Kebutuhan jagung di Sumatera Barat cukup besar karena permintaan untuk pakan terus meningkat sejalan dengan perkembangan peternakan ayam. Kabupaten Limapuluh Kota sebagai salah satu sentra peternakan ayam petelur dan pedaging, hanya mampu memproduksi jagung 25-30% dari kebutuhan lokal. Hal ini disebabkan karena produktivitas jagung masih rendah sehingga diperlukan suatu teknologi untuk meningkatkan produksi. Sebagian besar lahan penanaman jagung di Indonesia berupa lahan kering, yaitu seluas 63,4 juta hektar atau sekitar 33,7%. Masalah utama penanaman jagung di lahan kering adalah kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan, sehingga pada musim kemarau menyebabkan tanaman kekurangan air untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan, masalah pada musim hujan adalah tingginya populasi gulma dan adanya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan lahan. Upaya untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara memanipulasi lingkungan tumbuh tanaman yaitu dengan pemulsaan, salah satunya dengan menggunakan mulsa alang-alang. Budidaya tanaman jagung dengan teknologi mulsa alang-alang dilakukan di lahan praktek Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Tanjung Pati. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 sampai dengan Januari 2016. Dosis alang-alang yang digunakan yaitu 6 ton/ha atau 150 kg/250 m2. Berdasarkan hasil pengamatan dan uji t student, penggunaan mulsa alang-alang pada tanaman jagung dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta jumlah biji per baris dan bobot 100 biji. Pada lahan yang diberi teknologi diperoleh produksi sebanyak 107,5 kg/250 m2 (4,3 ton/ha), meningkat 22,85% dibandingkan produksi tanpa teknologi yaitu 87,5 kg/250 m2 (3,5 ton/ha).
{"title":"PEMANFAATAN MULSA ALANG-ALANG UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)","authors":"Novita Sari, N. Sembiring","doi":"10.32530/jfcaa.v1i1.309","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jfcaa.v1i1.309","url":null,"abstract":"Kebutuhan jagung di Sumatera Barat cukup besar karena permintaan untuk pakan terus meningkat sejalan dengan perkembangan peternakan ayam. Kabupaten Limapuluh Kota sebagai salah satu sentra peternakan ayam petelur dan pedaging, hanya mampu memproduksi jagung 25-30% dari kebutuhan lokal. Hal ini disebabkan karena produktivitas jagung masih rendah sehingga diperlukan suatu teknologi untuk meningkatkan produksi. Sebagian besar lahan penanaman jagung di Indonesia berupa lahan kering, yaitu seluas 63,4 juta hektar atau sekitar 33,7%. Masalah utama penanaman jagung di lahan kering adalah kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan, sehingga pada musim kemarau menyebabkan tanaman kekurangan air untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan, masalah pada musim hujan adalah tingginya populasi gulma dan adanya erosi yang mengakibatkan penurunan kesuburan lahan. Upaya untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara memanipulasi lingkungan tumbuh tanaman yaitu dengan pemulsaan, salah satunya dengan menggunakan mulsa alang-alang. Budidaya tanaman jagung dengan teknologi mulsa alang-alang dilakukan di lahan praktek Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Tanjung Pati. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 sampai dengan Januari 2016. Dosis alang-alang yang digunakan yaitu 6 ton/ha atau 150 kg/250 m2. Berdasarkan hasil pengamatan dan uji t student, penggunaan mulsa alang-alang pada tanaman jagung dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun serta jumlah biji per baris dan bobot 100 biji. Pada lahan yang diberi teknologi diperoleh produksi sebanyak 107,5 kg/250 m2 (4,3 ton/ha), meningkat 22,85% dibandingkan produksi tanpa teknologi yaitu 87,5 kg/250 m2 (3,5 ton/ha).","PeriodicalId":339838,"journal":{"name":"Journal of Food Crop and Applied Agriculture","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125797223","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan kedua setelah padi.. Jagung banyak digunakan sebagai pakan ternak, bahan baku industri serta makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Kebutuhan jagung Sumatera Barat terus meningkat secara signifikan jauh melampaui pertumbuhan produksinya. Peningkatan kebutuhan jagung ini seiring dengan makin berkembangnya industri pakan ayam ras dan ayam petelur. Stabilitas permintaan jagung dengan harga yang lebih kompetitif menyebabkan makin intensifnya sistem usahatani jagung guna meningkatkan produktivitasnya. Kabupaten Lima puluh Kota merupakan salah satu daerah sentra peternakan unggas terbesar di Provinsi Sumatera Barat. Oleh karena itu jagung menjadi suatu usaha yang layak untuk dikembangkan dengan menggunakan teknologi yang tepat, salah satunya pemanfaatan pupuk organo komplek kotoran ayam. Organo-komplek adalah campuran yang diinkubasi antara bahan organik terkomposisi sebesar 10 t/ha dengan 0,25 – 0,75 dosis pupuk anorganik yang berasal dari Urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, dan KCL 100 kg/ha. Budidaya tanaman jagung dengan menggunakan pupuk organo komplek kotoran ayam ini dilaksanakan pada tanggal 30 September sampai 22 Januari yang berlokasi di kebun percobaan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Penggunaan pupuk organo komplek mampu meningkatkan pertumbuhan seperti tinggi tanaman dan panjang daun terpanjang. Produksi yang diperoleh pada lahan teknologi mencapai 234 kg/300m2 (7,8 ton/ha), sedangkan produksi pada lahan tanpa teknologi hanya 194 kg/300m2 (6,4 ton/ha).
{"title":"PENGGUNAAN PUPUK ORGANO KOMPLEK KOTORAN AYAM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)","authors":"Gatot Wahono, S. Dharma","doi":"10.32530/jfcaa.v1i1.307","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jfcaa.v1i1.307","url":null,"abstract":"Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan kedua setelah padi.. Jagung banyak digunakan sebagai pakan ternak, bahan baku industri serta makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia. Kebutuhan jagung Sumatera Barat terus meningkat secara signifikan jauh melampaui pertumbuhan produksinya. Peningkatan kebutuhan jagung ini seiring dengan makin berkembangnya industri pakan ayam ras dan ayam petelur. Stabilitas permintaan jagung dengan harga yang lebih kompetitif menyebabkan makin intensifnya sistem usahatani jagung guna meningkatkan produktivitasnya. Kabupaten Lima puluh Kota merupakan salah satu daerah sentra peternakan unggas terbesar di Provinsi Sumatera Barat. Oleh karena itu jagung menjadi suatu usaha yang layak untuk dikembangkan dengan menggunakan teknologi yang tepat, salah satunya pemanfaatan pupuk organo komplek kotoran ayam. Organo-komplek adalah campuran yang diinkubasi antara bahan organik terkomposisi sebesar 10 t/ha dengan 0,25 – 0,75 dosis pupuk anorganik yang berasal dari Urea 300 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, dan KCL 100 kg/ha. Budidaya tanaman jagung dengan menggunakan pupuk organo komplek kotoran ayam ini dilaksanakan pada tanggal 30 September sampai 22 Januari yang berlokasi di kebun percobaan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Penggunaan pupuk organo komplek mampu meningkatkan pertumbuhan seperti tinggi tanaman dan panjang daun terpanjang. Produksi yang diperoleh pada lahan teknologi mencapai 234 kg/300m2 (7,8 ton/ha), sedangkan produksi pada lahan tanpa teknologi hanya 194 kg/300m2 (6,4 ton/ha).","PeriodicalId":339838,"journal":{"name":"Journal of Food Crop and Applied Agriculture","volume":"608 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116466028","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Budidaya tanaman jagung dengan menggunakan kompos jerami merupakan suatu kegiatan yang mendasarkan kepada tingginya permintaan akan jagung yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota. Hal lain yang menjadi dasar menerapkan teknologi ini adalah karena banyaknya jumlah petani padi di Kabupaten Limapuluh Kota tapi pemanfaatan limbah organik masih sangat rendah dan lebih banyak dibakar, yang dilakukan dalam luasan lahan 300 m2. Dilakukan di lahan Proyek Mahasiswa Wirausaha pada bulan septermber 2015 sampai bulan Januari 2016. Dari sumber yang didapat kandungan dalam jerami diantarnya yang paling menonjol adalah kandungan unsur N yang ada yaitu 1,57%. Hal ini menjadi salah satu langkah penting untuk melakukan budidaya yang efeisien dan hemat. Pelaksanaan kegiatan menunjukkan tanaman jagung yang diberi perlakuan teknologi kompos jerami memebrikan hasil yang rendah. Berdasakan kegiatan yang telah dilakukan, terdapat 2 fase pengamatan dari penggunaan kompos jerami dimana pada fase vegetatif (sebelum berbunga) pemberian kompos memberikan pengaruh yang nyata dimana pengamatan yang dilakukan adalah jumlah daun, lebar daun, panjang daun terpanjang. Pada fase generatif hasil pengamatan menunjukkan pemberian kompos jerami memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah baris per tongkol, biji per baris, berat 100 biji, dan hasil produksi yang didapat untuk pemberian kompos jerami adalah 264 kg/300 m2 (8,74 ton/ha) dan untuk lahan tanpa kompos jerami 234 kg/300 m2 (7,4 ton/ha).
使用干草堆肥种植玉米是基于50个城市对玉米的高需求的活动。应用这项技术的另一个基础是,50个城市的水稻种植者数量仍然非常低,有机废物的使用在300万平方英尺(300平方米)的土地上进行。2015年9月至2016年1月在企业家学生项目领域开展工作。其最突出的稻草来源是现有的N元素含量为1.57%。这是实现自给自足和节俭的重要一步。活动的实施表明,玉米在处理稻草堆肥技术时产量低得令人作呕。根据已经进行过的活动,通过使用稻草堆肥进行了2个观察阶段,在堆肥增生阶段(在开花之前)堆肥产生了明显的影响,在这种观察过程中,叶子的数量,叶子的宽度,最长的叶子。阶段生成语法的观察结果不真实的收下礼物堆肥稻草影响每穗行数,每一行,体重100个种子,种子产量的堆肥的稻草是264 300 kg / m2(8.74吨/公顷)和堆肥的土地没有稻草234 300 kg / m2(7.4吨/公顷)。
{"title":"PENGGGUNAAN KOMPOS JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L)","authors":"Chairul Hamidi, S. Dharma","doi":"10.32530/jfcaa.v1i1.310","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jfcaa.v1i1.310","url":null,"abstract":"Budidaya tanaman jagung dengan menggunakan kompos jerami merupakan suatu kegiatan yang mendasarkan kepada tingginya permintaan akan jagung yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota. Hal lain yang menjadi dasar menerapkan teknologi ini adalah karena banyaknya jumlah petani padi di Kabupaten Limapuluh Kota tapi pemanfaatan limbah organik masih sangat rendah dan lebih banyak dibakar, yang dilakukan dalam luasan lahan 300 m2. Dilakukan di lahan Proyek Mahasiswa Wirausaha pada bulan septermber 2015 sampai bulan Januari 2016. Dari sumber yang didapat kandungan dalam jerami diantarnya yang paling menonjol adalah kandungan unsur N yang ada yaitu 1,57%. Hal ini menjadi salah satu langkah penting untuk melakukan budidaya yang efeisien dan hemat. Pelaksanaan kegiatan menunjukkan tanaman jagung yang diberi perlakuan teknologi kompos jerami memebrikan hasil yang rendah. Berdasakan kegiatan yang telah dilakukan, terdapat 2 fase pengamatan dari penggunaan kompos jerami dimana pada fase vegetatif (sebelum berbunga) pemberian kompos memberikan pengaruh yang nyata dimana pengamatan yang dilakukan adalah jumlah daun, lebar daun, panjang daun terpanjang. Pada fase generatif hasil pengamatan menunjukkan pemberian kompos jerami memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah baris per tongkol, biji per baris, berat 100 biji, dan hasil produksi yang didapat untuk pemberian kompos jerami adalah 264 kg/300 m2 (8,74 ton/ha) dan untuk lahan tanpa kompos jerami 234 kg/300 m2 (7,4 ton/ha).","PeriodicalId":339838,"journal":{"name":"Journal of Food Crop and Applied Agriculture","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131052383","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rata-rata permintaan jagung di Kabupaten Limapuluh Kota untuk tahun 2016-2020 yaitu 246.332,8 ton/tahun. Akan tetapi hasil produksi dari petani hanya mampu memenuhi 20-40% dari jumlah permintaan yang dibutuhkan. Rendahnya hasil produksi disebabkan kurangnya penerapan teknologi yang tepat oleh petani dan penggunaan pupuk buatan secara terus menerus. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah pemanfaatan kompos limbah pasar. Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan, pada pengamatan vegetatif tanaman jagung dapat diketahui bahwa pemberian kompos limbah pasar tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, lebar daun dan panjang daun terpanjang, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung. Pada pengamatan generatif didapatkan bahwa pemberian kompos limbah pasar berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah biji per baris dan bobot 100 biji, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah baris per tongkol, dan hasil produksi yang diperoleh dengan pemberian kompos limbah pasar 142 kg/300m2 (4,7 ton/ha) dan tanpa pemberian kompos limbah pasar 110 kg/300m2 (3,6 ton/ha).
{"title":"PEMANFAATAN KOMPOS LIMBAH PASAR UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)","authors":"Diesti Mutia Rahmi, Rinda Yanti","doi":"10.32530/jfcaa.v1i1.306","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jfcaa.v1i1.306","url":null,"abstract":"Rata-rata permintaan jagung di Kabupaten Limapuluh Kota untuk tahun 2016-2020 yaitu 246.332,8 ton/tahun. Akan tetapi hasil produksi dari petani hanya mampu memenuhi 20-40% dari jumlah permintaan yang dibutuhkan. Rendahnya hasil produksi disebabkan kurangnya penerapan teknologi yang tepat oleh petani dan penggunaan pupuk buatan secara terus menerus. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah pemanfaatan kompos limbah pasar. Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan, pada pengamatan vegetatif tanaman jagung dapat diketahui bahwa pemberian kompos limbah pasar tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, lebar daun dan panjang daun terpanjang, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung. Pada pengamatan generatif didapatkan bahwa pemberian kompos limbah pasar berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah biji per baris dan bobot 100 biji, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah baris per tongkol, dan hasil produksi yang diperoleh dengan pemberian kompos limbah pasar 142 kg/300m2 (4,7 ton/ha) dan tanpa pemberian kompos limbah pasar 110 kg/300m2 (3,6 ton/ha).","PeriodicalId":339838,"journal":{"name":"Journal of Food Crop and Applied Agriculture","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129980247","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan sumber karbohidrat kedua setelah beras yang sangat penting untuk ketahanan pangan. Jagung juga berperan penting dalam industri pakan ternak dan industri pangan. Dalam kurun lima tahun terakhir, kebutuhan jagung nasional untuk bahan industri pakan, makanan dan minuman meningkat 10% —15% pertahun. Salah satu teknologi yang dapat meningkatkan produksi tanaman jagung adalah penggunaan jamur mikoriza. Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara yang belum tersedia bagi tanaman. Pelaksanaan kegiatan budidaya ini dilakukan di lahan praktek Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Tanjung Pati, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 sampai bulan Januari 2016. Budidaya tanaman jagung dilakukan pada luas lahan 300 m2. Luas lahan yang digunakan untuk teknologi adalah 250 m2 dan tanpa teknologi seluas 50 m2. Berdasarkan hasil pengamatan dan uji statistik, penggunaan jamur mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi tanaman dan generatif yaitu jumlah biji perbaris dan jumlah bobot 100 biji. Pada lahan teknologi diperoleh produksi sebanyak 132 kg/300 m2 (4,4 ton/ha), meningkat 22,85% dibandingkan produksi tanpa teknologi yaitu 108 kg/300 m2 (3,6 ton/ha).
{"title":"PEMANFAATAN JAMUR MIKORIZA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)","authors":"Wina Dewi Putri, Eddy Susiawan","doi":"10.32530/jfcaa.v1i1.308","DOIUrl":"https://doi.org/10.32530/jfcaa.v1i1.308","url":null,"abstract":"Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan sumber karbohidrat kedua setelah beras yang sangat penting untuk ketahanan pangan. Jagung juga berperan penting dalam industri pakan ternak dan industri pangan. Dalam kurun lima tahun terakhir, kebutuhan jagung nasional untuk bahan industri pakan, makanan dan minuman meningkat 10% —15% pertahun. Salah satu teknologi yang dapat meningkatkan produksi tanaman jagung adalah penggunaan jamur mikoriza. Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara yang belum tersedia bagi tanaman. Pelaksanaan kegiatan budidaya ini dilakukan di lahan praktek Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Tanjung Pati, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 sampai bulan Januari 2016. Budidaya tanaman jagung dilakukan pada luas lahan 300 m2. Luas lahan yang digunakan untuk teknologi adalah 250 m2 dan tanpa teknologi seluas 50 m2. Berdasarkan hasil pengamatan dan uji statistik, penggunaan jamur mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi tanaman dan generatif yaitu jumlah biji perbaris dan jumlah bobot 100 biji. Pada lahan teknologi diperoleh produksi sebanyak 132 kg/300 m2 (4,4 ton/ha), meningkat 22,85% dibandingkan produksi tanpa teknologi yaitu 108 kg/300 m2 (3,6 ton/ha). ","PeriodicalId":339838,"journal":{"name":"Journal of Food Crop and Applied Agriculture","volume":"187 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114171663","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}