Pub Date : 2019-05-06DOI: 10.29122/JSTMB.V13I1.2910
N. Sudiana, Raditya Panji Umbara, Qoriatu Zahro
Peningkatan jumlah penduduk yang pesat mendorong perkembangan kawasan perkotaan dan kepadatan permukiman di Provinsi DKI Jakarta. Perkembangan tersebut secara tidak langsung menjadi penyebab terjadinya bencana kebakaran. Bencana kebakaran di wilayah DKI Jakarta terjadi setiap tahun khususnya pada musim kemarau dan telah menyebabkan kerugian harta benda dan korban jiwa. Salah satu upaya pengurangan risiko bencana kebakaran di Provinsi DKI Jakarta adalah menyediakan informasi tentang tingkat kapasitas daerah terhadap bahaya kebakaran perkotaan. Paramater yang digunakan untuk menentukan tingkat kapasitas daerah terhadap bahaya perkotaan dalam makalah ini adalah 1). Jumlah dan Sebaran Hydrant, 2). Keterjangkauan Sumber Air, 3). Keterjangkauan Sarana Sektor dan Pos Damkar, 4). Keterjangkauan Armada Pemadam Kebakaran. Hasil analisis spasial kapasitas dari seluruh aspek menunjukkan bahwa wilayah Kecamatan Cakung memiliki tingkat kapasitas sebagai berikut : kapasitas rendah tersebar di 24 RW pada 7 kelurahan, kapasitas sedang tersebar di 52 RW pada 7 kelurahan, dan kapasitas tinggi tersebar di 14 RW pada 5 kelurahan.
{"title":"KAJIAN KAPASITAS DAERAH TERHADAP BENCANA KEBAKARAN PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Cakung, Kota Jakarta Utara)","authors":"N. Sudiana, Raditya Panji Umbara, Qoriatu Zahro","doi":"10.29122/JSTMB.V13I1.2910","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JSTMB.V13I1.2910","url":null,"abstract":"Peningkatan jumlah penduduk yang pesat mendorong perkembangan kawasan perkotaan dan kepadatan permukiman di Provinsi DKI Jakarta. Perkembangan tersebut secara tidak langsung menjadi penyebab terjadinya bencana kebakaran. Bencana kebakaran di wilayah DKI Jakarta terjadi setiap tahun khususnya pada musim kemarau dan telah menyebabkan kerugian harta benda dan korban jiwa. Salah satu upaya pengurangan risiko bencana kebakaran di Provinsi DKI Jakarta adalah menyediakan informasi tentang tingkat kapasitas daerah terhadap bahaya kebakaran perkotaan. Paramater yang digunakan untuk menentukan tingkat kapasitas daerah terhadap bahaya perkotaan dalam makalah ini adalah 1). Jumlah dan Sebaran Hydrant, 2). Keterjangkauan Sumber Air, 3). Keterjangkauan Sarana Sektor dan Pos Damkar, 4). Keterjangkauan Armada Pemadam Kebakaran. Hasil analisis spasial kapasitas dari seluruh aspek menunjukkan bahwa wilayah Kecamatan Cakung memiliki tingkat kapasitas sebagai berikut : kapasitas rendah tersebar di 24 RW pada 7 kelurahan, kapasitas sedang tersebar di 52 RW pada 7 kelurahan, dan kapasitas tinggi tersebar di 14 RW pada 5 kelurahan.","PeriodicalId":410270,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114165717","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-06DOI: 10.29122/JSTMB.V13I2.3359
Qoriatu Zahro
Pada tahun 2017, Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB) mengembangkan metode kajian terhadap kapasitas tindak suatu gedung bertingkat terhadap ancaman gempabumi. Kapasitas tindak adalah kapasitas suatu gedung ditinjau dari dua segi: fasilitas dan soft skill. Metode ini selanjutnya diaplikasikan pada 16 gedung dari 377 gedung bertingkat di DKI Jakarta. Ke-16 gedung ini dipilih berdasarkan overlay kelas ancaman bencana gempabumi (PGA) terhadap kelas kerentanan. Hasil yang diharapkan adalah tingkat kesiapan gedung dan rekomendasi untuk meningkatkan kesiapannya.
{"title":"KAJIAN AWAL KESIAPAN GEDUNG BERTINGKAT DI JAKARTA TERHADAP BENCANA GEMPA BUMI","authors":"Qoriatu Zahro","doi":"10.29122/JSTMB.V13I2.3359","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JSTMB.V13I2.3359","url":null,"abstract":"Pada tahun 2017, Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana (PTRRB) mengembangkan metode kajian terhadap kapasitas tindak suatu gedung bertingkat terhadap ancaman gempabumi. Kapasitas tindak adalah kapasitas suatu gedung ditinjau dari dua segi: fasilitas dan soft skill. Metode ini selanjutnya diaplikasikan pada 16 gedung dari 377 gedung bertingkat di DKI Jakarta. Ke-16 gedung ini dipilih berdasarkan overlay kelas ancaman bencana gempabumi (PGA) terhadap kelas kerentanan. Hasil yang diharapkan adalah tingkat kesiapan gedung dan rekomendasi untuk meningkatkan kesiapannya. ","PeriodicalId":410270,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana","volume":"56 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116912391","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-06DOI: 10.29122/JSTMB.V13I1.3361
Ritha Riyandari
Kota manado dikenal sebagai kota yang memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap bencana banjir, hal ini disebabkan kota manado di kelilingi oleh dua aliran sungai yaitu Sungai Tondano dan Sungai Tuminting dimana kondisi kedua sungai ini telah mengalami perubahan lahan akibat aktivitas manusia maka diperlukan peran serta masyarakat dalam mengurangi bencana banjir yang terjadi, seperti yang dilakukan oleh masyarakat kelurahan dendengan luar yang membuat water front city untuk mengurangi bencana banjir di kecamatan mereka.
{"title":"“WATER FRONT CITY” MITIGASI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN DENDENGAN LUAR, KOTA MANADO.","authors":"Ritha Riyandari","doi":"10.29122/JSTMB.V13I1.3361","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JSTMB.V13I1.3361","url":null,"abstract":"Kota manado dikenal sebagai kota yang memiliki resiko yang cukup tinggi terhadap bencana banjir, hal ini disebabkan kota manado di kelilingi oleh dua aliran sungai yaitu Sungai Tondano dan Sungai Tuminting dimana kondisi kedua sungai ini telah mengalami perubahan lahan akibat aktivitas manusia maka diperlukan peran serta masyarakat dalam mengurangi bencana banjir yang terjadi, seperti yang dilakukan oleh masyarakat kelurahan dendengan luar yang membuat water front city untuk mengurangi bencana banjir di kecamatan mereka.","PeriodicalId":410270,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana","volume":"351 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122763480","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-06DOI: 10.29122/JSTMB.V13I1.2939
D. Yuliana
Wilayah pesisir Kota Cilegon merupakan salah satu daerah di Indonesia yang berpotensi terkena bahaya tsunami. Hal ini tidak terlepas dari adanya Selat Sunda yang berbatasan langsung dengan wilayah pesisir Kota Cilegon. Selat Sunda terletak pada kawasan transisi antara segmen Sumatera dan segmen Jawa dari Busur Sunda, yang juga merupakan daerah di Indonesia yang sangat aktif dalam hal aktivitas vulkanik, kegempaan dan pergerakan tektonik vertikal dimana dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kerentanan sosial. Analisis dari berbagai parameter dilakukan dengan metode Evaluasi Multi-Kriteria Keruangan (SMCE) karena diharapkan menghasilkan keputusan yang berimbang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa/Kelurahan Citangkil adalah satu-satunya desa yang berbatasan langsung dengan laut memiliki nilai kerentanan sosial yang tinggi, sedangkan 20 desa lainnya memiliki tingkat kerentanan sedang dan rendah.
{"title":"EVALUASI MULTI KRITERIA KERUANGAN UNTUK PEMETAAN TINGKAT KERENTANAN SOSIAL TERHADAP BAHAYA TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR KOTA CILEGON","authors":"D. Yuliana","doi":"10.29122/JSTMB.V13I1.2939","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JSTMB.V13I1.2939","url":null,"abstract":"Wilayah pesisir Kota Cilegon merupakan salah satu daerah di Indonesia yang berpotensi terkena bahaya tsunami. Hal ini tidak terlepas dari adanya Selat Sunda yang berbatasan langsung dengan wilayah pesisir Kota Cilegon. Selat Sunda terletak pada kawasan transisi antara segmen Sumatera dan segmen Jawa dari Busur Sunda, yang juga merupakan daerah di Indonesia yang sangat aktif dalam hal aktivitas vulkanik, kegempaan dan pergerakan tektonik vertikal dimana dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kerentanan sosial. Analisis dari berbagai parameter dilakukan dengan metode Evaluasi Multi-Kriteria Keruangan (SMCE) karena diharapkan menghasilkan keputusan yang berimbang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa/Kelurahan Citangkil adalah satu-satunya desa yang berbatasan langsung dengan laut memiliki nilai kerentanan sosial yang tinggi, sedangkan 20 desa lainnya memiliki tingkat kerentanan sedang dan rendah.","PeriodicalId":410270,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125313901","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-06DOI: 10.29122/JSTMB.V13I1.2913
Akhmadi Puguh Raharjo
Forest and land fires (Karhutla) is one of the disasters that frequently hit Indonesia every year. Assessment for Karhutla's hazard, vulnerability and risk is an important early instrument for determining future disaster mitigation measures. The purpose of this study was to perform disaster risk assessment for Karhutla based on forest and land fires hazard and social vulnerability in the Regency of Serang. This particular hazard, vulnerability and risk analysis was based on the guidance outlined in the Head of BNPB Regulation No. 2 of 2012. The analysis results show that 46.87% of the total settlement area in the Regency of Serang falls into the low risk class of Karhutla. Meanwhile, medium and high risk class of Karhutla accounted for approximately 37.78% and 0.90% of the total settlement area in the Regency of Serang, respectively. Future detailing is needed to obtain more detailed results in the future.
{"title":"DISASTER RISK ANALYSIS OF FOREST AND LAND FIRES IN SERANG REGENCY","authors":"Akhmadi Puguh Raharjo","doi":"10.29122/JSTMB.V13I1.2913","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JSTMB.V13I1.2913","url":null,"abstract":"Forest and land fires (Karhutla) is one of the disasters that frequently hit Indonesia every year. Assessment for Karhutla's hazard, vulnerability and risk is an important early instrument for determining future disaster mitigation measures. The purpose of this study was to perform disaster risk assessment for Karhutla based on forest and land fires hazard and social vulnerability in the Regency of Serang. This particular hazard, vulnerability and risk analysis was based on the guidance outlined in the Head of BNPB Regulation No. 2 of 2012. The analysis results show that 46.87% of the total settlement area in the Regency of Serang falls into the low risk class of Karhutla. Meanwhile, medium and high risk class of Karhutla accounted for approximately 37.78% and 0.90% of the total settlement area in the Regency of Serang, respectively. Future detailing is needed to obtain more detailed results in the future.","PeriodicalId":410270,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114200849","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-06DOI: 10.29122/JSTMB.V13I1.3037
Hasmana Soewandita
Kekeringan merupakan bencana yang hampir sering terjadi di daerah tropis karena adanya perubahan musim dari musim penghujan ke musim kemarau. Ketidakseimbangan waktu antara dua musim ini bisa menyebabkan bencana banjir dan sebaliknya bencana kekeringa. Begitu juga apa yang terjadi di wilayah Kabupaten Serang kecenderungan kejadian bencana kekeringan ini juga bisa terjadi baik dikawasan budidaya maupun dikawasan permukiman dimana air dimanfaatkan untuk keperluan sehari hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji analisis bencana kekeringan di wilayah Kabupaten Serang. Hasil kajian menunjukkan potensi kekeringan dari tingkat rendah hingga tingkat kelas tinggi. Kekeringan kelas tinggi dimungkinkan kerena ketersediaan dan keterbatasan air pada rentang waktu yang relative lama. Hasil analisis juga menunjukkan tingkat kelas sedang mencapai luasan 179.650 Ha yang potensi sebarannya di hampir setiap kecamatan. Sedangkan tingkat kekeringan kelas tinggi terjadi pada area seluas 1.311 Ha dan terjadi di wilayah Kecamatan Pontang, Tanara, Waringin Kurung, Mancak, Padarincang, Kramatwatu, Ciomas, Cinangka, Bojonegara, Tirtayasa dan Anyar Kekeringan ini terjadi dibeberapa wilayah di area persawahan untuk keperluan irigasi pertanian maupun kawasan permukiman karena keterbatasan air bersih. Akibat kekeringan ini di area persawahan menyebabkan produktivitas tanah jadi rendah. Lahan sawah yang seharusnya bisa dua kali bahkan tiga kali tanam, ternyata dengan adanya bencana kekeringan ini hanya bisa satu kali atau paling banyak dua kali tanam dan setalah itu dalam kondisi bera.
{"title":"ANALISIS BENCANA KEKERINGAN DI WILAYAH KABUPATEN SERANG","authors":"Hasmana Soewandita","doi":"10.29122/JSTMB.V13I1.3037","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JSTMB.V13I1.3037","url":null,"abstract":"Kekeringan merupakan bencana yang hampir sering terjadi di daerah tropis karena adanya perubahan musim dari musim penghujan ke musim kemarau. Ketidakseimbangan waktu antara dua musim ini bisa menyebabkan bencana banjir dan sebaliknya bencana kekeringa. Begitu juga apa yang terjadi di wilayah Kabupaten Serang kecenderungan kejadian bencana kekeringan ini juga bisa terjadi baik dikawasan budidaya maupun dikawasan permukiman dimana air dimanfaatkan untuk keperluan sehari hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji analisis bencana kekeringan di wilayah Kabupaten Serang. Hasil kajian menunjukkan potensi kekeringan dari tingkat rendah hingga tingkat kelas tinggi. Kekeringan kelas tinggi dimungkinkan kerena ketersediaan dan keterbatasan air pada rentang waktu yang relative lama. Hasil analisis juga menunjukkan tingkat kelas sedang mencapai luasan 179.650 Ha yang potensi sebarannya di hampir setiap kecamatan. Sedangkan tingkat kekeringan kelas tinggi terjadi pada area seluas 1.311 Ha dan terjadi di wilayah Kecamatan Pontang, Tanara, Waringin Kurung, Mancak, Padarincang, Kramatwatu, Ciomas, Cinangka, Bojonegara, Tirtayasa dan Anyar Kekeringan ini terjadi dibeberapa wilayah di area persawahan untuk keperluan irigasi pertanian maupun kawasan permukiman karena keterbatasan air bersih. Akibat kekeringan ini di area persawahan menyebabkan produktivitas tanah jadi rendah. Lahan sawah yang seharusnya bisa dua kali bahkan tiga kali tanam, ternyata dengan adanya bencana kekeringan ini hanya bisa satu kali atau paling banyak dua kali tanam dan setalah itu dalam kondisi bera.","PeriodicalId":410270,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana","volume":"76 6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126775560","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-06DOI: 10.29122/JSTMB.V13I2.3343
D. Ganesha
Kabupaten Banggai Kepulauan terletak di Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan salah satu provinsi prioritas nasional untuk bencana gelombang pasang di Indonesia berdasarkan BNPB. Banggai Kepulauan adalah kabupaten dengan bentuk kepulauan sehingga berpotensi terkena bahaya gelombang pasang terutama gelombang pasang yang berasal dari Samudera Pasifik. Parameter yang digunakan dalam menentukan pola bahaya gelombang pasang adalah arah angin, kelandaian pantai dan riwayat gelombang pasang. Berdasarkan hasil analisis, maka diketahui bahwa pola bahaya gelombang pasang di Kabupaten Banggai Kepulauan terdiri dari dua pola utama yaitu bahaya gelombang pasang dari Timur Laut dan Tenggara. Gelombang pasang dari Timur Laut berasal dari Samudera Pasifik, sedangkan gelombang pasang dari Tenggara berasal dari Laut Banda. Pada periode gelombang pasang Timur Laut yaitu pada bulan Februari, Maret, dan Desember, bahaya gelombang pasang tinggi terjadi di pesisir Utara, Timur, hingga Timur Laut Pulau Peling dengan ketinggian 1 - 3 meter. Pada periode gelombang pasang Tenggara, khususnya pada bulan Mei, Juni, dan Juli, tinggi gelombang pasang yang memasuki wilayah Perairan Selatan, Barat dan Tenggara Pulau Peling serta Teluk Tolo berkisar antara 1 hingga mencapai 3 meter.
{"title":"POLA BAHAYA GELOMPANG PASANG DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN","authors":"D. Ganesha","doi":"10.29122/JSTMB.V13I2.3343","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JSTMB.V13I2.3343","url":null,"abstract":"Kabupaten Banggai Kepulauan terletak di Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan salah satu provinsi prioritas nasional untuk bencana gelombang pasang di Indonesia berdasarkan BNPB. Banggai Kepulauan adalah kabupaten dengan bentuk kepulauan sehingga berpotensi terkena bahaya gelombang pasang terutama gelombang pasang yang berasal dari Samudera Pasifik. Parameter yang digunakan dalam menentukan pola bahaya gelombang pasang adalah arah angin, kelandaian pantai dan riwayat gelombang pasang. Berdasarkan hasil analisis, maka diketahui bahwa pola bahaya gelombang pasang di Kabupaten Banggai Kepulauan terdiri dari dua pola utama yaitu bahaya gelombang pasang dari Timur Laut dan Tenggara. Gelombang pasang dari Timur Laut berasal dari Samudera Pasifik, sedangkan gelombang pasang dari Tenggara berasal dari Laut Banda. Pada periode gelombang pasang Timur Laut yaitu pada bulan Februari, Maret, dan Desember, bahaya gelombang pasang tinggi terjadi di pesisir Utara, Timur, hingga Timur Laut Pulau Peling dengan ketinggian 1 - 3 meter. Pada periode gelombang pasang Tenggara, khususnya pada bulan Mei, Juni, dan Juli, tinggi gelombang pasang yang memasuki wilayah Perairan Selatan, Barat dan Tenggara Pulau Peling serta Teluk Tolo berkisar antara 1 hingga mencapai 3 meter.","PeriodicalId":410270,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130248514","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-06DOI: 10.29122/JSTMB.V13I2.3334
D. Yuliana
Kabupaten Tangerang memiliki banyak potensi sumber daya air di wilayahnya. Berdasarkan data BPDAS Ciliwung Citarum dan Dinas Binamarga dan Sumber Daya Air Kabupaten Tangerang, diketahui wilayah Kabupaten Tangerang dibagi ke dalam 11 Daerah Aliran Sungai (DAS), sehingga diperlukan pengelolaan sumber daya air yang tepat. Dalam upaya pengelolaan sumber daya air di suatu wilayah, ketersediaan data yang komprehensif dan akurat sangat dibutuhkan. Oleh sebab itu identifikasi dan inventarisasi aset sumber daya air sangat diperlukan. Kebutuhan akan berbagai macam data untuk menunjang suatu penelitian atau pekerjaan yang dilakukan oleh instansi pemerintah merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi agar tujuan setiap kegiatan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kondisi saat ini di Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa ketersediaan data tersebut masih sulit diperoleh. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan informasi yang memadai yang bisa digunakan dalam upaya identifikasi dan inventarisasi sumber daya air, termasuk diantaranya sistem informasi geografis berbasis web (WebGIS). WebGIS Database Sumber Daya Air di Kabupaten Tangerang dapat menghasilkan informasi jaringan sumber daya air dalam bentuk informasi spasial dan non spasial. Dengan WebGIS, Kabupaten Tangerang dapat melakukan pengembangan terhadap pengelolaan seluruh sumber daya air yang ada di wilayahnya. Kata kunci: Sumber Daya Air, WebGIS, Basisdata
{"title":"SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK BASISDATA SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN TANGERANG","authors":"D. Yuliana","doi":"10.29122/JSTMB.V13I2.3334","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JSTMB.V13I2.3334","url":null,"abstract":"Kabupaten Tangerang memiliki banyak potensi sumber daya air di wilayahnya. Berdasarkan data BPDAS Ciliwung Citarum dan Dinas Binamarga dan Sumber Daya Air Kabupaten Tangerang, diketahui wilayah Kabupaten Tangerang dibagi ke dalam 11 Daerah Aliran Sungai (DAS), sehingga diperlukan pengelolaan sumber daya air yang tepat. Dalam upaya pengelolaan sumber daya air di suatu wilayah, ketersediaan data yang komprehensif dan akurat sangat dibutuhkan. Oleh sebab itu identifikasi dan inventarisasi aset sumber daya air sangat diperlukan. Kebutuhan akan berbagai macam data untuk menunjang suatu penelitian atau pekerjaan yang dilakukan oleh instansi pemerintah merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi agar tujuan setiap kegiatan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kondisi saat ini di Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa ketersediaan data tersebut masih sulit diperoleh. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan informasi yang memadai yang bisa digunakan dalam upaya identifikasi dan inventarisasi sumber daya air, termasuk diantaranya sistem informasi geografis berbasis web (WebGIS). WebGIS Database Sumber Daya Air di Kabupaten Tangerang dapat menghasilkan informasi jaringan sumber daya air dalam bentuk informasi spasial dan non spasial. Dengan WebGIS, Kabupaten Tangerang dapat melakukan pengembangan terhadap pengelolaan seluruh sumber daya air yang ada di wilayahnya. Kata kunci: Sumber Daya Air, WebGIS, Basisdata","PeriodicalId":410270,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128154524","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-06DOI: 10.29122/JSTMB.V13I1.3087
M. Mubarak
Steady developmental increase in urban and its buffer areas causes a decrease in rainwater catchment areas. Green roof system is emerging as a new form of technology that can improve the built environmental conditions. The purpose of this study was to simulate the application of green roof systems with cocopeat as planting media in reducing surface runoff water in urban buffer zones. Sub-watershed boundary analysis was carried out to determine the boundary of study area followed by land cover analysis using web-based software “i-Tree Canopy” to obtain the area of roof cover within the study area. Rainfall analysis (2005-2014) was carried out to obtain the design flood discharge value at the study location. The simulation results show that the green roof system with 10 cm depth of cocopeat as planting medium is able to delay peak discharge in the study area to exceed the concentration time for all flood return periods. Green roof application simulation of 5% and 10% of the total roof cover area resulted in a reduction in peak discharge up to 3.12% and 6.24% respectively. This green roof system needs to be combined with rainwater harvesting systems to further reduce peak discharge in the study area.
{"title":"SIMULATION OF SURFACE RUNOFF REDUCTION IN URBAN BUFFER AREA USING GREEN ROOF SYSTEM","authors":"M. Mubarak","doi":"10.29122/JSTMB.V13I1.3087","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JSTMB.V13I1.3087","url":null,"abstract":"Steady developmental increase in urban and its buffer areas causes a decrease in rainwater catchment areas. Green roof system is emerging as a new form of technology that can improve the built environmental conditions. The purpose of this study was to simulate the application of green roof systems with cocopeat as planting media in reducing surface runoff water in urban buffer zones. Sub-watershed boundary analysis was carried out to determine the boundary of study area followed by land cover analysis using web-based software “i-Tree Canopy” to obtain the area of roof cover within the study area. Rainfall analysis (2005-2014) was carried out to obtain the design flood discharge value at the study location. The simulation results show that the green roof system with 10 cm depth of cocopeat as planting medium is able to delay peak discharge in the study area to exceed the concentration time for all flood return periods. Green roof application simulation of 5% and 10% of the total roof cover area resulted in a reduction in peak discharge up to 3.12% and 6.24% respectively. This green roof system needs to be combined with rainwater harvesting systems to further reduce peak discharge in the study area.","PeriodicalId":410270,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129104703","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-06DOI: 10.29122/JSTMB.V13I2.2904
N. Sudiana, Odilia Rovara, Astisiasari Astisiasari
Peningkatan jumlah penduduk yang pesat mendorong perkembangan kawasan perkotaan dan kepadatan permukiman di Provinsi DKI Jakarta. Perkembangan tersebut secara tidak langsung menjadi penyebab terjadinya bencana kebakaran. Bencana kebakaran di wilayah DKI Jakarta terjadi setiap tahun khususnya pada musim kemarau dan telah menyebabkan kerugian harta benda dan korban jiwa. Salah satu upaya pengurangan risiko bencana kebakaran di Provinsi DKI Jakarta adalah menyediakan informasi tentang potensi bahaya bencana kebakaran. Analisis potensi bahaya kebakaran ini menggunakan pendekatan analisis data historis kejadian kebakaran dan proses penanggulangannya selama periode tahun 2010-2015. Paramater yang digunakan frekuensi kejadian, luas daerah kebakaran, jumlah bangunan permukiman terkena dampak, korban meninggal, dan lama waktu operasi pemadaman. Hasil analisis potensi tingkat bahaya kebakaran perkotaan di wilayah kota di DKI Jakarta diperoleh urutan : 1) Jakarta Timur (1,98), 2) Jakarta Barat (1,74), 3) Jakarta Selatan (1,43), 4) Jakarta Pusat (0,83), dan 5) Jakarta Utara (0,78). Sedangkan tingkat bahaya kebakaran perkotaan di wilayah kecamatan di DKI Jakarta diperoleh urutan : Pulogadung (2,95), Duren Sawit (2,80), dan Cakung (2,70)
{"title":"ANALISIS POTENSI BAHAYA BENCANA KEBAKARAN PERKOTAAN DI PROVINSI DKI JAKARTA","authors":"N. Sudiana, Odilia Rovara, Astisiasari Astisiasari","doi":"10.29122/JSTMB.V13I2.2904","DOIUrl":"https://doi.org/10.29122/JSTMB.V13I2.2904","url":null,"abstract":"Peningkatan jumlah penduduk yang pesat mendorong perkembangan kawasan perkotaan dan kepadatan permukiman di Provinsi DKI Jakarta. Perkembangan tersebut secara tidak langsung menjadi penyebab terjadinya bencana kebakaran. Bencana kebakaran di wilayah DKI Jakarta terjadi setiap tahun khususnya pada musim kemarau dan telah menyebabkan kerugian harta benda dan korban jiwa. Salah satu upaya pengurangan risiko bencana kebakaran di Provinsi DKI Jakarta adalah menyediakan informasi tentang potensi bahaya bencana kebakaran. Analisis potensi bahaya kebakaran ini menggunakan pendekatan analisis data historis kejadian kebakaran dan proses penanggulangannya selama periode tahun 2010-2015. Paramater yang digunakan frekuensi kejadian, luas daerah kebakaran, jumlah bangunan permukiman terkena dampak, korban meninggal, dan lama waktu operasi pemadaman. Hasil analisis potensi tingkat bahaya kebakaran perkotaan di wilayah kota di DKI Jakarta diperoleh urutan : 1) Jakarta Timur (1,98), 2) Jakarta Barat (1,74), 3) Jakarta Selatan (1,43), 4) Jakarta Pusat (0,83), dan 5) Jakarta Utara (0,78). Sedangkan tingkat bahaya kebakaran perkotaan di wilayah kecamatan di DKI Jakarta diperoleh urutan : Pulogadung (2,95), Duren Sawit (2,80), dan Cakung (2,70)","PeriodicalId":410270,"journal":{"name":"Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115079880","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}