Pendidikan karakter merupakan orientasi akhir dari penyelenggaran penddikan baik pada jenjang pendidikan formal, non-formal,dan in-formal. Pengembangan pendidikan karakter juga menjadi matarantai yang tidak terpisahkan teramsuk dalam rumusan pengembangan kurijkulum nasional. Disisi lain, pengembangan pendidikan karakter juga merupakan hasil rumusan integrasi dari berbagai aspek kehidupan social masyarakat mulai dari adat-istiadat, pandangan kebudayaan dan proyeksi capaian pendidikan nasional sehingga menjadi satu kesatuan integratif dalam menyelenggaran pendidikan karakter di lingkup satuan pendidikan. Dalam hal inilah, integrasi pendidikan karakter, revolusi mental dan nilai-nilai budaya Bima penting untuk dipahami agara dapat dijadikan acuan penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya Bima bagi seluruh stakeholder dilingkup satuan pendidikan di daerah Bima. Dengan demikian, penguatan intergasi pendidikan karakter dan nilai budaya Bima yang selaras dengan capaian pendidikan nasional diharapkan akan berdampak positif terhadap pembentukan karakter, sikap, dan tingkah laku paripurna seorang anak/siswa dilingkup satuan pendidikan dan dilingkup kehidupan sosialnya.
{"title":"INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER, REVOLUSI MENTAL DAN NILAI-NILAI BUDAYA BIMA","authors":"Edy Suparjan, Nurnaningsih Nurnaningsih","doi":"10.30998/JE.V1I1.461","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/JE.V1I1.461","url":null,"abstract":"Pendidikan karakter merupakan orientasi akhir dari penyelenggaran penddikan baik pada jenjang pendidikan formal, non-formal,dan in-formal. Pengembangan pendidikan karakter juga menjadi matarantai yang tidak terpisahkan teramsuk dalam rumusan pengembangan kurijkulum nasional. Disisi lain, pengembangan pendidikan karakter juga merupakan hasil rumusan integrasi dari berbagai aspek kehidupan social masyarakat mulai dari adat-istiadat, pandangan kebudayaan dan proyeksi capaian pendidikan nasional sehingga menjadi satu kesatuan integratif dalam menyelenggaran pendidikan karakter di lingkup satuan pendidikan. Dalam hal inilah, integrasi pendidikan karakter, revolusi mental dan nilai-nilai budaya Bima penting untuk dipahami agara dapat dijadikan acuan penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya Bima bagi seluruh stakeholder dilingkup satuan pendidikan di daerah Bima. Dengan demikian, penguatan intergasi pendidikan karakter dan nilai budaya Bima yang selaras dengan capaian pendidikan nasional diharapkan akan berdampak positif terhadap pembentukan karakter, sikap, dan tingkah laku paripurna seorang anak/siswa dilingkup satuan pendidikan dan dilingkup kehidupan sosialnya.","PeriodicalId":372954,"journal":{"name":"TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan","volume":"81 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-10-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123092491","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-07-01DOI: 10.36312/JISIP.V4I3.1284
T. Taufik
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis beberapa hal antara lai; (1) Karakteristik Perbuatan Melawan Hukum Dalam Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah. (2) Bentuk Kesalahan Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah, Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif. Metode yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statuta approach),Pendekatan konseptual (conceptual approach), pendekatan kasus (caseapproach). Hasil penelitian menunjukan bahwasanya; (1) Karakteristik perbuatan melawan hukum dalam korupsi pengadaan barang dan jasa adalah merupakan pelanggaran/perbuatan melawan hukum atas undang-undang secara formiil dan materiil, berdasarkan penjelasan Pasal 2 UU Nomor.31 Tahun 1999 Jo. UU Nomor. 20 Tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi, bahwa tindak pidana korupsi bukan saja perbuatan melawan hukum dari segi formiil namun juga merupakan melawan hukum materiil, namun penjelasan Pasal 2 tersebut, sudah dibatalkan oleh MK. (2) Bentuk kesalahan dalam Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah,terletak pada 3 (tiga) aspek yakni: 1. Aspek Hukum Administrasi, 2. Aspek Hukum Perdata dan Aspek Hukum Pidana.
{"title":"PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH","authors":"T. Taufik","doi":"10.36312/JISIP.V4I3.1284","DOIUrl":"https://doi.org/10.36312/JISIP.V4I3.1284","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis beberapa hal antara lai; (1) Karakteristik Perbuatan Melawan Hukum Dalam Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa oleh Pemerintah. (2) Bentuk Kesalahan Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah, Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif. Metode yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statuta approach),Pendekatan konseptual (conceptual approach), pendekatan kasus (caseapproach). Hasil penelitian menunjukan bahwasanya; (1) Karakteristik perbuatan melawan hukum dalam korupsi pengadaan barang dan jasa adalah merupakan pelanggaran/perbuatan melawan hukum atas undang-undang secara formiil dan materiil, berdasarkan penjelasan Pasal 2 UU Nomor.31 Tahun 1999 Jo. UU Nomor. 20 Tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi, bahwa tindak pidana korupsi bukan saja perbuatan melawan hukum dari segi formiil namun juga merupakan melawan hukum materiil, namun penjelasan Pasal 2 tersebut, sudah dibatalkan oleh MK. (2) Bentuk kesalahan dalam Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah,terletak pada 3 (tiga) aspek yakni: 1. Aspek Hukum Administrasi, 2. Aspek Hukum Perdata dan Aspek Hukum Pidana. ","PeriodicalId":372954,"journal":{"name":"TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan","volume":"81 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-07-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123478544","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-06DOI: 10.52266/tadjid.v4i1.325
Armansyah Armansyah
Perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang komprehensif. Lembaga pendidikan Islam dituntut untuk mampu ikut berkompetisi dalam upaya menciptakan suatu inovasi kreatif terhadap sistem ataupun metode pembelajaran yang telah ada. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Halaqah biasanya digunakan untuk mengambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin menkaji ajaran Islam jumlah peserta berkisar antara 3-12 orang. Pada dasarnya sistem pembinaan halaqah ada tiga tingkatan, mulai dari tahap pertama adalah tahap rahasia dan perseorangan yaitu sejak turunnya wahyu yang pertama Al-qur‟an Surat 96, ayat 1-5, tahap kedua adalah tahap terang-terangan kemudian tahap ketiga adalah Tahap untuk umum yaitu seruan dalam skala internasional. Secara praksis penerapan metode halaqah, menjadi ruang meditor bagi setiap orang untuk memahami potensi dirinya mencakup kecerdasan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, bahkan membina hubungan.
{"title":"PENERAPAN SISTEM PEMBINAAN HALAQAH DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL","authors":"Armansyah Armansyah","doi":"10.52266/tadjid.v4i1.325","DOIUrl":"https://doi.org/10.52266/tadjid.v4i1.325","url":null,"abstract":"Perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang komprehensif. Lembaga pendidikan Islam dituntut untuk mampu ikut berkompetisi dalam upaya menciptakan suatu inovasi kreatif terhadap sistem ataupun metode pembelajaran yang telah ada. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Halaqah biasanya digunakan untuk mengambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin menkaji ajaran Islam jumlah peserta berkisar antara 3-12 orang. Pada dasarnya sistem pembinaan halaqah ada tiga tingkatan, mulai dari tahap pertama adalah tahap rahasia dan perseorangan yaitu sejak turunnya wahyu yang pertama Al-qur‟an Surat 96, ayat 1-5, tahap kedua adalah tahap terang-terangan kemudian tahap ketiga adalah Tahap untuk umum yaitu seruan dalam skala internasional. Secara praksis penerapan metode halaqah, menjadi ruang meditor bagi setiap orang untuk memahami potensi dirinya mencakup kecerdasan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, bahkan membina hubungan.","PeriodicalId":372954,"journal":{"name":"TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116858950","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.52266/tadjid.v3i2.297
Nur Khosiah, Devy Habibi Muhammad
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk dari Sabang sampai Merauke memiliki kearifan lokal tersendiri yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia mempunyai kepercayaan pada hal-hal tertentu yang terkadang tidak masuk akal tetapi terjadi dalam kehidupan nyata dikarenakan kepercayaan tersebut sudah melekat dalam kehidupan masyarakat. Hal ini yang kita sebut dengan mitos. Meskipun masyarakat sudah hidup di zaman modern dan di era digital tetapi mitos masih berkembang dalam masyarakat contoh wanita hamil jika jatuh harus merobek bajunya dan jika luka harus di obati dengan kotoran sapi (celethong), bayi yang baru di lahirkan ketika tidur disampingnya harus tersedia sapu lidi, gunting, cermin.jika ada orang meninggal perjaka/ perawan pemakamannya harus di payungi. Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan berbagai fenomena yang berkembang di masyarakat melalui pengamatan dan dianalisis secara deskriptif berdasarkan perspektif Islam.
{"title":"FENOMENA MITOS YANG BERKEMBANG DI MASYARAKAT POST MODERN PERSPEKTIF ISLAM","authors":"Nur Khosiah, Devy Habibi Muhammad","doi":"10.52266/tadjid.v3i2.297","DOIUrl":"https://doi.org/10.52266/tadjid.v3i2.297","url":null,"abstract":"Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk dari Sabang sampai Merauke memiliki kearifan lokal tersendiri yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia mempunyai kepercayaan pada hal-hal tertentu yang terkadang tidak masuk akal tetapi terjadi dalam kehidupan nyata dikarenakan kepercayaan tersebut sudah melekat dalam kehidupan masyarakat. Hal ini yang kita sebut dengan mitos. Meskipun masyarakat sudah hidup di zaman modern dan di era digital tetapi mitos masih berkembang dalam masyarakat contoh wanita hamil jika jatuh harus merobek bajunya dan jika luka harus di obati dengan kotoran sapi (celethong), bayi yang baru di lahirkan ketika tidur disampingnya harus tersedia sapu lidi, gunting, cermin.jika ada orang meninggal perjaka/ perawan pemakamannya harus di payungi. Dalam tulisan ini penulis akan memaparkan berbagai fenomena yang berkembang di masyarakat melalui pengamatan dan dianalisis secara deskriptif berdasarkan perspektif Islam.","PeriodicalId":372954,"journal":{"name":"TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132168531","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.52266/tadjid.v3i2.291
N. Nasrullah
Radikalisme dan fundamentalisme dalam memahami ajaran agama Islam semestinya dicegah dan dihentikan dalam bingkai kehidupan yang pluralitas. Tindakan pencegahan “preventive action” menjadi hal yang tepat untuk kita tinggalkan model pemahaman yang bersifat radikal dan fundamental dalam beragama dengan beralih kepada ajaran Islam yang bernilai kesatuan dalam keragaman pluralisme agama. Nilai-nilai ajaran Islam hanya bisa dicapai apabila konsep dan karakteristik ajaran Islam dikembangkan melalui pemahaman humanistik. Itulah sebabnya, karakteristik ajaran Islam memuat berbagai bidang, seperti bidang agama, muamalah (kemanusiaan) yang di dalamnya termasuk masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, kehidupan, sosial, kesehatan, pekerjaan, serta Islam sebagai sebuah disiplin ilmu. Umat Islam harus mampu mengakomodir hal penting yang bernilai kemanusiaan dalam beberapa bidang pengetahuannya yang berlandaskan ajaran Islam.
{"title":"KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM PERSPEKTIF UNITY AND DIVERSITY OF RELIGION","authors":"N. Nasrullah","doi":"10.52266/tadjid.v3i2.291","DOIUrl":"https://doi.org/10.52266/tadjid.v3i2.291","url":null,"abstract":"Radikalisme dan fundamentalisme dalam memahami ajaran agama Islam semestinya dicegah dan dihentikan dalam bingkai kehidupan yang pluralitas. Tindakan pencegahan “preventive action” menjadi hal yang tepat untuk kita tinggalkan model pemahaman yang bersifat radikal dan fundamental dalam beragama dengan beralih kepada ajaran Islam yang bernilai kesatuan dalam keragaman pluralisme agama. Nilai-nilai ajaran Islam hanya bisa dicapai apabila konsep dan karakteristik ajaran Islam dikembangkan melalui pemahaman humanistik. Itulah sebabnya, karakteristik ajaran Islam memuat berbagai bidang, seperti bidang agama, muamalah (kemanusiaan) yang di dalamnya termasuk masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, kehidupan, sosial, kesehatan, pekerjaan, serta Islam sebagai sebuah disiplin ilmu. Umat Islam harus mampu mengakomodir hal penting yang bernilai kemanusiaan dalam beberapa bidang pengetahuannya yang berlandaskan ajaran Islam.","PeriodicalId":372954,"journal":{"name":"TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132276368","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.52266/tadjid.v3i2.294
Syarifuddin Idris
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Islam yang abadi sekaligus menjadi sumber ilmu yang tidak pernah bertentangan dengan kemajuan ilmu pengetahuan manusia, namun semakin tampak validitas kemukjizatan. Allah swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad saw, demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah saw menyampaikan kepada para sahabatnya sebagai penduduk asli Arab yang sudah tentu dapat memahami tabiat mereka. Para sahabat sangat bersemangat untuk mendapatkan pengajaran Al-Qur’an dari Rasulullah saw. Mereka ingin menghafal Al-Qur’an dan memahaminya. Selain itu Al-Qur’an telah menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk yang dapat menuntun manusia menuju ke jalan yang benar. Selain itu, ia juga berfungsi sebagai pemberi penjelasan terhadap segala sesuatu dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari Al-Qur’an, telah dilakukan berbagai upaya oleh sejumlah pakar dan Ulama yang berkompeten untuk melakukan penafsiran terhadap Al-Qur’an, sejak masa awalnya hingga sekarang. Keindahan bahasa Al-Qur’an, kedalaman maknanya, serta keragaman temanya, membuat pesan yang terkandung tidak pernah berkurang, apa lagi habis, meskipun telah dikaji dari berbagai aspeknya. Keagungan dan keajaiban selalu muncul dengan perkembangan akal manusia dari masa ke masa. Kandungannya seakan tidak lekang disengat panas dan dan tidak lapuk diterpa hujan. Karena itu, upaya menghadirkan pesan-pesan Al-Qur’an merupakan proses yang tidak pernah berakhir selama manusia hadir di muka bumi. Dari sinilah muncul sejumlah karya tafsir dalam berbagai corak dan metodeloginya seperti, tafsir Ibnu Abbas, At-Thabari, Ibnu Kasir, Asy Syaukani dan lain-lain.
{"title":"SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TAFSIR","authors":"Syarifuddin Idris","doi":"10.52266/tadjid.v3i2.294","DOIUrl":"https://doi.org/10.52266/tadjid.v3i2.294","url":null,"abstract":"Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Islam yang abadi sekaligus menjadi sumber ilmu yang tidak pernah bertentangan dengan kemajuan ilmu pengetahuan manusia, namun semakin tampak validitas kemukjizatan. Allah swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad saw, demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah saw menyampaikan kepada para sahabatnya sebagai penduduk asli Arab yang sudah tentu dapat memahami tabiat mereka. Para sahabat sangat bersemangat untuk mendapatkan pengajaran Al-Qur’an dari Rasulullah saw. Mereka ingin menghafal Al-Qur’an dan memahaminya. Selain itu Al-Qur’an telah menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk yang dapat menuntun manusia menuju ke jalan yang benar. Selain itu, ia juga berfungsi sebagai pemberi penjelasan terhadap segala sesuatu dan pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari Al-Qur’an, telah dilakukan berbagai upaya oleh sejumlah pakar dan Ulama yang berkompeten untuk melakukan penafsiran terhadap Al-Qur’an, sejak masa awalnya hingga sekarang. Keindahan bahasa Al-Qur’an, kedalaman maknanya, serta keragaman temanya, membuat pesan yang terkandung tidak pernah berkurang, apa lagi habis, meskipun telah dikaji dari berbagai aspeknya. Keagungan dan keajaiban selalu muncul dengan perkembangan akal manusia dari masa ke masa. Kandungannya seakan tidak lekang disengat panas dan dan tidak lapuk diterpa hujan. Karena itu, upaya menghadirkan pesan-pesan Al-Qur’an merupakan proses yang tidak pernah berakhir selama manusia hadir di muka bumi. Dari sinilah muncul sejumlah karya tafsir dalam berbagai corak dan metodeloginya seperti, tafsir Ibnu Abbas, At-Thabari, Ibnu Kasir, Asy Syaukani dan lain-lain.","PeriodicalId":372954,"journal":{"name":"TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115464870","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.52266/tadjid.v3i2.293
M. Muchlis
Islam adalah agama yang mengatur bagaimana cara berinteraksi dengan Tuhan, sekaligus mengajarkan bagaimana berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya. Petunjuk-petunjuk untuk kebaikan kehidupan manusia, sebagiannya bahkan diajarkan secara detail. Di antaranya adalah tentang aturan bagaimana seharusnya membuang hajat. Nabi Muhammad SAW lewat hadits-haditsnya mengajarkan kepada umat Islam agar ketika qadha’ al-haajah (membuang hajat) jangan sampai dilakukan ditempat-tempat yang biasa dilalui oleh manusia, di tempat berteduh, juga dibawah pohon-pohon yang buahnya biasa dimanfaatkan oleh manusia atau hewan, di air yang tergenang, di tempat pemandian (kolam renang). Petunjuk nabi agar jangan membuang hajat sembarangan selain berkaitan dengan masalah kesucian yang masuk dalam pembahasan ibadah, ternyata juga ada hikmah lain yang didapatkan seperti lingkungan menjadi terjaga dari polusi yang menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit yang membahayakan manusia sendiri.
{"title":"PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERSPEKTIF HADIS: STUDI ANALISIS HADITS TENTANG QADHA’ AL-HAAJAH","authors":"M. Muchlis","doi":"10.52266/tadjid.v3i2.293","DOIUrl":"https://doi.org/10.52266/tadjid.v3i2.293","url":null,"abstract":"Islam adalah agama yang mengatur bagaimana cara berinteraksi dengan Tuhan, sekaligus mengajarkan bagaimana berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya. Petunjuk-petunjuk untuk kebaikan kehidupan manusia, sebagiannya bahkan diajarkan secara detail. Di antaranya adalah tentang aturan bagaimana seharusnya membuang hajat. Nabi Muhammad SAW lewat hadits-haditsnya mengajarkan kepada umat Islam agar ketika qadha’ al-haajah (membuang hajat) jangan sampai dilakukan ditempat-tempat yang biasa dilalui oleh manusia, di tempat berteduh, juga dibawah pohon-pohon yang buahnya biasa dimanfaatkan oleh manusia atau hewan, di air yang tergenang, di tempat pemandian (kolam renang). Petunjuk nabi agar jangan membuang hajat sembarangan selain berkaitan dengan masalah kesucian yang masuk dalam pembahasan ibadah, ternyata juga ada hikmah lain yang didapatkan seperti lingkungan menjadi terjaga dari polusi yang menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit yang membahayakan manusia sendiri.","PeriodicalId":372954,"journal":{"name":"TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan","volume":"269 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114329021","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.52266/tadjid.v3i2.295
Umar Umar, H. Hendra, Mei Indra Jayanti
Literasi digital merupakan suatu kemampuan soft skill yang selayaknya dimiliki mahasiswa guna menghadapi era revolusi industri 4.0. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat literasi digital mahasiswa keguruan dilihat dari aspek persepsi terhadap literasi digital, keterpaparan terhadap penggunaan teknologi digital, dan harapan terhadap pengembangan literasi digital. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa keguruan pada Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima, berjumlah 128 orang. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik stratified random sampling sehingga diperoleh 30 mahasiswa sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat literasi digital mahasiswa keguruan Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima dilihat dari aspek persepsi terhadap literasi digital berada pada kategori sedang (63%), aspek keterpaparan terhadap teknologi digital menempati kategori rendah (33%), dan untuk aspek harapan terhadap pengembangan literasi digital masuk pada kategori sedang (42%).
{"title":"TINGKAT LITERASI DIGITAL MAHASISWA KEGURUAN DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0","authors":"Umar Umar, H. Hendra, Mei Indra Jayanti","doi":"10.52266/tadjid.v3i2.295","DOIUrl":"https://doi.org/10.52266/tadjid.v3i2.295","url":null,"abstract":"Literasi digital merupakan suatu kemampuan soft skill yang selayaknya dimiliki mahasiswa guna menghadapi era revolusi industri 4.0. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat literasi digital mahasiswa keguruan dilihat dari aspek persepsi terhadap literasi digital, keterpaparan terhadap penggunaan teknologi digital, dan harapan terhadap pengembangan literasi digital. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa keguruan pada Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima, berjumlah 128 orang. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik stratified random sampling sehingga diperoleh 30 mahasiswa sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat literasi digital mahasiswa keguruan Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima dilihat dari aspek persepsi terhadap literasi digital berada pada kategori sedang (63%), aspek keterpaparan terhadap teknologi digital menempati kategori rendah (33%), dan untuk aspek harapan terhadap pengembangan literasi digital masuk pada kategori sedang (42%).","PeriodicalId":372954,"journal":{"name":"TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan","volume":"145 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115542812","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.52266/tadjid.v3i2.298
Ilham Ilham
Memperbincangkan pendidikan Islam sebagai sebuah keilmuan tidak pernah berhenti untuk dikaji dan selalu dimanis seiring dengan tingkat perkembangan kehidupan manusia yang semakin maju. Pendidikan Islam sebagaimana dipahami adalah sebagai proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada manusia melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Maka upaya dalam mencari format senergisitas pelaksanaan pendidikan Islam untuk mencapai pengembangan potensi fitrah manusia perlu ditelaah dalam berbagai aspek dan dimensi baik kiprah lembaga pendidikan Islam sebagai institusi maupun metode pengajarannya.Oleh karena itu, nampaknya upaya mencari sinergisitas yang tepat dalam peningkatan mutu pendidikan Islam adalah sesuatu yang sangat penting dilakukan. Hal ini, didukung oleh salah satu potensi positif yang dimiliki lembaga pendidikan Islam adalah karakteristiknya yang fleksibel, sehingga mudah diadaptasikan dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, berbagai kelemahan terhadap pendidikan Islam dapat dijadikan sebagai starting point dan standar untuk melakukan perbaikan, baik dari aspek manajemen maupun kurikulumnya, yang kemudian diakomodasikan secara akultural dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
{"title":"SINERGISITAS PENDIDIKAN ISLAM: Model Sinergisitas Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia","authors":"Ilham Ilham","doi":"10.52266/tadjid.v3i2.298","DOIUrl":"https://doi.org/10.52266/tadjid.v3i2.298","url":null,"abstract":"Memperbincangkan pendidikan Islam sebagai sebuah keilmuan tidak pernah berhenti untuk dikaji dan selalu dimanis seiring dengan tingkat perkembangan kehidupan manusia yang semakin maju. Pendidikan Islam sebagaimana dipahami adalah sebagai proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada manusia melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Maka upaya dalam mencari format senergisitas pelaksanaan pendidikan Islam untuk mencapai pengembangan potensi fitrah manusia perlu ditelaah dalam berbagai aspek dan dimensi baik kiprah lembaga pendidikan Islam sebagai institusi maupun metode pengajarannya.Oleh karena itu, nampaknya upaya mencari sinergisitas yang tepat dalam peningkatan mutu pendidikan Islam adalah sesuatu yang sangat penting dilakukan. Hal ini, didukung oleh salah satu potensi positif yang dimiliki lembaga pendidikan Islam adalah karakteristiknya yang fleksibel, sehingga mudah diadaptasikan dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, berbagai kelemahan terhadap pendidikan Islam dapat dijadikan sebagai starting point dan standar untuk melakukan perbaikan, baik dari aspek manajemen maupun kurikulumnya, yang kemudian diakomodasikan secara akultural dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.","PeriodicalId":372954,"journal":{"name":"TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129249848","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.52266/tadjid.v3i2.296
M. Muslim
Al-Qur’an Al-Karim mengandung mukjizat yang luar biasa baik dilihat dari segi kebahasaan, isyarat ilmiah dan pemberitaan gaib. Kemukjizatan al-Qur’an tdak dibatasi oleh ruang dan waktu serta zaman, berlaku sepanjang waktu sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia. Ajaran dan informasinya yang disampaikan al-Qur’an mencakup keseluruhan alam semesta, termasuk aspek-aspek kebutuhan manusia didunia dan diakhirat. Salah satu bagian yang tidak terlepas dari kebutuhan manusia adalah pendidikan, maka orientasi pelaksanaan pendidikan harus merujuk kepada al-Qura’an al-Karim baik dari segi konsep maupun implementasi pelaksanaannya sehingga terwujud proses pendidikan yang memiliki nilai-nilai ketuhanan dan kepribadian ynag suci. Untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan yang bermutu, perlu cara-cara pengelolaan yang terukur, efektif, dan efisien, sehingga akan tercapai keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, konsep yang menghendaki demikian perlu penerapan konsep manajemen sebagai alat pencapaian keberhasilan pendidikan.
{"title":"PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM: Telaah Tematik Konsep Manajemen Pendidikan Dalam Al-Qur’an","authors":"M. Muslim","doi":"10.52266/tadjid.v3i2.296","DOIUrl":"https://doi.org/10.52266/tadjid.v3i2.296","url":null,"abstract":"Al-Qur’an Al-Karim mengandung mukjizat yang luar biasa baik dilihat dari segi kebahasaan, isyarat ilmiah dan pemberitaan gaib. Kemukjizatan al-Qur’an tdak dibatasi oleh ruang dan waktu serta zaman, berlaku sepanjang waktu sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia. Ajaran dan informasinya yang disampaikan al-Qur’an mencakup keseluruhan alam semesta, termasuk aspek-aspek kebutuhan manusia didunia dan diakhirat. Salah satu bagian yang tidak terlepas dari kebutuhan manusia adalah pendidikan, maka orientasi pelaksanaan pendidikan harus merujuk kepada al-Qura’an al-Karim baik dari segi konsep maupun implementasi pelaksanaannya sehingga terwujud proses pendidikan yang memiliki nilai-nilai ketuhanan dan kepribadian ynag suci. Untuk mewujudkan pelaksanaan pendidikan yang bermutu, perlu cara-cara pengelolaan yang terukur, efektif, dan efisien, sehingga akan tercapai keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, konsep yang menghendaki demikian perlu penerapan konsep manajemen sebagai alat pencapaian keberhasilan pendidikan.","PeriodicalId":372954,"journal":{"name":"TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127732695","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}