M. Mariyani, Ade Ariesmayana, Frebhika Sri Puji Pangesti
Sungai Cisangu merupakan anak sungai dari Sungai Ciujung yang berlokasi di Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak, sungai Cisangu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari, seperti menyiram tanaman padi, perkebunan, perikanan serta irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kelayakan kualitas air sungai Cisangu. Kualitas air ditentukan dengan pengukuran beberapa parameter kualitas air sungai dilapangan dan perhitungan status mutu air sungai atau kondisi air sungai menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP). Pengambilan sampel dilakukan di 3 titik lokasi, dimana masing-masing lokasi diukur kualitas airnya. Parameter kualitas air yang diukur adalah parameter fisika yang meliputi (Suhu, TDS dan TSS), parameter kimia yang meliputi (BOD, COD dan pH) dan parameter biologi yang meliputi (Total Coliform). Dari hasil perhitungan Indeks Pencemaran (IP) menunjukkan bahwa sungai Cisangu berada dalam kondisi Tercemar Rendah sedangkan berdasarkan hasil uji laboratorium Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Lebak, dari 7 parameter yang diuji, 6 parameter air sungai Cisangu masih dibawah baku mutu air sungai dan 1 parameter air sungai Cisangu melebihi baku mutu air sungai.
{"title":"STUDI KELAYAKAN KUALITAS AIR SUNGAI CISANGU DI KECAMATAN CIBADAK, KABUPATEN LEBAK - BANTEN","authors":"M. Mariyani, Ade Ariesmayana, Frebhika Sri Puji Pangesti","doi":"10.47080/jls.v6i2.2942","DOIUrl":"https://doi.org/10.47080/jls.v6i2.2942","url":null,"abstract":"Sungai Cisangu merupakan anak sungai dari Sungai Ciujung yang berlokasi di Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak, sungai Cisangu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari, seperti menyiram tanaman padi, perkebunan, perikanan serta irigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kelayakan kualitas air sungai Cisangu. Kualitas air ditentukan dengan pengukuran beberapa parameter kualitas air sungai dilapangan dan perhitungan status mutu air sungai atau kondisi air sungai menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP). Pengambilan sampel dilakukan di 3 titik lokasi, dimana masing-masing lokasi diukur kualitas airnya. Parameter kualitas air yang diukur adalah parameter fisika yang meliputi (Suhu, TDS dan TSS), parameter kimia yang meliputi (BOD, COD dan pH) dan parameter biologi yang meliputi (Total Coliform). Dari hasil perhitungan Indeks Pencemaran (IP) menunjukkan bahwa sungai Cisangu berada dalam kondisi Tercemar Rendah sedangkan berdasarkan hasil uji laboratorium Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Lebak, dari 7 parameter yang diuji, 6 parameter air sungai Cisangu masih dibawah baku mutu air sungai dan 1 parameter air sungai Cisangu melebihi baku mutu air sungai.","PeriodicalId":429294,"journal":{"name":"Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS)","volume":"115 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307530","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan yang ada di bank sampah “emak.id” serta mendeskripsikan pengaruh kegiatan bank sampah “emak.id” terhadap perilaku pengelolaan sampah rumah tangga nasabah di Kecamatan Langkapura, Kota Bandar Lampung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode survey. Populasi dalam penelitian ini adalah 188 orang nasabah bank sampah “emak.id” di Kecamatan Langkapura. Adapun sampel penelitian yang dipilih adalah 47 orang yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana. Hasil menelitian menunjukkan bahwa (1) aktivitas bank “emak.id” terdiri atas aktivitas sosialisasi, pelatihan, daur ulang sampahm, dan transaksi sampah. (2) Perilaku pengelolaan sampah rumah tangga terdiri dari perilaku membuang sampah, memilah sampah, mendaur ulang sampah, mengurangi sampah, dan menggunakan ulang sampah. (3) Terdapat pengaruh yang positif antara aktivitas bank sampah “emak.id” terhadap perilaku pengelolaan sampah rumah tangga nasabah.
{"title":"PENGARUH AKTIVITAS BANK SAMPAH “emak.id” TERHADAP PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KECAMATAN LANGKAPURA KOTA BANDAR LAMPUNG","authors":"Pargito Pargito, Sugeng Widodo","doi":"10.47080/jls.v6i2.2957","DOIUrl":"https://doi.org/10.47080/jls.v6i2.2957","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan yang ada di bank sampah “emak.id” serta mendeskripsikan pengaruh kegiatan bank sampah “emak.id” terhadap perilaku pengelolaan sampah rumah tangga nasabah di Kecamatan Langkapura, Kota Bandar Lampung. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode survey. Populasi dalam penelitian ini adalah 188 orang nasabah bank sampah “emak.id” di Kecamatan Langkapura. Adapun sampel penelitian yang dipilih adalah 47 orang yang ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, kuesioner, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana. Hasil menelitian menunjukkan bahwa (1) aktivitas bank “emak.id” terdiri atas aktivitas sosialisasi, pelatihan, daur ulang sampahm, dan transaksi sampah. (2) Perilaku pengelolaan sampah rumah tangga terdiri dari perilaku membuang sampah, memilah sampah, mendaur ulang sampah, mengurangi sampah, dan menggunakan ulang sampah. (3) Terdapat pengaruh yang positif antara aktivitas bank sampah “emak.id” terhadap perilaku pengelolaan sampah rumah tangga nasabah.","PeriodicalId":429294,"journal":{"name":"Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS)","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307734","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kebutuhan energi mengakibatkan ketersediaan energi menipis. Biomasa (biji buah - buahan) mulai dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol untuk memproduksi energi alternatif sebagai pengganti energi fosil. Biji buah durian, mangga dan nangka merupakan limbah yang mempunyai kandungan karbohidrat tinggi sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. 50 gram tepung biji buah dimasukan ke dalam 300 mL larutan H2SO4 2,5%. Hidrolisa dilakukan dengan pemanasan pada pH 2 – 3 selama 2 jam. Untuk larutan seeding dilakukan dengan menambahkan 2 gram ragi mauripan ke dalam 100 mL aquades yang mengandung 5 – 7 gram gula merah. Variabel yang diukur kadar bioetanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi bioetanol dari proses fermentasi menggunakan ragi roti mauripan adalah 2% (biji durian), 4% (biji nangka) dan 5% (biji mangga). Kadar bioetanol dari proses fermentasi menggunakan ragi tape yaitu, biji buah durian sebesar 3%, biji nangka 5% dan biji mangga 6%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan ragi tape memperlihatkan hasil yang lebih baik dari penggunaan ragi mauripan. Biji mangga menghasilkan kadar bioetanol yang lebih baik dari biji durian dan biji nangka.
{"title":"PERBANDINGAN PENGARUH PENGGUNAAN RAGI ROTI DAN RAGI TAPE PADA PROSES FERMENTASI BIOETANOL DARI BIJI BUAH DURIAN, NANGKA DAN MANGGA","authors":"M. Melinda, Atmono Atmono","doi":"10.47080/jls.v6i2.2573","DOIUrl":"https://doi.org/10.47080/jls.v6i2.2573","url":null,"abstract":"Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kebutuhan energi mengakibatkan ketersediaan energi menipis. Biomasa (biji buah - buahan) mulai dikembangkan sebagai bahan baku bioetanol untuk memproduksi energi alternatif sebagai pengganti energi fosil. Biji buah durian, mangga dan nangka merupakan limbah yang mempunyai kandungan karbohidrat tinggi sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. 50 gram tepung biji buah dimasukan ke dalam 300 mL larutan H2SO4 2,5%. Hidrolisa dilakukan dengan pemanasan pada pH 2 – 3 selama 2 jam. Untuk larutan seeding dilakukan dengan menambahkan 2 gram ragi mauripan ke dalam 100 mL aquades yang mengandung 5 – 7 gram gula merah. Variabel yang diukur kadar bioetanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi bioetanol dari proses fermentasi menggunakan ragi roti mauripan adalah 2% (biji durian), 4% (biji nangka) dan 5% (biji mangga). Kadar bioetanol dari proses fermentasi menggunakan ragi tape yaitu, biji buah durian sebesar 3%, biji nangka 5% dan biji mangga 6%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan ragi tape memperlihatkan hasil yang lebih baik dari penggunaan ragi mauripan. Biji mangga menghasilkan kadar bioetanol yang lebih baik dari biji durian dan biji nangka.","PeriodicalId":429294,"journal":{"name":"Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS)","volume":"232 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308197","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Industri tahu menghasilkan limbah cair yang dapat menimbulkan pencemaran air, sehingga dibutuhkan metode pengolahan limbah cair untuk menurunkan kadar pencemar seperti TSS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penurunan konsentrasi TSS limbah cair industri tahu menggunakan metode filtrasi dual media zeolite dan silika. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan 2 perlakuan; variasi I susunan media zeolit-silika dan variasi II susunan media silika-zeolit. Berat masing-masing media adalah 916 g dengan debit aliran up flow limbah cair sebesar 5,6 ml/detik. Sampel diambil dengan interval waktu 0, 5, 10, 15, dan 20 menit lalu diuji konsentrasi TSS nya di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan variasi I (zeolit-silika) mampu menurunkan konsentrasi TSS limbah cair tahu sebesar 51,54%, sedangkan penurunan konsentrasi TSS pada variasi II (silika-zeolit) sebesar 17,58%. Namun, meski variasi I memiliki penurunan konsentrasi TSS yang lebih baik dibandingkan variasi II, konsentrasi akhir TSS nya (565 mg/l) belum memenuhi standar baku mutu limbah cair industri tahu berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 7 Tahun 2010 (100 mg/L).
{"title":"PENURUNAN KONSENTRASI TSS LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU MENGGUNAKAN METODE FILTRASI DUAL MEDIA ZEOLIT DAN SILIKA","authors":"Fahmi Fajar Assidiq, Hardoyo Hardoyo","doi":"10.47080/jls.v6i2.2209","DOIUrl":"https://doi.org/10.47080/jls.v6i2.2209","url":null,"abstract":"Industri tahu menghasilkan limbah cair yang dapat menimbulkan pencemaran air, sehingga dibutuhkan metode pengolahan limbah cair untuk menurunkan kadar pencemar seperti TSS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penurunan konsentrasi TSS limbah cair industri tahu menggunakan metode filtrasi dual media zeolite dan silika. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan 2 perlakuan; variasi I susunan media zeolit-silika dan variasi II susunan media silika-zeolit. Berat masing-masing media adalah 916 g dengan debit aliran up flow limbah cair sebesar 5,6 ml/detik. Sampel diambil dengan interval waktu 0, 5, 10, 15, dan 20 menit lalu diuji konsentrasi TSS nya di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan variasi I (zeolit-silika) mampu menurunkan konsentrasi TSS limbah cair tahu sebesar 51,54%, sedangkan penurunan konsentrasi TSS pada variasi II (silika-zeolit) sebesar 17,58%. Namun, meski variasi I memiliki penurunan konsentrasi TSS yang lebih baik dibandingkan variasi II, konsentrasi akhir TSS nya (565 mg/l) belum memenuhi standar baku mutu limbah cair industri tahu berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 7 Tahun 2010 (100 mg/L).","PeriodicalId":429294,"journal":{"name":"Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS)","volume":"76 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307603","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Universitas Malahayati terletak di kawasan yang didominasi area perbukitan dengan kemiringan ±35˚. Limpasan air permukaan pada kawasan ini cukup tinggi karena belum memiliki pemanfaatan air hujan, sehingga diperlukan teknik pemanfaatan air hujan seperti lubang resapan biopori. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan teknik lubang resapan biopori di kawasan Universitas Malahayati. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan pada delapan segmen di kawasan Universitas Malahayati, lalu dianalisis jumlah unit yang dibutuhkan dan luas lahannya. Hasil analisis perencanaan teknik lubang resapan biopori diketahui total pemanfaatan air hujan yang dibutuhkan yaitu 6.685 unit biopori dan 3 unit sumur resapan dengan total luas area sebesar 39.702 m2. Perencanaan pemanfaatan air hujan terbanyak dilakukan pada segmen 7 yang terletak di area hutan kampus, yaitu 1.580 biopori dan 3 sumur resapan dengan luas area 12.929 m2. Perencanaan pada setiap segmen mampu mengurangi tingginya run-off dan menjaga ketersedian air tanah.
{"title":"PERENCANAAN TEKNIK LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KAWASAN UNIVERSITAS MALAHAYATI","authors":"Ferdian Afriansyah, Diah Ayu Wulandari","doi":"10.47080/jls.v6i2.2234","DOIUrl":"https://doi.org/10.47080/jls.v6i2.2234","url":null,"abstract":"Universitas Malahayati terletak di kawasan yang didominasi area perbukitan dengan kemiringan ±35˚. Limpasan air permukaan pada kawasan ini cukup tinggi karena belum memiliki pemanfaatan air hujan, sehingga diperlukan teknik pemanfaatan air hujan seperti lubang resapan biopori. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan teknik lubang resapan biopori di kawasan Universitas Malahayati. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan pada delapan segmen di kawasan Universitas Malahayati, lalu dianalisis jumlah unit yang dibutuhkan dan luas lahannya. Hasil analisis perencanaan teknik lubang resapan biopori diketahui total pemanfaatan air hujan yang dibutuhkan yaitu 6.685 unit biopori dan 3 unit sumur resapan dengan total luas area sebesar 39.702 m2. Perencanaan pemanfaatan air hujan terbanyak dilakukan pada segmen 7 yang terletak di area hutan kampus, yaitu 1.580 biopori dan 3 sumur resapan dengan luas area 12.929 m2. Perencanaan pada setiap segmen mampu mengurangi tingginya run-off dan menjaga ketersedian air tanah.","PeriodicalId":429294,"journal":{"name":"Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS)","volume":"91 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308350","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Vina Nur Rahmawati, Tauny Akbari, F. Fitriyah, Risma Rizkia Nurdianti
Pemanfaatan kotoran sapi, pakan ternak dan sekam padi sebagai kompos memerlukan waktu yang sangat lama, sehingga diperlukan bahan pembantu seperti cacing tanah dengan metode vermikomposting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi bahan baku vermikomposting terhadap parameter kimia kompos (rasio C/N, P dan K) serta membandingkan kualitasnya dengan standar kualitas kompos SNI 19-7030-2004 dan Permentan No. 70 Tahun 2011. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan dua variasi perlakuan kotoran sapi : sisa pakan sapi : sekam padi (A 40% : 45% : 15% dan B 50% : 35% : 15%) serta penambahan 0,4 kg cacing tanah (Lumbricus rubellus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi bahan baku berupa penambahan kotoran sapi hanya berpengaruh signifikan (p < 0,005) terhadap peningkatan nilai Kalium dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai rasio C/N dan Fosfor. Nilai parameter kimia terbaik yang memenuhi standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 adalah variasi kompos B dengan nilai Rasio C/N 16, Fosfor 1,23 % dan Kalium 0,76%. Nilai parameter tersebut telah sesuai dengan standar SNI 19-7030-2004, namun belum memenuhi standar Permentan No 70 Tahun 2011.
{"title":"PENGARUH LIMBAH KOTORAN SAPI, SISA PAKAN SAPI DAN SEKAM PADI TERHADAP KUALITAS KOMPOS DENGAN METODE VERMIKOMPOSTING","authors":"Vina Nur Rahmawati, Tauny Akbari, F. Fitriyah, Risma Rizkia Nurdianti","doi":"10.47080/jls.v6i2.2438","DOIUrl":"https://doi.org/10.47080/jls.v6i2.2438","url":null,"abstract":"Pemanfaatan kotoran sapi, pakan ternak dan sekam padi sebagai kompos memerlukan waktu yang sangat lama, sehingga diperlukan bahan pembantu seperti cacing tanah dengan metode vermikomposting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi bahan baku vermikomposting terhadap parameter kimia kompos (rasio C/N, P dan K) serta membandingkan kualitasnya dengan standar kualitas kompos SNI 19-7030-2004 dan Permentan No. 70 Tahun 2011. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan dua variasi perlakuan kotoran sapi : sisa pakan sapi : sekam padi (A 40% : 45% : 15% dan B 50% : 35% : 15%) serta penambahan 0,4 kg cacing tanah (Lumbricus rubellus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi bahan baku berupa penambahan kotoran sapi hanya berpengaruh signifikan (p < 0,005) terhadap peningkatan nilai Kalium dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai rasio C/N dan Fosfor. Nilai parameter kimia terbaik yang memenuhi standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 adalah variasi kompos B dengan nilai Rasio C/N 16, Fosfor 1,23 % dan Kalium 0,76%. Nilai parameter tersebut telah sesuai dengan standar SNI 19-7030-2004, namun belum memenuhi standar Permentan No 70 Tahun 2011.","PeriodicalId":429294,"journal":{"name":"Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS)","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307291","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Alwan Shalahudin Al Faruqi, Erika Herliana, Churcil Febrion, Tri Mulyani
Persoalan sampah merupakan masalah kompleks dan kian mendesak di kota-kota besar di Indonesia. Hingga saat ini muara permasalahan sampah Kota Bandung belum bisa terselesaikan karena tidak memiliki TPA sendiri. Revitalisasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) konvensional Taman Cibeunying menjadi Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) Taman Cibeunying dinilai menjadi salah satu solusi dalam menangani permasalahan sampah di Kota Bandung. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi eksisting pengolahan sampah, mengevaluasi kinerja, serta menganalisa tingkat status keberfungsian TPS 3R Taman Cibeunying. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif berdasarkan Petunjuk Teknis TPS 3R Tahun Anggaran 2021. Hasil penelitian di TPS 3R Taman Cibeunying menunjukkan bahwa status keberfungsian TPS 3R Taman Cibeunying termasuk ke dalam kategori kurang dengan nilai 10,75. Aspek teknis dan aspek kelembagaan merupakan aspek paling dominan dalam mendukung keberfungsian TPS 3R Taman Cibeunying. Perlu upaya yang dilakukan secara sungguh-sungguh dari semua unsur yang terkait TPS 3R Taman Cibeunying ini agar kegiatan operasional dan pemanfaatannya bisa mencapai hasil yang optimal.
垃圾问题是印度尼西亚各大城市面临的一个复杂且日益紧迫的问题。迄今为止,万隆市还没有自己的垃圾填埋场,因此垃圾问题一直没有得到解决。按照减量化、再利用、再循环(TPS 3R)的原则,将传统的临时庇护所(TPS)Taman Cibeunying 改造成垃圾处理场被认为是解决万隆市垃圾问题的方法之一。本研究的目的是确定 TPS 3R Taman Cibeunying 垃圾处理场的现有状况、评估其绩效并分析其运作水平。采用的方法是基于 2021 预算年度 TPS 3R 技术指南的描述性定量方法。对 TPS 3R Taman Cibeunying 的研究结果表明,TPS 3R Taman Cibeunying 的运行状况属于较差类别,得分为 10.75 分。技术方面和制度方面是支持 TPS 3R Taman Cibeunying 运作的最主要方面。需要从与 TPS 3R Taman Cibeunying 有关的所有方面认真努力,使运营活动和利用率达到最佳效果。
{"title":"STUDI TINGKAT KEBERFUNGSIAN TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) REDUCE, REUSE, RECYCLE (3R) TAMAN CIBEUNYING KOTA BANDUNG","authors":"Alwan Shalahudin Al Faruqi, Erika Herliana, Churcil Febrion, Tri Mulyani","doi":"10.47080/jls.v6i2.2954","DOIUrl":"https://doi.org/10.47080/jls.v6i2.2954","url":null,"abstract":"Persoalan sampah merupakan masalah kompleks dan kian mendesak di kota-kota besar di Indonesia. Hingga saat ini muara permasalahan sampah Kota Bandung belum bisa terselesaikan karena tidak memiliki TPA sendiri. Revitalisasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) konvensional Taman Cibeunying menjadi Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) Taman Cibeunying dinilai menjadi salah satu solusi dalam menangani permasalahan sampah di Kota Bandung. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi eksisting pengolahan sampah, mengevaluasi kinerja, serta menganalisa tingkat status keberfungsian TPS 3R Taman Cibeunying. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif berdasarkan Petunjuk Teknis TPS 3R Tahun Anggaran 2021. Hasil penelitian di TPS 3R Taman Cibeunying menunjukkan bahwa status keberfungsian TPS 3R Taman Cibeunying termasuk ke dalam kategori kurang dengan nilai 10,75. Aspek teknis dan aspek kelembagaan merupakan aspek paling dominan dalam mendukung keberfungsian TPS 3R Taman Cibeunying. Perlu upaya yang dilakukan secara sungguh-sungguh dari semua unsur yang terkait TPS 3R Taman Cibeunying ini agar kegiatan operasional dan pemanfaatannya bisa mencapai hasil yang optimal.","PeriodicalId":429294,"journal":{"name":"Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS)","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139309307","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Rafly Ananto, R. Hadisoebroto, W. Winarni
Pada tahun 2040 kebutuhan air minum di area pelayanan PDAM di Kota Bekasi sebesar 5.246 L/detik. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum tersebut direncanakan instalasi pengolahan air minum di Kecamatan Pondok Gede dengan kapasitas total sebesar 100 L/detik. Instalasi pengolahan air ini akan mengolah air baku Saluran Tarum Barat yang mengandung beberapa kontaminan yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air baku maupun standar air minum, seperti amonia, besi, BOD, COD, kekeruhan, total fosfat, TSS, fecal coli, dan total coli. Parameter perencanaan instalasi pengolahan Pondok Gede mengacu pada hasil analisis kinerja instalasi pengolahan Poncol yang terletak sekitar 5 km dari rencana instalasi pengolahan Pondok Gede, karena instalasi pengolahan Poncol mengambil air bakunya dari saluran yang sama yaitu Saluran Tarum Barat. Analisis jar test dan break point chlorination dilakukan dalam penentuan dosis bahan kimia. Instalasi pengolahan air Pondok Gede menggunakan pengolahan lengkap yaitu koagulasi hidrolis, flokulasi heksagonal aliran up and down, sedimentasi plate settler, filtrasi pasir cepat. Koagulan yang digunakan adalah koagulan PAC 40,06 mg/L dan sodium hipoklorit 21,83 mg/L sebagai disinfektan. Perkiraan biaya untuk mengimplementasikan instalasi pengolahan Pondok Gede adalah Rp.7.599.295.203,- dan dibutuhkan lahan seluas 4287 m2.
{"title":"PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM DI KECAMATAN PONDOK GEDE, KOTA BEKASI","authors":"Muhammad Rafly Ananto, R. Hadisoebroto, W. Winarni","doi":"10.47080/jls.v6i1.2485","DOIUrl":"https://doi.org/10.47080/jls.v6i1.2485","url":null,"abstract":"Pada tahun 2040 kebutuhan air minum di area pelayanan PDAM di Kota Bekasi sebesar 5.246 L/detik. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air minum tersebut direncanakan instalasi pengolahan air minum di Kecamatan Pondok Gede dengan kapasitas total sebesar 100 L/detik. Instalasi pengolahan air ini akan mengolah air baku Saluran Tarum Barat yang mengandung beberapa kontaminan yang tidak memenuhi persyaratan kualitas air baku maupun standar air minum, seperti amonia, besi, BOD, COD, kekeruhan, total fosfat, TSS, fecal coli, dan total coli. Parameter perencanaan instalasi pengolahan Pondok Gede mengacu pada hasil analisis kinerja instalasi pengolahan Poncol yang terletak sekitar 5 km dari rencana instalasi pengolahan Pondok Gede, karena instalasi pengolahan Poncol mengambil air bakunya dari saluran yang sama yaitu Saluran Tarum Barat. Analisis jar test dan break point chlorination dilakukan dalam penentuan dosis bahan kimia. Instalasi pengolahan air Pondok Gede menggunakan pengolahan lengkap yaitu koagulasi hidrolis, flokulasi heksagonal aliran up and down, sedimentasi plate settler, filtrasi pasir cepat. Koagulan yang digunakan adalah koagulan PAC 40,06 mg/L dan sodium hipoklorit 21,83 mg/L sebagai disinfektan. Perkiraan biaya untuk mengimplementasikan instalasi pengolahan Pondok Gede adalah Rp.7.599.295.203,- dan dibutuhkan lahan seluas 4287 m2.","PeriodicalId":429294,"journal":{"name":"Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS)","volume":"130 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115052582","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam waktu tertentu yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan alat pendengar manusia. Salah satu upaya pengendalian kebisingan yakni dengan menggunakan media peredam kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan serbuk gergaji kayu sengon dan kelapa pada campuran batu bata ringan sebagai media peredam kebisingan. Penelitian ini dilakukan pada skala laboratorium menggunakan alat (kotak) yang berukuran 70 cm x 70 cm x 40 cm dan batu bata berukuran panjang 15 cm, lebar 6,5 cm, dan tinggi 3,5 cm sebanyak 33 batu bata dalam 1 pengukuran. Sumber suara berupa speaker yang diletakkan di dalam kotak. Campuran serbuk gergaji kayu dengan variasi kontrol, 15% dan 25%. Pengambilan data dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi persentase penambahan serbuk gergaji maka semakin tinngi pula tingkat penurunan intensitas kebisingan. Serbuk gergaji kayu sengon yang paling baik dalam menurunkan tingkat kebisingan adalah variasi 25% dengan tingkat efisiensi penurunan tingkat kebisingan sebesar 2,39% yaitu dari tingkat 83,5 dB turun menjadi 81,5 dB atau turun sebesar 2 dB. Sedangkan untuk serbuk gergaji kayu kelapa tingkat efisiensi penurunan tingkat kebisingan sebesar 2,15% yaitu dari tingkat kebisingan 83,5 dB turun menjadi 81,7 dB atau turun sebesar 1,8 dB.
{"title":"PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI KAYU SENGON DAN KAYU KELAPA SEBAGAI CAMPURAN BATU BATA RINGAN UNTUK MEDIA PEREDAM KEBISINGAN","authors":"Shela Nadia Putri, Hardoyo Hardoyo, Rani Ismiarti Ergantara","doi":"10.47080/jls.v6i1.1923","DOIUrl":"https://doi.org/10.47080/jls.v6i1.1923","url":null,"abstract":"Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam waktu tertentu yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan alat pendengar manusia. Salah satu upaya pengendalian kebisingan yakni dengan menggunakan media peredam kebisingan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan serbuk gergaji kayu sengon dan kelapa pada campuran batu bata ringan sebagai media peredam kebisingan. Penelitian ini dilakukan pada skala laboratorium menggunakan alat (kotak) yang berukuran 70 cm x 70 cm x 40 cm dan batu bata berukuran panjang 15 cm, lebar 6,5 cm, dan tinggi 3,5 cm sebanyak 33 batu bata dalam 1 pengukuran. Sumber suara berupa speaker yang diletakkan di dalam kotak. Campuran serbuk gergaji kayu dengan variasi kontrol, 15% dan 25%. Pengambilan data dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi persentase penambahan serbuk gergaji maka semakin tinngi pula tingkat penurunan intensitas kebisingan. Serbuk gergaji kayu sengon yang paling baik dalam menurunkan tingkat kebisingan adalah variasi 25% dengan tingkat efisiensi penurunan tingkat kebisingan sebesar 2,39% yaitu dari tingkat 83,5 dB turun menjadi 81,5 dB atau turun sebesar 2 dB. Sedangkan untuk serbuk gergaji kayu kelapa tingkat efisiensi penurunan tingkat kebisingan sebesar 2,15% yaitu dari tingkat kebisingan 83,5 dB turun menjadi 81,7 dB atau turun sebesar 1,8 dB.","PeriodicalId":429294,"journal":{"name":"Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS)","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127791257","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
N. Nurhalimah, Frebhika Sri Puji Pangesti, Nova Maulani
Sungai Cimasayang terletak di Kabupaten Pandeglang. Sungai Cimasayang terindikasi tercemar oleh kegiatan yang ada di bantaran sungai. Saat ini, kondisi Sungai Cimasayang secara fisik terlihat tidak jernih dan berbau tidak sedap, sehingga tidak digunakan lagi selama ±8 tahun untuk keperluan MCK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status mutu dan beban pencemar air Sungai Cimasayang. Pengambilan sampel air sungai dilakukan pada tiga titik yang ada dibantaran sungai, yaitu pemukiman, pertanian dan industri. Parameter air yang diuji adalah TSS, BOD, COD dan Total Coliform. Data parameter air sungai digunakan untuk menghitung status mutu air dengan metode indeks pencemaran sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dan beban pencemar. Status mutu air Sungai Cimasayang masih memenuhi kriteria kelas II dengan nilai indeks pencemaran ≤1,0 (pemukiman 0,3; pertanian 0,6; industri 0,8) yang peruntukannya dapat digunakan untuk peternakan, pembudidayaan ikan air tawar, serta pertanaman. Kegiatan pemukiman memberikan sumbangan beban pencemar paling tinggi dengan parameter COD sebesar 4,83 kg/hari.
{"title":"PENENTUAN STATUS MUTU AIR DAN BEBAN PENCEMAR DI SUNGAI CIMASAYANG KABUPATEN PANDEGLANG","authors":"N. Nurhalimah, Frebhika Sri Puji Pangesti, Nova Maulani","doi":"10.47080/jls.v6i1.2423","DOIUrl":"https://doi.org/10.47080/jls.v6i1.2423","url":null,"abstract":"Sungai Cimasayang terletak di Kabupaten Pandeglang. Sungai Cimasayang terindikasi tercemar oleh kegiatan yang ada di bantaran sungai. Saat ini, kondisi Sungai Cimasayang secara fisik terlihat tidak jernih dan berbau tidak sedap, sehingga tidak digunakan lagi selama ±8 tahun untuk keperluan MCK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status mutu dan beban pencemar air Sungai Cimasayang. Pengambilan sampel air sungai dilakukan pada tiga titik yang ada dibantaran sungai, yaitu pemukiman, pertanian dan industri. Parameter air yang diuji adalah TSS, BOD, COD dan Total Coliform. Data parameter air sungai digunakan untuk menghitung status mutu air dengan metode indeks pencemaran sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air dan beban pencemar. Status mutu air Sungai Cimasayang masih memenuhi kriteria kelas II dengan nilai indeks pencemaran ≤1,0 (pemukiman 0,3; pertanian 0,6; industri 0,8) yang peruntukannya dapat digunakan untuk peternakan, pembudidayaan ikan air tawar, serta pertanaman. Kegiatan pemukiman memberikan sumbangan beban pencemar paling tinggi dengan parameter COD sebesar 4,83 kg/hari.","PeriodicalId":429294,"journal":{"name":"Jurnal Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS)","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123528215","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}