Pub Date : 2022-01-26DOI: 10.56874/almutabar.v2i1.664
Ilham Ramadan Siregar
The principle of Islamic education is the main basis for human beings to carry out their main duties on earth either as caliph or position as a servant. As a caliph in charge of managing the earth, it is necessary to have several principles that become the basis or foundation in its implementation. So the way to obtain these principles is through Islamic education. Some principles of education, if traced from the development of early Islam as contained in the hadith of the Prophet, although the explanations are still very general, the Prophet, peace be upon him, has talked about them a lot. Both about principles in seeking knowledge and when conveying knowledge which is part of the educational process. With the principle of Islamic education based on the Qur'an and hadith as the main reference, it is hoped that Islamic education will be more focused and not lose its initial goal, which is to bring success in education which then brings goodness in the world and the hereafter. ABSTRAK Prinsip pendidikan Islam merupakan dasar utama bagi umat manusia untuk melaksanakan tugas pokoknya di muka bumi baik sebagai khalifah ataupun posisinya sebagai seorang hamba. Sebagai seorang khalifah yang bertugas untuk mengelola bumi, maka dibutuhkan adanya beberapa prinsip yang menjadi dasar atau tumpuan dalam pelaksanaannya. Maka cara untuk memperoleh prinsip-prinsip tersebut adalah melalui pendidikan Islam. Beberapa prinsip pendidikan, jika ditelusuri dari perkembangan Islam awal seperti yang terdapat dalam hadis Nabi saw., meski penjelasannya masih sangat umum, namun Nabi saw., telah banyak membicarakannya. Baik tentang prinsip dalam mencari ilmu maupun ketika menyampaikan suatu ilmu yang merupakan bagian dari proses pendidikan. Dengan adanya prinsip pendidikan Islam yang didasarkan kepada Alquran dan hadis sebagai acuan utama, maka diharapkan pendidikan Islam akan lebih terarah dan tidak kehilangan tujuan awal, yaitu dapat membawa keberhasilan dalam pendidikan yang kemudian membawa kebaikan di dunia maupun akhirat.
伊斯兰教的教育原则是人类在地球上履行其主要职责的主要基础,无论是作为哈里发还是作为仆人。作为负责管理地球的哈里发,有必要有几个原则成为其实施的基础或基础。所以获得这些原则的途径是通过伊斯兰教育。一些教育的原则,如果追溯到早期伊斯兰教的发展,包含在先知的圣训中,尽管解释仍然非常笼统,先知,愿主福安之,已经谈了很多。这两者都是关于寻求知识和传授知识的原则,这是教育过程的一部分。以古兰经和圣训为基础的伊斯兰教教育原则为主要参考,希望伊斯兰教教育更加集中,不要失去其最初的目标,即在教育上取得成功,然后在今世和后世带来美好。【摘要】伊斯兰教的宗教信仰和宗教信仰的宗教信仰和宗教信仰的宗教信仰,以及宗教信仰和宗教信仰的宗教信仰,以及宗教信仰的宗教信仰。我是说,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。Maka cara untuk memperoleh prinsip-prinsip tersebut adalah melalui pendididikan Islam。他说:“这是我所见过的最重要的事情。”, meski penjelasannya masih sangat umum, namun Nabi看到。,,,,,,,。白腾东校长,dalam menkari, ilmu, maupun, ketika, menyampaikan, suatu, ilmu, yang, merupakan, bagian, dari, prodidikan。Dengan adanya prinsip pendidikan Islam yang dididikan kepada Alquran dan hadis sebagai acan utama, maka diharapkan pendidikan Islam akan lebih terarah dantiak kehilangan tujuan awal, yitu dapat membawa keberhasilan dalam pendidikan yang kemudian membawa kebaikan di dunia maupun akhirat。
{"title":"Ilham Ramadan PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN PERPEKTIF ALQURAN DAN HADIS","authors":"Ilham Ramadan Siregar","doi":"10.56874/almutabar.v2i1.664","DOIUrl":"https://doi.org/10.56874/almutabar.v2i1.664","url":null,"abstract":"The principle of Islamic education is the main basis for human beings to carry out their main duties on earth either as caliph or position as a servant. As a caliph in charge of managing the earth, it is necessary to have several principles that become the basis or foundation in its implementation. So the way to obtain these principles is through Islamic education. Some principles of education, if traced from the development of early Islam as contained in the hadith of the Prophet, although the explanations are still very general, the Prophet, peace be upon him, has talked about them a lot. Both about principles in seeking knowledge and when conveying knowledge which is part of the educational process. With the principle of Islamic education based on the Qur'an and hadith as the main reference, it is hoped that Islamic education will be more focused and not lose its initial goal, which is to bring success in education which then brings goodness in the world and the hereafter. \u0000 \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000 \u0000Prinsip pendidikan Islam merupakan dasar utama bagi umat manusia untuk melaksanakan tugas pokoknya di muka bumi baik sebagai khalifah ataupun posisinya sebagai seorang hamba. Sebagai seorang khalifah yang bertugas untuk mengelola bumi, maka dibutuhkan adanya beberapa prinsip yang menjadi dasar atau tumpuan dalam pelaksanaannya. Maka cara untuk memperoleh prinsip-prinsip tersebut adalah melalui pendidikan Islam. Beberapa prinsip pendidikan, jika ditelusuri dari perkembangan Islam awal seperti yang terdapat dalam hadis Nabi saw., meski penjelasannya masih sangat umum, namun Nabi saw., telah banyak membicarakannya. Baik tentang prinsip dalam mencari ilmu maupun ketika menyampaikan suatu ilmu yang merupakan bagian dari proses pendidikan. \u0000Dengan adanya prinsip pendidikan Islam yang didasarkan kepada Alquran dan hadis sebagai acuan utama, maka diharapkan pendidikan Islam akan lebih terarah dan tidak kehilangan tujuan awal, yaitu dapat membawa keberhasilan dalam pendidikan yang kemudian membawa kebaikan di dunia maupun akhirat. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":412464,"journal":{"name":"Al-Mu'tabar","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127498711","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-26DOI: 10.56874/almutabar.v2i1.668
Nur Hamidah Pulungan
This research, which is a literature review, discusses several standards of understanding Hadith formed by experts in Islamic studies with a well-known textual and contextual basis known as the methodology of hadith experts. The research includes the definition of the methodology of hadith experts, techniques and processes for developing understanding of hadith, as well as an overview of modern methodologies that are currently developing. Modern typologies in understanding hadith in particular include the orientalist method, the rational method, the method of the salaf hadith experts and the moderate method. Penelitian yang bersifat kajian pustaka ini membahas beberapa standard pemahaman Hadis yang dibentuk oleh ahli kajian Islam dengan dasar tekstual dan kontekstual yang masyhur dikenal dengan istilah metodologi ahli hadis. Penelitian meliputi definisi metodologi ahli hadis, teknik dan proses perkembangan pemahaman hadis, serta gambaran tentang metodologi modern yang berkembang saat ini. Tipologi modern dalam pemahaman hadis khususnya diantaranya adalah metode orientalis, metode rasional, metode ahli hadis salaf dan metode moderat.
{"title":"TIPOLOGI MODERN DALAM METODOLOGI AHLI HADIS","authors":"Nur Hamidah Pulungan","doi":"10.56874/almutabar.v2i1.668","DOIUrl":"https://doi.org/10.56874/almutabar.v2i1.668","url":null,"abstract":"This research, which is a literature review, discusses several standards of understanding Hadith formed by experts in Islamic studies with a well-known textual and contextual basis known as the methodology of hadith experts. The research includes the definition of the methodology of hadith experts, techniques and processes for developing understanding of hadith, as well as an overview of modern methodologies that are currently developing. Modern typologies in understanding hadith in particular include the orientalist method, the rational method, the method of the salaf hadith experts and the moderate method. \u0000 \u0000Penelitian yang bersifat kajian pustaka ini membahas beberapa standard pemahaman Hadis yang dibentuk oleh ahli kajian Islam dengan dasar tekstual dan kontekstual yang masyhur dikenal dengan istilah metodologi ahli hadis. Penelitian meliputi definisi metodologi ahli hadis, teknik dan proses perkembangan pemahaman hadis, serta gambaran tentang metodologi modern yang berkembang saat ini. Tipologi modern dalam pemahaman hadis khususnya diantaranya adalah metode orientalis, metode rasional, metode ahli hadis salaf dan metode moderat.","PeriodicalId":412464,"journal":{"name":"Al-Mu'tabar","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130100781","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-26DOI: 10.56874/almutabar.v2i1.666
Idris Siregar
ABSTRACT Alquran and Hadith is the source for Islamic teachings. This statement is in line with the explanation that the Qur'an is the first main source before the hadith of the Prophet SAW. The study of hadith can be carried out comprehensively in Islamic studies. In history, the crown of Islamic-based knowledge has been mastered by the science of Alquran and hadith, this statement was expressed by Yusuf al-Qardhawi, asserting that Alquran and hadith can turn into masdar and Tsaqafah Islamiyah, this can be seen from the many works of scholars Alquran and hadith. As a masdar in Islamic law, Alquran and hadith continues to be developed to find the right understanding and according to the times, so that Alquran and hadith scholars continue to make efforts in understanding. One of the modern intellectuals who tries to see the side ofAlqurana and hadith that is contrary to the majority of scholars, namely Muhammad Shahrur, who in his book as-Sunnah ar-Rasuliyah wa as-Sunnah an-Nabawiyah offers some very controversial ideas, and are often sentenced as heretical by scholars. conservative. ABSTRAK Alquran dan Hadis merupakan sumber pokok bagi ajaran Islam. Pernyataan ini senada dengan penjelasan bahwa Alquran adalah sumber pokok pertama sebelum hadis Nabi SAW. Pengkajian hadis dapat dilakukan secara komprehensif dalam Islamic studies. Dalam sejarah, mahkota ilmu yang berbasis Islam pernah dikuasai ilmu Alqurran dan hadis, statement ini diungkapkan oleh Yusuf al-Qardhawi, menegaskan bahwa Alquran dan hadis dapat berubah menjadi masdar dan Tsaqafah Islamiyah, hal ini terlihat dari banyaknya karya ulama dalam kajian Alquran dan hadis. Sebagai masdar dalam hukum islam, Alquran dan hadis terus dikembangakan untuk mencari pemahaman yang tepat dan sesuai jaman, sehingga para ulama terus melakukan upaya-upaya dalam memahaminya. Salah satu intelektual modern yang mencoba melihat sisi Alquran dan hadis yang berseberangan dengan mayoritas ulama yaitu Muhammad syahrur, yang dalam bukunya as-Sunnah ar-Rasuliyah wa as-Sunnah an-Nabawiyah menawarkan beberapa buah pikirannya yang sangat kontroversial, bahkan sering divonis sebagai aliran sesat oleh ulama konservatif.
文摘 Alquran和穆罕默德言行录伊斯兰教义的来源。这一说法与《古兰经》是先知穆罕默德的圣训之前的第一主要来源的解释是一致的。对圣训的研究可以在伊斯兰研究中全面展开。在历史上,以伊斯兰教为基础的知识的王冠已经被《古兰经》和《圣训》的科学所掌握,这一说法由优素福·卡达维表达,他断言《古兰经》和《圣训》可以变成masdar和Tsaqafah Islamiyah,这可以从许多学者的《古兰经》和《圣训》的著作中看出。《古兰经》和《圣训》作为伊斯兰教法的马斯达尔,不断发展,寻找正确的理解,并根据时代的需要,使《古兰经》和《圣训》学者在理解上不断努力。有一位现代知识分子试图看到《古兰经》和圣训与大多数学者相反的一面,他就是穆罕默德·沙鲁尔,他在他的著作《圣训》中提出了一些非常有争议的观点,并经常被学者们判为异端。保守的 . 【摘要】《古兰经》,伊斯兰教。Pernyataan ini senada dengan penjelasan bahwa Alquran adalah number pokok pertama sebelum hais Nabi SAW。Pengkajian hadis dapat dilakukan secara综合伊斯兰研究。《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》,《古兰经》。伊斯兰教,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经,古兰经Salah satu知识分子现代杨mencoba melihat sisi Alquran dan hadis yang berseberangan dengan mayoritas ulama yait Muhammad syahrur,杨dalam bukunya as sunnah al - rasuliyah as sunnah an-Nabawiyah menawarkan beberapa buah pikirannya yang sangat有争议,bahkan seronis sebagai aliran sesat oleh ulama保守。
{"title":"IDRIS SIREGAR ANALISIS PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAHRUR DALAM KAJIAN HADIS","authors":"Idris Siregar","doi":"10.56874/almutabar.v2i1.666","DOIUrl":"https://doi.org/10.56874/almutabar.v2i1.666","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000 \u0000Alquran and Hadith is the source for Islamic teachings. This statement is in line with the explanation that the Qur'an is the first main source before the hadith of the Prophet SAW. The study of hadith can be carried out comprehensively in Islamic studies. In history, the crown of Islamic-based knowledge has been mastered by the science of Alquran and hadith, this statement was expressed by Yusuf al-Qardhawi, asserting that Alquran and hadith can turn into masdar and Tsaqafah Islamiyah, this can be seen from the many works of scholars Alquran and hadith. As a masdar in Islamic law, Alquran and hadith continues to be developed to find the right understanding and according to the times, so that Alquran and hadith scholars continue to make efforts in understanding. One of the modern intellectuals who tries to see the side ofAlqurana and hadith that is contrary to the majority of scholars, namely Muhammad Shahrur, who in his book as-Sunnah ar-Rasuliyah wa as-Sunnah an-Nabawiyah offers some very controversial ideas, and are often sentenced as heretical by scholars. conservative. \u0000 \u0000 \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000 \u0000Alquran dan Hadis merupakan sumber pokok bagi ajaran Islam. Pernyataan ini senada dengan penjelasan bahwa Alquran adalah sumber pokok pertama sebelum hadis Nabi SAW. Pengkajian hadis dapat dilakukan secara komprehensif dalam Islamic studies. Dalam sejarah, mahkota ilmu yang berbasis Islam pernah dikuasai ilmu Alqurran dan hadis, statement ini diungkapkan oleh Yusuf al-Qardhawi, menegaskan bahwa Alquran dan hadis dapat berubah menjadi masdar dan Tsaqafah Islamiyah, hal ini terlihat dari banyaknya karya ulama dalam kajian Alquran dan hadis. Sebagai masdar dalam hukum islam, Alquran dan hadis terus dikembangakan untuk mencari pemahaman yang tepat dan sesuai jaman, sehingga para ulama terus melakukan upaya-upaya dalam memahaminya. Salah satu intelektual modern yang mencoba melihat sisi Alquran dan hadis yang berseberangan dengan mayoritas ulama yaitu Muhammad syahrur, yang dalam bukunya as-Sunnah ar-Rasuliyah wa as-Sunnah an-Nabawiyah menawarkan beberapa buah pikirannya yang sangat kontroversial, bahkan sering divonis sebagai aliran sesat oleh ulama konservatif. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":412464,"journal":{"name":"Al-Mu'tabar","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125431842","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-26DOI: 10.56874/almutabar.v2i1.665
Sri Ulfa Rahayu
ABSTRACT The Qur'an and Hadith as the first and second sources of Islamic teachings, are very important to understand and practice. One of the teachings that have rules in the Qur'an and Hadith is about social behavior in Southeast Asia regarding halal bi halal and the tradition of meugang before Ramadan, whether in accordance with Islamic teachings or not. The purpose of this research is to find out the arguments about halal bi halal and meugang before Ramadan based on the Qur'an and Hadith. The method of this writing is qualitative with data collection through the existing literature, namely literature review. Furthermore, with a revelation and descriptive approach. The results obtained are halal bi halal in Islam known as shilaturrahim and has source. As for meugang, this is a tradition of sharing food, which in the Hadith there is a statement about sharing food and giving gifts. ABSTRAK Alquran dan Hadis sebagai sumber pertama dan kedua ajaran Islam, sangat penting untuk dipahami dan diamalkan. Salah satu ajaran yang ada aturannya dalam Alquran dan Hadis adalah tentang perilaku sosial di Asia Tenggara tentang halal bi halal dan tradisi meugang sebelum Ramadhan, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. Tujuan dari peneliian ini adalah mengetahui dalil tentang halal bi halal dan meugang sebelum Ramadhan berdasarkan Alquran dan Hadis. Metode dari penulisan ini adalah kualitatif dengan pengumpulan data melalui literatur yang ada yaitu kajian kepustakaan. Selanjutnya juga dengan pendekatan kewahyuan dan deskriptif. Adapun hasil yang diperoleh adalah halal bi halal dalam Islam dikenal dengan shilaturrahim dan memiliki sumber. Adapun meugang, ini adalah tradisi berbagi makanan, yang dalam Hadis ada menyatakan tentang berbagi makanan dan slaing memberi hadiah.
文摘 《古兰经》和穆罕默德言行录伊斯兰教义的第一和第二来源,是非常重要的理解和实践。《古兰经》和《圣训》中有规则的教义之一是关于东南亚关于斋月前清真比清真和斋戒传统的社会行为,无论是否符合伊斯兰教义。本研究的目的是在古兰经和圣训的基础上,找出斋月前关于清真、比清真和斋戒的争论。本文的写作方法是定性的,通过现有文献收集数据,即文献综述。此外,以启示和描述的方法。得到的结果是清真比清真在伊斯兰教中被称为shilaturrahim和有来源。meugang而言,这是一个分享食物的传统,在穆罕默德言行录有语句分享食物和赠送礼物 . 【摘要】古兰经与伊斯兰教的关系,与伊斯兰教的关系,与伊斯兰教的关系。斋月是伊斯兰教斋戒日,斋戒日是伊斯兰教斋戒日,斋戒日是伊斯兰教斋戒日。清真斋月,清真斋月,清真斋月,清真斋月,清真斋月。邓安人口统计数据、人口统计学数据、人口统计学数据、人口统计学数据、人口统计学数据。Selanjutnya juga dengan pendekatan kewahyyuan dan deskritif。Adapun hasil yang diperoleh adalah halal bi halal dalam Islam dikenal dengan shilaturrahim dan memiliki sumber。Adapun meugang, ini adalah tradisi berbagi makanan, yang dalam Hadis ada menyatakan, tantanberbagi makanan和杀戮成员hadiah。
{"title":"Sri Ulfa Rahayu HADIS: TAFSIR SOSIAL TERHADAP TEKS NORMATIF DI ASIA TENGGARA","authors":"Sri Ulfa Rahayu","doi":"10.56874/almutabar.v2i1.665","DOIUrl":"https://doi.org/10.56874/almutabar.v2i1.665","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000 \u0000The Qur'an and Hadith as the first and second sources of Islamic teachings, are very important to understand and practice. One of the teachings that have rules in the Qur'an and Hadith is about social behavior in Southeast Asia regarding halal bi halal and the tradition of meugang before Ramadan, whether in accordance with Islamic teachings or not. The purpose of this research is to find out the arguments about halal bi halal and meugang before Ramadan based on the Qur'an and Hadith. The method of this writing is qualitative with data collection through the existing literature, namely literature review. Furthermore, with a revelation and descriptive approach. The results obtained are halal bi halal in Islam known as shilaturrahim and has source. As for meugang, this is a tradition of sharing food, which in the Hadith there is a statement about sharing food and giving gifts. \u0000 \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000 \u0000Alquran dan Hadis sebagai sumber pertama dan kedua ajaran Islam, sangat penting untuk dipahami dan diamalkan. Salah satu ajaran yang ada aturannya dalam Alquran dan Hadis adalah tentang perilaku sosial di Asia Tenggara tentang halal bi halal dan tradisi meugang sebelum Ramadhan, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. Tujuan dari peneliian ini adalah mengetahui dalil tentang halal bi halal dan meugang sebelum Ramadhan berdasarkan Alquran dan Hadis. Metode dari penulisan ini adalah kualitatif dengan pengumpulan data melalui literatur yang ada yaitu kajian kepustakaan. Selanjutnya juga dengan pendekatan kewahyuan dan deskriptif. Adapun hasil yang diperoleh adalah halal bi halal dalam Islam dikenal dengan shilaturrahim dan memiliki sumber. Adapun meugang, ini adalah tradisi berbagi makanan, yang dalam Hadis ada menyatakan tentang berbagi makanan dan slaing memberi hadiah. \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":412464,"journal":{"name":"Al-Mu'tabar","volume":"22 6","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114128172","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-01-26DOI: 10.56874/almutabar.v2i1.663
Winda Sari
ABSTRACT Hadith as the second source of law in Islam plays an important role for Muslims. However, the existence and authenticity of the hadith still received negative comments from several parties, including the orientalists. Orientalist who is famous for his analysis of the Prophet's Hadith is Joseph Schacht. This paper aims to identify Joseph Schacht's opinions about the hadith and rebuttal to Joseph Schacht's opinion by using the literature study method. The results show that there are several figures who dispute Joseph Schacht's opinion on Hadith such as M.M. A'zami. Rebuttal from M.M. A'zami scientifically proves that Joseph Schacht's opinion about Hadith is not true. Some further research is expected to enrich the scientific treasures, especially in the field of Hadith. Keywords: Thinking, Joseph Schacht, Hadis ABSTRAK Hadis sebagai sumber hukum kedua dalam Islam memegang peranan penting bagi umat Islam. Tetapi eksistensi dan otentitas hadis masih mendapat komentar negatif dari beberapa pihak, diantaranya dari para orientalis. Orientalis yang terkenal dengan analisanya terhadap Hadis Nabi adalah Joseph Schacht. Tulisan ini bertujuan mengidentifikasi pendapat-pendapat Joseph Schacht tentang hadis dan bantahan terhadap pendapat Joseph Schacht tersebut dengan menggunakan metode studi pustaka. Hasilnya menunnjukkan bahwa terdapat beberapa tokoh yang membantah pendapat Joseph Schacht tentang Hadis seperti M.M. A’zami. Bantahan dari M.M. A’zami secara ilmiah membuktikan bahwa pendapat Joseph Schacht tentang Hadis tidak benar. Beberapa penelitian lanjutan diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya di bidang Hadis.
文摘 穆罕默德言行录第二来源的法律对穆斯林在伊斯兰教中扮演重要的角色。然而,圣训的存在和真实性仍然受到包括东方学家在内的几个方面的负面评论。以分析先知圣训而闻名的东方学家是约瑟夫·沙赫特。本文旨在通过文献研究法来确定约瑟夫·沙赫特关于圣训的观点,并对约瑟夫·沙赫特的观点进行反驳。结果显示,有几个人对约瑟夫·沙赫特关于圣训的观点提出异议,如M.M.阿扎米。M.M. A’zami的反驳科学地证明了Joseph Schacht关于圣训的观点是不正确的。一些进一步的研究有望丰富科学宝藏,特别是在圣训领域。关键词:思维,沙赫特,哈迪斯摘要:哈迪斯,伊斯兰教,伊斯兰教,伊斯兰教。Tetapi eksistensi dan otentitas hadis masih mendapat komentar negative dari beberapa pihak, diantaranya dari para orientalis。东方学上的杨,是一种文化,是一种文化,是一种文化。tuisan ini bertujuan mengidentifikasi pendapat-pendapat Joseph Schacht tentang hadis dan bantahan terhadap pendapat Joseph Schacht tersebut dengan menggunakan mededestudi pustaka。Hasilnya menunnjukkan bahwa terdapat beberapa tokoh yang membantah pendapat Joseph Schacht tantans seperti m.m.a 'zami。Bantahan dari m.m.a 'zami secara ilmiah membuktikan bahwa pendapat Joseph Schacht tentang Hadis tidak benar。这是一份由国家元首、国家元首、国家元首和人民代表组成的文件。
{"title":"Winda Sari, Yuzaidi PEMIKIRAN HADIS JOSEPH SCHACHT DAN BANTAHAN TERHADAPNYA","authors":"Winda Sari","doi":"10.56874/almutabar.v2i1.663","DOIUrl":"https://doi.org/10.56874/almutabar.v2i1.663","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000 \u0000Hadith as the second source of law in Islam plays an important role for Muslims. However, the existence and authenticity of the hadith still received negative comments from several parties, including the orientalists. Orientalist who is famous for his analysis of the Prophet's Hadith is Joseph Schacht. This paper aims to identify Joseph Schacht's opinions about the hadith and rebuttal to Joseph Schacht's opinion by using the literature study method. The results show that there are several figures who dispute Joseph Schacht's opinion on Hadith such as M.M. A'zami. Rebuttal from M.M. A'zami scientifically proves that Joseph Schacht's opinion about Hadith is not true. Some further research is expected to enrich the scientific treasures, especially in the field of Hadith. \u0000 \u0000Keywords: Thinking, Joseph Schacht, Hadis \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000 \u0000Hadis sebagai sumber hukum kedua dalam Islam memegang peranan penting bagi umat Islam. Tetapi eksistensi dan otentitas hadis masih mendapat komentar negatif dari beberapa pihak, diantaranya dari para orientalis. Orientalis yang terkenal dengan analisanya terhadap Hadis Nabi adalah Joseph Schacht. Tulisan ini bertujuan mengidentifikasi pendapat-pendapat Joseph Schacht tentang hadis dan bantahan terhadap pendapat Joseph Schacht tersebut dengan menggunakan metode studi pustaka. Hasilnya menunnjukkan bahwa terdapat beberapa tokoh yang membantah pendapat Joseph Schacht tentang Hadis seperti M.M. A’zami. Bantahan dari M.M. A’zami secara ilmiah membuktikan bahwa pendapat Joseph Schacht tentang Hadis tidak benar. Beberapa penelitian lanjutan diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan khususnya di bidang Hadis. \u0000 \u0000 \u0000 ","PeriodicalId":412464,"journal":{"name":"Al-Mu'tabar","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122514528","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-20DOI: 10.56874/almutabar.v1i2.444
Ahmad Sugeng Riady
Abstraksi Artikel ini membahas tentang prinsip dalam memahami hadits. Sebagai sumber kedua setelah Al-Qur’an, hadits memiliki posisi yang cukup penting. Selain sebagai penjelas redaksi di dalam Al-Qur’an, juga sebagai sumber legitimasi dari sebuah hukum. Di sisi lain, jarak ruang dan waktu, kondisi-situasi yang berbeda, serta kecenderungan umat muslim yang sesuai dengan masanya membuat hadits semakin sulit untuk dipelajari dan dipahami. Berangkat dari fakta itu, Yusuf al-Qardhawi merumuskan beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk memahami hadits. Secara umum, artikel ini menggunakan metode studi kepustakaan yang mengambil sumber dari berbagai referensi berupa buku dan jurnal-jurnal terkait. Adapun prinsip-prinsip tersebut meliputi cara memahami hadits sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an, menghimpun hadits yang setema, melihat latar belakang hadits diturunkan, membedakan sarana yang berubah dan sasaran yang tetap, membedakan makna hakiki dan majazi, membedakan yang ghaib dan yang kasat mata, serta memastikan makna hadits.
{"title":"Hadits Kontemporer (Suatu Kajian dalam Memahami Hadits Perspektif Yusuf al-Qardhawi)","authors":"Ahmad Sugeng Riady","doi":"10.56874/almutabar.v1i2.444","DOIUrl":"https://doi.org/10.56874/almutabar.v1i2.444","url":null,"abstract":"Abstraksi \u0000Artikel ini membahas tentang prinsip dalam memahami hadits. Sebagai sumber kedua setelah Al-Qur’an, hadits memiliki posisi yang cukup penting. Selain sebagai penjelas redaksi di dalam Al-Qur’an, juga sebagai sumber legitimasi dari sebuah hukum. Di sisi lain, jarak ruang dan waktu, kondisi-situasi yang berbeda, serta kecenderungan umat muslim yang sesuai dengan masanya membuat hadits semakin sulit untuk dipelajari dan dipahami. Berangkat dari fakta itu, Yusuf al-Qardhawi merumuskan beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk memahami hadits. Secara umum, artikel ini menggunakan metode studi kepustakaan yang mengambil sumber dari berbagai referensi berupa buku dan jurnal-jurnal terkait. Adapun prinsip-prinsip tersebut meliputi cara memahami hadits sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an, menghimpun hadits yang setema, melihat latar belakang hadits diturunkan, membedakan sarana yang berubah dan sasaran yang tetap, membedakan makna hakiki dan majazi, membedakan yang ghaib dan yang kasat mata, serta memastikan makna hadits. \u0000 ","PeriodicalId":412464,"journal":{"name":"Al-Mu'tabar","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124333109","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-20DOI: 10.56874/almutabar.v1i2.608
Erna Dewi
ABSTRACT The main sources of Islamic jurisprudence are the Qur’an and Hadith. Al-Qur’an is the first source of Islamic teachings, only provide an explanation globally and in principle only. While the hadith for al-Qur’an server as a bayan taqrir, bayan tafsir, and bayan tasyr’i which will provide more detailed explanation. Currently, the use of vaccines is still receiving pro and contra responses among Muslim in Indonesia. This is influenced by differences of opinion among the scholars regarding the hadiths that discuss treatment with what is haram. Therefore, the author conducts research to answer problems regarding the quality and validity of the hadith regarding the use of vaccines as an alternatife treatment with shahih Bukhari. This research is a library research with literature study using descriptive and analytical presentation methods. This study uses the Shahih Bukhari book and is assisted by other standard books, then analyzed using the takhrij hadith method. As for the results of this study, the quality of the hadith about being allowed to seek treatment with the haram is shahih li zatihi. Based on the analysis of the hadith, the fatwa commission of the Indonesia Ulama Council (MUI) allows the used of vaccines with several considerations and certain conditions. Keywords: Islamic Law, Vaccines, Shahih Bukhari ABSTRAK Sumber utama hukum Islam adalah Al-Qur’an dan hadis. Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang pertama, umumnya hanya memberikan penjelasan secara global dan secara prinsip-prinsip saja. Sedangkan hadis bagi al-Qur’an berfungsi sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, dan bayan tasyr’i yang akan memberikan penjelasan terperinci lagi. Saat ini, penggunaan vaksin masih mendapat tanggapan pro dan kontra di kalangan umat Islam di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pendapat para ulama terhadap hadis yang membahas tentang berobat dengan yang haram. Oleh karenanya, penulis melakukan penelitian untuk menjawab permasalahan mengenai kualitas dan ke-hujjah-an hadis terhadap penggunaan vaksin sebagai alternatife berobat dengan hadis shahih Bukhari. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode penyajian secara deskriptif dan analitis. Penelitian ini menggunakan kitab Shahih Bukhari serta dibantu dengan kitab standar lainnya, kemudian dianalisa dengan menggunakan metode takhrij hadis. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu kualitas hadis tentang dibolehkan berobat dengan yang haram adalah shahih li zatihi. Berdasarkan analisis hadis tersebut, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia membolehkan pengguna vaksin dengan beberapa pertimbangan dan syarat tertentu. Kata kunci: Hukum Islam, Vaksin, Shahih Bukhari
文摘 伊斯兰教法学的主要来源是《古兰经》和穆罕默德言行录。《古兰经》是伊斯兰教义的第一来源,只是提供了一个全球性的解释,而且只是在原则上。而《古兰经》的圣训则被称为bayan taqrir, bayan tafsir和bayan tasyr 'i,这将提供更详细的解释。目前,在印度尼西亚的穆斯林中,对疫苗的使用仍持赞成和反对的态度。这是受到学者们对圣训的不同意见的影响,圣训讨论了什么是haram的治疗。因此,提交人进行了研究,以回答圣训关于使用疫苗作为布哈里圣训的替代疗法的质量和有效性问题。本研究是一项文献研究法的图书馆研究,采用描述性和分析性的呈现方法。本研究使用《布哈里圣训》,并辅以其他标准书籍,然后使用塔格里圣训方法进行分析。至于这项研究的结果,圣训的质量关于被允许寻求治疗的haram是shahih li zatihi。根据对圣训的分析,印度尼西亚乌拉玛理事会(MUI)的法特瓦委员会允许在若干考虑和某些条件下使用疫苗。关键词:伊斯兰教法;疫苗;布哈里圣训;古兰经adalah number ajaran Islam yang pertama, umumnya hanya成员kan penjelasan secara global dan secara principal -prinsip saja。Sedangkan hadis bagi al- quan berfungsi sebagai bayan taqrir, bayan tafir, dan bayan tasyr 'i yang akan成员kan penjelasan terperinci lagi。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pendapat para ulama terhadap hadi hadi yang成员hahas tentang berobat dengan yang haram。Oleh karenanya, penulis melakukan penelitian untuk menjava permasalahan mengenai kualitas dan ke- hujjaha -an hahadap penggunaan vaksin sebagai替代的berhava dengan hadi shahih布哈里。图书馆研究:登安,孟古纳坎方法,图书馆文献分析。Penelitian ini menggunakan kitab Shahih Bukhari serta dibantu dengan kitab standard lainya, kemudian dianalisa dengan menggunakan mede takhrij hais。Adapun hasil dari penelitian ini yitu kualitas hais tenteni dibolehkan berobobi dengan yang haram adalah shahih li zatihi。印尼伊斯兰教宗教界(Komisi Fatwa Majelis Indonesia)的一名成员说:“我认为这是一个非常重要的因素。”Kata kunci: Hukum Islam, Vaksin, Shahih buhari
{"title":"PENGGUNAAN VAKSIN SEBAGAI ALTERNATIF PENGOBATAN (STUDI HADIS SHAHIH BUKHARI NOMOR INDEKS 233)","authors":"Erna Dewi","doi":"10.56874/almutabar.v1i2.608","DOIUrl":"https://doi.org/10.56874/almutabar.v1i2.608","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000 \u0000The main sources of Islamic jurisprudence are the Qur’an and Hadith. Al-Qur’an is the first source of Islamic teachings, only provide an explanation globally and in principle only. While the hadith for al-Qur’an server as a bayan taqrir, bayan tafsir, and bayan tasyr’i which will provide more detailed explanation. Currently, the use of vaccines is still receiving pro and contra responses among Muslim in Indonesia. This is influenced by differences of opinion among the scholars regarding the hadiths that discuss treatment with what is haram. Therefore, the author conducts research to answer problems regarding the quality and validity of the hadith regarding the use of vaccines as an alternatife treatment with shahih Bukhari. This research is a library research with literature study using descriptive and analytical presentation methods. This study uses the Shahih Bukhari book and is assisted by other standard books, then analyzed using the takhrij hadith method. As for the results of this study, the quality of the hadith about being allowed to seek treatment with the haram is shahih li zatihi. Based on the analysis of the hadith, the fatwa commission of the Indonesia Ulama Council (MUI) allows the used of vaccines with several considerations and certain conditions. \u0000 \u0000Keywords: Islamic Law, Vaccines, Shahih Bukhari \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000 \u0000Sumber utama hukum Islam adalah Al-Qur’an dan hadis. Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang pertama, umumnya hanya memberikan penjelasan secara global dan secara prinsip-prinsip saja. Sedangkan hadis bagi al-Qur’an berfungsi sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, dan bayan tasyr’i yang akan memberikan penjelasan terperinci lagi. Saat ini, penggunaan vaksin masih mendapat tanggapan pro dan kontra di kalangan umat Islam di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pendapat para ulama terhadap hadis yang membahas tentang berobat dengan yang haram. Oleh karenanya, penulis melakukan penelitian untuk menjawab permasalahan mengenai kualitas dan ke-hujjah-an hadis terhadap penggunaan vaksin sebagai alternatife berobat dengan hadis shahih Bukhari. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode penyajian secara deskriptif dan analitis. Penelitian ini menggunakan kitab Shahih Bukhari serta dibantu dengan kitab standar lainnya, kemudian dianalisa dengan menggunakan metode takhrij hadis. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu kualitas hadis tentang dibolehkan berobat dengan yang haram adalah shahih li zatihi. Berdasarkan analisis hadis tersebut, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia membolehkan pengguna vaksin dengan beberapa pertimbangan dan syarat tertentu. \u0000 \u0000Kata kunci: Hukum Islam, Vaksin, Shahih Bukhari","PeriodicalId":412464,"journal":{"name":"Al-Mu'tabar","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128513352","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-20DOI: 10.56874/almutabar.v1i2.609
Nurainun Ritonga
الملخص: كان أكثر الدراسة عن الأحاديث الشريفة من الناحية الفقهية -العبادة- والناحية الثقافية والناحية التاريخية فقط، وقلت من الناحية العلمية التربوية. ويهدف هذا البحث إلى فهم قيم التربية الإسلامية في حديث "إنما الأعمال بالنية ...". هذا البحث بحث مكتبي ومصادر بياناته الأساسية هي كتاب الأربعين النووية، ومصادرها الثانوية هي الكتب في شرح الأحاديث والكتب التربوية. وأسلوب جمع البيانات هو تخريج الحديث بالطريقة الموضوعية. وأما عرض البيانات فيكون بكتابة الحديث سندا ومتنا كما هي مكتوبة في المصادر الأساسية، ثم شرحت الأحاديث شرح العلماء من كتب شرح الأحاديث وغيرها ثم حللت بالمدخل العلمي. فقيم التربية في حديث "إنما الأعمال بالنيات ..." هي أن لا عمل إلا بالنية وأن الاعمال معتبرة بنياتها وأنّ ثواب العامل على عمله على حسب نيته وضرب العالم الأمثال للتوضيح والبيان وفضل الهجرة لتمثيل النبي صلى الله عليه وسلم بها وأنّ الإنسان يؤجر أو يؤزر أو يحرم بحسب نيته وأن الاعمال بحسب وسيلته، وقد يكون شيءا مباحا في الأصل وأصبح طاعة بنية الخير وأنّ العمل الواحد يكون الإنسان أجرا فيكون لإنسان حرمانا. وقيم التربية الإسلامية في حديث هي الإخلاص والهجرة وحب الحق والتعاون على البرّ والأخوة الإسلاميّة والشجاعة في العمل الصالح. الكلمات الأساسية: قيم التربية، التربية الإسلامية
{"title":"Qiyam a-Tarbiyatu al-Islamiyyatu Fi Hadis: innama al-'A'malu bi an-Niyyati","authors":"Nurainun Ritonga","doi":"10.56874/almutabar.v1i2.609","DOIUrl":"https://doi.org/10.56874/almutabar.v1i2.609","url":null,"abstract":"الملخص: كان أكثر الدراسة عن الأحاديث الشريفة من الناحية الفقهية -العبادة- والناحية الثقافية والناحية التاريخية فقط، وقلت من الناحية العلمية التربوية. ويهدف هذا البحث إلى فهم قيم التربية الإسلامية في حديث \"إنما الأعمال بالنية ...\". \u0000هذا البحث بحث مكتبي ومصادر بياناته الأساسية هي كتاب الأربعين النووية، ومصادرها الثانوية هي الكتب في شرح الأحاديث والكتب التربوية. وأسلوب جمع البيانات هو تخريج الحديث بالطريقة الموضوعية. وأما عرض البيانات فيكون بكتابة الحديث سندا ومتنا كما هي مكتوبة في المصادر الأساسية، ثم شرحت الأحاديث شرح العلماء من كتب شرح الأحاديث وغيرها ثم حللت بالمدخل العلمي. \u0000فقيم التربية في حديث \"إنما الأعمال بالنيات ...\" هي أن لا عمل إلا بالنية وأن الاعمال معتبرة بنياتها وأنّ ثواب العامل على عمله على حسب نيته وضرب العالم الأمثال للتوضيح والبيان وفضل الهجرة لتمثيل النبي صلى الله عليه وسلم بها وأنّ الإنسان يؤجر أو يؤزر أو يحرم بحسب نيته وأن الاعمال بحسب وسيلته، وقد يكون شيءا مباحا في الأصل وأصبح طاعة بنية الخير وأنّ العمل الواحد يكون الإنسان أجرا فيكون لإنسان حرمانا. وقيم التربية الإسلامية في حديث هي الإخلاص والهجرة وحب الحق والتعاون على البرّ والأخوة الإسلاميّة والشجاعة في العمل الصالح. \u0000 \u0000الكلمات الأساسية: قيم التربية، التربية الإسلامية","PeriodicalId":412464,"journal":{"name":"Al-Mu'tabar","volume":"2672 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129892226","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-20DOI: 10.56874/almutabar.v1i2.607
Aulya Adhli
ABSTRACT The story of Noah with the miracle of his ark is an example of the development of science and technology in Islamic studies as contained in the Qur'an and Hadith. This research is a literature review regarding the instructions in the Qur'an and Hadith which includes attention to the sophistication of technology that has existed for a long time. The study draws conclusions about the ummian Muhammad bin Abdullah for the miracles of the Qur'an and Sunnah. Keywords: Science, Technology, Quran, Hadith ABSTRAK Kisah Nabi Nuh dengan mukjizat bahteranya adalah contoh perkembangan sains dan teknologi dalam kajian Islam yang tertuang dalam Alquran dan Hadis. Penelitian ini adalah kajian pustaka mengenai petunjuk dalam Alquran dan Hadis yang memuat perhatian kepada kecanggihan teknologi yang sudah ada sejak dahulu. Penelitian mengambil hikmah kesimpulan terhadap keummian seorang Muhammad bin Abdullah atas kemukjizatan Alquran dan Sunnah. Kata kunci: Sains, Teknologi, Alquran, Hadis
{"title":"ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI PERKAPALAN PADA KISAH NABI NUH MENURUT PERSPEKTIF ALQURAN DAN HADIS","authors":"Aulya Adhli","doi":"10.56874/almutabar.v1i2.607","DOIUrl":"https://doi.org/10.56874/almutabar.v1i2.607","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000 \u0000The story of Noah with the miracle of his ark is an example of the development of science and technology in Islamic studies as contained in the Qur'an and Hadith. This research is a literature review regarding the instructions in the Qur'an and Hadith which includes attention to the sophistication of technology that has existed for a long time. The study draws conclusions about the ummian Muhammad bin Abdullah for the miracles of the Qur'an and Sunnah. \u0000 \u0000Keywords: Science, Technology, Quran, Hadith \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000 \u0000Kisah Nabi Nuh dengan mukjizat bahteranya adalah contoh perkembangan sains dan teknologi dalam kajian Islam yang tertuang dalam Alquran dan Hadis. Penelitian ini adalah kajian pustaka mengenai petunjuk dalam Alquran dan Hadis yang memuat perhatian kepada kecanggihan teknologi yang sudah ada sejak dahulu. Penelitian mengambil hikmah kesimpulan terhadap keummian seorang Muhammad bin Abdullah atas kemukjizatan Alquran dan Sunnah. \u0000 \u0000Kata kunci: Sains, Teknologi, Alquran, Hadis","PeriodicalId":412464,"journal":{"name":"Al-Mu'tabar","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117230264","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-20DOI: 10.56874/almutabar.v1i2.604
Nurfaidah Syam
ABSTRACT Issues related to gender are always interesting to study and discuss from all aspects and all walks of life. Especially in Islamic studies, gender issues have emerged from the very beginning of human creation until now. The texts of the Qur'an and Hadith are still widely studied. However, specifically in the study of gender hadiths, it is necessary to do a thorough study of both the text and the context of the hadith, the aim is to avoid confusion in understanding these gender traditions. In this paper, the research method used is a qualitative method with an analytical approach to textual and contextual hadith texts, namely by analyzing the syarahs and the book of asbab al wurud hadith, so that with this method will find the final conclusion. The purpose of this research is to describe the application of textual and contextual understanding methods from several popular gender traditions. So it can be concluded that the lameness in understanding gendered traditions occurs due to deficiencies in the methods in these traditions. In fact, if it is understood perfectly, namely by using textual and contextual understanding methods, there will be no problems in the name of gender anymore. Keywords: Hadith, Gender, Textual, Contextual ABSTRAK Isu yang berkaitan tentang gender selalu menarik dikaji dan diperbincangkan dari semua aspek dan semua kalangan. Terkhusus dalam kajian Islam isu gender tersebut sudah muncul dari awal mula penciptaan manusia sampai saat ini. Teks-teks Alquran dan Hadis pun mash banyak dikaji. Akan tetapi khusus dalam kajian hadis-hadis gender perlu dilakukan secara menyeluruh baik itu kajian teks maupun konteks hadis tersebut, tujuannya agar tidak terjadi keoincangan dalam memahami hadis-hadis gender tersebut. Dalam tulisan ini metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatf dengan pendekatan analisis teks-teks hadis yang berhubungan dengan tekstual dan kontekstualnya, yaitu dengan menganalisis syarah-syarah dan kitab asbab al wurud hadis, sehingga dengan metode tersebut akan menemukan kesimpulan akhir. Adapun tujuan penilitian ini adalah untuk memaparkan aplikasi metode pemahaman tekstual dan kontekstual dari beberapa hadis-hadis gender populer. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepincangan dalam pemahaman hadis-hadis gender terjadi karena kekurangan dalam metode dalam hadis tersebut. Padahal jika difahami secara sempurna yaitu dengan menggunakan metode pemahaman tekstual dan kontekstual tidak akan ada permasalahan yang mengatasnamakan gender lagi. Kata kunci: Hadis, Gender, Tekstual, Kontekstual
文摘 与性别有关的问题总是有趣的研究讨论和各行各业的各个方面。特别是在伊斯兰教研究中,性别问题从人类创造之初就开始出现,直到现在。《古兰经》和《圣训》的文本仍然被广泛研究。然而,特别是在研究性别圣训时,有必要对圣训的文本和背景进行彻底的研究,目的是避免在理解这些性别传统时产生混乱。本文所采用的研究方法是定性的方法,结合对文本和上下文圣训文本的分析方法,即通过分析伊斯兰教法和《阿巴拉乌德圣训》,从而找到最终的结论。本研究的目的是描述几种流行的性别传统的文本和语境理解方法的应用。因此,我们可以认为,性别传统在理解上的缺陷是由于这些传统在方法上的缺陷。事实上,如果完全理解,即使用文本和上下文理解方法,就不会再有以性别为名的问题了。关键词:圣训,性别,文本,语境;关键词:圣训,性别,文本,语境;Terkhusus dalam kajian Islam isu gender terseet,但sudah muncul dari awal mula penciptaan manusia sampai saat ini。Teks-teks Alquran dan Hadis pun mash banyak dikaji。Akan tetapi khusus dalam kajian hadis-hadis gender perlu dilakukan secara menyeluruh baik itu kajian teks maupun konteks hais tersebut, tujuannya agar tidak terjadi keocanan dalam memahami hadis-hadis gender tersebut。Dalam tulisan ini方法penelitian yang digunakan adalah方法kualitatf dengan pendekatan分析teks-teks hads yang berhubungan dengan tekstual dan kontekstualnya, yitu dengan menganalis -syarah dan kitab asbab al wurud hads, seinga dengan方法tersebut akan menemukan kespulpulan akhir。Adapun tujuan penilitian ini adalah untuk memaparkan应用的方法pemahaman tekstual和kontekstual dari beberapa hadiss - hadiss性别人口。sehinga dapat dispulkan bahwa kepincangan dalam pemahaman hadis-hadis gender terjadi karena kekurangan dalam metode dalam hadis tersebut。Padahal jika difahami secara sempurna yitu dengan menggunakan memede pemahaman tekstual dankontekstual tiak akan ada permasalahan yang mengatasnamakan性别lagi。Kata kunci: hais, Gender, Tekstual, Kontekstual
{"title":"APLIKASI METODE PEMAHAMAN TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM HADIS TERKAIT GENDER","authors":"Nurfaidah Syam","doi":"10.56874/almutabar.v1i2.604","DOIUrl":"https://doi.org/10.56874/almutabar.v1i2.604","url":null,"abstract":"ABSTRACT \u0000 \u0000 Issues related to gender are always interesting to study and discuss from all aspects and all walks of life. Especially in Islamic studies, gender issues have emerged from the very beginning of human creation until now. The texts of the Qur'an and Hadith are still widely studied. However, specifically in the study of gender hadiths, it is necessary to do a thorough study of both the text and the context of the hadith, the aim is to avoid confusion in understanding these gender traditions. In this paper, the research method used is a qualitative method with an analytical approach to textual and contextual hadith texts, namely by analyzing the syarahs and the book of asbab al wurud hadith, so that with this method will find the final conclusion. The purpose of this research is to describe the application of textual and contextual understanding methods from several popular gender traditions. So it can be concluded that the lameness in understanding gendered traditions occurs due to deficiencies in the methods in these traditions. In fact, if it is understood perfectly, namely by using textual and contextual understanding methods, there will be no problems in the name of gender anymore. \u0000 \u0000Keywords: Hadith, Gender, Textual, Contextual \u0000 \u0000ABSTRAK \u0000 \u0000Isu yang berkaitan tentang gender selalu menarik dikaji dan diperbincangkan dari semua aspek dan semua kalangan. Terkhusus dalam kajian Islam isu gender tersebut sudah muncul dari awal mula penciptaan manusia sampai saat ini. Teks-teks Alquran dan Hadis pun mash banyak dikaji. Akan tetapi khusus dalam kajian hadis-hadis gender perlu dilakukan secara menyeluruh baik itu kajian teks maupun konteks hadis tersebut, tujuannya agar tidak terjadi keoincangan dalam memahami hadis-hadis gender tersebut. Dalam tulisan ini metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatf dengan pendekatan analisis teks-teks hadis yang berhubungan dengan tekstual dan kontekstualnya, yaitu dengan menganalisis syarah-syarah dan kitab asbab al wurud hadis, sehingga dengan metode tersebut akan menemukan kesimpulan akhir. Adapun tujuan penilitian ini adalah untuk memaparkan aplikasi metode pemahaman tekstual dan kontekstual dari beberapa hadis-hadis gender populer. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepincangan dalam pemahaman hadis-hadis gender terjadi karena kekurangan dalam metode dalam hadis tersebut. Padahal jika difahami secara sempurna yaitu dengan menggunakan metode pemahaman tekstual dan kontekstual tidak akan ada permasalahan yang mengatasnamakan gender lagi. \u0000 \u0000Kata kunci: Hadis, Gender, Tekstual, Kontekstual \u0000 ","PeriodicalId":412464,"journal":{"name":"Al-Mu'tabar","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133433387","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}