Bandar Udara Syamsudin Noor, yang fungsinya telah berubah menjadi Bandar Udara Pusat Penyebaran sejak tahun 2007, pasti akan mengalami pertambahan pergerakan pesawat, pergerakan penumpang dan barang. Sehingga untuk menyediakan prasarana dan sarana yang sesuai dengan kebutuhan tersebut, perlu diadakannya prediksi tentang kebutuhan yang akan terjadi. Kebutuhan penumpang angkutan udara adalah fungsi dari peubah bebas, dimana pada umumnya kandidat peubah bebas tersebut adalah karakteristik pada kegiatan penduduk yang tercermin dalam bentuk penggunaan lahan dan karakteristik demografi dan sosio-ekonomi penduduk. Dengan menggunakan dasar daerah pelayanan disekitar bandar udara serta menggunakan faktor demografi dan sosio-ekonomi di daerah pelayanan dibuat suatu model bangkitan perjalanan dari bandar udara Syamsudin Noor. Rumus pemodelan berdasarkan formulasi terbaik untuk keberangkatan penumpang adalah: Y = 28626,596+5,861.X1+215,232.X2 dengan nilai R2 = 0,890, variabel yang menentukan Wisatawan Mancanegara (X1) dan Tenaga Kerja Industri (X2). Formulasi untuk kedatangan penumpang: Y=29371,093+6,346.X1 +201,443.X2 dengan nilai R2 = 0,891, variabel yang menentukan Wisatawan Mancanegara (X1) dan Tenaga Kerja Industri (X2). Dari model transport demand yang diperoleh tersebut digunakan sebagai dasar prediksi jumlah penumpang udara domestik di Bandar Udara Syamsudin Noor Banjarmasin.
{"title":"MODEL TRANSPORT DEMAND BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN","authors":"Ginanjar Priadikusumah","doi":"10.20527/jtb.v8i01.147","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jtb.v8i01.147","url":null,"abstract":"Bandar Udara Syamsudin Noor, yang fungsinya telah berubah menjadi Bandar Udara Pusat Penyebaran sejak tahun 2007, pasti akan mengalami pertambahan pergerakan pesawat, pergerakan penumpang dan barang. Sehingga untuk menyediakan prasarana dan sarana yang sesuai dengan kebutuhan tersebut, perlu diadakannya prediksi tentang kebutuhan yang akan terjadi. Kebutuhan penumpang angkutan udara adalah fungsi dari peubah bebas, dimana pada umumnya kandidat peubah bebas tersebut adalah karakteristik pada kegiatan penduduk yang tercermin dalam bentuk penggunaan lahan dan karakteristik demografi dan sosio-ekonomi penduduk. Dengan menggunakan dasar daerah pelayanan disekitar bandar udara serta menggunakan faktor demografi dan sosio-ekonomi di daerah pelayanan dibuat suatu model bangkitan perjalanan dari bandar udara Syamsudin Noor. Rumus pemodelan berdasarkan formulasi terbaik untuk keberangkatan penumpang adalah: Y = 28626,596+5,861.X1+215,232.X2 dengan nilai R2 = 0,890, variabel yang menentukan Wisatawan Mancanegara (X1) dan Tenaga Kerja Industri (X2). Formulasi untuk kedatangan penumpang: Y=29371,093+6,346.X1 +201,443.X2 dengan nilai R2 = 0,891, variabel yang menentukan Wisatawan Mancanegara (X1) dan Tenaga Kerja Industri (X2). Dari model transport demand yang diperoleh tersebut digunakan sebagai dasar prediksi jumlah penumpang udara domestik di Bandar Udara Syamsudin Noor Banjarmasin. \u0000 ","PeriodicalId":408018,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Berkelanjutan","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126549307","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bangunan gedung sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pengembangan dan pertumbuhan pendidikan suatu wilayah dalam upaya mewujudkan pemerataan pembangunan pendidikan, dimana bangunan gedung sekolah digunakan sebagai prasarana pendidikan yang perlu dikelola pemeliharaannya dengan baik, agar bangunan gedung tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Namun sesuai dengan karakteristiknya bangunan gedung sekolah selalu cenderung mengalami penurunan yang diindikasikan terjadinya kerusakan pada fisik bangunan. Sehubungan kendala keterbatasan dana yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Balangan, serta banyaknya permintaan pembangunan atau rehabilitasi gedung sekolah menengah atas negeri dari setiap satu tahun anggaran, maka diperlukan metoda penelitian adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Obyek penelitian dilakukan semua bangunan gedung sekolah menengah atas negeri di Kabupaten Balangan yang sumber dari Dana APBD Kabupaten Balangan. Data sekunder didapat dari Dinas Pendidikan dan kepala sekolah menengah atas/kejuruan negeri Kab. Balangan, Data primer didapat dari penyebaran kuesioner kepada 22 responden yaitu Tim Penyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (TAPD) 19 responden dan Instansi terkait 3 responden. Hasil penelitian telah dibuatnya Prosedur Prioritas Bangunan Gedung Sekolah terdiri dari tahapan yaitu Pengumpulan Data Primer, Penyebaran Kuesioner Tahap I, Penentuan Kriteria, Penyusunan Prosedur PBS Hirarki, Penyebaran Kuesioner Tahap II dan Pembobotan Tingkat Kepentingan Kriteria.
{"title":"PROSEDUR PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI KABUPATEN BALANGAN","authors":"B. Mulyadi","doi":"10.20527/jtb.v8i01.154","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jtb.v8i01.154","url":null,"abstract":"Bangunan gedung sekolah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pengembangan dan pertumbuhan pendidikan suatu wilayah dalam upaya mewujudkan pemerataan pembangunan pendidikan, dimana bangunan gedung sekolah digunakan sebagai prasarana pendidikan yang perlu dikelola pemeliharaannya dengan baik, agar bangunan gedung tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Namun sesuai dengan karakteristiknya bangunan gedung sekolah selalu cenderung mengalami penurunan yang diindikasikan terjadinya kerusakan pada fisik bangunan. Sehubungan kendala keterbatasan dana yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Balangan, serta banyaknya permintaan pembangunan atau rehabilitasi gedung sekolah menengah atas negeri dari setiap satu tahun anggaran, maka diperlukan metoda penelitian adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Obyek penelitian dilakukan semua bangunan gedung sekolah menengah atas negeri di Kabupaten Balangan yang sumber dari Dana APBD Kabupaten Balangan. Data sekunder didapat dari Dinas Pendidikan dan kepala sekolah menengah atas/kejuruan negeri Kab. Balangan, Data primer didapat dari penyebaran kuesioner kepada 22 responden yaitu Tim Penyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (TAPD) 19 responden dan Instansi terkait 3 responden. Hasil penelitian telah dibuatnya Prosedur Prioritas Bangunan Gedung Sekolah terdiri dari tahapan yaitu Pengumpulan Data Primer, Penyebaran Kuesioner Tahap I, Penentuan Kriteria, Penyusunan Prosedur PBS Hirarki, Penyebaran Kuesioner Tahap II dan Pembobotan Tingkat Kepentingan Kriteria.","PeriodicalId":408018,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Berkelanjutan","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123743605","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mengingat tingginya biaya pemeliharaan perkerasan aspal maka diperlukan suatu alternatif lain selain perkerasan aspal yang mampu memberikan hasil yang optimal dan biaya ekonomis, dalam hal ini memakai perkerasan konstruksi interblok. Perkerasan konstruksi interblok memiliki beberapa kelebihan dari perkerasan aspal diantaranya dapat dikerjakan secara manual sehingga biaya konstruksi dan pemeliharaan jalan dapat ditekan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kajian perancangan tebal perkerasan aspal dan konstruksi interblok menggunakan metode AASHTO’93. Menghitung biaya konstruksi masing-masing perkerasan dan menyusun skenario biaya pemeliharaan serta melakukan analisa ekonomi selama umur rencana untuk menentukan jenis perkerasan yang ekonomis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ruas jalan penelitian dengan panjang 285 m dan lebar 20 m dengan nilai W18 adalah 12.714.787,73 SS didapat tebal perkerasan aspal yang digunakan adalah 10 cm untuk lapis permukaan, 15 cm untuk lapis pondasi dan tanpa menggunakan lapis pondasi bawah, sedangkan pada perkerasan konstruksi interblok, tebal yang digunakan adalah 10 cm untuk paving dan 5 cm untuk pasir alas (lapis permukaan), 15 cm untuk lapis pondasi dan tanpa menggunakan lapis pondasi bawah. Biaya konstruksi dan pemeliharaan selama 20 tahun untuk kedua jenis perkerasan adalah sebesar Rp. 691.580.145,00 untuk perkerasan aspal dan Rp. 567.160.545,00 untuk perkerasan konstruksi interblok, hal ini menunjukan bahwa perkerasan aspal lebih mahal 18% dibandingkan dengan perkerasan interblok sehingga perkerasan interblok lebih ekonomis digunakan untuk perkerasan jalan yang digunakan sebagai jalan lalu lintas petikemas.
{"title":"PERBANDINGAN BIAYA ANTARA PERKERASAN ASPAL DAN KONSTRUKSI INTERBLOK","authors":"R. Laurent","doi":"10.20527/jtb.v8i01.146","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jtb.v8i01.146","url":null,"abstract":"Mengingat tingginya biaya pemeliharaan perkerasan aspal maka diperlukan suatu alternatif lain selain perkerasan aspal yang mampu memberikan hasil yang optimal dan biaya ekonomis, dalam hal ini memakai perkerasan konstruksi interblok. Perkerasan konstruksi interblok memiliki beberapa kelebihan dari perkerasan aspal diantaranya dapat dikerjakan secara manual sehingga biaya konstruksi dan pemeliharaan jalan dapat ditekan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan kajian perancangan tebal perkerasan aspal dan konstruksi interblok menggunakan metode AASHTO’93. Menghitung biaya konstruksi masing-masing perkerasan dan menyusun skenario biaya pemeliharaan serta melakukan analisa ekonomi selama umur rencana untuk menentukan jenis perkerasan yang ekonomis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ruas jalan penelitian dengan panjang 285 m dan lebar 20 m dengan nilai W18 adalah 12.714.787,73 SS didapat tebal perkerasan aspal yang digunakan adalah 10 cm untuk lapis permukaan, 15 cm untuk lapis pondasi dan tanpa menggunakan lapis pondasi bawah, sedangkan pada perkerasan konstruksi interblok, tebal yang digunakan adalah 10 cm untuk paving dan 5 cm untuk pasir alas (lapis permukaan), 15 cm untuk lapis pondasi dan tanpa menggunakan lapis pondasi bawah. Biaya konstruksi dan pemeliharaan selama 20 tahun untuk kedua jenis perkerasan adalah sebesar Rp. 691.580.145,00 untuk perkerasan aspal dan Rp. 567.160.545,00 untuk perkerasan konstruksi interblok, hal ini menunjukan bahwa perkerasan aspal lebih mahal 18% dibandingkan dengan perkerasan interblok sehingga perkerasan interblok lebih ekonomis digunakan untuk perkerasan jalan yang digunakan sebagai jalan lalu lintas petikemas.","PeriodicalId":408018,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Berkelanjutan","volume":"95 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123989795","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Berdasarkan Peta Gempa Indonesia 2017 dan ASCE 7-16 maka disusunlah Rancangan Peraturan Gempa Indonesia RSNI 1726:2018. Sesar Tarakan, sesar Mangkalihat, dan sesar Meratus merupakan tiga zona sesar utama di pulau kalimantan. Sesar yang berada disekitar Kalimantan Selatan yaitu sesar meratus dengan arah NE-SW yang dikenal juga sebagai zona sesar anjak. Sesar-sesar tersebut memiliki panjang lebih dari 100 km yang dapat berpotensi menimbulkan gempa dengan magnitudo 7. Sebagai bahan penelitian maka dipilihlah 14 kota besar di Kalimantan Selatan yang berada dizona gempa yang berbeda sesuai dengan Peta Gempa Indonesia 2017. Berdasarkan RSNI 1726:2018 terdapat penetapan nilai Koefisien Situs Fa dan Fv yang baru, dimana hal tersebut mempengaruhi besarnya Spektrum Respons Desain dan Kategori Desain Seismik. Terjadi penurunan rasio nilai Ss pada Kab. Tabalong dan peningkatan nilai Ss terbesar pada daerah pegunungan meratus dan Kab. Tapin. Pada Spektrum Respons Perioda Pendek 0,2 detik (SDS) pada semua kota di kalimantan selatan terjadi penurunan rasio berdasarkan kelas situs, dengan nilai kelas situs tanah keras (SC) lebih besar dari kelas situs tanah lunak (SE). Sedangkan sebaliknya dari Spektrum Respons Perioda 1-detik (SD1) terjadi peningkatan rasio berdasarkan kelas situs, dengan nilai kelas situs tanah lunak (SE) lebih besar dari pada kelas situs tanah keras (SC). Struktur bangunan dengan kategori resiko IV didapati memiliki kategori desain seismik tertinggi yaitu KDS D Pada Situs Tanah Keras (Sc) terjadi pada daerah yang berada dalam peta zona gempa Ss senilai 0,3 s.d 0,4g; KDS D Pada Situs Tanah Sedang(SD) terjadi pada daerah yang berada dalam peta zona gempa Ss senilai 0,25 s.d 0,4g; KDS D Pada Situs Tanah Lunak (SE) terjadi pada daerah yang berada dalam peta zona gempa Ss senilai 0,05 s.d 0,4g.
{"title":"PENGARUH RSNI 1726:2018 BERDASARKAN PETA GEMPA INDONESIA 2017 TERHADAP DESAIN BEBAN GEMPA SEISMIK DI KALIMANTAN SELATAN","authors":"Eka Purnamasari","doi":"10.20527/JTB.V7I02.91","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/JTB.V7I02.91","url":null,"abstract":"Berdasarkan Peta Gempa Indonesia 2017 dan ASCE 7-16 maka disusunlah Rancangan Peraturan Gempa Indonesia RSNI 1726:2018. Sesar Tarakan, sesar Mangkalihat, dan sesar Meratus merupakan tiga zona sesar utama di pulau kalimantan. Sesar yang berada disekitar Kalimantan Selatan yaitu sesar meratus dengan arah NE-SW yang dikenal juga sebagai zona sesar anjak. Sesar-sesar tersebut memiliki panjang lebih dari 100 km yang dapat berpotensi menimbulkan gempa dengan magnitudo 7. \u0000Sebagai bahan penelitian maka dipilihlah 14 kota besar di Kalimantan Selatan yang berada dizona gempa yang berbeda sesuai dengan Peta Gempa Indonesia 2017. Berdasarkan RSNI 1726:2018 terdapat penetapan nilai Koefisien Situs Fa dan Fv yang baru, dimana hal tersebut mempengaruhi besarnya Spektrum Respons Desain dan Kategori Desain Seismik. \u0000Terjadi penurunan rasio nilai Ss pada Kab. Tabalong dan peningkatan nilai Ss terbesar pada daerah pegunungan meratus dan Kab. Tapin. Pada Spektrum Respons Perioda Pendek 0,2 detik (SDS) pada semua kota di kalimantan selatan terjadi penurunan rasio berdasarkan kelas situs, dengan nilai kelas situs tanah keras (SC) lebih besar dari kelas situs tanah lunak (SE). Sedangkan sebaliknya dari Spektrum Respons Perioda 1-detik (SD1) terjadi peningkatan rasio berdasarkan kelas situs, dengan nilai kelas situs tanah lunak (SE) lebih besar dari pada kelas situs tanah keras (SC). Struktur bangunan dengan kategori resiko IV didapati memiliki kategori desain seismik tertinggi yaitu KDS D Pada Situs Tanah Keras (Sc) terjadi pada daerah yang berada dalam peta zona gempa Ss senilai 0,3 s.d 0,4g; KDS D Pada Situs Tanah Sedang(SD) terjadi pada daerah yang berada dalam peta zona gempa Ss senilai 0,25 s.d 0,4g; KDS D Pada Situs Tanah Lunak (SE) terjadi pada daerah yang berada dalam peta zona gempa Ss senilai 0,05 s.d 0,4g.","PeriodicalId":408018,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Berkelanjutan","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123880279","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pemantauan perkembangan fisik dan keuangan pekerjaan konstruksi yang ada saat ini belum terintegrasi dalam suatu sistem informasi. Padahal, terdapat banyak paket pekerjaan pada kegiatan rehabilitasi dan pemeliharaan jalan di Dinas Pekerjaan Umum bidang Bina Marga yang tersebar lebih dari satu lokasi mengakibatkan PPK kesulitan dalam melakukan pengawasan dan kontrol terhadap hasil pekerjaan penyedia. Pada tahun anggaran 2017 pagu anggaran untuk bidang Bina Marga sebesar 83 milyar, dengan jumlah paket pekerjaan sebanyak 66 paket untuk dilelang dan 110 paket pekerjaan untuk penunjukan langsung. Dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini, dapat memberi kemudahan pengguna dalam mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan akses informasi yang cepat dan mudah sangat dibutuhkan oleh PPK dalam melakukan pemantauan dan pengawasan agar kendala dilapangan dapat segera teratasi. Oleh sebab itu diperlukan pembuatan sistem informasi manajemen konstruksi jalan untuk mempermudah melakukan monitoring kemajuan pekerjaan. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk merancang suatu sistem informasi bagi PPK dalam memantau pekerjaan secara langsung guna memudahkan dan membantu PPK dalam melakasanakan tugasnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode waterfall model. Metode yang dilakukan yaitu analisis permasalahan yang dihadapi oleh PPK dengan melakukan pendataan kebutuhan pengguna. Dari data yang diperoleh berupa kebutuhan informasi diskripsi pekerjaan, progres perkembagan fisik dan keuangan dalam bentuk laporan dan manajemen dokumen. Dari data yang diperoleh dilakukan desain sistem informasi dengan tahapan requirement, perancangan, analisis, desain, coding, implementasi system, validasi dan verifikasi sistem. Hasil penelitian ini adalah dibuatnya sistem informasi manajemen konstruksi monitoring jalan yang dapat menyajikan data progres perkembangan fisik dan keuangan, data kontrak, data penyedia jasa, data pegawai instansi dan laporan dokumentasi. Sistem informasi ini dapat dilihat secara online sehingga semua pihak yang terlibat langsung bisa memasukkan data secara cepat dan PPK dapat membuat keputusan dengan tepat.
{"title":"PEMBUATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KONSTRUKSI UNTUK MONITORING KEMAJUAN PEKERJAAN PROYEK JALAN","authors":"Nofi Yanti","doi":"10.20527/jtb.v7i02.101","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jtb.v7i02.101","url":null,"abstract":"Pemantauan perkembangan fisik dan keuangan pekerjaan konstruksi yang ada saat ini belum terintegrasi dalam suatu sistem informasi. Padahal, terdapat banyak paket pekerjaan pada kegiatan rehabilitasi dan pemeliharaan jalan di Dinas Pekerjaan Umum bidang Bina Marga yang tersebar lebih dari satu lokasi mengakibatkan PPK kesulitan dalam melakukan pengawasan dan kontrol terhadap hasil pekerjaan penyedia. Pada tahun anggaran 2017 pagu anggaran untuk bidang Bina Marga sebesar 83 milyar, dengan jumlah paket pekerjaan sebanyak 66 paket untuk dilelang dan 110 paket pekerjaan untuk penunjukan langsung. \u0000Dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini, dapat memberi kemudahan pengguna dalam mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan akses informasi yang cepat dan mudah sangat dibutuhkan oleh PPK dalam melakukan pemantauan dan pengawasan agar kendala dilapangan dapat segera teratasi. Oleh sebab itu diperlukan pembuatan sistem informasi manajemen konstruksi jalan untuk mempermudah melakukan monitoring kemajuan pekerjaan. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk merancang suatu sistem informasi bagi PPK dalam memantau pekerjaan secara langsung guna memudahkan dan membantu PPK dalam melakasanakan tugasnya. \u0000Metode penelitian yang digunakan adalah metode waterfall model. Metode yang dilakukan yaitu analisis permasalahan yang dihadapi oleh PPK dengan melakukan pendataan kebutuhan pengguna. Dari data yang diperoleh berupa kebutuhan informasi diskripsi pekerjaan, progres perkembagan fisik dan keuangan dalam bentuk laporan dan manajemen dokumen. Dari data yang diperoleh dilakukan desain sistem informasi dengan tahapan requirement, perancangan, analisis, desain, coding, implementasi system, validasi dan verifikasi sistem. \u0000Hasil penelitian ini adalah dibuatnya sistem informasi manajemen konstruksi monitoring jalan yang dapat menyajikan data progres perkembangan fisik dan keuangan, data kontrak, data penyedia jasa, data pegawai instansi dan laporan dokumentasi. Sistem informasi ini dapat dilihat secara online sehingga semua pihak yang terlibat langsung bisa memasukkan data secara cepat dan PPK dapat membuat keputusan dengan tepat.","PeriodicalId":408018,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Berkelanjutan","volume":"83 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134476075","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Stabilisasi tanah dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah asli dengan cara antara lain menambahkan suatu bahan tertentu yang mengakibatkan perubahan sifat-sifat tanah asli. Selama ini penggunanaan serat tandan kosong banyak dihasilkan oleh industri perkebunan kelapa sawit. Serat merupakan jumlah terbesar ketiga setelah CPO dan tandan kosong kelapa sawit, tandan buah segar diperkirakan mengandung 14 - 15%. Serat dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif energi pembangkit listrik, pembuatan kertas dan sebagai bahan campuran makanan ternak. Tapi sekarang serat juga digunakan untuk material konstruksi. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki prosentase optimum serat untuk mendapatkan kepadatan maksimum, menganalisis peningkatan nilai CBR tanah setelah penambahan serat, menganalisis peningkatan nilai qu pada pengujian UCT tanah setelah penambahan serat, menganalisis peningkatan nilai su pada pengujian vane shear test tanah setelah penambahan serat. Penelitian dilakukan dengan mencampurkan serat tandan kosong kelapa sawit dengan tanah lempung lunak dengan kadar serat masing-masing 5%, 6%, 7%, dan 8%. Hasil pencampuran diharapkan dapat diketahui nilai bagaimana hubungan dari berbagai variasi prosen penambahan serat tandan kosong kelapa sawit guna mendapatkan tujuan yang diharapkan, selain itu hasil yang diperoleh diharapkan dapat memperbaiki kualitas tanah menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini, bahwa adanya penambahan serat tandan kosong kelapa sawit di dalam tanah lunak maka dapat memperbaiki kekuatan tanah tersebut sehingga menjadi meningkat dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk stabilisasi tanah lempung.
{"title":"STUDI PENINGKATAN KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG DENGAN SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT","authors":"Misnawati Misnawati","doi":"10.20527/jtb.v7i02.97","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jtb.v7i02.97","url":null,"abstract":"Stabilisasi tanah dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah asli dengan cara antara lain menambahkan suatu bahan tertentu yang mengakibatkan perubahan sifat-sifat tanah asli. Selama ini penggunanaan serat tandan kosong banyak dihasilkan oleh industri perkebunan kelapa sawit. Serat merupakan jumlah terbesar ketiga setelah CPO dan tandan kosong kelapa sawit, tandan buah segar diperkirakan mengandung 14 - 15%. Serat dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif energi pembangkit listrik, pembuatan kertas dan sebagai bahan campuran makanan ternak. Tapi sekarang serat juga digunakan untuk material konstruksi. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki prosentase optimum serat untuk mendapatkan kepadatan maksimum, menganalisis peningkatan nilai CBR tanah setelah penambahan serat, menganalisis peningkatan nilai qu pada pengujian UCT tanah setelah penambahan serat, menganalisis peningkatan nilai su pada pengujian vane shear test tanah setelah penambahan serat. Penelitian dilakukan dengan mencampurkan serat tandan kosong kelapa sawit dengan tanah lempung lunak dengan kadar serat masing-masing 5%, 6%, 7%, dan 8%. Hasil pencampuran diharapkan dapat diketahui nilai bagaimana hubungan dari berbagai variasi prosen penambahan serat tandan kosong kelapa sawit guna mendapatkan tujuan yang diharapkan, selain itu hasil yang diperoleh diharapkan dapat memperbaiki kualitas tanah menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini, bahwa adanya penambahan serat tandan kosong kelapa sawit di dalam tanah lunak maka dapat memperbaiki kekuatan tanah tersebut sehingga menjadi meningkat dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk stabilisasi tanah lempung.","PeriodicalId":408018,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Berkelanjutan","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134569306","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Daerah rawa pasang surut yang sebagian besar merupakan lahan gambut yang sering dianggap sebagai lahan marjinal sekarang dianggap sebagai lahan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian. Daerah Irigasi Rawa (DIR) pasang surut Palambahen di Desa Pangkoh Hulu Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau dengan luas kurang lebih 3.267,30 ha merupakan salah satu DIR pasang surut yang berpotensi untuk dikembangkan.Permasalahan yang ada adalah kondisi saluran yang tidak berfungsi dengan baik sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap kondisi jaringan dengan melakukan penilaian terhadap kinerja jaringan yang ada sehingga akan diperoleh tindakan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja jaringan tersebut. Disamping itu juga perlu dikaji tipe satuan lahan serta kesesuaian lahan yang ada pada lokasi tersebut. Penilaian di dapat berdasarkan hasil penilaian pada kondisi saluran, bangunan serta tanggul pelindung. Untuk kajian terhadap kategori satuan lahan (land unit) dan kesesuaian lahan dengan menggunakan Permen PUPR Nomor. 11 tahun 2015 serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 79/PERMENTAN/OT.140/8/2013 sebagai acuan. Hasil penelitian menunjukkan pada DIR pasang surut Palambahen diperoleh indeks kondisi jaringan 1,15 dan fungsi jaringan 72,36% yang berarti kinerja jaringan reklamasi rawa pasang surut Palambahen berada pada kelas kategori baik serta rekomendasi penanganan adalah pemeliharaan berkala.Untuk satuan lahan (land unit) DIR pasang surut Palambahen masuk dalam satuan lahan VIII seluas 355,30 ha dan satuan lahan IX seluas 2893,53 ha. Kesesuaian lahan pada DIR pasang surut Palambahen yaitu untuk tanaman padi sawah sesuai (S1) seluas 1.584,57 ha dan cukup sesuai (S2) seluas 1682,73 ha, untuk tanaman padi gogo cukup sesuai (S2) seluas 3.267,30 ha, untuk tanaman palawija sesuai (S1) seluas 415.01 ha, cukup sesuai (S2) seluas 2,145,18 ha dan sesuai marginal (S3) seluas 707,11 ha, dan untuk tanaman tahunan sesuai (S1) seluas 562,47 ha dan cukup sesuai (S2) seluas 2.704,83 ha..
{"title":"EVALUASI JARINGAN DAERAH IRIGASI RAWA PASANG SURUT PALAMBAHEN KABUPATEN PULANG PISAU","authors":"Eva Suciyati","doi":"10.20527/jtb.v7i02.100","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jtb.v7i02.100","url":null,"abstract":"Daerah rawa pasang surut yang sebagian besar merupakan lahan gambut yang sering dianggap sebagai lahan marjinal sekarang dianggap sebagai lahan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian. Daerah Irigasi Rawa (DIR) pasang surut Palambahen di Desa Pangkoh Hulu Kecamatan Pandih Batu Kabupaten Pulang Pisau dengan luas kurang lebih 3.267,30 ha merupakan salah satu DIR pasang surut yang berpotensi untuk dikembangkan.Permasalahan yang ada adalah kondisi saluran yang tidak berfungsi dengan baik sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap kondisi jaringan dengan melakukan penilaian terhadap kinerja jaringan yang ada sehingga akan diperoleh tindakan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja jaringan tersebut. Disamping itu juga perlu dikaji tipe satuan lahan serta kesesuaian lahan yang ada pada lokasi tersebut. Penilaian di dapat berdasarkan hasil penilaian pada kondisi saluran, bangunan serta tanggul pelindung. Untuk kajian terhadap kategori satuan lahan (land unit) dan kesesuaian lahan dengan menggunakan Permen PUPR Nomor. 11 tahun 2015 serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 79/PERMENTAN/OT.140/8/2013 sebagai acuan. \u0000Hasil penelitian menunjukkan pada DIR pasang surut Palambahen diperoleh indeks kondisi jaringan 1,15 dan fungsi jaringan 72,36% yang berarti kinerja jaringan reklamasi rawa pasang surut Palambahen berada pada kelas kategori baik serta rekomendasi penanganan adalah pemeliharaan berkala.Untuk satuan lahan (land unit) DIR pasang surut Palambahen masuk dalam satuan lahan VIII seluas 355,30 ha dan satuan lahan IX seluas 2893,53 ha. Kesesuaian lahan pada DIR pasang surut Palambahen yaitu untuk tanaman padi sawah sesuai (S1) seluas 1.584,57 ha dan cukup sesuai (S2) seluas 1682,73 ha, untuk tanaman padi gogo cukup sesuai (S2) seluas 3.267,30 ha, untuk tanaman palawija sesuai (S1) seluas 415.01 ha, cukup sesuai (S2) seluas 2,145,18 ha dan sesuai marginal (S3) seluas 707,11 ha, dan untuk tanaman tahunan sesuai (S1) seluas 562,47 ha dan cukup sesuai (S2) seluas 2.704,83 ha..","PeriodicalId":408018,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Berkelanjutan","volume":"311 ","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114048962","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu desa yang berpotensi untuk pengembangan pertanian di Provinsi Kalimantan Tengah adalah desa Anjir Serapat I. Lokasi Daerah Rawa Anjir Serapat terletak disebelah kiri-kanan Anjir yang menghubungkan dua sungai yaitu Sungai Kapuas murung di Provinsi Kalimantan Tengah dengan Sungai Barito yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan dengan Panjang 28 Km. Daerah rawa Anjir Serapat I berjarak lurus sekitar 160 km ke arah batas Provinsi Kalimantan Selatan melalui jalan trans Kalimantan. Dengan luas fungsional DIR Anjir Serapat Kabupaten Kapuas sebesar 3.248 Ha, dan memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan produksi pertanian. Potensi itu dirasa masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi padi yang masih belum maksimal. Untuk menanggulangi masalah tersebut diperlukan pendekatan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan tata air mikro yang merupakan tanggung jawab petani dan memberikan pemahaman tentang tata cara perawatan insfrastruktur yang sudah ada di lahan pertanian. Menurut Permen PUPR.29/PRT/M/2015 dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigsi rawa salah satunya adalah partisipasi masyarakat petani. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalis tingkat partisipasi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan irigasi rawa di daerah Anjir Serapat I Kabupaten Kapuas. Metode penelitian ini adalah metode survei yang menggambarkan pengaruh antara variabel-variabel yang tergabung dalam variabel jaringan irigasi yang ada dengan partisifatif petani dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Berdasarkan data yang terkumpul setiap variabel, dan setelah dilakukan analisis dengan perhitungan, tidak ditemukan hubungan dan berpengaruh nyata secara bersama-sama antara Aspek Teknis (X1), Aspek Sosial Budaya (X2) dan Aspek Sosial Ekonomi (X3) terhadap partisipatif petani (Y). Dengan rata-rata nilai kuantitatif sebesar (22,37 < 25), petani masih tergolong belum partisipatif terhadap pemeliharaan jaringan irigasi yang ada.
{"title":"EVALUASI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN IRIGASI DAERAH RAWA ANJIR SERAPAT KABUPATEN KAPUAS","authors":"Pining Sitohang","doi":"10.20527/jtb.v7i02.98","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jtb.v7i02.98","url":null,"abstract":"Salah satu desa yang berpotensi untuk pengembangan pertanian di Provinsi Kalimantan Tengah adalah desa Anjir Serapat I. Lokasi Daerah Rawa Anjir Serapat terletak disebelah kiri-kanan Anjir yang menghubungkan dua sungai yaitu Sungai Kapuas murung di Provinsi Kalimantan Tengah dengan Sungai Barito yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan dengan Panjang 28 Km. Daerah rawa Anjir Serapat I berjarak lurus sekitar 160 km ke arah batas Provinsi Kalimantan Selatan melalui jalan trans Kalimantan. Dengan luas fungsional DIR Anjir Serapat Kabupaten Kapuas sebesar 3.248 Ha, dan memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan produksi pertanian. \u0000Potensi itu dirasa masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi padi yang masih belum maksimal. Untuk menanggulangi masalah tersebut diperlukan pendekatan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan tata air mikro yang merupakan tanggung jawab petani dan memberikan pemahaman tentang tata cara perawatan insfrastruktur yang sudah ada di lahan pertanian. \u0000Menurut Permen PUPR.29/PRT/M/2015 dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigsi rawa salah satunya adalah partisipasi masyarakat petani. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalis tingkat partisipasi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan irigasi rawa di daerah Anjir Serapat I Kabupaten Kapuas. Metode penelitian ini adalah metode survei yang menggambarkan pengaruh antara variabel-variabel yang tergabung dalam variabel jaringan irigasi yang ada dengan partisifatif petani dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersier. \u0000Berdasarkan data yang terkumpul setiap variabel, dan setelah dilakukan analisis dengan perhitungan, tidak ditemukan hubungan dan berpengaruh nyata secara bersama-sama antara Aspek Teknis (X1), Aspek Sosial Budaya (X2) dan Aspek Sosial Ekonomi (X3) terhadap partisipatif petani (Y). Dengan rata-rata nilai kuantitatif sebesar (22,37 < 25), petani masih tergolong belum partisipatif terhadap pemeliharaan jaringan irigasi yang ada.","PeriodicalId":408018,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Berkelanjutan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115725288","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Beberapa tahun terakhir, pembangunan rumah sederhana (tipe 36 m2 dan 45 m2) yang dikembangkan oleh developer semakin marak dilakukan. Tidak terkecuali di kota Martapura yang dikenal juga dengan julukan Kota Serambi Mekah. Karena kota Martapura adalah kota yang religius, maka secara tidak langsung berimbas pada pola perilaku masyarakatnya yang bergaya hidup Islami dan berkebudayaan Islami, seperti: cara berpakaian yang lebih tertutup, berperilaku baik dalam hubungan sosial dan di tempat umum. Bahkan sebagian besar acara-acara yang diselenggarakan bersumber dari budaya Islami dan bertemakan Islami. Namun, apakah penataan ruang rumah sederhana di komplek perumahan di Martapura sudah berkonsep Islami?Tujuan penelitian adalah menganalisis seberapa besar pengetahuan masyarakat Martapura tentang konsep rumah Islami, membuat contoh denah rumah yang berkonsep Islam dan menghitung biaya pembangunan rumah sederhana yang berkonsep Islami. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan mengadakan survei menggunakan instrumen berupa kuisioner sebagai data primer. Dengan mengukur pengetahuan masyarakat tentang konsep rumah Islami, karakteristik rumah responden (penataan ruang), dan rencana renovasi rumah eksisting menjadi rumah berkonsep Islami. Sampel penelitian berjumlah 300 orang. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat Martapura tentang konsep dasar sebuah rumah Islami dan ciri-ciri rumah Islami masih kurang diketahui dan dipahami. Begitu pula dengan penataan ruang rumah pada perumahan di Martapura masih ada sebagian yang kurang sesuai dengan konsep rumah Islami. Padahal tata ruang rumah berkonsep Islami tidak terlalu jauh berbeda dengan rumah yang biasa dibangun oleh developer. Dan selisih biaya pembangunannya pun tidak terlalu besar. Untuk rumah sederhana tipe 36 dengan luas tanah 100 m2-120 m2 selisih biayanya hanya sekitar Rp. 1,3 juta – Rp. 1,5 juta. Sedangkan untuk rumah sederhana tipe 45 dengan luas tanah 140m2 selisih biayanya hanya sekitar Rp. 1,8 juta.
{"title":"IMPLEMENTASI KONSEP RUMAH ISLAMI PADA PERUMAHAN DI MARTAPURA","authors":"N. Hidayati","doi":"10.20527/jtb.v7i02.95","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jtb.v7i02.95","url":null,"abstract":"Beberapa tahun terakhir, pembangunan rumah sederhana (tipe 36 m2 dan 45 m2) yang dikembangkan oleh developer semakin marak dilakukan. Tidak terkecuali di kota Martapura yang dikenal juga dengan julukan Kota Serambi Mekah. Karena kota Martapura adalah kota yang religius, maka secara tidak langsung berimbas pada pola perilaku masyarakatnya yang bergaya hidup Islami dan berkebudayaan Islami, seperti: cara berpakaian yang lebih tertutup, berperilaku baik dalam hubungan sosial dan di tempat umum. Bahkan sebagian besar acara-acara yang diselenggarakan bersumber dari budaya Islami dan bertemakan Islami. Namun, apakah penataan ruang rumah sederhana di komplek perumahan di Martapura sudah berkonsep Islami?Tujuan penelitian adalah menganalisis seberapa besar pengetahuan masyarakat Martapura tentang konsep rumah Islami, membuat contoh denah rumah yang berkonsep Islam dan menghitung biaya pembangunan rumah sederhana yang berkonsep Islami. Untuk itu, penelitian ini dilakukan dengan mengadakan survei menggunakan instrumen berupa kuisioner sebagai data primer. Dengan mengukur pengetahuan masyarakat tentang konsep rumah Islami, karakteristik rumah responden (penataan ruang), dan rencana renovasi rumah eksisting menjadi rumah berkonsep Islami. Sampel penelitian berjumlah 300 orang. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat Martapura tentang konsep dasar sebuah rumah Islami dan ciri-ciri rumah Islami masih kurang diketahui dan dipahami. Begitu pula dengan penataan ruang rumah pada perumahan di Martapura masih ada sebagian yang kurang sesuai dengan konsep rumah Islami. Padahal tata ruang rumah berkonsep Islami tidak terlalu jauh berbeda dengan rumah yang biasa dibangun oleh developer. Dan selisih biaya pembangunannya pun tidak terlalu besar. Untuk rumah sederhana tipe 36 dengan luas tanah 100 m2-120 m2 selisih biayanya hanya sekitar Rp. 1,3 juta – Rp. 1,5 juta. Sedangkan untuk rumah sederhana tipe 45 dengan luas tanah 140m2 selisih biayanya hanya sekitar Rp. 1,8 juta.","PeriodicalId":408018,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Berkelanjutan","volume":"100 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121287633","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kinerja terminal yang telah dibangun oleh pemerintah Kabupaten Kapuas masih belum optimal. Oleh sebab itu, dirasa perlu untuk melakukan penelitian guna mengidentifikasi, menyusun hirarki, menganalisa indikator pengaruh yang memiliki bobot yang siginifikan dalam mempengaruhi kinerja terminal serta mengetahui lokasi terminal yang paling diminati. Penelitian ini menggunakan metode analisis kluster serta Analytical Hierarchy Process (AHP). Melalui analisis kluster faktor-faktor yang berpengaruh signifikan untuk meningkatkan kinerja Terminal Kabupaten Kapuas terdiri atas 5 (lima) indikator utama yang dijabarkan menjadi 20 (dua puluh) indikator kinerja kunci serta 10 (sepuluh) kluster dengan susunan hirarki yaitu aksesibilitas, waktu tunggu keberangkatan (headway), ketersediaan sarana dan prasarana terminal, biaya transportasi, kapasitas terminal, keamanan lingkungan terminal, tujuan dan arah perjalanan, ketersediaan jumlah dan jenis armada angkutan, kepadatan arus lalu lintas dan kenyamanan lingkungan terminal. Indikator pengaruh yang memiliki bobot yang siginifikan dalam mempengaruhi kinerja Terminal Kabupaten Kapuas pada kondisi eksisting adalah aksesibilitas dengan bobot 13,5% dan lokasi terminal dan sub terminal yang paling diminati adalah sub terminal Danumare dengan bobot sebesar 59,4%. Untuk mengoptimalkan kinerja terminal Kabupaten Kapuas sangat diperlukan adanya peningkatan aksesibilitas menuju ke lokasi terminal, ketepatan jadwal kedatangan maupun keberangkatan angkutan, ketersediaan sarana dan prasarana terminal, biaya transportasi yang bersaing, kapasitas terminal, keamanan lingkungan terminal, tujuan dan arah perjalanan, ketersediaan jumlah dan jenis armada angkutan, kepadatan arus lalu lintas dan kenyamanan lingkungan terminal. Hasil AHP pasca pengoptimalan menunjukan adanya peningkatan bobot dari indikator kinerja yaitu aksesibilitas (31,0%), waktu tunggu keberangkatan/headway (11,9%) dan ketersediaan sarana dan prasarana terminal (9,2%) serta lokasi terminal dan sub terminal yang paling diminati adalah terminal Kabupaten Kapuas (45,3%), sub terminal Danumare (29,0%) dan sub terminal Teratai (25,6%). Jadi, peningkatan kualitas layanan terminal sesuai dengan indikator kinerja kunci sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja terminal.
{"title":"ANALISIS FAKTOR PENUNJANG PENGOPTIMALAN KINERJA TERMINAL KABUPATEN KAPUAS","authors":"Andrianto Setiawan","doi":"10.20527/jtb.v7i02.96","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/jtb.v7i02.96","url":null,"abstract":"Kinerja terminal yang telah dibangun oleh pemerintah Kabupaten Kapuas masih belum optimal. Oleh sebab itu, dirasa perlu untuk melakukan penelitian guna mengidentifikasi, menyusun hirarki, menganalisa indikator pengaruh yang memiliki bobot yang siginifikan dalam mempengaruhi kinerja terminal serta mengetahui lokasi terminal yang paling diminati. Penelitian ini menggunakan metode analisis kluster serta Analytical Hierarchy Process (AHP). Melalui analisis kluster faktor-faktor yang berpengaruh signifikan untuk meningkatkan kinerja Terminal Kabupaten Kapuas terdiri atas 5 (lima) indikator utama yang dijabarkan menjadi 20 (dua puluh) indikator kinerja kunci serta 10 (sepuluh) kluster dengan susunan hirarki yaitu aksesibilitas, waktu tunggu keberangkatan (headway), ketersediaan sarana dan prasarana terminal, biaya transportasi, kapasitas terminal, keamanan lingkungan terminal, tujuan dan arah perjalanan, ketersediaan jumlah dan jenis armada angkutan, kepadatan arus lalu lintas dan kenyamanan lingkungan terminal. Indikator pengaruh yang memiliki bobot yang siginifikan dalam mempengaruhi kinerja Terminal Kabupaten Kapuas pada kondisi eksisting adalah aksesibilitas dengan bobot 13,5% dan lokasi terminal dan sub terminal yang paling diminati adalah sub terminal Danumare dengan bobot sebesar 59,4%. Untuk mengoptimalkan kinerja terminal Kabupaten Kapuas sangat diperlukan adanya peningkatan aksesibilitas menuju ke lokasi terminal, ketepatan jadwal kedatangan maupun keberangkatan angkutan, ketersediaan sarana dan prasarana terminal, biaya transportasi yang bersaing, kapasitas terminal, keamanan lingkungan terminal, tujuan dan arah perjalanan, ketersediaan jumlah dan jenis armada angkutan, kepadatan arus lalu lintas dan kenyamanan lingkungan terminal. Hasil AHP pasca pengoptimalan menunjukan adanya peningkatan bobot dari indikator kinerja yaitu aksesibilitas (31,0%), waktu tunggu keberangkatan/headway (11,9%) dan ketersediaan sarana dan prasarana terminal (9,2%) serta lokasi terminal dan sub terminal yang paling diminati adalah terminal Kabupaten Kapuas (45,3%), sub terminal Danumare (29,0%) dan sub terminal Teratai (25,6%). Jadi, peningkatan kualitas layanan terminal sesuai dengan indikator kinerja kunci sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja terminal.","PeriodicalId":408018,"journal":{"name":"Jurnal Teknologi Berkelanjutan","volume":"68 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125679710","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}