Pub Date : 2018-04-28DOI: 10.20885/millah.vol17.iss2.art5
Suparta Suparta
Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk membangun atau membentuk kepribadian yang baik yang bercirikan kejujuran, tangguh, cerdas, kepedulian, bertanggung jawab, kerja keras, pantang putus asa, tanggap, percaya diri, suka menolong, mampu bersaing, profesional, ikhlas bergotong royong, cinta tanah air, amanah, disiplin, toleransi dan taat. Untuk menilai ketercapaian pendidikan karakter melalui implementasi kebijakan kurikulum muatan lokal PAI inilah maka penelitian ini menjadi penting. Penelitian ini mencoba menjawan pertanyaan seputar implementasi kebijakan kurikulum muatan lokal PAI berbasis karakterdi SMPN 2 Koba Bangka Tengah. Temuan penelitian ini adalah bahwa Model kurikulum muatan lokal berbasis karakter yang dilakukan di Bangka Tengah merupakan salah satu kebijakan Bupati Bangka Tengah untuk mengatasi kekurangan jam bagi mata pelajaran agama islam. Model kurikulum muatan lokal (kearifan local) berbasis Karakter akan terlaksana dengan baik jika dalam pelaksanaannya disepakati oleh seluruh kalangan yang meliputi birokrat, para praktisi yaitu para tokoh agama dan tokoh masyarakat, juga oleh para profesi yaitu para Guru PAI, Kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya.
{"title":"Model Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Karakter di SMPN 2 Koba Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan Bangka Belitung","authors":"Suparta Suparta","doi":"10.20885/millah.vol17.iss2.art5","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/millah.vol17.iss2.art5","url":null,"abstract":"Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk membangun atau membentuk kepribadian yang baik yang bercirikan kejujuran, tangguh, cerdas, kepedulian, bertanggung jawab, kerja keras, pantang putus asa, tanggap, percaya diri, suka menolong, mampu bersaing, profesional, ikhlas bergotong royong, cinta tanah air, amanah, disiplin, toleransi dan taat. Untuk menilai ketercapaian pendidikan karakter melalui implementasi kebijakan kurikulum muatan lokal PAI inilah maka penelitian ini menjadi penting. Penelitian ini mencoba menjawan pertanyaan seputar implementasi kebijakan kurikulum muatan lokal PAI berbasis karakterdi SMPN 2 Koba Bangka Tengah. Temuan penelitian ini adalah bahwa Model kurikulum muatan lokal berbasis karakter yang dilakukan di Bangka Tengah merupakan salah satu kebijakan Bupati Bangka Tengah untuk mengatasi kekurangan jam bagi mata pelajaran agama islam. Model kurikulum muatan lokal (kearifan local) berbasis Karakter akan terlaksana dengan baik jika dalam pelaksanaannya disepakati oleh seluruh kalangan yang meliputi birokrat, para praktisi yaitu para tokoh agama dan tokoh masyarakat, juga oleh para profesi yaitu para Guru PAI, Kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya.","PeriodicalId":341172,"journal":{"name":"Millah: Journal of Religious Studies","volume":"225 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130508696","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-04-28DOI: 10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART1
Siska Sulistyorini
Studi ini mengeksplorasi tentang bagaimana resiliensi aqidah sebuah perguruan tinggi dapat menjadi akar setiap aktualisasi kebijakan perguruan tinggi terutama dibidang implementasi undang-undang tentang penyelenggaraan pendidikan inklusi untuk peserta didik berkebutuhan khusus. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggabungkan konsep kualitatif literer dengan analisis di lapangan dimana prinsip evaluasi efektifitas komponen satuan pendidikan (madrasah) dijadikan sebagai landasan teori untuk menganalisisnya. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa (1)Aqidah yang kuat seharusnya mampu menumbuhkan tata nilai yang menunjukkan kesalihan sosial di perguruan tinggi. Memulai sebuah layanan bagi para peserta didik difabel di perguruan tinggi tidak harus memiliki fasilitas yang mewah dan mahal. Justru komponen awal utama terwujudnya sebuah perguruan tinggi yang berbasis inklusi adalah ketahanan mental, ketahanan keyakinan yang akan terus memupuk komponen pendidikan di dalam perguruan tinggi tersebut untuk berlapang dada, penuh syukur dan keyakinan dalam melayani dan memberikan fasilitas terbaik bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus berdasarkan surat Abasa. (2) Adapun Rekonstruksi Pendidikan inklusi di Perguruan Tinggi dapat dimulai dari internalisasi pemahaman civitas akademika terhadap landasan dan seluk beluk pendidikan inklusi. Pemahaman ini juga termasuk pemahaman komponen pendidikan ini terhadap keutamaan, jaminan dan janji-janji Allah yang menjalankan sunnah Rasulullah dengan tidak membeda-bedakan dalam melayani peserta didik.
{"title":"Resiliensi Aqidah Komponen Pendidikan dalam Rekonstruksi Eksistensi Pendidikan Inklusi di Perguruan Tinggi","authors":"Siska Sulistyorini","doi":"10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART1","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART1","url":null,"abstract":"Studi ini mengeksplorasi tentang bagaimana resiliensi aqidah sebuah perguruan tinggi dapat menjadi akar setiap aktualisasi kebijakan perguruan tinggi terutama dibidang implementasi undang-undang tentang penyelenggaraan pendidikan inklusi untuk peserta didik berkebutuhan khusus. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggabungkan konsep kualitatif literer dengan analisis di lapangan dimana prinsip evaluasi efektifitas komponen satuan pendidikan (madrasah) dijadikan sebagai landasan teori untuk menganalisisnya. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa (1)Aqidah yang kuat seharusnya mampu menumbuhkan tata nilai yang menunjukkan kesalihan sosial di perguruan tinggi. Memulai sebuah layanan bagi para peserta didik difabel di perguruan tinggi tidak harus memiliki fasilitas yang mewah dan mahal. Justru komponen awal utama terwujudnya sebuah perguruan tinggi yang berbasis inklusi adalah ketahanan mental, ketahanan keyakinan yang akan terus memupuk komponen pendidikan di dalam perguruan tinggi tersebut untuk berlapang dada, penuh syukur dan keyakinan dalam melayani dan memberikan fasilitas terbaik bagi calon peserta didik berkebutuhan khusus berdasarkan surat Abasa. (2) Adapun Rekonstruksi Pendidikan inklusi di Perguruan Tinggi dapat dimulai dari internalisasi pemahaman civitas akademika terhadap landasan dan seluk beluk pendidikan inklusi. Pemahaman ini juga termasuk pemahaman komponen pendidikan ini terhadap keutamaan, jaminan dan janji-janji Allah yang menjalankan sunnah Rasulullah dengan tidak membeda-bedakan dalam melayani peserta didik.","PeriodicalId":341172,"journal":{"name":"Millah: Journal of Religious Studies","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126687027","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-04-28DOI: 10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART4
Aly Abdel Moneim
Maqasid are the ultimate ends of life (worldly and afterlife) from Islamic perspective. This article tries to extract those Maqasid from the Sublime Quran. The effort done here constitutes the philosophical base needed for grand project interested in comprehend, criticize and transcend Sustainable Development (SD); the mainstream discourse in nowadays development policies, especially education development policies. Maqasid, as philosophy, offer an integrated mode of Islamic-based sustainable development, which can be applied in many field of SD. Ontologically, Maqasid propose systematic view of the universe that gathers the Creator and the creature, and gathers natural, psychological, social and man-made environments. In this regard, Maqasid propose an integrated network of relations among elements of universe system it propose, like ʻibādah, ʻimārah, tazkiyah, khilāfah, and istikhdām maqaṣidī. Epistemologically, Maqasid suggest a signs-based, systematic, developmental, purified and Arabic proof base for the ontological and axiological theses suggested. Axiologically, Maqasid introduce three principle values that govern all relations within Maqasidi system, namely truth, balance, and dynamic-based rights (al-ḥaq), patience (al-ṣabr) and mercy (al-marḥamah). The central domain of Islamic-based Sustainable Development (ISD) is the epistemological one, where Muslim is asked to make knowledge for sustainability based on signs, radical-encompassing (systematic) collection and operation of signs, developmental and purified signs and Arabic conception. ISD has many applications, one of them is its applications into education development planning, where standards of competencies and content are redefined, mainly, based on Makasid ontological model and standards of process are redefined, mainly, based on Makasid epistemological and axiological model.
{"title":"Towards Islamic Maqasidi Education Philosophy For Sustainable Development: Quranic Perspective With Special Attention To Indonesia","authors":"Aly Abdel Moneim","doi":"10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART4","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART4","url":null,"abstract":"Maqasid are the ultimate ends of life (worldly and afterlife) from Islamic perspective. This article tries to extract those Maqasid from the Sublime Quran. The effort done here constitutes the philosophical base needed for grand project interested in comprehend, criticize and transcend Sustainable Development (SD); the mainstream discourse in nowadays development policies, especially education development policies. Maqasid, as philosophy, offer an integrated mode of Islamic-based sustainable development, which can be applied in many field of SD. Ontologically, Maqasid propose systematic view of the universe that gathers the Creator and the creature, and gathers natural, psychological, social and man-made environments. In this regard, Maqasid propose an integrated network of relations among elements of universe system it propose, like ʻibādah, ʻimārah, tazkiyah, khilāfah, and istikhdām maqaṣidī. Epistemologically, Maqasid suggest a signs-based, systematic, developmental, purified and Arabic proof base for the ontological and axiological theses suggested. Axiologically, Maqasid introduce three principle values that govern all relations within Maqasidi system, namely truth, balance, and dynamic-based rights (al-ḥaq), patience (al-ṣabr) and mercy (al-marḥamah). The central domain of Islamic-based Sustainable Development (ISD) is the epistemological one, where Muslim is asked to make knowledge for sustainability based on signs, radical-encompassing (systematic) collection and operation of signs, developmental and purified signs and Arabic conception. ISD has many applications, one of them is its applications into education development planning, where standards of competencies and content are redefined, mainly, based on Makasid ontological model and standards of process are redefined, mainly, based on Makasid epistemological and axiological model.","PeriodicalId":341172,"journal":{"name":"Millah: Journal of Religious Studies","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121905642","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-04-28DOI: 10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART3
Mahyiddin Mahyiddin, M. I. Siregar, Muhammad Affan
Setidaknya ada dua corak tulisan tentang pendidikan salafi yang kerap muncul di permukaan. Pertama, mencoba untuk memosisikan secara apologis akan relevansi fungsional antara pendidikan salafi dengan ideologi negara, modernitas, dan realitas kemajemukan bangsa. Sedangkan yang kedua malah sebaliknya, justru melakukan kritik dan otokritik terhadap konsep pendidikan salafi, yang karena konservatismenya, dipandang kurang bersahabat dengan ideologi negara dan realitas kebangsaan. Sementara, tulisan ini sedikit lebih unik. Di dalamnya membahas tentang adanya fakta-fakta operasional yang menimbulkan dilema antara pendidikan salafi yang notabene bersifat perenialis dengan paradigma pragmatisme dan progresifisme. Uniknya lagi, ketiga paradigma yang dianggap kontras ini justru “bernegosiasi”, koersif atau tidak, dalam pengoperasionalisasian pendidikan pada SDIT di Langsa, Aceh. Sehingga mendorong lahirnya kemungkinan bermetamorfosisnya pendidikan salafi ke arah paradigma baru bernama “salafi progresif”. Kreasi metodologis yang berbasis pada data fenomenologis ini diharapkan akan mampu menjadi top model rumusan dasar filosofis bagi pendidikan salafi di Indonesia.
{"title":"Paradigma Baru Pendidikan Salafi: Negosiasi Perenialisme, Pragmatisme, dan Progresifisme pada SDIT di Langsa, Aceh","authors":"Mahyiddin Mahyiddin, M. I. Siregar, Muhammad Affan","doi":"10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART3","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART3","url":null,"abstract":"Setidaknya ada dua corak tulisan tentang pendidikan salafi yang kerap muncul di permukaan. Pertama, mencoba untuk memosisikan secara apologis akan relevansi fungsional antara pendidikan salafi dengan ideologi negara, modernitas, dan realitas kemajemukan bangsa. Sedangkan yang kedua malah sebaliknya, justru melakukan kritik dan otokritik terhadap konsep pendidikan salafi, yang karena konservatismenya, dipandang kurang bersahabat dengan ideologi negara dan realitas kebangsaan. Sementara, tulisan ini sedikit lebih unik. Di dalamnya membahas tentang adanya fakta-fakta operasional yang menimbulkan dilema antara pendidikan salafi yang notabene bersifat perenialis dengan paradigma pragmatisme dan progresifisme. Uniknya lagi, ketiga paradigma yang dianggap kontras ini justru “bernegosiasi”, koersif atau tidak, dalam pengoperasionalisasian pendidikan pada SDIT di Langsa, Aceh. Sehingga mendorong lahirnya kemungkinan bermetamorfosisnya pendidikan salafi ke arah paradigma baru bernama “salafi progresif”. Kreasi metodologis yang berbasis pada data fenomenologis ini diharapkan akan mampu menjadi top model rumusan dasar filosofis bagi pendidikan salafi di Indonesia.","PeriodicalId":341172,"journal":{"name":"Millah: Journal of Religious Studies","volume":"109 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133368867","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-04-28DOI: 10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART2
Khusni Arum
Penelitian ini mengkaji tentang formulasi dan pengembangan Pendidikan Agama Islam berbasis sosial profetik yang di gagas oleh Kuntowijoyo. Pokok masalah yang diteliti di identifikasikan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: pertama, Bagaimana konsep pendidikan Islam berbasis sosial profetik Kuntowijoyo. Kedua, Bagaimana implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam. Ketiga, Bagaimana pengembangan Pendidikan Agama Islam berbasis sosial profetik ala Kuntowijoyo. Penelitian kepustakaan (library research) ini menggunakan data kualitatif dari sumber data primer maupun sekunder, kemudian pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua:Pertama, pendekatan filosofi (philosophical approach), kedua, pendekatan sosiologis (sociological approach). Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : Pertama, konsep pendidikan agama Islam berbasis sosial profetik Kuntowijoyo merupakan Pendidikan Agama Islam yang terinspirasi dari kandungan Q.S. Ali-Imran/3: 110 mencakup humanisasi, liberasi dan transendensi. Kedua, implikasi dari pendidikan Islam berbasis sosial profetik, akan menuntut perubahan metode pengajaran dari tekstual-ferbalistik menuju kontekstual-dialogis. Ketiga, pengembangan Pendidikan Agama Islam berbasis sosial profetik di aplikasikan pada perubahan sebagai upaya perbaikan pada problem-problem pendidikan Islam selama ini.
{"title":"Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis Sosial Profetik (Analisis Terhadap Pemikiran Kuntowijoyo)","authors":"Khusni Arum","doi":"10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART2","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART2","url":null,"abstract":"Penelitian ini mengkaji tentang formulasi dan pengembangan Pendidikan Agama Islam berbasis sosial profetik yang di gagas oleh Kuntowijoyo. Pokok masalah yang diteliti di identifikasikan ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: pertama, Bagaimana konsep pendidikan Islam berbasis sosial profetik Kuntowijoyo. Kedua, Bagaimana implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam. Ketiga, Bagaimana pengembangan Pendidikan Agama Islam berbasis sosial profetik ala Kuntowijoyo. Penelitian kepustakaan (library research) ini menggunakan data kualitatif dari sumber data primer maupun sekunder, kemudian pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ada dua:Pertama, pendekatan filosofi (philosophical approach), kedua, pendekatan sosiologis (sociological approach). Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : Pertama, konsep pendidikan agama Islam berbasis sosial profetik Kuntowijoyo merupakan Pendidikan Agama Islam yang terinspirasi dari kandungan Q.S. Ali-Imran/3: 110 mencakup humanisasi, liberasi dan transendensi. Kedua, implikasi dari pendidikan Islam berbasis sosial profetik, akan menuntut perubahan metode pengajaran dari tekstual-ferbalistik menuju kontekstual-dialogis. Ketiga, pengembangan Pendidikan Agama Islam berbasis sosial profetik di aplikasikan pada perubahan sebagai upaya perbaikan pada problem-problem pendidikan Islam selama ini.","PeriodicalId":341172,"journal":{"name":"Millah: Journal of Religious Studies","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-04-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123092712","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-04-05DOI: 10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART9
Nisa Rafiatun
Artikel ini menguraikan nilai pendidikan Islam dalam kesenian tembang Macapat yang diketahui merupakan media dakwah Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mengenai seni bahwa tidak hanya sebagai hiburan semata, namun juga memiliki pesan – pesan dan nilai – nilai keislaman di dalamnya yang jarang masyarakat ketahui. Tembang Macapat menggambarkan perjalanan kehidupan manusia dari lahir hingga meninggal dunia. Dengan demikian, artikel ini mencoba untuk menjawab pertanyaan apa sesungguhnya nilai filosofis dan nilai – nilai keislaman yang terkandung di dalam kesenian tembang macapat tersebut. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai nilai keislaman dalam tembang Macapat. Adapun temuan nilai pendidikan Islam dalam kesenian tembang Macapat adalah : Pertama, pesan akhlak yang meliputi pesan untuk meninggalkan hal – hal yang bersifat duniawi, istiqomah ketika sudah diberikan hidayah oleh Allah, memelihara kehidupan di bumi dengan baik, memilih pasangan hidup dengan mengutamakan akhlak, membawa kehidupan rumah tangga pada sakinah, mawadah, wa rahmah, mendengarkan nasihat baik dari orang tua maupun dari orang lain, memperbanyak do’a dan ikhtiar dalam menggapai cita – cita, mendidik anak dengan cara yang baik, serta mempunyai niat yang baik dan kuat dalam mencari ilmu. Kedua, pesan syari’ah yaitu istiqomah menjalankan perintah Allah, tidak durhaka kepada orang tua, dan merawat jenazah yang sudah menjadi kewajiban sebagai umat Muslim.
{"title":"Nilai Pendidikan Islam dalam Kesenian Tembang Macapat","authors":"Nisa Rafiatun","doi":"10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART9","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART9","url":null,"abstract":"Artikel ini menguraikan nilai pendidikan Islam dalam kesenian tembang Macapat yang diketahui merupakan media dakwah Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mengenai seni bahwa tidak hanya sebagai hiburan semata, namun juga memiliki pesan – pesan dan nilai – nilai keislaman di dalamnya yang jarang masyarakat ketahui. Tembang Macapat menggambarkan perjalanan kehidupan manusia dari lahir hingga meninggal dunia. Dengan demikian, artikel ini mencoba untuk menjawab pertanyaan apa sesungguhnya nilai filosofis dan nilai – nilai keislaman yang terkandung di dalam kesenian tembang macapat tersebut. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat mengenai nilai keislaman dalam tembang Macapat. Adapun temuan nilai pendidikan Islam dalam kesenian tembang Macapat adalah : Pertama, pesan akhlak yang meliputi pesan untuk meninggalkan hal – hal yang bersifat duniawi, istiqomah ketika sudah diberikan hidayah oleh Allah, memelihara kehidupan di bumi dengan baik, memilih pasangan hidup dengan mengutamakan akhlak, membawa kehidupan rumah tangga pada sakinah, mawadah, wa rahmah, mendengarkan nasihat baik dari orang tua maupun dari orang lain, memperbanyak do’a dan ikhtiar dalam menggapai cita – cita, mendidik anak dengan cara yang baik, serta mempunyai niat yang baik dan kuat dalam mencari ilmu. Kedua, pesan syari’ah yaitu istiqomah menjalankan perintah Allah, tidak durhaka kepada orang tua, dan merawat jenazah yang sudah menjadi kewajiban sebagai umat Muslim.","PeriodicalId":341172,"journal":{"name":"Millah: Journal of Religious Studies","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123878114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-04-05DOI: 10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART8
Muhammad Aji Nugroho, Khoiriyatun Ni’mah
Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama. Namun proses tersebut dalam realisasinya mengalami banyak kendala, seperti Fundalisme, Radikalisme, Terorisme. Sikap Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sangatlah humanis dan relevan, tidak menggadaikan hal yang profan sebagai keyakinan yang dimiliki penganutnya, akan tetapi juga tidak meninggalkan nilai nilai universal sebagai pesan agama untuk senantiasa menjaga kedamaian antar sesama umat manusia, dengan menumbuhkan Toleransi, Membangun Solidaritas, Menegakkan Demokrasi, Menghindari Fanatisme dalam Beragama. Maka pendidikan Islam berwawasan kerukunan adalah pendidikan yang mampu menjadikan perbedaannya sebagai alat untuk semakin menjadi pribadi yang taat dan tidak keluar dari fitrahnya, yaitu dengan mengajarkan bagaimana cara hidup ditengah pluralitas bangsanya, agar mereka mampu hidup, baik dalam internal kelompoknya maupun eksternal kelompok lain, dapat hidup damai dengan lingkungannya, memaknai perbedaan yang secara bijaksana dan tepat. Hal ini terlihat dalam konsepnya yang: 1) berpijak pada konsep fitrah; 2) bersifat moderat; 3) mengusung misi kemanusiaan (humanisme); 4) Inklusif dalam beragama; 5) meyakini kemajemukan adalah sunnatullah & kebenaran bersifat privat dan universal; 6) mampu hidup berdampingan secara damai dan bekerjasama dengan pemeluk agama lain; 7) tumbuh sikap sportif dalam bersosialisasi dan hidup bersama kelompok lain; 8) mengelola perbedaan secara etis dan berkompetisi secara sehat; 9) jauh dari persepsi yang sempit yang diwujudkan dengan komunikasi yang sehat berdasarkan pengamatan dan pengertian terhadap perbedaan yang ada.
{"title":"Konsep Pendidikan Islam Berwawasan Kerukunan pada Masyarakat Multikultural","authors":"Muhammad Aji Nugroho, Khoiriyatun Ni’mah","doi":"10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART8","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART8","url":null,"abstract":"Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama. Namun proses tersebut dalam realisasinya mengalami banyak kendala, seperti Fundalisme, Radikalisme, Terorisme. Sikap Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sangatlah humanis dan relevan, tidak menggadaikan hal yang profan sebagai keyakinan yang dimiliki penganutnya, akan tetapi juga tidak meninggalkan nilai nilai universal sebagai pesan agama untuk senantiasa menjaga kedamaian antar sesama umat manusia, dengan menumbuhkan Toleransi, Membangun Solidaritas, Menegakkan Demokrasi, Menghindari Fanatisme dalam Beragama. Maka pendidikan Islam berwawasan kerukunan adalah pendidikan yang mampu menjadikan perbedaannya sebagai alat untuk semakin menjadi pribadi yang taat dan tidak keluar dari fitrahnya, yaitu dengan mengajarkan bagaimana cara hidup ditengah pluralitas bangsanya, agar mereka mampu hidup, baik dalam internal kelompoknya maupun eksternal kelompok lain, dapat hidup damai dengan lingkungannya, memaknai perbedaan yang secara bijaksana dan tepat. Hal ini terlihat dalam konsepnya yang: 1) berpijak pada konsep fitrah; 2) bersifat moderat; 3) mengusung misi kemanusiaan (humanisme); 4) Inklusif dalam beragama; 5) meyakini kemajemukan adalah sunnatullah & kebenaran bersifat privat dan universal; 6) mampu hidup berdampingan secara damai dan bekerjasama dengan pemeluk agama lain; 7) tumbuh sikap sportif dalam bersosialisasi dan hidup bersama kelompok lain; 8) mengelola perbedaan secara etis dan berkompetisi secara sehat; 9) jauh dari persepsi yang sempit yang diwujudkan dengan komunikasi yang sehat berdasarkan pengamatan dan pengertian terhadap perbedaan yang ada.","PeriodicalId":341172,"journal":{"name":"Millah: Journal of Religious Studies","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131288601","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-04-05DOI: 10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART7
Rina Oktafia Putri
Tulisan ini mendeskripsikan tentang terjadinya praktek kekerasan simbolik dalam relasi guru dan peserta didik khususnya di dunia pendidikan Islam. Praktek kekerasan simbolik tidak terlepas dari dinamika pendidikan di Indonesia, karena tidak ada dalam proses pembelajaran yang berlangsung dengan baik tanpa adanya upaya pendisplinan. Selanjutnya kekerasan simbolik sama halnya dengan dominasi simbolik di mana penindasan dengan menggunakan simbol-simbol (sloganistik, sederhana, populer,). Penindasan ini tidak dirasakan sebagai penindasan antara guru dan peserta didik, tetapi sebagai sesuatu yang secara normal perlu dilakukan. Artinya, penindasan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari pihak yang ditindas itu sendiri. Adapun bentuk relasi ini dipandang wajar sebagai hal yang seharusnya terjadi antara guru dan peserta didik dan hal ini sangat perlu diwaspadai karena kekerasan simbolik melekat di ranah pendidikan dan hal tersebut berlangsung di lingkungan sekolah.
{"title":"Praktek Kekerasan Simbolik (Relasi Guru dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam)","authors":"Rina Oktafia Putri","doi":"10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART7","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/MILLAH.VOL17.ISS2.ART7","url":null,"abstract":"Tulisan ini mendeskripsikan tentang terjadinya praktek kekerasan simbolik dalam relasi guru dan peserta didik khususnya di dunia pendidikan Islam. Praktek kekerasan simbolik tidak terlepas dari dinamika pendidikan di Indonesia, karena tidak ada dalam proses pembelajaran yang berlangsung dengan baik tanpa adanya upaya pendisplinan. Selanjutnya kekerasan simbolik sama halnya dengan dominasi simbolik di mana penindasan dengan menggunakan simbol-simbol (sloganistik, sederhana, populer,). Penindasan ini tidak dirasakan sebagai penindasan antara guru dan peserta didik, tetapi sebagai sesuatu yang secara normal perlu dilakukan. Artinya, penindasan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari pihak yang ditindas itu sendiri. Adapun bentuk relasi ini dipandang wajar sebagai hal yang seharusnya terjadi antara guru dan peserta didik dan hal ini sangat perlu diwaspadai karena kekerasan simbolik melekat di ranah pendidikan dan hal tersebut berlangsung di lingkungan sekolah.","PeriodicalId":341172,"journal":{"name":"Millah: Journal of Religious Studies","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129642983","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-03-05DOI: 10.20885/millah.vol17.iss2.art6
Evita Yuliatul Wahidah
Artikel ini dimaksudkan untuk membedah secara lebih mendalam bagaimana proses identifikasi dan psikoterapi pada penderita gangguan pemusatan perhatian disertai kondisi hiperaktif, khususnya pada anak-anak atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Lebih lanjut, identifikasi serta psikoterapi terhadap ADHD ini mengambil fokus pada perspektif psikologi pendidikan islam kontemporer. ADHD merupakan gangguan atau kelainan pada aspek koginitif, psikomotorik, maupun afektif yang bersifat kompleks. Kemunculan gejala ADHD dimulai pada usia anak-anak dan bersifat menahun. Gejala utamanya berupa hambatan konsentrasi (inatensi), pengendalian diri (impulsifitas), dan hiperaktifitas. Efektifitas prosedur psikoterapi secara umum dapat dilakukan melalui pendekatan perilaku, pendekatan farmakologi, dan pendekatan multimodal atau gabungan. Dalam pembahasan artikel ini menghasilkan beberapa solusi pada penderita ADHD menurut pandangan psikologi pendidikan islam kontemporer, yaitu: 1) terapi desensititasi melalui proses membayangkan atau relaksasi; 2) terapi sholat secara khusu’ (meditasi); 3) terapi auto-sugesti melaui do’a dalam sholat dengan memberikan sugesti terhadap diri untuk berbuat baik (hypnosis theory); 4) terapi aspek kebersamaan melalui sholat berjamaah; 5) terapi murottal yang bersifat menenangkan penderita ADHD.
{"title":"Identifikasi dan Psikoterapi terhadap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Perspektif Psikologi Pendidikan Islam Kontemporer","authors":"Evita Yuliatul Wahidah","doi":"10.20885/millah.vol17.iss2.art6","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/millah.vol17.iss2.art6","url":null,"abstract":"Artikel ini dimaksudkan untuk membedah secara lebih mendalam bagaimana proses identifikasi dan psikoterapi pada penderita gangguan pemusatan perhatian disertai kondisi hiperaktif, khususnya pada anak-anak atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Lebih lanjut, identifikasi serta psikoterapi terhadap ADHD ini mengambil fokus pada perspektif psikologi pendidikan islam kontemporer. ADHD merupakan gangguan atau kelainan pada aspek koginitif, psikomotorik, maupun afektif yang bersifat kompleks. Kemunculan gejala ADHD dimulai pada usia anak-anak dan bersifat menahun. Gejala utamanya berupa hambatan konsentrasi (inatensi), pengendalian diri (impulsifitas), dan hiperaktifitas. Efektifitas prosedur psikoterapi secara umum dapat dilakukan melalui pendekatan perilaku, pendekatan farmakologi, dan pendekatan multimodal atau gabungan. Dalam pembahasan artikel ini menghasilkan beberapa solusi pada penderita ADHD menurut pandangan psikologi pendidikan islam kontemporer, yaitu: 1) terapi desensititasi melalui proses membayangkan atau relaksasi; 2) terapi sholat secara khusu’ (meditasi); 3) terapi auto-sugesti melaui do’a dalam sholat dengan memberikan sugesti terhadap diri untuk berbuat baik (hypnosis theory); 4) terapi aspek kebersamaan melalui sholat berjamaah; 5) terapi murottal yang bersifat menenangkan penderita ADHD.","PeriodicalId":341172,"journal":{"name":"Millah: Journal of Religious Studies","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-03-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125405880","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-02-20DOI: 10.20885/MILLAH.VOL17.ISS1.ART4
Rachmat Hidajat
In managing productive zakāt, management is important methods to increase prosperity and work ethics of the people. The existence of amil zakāt (BAZ) and the institute amil zakāt (LAZ) have an important role to accelerate the economic growth from mustahīq to muzakki. LAZ POS KEADILAN PEDULI UMAT (PKPU) Makassar presents as social institution which not only implements the distribution of consumptive zakāt but also productive zakāt. But in his activity, it is not known the effectiveness in terms of management and its impact on mustahīq. This study aims to determine the management system and resulting distribution of productive zakāt applied LAZ PKPU Makassar. This research was done in the office and target location of PKPU with qualitative research approaches. Data were collected by interview, observation, and study documents. The results of this study indicate the LAZ PKPU Makassar implementing the management functions that are program planning is done by making an assessment to see the needs of mustahīq and to make the work program, organizing program created an organizational structures and task divisions, implementation of the productive zakāt program is used by qardhul hasan, and the supervision of mustahīq is done by meeting one month. Productive zakat is managing by LAZ PKPU Makassar that can improve the mustahīq economy, train independence, and increase religion knowledge for mustahīq. –(Dalam mengelola zakat produktif dibutuhkan sebuah manajemen guna mencapai kesejahteraan dan meningkatkan etos kerja umat. Keberadaan Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) mempunyai peran penting dalam menyalurkan zakat produktif sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi umat yang awalnya adalah golongan mustahiq kemudian menjadi seorang muzakki. LAZ Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) kota Makassar hadir sebagai lembaga sosial yang tidak hanya menerapkan distribusi dana zakat yang bersifat komsumtif tapi juga bersifat produktif. Akan tetapi dalam aktifitasnya belum diketahui sejauh mana keefektifan dalam hal manajemen pengelolaan zakat produktif dan dampaknya terhadap mustahiq. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem manajemen dan hasil distribusi zakat produktif yang diterapkan LAZ PKPU kota Makassar. Penelitian ini lakukan di kantor PKPU dan lokasi binaan program zakat produktif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen yang kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pihak LAZ PKPU kota Makassar berupaya melaksanakan program zakat produktif dengan menerapkan fungsi manajemen yang terdiri dari: Perencanaan program ini dilakukan terlebih dahulu membuat assessment untuk melihat kebutuhan para mustahiq dilanjutkan dengan pembuatan program kerja. Pengorganisasian program ini dengan membuat struktur organisasi dan pembagian tugas. Pelaksanaan program zakat produktif menggunakan sistem dana bergulir yakni menyalurkan pinjama
在管理生产zakāt中,管理是提高人民富裕程度和职业道德的重要方法。amil zakāt (BAZ)和研究所amil zakāt (LAZ)的存在对加速从mustahq到muzakki的经济增长具有重要作用。LAZ POS KEADILAN PEDULI UMAT (PKPU) Makassar是一个社会机构,它不仅实现了消费的分配zakāt,而且实现了生产的分配zakāt。但在他的活动中,在管理方面的有效性及其对mustahq的影响尚不清楚。本研究的目的是确定管理制度和生产的zakāt应用LAZ PKPU望加锡。本研究采用定性研究方法,在北京PKPU的办公室和目标地点进行。通过访谈、观察和研究文献收集数据。本研究结果表明:望加锡LAZ PKPU实施管理职能的方式是通过评估mustah的需求并制定工作计划,组织计划创建了组织结构和任务分工,实施富有成效的zakāt计划由qardhul hasan使用,对mustah的监督是通过一个月的会议完成的。富有成效的天课是由LAZ PKPU Makassar管理的,它可以改善穆斯林的经济,培养他们的独立性,增加穆斯林的宗教知识。- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -不丹人民的天课(BAZ),不丹人民的天课(LAZ),不丹人民的天课,不丹人民的天课,不丹人民的天课,不丹人民的天课,不丹人民的天课,不丹人民的天课,不丹人民的天课,不丹人民的天课,不丹人民的天课。拉兹波斯Keadilan Peduli Umat (PKPU) kota望加锡hadir sebagai lembaga社会yang tidak hanya menerapkan分布商业dana zakat yang bersifat komsumtif tapi juga bersifat产品。Akan tetapi dalam aktifitasnya belum diketahui sejauh mana keefektifan dalam hal管理,pengelolaan zakat产品,dandanpaknya terhadap mustahiq。Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui系统管理dan hasil分销zakat产品,并与LAZ PKPU kota望加锡。Penelitian ini lakukan di kantor PKPU和lokasi binaan计划zakat产品dendenan penelian质量。数据分析,数据分析,数据研究,数据分析,数据分析,数据分析,数据分析,数据质量。Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pihak LAZ PKPU kota Makassar berupaya melaksanakan计划zakat产品,dengan menerapkan真菌,管理,yang terdiri dari: perencanan计划,diakakan terlebih dahulu成员评估,untuk melihan, kebutuhan, parstahiq, dilanjutkan, dengan penbuatan计划,kerja。彭巴吉亚洲计划是由彭巴吉组织的成员组成的。Pelaksanaan程序zakat产品,menggunakan系统dana bergullir yakni menyalurkan pinjaman模态kepada mustahiq secara qardhul hasan。1 .我的朋友,我的朋友,我的朋友,我的朋友。【关键词】管理、生产zakāt、经济mustahiq。
{"title":"PENERAPAN MANAJEMEN ZAKAT PRODUKTIF DALAM MENINGKATKAN EKONOMI UMAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) KOTA MAKASSAR","authors":"Rachmat Hidajat","doi":"10.20885/MILLAH.VOL17.ISS1.ART4","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/MILLAH.VOL17.ISS1.ART4","url":null,"abstract":"In managing productive zakāt, management is important methods to increase prosperity and work ethics of the people. The existence of amil zakāt (BAZ) and the institute amil zakāt (LAZ) have an important role to accelerate the economic growth from mustahīq to muzakki. LAZ POS KEADILAN PEDULI UMAT (PKPU) Makassar presents as social institution which not only implements the distribution of consumptive zakāt but also productive zakāt. But in his activity, it is not known the effectiveness in terms of management and its impact on mustahīq. This study aims to determine the management system and resulting distribution of productive zakāt applied LAZ PKPU Makassar. This research was done in the office and target location of PKPU with qualitative research approaches. Data were collected by interview, observation, and study documents. The results of this study indicate the LAZ PKPU Makassar implementing the management functions that are program planning is done by making an assessment to see the needs of mustahīq and to make the work program, organizing program created an organizational structures and task divisions, implementation of the productive zakāt program is used by qardhul hasan, and the supervision of mustahīq is done by meeting one month. Productive zakat is managing by LAZ PKPU Makassar that can improve the mustahīq economy, train independence, and increase religion knowledge for mustahīq. –(Dalam mengelola zakat produktif dibutuhkan sebuah manajemen guna mencapai kesejahteraan dan meningkatkan etos kerja umat. Keberadaan Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) mempunyai peran penting dalam menyalurkan zakat produktif sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi umat yang awalnya adalah golongan mustahiq kemudian menjadi seorang muzakki. LAZ Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) kota Makassar hadir sebagai lembaga sosial yang tidak hanya menerapkan distribusi dana zakat yang bersifat komsumtif tapi juga bersifat produktif. Akan tetapi dalam aktifitasnya belum diketahui sejauh mana keefektifan dalam hal manajemen pengelolaan zakat produktif dan dampaknya terhadap mustahiq. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem manajemen dan hasil distribusi zakat produktif yang diterapkan LAZ PKPU kota Makassar. Penelitian ini lakukan di kantor PKPU dan lokasi binaan program zakat produktif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen yang kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pihak LAZ PKPU kota Makassar berupaya melaksanakan program zakat produktif dengan menerapkan fungsi manajemen yang terdiri dari: Perencanaan program ini dilakukan terlebih dahulu membuat assessment untuk melihat kebutuhan para mustahiq dilanjutkan dengan pembuatan program kerja. Pengorganisasian program ini dengan membuat struktur organisasi dan pembagian tugas. Pelaksanaan program zakat produktif menggunakan sistem dana bergulir yakni menyalurkan pinjama","PeriodicalId":341172,"journal":{"name":"Millah: Journal of Religious Studies","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115637034","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}