Tari merawai merupakan tarian yang hampir punah milik Orang Laut yang ada di Pulau Lipan, Desa Penuba, Kecamatan Selayar, Kabupaten Lingga. Tarian ini seakan hilang di Pulau Lipan dan baru kembali ditampilkan tahun 2018 lalu. Fokus tulisan ini dua hal, yakni perkembangan tari merawai di Pulau Lipan, Lingga dan faktor-faktor yang menyebabkan tari merawai terancam punah. Penelitian ini adalah penelitian sejarah. Teknik pengumpulan data adalah studi pustaka, observasi dan wawancara. Temuan tulisan ini menunjukkan tarian merawai berasal dari Pulau Lipan dan tidak ditemukan di daerah lainnya di Kabupaten Lingga. Pada periode tahun 1950-an sampai periode tahun 1990-an, tari merawai sering ditampilkan Orang Laut dalam acara keramaian. Setelah era reformasi, tari merawai makin jarang ditampilkan Orang Laut. Dalam perkembangannya, tari merawai ditampilkan sanggar-sanggar seni yang ada di Kabupaten Lingga dalam event kesenian, tetapi personilnya bukan Orang Laut. Tari merawai yang ditampikan juga sudah tari kreasi. Sejumlah pelaku tari merawai di Pulau Lipan masih ada namun pewarisan tari merawai juga tidak berjalan. Generasi muda Orang Laut lebih tertarik dengan kesenian modern.
{"title":"PERKEMBANGAN TARI MERAWAI DI PULAU LIPAN KABUPATEN LINGGA","authors":"Dedi Arman","doi":"10.36424/jpsb.v6i1.163","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v6i1.163","url":null,"abstract":"Tari merawai merupakan tarian yang hampir punah milik Orang Laut yang ada di Pulau Lipan, Desa Penuba, Kecamatan Selayar, Kabupaten Lingga. Tarian ini seakan hilang di Pulau Lipan dan baru kembali ditampilkan tahun 2018 lalu. Fokus tulisan ini dua hal, yakni perkembangan tari merawai di Pulau Lipan, Lingga dan faktor-faktor yang menyebabkan tari merawai terancam punah. Penelitian ini adalah penelitian sejarah. Teknik pengumpulan data adalah studi pustaka, observasi dan wawancara. Temuan tulisan ini menunjukkan tarian merawai berasal dari Pulau Lipan dan tidak ditemukan di daerah lainnya di Kabupaten Lingga. Pada periode tahun 1950-an sampai periode tahun 1990-an, tari merawai sering ditampilkan Orang Laut dalam acara keramaian. Setelah era reformasi, tari merawai makin jarang ditampilkan Orang Laut. Dalam perkembangannya, tari merawai ditampilkan sanggar-sanggar seni yang ada di Kabupaten Lingga dalam event kesenian, tetapi personilnya bukan Orang Laut. Tari merawai yang ditampikan juga sudah tari kreasi. Sejumlah pelaku tari merawai di Pulau Lipan masih ada namun pewarisan tari merawai juga tidak berjalan. Generasi muda Orang Laut lebih tertarik dengan kesenian modern.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74835522","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perguruan Thawalib Padang Panjang has contributed greatly to the nation. The history of its establishment cannot be separated from Surau Jembatan Besi. To uncover this problem the authors conducted research under the title " Perguruan Thawalib Padang Panjang in the Perspective of Educational History 1912-1926". This research aims at revealing the history of Perguruan Thawalib Padang Panjang, and its work in education. it is qualitative research through library studies. After conducting research, it was revealed that Surau Jembatan Besi, is used to implement the traditional education system, turned into Thawalib Padang Panjang, It implements a modern education system. The modernization of education is motivated by the demands of the people who need a noble, intelligent, critical, skilled generation. The renewal efforts carried out is to encourage the students with critical thinking, independent in opinion and skilled the organization, implementing classical system education, establishing teacher handbooks, and developing curriculum. The main figure in the modernization of education in Thawalib Padang Panjang is Sheikh Abdul Karim Amrullah, a charismatic cleric who has been in touch with modernization movements in the Middle East.
{"title":"PERGURUAN THAWALIB PADANG PANJANG IN THE PERSPECTIVE OF EDUCATIONAL HISTORY 1912 - 1926","authors":"Harmonedi Harmonedi","doi":"10.36424/jpsb.v6i1.154","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v6i1.154","url":null,"abstract":"Perguruan Thawalib Padang Panjang has contributed greatly to the nation. The history of its establishment cannot be separated from Surau Jembatan Besi. To uncover this problem the authors conducted research under the title \" Perguruan Thawalib Padang Panjang in the Perspective of Educational History 1912-1926\". This research aims at revealing the history of Perguruan Thawalib Padang Panjang, and its work in education. it is qualitative research through library studies. After conducting research, it was revealed that Surau Jembatan Besi, is used to implement the traditional education system, turned into Thawalib Padang Panjang, It implements a modern education system. The modernization of education is motivated by the demands of the people who need a noble, intelligent, critical, skilled generation. The renewal efforts carried out is to encourage the students with critical thinking, independent in opinion and skilled the organization, implementing classical system education, establishing teacher handbooks, and developing curriculum. The main figure in the modernization of education in Thawalib Padang Panjang is Sheikh Abdul Karim Amrullah, a charismatic cleric who has been in touch with modernization movements in the Middle East.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"60 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90704473","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu manuskrip yang banyak menjadi pusat perhatian para peneliti/pengkaji adalah surat kerajaan/kesultanan, selain karena surat merupakan manuskrip terawal yang dihasilkan oleh masyarakat masa lalu juga dikarenakan surat memiliki struktur tetentu dalam penulisannya. Banyak peneliti/pengkaji yang pernah menjadikan surat sebagai objek penelitian/pengkjiannya seperti halnya Gallop membahas tentang struktur surat menyurat di dunia Melayu mulai dari reka bentuk dan hiasan sampai dengan adat penggiring surat. Oleh karena itu, penulis tertarik dengan hal ini untuk melihat tradisi yang diterapkan oleh pihak Kesultanan Indrapura dalam surat menyurat khususnya dalam mengirim surat ke para depati di Kerinci. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bertujuan untuk mengumpulkan data, menganalisis data dan perumusan. Sedangkan untuk memahami isi naskah surat, pemaknaan terhadap teks dan konten naskah menggunakan pendekatan filologi dan kodikologi. Dari naskah surat keterangan Marah Muhammad Baki gelar Tunku Sultan Firmansyah kepada Kyai Depati Empat Pemangku Lima Nan Selapan Helai Kain di dalam Alam Kerinci pada tanggal 29 Mei 1888 M, dapat diketahui tradisi surat menyurat baik struktur surat maupun adat laluan dari surat tersebut. Hal yang menarik dari tradisi tersebut adalah waktu rentang waktu pembacaan surat dari waktu surat tersebut sampai sangat lama sekali hingga sekitar tiga hari tiga malam, karena harus mengumpulkan seluruh depati di Alam Kerinci yang sesuai dengan adat purbakala.
{"title":"TRADISI SURAT MENYURAT SULTAN INDRAPURA DENGAN DEPATI KERINCI","authors":"D. Ze","doi":"10.36424/jpsb.v6i1.158","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v6i1.158","url":null,"abstract":"Salah satu manuskrip yang banyak menjadi pusat perhatian para peneliti/pengkaji adalah surat kerajaan/kesultanan, selain karena surat merupakan manuskrip terawal yang dihasilkan oleh masyarakat masa lalu juga dikarenakan surat memiliki struktur tetentu dalam penulisannya. Banyak peneliti/pengkaji yang pernah menjadikan surat sebagai objek penelitian/pengkjiannya seperti halnya Gallop membahas tentang struktur surat menyurat di dunia Melayu mulai dari reka bentuk dan hiasan sampai dengan adat penggiring surat. Oleh karena itu, penulis tertarik dengan hal ini untuk melihat tradisi yang diterapkan oleh pihak Kesultanan Indrapura dalam surat menyurat khususnya dalam mengirim surat ke para depati di Kerinci. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bertujuan untuk mengumpulkan data, menganalisis data dan perumusan. Sedangkan untuk memahami isi naskah surat, pemaknaan terhadap teks dan konten naskah menggunakan pendekatan filologi dan kodikologi. Dari naskah surat keterangan Marah Muhammad Baki gelar Tunku Sultan Firmansyah kepada Kyai Depati Empat Pemangku Lima Nan Selapan Helai Kain di dalam Alam Kerinci pada tanggal 29 Mei 1888 M, dapat diketahui tradisi surat menyurat baik struktur surat maupun adat laluan dari surat tersebut. Hal yang menarik dari tradisi tersebut adalah waktu rentang waktu pembacaan surat dari waktu surat tersebut sampai sangat lama sekali hingga sekitar tiga hari tiga malam, karena harus mengumpulkan seluruh depati di Alam Kerinci yang sesuai dengan adat purbakala. ","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"62 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84995536","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kajian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan tentang kearifan lokal pembuatan kapal bagan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia 1980-2017. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap: heuristik, kritik, sintesis dan penyajian hasil dalam bentuk tulisan. Hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia berkerja sebagai nelayan dan pembuat kapal bagan. Tradisi pembuatan kapal bagan masih bertahan di tengah-tengah gencarnya gelombang arus promosi pariwisata di kawasan Sungai Nyalo dan sekitarnya. Tradisi membuat kapal bagan masih diwarisi dari generasi ke generasi. Walaupun kemampuan membuat kapal bagan yang dimiliki para tukang tidak diperoleh melalui pendidikan formal, namun hasil buatan tukang Sungai Nyalo Mudiak Aia sudah memenuhi syarat pokok dalam pembuatan kapal bagan seperti keapungan, kekuatan, dan stabilitas. Ada unsur kearifan lokal dalam mengkonstruksi bodi kapal, contohnya bodi kapal dibuat sedikit lebih lebar kebelakang atau lancip ke depan agar kapal tersebut kuat dan lebih tahan ombak. Kearifan lokal yang diajarkan tukang pada generasi muda bukan hanya tentang teknik membuat bodi kapal yang bagus, akan tetapi juga bagaimana cara memilih dan memperlakukan kayu dengan baik, mengerjakannya, hingga meluncurkan kapal ke laut.
{"title":"KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBUATAN KAPAL BAGAN DI NAGARI SUNGAI NYALO MUDIAK AIA KABUPATEN PESISIR SELATAN 1980-2017","authors":"Ajisman Ajisman","doi":"10.36424/jpsb.v6i1.150","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v6i1.150","url":null,"abstract":"Kajian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan tentang kearifan lokal pembuatan kapal bagan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia 1980-2017. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap: heuristik, kritik, sintesis dan penyajian hasil dalam bentuk tulisan. Hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia berkerja sebagai nelayan dan pembuat kapal bagan. Tradisi pembuatan kapal bagan masih bertahan di tengah-tengah gencarnya gelombang arus promosi pariwisata di kawasan Sungai Nyalo dan sekitarnya. Tradisi membuat kapal bagan masih diwarisi dari generasi ke generasi. Walaupun kemampuan membuat kapal bagan yang dimiliki para tukang tidak diperoleh melalui pendidikan formal, namun hasil buatan tukang Sungai Nyalo Mudiak Aia sudah memenuhi syarat pokok dalam pembuatan kapal bagan seperti keapungan, kekuatan, dan stabilitas. Ada unsur kearifan lokal dalam mengkonstruksi bodi kapal, contohnya bodi kapal dibuat sedikit lebih lebar kebelakang atau lancip ke depan agar kapal tersebut kuat dan lebih tahan ombak. Kearifan lokal yang diajarkan tukang pada generasi muda bukan hanya tentang teknik membuat bodi kapal yang bagus, akan tetapi juga bagaimana cara memilih dan memperlakukan kayu dengan baik, mengerjakannya, hingga meluncurkan kapal ke laut.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"70 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80857714","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengetahuan orang Bajo tentang pamali di bidang ekologi laut, dan bentuk pergeseran pengetahuan masyarakat Bajo di bidang ekologi kelautan. Teori yang digunakan untuk membaca data mengacu pada Geertz, C, (1973) yang berpikir tentang sudut pandang asli. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan orang Bajo tentang pamali di bidang ekologi kelautan di wilayah Tiworo, ada 21 jenis pamali yang menjadi pandangan masyarakat Bajo dalam berinteraksi dengan lingkungan laut. Sementara bentuk pergeseran pengetahuan orang Bajo tentang pamali disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor agama, faktor struktur dan agen, faktor diskriminasi orang-orang seperti, kebijakan pemerintah.Kata kunci: Pengetahuan Pamali, orang Bajo, ekologi kelautan
{"title":"PENGETAHUAN ORANG BAJO TENTANG PAMALI DALAM BIDANG EKOLOGI LAUT DI WILAYAH TIWORO","authors":"Taufiq Said, La Niampe, W. Sifatu","doi":"10.33772/jpeb.v5i1.9094","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/jpeb.v5i1.9094","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengetahuan orang Bajo tentang pamali di bidang ekologi laut, dan bentuk pergeseran pengetahuan masyarakat Bajo di bidang ekologi kelautan. Teori yang digunakan untuk membaca data mengacu pada Geertz, C, (1973) yang berpikir tentang sudut pandang asli. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan orang Bajo tentang pamali di bidang ekologi kelautan di wilayah Tiworo, ada 21 jenis pamali yang menjadi pandangan masyarakat Bajo dalam berinteraksi dengan lingkungan laut. Sementara bentuk pergeseran pengetahuan orang Bajo tentang pamali disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor agama, faktor struktur dan agen, faktor diskriminasi orang-orang seperti, kebijakan pemerintah.Kata kunci: Pengetahuan Pamali, orang Bajo, ekologi kelautan","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"59 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84329652","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mendeskripsikan prosesi pelaksanaan ritual kadiano ghuse pada etnik Muna di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna; dan (2) untuk menganalisis makna simbolik yang terkandung dalam ritual kadiano ghuse pada masyarakat etnik Muna di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. Teori yang digunakan sebagai alat analisis dan dasar pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik dan teori semiotika. Teknik pengumpulan data digunakan dengan cara: (1) observasi; (2) wawancara mendalam; dan (3) studi dokumen. Teknik analisis data dilakukan dengan cara: (1) penyusunan data; (2) sajian data; (3) penafsiran data; dan (4) penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa: (1) Prosesi pelaksanaan ritual kadiano ghuse memiliki beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu (a) pemanggilan pawang hujan; (b) menyiapkan bahan pelaksanaan ritual kadiano ghuse; (c) pawang hujan melaksanakan ritual kadiano ghuse. (2) Bahan-bahan yang digunakan dalam ritual kadiano ghuse selalu memunculkan penggunaan simbol-simbol yang sangat sarat dengan makna tertentu, di antaranya (a) Tabhako (Rokok) dan Bhakeno Saha (Buah Cabe) memiliki makna untuk mengarahkan hujan ke tempat lain dan menjadikan hujan menghindar dari tempat hajatan masyarakat; (2) Paesa (Cermin), Ghohia (Garam) dan Winto Kontu ( Batu Asa) memiliki makna untuk menyinari langit agar cerah dan tidak turun hujan, dan sebagai media perantara doa air hujan tidak meluap di tempat hajatan masyarakat; dan (3) Roono Kalei (Daun Pisang) dan Kalumembe (Tumbuhan yang dijadikan Sapu Tradisional) memiliki makna untuk mengeringkan awan di langit dan untuk menyapu bersih awan yang ada di langit. Kata kunci: Kadiano ghuse, prosesi, makna simbolik, etnik Muna
{"title":"RITUAL KADIANO GHUSE PADA MASYARAKAT ETNIK MUNA DI KECAMATAN NAPABALANO KABUPATEN MUNA","authors":"Sunartin Sunartin, La Niampe, La Ode Ali Basri","doi":"10.33772/jpeb.v5i1.9098","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/jpeb.v5i1.9098","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mendeskripsikan prosesi pelaksanaan ritual kadiano ghuse pada etnik Muna di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna; dan (2) untuk menganalisis makna simbolik yang terkandung dalam ritual kadiano ghuse pada masyarakat etnik Muna di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. Teori yang digunakan sebagai alat analisis dan dasar pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah teori interaksi simbolik dan teori semiotika. Teknik pengumpulan data digunakan dengan cara: (1) observasi; (2) wawancara mendalam; dan (3) studi dokumen. Teknik analisis data dilakukan dengan cara: (1) penyusunan data; (2) sajian data; (3) penafsiran data; dan (4) penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa: (1) Prosesi pelaksanaan ritual kadiano ghuse memiliki beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu (a) pemanggilan pawang hujan; (b) menyiapkan bahan pelaksanaan ritual kadiano ghuse; (c) pawang hujan melaksanakan ritual kadiano ghuse. (2) Bahan-bahan yang digunakan dalam ritual kadiano ghuse selalu memunculkan penggunaan simbol-simbol yang sangat sarat dengan makna tertentu, di antaranya (a) Tabhako (Rokok) dan Bhakeno Saha (Buah Cabe) memiliki makna untuk mengarahkan hujan ke tempat lain dan menjadikan hujan menghindar dari tempat hajatan masyarakat; (2) Paesa (Cermin), Ghohia (Garam) dan Winto Kontu ( Batu Asa) memiliki makna untuk menyinari langit agar cerah dan tidak turun hujan, dan sebagai media perantara doa air hujan tidak meluap di tempat hajatan masyarakat; dan (3) Roono Kalei (Daun Pisang) dan Kalumembe (Tumbuhan yang dijadikan Sapu Tradisional) memiliki makna untuk mengeringkan awan di langit dan untuk menyapu bersih awan yang ada di langit. Kata kunci: Kadiano ghuse, prosesi, makna simbolik, etnik Muna","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75044100","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This PenelitianResearch inidimaksudkanintens to untuktomengidentifikasiidentify the unsur-unsurthe sejarahhistorical danand kebudayaancultural elements dalamin the tekstext of Hikayat Negeri Buton (Country HikayatSaga of NegeriButon,mengkajiButon), reviewing the perkembangansejarahhistorical danand kebudayaancultural development dalamin the tekstext Hikayat Negeri Buton as well as describing the Hikayatdanasasjugadescribingthemaknayangterkandungmeaning contained dalamin it, teksiniitberdasarkanbased on analisisanalysis semiotikRoland Barthes.Roland Barthes's semiotics, also become the concern of the research. The JenisThe penelitianresearchis classified iniwatergolongas penelitiankepustakaanliterature research denganwith the menggunakanuse of pendekatankualitatif.qualitative approach.HasilResults darifrom penelitianresearch inithis indicate thatadalah: 1)terdapatindicate: 1) there are empatfourteen belasunsurelements of sejarahyangadahistory dalamin tekstext of Hikayat Negeri HikayatHikayart ButonButon, in which one of these historical elements presents the salahadalahpreseasalorigin of usulpofSipajongan,kemudianSipajongan, as well as terdapatpuladelapan seven unsurfound as cultural elements, which one of them also presents people’s believe to the kepercayaanahliexpert of nuzum, 2)perkembangannuzum, 2) sejarahhistorical danand perkembangankebudayaancultural development terdapatpuladalamare also attached inside the tekstext of Hikayat Negeri HikayaButon, yangmanaButon, in which sejarahnyaits history development berawalstarted darifrom the first ditemukannyafound of Negeriof ButonButon olehby SipajonganSipajongan danand followed by its culture development started perkembanganfollowekebudayaanyaby its adalahawalearly once mulaonceSipajonganSipajongan meninggalkanTanahMelayuleaving Melayu (the Malay Land) as guided in karenaasmendapatkanpetunjukguimimpinya,maksudnyahis dream, meaning by this dream, over past people masihstill begituso percayabelieved denganwith the tafsiraninterpretation ofmimpinya, 3)suntingan dreams, 3) edited tekstext in Hikayat Negeri HikayatHikayaButonyangdianalisisButon analyzed menggunakanusing semiotikRoland Barthes,terdapatlimakodeRoland Barthes's semiotic, found that there are five codes diantaranyaamong them are kodearehermeneutikhermeneutic such as adalah“buluh/bambu” yangbermaknassuch "reed/bamboo" meaning big keluargafamilybesar.. KodeCode of ProairetikProaireticadalahis aaib“perselingkuhan” yangmenyebabkandisgrace "infidelity" that causes WaWa KaakaaKaakaa meninggalkanleave SibataraSibatara danand anaknyahis child Bulawambona.Bulawambona. KodeCode of KulturalCulture such asdisuch adalah“pelamaran”sebagai "engagement" is described as prosesprocess sebelumbefore melakukanpernikahan.marriage. KodeCode semantiksemantics di"great personbesar-besarnya” yangbermakna" is described as orangyangmemilikipeople having high jabatanposition tinggiatauor pejabatofficials in the empirekerajaan.empire. KodeCode simboliksymbolic such as
{"title":"Historical and Cultural Elements of Buton in the Textof Hikayat Negeri Buton","authors":"Hasdairta Laniampe, La Niampe, L. Sahidin","doi":"10.33772/jpeb.v5i1.9088","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/jpeb.v5i1.9088","url":null,"abstract":"This PenelitianResearch inidimaksudkanintens to untuktomengidentifikasiidentify the unsur-unsurthe sejarahhistorical danand kebudayaancultural elements dalamin the tekstext of Hikayat Negeri Buton (Country HikayatSaga of NegeriButon,mengkajiButon), reviewing the perkembangansejarahhistorical danand kebudayaancultural development dalamin the tekstext Hikayat Negeri Buton as well as describing the Hikayatdanasasjugadescribingthemaknayangterkandungmeaning contained dalamin it, teksiniitberdasarkanbased on analisisanalysis semiotikRoland Barthes.Roland Barthes's semiotics, also become the concern of the research. The JenisThe penelitianresearchis classified iniwatergolongas penelitiankepustakaanliterature research denganwith the menggunakanuse of pendekatankualitatif.qualitative approach.HasilResults darifrom penelitianresearch inithis indicate thatadalah: 1)terdapatindicate: 1) there are empatfourteen belasunsurelements of sejarahyangadahistory dalamin tekstext of Hikayat Negeri HikayatHikayart ButonButon, in which one of these historical elements presents the salahadalahpreseasalorigin of usulpofSipajongan,kemudianSipajongan, as well as terdapatpuladelapan seven unsurfound as cultural elements, which one of them also presents people’s believe to the kepercayaanahliexpert of nuzum, 2)perkembangannuzum, 2) sejarahhistorical danand perkembangankebudayaancultural development terdapatpuladalamare also attached inside the tekstext of Hikayat Negeri HikayaButon, yangmanaButon, in which sejarahnyaits history development berawalstarted darifrom the first ditemukannyafound of Negeriof ButonButon olehby SipajonganSipajongan danand followed by its culture development started perkembanganfollowekebudayaanyaby its adalahawalearly once mulaonceSipajonganSipajongan meninggalkanTanahMelayuleaving Melayu (the Malay Land) as guided in karenaasmendapatkanpetunjukguimimpinya,maksudnyahis dream, meaning by this dream, over past people masihstill begituso percayabelieved denganwith the tafsiraninterpretation ofmimpinya, 3)suntingan dreams, 3) edited tekstext in Hikayat Negeri HikayatHikayaButonyangdianalisisButon analyzed menggunakanusing semiotikRoland Barthes,terdapatlimakodeRoland Barthes's semiotic, found that there are five codes diantaranyaamong them are kodearehermeneutikhermeneutic such as adalah“buluh/bambu” yangbermaknassuch \"reed/bamboo\" meaning big keluargafamilybesar.. KodeCode of ProairetikProaireticadalahis aaib“perselingkuhan” yangmenyebabkandisgrace \"infidelity\" that causes WaWa KaakaaKaakaa meninggalkanleave SibataraSibatara danand anaknyahis child Bulawambona.Bulawambona. KodeCode of KulturalCulture such asdisuch adalah“pelamaran”sebagai \"engagement\" is described as prosesprocess sebelumbefore melakukanpernikahan.marriage. KodeCode semantiksemantics di\"great personbesar-besarnya” yangbermakna\" is described as orangyangmemilikipeople having high jabatanposition tinggiatauor pejabatofficials in the empirekerajaan.empire. KodeCode simboliksymbolic such as","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"51 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79301831","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan strategi promosi Mai Te Wuna sebagai daya tarik wisatawan di Kabupaten Muna. Teori yang digunakan untuk membaca data adalah pemikiran Stephen K. Sanderson (2003) tentang infrastruktur material. Metode yang digunakan, yaitu metode etnografi Sanderson, dimana data diperoleh melalui observasi dan wawancara, serta melakukan pengamatan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan promosi wisata, dan selanjutnnya semua objek penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengenai promosi wisata Mai Te Wuna sebagai daya tarik wisatawan di Kabupaten Muna masih fokus pada pembenahan sarana dan prasarana seperti jalan, air bersih, dan penataan lokasi objek wisata. Adapun, untuk menarik simpati para wisatawan dibuatkan promosi wisata melalui TV, radio, website dan media sosial lainnya dan untuk menopang segala pengembangan pembangunan infrastruktur menuju objek wisata yang ada di Kabupaten Muna masih menyesuaikan dengan kebutuhan anggaran daerah yang tersedia. Pembangunan sektor pariwisata yang berkelanjutan akan menyandingkan ekologi masyarakat setempat demi menjaga kultur dan budaya tradisionalnya. Hal ini menjadi sangat penting bagi masyarakat Muna untuk meminimalisir jiwa dan mental masyarakat Muna yang belum sepenuhnya siap menerima kebudayaan asing yang datang secara tiba-tiba. Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya, adat dan istiadatnya yang ada akan menjadi benteng pertahanan dari masuknya budaya-budaya luar.Kata Kunci: Promosi Wisata, Mai Te Wuna, Wisatawan, Kabupaten Muna
这项研究的目的是分析和描述麦特乌纳地区的推广战略,使其具有吸引力。用来阅读数据的理论是Stephen K Sanderson(2003)关于材料基础设施的想法。桑德森的人种志方法,通过观察和采访获得数据,并对与旅游推广有关的事物进行观察,随后所有研究对象都进行了描述性质的分析。穆纳区对迈特乌纳旅游促进和吸引游客的研究得出的结论仍然集中在建设道路、清洁水和景点位置等基础设施。此外,为了吸引游客的同情,他们还通过电视、广播、网站和其他社交媒体创建了旅游推广,为现有的旅游项目提供基础设施建设,以满足市政预算的可用需求。可持续旅游部门的发展将把当地社区的生态与保持传统文化和文化息息相关。这对穆纳社区来说变得非常重要,使那些对突然到来的外国文化完全没有准备的穆纳社区的灵魂和精神处于不利地位。通过保持其文化、文化和习俗的价值,将成为外来文化涌入的堡垒。关键词:旅游推广、麦特温那、游客、穆纳区
{"title":"STRATEGI PROMOSI WISATA MAI TE WUNA SEBAGAI DAYA TARIK WISATAWAN DI KABUPATEN MUNA","authors":"Zulzaman Zulzaman, Bahtiar Bahtiar, Akhmad Marhadi","doi":"10.33772/jpeb.v5i1.9095","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/jpeb.v5i1.9095","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan strategi promosi Mai Te Wuna sebagai daya tarik wisatawan di Kabupaten Muna. Teori yang digunakan untuk membaca data adalah pemikiran Stephen K. Sanderson (2003) tentang infrastruktur material. Metode yang digunakan, yaitu metode etnografi Sanderson, dimana data diperoleh melalui observasi dan wawancara, serta melakukan pengamatan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan promosi wisata, dan selanjutnnya semua objek penelitian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengenai promosi wisata Mai Te Wuna sebagai daya tarik wisatawan di Kabupaten Muna masih fokus pada pembenahan sarana dan prasarana seperti jalan, air bersih, dan penataan lokasi objek wisata. Adapun, untuk menarik simpati para wisatawan dibuatkan promosi wisata melalui TV, radio, website dan media sosial lainnya dan untuk menopang segala pengembangan pembangunan infrastruktur menuju objek wisata yang ada di Kabupaten Muna masih menyesuaikan dengan kebutuhan anggaran daerah yang tersedia. Pembangunan sektor pariwisata yang berkelanjutan akan menyandingkan ekologi masyarakat setempat demi menjaga kultur dan budaya tradisionalnya. Hal ini menjadi sangat penting bagi masyarakat Muna untuk meminimalisir jiwa dan mental masyarakat Muna yang belum sepenuhnya siap menerima kebudayaan asing yang datang secara tiba-tiba. Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya, adat dan istiadatnya yang ada akan menjadi benteng pertahanan dari masuknya budaya-budaya luar.Kata Kunci: Promosi Wisata, Mai Te Wuna, Wisatawan, Kabupaten Muna","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"88 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75906274","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan Penelitian adalah: (1) untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan kegiatan degalu (berkebun) pada etnik Muna di Kabupaten Muna Barat; (2) untuk menganalisis nilai degalu yang terkandung pada etnik Muna di Kabupaten Muna Barat. Jenis jenelitian ini yaitu penelitain kualitatif. Informan penelitian ini dengan menggunkan unsur kesengajaan (purpose sampling) yaitu tokoh masyarakat serta anggota masyarakat yang berkebun. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pengamatan (observasi partisipasi), wawancara langsung, serta rekaman kejadian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) proses kegiatan degalu (berkebun) dimulai dari: (a) defelentu gholeo metaano, (b) detambori, (c) dewei, (d) detughori, (e) desula maka detotawu, (f) ghala/katondo, (g). kasalasa, (h) detisa kahitela bhe detisa rapo-rapo, (i) dekangkiri, (j) depasele, (k) demoghuri, (l) debuna, (m) dotongka; (2) Nilai-nilai yang terkandung dalam degalu (berkebun) pada etnik Muna antara lain: (a) nilai religi, (b) nilai pelestarian hutan dan lingkungan, (c) nilai sosial, dan (d) nilai kesejahteraan.Kata Kunci: degalu, nilai, etnik Muna
{"title":"PROSES DEGALU (BERKEBUN) PADA ETNIK MUNA DI KABUPATEN MUNA BARAT","authors":"Hasriman Danaosa Pomili, Sitti Hafsah, A. Alim","doi":"10.33772/jpeb.v5i1.9097","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/jpeb.v5i1.9097","url":null,"abstract":"Tujuan Penelitian adalah: (1) untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan kegiatan degalu (berkebun) pada etnik Muna di Kabupaten Muna Barat; (2) untuk menganalisis nilai degalu yang terkandung pada etnik Muna di Kabupaten Muna Barat. Jenis jenelitian ini yaitu penelitain kualitatif. Informan penelitian ini dengan menggunkan unsur kesengajaan (purpose sampling) yaitu tokoh masyarakat serta anggota masyarakat yang berkebun. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pengamatan (observasi partisipasi), wawancara langsung, serta rekaman kejadian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model analisis Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) proses kegiatan degalu (berkebun) dimulai dari: (a) defelentu gholeo metaano, (b) detambori, (c) dewei, (d) detughori, (e) desula maka detotawu, (f) ghala/katondo, (g). kasalasa, (h) detisa kahitela bhe detisa rapo-rapo, (i) dekangkiri, (j) depasele, (k) demoghuri, (l) debuna, (m) dotongka; (2) Nilai-nilai yang terkandung dalam degalu (berkebun) pada etnik Muna antara lain: (a) nilai religi, (b) nilai pelestarian hutan dan lingkungan, (c) nilai sosial, dan (d) nilai kesejahteraan.Kata Kunci: degalu, nilai, etnik Muna","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"71 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85484641","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study aimed to describe the form of transformation of processing of sago (sumaku) from the Traditional to Semi-Modern Processing, and analyzing the factors that caused it to transform processing of food for Tolaki community at Anggalomoare village of Konawe Regency. The method used in this study is qualitative methods, from which the data is obtained through participatory observation, and interviews, as well as observations on research objects, then analyzed by qualitative descriptive. The results of this research showed that the transformation of sago processing (sumaku) consist of technological changes used from traditional tools to semi-modern tools, while the factors that influence transformation of processing sago (sumaku) in Tolaki community are caused by Economic, Educational and Technological factors. Modern processing has advantages including more production results, time utilization is more effective and efficient when compared to traditional methods.Keywords: Transformation, Processing of Sago (Sumaku), Tolaki community
{"title":"The Prossesing Transformation of Sago (Sumaku) in Tolaki Communityat Anggolomoare village in Konawe Regency","authors":"B. Bobiy, I. K. Suardika, A. Alim","doi":"10.33772/jpeb.v5i1.9089","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/jpeb.v5i1.9089","url":null,"abstract":"This study aimed to describe the form of transformation of processing of sago (sumaku) from the Traditional to Semi-Modern Processing, and analyzing the factors that caused it to transform processing of food for Tolaki community at Anggalomoare village of Konawe Regency. The method used in this study is qualitative methods, from which the data is obtained through participatory observation, and interviews, as well as observations on research objects, then analyzed by qualitative descriptive. The results of this research showed that the transformation of sago processing (sumaku) consist of technological changes used from traditional tools to semi-modern tools, while the factors that influence transformation of processing sago (sumaku) in Tolaki community are caused by Economic, Educational and Technological factors. Modern processing has advantages including more production results, time utilization is more effective and efficient when compared to traditional methods.Keywords: Transformation, Processing of Sago (Sumaku), Tolaki community","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"31 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80442960","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}