengetahuan dan informasi yang dimiliki serta dukungan pemerintah untuk menyerap segala bentuk bantuan dari pihak swasta. Mengoptimalkan koordinasi melalui musyawarah penentuan usulan bersama kelompok usaha. Meningkatkan kapasitas masyarakat desa dalam hal perencanaan, administrasi keuangan, penyusunan proposal dan pengelolaan barang. Memanfaatkan hasil evaluasi yang telah dilakukan sebagai acuan untuk menyusun perencanaan. Pemanfaatan dana dari pihak swasta menjadi kunci dalam pemerataan pembangunan saat ini dimana pihak swasta menjadi sebuah pondasi lewat salah satu sumber dana yang dapat dimanfaatkan. Kesimpulannya Masih rendahnya kapasitas SDM yang menjadi faktor utama kelemahan dalam memanfaatkan dana bantuan dari perusahaan, sedangkan dukungan dari perusahaan sangat tinggi untuk pembangunan kabupaten kutai timur, Masih rendahnya komunikasi antara perusahaan dan pemerintah yang menjadi kendala utama dalam memanfaatkan dana bantuan dari perusahaan. Disarankan dilakukannya pendampingan yang lebih dari pihak pemerintah daerah maupun forum MSH CSR Daerah dalam membantu mendukung dan memfasilitasi penyerapan Dana yang bersumber dari Pihak swasta. Berikutnya perlu adanya transparansi dalam penyerapan dan penyaluran Dana yang bersumber dari pihak swasta agar dapat termonitor dengan baik oleh masyarakat.","PeriodicalId":326504,"journal":{"name":"JURNAL RISET PEMBANGUNAN","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129227318","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kelurahan Budaya Pampang merupakan salah satu kawasan di Kota Samarinda yang memiliki sejarah, budaya, tradisi dan permukiman yang unik karena mengandung nilai – nilai kearifan lokal dalam pembentukannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola ruang permukiman yang terbentuk dengan menggunakan metode induktif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola permukiman yang terbentuk terdiri dari elemen air terjun (u’ung) di sebelah utara sebagai zona sakral dan lepoq (permukiman) di sebelah selatan sebagai zona profan
{"title":"POLA PERMUKIMAN SUKU DAYAK KENYAH DI KELURAHAN BUDAYA PAMPANG KOTA SAMARINDA","authors":"Puput Wahyu Budiman, S. Sudaryono","doi":"10.36087/jrp.v3i2.81","DOIUrl":"https://doi.org/10.36087/jrp.v3i2.81","url":null,"abstract":"Kelurahan Budaya Pampang merupakan salah satu kawasan di Kota Samarinda yang memiliki sejarah, budaya, tradisi dan permukiman yang unik karena mengandung nilai – nilai kearifan lokal dalam pembentukannya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola ruang permukiman yang terbentuk dengan menggunakan metode induktif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola permukiman yang terbentuk terdiri dari elemen air terjun (u’ung) di sebelah utara sebagai zona sakral dan lepoq (permukiman) di sebelah selatan sebagai zona profan","PeriodicalId":326504,"journal":{"name":"JURNAL RISET PEMBANGUNAN","volume":"108 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124236396","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sopian Gunawan, Karyati Karyati, Muhammad Syafrudin
Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan berbagai aktivitas kehidupan yang dinamis. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang tinggi sebesar 10% setiap tahunnya memiliki potensi menimbulkan pencemaran udara. Tujuan penelitian adalah menganalisis kandungan beberapa polutan logam berat (timbal (Pb), besi (Fe), mangan (Mn), dan kadar debu) pada daun-daun pohon Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) pada tiga kategori tempat tumbuh berbeda (areal bervegetasi, jalan raya, dan areal perumahan) di Kota Samarinda. Analisis logam berat dilakukan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan proses destruksi basah. Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam berat timbal (Pb), besi (Fe), dan mangan (Mn) pada sembilan lokasi dengan tiga kategori berbeda bervariasi. Daun pohon Angsana yang mengandung logam berat Pb (39,62 mg/kg), Fe (317,29 mg/kg), dan Mn (106,97 mg/kg) paling tinggi berada pada kategori areal, serta kadar debu sebesar 7,81×10-6 grams /cm2. Informasi tentang kandungan polutan dan kadar debu pada daun pohon Angsana dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan jenis pohon yang akan ditanam pada berbagai tipe tutupan lahan.
{"title":"KANDUNGAN POLUTAN PADA DAUN ANGSANA (Pterocarpus indicus Willd.) DI KOTA SAMARINDA","authors":"Sopian Gunawan, Karyati Karyati, Muhammad Syafrudin","doi":"10.36087/jrp.v3i2.72","DOIUrl":"https://doi.org/10.36087/jrp.v3i2.72","url":null,"abstract":"Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan berbagai aktivitas kehidupan yang dinamis. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang tinggi sebesar 10% setiap tahunnya memiliki potensi menimbulkan pencemaran udara. Tujuan penelitian adalah menganalisis kandungan beberapa polutan logam berat (timbal (Pb), besi (Fe), mangan (Mn), dan kadar debu) pada daun-daun pohon Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) pada tiga kategori tempat tumbuh berbeda (areal bervegetasi, jalan raya, dan areal perumahan) di Kota Samarinda. Analisis logam berat dilakukan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan proses destruksi basah. Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam berat timbal (Pb), besi (Fe), dan mangan (Mn) pada sembilan lokasi dengan tiga kategori berbeda bervariasi. Daun pohon Angsana yang mengandung logam berat Pb (39,62 mg/kg), Fe (317,29 mg/kg), dan Mn (106,97 mg/kg) paling tinggi berada pada kategori areal, serta kadar debu sebesar 7,81×10-6 grams /cm2. Informasi tentang kandungan polutan dan kadar debu pada daun pohon Angsana dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan jenis pohon yang akan ditanam pada berbagai tipe tutupan lahan.","PeriodicalId":326504,"journal":{"name":"JURNAL RISET PEMBANGUNAN","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132853385","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}