Pekerjaan menjadi pedagang antar pulau sulit dilakukan oleh banyak orang, selain menggunakan modal yang besar, memiliki pula resiko yang besar. Berbeda halnya dengan pedagang tuju-tuju yang terletak di wilayah Pantai Timur Sulawesi, menjadikan pekerjaan ini menjadi tradisi dari sanak keluarga mereka. Demi mempertahankan penetrasi ekonomi maka diperlukan strategi dalam menjalin hubungan dengan para pedagang yang tidak pernah bertemu secara langsung, adapun strateginya yaitu, lempu (jujur), getteng (nilai keteguhan dan keyakinan) dan materru’ (berani). Inilah yang dipegang teguh para pedagang Tuju-tuju saat bertransaksi dengan pedagang dari Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya. Artikel ini bertujuan mengungkap strategi ekonomi pedagang dari tradisi keluarga yang dimiliki, dengan metode kualitatif dengan tipe deskriptif.Teknik pengumpulan data diperoleh dengan penelitian lapangan yang mencakup observasi, dokumentasi dan wawancara.Bahwa strategi ekonomi yang berasal dari tradisi keluarga berupa jujur, keyakinan, dan keberanian, mampu membuat masyarakat yang bekerja sebagai pedagang menjadi sukses. Hal tersebut dapat diukur dari akumulasi modal, kepemilikan barang dan jasa, dan investasi kerja yang terus menaik.
{"title":"STRATEGI EKONOMI PEDAGANG ANTAR PULAU DI PESISIR PANTAI TIMUR SULAWESI","authors":"A. Syahrir, Rifal Rifal, Abdul Rahman, A. Ahmadin","doi":"10.36424/jpsb.v8i1.214","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v8i1.214","url":null,"abstract":"Pekerjaan menjadi pedagang antar pulau sulit dilakukan oleh banyak orang, selain menggunakan modal yang besar, memiliki pula resiko yang besar. Berbeda halnya dengan pedagang tuju-tuju yang terletak di wilayah Pantai Timur Sulawesi, menjadikan pekerjaan ini menjadi tradisi dari sanak keluarga mereka. Demi mempertahankan penetrasi ekonomi maka diperlukan strategi dalam menjalin hubungan dengan para pedagang yang tidak pernah bertemu secara langsung, adapun strateginya yaitu, lempu (jujur), getteng (nilai keteguhan dan keyakinan) dan materru’ (berani). Inilah yang dipegang teguh para pedagang Tuju-tuju saat bertransaksi dengan pedagang dari Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya. Artikel ini bertujuan mengungkap strategi ekonomi pedagang dari tradisi keluarga yang dimiliki, dengan metode kualitatif dengan tipe deskriptif.Teknik pengumpulan data diperoleh dengan penelitian lapangan yang mencakup observasi, dokumentasi dan wawancara.Bahwa strategi ekonomi yang berasal dari tradisi keluarga berupa jujur, keyakinan, dan keberanian, mampu membuat masyarakat yang bekerja sebagai pedagang menjadi sukses. Hal tersebut dapat diukur dari akumulasi modal, kepemilikan barang dan jasa, dan investasi kerja yang terus menaik.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75836490","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanmuseum virtual yang saatini berkembang di Indonesia, baik berupa ruang perlombaan, ruang diskusi, ruangpertunjukan maupun wisata museum virtual. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi kualitatif dengan pendekatan eksplorasi. Pengumpulan data menggunakan studi literatur dengan menelusuri berbagai laporan, publikasi jurnal, dan situs web. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi covid telah mengakibatkan sebagian besar museum diseluruh dunia ditutup untuk sementara bahkan secara permanen. Penutupan museum tersebut berakibat pada penurunan jumlah pengunjung dan penutupan museum, kendala pada pemeliharaan museum, dan peningkatan layanan digital museum.Dampak lain adalah kerugian finansial secara besar-besaran pada periode covid 19.Agar tetap bertahan, maka hampir seluruh museum mempromosikan museum virtual.Museum virtual dalam segala bentuknya, telah membuka pintu bagi pengunjung yang dapat mengunjungi museum tanpa mengenal batas ruang dan waktu.
{"title":"EKSISTENSI MUSEUM VIRTUAL MASA PANDEMI COVID- 19","authors":"Leni Marpelina, Rahmat Fajar Asrofin","doi":"10.36424/jpsb.v8i1.282","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v8i1.282","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanmuseum virtual yang saatini berkembang di Indonesia, baik berupa ruang perlombaan, ruang diskusi, ruangpertunjukan maupun wisata museum virtual. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi kualitatif dengan pendekatan eksplorasi. Pengumpulan data menggunakan studi literatur dengan menelusuri berbagai laporan, publikasi jurnal, dan situs web. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi covid telah mengakibatkan sebagian besar museum diseluruh dunia ditutup untuk sementara bahkan secara permanen. Penutupan museum tersebut berakibat pada penurunan jumlah pengunjung dan penutupan museum, kendala pada pemeliharaan museum, dan peningkatan layanan digital museum.Dampak lain adalah kerugian finansial secara besar-besaran pada periode covid 19.Agar tetap bertahan, maka hampir seluruh museum mempromosikan museum virtual.Museum virtual dalam segala bentuknya, telah membuka pintu bagi pengunjung yang dapat mengunjungi museum tanpa mengenal batas ruang dan waktu.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90690241","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Budaya merupakan hasil cipta, karya, dan karsa dari masyarakat yang menunjukkan identitas dari masyarakat yang membawanya. Budaya menjadi nilai tawar suatu kelompok, seperti suku Osing. Suku Osing menjadi objek perebutan dan taklukan yang digunakan untuk kepentingan kerajaan disekelilingnya seperti perluasan wilayah, mobilisasi kekuatan, ekonomi, bahkan pengaruh kultural. Salah satu kerajaan yang berupaya untuk menguasainya adalah Kesultanan Mataram. Kesultanan Mataram berupaya menanamkan budaya Jawa dan Islamisasi terhadap masyarakat Blambangan. Sehingga masyarakat Blambangan mengembangkan kebudayaan Osing untuk bertahan dan melawan pengaruh budaya Mataram. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui sejarah perlawanan masyarakat Blambangan dan bagaimana mempertahankan diri dari dominasi budaya Mataram hingga tetap bertahan hingga saat ini. Penulisan artikel ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka merupakan metode dengan menghimpun sumber kepustakaan. Melalui pencarian referensi mengenai permasalahan yang ditemukan berupa textbook, jurnal, artikel ilmiah, yang sesuai. Lalu di gunakan langkah-langkah penelitian sejarah meliputi, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sehingga dapat diketahui perlawanan budaya rakyat Blambangan melalui komunitas Osing berhasil dilakukan dalam menghadapi pengaruh Mataram dan pada akhirnya masyarakat Osing bertahan hingga saat ini sekalipun Islamisasi terjadi tetapi tetap memegang ajaran nenek moyang.
{"title":"SUKU OSING, BENTUK PERLAWANAN BUDAYA MASYARAKAT BLAMBANGAN TERHADAP MATARAM ISLAM","authors":"Gilang Hasbi Asshidiqi, I. Agustiana","doi":"10.36424/jpsb.v8i1.290","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v8i1.290","url":null,"abstract":"Budaya merupakan hasil cipta, karya, dan karsa dari masyarakat yang menunjukkan identitas dari masyarakat yang membawanya. Budaya menjadi nilai tawar suatu kelompok, seperti suku Osing. Suku Osing menjadi objek perebutan dan taklukan yang digunakan untuk kepentingan kerajaan disekelilingnya seperti perluasan wilayah, mobilisasi kekuatan, ekonomi, bahkan pengaruh kultural. Salah satu kerajaan yang berupaya untuk menguasainya adalah Kesultanan Mataram. Kesultanan Mataram berupaya menanamkan budaya Jawa dan Islamisasi terhadap masyarakat Blambangan. Sehingga masyarakat Blambangan mengembangkan kebudayaan Osing untuk bertahan dan melawan pengaruh budaya Mataram. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui sejarah perlawanan masyarakat Blambangan dan bagaimana mempertahankan diri dari dominasi budaya Mataram hingga tetap bertahan hingga saat ini. Penulisan artikel ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka merupakan metode dengan menghimpun sumber kepustakaan. Melalui pencarian referensi mengenai permasalahan yang ditemukan berupa textbook, jurnal, artikel ilmiah, yang sesuai. Lalu di gunakan langkah-langkah penelitian sejarah meliputi, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Sehingga dapat diketahui perlawanan budaya rakyat Blambangan melalui komunitas Osing berhasil dilakukan dalam menghadapi pengaruh Mataram dan pada akhirnya masyarakat Osing bertahan hingga saat ini sekalipun Islamisasi terjadi tetapi tetap memegang ajaran nenek moyang.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82518671","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata terkemuka di Indonesia. Hal ini karena dukungan dari pelbagai faktor seperti sejarah dan kebudayaannya. Pembangunan pariwisata di Yogyakarta sekarang tentu tidak lepas dari upaya-upaya awal pemerintah dalam mengembangkannya pasca kemerdekaan. Pembangunan pariwisata seiring dengan upaya pemerintah memulihkan perekonomian daerah yang rusak pasca perang. Artikel ini berfokus pada strategi dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam membangun kembali pariwisata di Yogyakarta. Sumber yang digunakan meliputi arsip pemerintah, koran, dan majalah sezaman. Dengan menggunakan metode sejarah, hasil dari kajian ini menunjukan keterlibatan aktif dari pemerintah telah berhasil membangkitkan kembali pariwisata yang ada di Yogyakarta dengan adanya kebijakan, koordinasi, subsidi dan pendirian sebuah badan yang mengelola.
{"title":"MEMBANGUN KEMBALI PARIWISATA YOGYAKARTA: STRATEGI DAN UPAYA PEMERINTAH MELALUI BADAN TOURISME (BATOUR) 1954-1959","authors":"Hasbi Marwahid","doi":"10.36424/jpsb.v8i1.309","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v8i1.309","url":null,"abstract":"Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata terkemuka di Indonesia. Hal ini karena dukungan dari pelbagai faktor seperti sejarah dan kebudayaannya. Pembangunan pariwisata di Yogyakarta sekarang tentu tidak lepas dari upaya-upaya awal pemerintah dalam mengembangkannya pasca kemerdekaan. Pembangunan pariwisata seiring dengan upaya pemerintah memulihkan perekonomian daerah yang rusak pasca perang. Artikel ini berfokus pada strategi dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam membangun kembali pariwisata di Yogyakarta. Sumber yang digunakan meliputi arsip pemerintah, koran, dan majalah sezaman. Dengan menggunakan metode sejarah, hasil dari kajian ini menunjukan keterlibatan aktif dari pemerintah telah berhasil membangkitkan kembali pariwisata yang ada di Yogyakarta dengan adanya kebijakan, koordinasi, subsidi dan pendirian sebuah badan yang mengelola.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"144 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86192672","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 di Bandung memiliki dampak yang sangat luas. Bagi Indonesia, KAA memberikan warisan posisi yang terhormat dalam diplomasi pascakolonial, khususnya di Asia dan Afrika atau “Dunia Ketiga”. Namun demikian, dampak konferensi ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia secara umum. Konferensi ini juga mengubah citra Bandung yang merupakan kota penyelenggaraan konferensi. Oleh karena itu, kajian ini membahas kondisi Kota Bandung dan masyarakatnya pasca-KAA. Kajian ini disusun menggunakan metode sejarah yang memanfaatkan arsip, majalah, dan surat kabar sebagai sumber primer. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pasca-KAA, Bandung bertransformasi menjadi “Kota Konferensi Internasional”, diikuti oleh pembangunan dan terbentuknya citra Bandung sebagai kota politik global sehingga kota ini juga menjadi ruang terkoneksinya aktor politik global. Ironisnya, prestasi dan modernitas ini justru diikuti oleh perubahan sosial yang menunjukkan sisi lain Kota Bandung. Berbagai masalah sosial dan ekonomi meluas di kota ini mulai dari kemiskinan hingga degradasi moral.
{"title":"MEMBAYANGKAN BANDUNG DALAM SATU DASAWARSA PASCA-KONFERENSI ASIA AFRIKA: KONEKTIVITAS GLOBAL, MODERNITAS, DAN PERUBAHAN SOSIAL (1955-1965)","authors":"A. Wulandari","doi":"10.36424/jpsb.v7i2.273","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v7i2.273","url":null,"abstract":"Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 di Bandung memiliki dampak yang sangat luas. Bagi Indonesia, KAA memberikan warisan posisi yang terhormat dalam diplomasi pascakolonial, khususnya di Asia dan Afrika atau “Dunia Ketiga”. Namun demikian, dampak konferensi ini tidak hanya dirasakan oleh Indonesia secara umum. Konferensi ini juga mengubah citra Bandung yang merupakan kota penyelenggaraan konferensi. Oleh karena itu, kajian ini membahas kondisi Kota Bandung dan masyarakatnya pasca-KAA. Kajian ini disusun menggunakan metode sejarah yang memanfaatkan arsip, majalah, dan surat kabar sebagai sumber primer. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pasca-KAA, Bandung bertransformasi menjadi “Kota Konferensi Internasional”, diikuti oleh pembangunan dan terbentuknya citra Bandung sebagai kota politik global sehingga kota ini juga menjadi ruang terkoneksinya aktor politik global. Ironisnya, prestasi dan modernitas ini justru diikuti oleh perubahan sosial yang menunjukkan sisi lain Kota Bandung. Berbagai masalah sosial dan ekonomi meluas di kota ini mulai dari kemiskinan hingga degradasi moral.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82732510","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola pikir suku Sasak yang tercermin dalam leksikon-leksikon pertanian tradisional yang mereka gunakan. Pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah pendekatan etnolinguistik. Data berupa leksikon-leksikon tradisional suku Sasak diperoleh melalui studi pustaka dan wawancara. Dengan metode distribusional teknik bagi unsur langsung, data yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan satuan-satuan kebahasaan yang membentuknya. Setelah itu, data dianalisis dengan teori semantik leksikal, gramatikal, dan kultural. Hasil analis data menunjukkan bahwa aktivitas pertanian bagi suku Sasak tradisional tidak hanya dipandang sebagai mata pencaharian. Akan tetapi, mereka memandang aktivitas bertanam padi sebagai sesuatu yang sakral yang berhubungan dengan keharmonisan hubungan antara manusia dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Melalui leksikon-leksikonnya, suku Sasak mengajarkan kita tentang bagaimana manusia mengelola kebersamaan antar sesama makhluk ciptaan Tuhan untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, mereka juga mengajarkan kepada kita melalui mantra-mantra yang digunakan tentang bagaimana menjaga hubungan vertikal dengan Tuhan.
{"title":"LEKSIKON PERTANIAN TRADISIONAL SUKU SASAK DI PULAU LOMBOK: KAJIAN ETNOLINGUISTIK","authors":"Dian Mahendra","doi":"10.36424/jpsb.v7i2.243","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v7i2.243","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola pikir suku Sasak yang tercermin dalam leksikon-leksikon pertanian tradisional yang mereka gunakan. Pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah pendekatan etnolinguistik. Data berupa leksikon-leksikon tradisional suku Sasak diperoleh melalui studi pustaka dan wawancara. Dengan metode distribusional teknik bagi unsur langsung, data yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan satuan-satuan kebahasaan yang membentuknya. Setelah itu, data dianalisis dengan teori semantik leksikal, gramatikal, dan kultural. Hasil analis data menunjukkan bahwa aktivitas pertanian bagi suku Sasak tradisional tidak hanya dipandang sebagai mata pencaharian. Akan tetapi, mereka memandang aktivitas bertanam padi sebagai sesuatu yang sakral yang berhubungan dengan keharmonisan hubungan antara manusia dengan seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Melalui leksikon-leksikonnya, suku Sasak mengajarkan kita tentang bagaimana manusia mengelola kebersamaan antar sesama makhluk ciptaan Tuhan untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, mereka juga mengajarkan kepada kita melalui mantra-mantra yang digunakan tentang bagaimana menjaga hubungan vertikal dengan Tuhan.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82935658","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Artikel ini bertujuan mengkaji upaya pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pada awal abad ke-21 (2004-2019) beserta dampaknya. Hal ini menjadi penting sebab DBD dinilai sebagai salah satu ancaman ketika Indonesia sedang melawan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Selain itu, DBD menjadi salah satu penyakit yang telah berada dalam sejarah panjang Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan pendekatan sejarah kesehatan masyarakat. Sumber-sumber yang digunakan adalah sumber primer berupa surat kabar dan publikasi resmi pemerintah serta sumber sekunder berupa literatur terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status DBD yang telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 2004 menyebabkan perhatian pemerintah atas DBD makin besar. Pemerintah menetapkan kebijakan kesehatan yang meliputi upaya pencegahan dan pengendalian dengan melibatkan kolaborasi lintas sektor. Meskipun demikian, dampak atas upaya ini adalah jumlah kasus DBD bergerak secara fluktuatif selama lima belas tahun, bahkan meningkat tajam pada 2019.
{"title":"UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI INDONESIA (2004-2019)","authors":"Joshua Jolly Sucanta Cakranegara","doi":"10.36424/jpsb.v7i2.274","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v7i2.274","url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan mengkaji upaya pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pada awal abad ke-21 (2004-2019) beserta dampaknya. Hal ini menjadi penting sebab DBD dinilai sebagai salah satu ancaman ketika Indonesia sedang melawan pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Selain itu, DBD menjadi salah satu penyakit yang telah berada dalam sejarah panjang Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan pendekatan sejarah kesehatan masyarakat. Sumber-sumber yang digunakan adalah sumber primer berupa surat kabar dan publikasi resmi pemerintah serta sumber sekunder berupa literatur terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status DBD yang telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 2004 menyebabkan perhatian pemerintah atas DBD makin besar. Pemerintah menetapkan kebijakan kesehatan yang meliputi upaya pencegahan dan pengendalian dengan melibatkan kolaborasi lintas sektor. Meskipun demikian, dampak atas upaya ini adalah jumlah kasus DBD bergerak secara fluktuatif selama lima belas tahun, bahkan meningkat tajam pada 2019.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83448484","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rumah adat merupakan peninggalan kebudayaan masyarakat tradisional yang harus dijaga keberadaannya sebagai cagar budaya oleh masyarakat yang hidup saat ini. Di Indonesia, terdapat banyak terdapat rumah yang ada hingga saat ini. Salah satunya adalah rumah adat yang berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat yang dikenal Kampung Naga. Gaya arsitektur rumah adat di Kampung Naga tersebut adalah berupa rumah panggung seperti layaknya rumah tradisional masyarakat Sunda. Karena itu, gayanya yang unik, di sisi rumah adat di Kampung Naga ini juga memiliki filosofi dan nilai-nilai Islam di dalamnya. Tulisan ini bertujuan mengungkap filosofi dan nilai-nilai Islam dalam gaya bangunan rumah adat di Kampung Naga Tasikmalaya. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan lapangan, wawancara, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Hasil penelitian menunjukkan filosofi bangunan rumah adat Kampung Naga dengan bahan alami mencerminkan hubungan baik antara masyarakat adat Kampung Naga dengan alam. Tidak hanya itu, bangunan panggung yang mencerminkan kesederhanaan menunjukan kehidupan masyarakat Kampung Naga. Nilai-nilai Islam dalam bangunan rumah adat Kampung Naga dilihat dari struktur bangunan dan bentuk (model) rumah yang mengandung nilai-nilai hubungan yang harmonis antara manusia, alam dan Tuhan. Dalam Islam disebut dengan istilah habluminallah, habluminanas dan habluminalalam.
{"title":"FILOSOFI DAN NILAI-NILAI ISLAM DALAM GAYA BANGUNAN RUMAH ADAT KAMPUNG NAGA TASIKMALAYA: SEBUAH ANALISIS TERHADAP RUMAH ADAT DENGAN PENDEKATAN STUDI ISLAM","authors":"Andri Nurjaman, Dadan Rusmana, Doli Witro","doi":"10.36424/jpsb.v7i2.258","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v7i2.258","url":null,"abstract":"Rumah adat merupakan peninggalan kebudayaan masyarakat tradisional yang harus dijaga keberadaannya sebagai cagar budaya oleh masyarakat yang hidup saat ini. Di Indonesia, terdapat banyak terdapat rumah yang ada hingga saat ini. Salah satunya adalah rumah adat yang berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat yang dikenal Kampung Naga. Gaya arsitektur rumah adat di Kampung Naga tersebut adalah berupa rumah panggung seperti layaknya rumah tradisional masyarakat Sunda. Karena itu, gayanya yang unik, di sisi rumah adat di Kampung Naga ini juga memiliki filosofi dan nilai-nilai Islam di dalamnya. Tulisan ini bertujuan mengungkap filosofi dan nilai-nilai Islam dalam gaya bangunan rumah adat di Kampung Naga Tasikmalaya. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan lapangan, wawancara, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Hasil penelitian menunjukkan filosofi bangunan rumah adat Kampung Naga dengan bahan alami mencerminkan hubungan baik antara masyarakat adat Kampung Naga dengan alam. Tidak hanya itu, bangunan panggung yang mencerminkan kesederhanaan menunjukan kehidupan masyarakat Kampung Naga. Nilai-nilai Islam dalam bangunan rumah adat Kampung Naga dilihat dari struktur bangunan dan bentuk (model) rumah yang mengandung nilai-nilai hubungan yang harmonis antara manusia, alam dan Tuhan. Dalam Islam disebut dengan istilah habluminallah, habluminanas dan habluminalalam.","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90048713","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Popularitas Garut sebagai tujuan utama pariwisata pada periode akhir kolonial menarik minat para pelaku usaha akomodasi untuk merintis usaha-usaha mereka di kawasan ini. Semenjak itu Garut berkembang menjadi salah satu episentrum persebaran hotel-hotel pegunungan (berghotel) yang menawarkan akomodasi bagi para wisatawan. Kondisi tersebut memicu terjadinya persaingan di antara mereka. Artikel ini berfokus pada strategi hotel-hotel pegunungan di Garut dalam menjaring lalu lintas wisatawan. Sumber yang digunakan adalah buku-buku, surat kabar, majalah, buku panduan wisata, dan catatan perjalanan sezaman. Dengan menggunakan metode sejarah, hasil dari kajian ini menunjukan bahwa dalam menyiasati tekanan persaingan untuk mendapatkan wisatawan, hotel-hotel pegunungan di Garut menempuh berbagai strategi melalui pengembangan inovasi dan bentuk-bentuk kolaborasi.
{"title":"KOMPETISI DAN KOLABORASI: STRATEGI HOTEL-HOTEL PEGUNUNGAN (BERGHOTEL) DI GARUT PADA MASA KOLONIAL (1890-1942)","authors":"Irfal Mujaffar","doi":"10.36424/jpsb.v7i2.255","DOIUrl":"https://doi.org/10.36424/jpsb.v7i2.255","url":null,"abstract":"Popularitas Garut sebagai tujuan utama pariwisata pada periode akhir kolonial menarik minat para pelaku usaha akomodasi untuk merintis usaha-usaha mereka di kawasan ini. Semenjak itu Garut berkembang menjadi salah satu episentrum persebaran hotel-hotel pegunungan (berghotel) yang menawarkan akomodasi bagi para wisatawan. Kondisi tersebut memicu terjadinya persaingan di antara mereka. Artikel ini berfokus pada strategi hotel-hotel pegunungan di Garut dalam menjaring lalu lintas wisatawan. Sumber yang digunakan adalah buku-buku, surat kabar, majalah, buku panduan wisata, dan catatan perjalanan sezaman. Dengan menggunakan metode sejarah, hasil dari kajian ini menunjukan bahwa dalam menyiasati tekanan persaingan untuk mendapatkan wisatawan, hotel-hotel pegunungan di Garut menempuh berbagai strategi melalui pengembangan inovasi dan bentuk-bentuk kolaborasi. ","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84912866","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-11-07DOI: 10.33772/jpeb.v6i2.16156
Rahmat Jaya, Wa Kuasa Baka, La Aso
Abstract: The objective of this study is to describe the implications of modernization on traditional games for children and adolescents in Guali Village, Kusambi District, West Muna Regency. This research uses a qualitative descriptive approach. Subjects in this study were determined by purposive snowball that is the samples were obtained through a rolling process from one respondent to another and were usually used to explain the social or communication (sociometric) patterns of a particular community. Data collection techniques in this study were carried out by observation, interviews, and documentation. The results of this study indicate that the implications of modernization on traditional games for children and adolescents in Guali Village, Kusambi District, West Muna Regency are as follows: (a) economic implications, (b) health implications, (c), social implications, and (d) implications of the loss of creative ideas.Keywords: Implication, moderenization, traditional games, children and adolescents
{"title":"IMPLIKASI MODERNISASI TERHADAP PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK-ANAK DAN REMAJA (STUDI DI DESA GUALI KECAMATAN KUSAMBI KABUPATEN MUNA BARAT)","authors":"Rahmat Jaya, Wa Kuasa Baka, La Aso","doi":"10.33772/jpeb.v6i2.16156","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/jpeb.v6i2.16156","url":null,"abstract":"Abstract: The objective of this study is to describe the implications of modernization on traditional games for children and adolescents in Guali Village, Kusambi District, West Muna Regency. This research uses a qualitative descriptive approach. Subjects in this study were determined by purposive snowball that is the samples were obtained through a rolling process from one respondent to another and were usually used to explain the social or communication (sociometric) patterns of a particular community. Data collection techniques in this study were carried out by observation, interviews, and documentation. The results of this study indicate that the implications of modernization on traditional games for children and adolescents in Guali Village, Kusambi District, West Muna Regency are as follows: (a) economic implications, (b) health implications, (c), social implications, and (d) implications of the loss of creative ideas.Keywords: Implication, moderenization, traditional games, children and adolescents","PeriodicalId":33853,"journal":{"name":"Patanjala Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82397397","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}