首页 > 最新文献

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia最新文献

英文 中文
Peran Penting Pengendalian Resistensi Antibiotik pada Pandemi COVID-19 抗生素耐药性管理在新冠肺炎大流行中的重要作用
Pub Date : 2021-01-01 DOI: 10.7454/jpdi.v7i4.533
Robert Sinto
Infeksi oleh SARS-2 Coronavirus telah menjadi fokusperhatian bukan hanya pada layanan kesehatan, bahkanlayanan publik di seluruh dunia sepanjang tahun 2020.Hingga 30 Desember 2020, World Health Organizationmencatat 80.773.033 kasus COVID-19 terkonfirmasidengan mortalitas mencapai 1.783.619 (2,2%) di seluruhdunia. Indonesia melaporkan sebanyak 727.122 kasusterkonfirmasi dengan mortalitas sebesar 2,98%.
2020年,SARS-2冠状病毒感染不仅是卫生服务的重点,也是全球公共服务的重点。截至2020年12月30日,世界卫生组织记录了80773033例新冠肺炎病例,全球确诊死亡率达到1783619例(2.2%)。印度尼西亚报告了727122例确诊病例,死亡率为2.98%。
{"title":"Peran Penting Pengendalian Resistensi Antibiotik pada Pandemi COVID-19","authors":"Robert Sinto","doi":"10.7454/jpdi.v7i4.533","DOIUrl":"https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i4.533","url":null,"abstract":"Infeksi oleh SARS-2 Coronavirus telah menjadi fokusperhatian bukan hanya pada layanan kesehatan, bahkanlayanan publik di seluruh dunia sepanjang tahun 2020.Hingga 30 Desember 2020, World Health Organizationmencatat 80.773.033 kasus COVID-19 terkonfirmasidengan mortalitas mencapai 1.783.619 (2,2%) di seluruhdunia. Indonesia melaporkan sebanyak 727.122 kasusterkonfirmasi dengan mortalitas sebesar 2,98%.","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41890578","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Kesintasan Lima Tahun Pasien Mieloma Multipel Aktif berdasarkan Kriteria Diagnostik Durie-Salmon dan International Myeloma Working Group 2003
Pub Date : 2020-10-02 DOI: 10.7454/JPDI.V7I3.437
S. Kurniawati, A. H. Reksodiputro, T. D. Atmakusuma
Pendahuluan. Kesintasan pasien mieloma multipel (MM) aktif ditentukan oleh diagnosis dini dan berbagai faktor prognostik. Perkembangan kriteria diagnostik MM dari sebelumnya yaitu kriteria Durie-Salmon (DS) menjadi International Myeloma Working Group (IMWG) 2003 merupakan upaya mendiagnosis MM aktif lebih dini. Akan tetapi karena keterbatasan sumber daya, upaya pemenuhan kriteria diagnostik tersebut tidak dapat dilakukan secara konsisten di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahui proporsi pemenuhan diagnosis MM berdasarkan kriteria diagnostik DS dan IMWG 2003 serta dampaknya pada kesintasan pasien MM di Indonesia. Metode . Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan analisis kesintasan pada pasien MM aktif yang berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Kanker Dharmais selama tahun 2005-2015. Data disajikan dalam kurva Kaplan Meier dan tabel kesintasan dengan interval kepercayaan (IK) 95%. Hasil . Studi ini melibatkan 102  pasien  MM aktif yang memiliki data penunjang diagnosis dan kesintasan lebih dari satu bulan. Sebesar 56,9% pasien memenuhi kriteria diagnostik DS dan 72,5% memenuhi kriteria IMWG 2003. Median kesintasan keseluruhan pasien berdasarkan kriteria DS sama dengan IMWG 2003, yaitu 77,8 bulan. Kesintasan keseluruhan tahun ke-1, ke-3, ke-5 pasien MM yang memenuhi kriteria DS secara berturut-turut adalah 89,9%, 77,5%, dan 54,8%; sedangkan pasien MM yang memenuhi kriteria IMWG 2003 adalah 87,5%, 75,6%, dan 55,9%. Simpulan . Proporsi pasien MM aktif yang memenuhi kriteria diagnostik IMWG 2003 lebih tinggi daripada yang memenuhi kriteria DS. Kesintasan menyeluruh pasien MM aktif yang memenuhi kriteria diagnostik DS sama dengan yang memenuhi kriteria IMWG 2003. Kata K unci: Durie-Salmon, IMWG 2003, mieloma multipel aktif, kesintasan, kriteria diagnostik Five Year Survival of Active Multiple Myeloma Patients Based on Durie-Salmon and International Myeloma Working Group 2003 Diagnostic Criteria Introduction . Survival of active multiple myeloma (MM) patients is determined by early diagnosis and various prognostic factors. The development of MM diagnostic criteria from Durie-Salmon (DS) criteria to International Myeloma Working Group (IMWG) 2003 is an attempt to diagnose active MM earlier. However, due to limited resources, these diagnostic criteria cannot be fulfilled consistently in Indonesia. Based on this reason, it is necessary to know the proportion of MM based on DS and IMWG 2003 diagnostic criteria and also their impact on the survival of MM patients in Indonesia. Methods . This was a retrospective cohort study with survival analysis. Subjects were active MM patients in Cipto Mangunkusumo Hospital and Dharmais Cancer Hospital during 2005-2015. Data were presented in Kaplan-Meier survival curve and table with 95% confidence interval (CI). Results . This study involved 102 active MM patients with complete diagnostic data and survival for more than 1 month. As much as 56.9% of patients met
首选项。活动性多发性骨髓瘤(MM)患者的平均人数由早期诊断和各种预后因素决定。2003年,国际骨髓瘤工作组(IMWG)制定了以前的MM诊断标准,即Durie Salmon(DS)标准,试图更早地诊断活动性MM。然而,由于资源限制,印度尼西亚无法始终如一地努力达到诊断标准。基于此,有必要了解基于DS诊断标准和IMWG 2003的MM诊断完成率及其对印度尼西亚MM患者死亡率的影响。方法本研究采用回顾性队列设计,对2005-2015年期间在Cipto Mangunkusumo医院和Dharmais癌症医院接受治疗的活跃MM患者进行性别分析。Kaplan-Meier曲线和95%置信区间(CI)记分板中提供的数据。后果这项研究涉及102名有诊断和认知支持数据超过一个月的活跃MM患者。56.9%的患者符合DS诊断标准,72.5%符合IMWG 2003标准。基于DS标准的患者总摄入量中位数等于IMWG 2003,即77.8个月。符合DS标准的第一、第三、第五MM患者分别为89.9%、77.5%和54.8%而符合2003年IMWG标准的MM患者分别为87.5%、75.6%和55.9%。辛普兰。符合IMWG2003诊断标准的活动性MM患者比例高于符合DS标准的患者。关键词K:Durie Salmon,IMWG 2003,活动性多发性骨髓瘤,毒性,诊断标准基于Durie Salmon和国际骨髓瘤工作组2003诊断标准简介的活动性多骨髓瘤患者的五年生存期。活动性多发性骨髓瘤(MM)患者的生存取决于早期诊断和各种预后因素。从Durie Salmon(DS)标准到2003年国际骨髓瘤工作组(IMWG)标准的MM诊断标准的发展是对早期诊断活动性MM的尝试。然而,由于资源有限,这些诊断标准在印度尼西亚无法始终如一地得到满足。基于这个原因,有必要了解基于DS和IMWG2003诊断标准的MM的比例,以及它们对印度尼西亚MM患者生存的影响。方法。这是一项具有生存分析的回顾性队列研究。受试者是2005-2015年期间Cipto Mangunkusumo医院和Dharmais癌症医院的活跃MM患者。数据显示在Kaplan-Meier生存曲线和95%置信区间(CI)表中。后果这项研究涉及102名具有完整诊断数据和1个月以上生存期的活动性MM患者。56.9%的患者符合DS诊断标准,72.5%符合IMWG 2003标准。基于DS标准的总生存期中位数(OS)(77.8个月)与IMWG 2003标准相似。符合DS标准的MM患者第一年、第三年和第五年的总生存率分别为89.9%、77.5%和54.8%。同时,符合IMWG2003标准的MM患者第一年、第三年和第五年的总生存率分别为87.5%、75.6%和55.9%。结论。符合IMWG2003诊断标准的活动性MM患者比例高于符合DS标准的患者。符合DS诊断标准的活动性MM患者的总生存率与符合IMWG 2003标准的患者相似。
{"title":"Kesintasan Lima Tahun Pasien Mieloma Multipel Aktif berdasarkan Kriteria Diagnostik Durie-Salmon dan International Myeloma Working Group 2003","authors":"S. Kurniawati, A. H. Reksodiputro, T. D. Atmakusuma","doi":"10.7454/JPDI.V7I3.437","DOIUrl":"https://doi.org/10.7454/JPDI.V7I3.437","url":null,"abstract":"Pendahuluan. Kesintasan pasien mieloma multipel (MM) aktif ditentukan oleh diagnosis dini dan berbagai faktor prognostik. Perkembangan kriteria diagnostik MM dari sebelumnya yaitu kriteria Durie-Salmon (DS) menjadi International Myeloma Working Group (IMWG) 2003 merupakan upaya mendiagnosis MM aktif lebih dini. Akan tetapi karena keterbatasan sumber daya, upaya pemenuhan kriteria diagnostik tersebut tidak dapat dilakukan secara konsisten di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diketahui proporsi pemenuhan diagnosis MM berdasarkan kriteria diagnostik DS dan IMWG 2003 serta dampaknya pada kesintasan pasien MM di Indonesia. Metode . Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan analisis kesintasan pada pasien MM aktif yang berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Kanker Dharmais selama tahun 2005-2015. Data disajikan dalam kurva Kaplan Meier dan tabel kesintasan dengan interval kepercayaan (IK) 95%. Hasil . Studi ini melibatkan 102  pasien  MM aktif yang memiliki data penunjang diagnosis dan kesintasan lebih dari satu bulan. Sebesar 56,9% pasien memenuhi kriteria diagnostik DS dan 72,5% memenuhi kriteria IMWG 2003. Median kesintasan keseluruhan pasien berdasarkan kriteria DS sama dengan IMWG 2003, yaitu 77,8 bulan. Kesintasan keseluruhan tahun ke-1, ke-3, ke-5 pasien MM yang memenuhi kriteria DS secara berturut-turut adalah 89,9%, 77,5%, dan 54,8%; sedangkan pasien MM yang memenuhi kriteria IMWG 2003 adalah 87,5%, 75,6%, dan 55,9%. Simpulan . Proporsi pasien MM aktif yang memenuhi kriteria diagnostik IMWG 2003 lebih tinggi daripada yang memenuhi kriteria DS. Kesintasan menyeluruh pasien MM aktif yang memenuhi kriteria diagnostik DS sama dengan yang memenuhi kriteria IMWG 2003. Kata K unci: Durie-Salmon, IMWG 2003, mieloma multipel aktif, kesintasan, kriteria diagnostik Five Year Survival of Active Multiple Myeloma Patients Based on Durie-Salmon and International Myeloma Working Group 2003 Diagnostic Criteria Introduction . Survival of active multiple myeloma (MM) patients is determined by early diagnosis and various prognostic factors. The development of MM diagnostic criteria from Durie-Salmon (DS) criteria to International Myeloma Working Group (IMWG) 2003 is an attempt to diagnose active MM earlier. However, due to limited resources, these diagnostic criteria cannot be fulfilled consistently in Indonesia. Based on this reason, it is necessary to know the proportion of MM based on DS and IMWG 2003 diagnostic criteria and also their impact on the survival of MM patients in Indonesia. Methods . This was a retrospective cohort study with survival analysis. Subjects were active MM patients in Cipto Mangunkusumo Hospital and Dharmais Cancer Hospital during 2005-2015. Data were presented in Kaplan-Meier survival curve and table with 95% confidence interval (CI). Results . This study involved 102 active MM patients with complete diagnostic data and survival for more than 1 month. As much as 56.9% of patients met","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43825845","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Hubungan Kualitas Hidup dan Status Nutrisi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan Tipe Dialisis 透析型慢性肾脏病患者生活质量与营养状况的关系
Pub Date : 2020-04-01 DOI: 10.7454/jpdi.v7i1.381
Ratih Tri Kusuma Dewi, Wachid Putranto, A. Susanto, Aryo Suseno, B. Purwanto, Rini Dwi Mangesti, Maia Thalia Giani, Muhammad Raditia Septian
Pendahuluan . Dialisis merupakan modalitas terapi pengganti ginjal (TPG) yang rutin dilakukan di Indonesia, terdiri dari hemodialisis (HD) dan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Peningkatan jumlah pasien penyakit ginjal kronik (PGK) tiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan akan dialisis juga meningkat. Kondisi malnutrisi, efek samping terapi, stres psikis, dan keadaan komorbid yang menyertai seringkali memengaruhi kualitas hidup pasien PGK. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup dan status nutrisi antara pasien PGK yang mendapat terapi HD dan CAPD. Metode . Penelitian ini merupakan observasional analitik yang dilakukan pada bulan Agustus-September 2019 di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta. Subjek penelitian yaitu pasien PGK yang mendapat terapi dialisis (30 pasien HD dan 30 pasien CAPD). Instrumen penelitian berupa kuesioner yaitu kidney disease quality of life short form -36 TM (KDQOL-36 TM ) untuk evaluasi kualitas hidup serta kuesioner subjective global assesment (SGA) untuk mengetahui keadaan nutrisi pasien PGK. Hasil penelitian dianalisis dengan uji T tidak berpasangan dan c hi square serta dilanjutkan dengan analisis multivariat, nilai p < 0,05 dinilai signifikan secara statistik. Hasil .  Rerata usia subjek penelitian yaitu 49,23 (simpang baku [SB] 12,25) tahun pada kelompok HD dan 41,13 (SB 12,10) tahun pada kelompok CAPD. Hasil analisis kualitas hidup menunjukkan kelompok CAPD memiliki keadaan fisik (p = 0,003) dan mental (p = 0,047) yang lebih baik dibandingkan dengan pasien HD. Gejala sistemik pada PGK didapatkan lebih berat pada kelompok pasien HD (p = 0,037). Selain itu, efek penyakit ginjal yang diderita pasien dinilai lebih memperburuk kualitas hidup pasien yang menjalankan terapi HD (p = 0,018). Namun, beban penyakit ginjal antara kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. Status nutrisi menunjukkan pasien CAPD memiliki status nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan pasien HD (p = 0,016). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang memiliki perbedaan signifikan terhadap HD dan CAPD adalah komponen kesehatan mental (p = 0,016) dan kesehatan fisik (p = 0,003). S impulan . Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas hidup dan status nutrisi pasien PGK stadium akhir dengan terapi CAPD lebih baik dibandingkan dengan pasien PGK yang menjalani terapi HD. Namun, penelitian lebih lanjut dengan subjek yang lebih luas serta menggunakan kuesioner yang berbeda masih diperlukan.  Kata Kunci: Continous ambulatory peritoneal dialysis, hemodialisis, kualitas hidup, nutrisi, penyakit ginjal kronik Relationship between Quality of Life and Nutritional Status on Chronic Kidney Disease Patients with Dialysis Type Introduction . Dialysis is a common procedure routinely used in Indonesia which consist of hemodialysis (HD) and continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Increasing number of CKD patients lead to higher dialysis requirement. Malnutrition, adverse effect of therapy
以前的透析是印度尼西亚的一种常规肾脏替代治疗方法,包括血液透析(HD)和连续动态腹膜透析(CAPD)。慢性肾脏疾病(COPD)患者数量每年的增加也导致对透析的需求增加。营养不良、治疗副作用、精神病应激和合并发病通常会影响PGK患者的生活质量。本研究的目的是了解接受HD和CAPD治疗的PGK患者在生活质量和营养状况方面的差异。方法这项研究是一名观察性分析师于2019年8月至9月在苏拉卡塔Moewardi医生医院进行的。受试者为接受透析治疗的PGK患者(30名HD患者和30名CAPD患者)。内聚性研究工具是用于生活质量评估的肾脏疾病生活质量短表-36TM(KDQOL-36TM)和用于PGK患者营养状况的主观整体评估(SGA)。研究结果采用T检验不匹配和c平方进行分析,并继续进行多变量分析,p<0.05具有统计学意义。后果[UNK]研究对象的HD年龄比为49.23岁,CAPD年龄比为41.13岁。生活质量分析显示,CAPD组的身体状况(p=0.003)和精神状况(p=0.047)均优于HD患者。HD患者组PGK的全身症状更为严重(p=0.037)。此外,肾脏疾病对接受HD治疗的患者的生活质量的影响被评估为更差(p=0.018)。然而,两组之间的肾脏疾病负担没有显著差异。营养状况表明CAPD患者的营养状况优于HD患者(p=0.016)。多变量分析结果显示,HD和CAPD存在显著差异的变量是心理健康成分(p=0.016)和身体健康成分(p=0.003)。S impulan。本研究结果表明,接受CAPD治疗的终末期PGK患者的生活质量和营养状况优于接受HD治疗的患者。然而,仍然需要对更广泛的主题和使用不同的衔接进行进一步的研究。关键词:连续动态腹膜透析、血液透析、生活质量、营养、慢性肾脏病透析类型介绍慢性肾脏病患者生活质量与营养状况的关系。透析是印度尼西亚常规使用的一种常见程序,包括血液透析(HD)和连续动态腹膜透析(CAPD)。CKD患者数量的增加导致透析需求的增加。营养不良、治疗不良、心理压力和合并症可能会影响CKD患者的生活质量。我们的目的是比较接受HD和CAPD治疗的CKD患者的生活质量和营养状况。方法。这是一项横断面研究,共有60名符合纳入标准的CKD患者(30名HD和30名CAPD)。这项研究于2019年8月至9月在苏拉卡塔Moewardi综合医院进行。使用经验证的肾脏疾病生命质量短表-36TM(KDQOL-36TM)和主观总体评估表(SGA)评估生活质量(QoL)和营养状况。使用独立T检验和卡方对数据进行统计学分析,p值<0.05被认为是显著的。结果s。HD组的平均年龄为49.23岁(SD 12.25),CAPD组为41.13岁(SD 12.10)。生活质量结果显示,与HD患者相比,CAPD患者有更好的身体健康(p=0.003)和心理健康(p=0.047)。CKD的临床表现在HD患者中也更为严重(p=0.037)。营养状况分析显示,与HD患者相比,CAPD患者的营养状况更好(p=0.016)。多因素分析结果表明,心理健康(p=0.006)和身体健康(p=0.003)是HD和CAPD患者生活质量和营养状况的最重要组成部分。结论与HD患者相比,CAPD患者的生活质量(QoL)和营养状况更好。然而,还需要对更多的受试者进行进一步的研究,并使用不同的问卷。
{"title":"Hubungan Kualitas Hidup dan Status Nutrisi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik dengan Tipe Dialisis","authors":"Ratih Tri Kusuma Dewi, Wachid Putranto, A. Susanto, Aryo Suseno, B. Purwanto, Rini Dwi Mangesti, Maia Thalia Giani, Muhammad Raditia Septian","doi":"10.7454/jpdi.v7i1.381","DOIUrl":"https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.381","url":null,"abstract":"Pendahuluan . Dialisis merupakan modalitas terapi pengganti ginjal (TPG) yang rutin dilakukan di Indonesia, terdiri dari hemodialisis (HD) dan continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Peningkatan jumlah pasien penyakit ginjal kronik (PGK) tiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan akan dialisis juga meningkat. Kondisi malnutrisi, efek samping terapi, stres psikis, dan keadaan komorbid yang menyertai seringkali memengaruhi kualitas hidup pasien PGK. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup dan status nutrisi antara pasien PGK yang mendapat terapi HD dan CAPD. Metode . Penelitian ini merupakan observasional analitik yang dilakukan pada bulan Agustus-September 2019 di Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta. Subjek penelitian yaitu pasien PGK yang mendapat terapi dialisis (30 pasien HD dan 30 pasien CAPD). Instrumen penelitian berupa kuesioner yaitu kidney disease quality of life short form -36 TM (KDQOL-36 TM ) untuk evaluasi kualitas hidup serta kuesioner subjective global assesment (SGA) untuk mengetahui keadaan nutrisi pasien PGK. Hasil penelitian dianalisis dengan uji T tidak berpasangan dan c hi square serta dilanjutkan dengan analisis multivariat, nilai p < 0,05 dinilai signifikan secara statistik. Hasil .  Rerata usia subjek penelitian yaitu 49,23 (simpang baku [SB] 12,25) tahun pada kelompok HD dan 41,13 (SB 12,10) tahun pada kelompok CAPD. Hasil analisis kualitas hidup menunjukkan kelompok CAPD memiliki keadaan fisik (p = 0,003) dan mental (p = 0,047) yang lebih baik dibandingkan dengan pasien HD. Gejala sistemik pada PGK didapatkan lebih berat pada kelompok pasien HD (p = 0,037). Selain itu, efek penyakit ginjal yang diderita pasien dinilai lebih memperburuk kualitas hidup pasien yang menjalankan terapi HD (p = 0,018). Namun, beban penyakit ginjal antara kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. Status nutrisi menunjukkan pasien CAPD memiliki status nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan pasien HD (p = 0,016). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang memiliki perbedaan signifikan terhadap HD dan CAPD adalah komponen kesehatan mental (p = 0,016) dan kesehatan fisik (p = 0,003). S impulan . Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas hidup dan status nutrisi pasien PGK stadium akhir dengan terapi CAPD lebih baik dibandingkan dengan pasien PGK yang menjalani terapi HD. Namun, penelitian lebih lanjut dengan subjek yang lebih luas serta menggunakan kuesioner yang berbeda masih diperlukan.  Kata Kunci: Continous ambulatory peritoneal dialysis, hemodialisis, kualitas hidup, nutrisi, penyakit ginjal kronik Relationship between Quality of Life and Nutritional Status on Chronic Kidney Disease Patients with Dialysis Type Introduction . Dialysis is a common procedure routinely used in Indonesia which consist of hemodialysis (HD) and continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD). Increasing number of CKD patients lead to higher dialysis requirement. Malnutrition, adverse effect of therapy","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44022881","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Meningoensefalitis Pada Wegener’s Granulomatosis dengan Anca Negatif: Laporan Kasus
Pub Date : 2019-10-01 DOI: 10.7454/jpdi.v6i3.221
Tri Sudibyo, Deshinta Putri Mulya, Sekar Satiti, E. Budiono
Wegener’s granulomatosis adalah suatu vaskulitis yang mengenai pembuluh darah kecil hingga sedang, yang umumnya terjadi pada usia 64-75 tahun dengan kejadian 8-10/1.000.000 orang. Manifestasi meningoensefalitis jarang ditemukan pada WG dengan angka kejadian hanya berkisar 0-7%. Anti-neutrophil cytoplasmic antibody (ANCA) sering digunakan dalam mendiagnosis W egener’s granulomatosis , namun ANCA negatif  dapat ditemukan pada 10-20% kasus. Seorang laki-laki usia 30 tahun datang dengan penurunan kesadaran. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda yang mengarah kepada W egener’s granulomatosis , walaupun hasil pemeriksaan ANCA negatif. Setelah mendapatkan terapi sesuai tata laksana Wegener’s granulomatosis , terdapat perbaikan secara klinis pada pasien.  Kasus ini diangkat karena merupakan kasus jarang dan perlu ketajaman dalam penegakan diagnosis. Wegener’s granulomatosis dapat menyebabkan progresivitas yang sangat buruk, namun jika ditangani secara tepat, maka remisi komplit dapat tercapai. Kata Kunci: ANCA negatif, meningoensefalitis, vaskulitis, Wegener’s granulomatosis Meningoensefalitis Manifestation in Wegener's Granulomatosis with Anca Negative: Case Report Wegener's granulomatosis is a vasculitis that affects small to medium blood vessels, generally occurring at the age of 64-75 years with an incidence of 8-10 / 1,000,000 people. Meningoencephalitis manifestations are rarely found in Wegener’s granulomatosis with the incidence only in the range of 0-7%. Anti-neutrophil cytoplasmic antibody (ANCA) is often used in diagnosing Wegener’s granulomatosis , but negative ANCA can be found in 10-20% of cases. A 30-year-old man came with a decrease in consciousness. His anamnesis and physical examination showed signs that led to Wegener’s granulomatosis , despite negative ANCA examination results. After getting therapy according to the management of the Wegener’s granulomatosis there is a clinical improvement in the patient. This case is raised because it is a rare case and needs sharpness in establishing a diagnosis. Wegener's granulomatosis can cause very bad progress, but if handled properly, complete remission can be achieved.
韦格纳的颗粒状瘤病是一种血管炎,通常发生在64-75岁的时候,患者的年龄为8-10/ 100万。脑膜炎的症状很少在WG中发现,发病率只有0-7%。抗神经细胞抑制剂(ANCA)常用于诊断W egener的粒细胞瘤,但在10-20%的病例中可以找到阴性ANCA。一个30岁的男人带着一种逐渐衰弱的意识出现了。从分析和身体检查中发现了导致W egener格鲁马托西病的迹象,尽管ANCA检查结果为阴性。在接受了韦格纳的颗粒状黄疸治疗后,病人有了临床进步。该病例之所以被提上法庭,是因为它是罕见的,需要及时诊断。韦格纳的颗粒状细胞分裂可能导致非常糟糕的进展,但如果处理得当,可以达到完全缓解。关键词:学费消极、meningoensefalitis vaskulitis,韦格纳的granulomatosis meningoensefalitis Manifestation在魏格纳的granulomatosis with学费负:a Case Report韦格纳的granulomatosis是vasculitis中等发展到这种.影响小血vessels, generally occurring at the age of 64-75年with an incidence of 8 - 10 - 100万人。脑膜炎在魏格纳的granulomatosis中只发现在0-7%范围内的范围内。抗神经细胞抑制剂(ANCA)在诊断Wegener的granulomatosis中使用过,但消极的ANCA可能发现10-20%的病例。一个30岁的老人带着有意识的脱粒机来了。他的分析和物理实验表明,Wegener的结论是颗粒状的,尽管存在负面的退行性再生。在接受治疗以治疗韦格纳颗粒状瘤病毒的管理之后,病人体内有一个临床植入物。这个案子之所以成立,是因为它是一个罕见的病例,需要诊断。韦格纳的granulomatosis可能会导致非常糟糕的进展,但如果处理得当,完成任务就能实现。
{"title":"Meningoensefalitis Pada Wegener’s Granulomatosis dengan Anca Negatif: Laporan Kasus","authors":"Tri Sudibyo, Deshinta Putri Mulya, Sekar Satiti, E. Budiono","doi":"10.7454/jpdi.v6i3.221","DOIUrl":"https://doi.org/10.7454/jpdi.v6i3.221","url":null,"abstract":"Wegener’s granulomatosis adalah suatu vaskulitis yang mengenai pembuluh darah kecil hingga sedang, yang umumnya terjadi pada usia 64-75 tahun dengan kejadian 8-10/1.000.000 orang. Manifestasi meningoensefalitis jarang ditemukan pada WG dengan angka kejadian hanya berkisar 0-7%. Anti-neutrophil cytoplasmic antibody (ANCA) sering digunakan dalam mendiagnosis W egener’s granulomatosis , namun ANCA negatif  dapat ditemukan pada 10-20% kasus. Seorang laki-laki usia 30 tahun datang dengan penurunan kesadaran. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda yang mengarah kepada W egener’s granulomatosis , walaupun hasil pemeriksaan ANCA negatif. Setelah mendapatkan terapi sesuai tata laksana Wegener’s granulomatosis , terdapat perbaikan secara klinis pada pasien.  Kasus ini diangkat karena merupakan kasus jarang dan perlu ketajaman dalam penegakan diagnosis. Wegener’s granulomatosis dapat menyebabkan progresivitas yang sangat buruk, namun jika ditangani secara tepat, maka remisi komplit dapat tercapai. Kata Kunci: ANCA negatif, meningoensefalitis, vaskulitis, Wegener’s granulomatosis Meningoensefalitis Manifestation in Wegener's Granulomatosis with Anca Negative: Case Report Wegener's granulomatosis is a vasculitis that affects small to medium blood vessels, generally occurring at the age of 64-75 years with an incidence of 8-10 / 1,000,000 people. Meningoencephalitis manifestations are rarely found in Wegener’s granulomatosis with the incidence only in the range of 0-7%. Anti-neutrophil cytoplasmic antibody (ANCA) is often used in diagnosing Wegener’s granulomatosis , but negative ANCA can be found in 10-20% of cases. A 30-year-old man came with a decrease in consciousness. His anamnesis and physical examination showed signs that led to Wegener’s granulomatosis , despite negative ANCA examination results. After getting therapy according to the management of the Wegener’s granulomatosis there is a clinical improvement in the patient. This case is raised because it is a rare case and needs sharpness in establishing a diagnosis. Wegener's granulomatosis can cause very bad progress, but if handled properly, complete remission can be achieved.","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42722165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Rasio Neutrofil Limfosit sebagai Prediktor Neutropenia Akut Awitan Pertama Pascakemoterapi R-CHOP pada Pasien Diffuse Large B-cell Lymphoma 中性粒细胞淋巴瘤比率作为急性中性粒细胞减少症的预测指标作者首次Pascakemotherapy R-CHOP治疗弥漫性大B细胞淋巴瘤
Pub Date : 2019-10-01 DOI: 10.7454/jpdi.v6i3.340
Griskalia Christine, Lugyanti Sukrisman, Noorwati Sutandyo, C. M. Rumende
Pendahuluan. Diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL) merupakan limfoma yang paling sering ditemukan di Indonesia. Kemoterapi R-CHOP mempunyai risiko moderat untuk terjadinya neutropenia/demam neutropenia. Limfosit dapat menggambarkan imunitas pejamu, sedangkan neutrofil dan monosit dapat menggambarkan respons inflamasi. Belum ada penelitian yang menilai hitung jenis leukosit sebagai prediktor neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi R-CHOP pada pasien DLBCL. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan parameter hitung jenis leukosit sebelum kemoterapi sebagai prediktor neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi R-CHOP pada pasien DLBCL. Metode. Studi kohort retrospektif di RSUPN. Cipto Mangunkusumo dilakukan pada pasien DLBCL 18–60 tahun, status performa ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) 0–1, tanpa komorbid yang berhubungan dengan kemoterapi, serta mendapatkan kemoterapi R-CHOP 3 siklus pertama tanpa profilaksis G-CSF. Hasil. Dari 95 pasien, neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi terjadi pada 83 (87,4%) subjek atau 83 (55,3%) siklus dari total 150 siklus kemoterapi. Demam neutropenia terjadi pada 50,6% dari awitan neutropenia. Neutropenia berat terjadi pada 34 (41,0%) siklus dari 83 episode neutropenia. Neutropenia akut awitan pertama paling sering terjadi pada 7–15 hari pascakemoterapi. Rasio neutrofil limfosit mempunyai AUROC 0,74 (IK 95% 0,65–0,82); sedangkan limfosit absolut, neutrofil absolut, monosit absolut, dan rasio limfosit monosit mempunyai AUROC 4,1 dapat memprediksi neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi RCHOP pada pasien DLBCL (sensitivitas 71,1%; spesivisitas 64,2%; nilai duga positif 71,1%; dan nilai duga negatif 64,2%). Simpulan. rasio neutrofil limfosit sebelum kemoterapi > 4,1 merupakan prediktor neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi R-CHOP pada pasien DLBCL. Kata Kunci: Diffuse large B-cell lymphoma , hitung jenis leukosit, neutropenia, R-CHOP, rasio neutrofil limfosit Neutropenia After R-CHOP Chemotherapy in Diffuse Large B-cell Lymphoma Patients Background. Diffuse Large B-cell Lymphoma (DLBCL) is the most common lymphoma in Indonesia. R-CHOP chemotherapy has a moderate risk for neutropenia / febrile neutropenia. Lymphocytes can describe host immunity, while neutrophils and monocytes can describe the inflammatory response. No study has assessed differential count of leukocytes as a predictor of the first onset acute neutropenia after R-CHOP chemotherapy in DLBCL patients. Th is study aimed to determine the relationship between differential count of leukocytes before chemotherapy as a predictor of the first onset acute neutropenia after R-CHOP chemotherapy in DLBCL patients. Methods. A r etrospective cohort study was conducted among 18–60 years old DLBCL patients with ECOG 0–1 and no comorbidity related to chemotherapy 18–60 years old. Subjects were given with the first 3 cycles of R-CHOP chemotherapy without G-CSF prophylaxis. Results. Of the 95 patients, first onset a
彭达胡安。弥漫性大B细胞淋巴瘤(DLBCL)是印度尼西亚最常见的疾病。R-CHOP对中性粒细胞减少症/中性粒细胞下降症的缓解风险较小。Limfosit可以引起炎症反应,而中性粒细胞和单体细胞则可以引起炎症。白细胞增多症是中性粒细胞减少症的先兆,在DLBCL患者的R-CHOP治疗中表现出严重的炎症反应。这项研究的目的是为了在DLBCL患者的R-CHOP治疗后,将白细胞计数作为中性粒细胞减少症的前兆。Metode。研究RSUPN的逆转录病毒。Cipto Mangunkusmo在18–60年的DLBCL中获得成功,ECOG(东部肿瘤合作小组)的状态表现为0–1,与化疗相关的并发症,以及R-CHOP 3的并发症,这些都是G-CSF的特征。Hasil。在95例患者中,中性粒细胞减少症的发病率为83例(87.4%),而150例患者中有83例(55.3%)。中性粒细胞减少症的发病率为女性的50.6%。中性粒细胞减少症的发病率为34例(41.0%),而83例为中性粒细胞增多症。中性粒细胞减少症通常在7至15天内出现。中性粒细胞生长抑制因子AUROC为0.74(IK 95%0,65-0,82);在DLBCL患者的RCHOP治疗初期,使用绝对型、中性粒细胞绝对型、单细胞绝对型和单细胞亚群的患者AUROC 4,1可预测中性粒细胞减少症(敏感性71,1%;特异性64,2%;阳性率71,1%,阴性率64,2%)。辛普兰。在DLBCL患者中,当R-CHOP出现异常时,>1的中性粒细胞减少是中性粒细胞降低的先兆。Kata Kunci:弥漫性大B细胞淋巴瘤、hitung jenis白细胞增多症、中性粒细胞减少症、R-CHOP、rasio neutrofil limfosit中性粒细胞增多症患者R-CHOP化疗后的背景。弥漫性大B细胞淋巴瘤(DLBCL)是印度尼西亚最常见的淋巴瘤。R-CHOP化疗有中性粒细胞减少症/发热性中性粒细胞降低症的中度风险。淋巴细胞可以描述宿主免疫,而中性粒细胞和单核细胞可以描述炎症反应。没有研究评估白细胞的差异计数作为DLBCL患者R-CHOP化疗后首次出现急性中性粒细胞减少症的预测因素。本研究旨在确定化疗前白细胞差异计数与DLBCL患者R-CHOP化疗后首次出现急性中性粒细胞减少症之间的关系。方法。一项回顾性队列研究在18–60岁患有ECOG 0–1且没有与化疗相关的合并症的DLBCL患者中进行。受试者接受前3个周期的R-CHOP化疗,无需G-CSF预防。后果在95名患者中,83名(87.4%)受试者或150个化疗周期中的83个(55.3%)周期出现化疗后首次发作的急性中性粒细胞减少症。发热性中性粒细胞减少症50例。6%的中性粒细胞减少症发作。严重的中性粒细胞减少发生在83次中性粒细胞缺乏发作中的34个周期(41.0%)。首次出现急性中性粒细胞减少症最常见于化疗后7-15天。中性粒细胞-淋巴细胞比值的AUC为0.74(95%CI 0.65–0.82);而绝对淋巴细胞、绝对中性粒细胞、绝对单核细胞和单核细胞淋巴细胞比率为4.1。中性粒细胞-淋巴细胞比率能够预测DLBCL患者RCHOP化疗后首次出现急性中性粒细胞减少症(敏感性71.1%;特异性64.2%;阳性预测值71.1%;阴性预测值64.2%)。结论。化疗前中性粒细胞-淋巴细胞比率>4.1是DLBCL患者R-CHOP化疗后首次出现急性中性粒细胞减少症的预测因素。
{"title":"Rasio Neutrofil Limfosit sebagai Prediktor Neutropenia Akut Awitan Pertama Pascakemoterapi R-CHOP pada Pasien Diffuse Large B-cell Lymphoma","authors":"Griskalia Christine, Lugyanti Sukrisman, Noorwati Sutandyo, C. M. Rumende","doi":"10.7454/jpdi.v6i3.340","DOIUrl":"https://doi.org/10.7454/jpdi.v6i3.340","url":null,"abstract":"Pendahuluan. Diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL) merupakan limfoma yang paling sering ditemukan di Indonesia. Kemoterapi R-CHOP mempunyai risiko moderat untuk terjadinya neutropenia/demam neutropenia. Limfosit dapat menggambarkan imunitas pejamu, sedangkan neutrofil dan monosit dapat menggambarkan respons inflamasi. Belum ada penelitian yang menilai hitung jenis leukosit sebagai prediktor neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi R-CHOP pada pasien DLBCL. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan parameter hitung jenis leukosit sebelum kemoterapi sebagai prediktor neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi R-CHOP pada pasien DLBCL. Metode. Studi kohort retrospektif di RSUPN. Cipto Mangunkusumo dilakukan pada pasien DLBCL 18–60 tahun, status performa ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group) 0–1, tanpa komorbid yang berhubungan dengan kemoterapi, serta mendapatkan kemoterapi R-CHOP 3 siklus pertama tanpa profilaksis G-CSF. Hasil. Dari 95 pasien, neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi terjadi pada 83 (87,4%) subjek atau 83 (55,3%) siklus dari total 150 siklus kemoterapi. Demam neutropenia terjadi pada 50,6% dari awitan neutropenia. Neutropenia berat terjadi pada 34 (41,0%) siklus dari 83 episode neutropenia. Neutropenia akut awitan pertama paling sering terjadi pada 7–15 hari pascakemoterapi. Rasio neutrofil limfosit mempunyai AUROC 0,74 (IK 95% 0,65–0,82); sedangkan limfosit absolut, neutrofil absolut, monosit absolut, dan rasio limfosit monosit mempunyai AUROC 4,1 dapat memprediksi neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi RCHOP pada pasien DLBCL (sensitivitas 71,1%; spesivisitas 64,2%; nilai duga positif 71,1%; dan nilai duga negatif 64,2%). Simpulan. rasio neutrofil limfosit sebelum kemoterapi > 4,1 merupakan prediktor neutropenia akut awitan pertama pascakemoterapi R-CHOP pada pasien DLBCL. Kata Kunci: Diffuse large B-cell lymphoma , hitung jenis leukosit, neutropenia, R-CHOP, rasio neutrofil limfosit Neutropenia After R-CHOP Chemotherapy in Diffuse Large B-cell Lymphoma Patients Background. Diffuse Large B-cell Lymphoma (DLBCL) is the most common lymphoma in Indonesia. R-CHOP chemotherapy has a moderate risk for neutropenia / febrile neutropenia. Lymphocytes can describe host immunity, while neutrophils and monocytes can describe the inflammatory response. No study has assessed differential count of leukocytes as a predictor of the first onset acute neutropenia after R-CHOP chemotherapy in DLBCL patients. Th is study aimed to determine the relationship between differential count of leukocytes before chemotherapy as a predictor of the first onset acute neutropenia after R-CHOP chemotherapy in DLBCL patients. Methods. A r etrospective cohort study was conducted among 18–60 years old DLBCL patients with ECOG 0–1 and no comorbidity related to chemotherapy 18–60 years old. Subjects were given with the first 3 cycles of R-CHOP chemotherapy without G-CSF prophylaxis. Results. Of the 95 patients, first onset a","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45255036","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Parameter Klinis dan Ekokardiografi Strain untuk Memprediksi Keparahan Stenosis Berdasar Skor Gensini pada Penyakit Jantung Koroner Stabil 临床和心电图参数应变预测稳定型冠心病基于性别的狭窄减少
Pub Date : 2019-10-01 DOI: 10.7454/jpdi.v6i3.344
Arif Sejati, I. Alwi, Muhadi Muhadi, Hamzah Shatri
Pendahuluan . Keparahan stenosis pada penyakit jantung koroner (PJK) stabil berkaitan erat dengan prognosis. Beberapa parameter klinis dan ekokardiografi strain yang berkembang akhir-akhir ini dapat memprediksi keparahan stenosis seperti. Penilaian faktor-faktor klinis dan ekokardiografi strain bersama-sama diharapkan mampu memprediksi lebih baik keparahan stenosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor klinis (usia, jenis kelamin, diabetes, angina tipikal, riwayat infark) dan global longitudinal scale (GLS) pada ekokardiografi strain dapat memprediksi keparahan stenosis pasien PJK stabil yang dinilai dengan skor Gensini, dan membuat model prediktor dari parameter yang bermakna. Metode. Studi potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) pada periode Maret – Mei 2019. Pengambilan sampel secara konsekutif pada pasien PJK stabil yang menjalani angiografi koroner. Analisis bivariat dilakukan dengan chi-square, dilanjutkan analisis multivariat dengan regresi logistik metode baickward stepwise pada variabel yang bermakna. Hasil. Terdapat 93 subjek yang masuk dalam penelitian. Pada analisis bivariat, faktor-faktor prediktor yang bermakna adalah diabetes melitus (OR 2,79; IK95%:1,08-7,23), riwayat infark (OR 4,04; IK95%:1,51-10,80), angina tipikal (OR 5,01; IK95%:1,91-13,14), dan GLS ≥-18,8 (OR 30,51; IK95%:10,38-89,72). Pada analisis multivariat faktor-faktor prediktor yang bermakna adalah angina tipikal (OR 4,48; IK95%:1,39-14,47) dan GLS ≥18,8 (OR 17,30; IK95%:5,38-55,66). Tidak dilakukan pembuatan model prediktor karena hanya 2 faktor prediktor yang bermakna. Simpulan. Angina tipikal dan GLS merupakan faktor-faktor prediktor keparahan stenosis pada pasien PJK stabil, sedangkan faktor usia, jenis kelamin, diabetes, dan riwayat infark bukan merupakan prediktor keparahan stenosis pasien PJK stabil. Model skor prediktor tidak dikembangkan karena hanya ada dua faktor prediktor yang bermakna. Kata Kunci: ekokardiografi, keparahan stenosis, prediktor, skor Gensini, strain Use of Clinical Parameters and Strain Echocardiography to Predict Stenosis Severity based on Gensini’s Score in Stable Coronary Artery Disease Introduction . In patient with stable coronary artery disease (CAD), severity of stenosis is closely related to prognosis. It is known that several clinical parameters and recently-developed strain echocardiography can predict severity of stenosis. Assessment of clinical parameters, altogether with strain echocardiography is expected to make better prediction. This study aim to determine whether clinical factors, i.e. age, sex, diabetes, typical angina, and history of myocardial infarction, and strain echocardiography parameter, i.e. global longitudinal strain (GLS), can predict severity of coronary artery stenosis measured with Gensini score,and to further develop a prediction model based on significant parameters. Methods . This is a cross-sectional study taken at Dr. Cipto Mangun
彭达胡安。PJK治疗狭窄的稳定性与预后有关。目前正在发展的一些参数和心电图应变可以预测狭窄的发生。疼痛和心电图应变的增加同样会导致更大程度的狭窄。本研究旨在研究心血管应变引起的慢性疲劳(包括疲劳、糖尿病、心绞痛、中风)和全球纵向量表(GLS),以预测符合Gensini要求的PJK稳定性狭窄的发生,并根据已知参数建立模型预测器。Metode。在2019年3月至5月期间,Cipto Mangunkusumo博士(RSUPNCM)在国家科学院进行了研究。将样本交给PJK稳定的医生进行血管造影。双变量分析采用卡方法,多变量分析采用逻辑回归法,逐步回归到已知变量。Hasil。有93个项目正在进行中。在双变量分析中,糖尿病前期的发病因素为糖尿病(OR 2,79;IK95%:1.08-7,23)、糖尿病前期(OR 4,04;IK95%1,51-10,80)、心绞痛(OR 5,01;IK95:1.91-13,14)和GLS≥-18,8(OR 30,51;IK95%10.38-89,72)。经分析,糖尿病前期的多因素因素因素为心绞痛(OR 4,48;IK95%CI:1,39-14,47)和GLS≥18,8(OR 17,30;IK95%CI:5,38-556)。由于只有两个已知的预测因子,所以没有建立预测因子模型。辛普兰。心绞痛和GLS是PJK稳定期狭窄发生前的诱因,而糖尿病、糖尿病和高血压是PJK稳定性期狭窄发生的诱因。预测模型不成立,因为只有两个预测模型。Kata Kunci:ekokardograpi,keparahan狭窄,预扩张,skor Gensini,应变临床参数和应变超声心动图在稳定冠状动脉疾病介绍中基于Gensini评分预测狭窄严重程度的应用。在稳定型冠状动脉疾病(CAD)患者中,狭窄的严重程度与预后密切相关。众所周知,一些临床参数和最近开发的应变超声心动图可以预测狭窄的严重程度。临床参数的评估,加上应变超声心动图,有望做出更好的预测。本研究旨在确定临床因素,即年龄、性别、糖尿病、典型心绞痛和心肌梗死史,以及应变超声心动图参数,即整体纵向应变(GLS),是否可以预测Gensini评分测量的冠状动脉狭窄的严重程度,并进一步开发基于显著参数的预测模型。方法。这是Cipto Mangunkusumo国立中央综合医院在2019年3月至5月期间进行的横断面研究。连续招募计划进行冠状动脉造影的稳定型CAD患者。使用卡方对每个预测器进行双变量分析。使用后向逐步逻辑回归进一步分析显著的预测因素。然后,通过多变量分析,基于显著预测因子开发预测模型。后果研究组包括93名受试者。双变量分析的重要预测因素包括糖尿病(OR 2.79;CI95%:1.08-7.23)、心肌梗死史(OR 4.04;CI95%1.51-10.80)、典型心绞痛(OR 5.01;CI95%21.91-13.14)、,GLS≥-18.8(OR 30.51;CI95%:10.38-89.72)。多变量分析中的显著预测因素是典型心绞痛(OR 4.48;CI95%1.39-14.47)和GLS≥18.8(OR 17.30;CI95%3.38-55.66)。由于只有两个显著预测因素,因此未建立预测模型。结论:典型心绞痛和GLS是稳定型CAD患者狭窄严重程度的预测指标。年龄、性别、糖尿病和心肌梗死史不是显著的预测因素。由于只有两个重要的预测因子,因此无法开发预测模型。
{"title":"Parameter Klinis dan Ekokardiografi Strain untuk Memprediksi Keparahan Stenosis Berdasar Skor Gensini pada Penyakit Jantung Koroner Stabil","authors":"Arif Sejati, I. Alwi, Muhadi Muhadi, Hamzah Shatri","doi":"10.7454/jpdi.v6i3.344","DOIUrl":"https://doi.org/10.7454/jpdi.v6i3.344","url":null,"abstract":"Pendahuluan . Keparahan stenosis pada penyakit jantung koroner (PJK) stabil berkaitan erat dengan prognosis. Beberapa parameter klinis dan ekokardiografi strain yang berkembang akhir-akhir ini dapat memprediksi keparahan stenosis seperti. Penilaian faktor-faktor klinis dan ekokardiografi strain bersama-sama diharapkan mampu memprediksi lebih baik keparahan stenosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor klinis (usia, jenis kelamin, diabetes, angina tipikal, riwayat infark) dan global longitudinal scale (GLS) pada ekokardiografi strain dapat memprediksi keparahan stenosis pasien PJK stabil yang dinilai dengan skor Gensini, dan membuat model prediktor dari parameter yang bermakna. Metode. Studi potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) pada periode Maret – Mei 2019. Pengambilan sampel secara konsekutif pada pasien PJK stabil yang menjalani angiografi koroner. Analisis bivariat dilakukan dengan chi-square, dilanjutkan analisis multivariat dengan regresi logistik metode baickward stepwise pada variabel yang bermakna. Hasil. Terdapat 93 subjek yang masuk dalam penelitian. Pada analisis bivariat, faktor-faktor prediktor yang bermakna adalah diabetes melitus (OR 2,79; IK95%:1,08-7,23), riwayat infark (OR 4,04; IK95%:1,51-10,80), angina tipikal (OR 5,01; IK95%:1,91-13,14), dan GLS ≥-18,8 (OR 30,51; IK95%:10,38-89,72). Pada analisis multivariat faktor-faktor prediktor yang bermakna adalah angina tipikal (OR 4,48; IK95%:1,39-14,47) dan GLS ≥18,8 (OR 17,30; IK95%:5,38-55,66). Tidak dilakukan pembuatan model prediktor karena hanya 2 faktor prediktor yang bermakna. Simpulan. Angina tipikal dan GLS merupakan faktor-faktor prediktor keparahan stenosis pada pasien PJK stabil, sedangkan faktor usia, jenis kelamin, diabetes, dan riwayat infark bukan merupakan prediktor keparahan stenosis pasien PJK stabil. Model skor prediktor tidak dikembangkan karena hanya ada dua faktor prediktor yang bermakna. Kata Kunci: ekokardiografi, keparahan stenosis, prediktor, skor Gensini, strain Use of Clinical Parameters and Strain Echocardiography to Predict Stenosis Severity based on Gensini’s Score in Stable Coronary Artery Disease Introduction . In patient with stable coronary artery disease (CAD), severity of stenosis is closely related to prognosis. It is known that several clinical parameters and recently-developed strain echocardiography can predict severity of stenosis. Assessment of clinical parameters, altogether with strain echocardiography is expected to make better prediction. This study aim to determine whether clinical factors, i.e. age, sex, diabetes, typical angina, and history of myocardial infarction, and strain echocardiography parameter, i.e. global longitudinal strain (GLS), can predict severity of coronary artery stenosis measured with Gensini score,and to further develop a prediction model based on significant parameters. Methods . This is a cross-sectional study taken at Dr. Cipto Mangun","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48522661","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Pendekatan Klinis Polisitemia 临床多利西米亚方法
Pub Date : 2019-10-01 DOI: 10.7454/jpdi.v6i3.349
R. Cahyanur, I. Rinaldi
Polisitemia atau eritrositosis merupakan peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi. Polisitemia merupakan kasus yang bisa menimbulkan pertanyaan dan dilema bagi dokter. Artikel ini akan membahas tentang pendekatan diagnosis dan tata laksana polisitemia. Keluhan awal yang dirasakan oleh pasien umumnya nonspesifik, seperti lemas, pusing akibat hiperviskositas darah. Selain itu, hal penting yang harus diketahui adalah penyakit penyerta, obat-obat yang rutin digunakan, kebiasaan, riwayat trombosis (stroke, penyakit jantung) dan riwayat keluarga. Secara umum, pasien polisitemia memperlihatkan gejala plethora. Pemeriksaan status generalis kita mencari adanya tanda yang mengarahkan kepada polisitemia sekunder, seperti rendahnya saturasi oksigen yang dapat ditemui pada polisitemia sekunder. Pemeriksaan penunjang awal yang mudah dikerjakan adalah pemeriksaan darah tepi lengkap. Ferritin dan saturasi transferin dilakukan untuk menilai status besi yang dapat menyamarkan kejadian polisitemia, terutama bila gambaran darah tepi menunjukkan mikrositik hipokrom. Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan molekular. Pada kasus polisitemia vera, upaya untuk mencegah terjadinya kejadian trombosis menjadi tujuan utama pengobatan. Pada kasus polisitemia sekunder, tata laksana dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari serta mengobatinya, salah satunya dengan phlebotomi. Kata Kunci: Eritosit, hematokrit, phlebotomi, polisitemia Polycythemia: A Clinical Approach Polycythemia or erythrocytosis is an increase in the number of red blood cells in circulation marked by the increase in hematocrit. Polycythemia is a case that still raises questions and dilemma for doctors. In this paper, it will be discussed about the diagnostic approach and management of polycythemia. The initial complaints of polycythemia are generally nonspecific, such as weakness and dizziness due to blood hyperviscosity. It is also essential to know accompanying diseases, routine medications, habits, and family histories of the patients. Patients with polycythemia commonly exhibit plethora. In vital sign examination, hypertension can be found in polycythemia vera. In general examination, we should look for signs that lead to secondary polycythemia, such as low oxygen saturation that can be found in secondary polycythemia. Initial workup that should be done is a complete blood count. Ferritin and transferrin saturation are evaluated to assess the iron status that can disguise the incidence of polycythemia, especially when the image of the blood smear indicates a microcytic hyperchromic. Advanced work up that can be done is genetic examination. In the case of polycythemia vera, the primary purpose of treatment is to prevent thrombotic events. In the case of secondary polycythemia, the aim of management is to identify the underlying disease and treat it, which one of them is phlebotomy.
多发性红细胞增多症是指血液循环中红细胞数量的增加。多发性心律失常是一个可能给医生带来问题和困境的病例。本文将讨论红细胞增多症的诊断方法和行为。一般患者最初感觉到的主诉是非特异性的,如嗜睡、因血液粘度过高而头晕。此外,重要的是要知道伴随的疾病、常规药物、习惯、血栓形成史(中风、心脏病)和家族史。一般来说,红细胞增多症患者表现出过多的症状。我们的一般状态检查正在寻找导致继发性红细胞增多症的迹象,例如继发性红血球增多症中的低氧饱和度。最初的简易床上用品测试是一项完整的外周血测试。铁蛋白和转铁蛋白饱和是为了评估铁的状态,铁的状态会破坏红细胞增多症的发生,尤其是当侧面的血液显示出低血栓的微观政治时。可以进行的进一步检查是分子检查。在维拉红细胞增多症的情况下,预防血栓形成是治疗的主要目的。在继发性红细胞增多症的情况下,行为是为了识别潜在的疾病并进行治疗,其中一种是静脉切开术。关键词:脱发、红细胞压积、静脉切开术、红细胞增多症红细胞增多:临床方法红细胞增多或红细胞增多是指血液循环中红细胞数量的增加,以红细胞压容的增加为标志。红细胞增多症是一个仍然给医生带来问题和困境的案例。本文将讨论红细胞增多症的诊断方法和处理。红细胞增多症的最初症状通常是非特异性的,如血液高粘度引起的虚弱和头晕。了解患者的伴随疾病、常规药物、习惯和家族史也很重要。红细胞增多症患者通常表现为过多。在生命体征检查中,真性红细胞增多症可发现高血压。在一般检查中,我们应该寻找导致继发性红细胞增多症的迹象,例如在继发性红血球增多症中可以发现低氧饱和度。应该做的初步检查是完整的血液计数。评估铁蛋白和转铁蛋白饱和度,以评估可以掩盖红细胞增多症发生率的铁状态,特别是当血液涂片图像显示微细胞增色时。可以做的高级工作是基因检查。在真性红细胞增多症的情况下,治疗的主要目的是预防血栓性事件。在继发性红细胞增多症的情况下,治疗的目的是确定潜在的疾病并进行治疗,其中之一是静脉切开术。
{"title":"Pendekatan Klinis Polisitemia","authors":"R. Cahyanur, I. Rinaldi","doi":"10.7454/jpdi.v6i3.349","DOIUrl":"https://doi.org/10.7454/jpdi.v6i3.349","url":null,"abstract":"Polisitemia atau eritrositosis merupakan peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi. Polisitemia merupakan kasus yang bisa menimbulkan pertanyaan dan dilema bagi dokter. Artikel ini akan membahas tentang pendekatan diagnosis dan tata laksana polisitemia. Keluhan awal yang dirasakan oleh pasien umumnya nonspesifik, seperti lemas, pusing akibat hiperviskositas darah. Selain itu, hal penting yang harus diketahui adalah penyakit penyerta, obat-obat yang rutin digunakan, kebiasaan, riwayat trombosis (stroke, penyakit jantung) dan riwayat keluarga. Secara umum, pasien polisitemia memperlihatkan gejala plethora. Pemeriksaan status generalis kita mencari adanya tanda yang mengarahkan kepada polisitemia sekunder, seperti rendahnya saturasi oksigen yang dapat ditemui pada polisitemia sekunder. Pemeriksaan penunjang awal yang mudah dikerjakan adalah pemeriksaan darah tepi lengkap. Ferritin dan saturasi transferin dilakukan untuk menilai status besi yang dapat menyamarkan kejadian polisitemia, terutama bila gambaran darah tepi menunjukkan mikrositik hipokrom. Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan molekular. Pada kasus polisitemia vera, upaya untuk mencegah terjadinya kejadian trombosis menjadi tujuan utama pengobatan. Pada kasus polisitemia sekunder, tata laksana dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari serta mengobatinya, salah satunya dengan phlebotomi. Kata Kunci: Eritosit, hematokrit, phlebotomi, polisitemia Polycythemia: A Clinical Approach Polycythemia or erythrocytosis is an increase in the number of red blood cells in circulation marked by the increase in hematocrit. Polycythemia is a case that still raises questions and dilemma for doctors. In this paper, it will be discussed about the diagnostic approach and management of polycythemia. The initial complaints of polycythemia are generally nonspecific, such as weakness and dizziness due to blood hyperviscosity. It is also essential to know accompanying diseases, routine medications, habits, and family histories of the patients. Patients with polycythemia commonly exhibit plethora. In vital sign examination, hypertension can be found in polycythemia vera. In general examination, we should look for signs that lead to secondary polycythemia, such as low oxygen saturation that can be found in secondary polycythemia. Initial workup that should be done is a complete blood count. Ferritin and transferrin saturation are evaluated to assess the iron status that can disguise the incidence of polycythemia, especially when the image of the blood smear indicates a microcytic hyperchromic. Advanced work up that can be done is genetic examination. In the case of polycythemia vera, the primary purpose of treatment is to prevent thrombotic events. In the case of secondary polycythemia, the aim of management is to identify the underlying disease and treat it, which one of them is phlebotomy.","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43225534","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Efek Penambahan Asam Rosmarinat pada Tikus Diabetes yang Diberikan Telmisartan terhadap Penurunan Ekspresi NF-kβ Glomerulus 增加酸Rosmarinat效应给Telmisartan的糖尿病小鼠表达下降NF-kβGlomerulus
Pub Date : 2019-10-01 DOI: 10.7454/jpdi.v6i3.314
Mochamad Fachrureza, Nur Samsu, Achmad Rudijanto
Pendahuluan. Nefropati diabetik merupakan komplikasi diabetes yang sering terjadi, salah satunya akibat peningkatan radikal bebas melalui akivasi NF-kβ serta Angiotensin II. Asam rosmarinat bermanfaat sebagai antioksidan dan antiinflamasi, sedangkan telmisartan merupakan agonis parsial PPAR-γ yang memiliki efek antifibrotik. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi efek asam rosmarinat dan telmisartan terhadap penurunan ekspresi subunit p65 NF-kB pada glomerulus tikus diabetes. Metode. Penelitian eksperimental laboratorik, post-test only controlled group menggunakan tikus Rattus norvegicus yang terbagi menjadi kelompok kontrol negatif, kontrol positif, asam rosmarinat 75 mg/kg/hari, telmisartan 1 mg/kg/hari, serta kombinasi asam rosmarinat 75 mg/kg/hari dan telmisartan 1 mg/kg/hari setiap hari yang dibedah pada minggu ke-8 setelah tikus menjadi diabetes. Gula darah lebih dari 270 mg/dL menunjukkan telah terjadi diabetes pada tikus. Pengukuran albuminuria dengan metode ELISA dan ekspresi subunit p65 NF-kβ dengan metode imunofluorosensi. Hasil . Didapatkan rerata ekspresi subunit p65 NF-kβ pada kontrol negatif 519,70 (simpang baku [SB] 158,12) arbitrary unit , kontrol positif 702,19 (SB 189,69) arbitrary unit , kelompok asam rosmarinat 631,19 (SB 119,21) arbitrary unit , kelompok telmisartan 355,68 (SB 44,71) arbitrary unit , kombinasi asam rosmarinat dan telmisartan 572,37 (SB 98,09) arbitrary unit dengan p<0,001.  Uji p ost hoc test menunjukkan perbedaan rerata ekspresi subunit p65 NF-kβ yang signifikan antara kontrol positif dengan kelompok telmisartan (p<0,001). Namun, tidak didapatkan perbedaan rerata ekspresi subunit p65 NF-kβ yang signifikan antara kontrol positif dengan asam rosmarinat (p=1,000) maupun dengan kombinasi asam rosmarinat dan telmisartan. Simpulan. Didapatkan penurunan ekspresi subunit p65 NF-kB pada kelompok telmisartan, namun penambahan asam rosmarinat pada tikus diabetes yang diberikan telmisartan tidak dapat menurunkan ekspresi subunit p65 NF-kB pada level setara dengan kontrol negatif. Kata Kunci : Asam rosmarinat, ekspresi subunit p65 NF-kB, nefropati diabetik, telmisartan The Additive Effect of Rosmarinic Acid for The Reduction of Glomerular NF-kB Expression in Diabetes Rat that was given Telmisartan Introduction. Diabetic nephropathy is one of the common complications of diabetes, which one of its causes is the increase of free radicals through the activation of NF-kβ and Angiotensin II. Rosmarinic acid has the activity as the anti-oxidant and anti-inflammatory, and the telmisartan is the partial PPAR-γ agonist that has the anti-fibrotic effect. This study aimed to identify the effect of rosmarinic acid and telmisartan in the reduction of subunit p65 NF-kB expression on the glomerular diabetes rat. Methods . An experimental study with a post-test only controlled group was conducted in a group of rats (Rattus norvegicus). Rats were randomly divided into five groups (n=3-4 per group): three treatment groups (group
引言。Nefropati糖尿病是经常发生的,其中之一是由于糖尿病并发症增加自由基通过akivasi NF-kβ和水解物二世。作为抗氧化剂和antiinflamasi rosmarinat有益,而telmisartan酸是有antifibrotik效应的PPAR -γ部分激动剂的作用。这项研究是为了确定糖尿病小鼠球蛋白中p65 NF-kB亚硫酸和telmisartan亚硫酸降低的影响。方法。官方研究实验室的实验研究,在老鼠患上糖尿病后的第8周,唯一的控制小组使用了鼠鼠鼠的norvegicus老鼠,它被分为一个消极的、积极的控制组、rosmarinat 75毫克/kg/ day、telmisartan 1毫克/kg/ day,以及rosmarinat 75 mg/kg/ day和telmisartan 1 mg/kg/ day,以及temisartan 1 mg/kg/ day。超过270毫克的血糖显示老鼠患有糖尿病。albuminuria ELISA方法和测量利p65表情NF-kβimunofluorosensi的方法。结果。平均获得利p65表情NF-kβ在负控制519.70(保留了巴库(SB) 158.12 arbitrary单位,积极控制702.19 (SB 189.69) arbitrary单位、团体rosmarinat酸631.19 (SB 119.21) arbitrary单位、团体telmisartan 355.68 (SB 44.71) arbitrary单位,结合rosmarinat酸和telmisartan 572.37 (SB 98.09)和p < 0.001 arbitrary单位。p ost hoc试验测试显示平均差异表达利p65 NF-k控制之间的重大积极的βtelmisartan组(p < 0.001)。然而,不得到的平均差异表达利p65 NF-kβ之间显著的积极控制与rosmarinat酸(p = 1000)和酸rosmarinat和telmisartan的结合。结。它在telmisartan群体中降低了p65 nf关键词:rosmarinat酸,p65 nf后就nephropathy是糖尿病的常见complications一号》,它的敢死队的哪一个是增加》自由激进分子穿过activation of NF-kβ和水解物二世。Rosmarinic酸有《anti-oxidant活动美国援助抗炎药,和《部分telmisartan是PPAR -γagonist,以至于《anti-fibrotic效应了。这一研究表明,在p65 nf方法。一项只有控制的研究是由一群老鼠组成的。老鼠被分配到五个组(n=3-4个小组):三个治疗小组(1组:rosmarinic acid 75毫克/kg/day;第二组:telmisartan 1mg/kg/day, group 3: rosmariniacid 75 mg/kg/day和telmisartan 1mg/kg/day),以及两个控制组。8周后,老鼠被解剖了。血液糖超过270毫克/dl证实了糖尿病患者的病情。《albuminuria是用以利沙做的测量与利p65的表达式NF-k用的βimmunofluorescence方法。Results。《利p65表达式NF-kβ在负控制集团是519小学70(158。12),19 (SD 189 702号。69)在积极控制集团,631。19《rosmarinic酸(SD 119。21)集团,355 68(小学44。71页)《telmisartan集团,37 (SD 98和572。09),《》(p <冰河世纪集团)。特设职位测试那里那个卑鄙的价值》利p65 NF-kβ表达式是significantly之间不同的《积极控制集团与telmisartan集团(p <冰河世纪)。但是,没有浓厚的意思是不同的利p65 NF-kβ表达式之间的《积极控制集团与rosmarinic酸组(p = 1000),《》之间,as well as rosmarinic酸和telmisartan集团。历史性。telmisartan的附加词可以减少p65 NF-kB亚苏的表现。在消极控制小组的同一水平上,使用糖尿病rats提供的rosmarinic acid确实让人忽略了p65 NF-kB的副作用。
{"title":"Efek Penambahan Asam Rosmarinat pada Tikus Diabetes yang Diberikan Telmisartan terhadap Penurunan Ekspresi NF-kβ Glomerulus","authors":"Mochamad Fachrureza, Nur Samsu, Achmad Rudijanto","doi":"10.7454/jpdi.v6i3.314","DOIUrl":"https://doi.org/10.7454/jpdi.v6i3.314","url":null,"abstract":"Pendahuluan. Nefropati diabetik merupakan komplikasi diabetes yang sering terjadi, salah satunya akibat peningkatan radikal bebas melalui akivasi NF-kβ serta Angiotensin II. Asam rosmarinat bermanfaat sebagai antioksidan dan antiinflamasi, sedangkan telmisartan merupakan agonis parsial PPAR-γ yang memiliki efek antifibrotik. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi efek asam rosmarinat dan telmisartan terhadap penurunan ekspresi subunit p65 NF-kB pada glomerulus tikus diabetes. Metode. Penelitian eksperimental laboratorik, post-test only controlled group menggunakan tikus Rattus norvegicus yang terbagi menjadi kelompok kontrol negatif, kontrol positif, asam rosmarinat 75 mg/kg/hari, telmisartan 1 mg/kg/hari, serta kombinasi asam rosmarinat 75 mg/kg/hari dan telmisartan 1 mg/kg/hari setiap hari yang dibedah pada minggu ke-8 setelah tikus menjadi diabetes. Gula darah lebih dari 270 mg/dL menunjukkan telah terjadi diabetes pada tikus. Pengukuran albuminuria dengan metode ELISA dan ekspresi subunit p65 NF-kβ dengan metode imunofluorosensi. Hasil . Didapatkan rerata ekspresi subunit p65 NF-kβ pada kontrol negatif 519,70 (simpang baku [SB] 158,12) arbitrary unit , kontrol positif 702,19 (SB 189,69) arbitrary unit , kelompok asam rosmarinat 631,19 (SB 119,21) arbitrary unit , kelompok telmisartan 355,68 (SB 44,71) arbitrary unit , kombinasi asam rosmarinat dan telmisartan 572,37 (SB 98,09) arbitrary unit dengan p<0,001.  Uji p ost hoc test menunjukkan perbedaan rerata ekspresi subunit p65 NF-kβ yang signifikan antara kontrol positif dengan kelompok telmisartan (p<0,001). Namun, tidak didapatkan perbedaan rerata ekspresi subunit p65 NF-kβ yang signifikan antara kontrol positif dengan asam rosmarinat (p=1,000) maupun dengan kombinasi asam rosmarinat dan telmisartan. Simpulan. Didapatkan penurunan ekspresi subunit p65 NF-kB pada kelompok telmisartan, namun penambahan asam rosmarinat pada tikus diabetes yang diberikan telmisartan tidak dapat menurunkan ekspresi subunit p65 NF-kB pada level setara dengan kontrol negatif. Kata Kunci : Asam rosmarinat, ekspresi subunit p65 NF-kB, nefropati diabetik, telmisartan The Additive Effect of Rosmarinic Acid for The Reduction of Glomerular NF-kB Expression in Diabetes Rat that was given Telmisartan Introduction. Diabetic nephropathy is one of the common complications of diabetes, which one of its causes is the increase of free radicals through the activation of NF-kβ and Angiotensin II. Rosmarinic acid has the activity as the anti-oxidant and anti-inflammatory, and the telmisartan is the partial PPAR-γ agonist that has the anti-fibrotic effect. This study aimed to identify the effect of rosmarinic acid and telmisartan in the reduction of subunit p65 NF-kB expression on the glomerular diabetes rat. Methods . An experimental study with a post-test only controlled group was conducted in a group of rats (Rattus norvegicus). Rats were randomly divided into five groups (n=3-4 per group): three treatment groups (group ","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46207921","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Penurunan Cepat Laju Filtrasi Glomerulus pada Pasien HIV/AIDS dengan Pengobatan Tenofovir Disoproksil Fumarat 影响艾滋病毒/艾滋病患者球门渗透速度迅速下降的因素,以及口服补充剂
Pub Date : 2019-10-01 DOI: 10.7454/jpdi.v6i3.334
Prima Yuriandro, Evy Yunihastuti, M. B. Marbun, Pringgodigdo Nugroho
Pendahuluan. Pengobatan dengan tenofovir pada pasien HIV/AIDS mempunyai risiko timbulnya efek samping pada ginjal berupa penurunan cepat laju filtrasi glomerulus (LFG) (> 5 ml/menit/1,72 m2) setelah pengobatan selama setahun. Besarnya angka kejadian penurunan cepat LFG dan faktor yang memengaruhinya selama ini masih kontradiktif dan belum dikaji secara lengkap. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka insiden nefrotoksiksitas terkait tenofovir dan faktor-faktor yang memengaruhinya.Metode. Penelitian dengan desain kohort retrospektif dilakukan di unit pelayanan terpadu HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta pada pasien yang memulai pengobatan tenofovir sejak Januari 2010 sampai dengan Januari 2015 dengan metode sampling konsekutif. Kriteria inklusi yaitu pasien yang berobat minimal setahun dan mempunyai LFG awal > 60 ml/menit/1,72 m2. Kriteria eksklusi subjek yaitu apabila tidak ada data LFG ulang setelah satu tahun pengobatan. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data sekunder melalui penelusuran rekam medis. Variabel-variabel yang berpotensi berhubungan dengan penurunan cepat LFG dianalisis dengan regresi logistik menggunakan program SPSS.Hasil. Sebanyak 164 subjek diikutkan dalam penelitian. Insiden penurunan cepat LFG didapatkan pada 87 subjek (53% IK 95%: 45 - 60,4%). Faktor-faktor yang berpengaruh adalah jenis kelamin laki-laki (OR 4,0 IK 95%: 1,1 - 4,8), jumlah CD4 dibawah 100 sel/mm3 (OR 3,7 IK 95%: 1,7 – 8,1), Penambahan berat badan >20 % (OR 4,0 IK 95% 1,0 – 4,8) dan nilai LFG sebelum pengobatan >90 ml/menit/1,72 m2 (OR 9,8; IK 95%: 2,3 – 42,1).Simpulan. Insiden penurunan cepat LFG setelah pemakaian tenofovir selama setahun adalah 53%. Faktor risiko yang berpengaruh adalah jenis kelamin laki-laki, jumlah CD4 kurang dari 100 sel/mm3, penambahan berat badan > 20%, dan LFG awal sebelum pengobatan > 90 ml/menit/1,72 m2.Kata Kunci: HIV/AIDS, Penurunan cepat LFG, Tenofovir Factors Affecting Rapid Decline in Glomerular Filtration Rate Occurence in HIV/AIDS Patient Treated with TenofovirIntroduction. Tenofovir treatment in HIV/AIDS patient has a possible side effect for kidney, which is rapid decline in glomerular filtration rate (GFR) (> 5 cc/min/1,72 m2) after patient undergo tenofovir treatment for one year. The incidence rate for rapid decline in GFR and factors affecting it are still contradictive and not assessed completely. To identify cumulative incidence and factors affecting tenofovir related nephrotoxicity.Methods. A retrospective cohort study was conducted in HIV/AIDS outpatient clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital. We include patients who start to take tenofovir as their medication from January 2010 until January 2015 with consecutive sampling method. Inclusion criterias are minimum one year of tenofovir treatment and baseline GFR > 60 cc/minute/1,72 m2. Subject would be excluded if there were no data for GFR evaluation after one year. Our study used secondary data, taken from patient’s medical record. Logistic regression t
首选项。替诺福韦治疗HIV/AIDS患者有对肾脏产生副作用的风险,即治疗一年后肾小球滤过率(LFG)迅速下降(>5 ml/minute/1.72 m2)。LFG快速下降的高发生率和随着时间的推移影响它的因素仍然是矛盾的,并且没有得到充分的检验。本研究旨在确定替诺福韦相关肾毒性事件的数量及其影响因素。方法在HIV感染单位RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta,采用一致的抽样方法,对2010年1月至2015年1月开始接受替诺福韦治疗的患者进行了一项回顾性队列设计研究。纳入标准为接受至少一年治疗且初始LFG>60 ml/minute/1.72 m2的患者。受试者排除标准是在治疗一年后没有重复LFG数据的情况下。这项研究是通过医疗记录获取二级数据来完成的。用SPSS软件对与LFG快速下降相关的潜在变量进行逻辑回归分析。研究中包括多达164名受试者。LFG快速下降发生在87名受试者中(53%CI 95%:45-60.4%)。受影响的因素是男性(OR 4.0 CI 95%:1.1-4.8)、CD4计数低于100个细胞/mm3(OR 3.7 CI 95%:1.7-8.1)、体重增加>20%(OR 4.0 CI95%1.0-4.8)和治疗前LFG值>90 ml/minute/1.72 m2(OR 9.8;CI 95%:2.3-42.1)。使用替诺福韦一年后的快速LFG为53%。影响的风险因素是男性,CD4计数低于100个细胞/mm3,体重增加>20%,治疗前早期LFG>90 ml/minute/1.72 m2。关键词:HIV/AIDS,快速下降的LFG,替诺福韦的因素影响替诺福韦治疗的HIV/AIDS患者肾小球滤过率快速下降。替诺福韦治疗HIV/AIDS患者可能对肾脏有副作用,即患者接受替诺福维治疗一年后肾小球滤过率(GFR)迅速下降(>5cc/min/1.72m2)。GFR快速下降的发生率和影响GFR的因素仍然存在矛盾,尚未完全评估。确定累积发病率和影响替诺福韦相关肾毒性的因素。方法。在Cipto Mangunkusumo医院的HIV/AIDS门诊进行了一项回顾性队列研究。我们包括从2010年1月至2015年1月开始以替诺福韦为药物的患者,采用连续抽样方法。纳入标准为替诺福韦治疗至少一年,基线GFR>60 cc/分钟/1.72 m2。如果一年后没有GFR评估数据,受试者将被排除在外。我们的研究使用了来自患者病历的二次数据。Logistic回归检验用于可能影响肾小球滤过率快速下降的变量。后果纳入164名受试者进行分析,我们发现87名受试人在服用替诺福韦一年后GFR快速下降的发生率(53%;95%可信区间:45-60.4%)。影响GFR快速下降的因素是男性(OR 4.0;95%CI:1.1-4.8)、CD4细胞计数低于100细胞/mm3(OR 3.7;95%CI=1.7-8.1)、体重增加>20%(OR 4.0,95%CI:1.0-4.8),Cipto Mangunkusumo医院HIV/AIDS患者服用替诺福韦一年后肾小球滤过率快速下降的发生率为53%。影响肾毒性的危险因素是男性,CD4细胞计数低于100细胞/mm3,体重增加>20%,基线GFR>90 cc/min/1.72 m2。
{"title":"Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terjadinya Penurunan Cepat Laju Filtrasi Glomerulus pada Pasien HIV/AIDS dengan Pengobatan Tenofovir Disoproksil Fumarat","authors":"Prima Yuriandro, Evy Yunihastuti, M. B. Marbun, Pringgodigdo Nugroho","doi":"10.7454/jpdi.v6i3.334","DOIUrl":"https://doi.org/10.7454/jpdi.v6i3.334","url":null,"abstract":"Pendahuluan. Pengobatan dengan tenofovir pada pasien HIV/AIDS mempunyai risiko timbulnya efek samping pada ginjal berupa penurunan cepat laju filtrasi glomerulus (LFG) (> 5 ml/menit/1,72 m2) setelah pengobatan selama setahun. Besarnya angka kejadian penurunan cepat LFG dan faktor yang memengaruhinya selama ini masih kontradiktif dan belum dikaji secara lengkap. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka insiden nefrotoksiksitas terkait tenofovir dan faktor-faktor yang memengaruhinya.Metode. Penelitian dengan desain kohort retrospektif dilakukan di unit pelayanan terpadu HIV RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta pada pasien yang memulai pengobatan tenofovir sejak Januari 2010 sampai dengan Januari 2015 dengan metode sampling konsekutif. Kriteria inklusi yaitu pasien yang berobat minimal setahun dan mempunyai LFG awal > 60 ml/menit/1,72 m2. Kriteria eksklusi subjek yaitu apabila tidak ada data LFG ulang setelah satu tahun pengobatan. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data sekunder melalui penelusuran rekam medis. Variabel-variabel yang berpotensi berhubungan dengan penurunan cepat LFG dianalisis dengan regresi logistik menggunakan program SPSS.Hasil. Sebanyak 164 subjek diikutkan dalam penelitian. Insiden penurunan cepat LFG didapatkan pada 87 subjek (53% IK 95%: 45 - 60,4%). Faktor-faktor yang berpengaruh adalah jenis kelamin laki-laki (OR 4,0 IK 95%: 1,1 - 4,8), jumlah CD4 dibawah 100 sel/mm3 (OR 3,7 IK 95%: 1,7 – 8,1), Penambahan berat badan >20 % (OR 4,0 IK 95% 1,0 – 4,8) dan nilai LFG sebelum pengobatan >90 ml/menit/1,72 m2 (OR 9,8; IK 95%: 2,3 – 42,1).Simpulan. Insiden penurunan cepat LFG setelah pemakaian tenofovir selama setahun adalah 53%. Faktor risiko yang berpengaruh adalah jenis kelamin laki-laki, jumlah CD4 kurang dari 100 sel/mm3, penambahan berat badan > 20%, dan LFG awal sebelum pengobatan > 90 ml/menit/1,72 m2.Kata Kunci: HIV/AIDS, Penurunan cepat LFG, Tenofovir Factors Affecting Rapid Decline in Glomerular Filtration Rate Occurence in HIV/AIDS Patient Treated with TenofovirIntroduction. Tenofovir treatment in HIV/AIDS patient has a possible side effect for kidney, which is rapid decline in glomerular filtration rate (GFR) (> 5 cc/min/1,72 m2) after patient undergo tenofovir treatment for one year. The incidence rate for rapid decline in GFR and factors affecting it are still contradictive and not assessed completely. To identify cumulative incidence and factors affecting tenofovir related nephrotoxicity.Methods. A retrospective cohort study was conducted in HIV/AIDS outpatient clinic in Cipto Mangunkusumo Hospital. We include patients who start to take tenofovir as their medication from January 2010 until January 2015 with consecutive sampling method. Inclusion criterias are minimum one year of tenofovir treatment and baseline GFR > 60 cc/minute/1,72 m2. Subject would be excluded if there were no data for GFR evaluation after one year. Our study used secondary data, taken from patient’s medical record. Logistic regression t","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47678049","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Profil Pasien Bile Reflux Gastritis di Rumah Sakit DR. Saiful Anwar Malang 患者简介医院反流性胃炎胆汁Saiful Anwar Poor医生
Pub Date : 2019-10-01 DOI: 10.7454/jpdi.v6i3.252
Fadhila Nurisa, Supriono Supriono
Pendahuluan. Bile reflux gastritis adalah refluks empedu ke gaster yang ditandai dengan rasa mudah kenyang, tidak nyaman di perut, mual, dan muntah. Bile reflux gastritis umumnya terjadi setelah pembedahan, termasuk gastrektomi parsial, vogotomi trunkus, piloroplasti, kolesistektomi, atau sfingteroplasti. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran endoskopi pasien dengan bile reflux gastritis serta lokasi abnormalitas yang ditemukan pada hasil endoskopi pasien di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Metode. Data penelitian diambil dari rekam medis pasien endoskopi di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang dari tanggal 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2016 yang memenuhi kriteria inklusi bile reflux gastritis. Lokasi kelainan dibedakan dekat dan jauh dari pilorus. Lokasi yang dekat dengan pilorus adalah antrum, pilorus, duodenum, dan distal duodenum. Lokasi yang jauh dari pilorus adalah esofagus, esofagogastric-junction, fundus, corpus, dan angulus. Hasil. Dari 3.491 pasien yang dilakukan endoskopi di RSSA selama 5 tahun, didapatkan 1.949 pasien gastritis (55,83%). Dari 1.949 orang pasien gastritis, didapatkan total 120 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dengan data lengkap yang terdiri dari 62 laki-laki (51,67%) dan 58 perempuan (48,33%). Hiperemia terbanyak didapatkan di antrum (96), erosi terbanyak di antrum (43), edema terbanyak di pilorus (18), dan ulkus terbanyak di antrum (14). Persentase hiperemia, erosi, dan edema didapatkan jauh dari pilorus sebanding dengan yang dekat dengan pilorus. Akan tetapi, untuk ulkus lebih banyak didapatkan berada dekat dengan pilorus (75,68%). Simpulan. Hiperemia, erosi, dan ulkus terbanyak di daerah antum, sedangkan edema terbanyak di daerah pilorus. Hiperemia, erosi, dan edema terdapat di semua bagian, sedangkan ulkus lebih banyak pada lokasi di dekat pilorus. Kata Kunci: Bile reflux gastritis, Gaster, Ulkus Bile Reflux Gastritis Patient Profile in DR. Saiful Anwar Malang Hospital Introduction. Bile reflux gastritis is bile reflux to gaster with fullness sensation, uncomfort, nausea, and vomiting. Bile reflux gastritis usually happens after surgery, as partial gastrectomy, truncal vagotomy, pyloroplasty, cholecystectomy, or sphinchteroplasty. This study aimed to determine the description of endoscopic of patients with bile reflux gastritis and the location of abnormalities found in endoscopy patient at Saiful Anwar Hospital Malang. Methods. Data were taken from the medical record of endoscopy patient in Saiful Anwar Hospital Malang from 2012 January the 1st until 2016 December the 31st that fulfill bile reflux gastritis inclusion criteria. Abnormality location divided near and far from pyloric. The location that near from pyloric is antrum, pyloric, duodenum, and distal duodenum. The location that far from pyloric is esophagus, esophagogastric-junction, fundus, corpus, and angulus. Results. Among 3,491 endoscopic patients, there were 1,949 gastritis patients (55,83%). A total of 1,949
首选项。当胃炎反流是对胃炎的强烈反流时,其特征是味道容易、胃不舒服、恶心和呕吐。如果手术后出现一般性胃炎反流,包括部分胃切除术、耳鼻喉切除术、毛状突起成形术、胆甾醇切除术或括约肌成形术。本研究的目的是观察胆汁反流性胃炎患者的内镜检查以及Poor Saiful Anwar医院(RSSA)患者内镜检查中发现的异常。方法研究数据来自Poor Saiful Anwar医院2012年1月1日至2016年12月31日期间符合胆汁反流性胃炎等标准的内镜患者的医疗记录。混乱地点位于离柱子远近的地方。靠近柱子的位置是国歌、柱子、十二指肠和十二指肠远端。远离支柱的位置是食道、食管胃交界处、眼底、体部和角部。后果在3491例RSSA内窥镜检查5年的患者中,1949例患者患有胃炎(55.83%)。在1949名胃炎患者中,共有120名受试者符合纳入标准,完整的数据包括62名男性(51.67%)和58名女性(48.33%)。最高的充血发生在炭疽中(96),最高的侵蚀发生在炭疽(43),最高水肿发生在柱子中(18),最高溃疡发生在炭疽上(14)。充血、侵蚀和水肿的百分比是在远离柱子的地方获得的,而不是在靠近柱子的地方。然而,对于溃疡,发现更多的溃疡靠近支柱(75.68%)。辛普兰。充血、糜烂和溃疡在国歌区最高,而水肿在长毛区最高。充血、糜烂和水肿随处可见,而溃疡在支柱附近更为明显。关键词:胆汁反流性胃炎,胃炎,Ulkus胆汁反流型胃炎患者简介。Saiful Anwar Malang医院简介。胆汁反流性胃炎是指胆汁反流至胃部,伴有饱胀感、不适、恶心和呕吐。胆汁反流性胃炎通常发生在手术后,如部分胃切除术、迷走神经干切断术、幽门成形术、胆囊切除术或鞘氨醇成形术。本研究旨在确定胆汁反流性胃炎患者的内镜描述以及在Saiful Anwar医院Malang的内镜患者中发现的异常位置。方法。数据取自Saiful Anwar医院Malang 2012年1月1日至2016年12月31日的内窥镜检查患者的病历,符合胆汁反流性胃炎纳入标准。异常位置分为幽门附近和幽门远端。离幽门较近的位置是胃窦、幽门、十二指肠和十二指肠远端。离幽门较远的部位是食道、食管胃交界处、胃底、胃体和胃窦。后果3491例内镜患者中,胃炎患者1949例(55.83%)。共有1949例胃炎患者,124例符合胆汁反流性胃炎标准。四项排除标准(数据不完整),120名胆汁反流性胃炎患者,62名男性(51.67%)和58名女性(48.33%)。充血主要发生在胃窦(96),侵蚀主要发生在胃窦(43),水肿主要发生在幽门(18),溃疡主要发生在窦(14)。幽门远端和幽门附近呈现充血、糜烂和水肿。幽门附近溃疡较多(75,68%)。结论。充血、糜烂和溃疡多见于蚂蚁,水肿多见于幽门。充血、糜烂和水肿在所有部位蔓延。幽门附近发现更多溃疡。
{"title":"Profil Pasien Bile Reflux Gastritis di Rumah Sakit DR. Saiful Anwar Malang","authors":"Fadhila Nurisa, Supriono Supriono","doi":"10.7454/jpdi.v6i3.252","DOIUrl":"https://doi.org/10.7454/jpdi.v6i3.252","url":null,"abstract":"Pendahuluan. Bile reflux gastritis adalah refluks empedu ke gaster yang ditandai dengan rasa mudah kenyang, tidak nyaman di perut, mual, dan muntah. Bile reflux gastritis umumnya terjadi setelah pembedahan, termasuk gastrektomi parsial, vogotomi trunkus, piloroplasti, kolesistektomi, atau sfingteroplasti. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran endoskopi pasien dengan bile reflux gastritis serta lokasi abnormalitas yang ditemukan pada hasil endoskopi pasien di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang. Metode. Data penelitian diambil dari rekam medis pasien endoskopi di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang dari tanggal 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2016 yang memenuhi kriteria inklusi bile reflux gastritis. Lokasi kelainan dibedakan dekat dan jauh dari pilorus. Lokasi yang dekat dengan pilorus adalah antrum, pilorus, duodenum, dan distal duodenum. Lokasi yang jauh dari pilorus adalah esofagus, esofagogastric-junction, fundus, corpus, dan angulus. Hasil. Dari 3.491 pasien yang dilakukan endoskopi di RSSA selama 5 tahun, didapatkan 1.949 pasien gastritis (55,83%). Dari 1.949 orang pasien gastritis, didapatkan total 120 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dengan data lengkap yang terdiri dari 62 laki-laki (51,67%) dan 58 perempuan (48,33%). Hiperemia terbanyak didapatkan di antrum (96), erosi terbanyak di antrum (43), edema terbanyak di pilorus (18), dan ulkus terbanyak di antrum (14). Persentase hiperemia, erosi, dan edema didapatkan jauh dari pilorus sebanding dengan yang dekat dengan pilorus. Akan tetapi, untuk ulkus lebih banyak didapatkan berada dekat dengan pilorus (75,68%). Simpulan. Hiperemia, erosi, dan ulkus terbanyak di daerah antum, sedangkan edema terbanyak di daerah pilorus. Hiperemia, erosi, dan edema terdapat di semua bagian, sedangkan ulkus lebih banyak pada lokasi di dekat pilorus. Kata Kunci: Bile reflux gastritis, Gaster, Ulkus Bile Reflux Gastritis Patient Profile in DR. Saiful Anwar Malang Hospital Introduction. Bile reflux gastritis is bile reflux to gaster with fullness sensation, uncomfort, nausea, and vomiting. Bile reflux gastritis usually happens after surgery, as partial gastrectomy, truncal vagotomy, pyloroplasty, cholecystectomy, or sphinchteroplasty. This study aimed to determine the description of endoscopic of patients with bile reflux gastritis and the location of abnormalities found in endoscopy patient at Saiful Anwar Hospital Malang. Methods. Data were taken from the medical record of endoscopy patient in Saiful Anwar Hospital Malang from 2012 January the 1st until 2016 December the 31st that fulfill bile reflux gastritis inclusion criteria. Abnormality location divided near and far from pyloric. The location that near from pyloric is antrum, pyloric, duodenum, and distal duodenum. The location that far from pyloric is esophagus, esophagogastric-junction, fundus, corpus, and angulus. Results. Among 3,491 endoscopic patients, there were 1,949 gastritis patients (55,83%). A total of 1,949","PeriodicalId":32700,"journal":{"name":"Jurnal Penyakit Dalam Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46268004","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1