Kirinyuh merupakan tanaman semak yang tersebar luas di daerah tropis. Tanaman kirinyuh banyak tumbuh liar di provinsi Aceh. Salah satu pemanfaatan secara tradisional maupun mekanis tanaman kirinyuh (Chromolaen odorata L.) adalah dengan mengolah menjadi produk alternatif teh herbal. Teknik pengolahan teh dari bahan baku komoditas pertanian biasanya dilakukan proses pengeringan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan daun kirinyuh sebagai alternatif teh herbal dengan menggunakan optimasi suhu pengeringan oven. Tahapan proses pengeringan daun kirinyuh adalah dilakukan optimasi suhu pengeringan oven (T) dengan 3 perlakuan (40 oC, 50 oC, 60 oC). selama (60 menit, 120 menit, 180 menit). Hasil pengukuran pengeringan daun kirinyuh, diukur persentase kadar air. Berdasarkan berat bahan sampel daun kirinyuh, pengeringan oven dengan variasi suhu (40, 50, 60)oC menunjukkan bahwa pada suhu 60oC paling optimal dalam pengurangan kadar air teh herbal daun kirinyuh sebesar 4,91- 5,48 %
{"title":"PEMANFAATAN DAUN KIRINYUH (Chromolaen odorata L.) SEBAGAI ALTERNATIF TEH HERBAL MENGGUNAKAN OPTIMASI SUHU PENGERINGAN OVEN","authors":"S. Rahmi, Desi Susanti","doi":"10.32672/sjat.v5i1.6208","DOIUrl":"https://doi.org/10.32672/sjat.v5i1.6208","url":null,"abstract":"Kirinyuh merupakan tanaman semak yang tersebar luas di daerah tropis. Tanaman kirinyuh banyak tumbuh liar di provinsi Aceh. Salah satu pemanfaatan secara tradisional maupun mekanis tanaman kirinyuh (Chromolaen odorata L.) adalah dengan mengolah menjadi produk alternatif teh herbal. Teknik pengolahan teh dari bahan baku komoditas pertanian biasanya dilakukan proses pengeringan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan daun kirinyuh sebagai alternatif teh herbal dengan menggunakan optimasi suhu pengeringan oven. Tahapan proses pengeringan daun kirinyuh adalah dilakukan optimasi suhu pengeringan oven (T) dengan 3 perlakuan (40 oC, 50 oC, 60 oC). selama (60 menit, 120 menit, 180 menit). Hasil pengukuran pengeringan daun kirinyuh, diukur persentase kadar air. Berdasarkan berat bahan sampel daun kirinyuh, pengeringan oven dengan variasi suhu (40, 50, 60)oC menunjukkan bahwa pada suhu 60oC paling optimal dalam pengurangan kadar air teh herbal daun kirinyuh sebesar 4,91- 5,48 %","PeriodicalId":423925,"journal":{"name":"Serambi Journal of Agricultural Technology","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133085646","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mulla Keumalawaty, I. Irhami, C. Anwar, Ika Rezvani Aprita, Endiyani Endiyani, I. Irmayanti
Dendeng merupakan produk olahan daging yang mengkombinasikan bumbu-bumbu dan pengeringan. Jahe merah merupakan salah satu dari rempah-rempah yang biasa digunakan sebagai bumbu masak, selain itu pemberi aroma dan rasa pada makanan serta minuman, industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penambahan ekstrak jahe merah dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kualitas dendeng sayat daging ayam. Penelitian ini menggunakan metode percobaan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu A=0%, B=10%, C=15%, D=20% dan 5 kali ulangan. Hasil penelitian ini memiliki perbedaan nyata terhadap analisis kadar dan uji organoleptik rasa, akan tetapi tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap analisis total mikroba, uji organoleptik warna, aroma dan tekstur. Analisis kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa penambahan konsentrasi ekstrak jahe merah 0% (11,30%) dan terendah pada perlakuan 20% (10,59%).Analisis total mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa penambahan konsentrasi ekstrak jahe merah 0% (48,50 cfu/mL) dan terendah pada penambahan konsentrasi ekstrak jahe 15% (20,80 cfu/mL).Dendeng sayat daging ayam dengan kualitas organoleptik terbaik diperoleh pada perlakuan dengan penambahan ekstrak jahe merah 10% dengan karakteristik rasa 3,12; warna 3,16; aroma 3,14; dan tekstur 10% 2,63 (agak suka); pada tingkat peneriman agak suka.
{"title":"PENAMBAHAN EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc.) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS DENDENG SAYAT DAGING AYAM","authors":"Mulla Keumalawaty, I. Irhami, C. Anwar, Ika Rezvani Aprita, Endiyani Endiyani, I. Irmayanti","doi":"10.32672/sjat.v5i1.6210","DOIUrl":"https://doi.org/10.32672/sjat.v5i1.6210","url":null,"abstract":"Dendeng merupakan produk olahan daging yang mengkombinasikan bumbu-bumbu dan pengeringan. Jahe merah merupakan salah satu dari rempah-rempah yang biasa digunakan sebagai bumbu masak, selain itu pemberi aroma dan rasa pada makanan serta minuman, industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penambahan ekstrak jahe merah dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kualitas dendeng sayat daging ayam. Penelitian ini menggunakan metode percobaan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu A=0%, B=10%, C=15%, D=20% dan 5 kali ulangan. Hasil penelitian ini memiliki perbedaan nyata terhadap analisis kadar dan uji organoleptik rasa, akan tetapi tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap analisis total mikroba, uji organoleptik warna, aroma dan tekstur. Analisis kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa penambahan konsentrasi ekstrak jahe merah 0% (11,30%) dan terendah pada perlakuan 20% (10,59%).Analisis total mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa penambahan konsentrasi ekstrak jahe merah 0% (48,50 cfu/mL) dan terendah pada penambahan konsentrasi ekstrak jahe 15% (20,80 cfu/mL).Dendeng sayat daging ayam dengan kualitas organoleptik terbaik diperoleh pada perlakuan dengan penambahan ekstrak jahe merah 10% dengan karakteristik rasa 3,12; warna 3,16; aroma 3,14; dan tekstur 10% 2,63 (agak suka); pada tingkat peneriman agak suka. ","PeriodicalId":423925,"journal":{"name":"Serambi Journal of Agricultural Technology","volume":"159 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114263147","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Validasi metode presisi dan akurasi adalah proses untuk mengevaluasi sejauh mana metode pengukuran memberikan hasil yang konsisten (presisi) dan mendekati kebenaran (akurasi) dalam pengujian atau evaluasi yang dilakukan.Dalam pengujian kadar air, nilai presisi (0.155%, 0.816%, 0.38%, dan 0.24%) menunjukkan persentase hasil yang dianggap relevan atau benar. Semakin tinggi nilai presisi, semakin tinggi tingkat akurasi atau ketepatan pengujian tersebut. Nilai akurasi (93%, 96%, 91%, dan 93%) menunjukkan persentase keberhasilan atau ketepatan hasil atau prediksi dalam pengujian. Tingkat akurasi yang lebih tinggi dianggap lebih baik dalam evaluasi atau pengujian tersebut. Penting untuk mempertimbangkan standar dan kriteria yang relevan dalam penilaian presisi dan akurasi dalam konteks pengujian kadar air.
{"title":"VALIDASI METODE PENGUJIAN KADAR AIR DENGAN ANALISIS PERBANDINGAN AKURASI DAN PRESISI","authors":"Fatmawati Fatmawati, Rita Sunartaty, Fahliza Meutia","doi":"10.32672/sjat.v5i1.6214","DOIUrl":"https://doi.org/10.32672/sjat.v5i1.6214","url":null,"abstract":"Validasi metode presisi dan akurasi adalah proses untuk mengevaluasi sejauh mana metode pengukuran memberikan hasil yang konsisten (presisi) dan mendekati kebenaran (akurasi) dalam pengujian atau evaluasi yang dilakukan.Dalam pengujian kadar air, nilai presisi (0.155%, 0.816%, 0.38%, dan 0.24%) menunjukkan persentase hasil yang dianggap relevan atau benar. Semakin tinggi nilai presisi, semakin tinggi tingkat akurasi atau ketepatan pengujian tersebut. Nilai akurasi (93%, 96%, 91%, dan 93%) menunjukkan persentase keberhasilan atau ketepatan hasil atau prediksi dalam pengujian. Tingkat akurasi yang lebih tinggi dianggap lebih baik dalam evaluasi atau pengujian tersebut. Penting untuk mempertimbangkan standar dan kriteria yang relevan dalam penilaian presisi dan akurasi dalam konteks pengujian kadar air.","PeriodicalId":423925,"journal":{"name":"Serambi Journal of Agricultural Technology","volume":"69 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126036946","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pemanis buatan merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan dan minuman, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Natrium siklamat termasuk pemanis buatan umum digunakan oleh industri makanan atau minuman yang memiliki sifat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30 kali dari gula pasir. Batas Maksimum penggunaan Natrium siklamat pada minuman ringan telah ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 4 Tahun 2014 yaitu 350 mg/kg bahan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar Natrium Siklamat pada minuman serbuk instan secara Spektrofotometri UV-Visible. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah minuman serbuk instan yang pada kemasan tertulis mengandung natruim siklamat, dan sampel dianalisis menggunakan metode Spektrofotometri UV-Visible pada panjang gelombang 314 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan natrium siklamat pada sampel A,B, dan C masing-masing sebesar 488,31 mg/kg, 536,81 mg/kg dan 665,57 mg/kg. Kadar natrium siklamat dalam ketiga sampel melebihi batas standar persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM No. 4 Tahun 2014 dalam minuman ringan.
人造甜味是一种补充物质,可以在食物和饮料中产生甜味,但没有营养价值。有机钠包括人造甜味剂,这些甜味剂具有很强的水溶性和30倍的糖分。2014年,美国食品和药物管理局(food and food)局长规定,软饮料的最大使用上限是350毫克/公斤(350毫克/公斤)成分。这项研究的目的是确定快速粉末饮料的氯化钠水平。在这项研究中使用的样本是写在包装上的速溶粉末饮料,样本采用314 nm波长的UV-Visible光谱分析方法进行分析。研究结果表明,样本A、B和C中微量的酸酸钠含量为488.31 mg/kg、536.81 mg/kg和665.57 mg/kg。这三种样本中微量钠的含量超过了2014年软饮料BPOM 4号设定的标准标准。
{"title":"PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM MINUMAN SERBUK INSTAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS","authors":"Rizki Andalia, Lisma Luciana, Azmalina Adriani, Rahmatina Rahmatina","doi":"10.32672/sjat.v5i1.6126","DOIUrl":"https://doi.org/10.32672/sjat.v5i1.6126","url":null,"abstract":"Pemanis buatan merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan dan minuman, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Natrium siklamat termasuk pemanis buatan umum digunakan oleh industri makanan atau minuman yang memiliki sifat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai tingkat kemanisan 30 kali dari gula pasir. Batas Maksimum penggunaan Natrium siklamat pada minuman ringan telah ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 4 Tahun 2014 yaitu 350 mg/kg bahan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar Natrium Siklamat pada minuman serbuk instan secara Spektrofotometri UV-Visible. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah minuman serbuk instan yang pada kemasan tertulis mengandung natruim siklamat, dan sampel dianalisis menggunakan metode Spektrofotometri UV-Visible pada panjang gelombang 314 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan natrium siklamat pada sampel A,B, dan C masing-masing sebesar 488,31 mg/kg, 536,81 mg/kg dan 665,57 mg/kg. Kadar natrium siklamat dalam ketiga sampel melebihi batas standar persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM No. 4 Tahun 2014 dalam minuman ringan.","PeriodicalId":423925,"journal":{"name":"Serambi Journal of Agricultural Technology","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121644515","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tanaman halia (Zingiber officinale) adalah tanaman rimpang atau tanaman semusin dari family Zingiberacea yang banyak manfaat. Untuk meningkatkan produktivitas dan memicu pertumbuhan genetatif diperlukan media tanam yang sesuai, seperti penambahan serasah sebagai media yang dicampurkan dengan tanah. Tujuan yang harapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas serasah sebagai media tanam untuk memicu pertumbuhan generatif. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Masing-masing faktor terdiri dari serasah dan tanah berbanding 1:1 (S1.T1)., serasah dan tanah berbanding 1:2 (S1.T2)., Serasah dan tanah berbanding 2:1 (S2.T1)., serasah dan tanah 2:2 (S2.T2). data dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan uji lanjut Duncant Multiple Ring Test (DMRT) pada taraf 5%. Masing-masing perlakuan dengan tiga kali pengulangan. Berdasarkan hasil yang dicapai terhadap efektifitas serasah sebagai media pertumbuhan generatif tanaman halia (Zingiber officinale), maka perlakuan terbaik terhadap berat rimpang pada perbandingan serasah dan tanah 2:2.
{"title":"EFEKTIFITAS SERASAH SEBAGAI MEDIA TUMBUH TANAMAN HALIA FASE GENERATIF (ZINGIBER OFFICINALE)","authors":"Lukman Hakim","doi":"10.32672/sjat.v5i1.6042","DOIUrl":"https://doi.org/10.32672/sjat.v5i1.6042","url":null,"abstract":"Tanaman halia (Zingiber officinale) adalah tanaman rimpang atau tanaman semusin dari family Zingiberacea yang banyak manfaat. Untuk meningkatkan produktivitas dan memicu pertumbuhan genetatif diperlukan media tanam yang sesuai, seperti penambahan serasah sebagai media yang dicampurkan dengan tanah. Tujuan yang harapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas serasah sebagai media tanam untuk memicu pertumbuhan generatif. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Masing-masing faktor terdiri dari serasah dan tanah berbanding 1:1 (S1.T1)., serasah dan tanah berbanding 1:2 (S1.T2)., Serasah dan tanah berbanding 2:1 (S2.T1)., serasah dan tanah 2:2 (S2.T2). data dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan uji lanjut Duncant Multiple Ring Test (DMRT) pada taraf 5%. Masing-masing perlakuan dengan tiga kali pengulangan. Berdasarkan hasil yang dicapai terhadap efektifitas serasah sebagai media pertumbuhan generatif tanaman halia (Zingiber officinale), maka perlakuan terbaik terhadap berat rimpang pada perbandingan serasah dan tanah 2:2.","PeriodicalId":423925,"journal":{"name":"Serambi Journal of Agricultural Technology","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121655243","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Agustina, Yusran Akbar, Ika Rezvani Aprita, C. Anwar, I. Irmayanti
Kerupuk tempe merupakan salah satu makanan tradisional yang digemari oleh semua lapisan masyarakat. Bayam merupakan sayuran yang memiliki nilai serat dan gizi yang tinggi. Penambahan ekstrak daun bayam pada proses pembuatan kerupuk tempe diharapkan menjadi inovasi pada produk kerupuk tempe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi penambahan ekstrak daun bayam yang terbaik terhadap kualitas kerupuk tempe yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu B0=0%, B1=10%, B2=20%, B3=30% dan 5 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan penambahan ekstrak daun bayam memberikan pengaruh nyata terhadap nilai organoleptik warna, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, kadar abu, nilai organoleptik (rasa, aroma, tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ekstrak daun bayam sebesar 10% (B1) mendapatkan nilai yang terbaik pada rasa yaitu 3,91 dan nilai aroma 3,70 dari kerupuk tempe yang dihasilkan.
{"title":"PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN BAYAM (Amaranthus Hybridus L.) TERHADAP KUALITAS KERUPUK TEMPE","authors":"Sri Agustina, Yusran Akbar, Ika Rezvani Aprita, C. Anwar, I. Irmayanti","doi":"10.32672/sjat.v5i1.6121","DOIUrl":"https://doi.org/10.32672/sjat.v5i1.6121","url":null,"abstract":"Kerupuk tempe merupakan salah satu makanan tradisional yang digemari oleh semua lapisan masyarakat. Bayam merupakan sayuran yang memiliki nilai serat dan gizi yang tinggi. Penambahan ekstrak daun bayam pada proses pembuatan kerupuk tempe diharapkan menjadi inovasi pada produk kerupuk tempe. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi penambahan ekstrak daun bayam yang terbaik terhadap kualitas kerupuk tempe yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu B0=0%, B1=10%, B2=20%, B3=30% dan 5 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan penambahan ekstrak daun bayam memberikan pengaruh nyata terhadap nilai organoleptik warna, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, kadar abu, nilai organoleptik (rasa, aroma, tekstur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan ekstrak daun bayam sebesar 10% (B1) mendapatkan nilai yang terbaik pada rasa yaitu 3,91 dan nilai aroma 3,70 dari kerupuk tempe yang dihasilkan.","PeriodicalId":423925,"journal":{"name":"Serambi Journal of Agricultural Technology","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124488089","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah limbah cair industri tahu yang diolah menjadi pupuk cair organik secara ekonomis. Limbah cair industri tahu menjadi sumber potensial untuk memproduksi pupuk cair organik yang memiliki manfaat bagi pertanian dan lingkungan. Metode penelitian melibatkan identifikasi sumber limbah, analisis kualitas limbah, penentuan biaya pengelolaan, dan pendapatan dari penjualan pupuk cair. Studi kasus ini menggunakan biaya pengelolaan limbah sebesar Rp 5.000.000 per bulan dan pendapatan dari penjualan pupuk cair sebesar Rp 10.000.000 per bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah cair industri tahu menjadi pupuk cair organik menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Dengan demikian, pemanfaatan limbah cair industri tahu memiliki nilai tambah ekonomis yang signifikan. Selain itu, proses ini juga memiliki potensi untuk mengurangi dampak lingkungan dengan mengubah limbah menjadi produk bernilai tambah. Kesimpulannya, pemanfaatan limbah cair industri tahu sebagai pupuk cair organik memberikan manfaat ekonomis dan lingkungan yang positif, serta memiliki potensi pasar yang menjanjikan dalam industri pupuk organik cair.
{"title":"NILAI TAMBAH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU MENJADI PUPUK ORGANIK CAIR","authors":"Chairuni Ar, T. Makmur","doi":"10.32672/sjat.v5i1.6244","DOIUrl":"https://doi.org/10.32672/sjat.v5i1.6244","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah limbah cair industri tahu yang diolah menjadi pupuk cair organik secara ekonomis. Limbah cair industri tahu menjadi sumber potensial untuk memproduksi pupuk cair organik yang memiliki manfaat bagi pertanian dan lingkungan. Metode penelitian melibatkan identifikasi sumber limbah, analisis kualitas limbah, penentuan biaya pengelolaan, dan pendapatan dari penjualan pupuk cair. Studi kasus ini menggunakan biaya pengelolaan limbah sebesar Rp 5.000.000 per bulan dan pendapatan dari penjualan pupuk cair sebesar Rp 10.000.000 per bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah cair industri tahu menjadi pupuk cair organik menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 5.000.000 per bulan. Dengan demikian, pemanfaatan limbah cair industri tahu memiliki nilai tambah ekonomis yang signifikan. Selain itu, proses ini juga memiliki potensi untuk mengurangi dampak lingkungan dengan mengubah limbah menjadi produk bernilai tambah. Kesimpulannya, pemanfaatan limbah cair industri tahu sebagai pupuk cair organik memberikan manfaat ekonomis dan lingkungan yang positif, serta memiliki potensi pasar yang menjanjikan dalam industri pupuk organik cair.","PeriodicalId":423925,"journal":{"name":"Serambi Journal of Agricultural Technology","volume":"552 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123104068","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I. Irmayanti, Juliani Juliani, C. Anwar, I. Irhami, Ika Rezvani Aprita
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung melinjo terhadap karakteristik fisik dan uji hedonik, untuk mengetahui pengaruh lama pengukusan terhadap karakteristik fisiko dan uji hedonik flakes, untuk mengetahui pengaruh interaksi antara penambahan tepung melinjo dan lama pengukusan terhadap karakteristik fisik dan uji hedonik flakes. Faktor penelitian yaitu menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 2 kali ulangan perlakuan, sehingga diperoleh 18 satuan percobaan yaitu : Faktor I. Penambahan tepung melinjo (P) terdiri dari 3 level yaitu : P1 = 10%, P2 = 30%, P3 = 50 % . Faktor II. Lama pengukusan (T) terdiri dari 3 level yaitu : T1 = 5 menit, T2= 10 menit, T3 = 15 menit. Parameter yang diamati adalah uji fisik (daya serap, densitas kamba, rendemen), dan uji organoleptik secara hedonik (warna, rasa, aroma, rasa). Flakes terbaik diperoleh dari perlakuan penambahan tepung melinjo 50 % dan lama pengukusan 15 menit (P3T3).
{"title":"PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG MELINJO (Gnetum gnemon Linn.) DAN LAMA PENGUKUSAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN UJI HEDONIK FLAKES","authors":"I. Irmayanti, Juliani Juliani, C. Anwar, I. Irhami, Ika Rezvani Aprita","doi":"10.32672/sjat.v5i1.6168","DOIUrl":"https://doi.org/10.32672/sjat.v5i1.6168","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung melinjo terhadap karakteristik fisik dan uji hedonik, untuk mengetahui pengaruh lama pengukusan terhadap karakteristik fisiko dan uji hedonik flakes, untuk mengetahui pengaruh interaksi antara penambahan tepung melinjo dan lama pengukusan terhadap karakteristik fisik dan uji hedonik flakes. Faktor penelitian yaitu menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 2 kali ulangan perlakuan, sehingga diperoleh 18 satuan percobaan yaitu : Faktor I. Penambahan tepung melinjo (P) terdiri dari 3 level yaitu : P1 = 10%, P2 = 30%, P3 = 50 % . Faktor II. Lama pengukusan (T) terdiri dari 3 level yaitu : T1 = 5 menit, T2= 10 menit, T3 = 15 menit. Parameter yang diamati adalah uji fisik (daya serap, densitas kamba, rendemen), dan uji organoleptik secara hedonik (warna, rasa, aroma, rasa). Flakes terbaik diperoleh dari perlakuan penambahan tepung melinjo 50 % dan lama pengukusan 15 menit (P3T3).","PeriodicalId":423925,"journal":{"name":"Serambi Journal of Agricultural Technology","volume":"2022 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127602815","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Cookies adalah makanan ringan yang terbuat dari tepung, telur, gula dan mentega. Umumnya cookies dibuat dari tepung terigu. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat cookies menggunakan tepung ubi jalar ungu dan madu hutan Aceh, selanjutnya diuji parameter mutunya berdasarkan SNI 2973:2011 meliputi uji fisik, kadar air, dan kadar protein, selain itu juga diuji daya terima atau tingkat kesukaan konsumen terhadap formulasi cookies yang dihasilkan. Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan membuat 3 (Tiga) formula cookies dengan komposisi tepung ubi jalar ungu sebesar 40%, 60% dan 80%. Hasil penelitian didapatkan bahwa uji fisik formula F1 dan F2 menghasilkan cookies dengan warna kecoklatan, rasa manis, aroma khas ubi ungu dan tekstur renyah; sedangkan formula F3 menghasilkan warna ungu tua dengan rasa manis khas ubi ungu, aroma khas ubi ungu serta tekstur yang renyah. Hasil uji kadar air formula F1, F2 dan F3 berturut-turut sebesar 4,05%, 4,40% dan 4,65%. Hasil uji kadar protein formula F1, F2 dan F3 berturut-turut sebesar 4,58%, 4,24% dan 3,87%. Adapun hasil uji daya terima atau tingkat kesukaan formula F1, F2 dan F3 berturut-turut sebesar 68,96, %, 65,44 % dan 86,08%. Hasil uji fisikokimia formulasi cookies sudah memenuhi syarat SNI 2973:2011, sedangkan uji daya terima menunjukkan bahwa formula F3 paling disukai dengan kategori amat sangat suka.
{"title":"FORMULASI, UJI FISIKOKIMIA DAN DAYA TERIMA COOKIES BERBAHAN TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomeae batatas L.) DAN MADU HUTAN ACEH FLOUR (Ipomeae batatas L.) AND ACEH FOREST HONEY","authors":"Elfariyanti Elfariyanti","doi":"10.32672/sjat.v5i1.6136","DOIUrl":"https://doi.org/10.32672/sjat.v5i1.6136","url":null,"abstract":"Cookies adalah makanan ringan yang terbuat dari tepung, telur, gula dan mentega. Umumnya cookies dibuat dari tepung terigu. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat cookies menggunakan tepung ubi jalar ungu dan madu hutan Aceh, selanjutnya diuji parameter mutunya berdasarkan SNI 2973:2011 meliputi uji fisik, kadar air, dan kadar protein, selain itu juga diuji daya terima atau tingkat kesukaan konsumen terhadap formulasi cookies yang dihasilkan. Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan membuat 3 (Tiga) formula cookies dengan komposisi tepung ubi jalar ungu sebesar 40%, 60% dan 80%. Hasil penelitian didapatkan bahwa uji fisik formula F1 dan F2 menghasilkan cookies dengan warna kecoklatan, rasa manis, aroma khas ubi ungu dan tekstur renyah; sedangkan formula F3 menghasilkan warna ungu tua dengan rasa manis khas ubi ungu, aroma khas ubi ungu serta tekstur yang renyah. Hasil uji kadar air formula F1, F2 dan F3 berturut-turut sebesar 4,05%, 4,40% dan 4,65%. Hasil uji kadar protein formula F1, F2 dan F3 berturut-turut sebesar 4,58%, 4,24% dan 3,87%. Adapun hasil uji daya terima atau tingkat kesukaan formula F1, F2 dan F3 berturut-turut sebesar 68,96, %, 65,44 % dan 86,08%. Hasil uji fisikokimia formulasi cookies sudah memenuhi syarat SNI 2973:2011, sedangkan uji daya terima menunjukkan bahwa formula F3 paling disukai dengan kategori amat sangat suka.","PeriodicalId":423925,"journal":{"name":"Serambi Journal of Agricultural Technology","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128335823","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Limbah ampas kacang kedelai merupakan produk pangan yag bernilai gizi tinggi. Salah satu pengembangan limbah ampas kacang kedelai adalah sebagai bahan pembuatan kerupuk. Pada penelitian ini menggunakan ampas kacang kedelai sebagai bahan alternatif pembuatan kerupuk. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola factorial yang terdiri atas dua factor. Faktor pertama adalah perbandingan ampas kacang kedelai dan tepung tapioka terdiri dari 3 taraf penelitian yaitu A1 = 300gr : 200gr, A2 = 250gr : 250gr dan A3 = 200gr : 300gr. Faktor kedua adalah penambahan soda kue terdiri dari 3 taraf penelitian yaitu S1= 0gr, S2= 3gr dan S3= 6gr. Dengan demikian terdapat 3x3 kombinasi perlakuan dengan 2 kali ulangan, sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan ampas kacang kedelai dan tepung tapioka berpengaruh tidak nyata (P≥0,05) terhadap kadar air, tetapi berpengaruh sangat nyata (P≥0,01) terhadap kadar abu dan organoleptic tekstur dan berpengaruh nyata (P≥0,05) terhadap organoleptik warna dan rasa kerupuk ampas kacang kedelai. Penambahan soda kue (NaCHO3) berpengaruh tidak nyata (P≥0,05) terhadap kadar air dan berpengaruh sangat nyata (P≥0,01) terhadap kadar abu, organoleptic warna, rasa dan tekstur kerupuk ampas kacang kedelai. Interaksi perbandingan ampas kacang kedelai dan tepung tapioka serta penambahan soda kue (NaCHO3) berpengaruh sangat nyata (P≥0,01) terhadap kadar air, kadar abu tetapi berpengaruh nyata (P≥0,05) terhadap organoleptic tekstur dan warna , serta berpengaruh tidak nyata terhadap organoleptic rasa. Hasil kerupuk terbaik diperoleh dari perlakuan yang paling disukai yaitu hasil pembuatan kerupuk pada perlakuan A2= 250gr : 250gr (ampas kacang kedelai : tepung tapioka) dan penambahan soda kue pada perlakuan S2= 3gr. Hasil pembuatan kerupuk terbaik didasarkan karena hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian dengan menggunakan panelis sebanyak 15 orang panelis dengan nilai organoleptic warna paling disukai 3,50 (suka), rasa 3,71 (suka), tekstur 3,58 (suka), kadar air 7,23% dan kadar abu 3,04%
{"title":"PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS KACANG KEDELAI DALAM PENGEMBANGAN PRODUK KERUPUK","authors":"Chairuni Ar, Rita Sunartaty, T. Makmur","doi":"10.32672/sjat.v4i2.5480","DOIUrl":"https://doi.org/10.32672/sjat.v4i2.5480","url":null,"abstract":"Limbah ampas kacang kedelai merupakan produk pangan yag bernilai gizi tinggi. Salah satu pengembangan limbah ampas kacang kedelai adalah sebagai bahan pembuatan kerupuk. Pada penelitian ini menggunakan ampas kacang kedelai sebagai bahan alternatif pembuatan kerupuk. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola factorial yang terdiri atas dua factor. Faktor pertama adalah perbandingan ampas kacang kedelai dan tepung tapioka terdiri dari 3 taraf penelitian yaitu A1 = 300gr : 200gr, A2 = 250gr : 250gr dan A3 = 200gr : 300gr. Faktor kedua adalah penambahan soda kue terdiri dari 3 taraf penelitian yaitu S1= 0gr, S2= 3gr dan S3= 6gr. Dengan demikian terdapat 3x3 kombinasi perlakuan dengan 2 kali ulangan, sehingga diperoleh 18 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan ampas kacang kedelai dan tepung tapioka berpengaruh tidak nyata (P≥0,05) terhadap kadar air, tetapi berpengaruh sangat nyata (P≥0,01) terhadap kadar abu dan organoleptic tekstur dan berpengaruh nyata (P≥0,05) terhadap organoleptik warna dan rasa kerupuk ampas kacang kedelai. Penambahan soda kue (NaCHO3) berpengaruh tidak nyata (P≥0,05) terhadap kadar air dan berpengaruh sangat nyata (P≥0,01) terhadap kadar abu, organoleptic warna, rasa dan tekstur kerupuk ampas kacang kedelai. Interaksi perbandingan ampas kacang kedelai dan tepung tapioka serta penambahan soda kue (NaCHO3) berpengaruh sangat nyata (P≥0,01) terhadap kadar air, kadar abu tetapi berpengaruh nyata (P≥0,05) terhadap organoleptic tekstur dan warna , serta berpengaruh tidak nyata terhadap organoleptic rasa. Hasil kerupuk terbaik diperoleh dari perlakuan yang paling disukai yaitu hasil pembuatan kerupuk pada perlakuan A2= 250gr : 250gr (ampas kacang kedelai : tepung tapioka) dan penambahan soda kue pada perlakuan S2= 3gr. Hasil pembuatan kerupuk terbaik didasarkan karena hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian dengan menggunakan panelis sebanyak 15 orang panelis dengan nilai organoleptic warna paling disukai 3,50 (suka), rasa 3,71 (suka), tekstur 3,58 (suka), kadar air 7,23% dan kadar abu 3,04% ","PeriodicalId":423925,"journal":{"name":"Serambi Journal of Agricultural Technology","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121354031","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}