New Testament record church growing as result of God works through church and missionary. The failure of Christian mission because they do not understand the basic principles of missionary work. Narration of Luke in Acts 28:23-31 provides basic principles of missionary work. This article examines the passages of Acts 28:23-31 with evangelical approaching. Church and missionary workers must have a pure heart, biblical material, good quality based on Holy Spirit work and continuously follow-up. Thus, the basis of missionary work carry out of God’s will according the scripture. Abstrak Perjanjian Baru mencatatkan tentang pertumbuhan gereja sebagai dampak pemberitaan injil yang dikerjakan Allah melalui gereja dan para pekerja injil. Kegagalan pemberitaan injil yang dilaksanakan oleh gereja atau pemberita injil dikarenakan mereka tidak memahami prinsip-prinsip dasar pemberitaan injil. Narasi Lukas dalam Kisah Para Rasul 28:23-31 memberikan prinsip-prinsip dasar pemberitaan injil. Artikel ini mengkaji nats Kisah Para Rasul 28:23-31 dengan pendekatan yang dipakai oleh kaum injili. Pemberitaan injil harus memiliki pondasi motivasi yang murni, materi yang alkitabiah, mutu sesuai dengan pekerjaan Roh Kudus dan tindak lanjut yang terus menerus. Dengan demikian dasar pekerjaan injil yang dilakukan gereja adalah berdasarkan kehendak Allah yang tertulis dalam Alkitab.
{"title":"Prinsip Dasar Pemberitaan Injil Menurut Kisah Para Rasul 28:23-31","authors":"Esau Huwae","doi":"10.55798/kapata.v1i2.14","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i2.14","url":null,"abstract":"New Testament record church growing as result of God works through church and missionary. The failure of Christian mission because they do not understand the basic principles of missionary work. Narration of Luke in Acts 28:23-31 provides basic principles of missionary work. This article examines the passages of Acts 28:23-31 with evangelical approaching. Church and missionary workers must have a pure heart, biblical material, good quality based on Holy Spirit work and continuously follow-up. Thus, the basis of missionary work carry out of God’s will according the scripture. Abstrak Perjanjian Baru mencatatkan tentang pertumbuhan gereja sebagai dampak pemberitaan injil yang dikerjakan Allah melalui gereja dan para pekerja injil. Kegagalan pemberitaan injil yang dilaksanakan oleh gereja atau pemberita injil dikarenakan mereka tidak memahami prinsip-prinsip dasar pemberitaan injil. Narasi Lukas dalam Kisah Para Rasul 28:23-31 memberikan prinsip-prinsip dasar pemberitaan injil. Artikel ini mengkaji nats Kisah Para Rasul 28:23-31 dengan pendekatan yang dipakai oleh kaum injili. Pemberitaan injil harus memiliki pondasi motivasi yang murni, materi yang alkitabiah, mutu sesuai dengan pekerjaan Roh Kudus dan tindak lanjut yang terus menerus. Dengan demikian dasar pekerjaan injil yang dilakukan gereja adalah berdasarkan kehendak Allah yang tertulis dalam Alkitab.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131439968","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The book of judges is an important historical theological book in Old Testament Canon. This book uses narrative literature as common narrative books in Old Testament. Judges 4:1-24 is part of narrative book of Judges. Some interpretation books do not pay attention to literary approach. Especially on Judges 4:1-24 some interpretation only concern to Deborah dan Barak and their success. Irony is one of the language styles used in describing a narrative. This article aims to examine the meaning of the use of irony in the narrative of Judges 4: 1-24. Through narrative literary research and the use of irony in language, the interpreters discover the theological meanings that contained in the narrative of Israel's deliverance of the oppression. Abstrak Kitab Hakim-Hakim merupakan kitab sejarah teologis yang penting dalam kanon Perjanjian Lama yang memakai sastra narasi. Tidak banyak buku tafsir yang memeriksa penggunakan unsur sastra dalam menafsirkan kitab Hakim-Hakim 4:1-24. Ironi adalah salah satu gaya bahasa yang dipakai dalam melukiskan narasi. Artikel ini bertujuan meneliti makna penggunaan gaya bahasa ironi dalam narasi Hakim-Hakim 4:1-24. Melalui penelitian sastra narasi dan penggunaan gaya bahasa ironi, penafsir menemukan kekayaan makna teologis yang terkandung dalam narasi pembebasan Israel dari penindasan raja Kanaan.
士师记是旧约正典中一部重要的历史神学著作。这本书使用叙事性文献作为旧约中常见的叙事性书籍。士师记4:1-24是士师记的一部分。有些解读书不注重文学手法。特别是在士师记4:1-24,一些解释只关注底波拉,但巴拉和他们的成功。反讽是描述叙事的一种语言风格。这篇文章的目的是研究在士师记4:1 -24的叙述中使用讽刺的意义。通过文学叙事研究和语言反讽的运用,阐释者发现了以色列人摆脱压迫的叙事所蕴含的神学意义。摘要:Kitab Hakim-Hakim merupakan Kitab sejarah地质学,yang penting dalam kanon Perjanjian Lama, yang memakai sastra narasi。哈基姆-哈基姆4:1-24我爱你,我爱你,我爱你,我爱你。Artikel ini bertujuan meneliti makna penggunaan gaya bahasa ironi dalam narasi Hakim-Hakim 4:1-24。美拉鲁伊·佩尼利亚斯特拉斯特·佩尼拉斯特·佩尼拉斯特·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·佩尼拉斯·贾·卡纳安。
{"title":"Makna Penggunaan Gaya Bahasa Ironi dalam Narasi Hakim-Hakim 4:1-24","authors":"Giyarto Giyarto, Daniel Lindung Adiatma","doi":"10.55798/kapata.v1i2.13","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i2.13","url":null,"abstract":"The book of judges is an important historical theological book in Old Testament Canon. This book uses narrative literature as common narrative books in Old Testament. Judges 4:1-24 is part of narrative book of Judges. Some interpretation books do not pay attention to literary approach. Especially on Judges 4:1-24 some interpretation only concern to Deborah dan Barak and their success. Irony is one of the language styles used in describing a narrative. This article aims to examine the meaning of the use of irony in the narrative of Judges 4: 1-24. Through narrative literary research and the use of irony in language, the interpreters discover the theological meanings that contained in the narrative of Israel's deliverance of the oppression. Abstrak Kitab Hakim-Hakim merupakan kitab sejarah teologis yang penting dalam kanon Perjanjian Lama yang memakai sastra narasi. Tidak banyak buku tafsir yang memeriksa penggunakan unsur sastra dalam menafsirkan kitab Hakim-Hakim 4:1-24. Ironi adalah salah satu gaya bahasa yang dipakai dalam melukiskan narasi. Artikel ini bertujuan meneliti makna penggunaan gaya bahasa ironi dalam narasi Hakim-Hakim 4:1-24. Melalui penelitian sastra narasi dan penggunaan gaya bahasa ironi, penafsir menemukan kekayaan makna teologis yang terkandung dalam narasi pembebasan Israel dari penindasan raja Kanaan. ","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115362835","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article deals with Boaz's redemption of Ruth as an Old Testament typology in explaining Christ's redemption in the New Testament. The formulation of the research problem is how is the relationship between the redemption of Ruth in the Old Testament and the redemption of Christ and the reflection of today's mission theology? The author uses historical methods (Historical Research) and descriptive methods (Descriptive Research), namely literature studies through supporting books and journals, regarding the redemption of Ruth by Boaz in the Old Testament and explaining Christ's redemption in the New Testament. From the context of redemption (go'el) in the Old Testament, the redeemer must have more ability or strength than someone who is redeemed. Because people who are redeemed are often described as weak or slave. Meanwhile, the context of redemption in the New Testament was immediately carried out by the Lord Jesus Christ through Christ's death on the cross and His resurrection to reveal redemption to all tribes, nations, who exist on earth as weak and sinful creatures, which is also the basis of mission theology for the message. The gospel for all sinners. The redemption made by Christ is not only for one tribe of Israel, but all people have the same right to salvation and redemption to live in union with Christ. Artikel ini membahas tentang penebusan Rut oleh Boas sebagai tipologi Perjanjian Lama dalam menjelaskan penebusan Kristus dalam PerjanjianBaru. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kaitan penebusan Rut dalam Perjanjian Lama dan penebusan Kristus dan refleksi teologi misi masa kini? Penulis menggunakan metode historis (Historical Research) dan metode deskriptif (Descriptive Research) yaitu studi pustaka melalui buku-buku dan jurnal yang mendukung, tentang penebusan Rut oleh Boas dalam Perjanjian Lama dan menjelaskan penebusan Kristus dalam Perjanjian Baru. Dari konteks penebusan (go’el) di dalam Perjanjian Lama,penebusharus memiliki kemampuan atau kekuatan lebih dari seseorang yang ditebus. Karenaorang yang ditebussering digambarkan sebagai orang yang lemah atau budak. Sedangkan konteks penebusan di dalam Perjanjian Baru langsung dilakukan Tuhan Yesus Kristus melalui kematian Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya untuk menyatakan penebusan kepada semua suku, bangsa, yang ada di bumi sebagai mahkluk yang lemah dan berdosa, yang sekaligus sebagai dasar teologi misi bagi pekabaran Injil bagi semua manusia berdosa. Penebusan yang dilakukan oleh Kristus bukan hanya kepada satu suku Israel saja, tetapi semua orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan keselamatan dan penebusan untuk hidup bersatu dengan Kristus.
本文以波阿斯对路得的救赎作为旧约的预表来解释新约中基督的救赎。研究问题的提法是旧约中路得的救赎与基督的救赎之间的关系,以及今天宣教神学的反映是什么?作者采用历史的方法(historical Research)和描述的方法(descriptive Research),即通过辅助书籍和期刊进行文献研究,研究旧约中波阿斯对路得的救赎,并解释新约中基督的救赎。从旧约中救赎(go’el)的上下文来看,救赎者必须比被救赎的人有更多的能力或力量。因为被救赎的人通常被描述为软弱或奴隶。同时,新约中救赎的语境是由主耶稣基督通过基督在十字架上的死和复活,直接进行的,向地球上作为软弱和有罪的生物存在的所有部落、国家启示救赎,这也是宣教神学信息的基础。所有罪人的福音。基督所作的救赎不仅仅是为以色列的一个支派,而是所有的人都有同样的权利得到救恩和救赎,与基督联合。阿蒂克尔尼成员巴哈斯腾腾penjanjian Rut oleh Boas sebagai tipologi Perjanjian Lama dalam menjelaskan penjanjian krisstus dalam Perjanjian baru。Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kaitan penebusan rudalam Perjanjian Lama dan penebusan Kristus dan refleksi teologi misi masa kini?Penulis menggunakan metode historis(历史研究)danmetode deskriptif(描述研究)yititstudi pustaka melalui buku-buku -buku dan journal杨门杜贡,tentang penebusan ruoleh Boas dalam Perjanjian Lama danmenjelaskan penebusan krisstus dalam Perjanjian Baru。达里konteks penebusan (go 'el) di dalam Perjanjian Lama,penebusharus memiliki kemampuan atau kekuatan lebih Dari seseorang yang ditebus。karenorang yang ditebussering digambarkan sebagai orang yang lemah atau budak。Sedangkan konteks penebusan di dalam Perjanjian Baru langsung dilakukan Tuhan Yesus krisus melalui kematian krisus di kayu salib dan kebangkitan-Nya untuk menyatakan penebusan kepaada semua suku, bangsa, yang ada di bumi sebagai mahkluk yang lemah dan berdosa, yang sekaligus sebagai dasar teologi misi pekabaran Injil bagi semua manusia berdosa。我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是。
{"title":"Penebusan Rut Oleh Boas Sebagai Tipologi Penebusan Kristus Dan Refleksi Bagi Teologi Misi Masa Kini","authors":"Ruat Diana, Sonny Eli Zaluchu, Deni Triastanti","doi":"10.55798/kapata.v1i2.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i2.10","url":null,"abstract":"This article deals with Boaz's redemption of Ruth as an Old Testament typology in explaining Christ's redemption in the New Testament. The formulation of the research problem is how is the relationship between the redemption of Ruth in the Old Testament and the redemption of Christ and the reflection of today's mission theology? The author uses historical methods (Historical Research) and descriptive methods (Descriptive Research), namely literature studies through supporting books and journals, regarding the redemption of Ruth by Boaz in the Old Testament and explaining Christ's redemption in the New Testament. From the context of redemption (go'el) in the Old Testament, the redeemer must have more ability or strength than someone who is redeemed. Because people who are redeemed are often described as weak or slave. Meanwhile, the context of redemption in the New Testament was immediately carried out by the Lord Jesus Christ through Christ's death on the cross and His resurrection to reveal redemption to all tribes, nations, who exist on earth as weak and sinful creatures, which is also the basis of mission theology for the message. The gospel for all sinners. The redemption made by Christ is not only for one tribe of Israel, but all people have the same right to salvation and redemption to live in union with Christ. Artikel ini membahas tentang penebusan Rut oleh Boas sebagai tipologi Perjanjian Lama dalam menjelaskan penebusan Kristus dalam PerjanjianBaru. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kaitan penebusan Rut dalam Perjanjian Lama dan penebusan Kristus dan refleksi teologi misi masa kini? Penulis menggunakan metode historis (Historical Research) dan metode deskriptif (Descriptive Research) yaitu studi pustaka melalui buku-buku dan jurnal yang mendukung, tentang penebusan Rut oleh Boas dalam Perjanjian Lama dan menjelaskan penebusan Kristus dalam Perjanjian Baru. Dari konteks penebusan (go’el) di dalam Perjanjian Lama,penebusharus memiliki kemampuan atau kekuatan lebih dari seseorang yang ditebus. Karenaorang yang ditebussering digambarkan sebagai orang yang lemah atau budak. Sedangkan konteks penebusan di dalam Perjanjian Baru langsung dilakukan Tuhan Yesus Kristus melalui kematian Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya untuk menyatakan penebusan kepada semua suku, bangsa, yang ada di bumi sebagai mahkluk yang lemah dan berdosa, yang sekaligus sebagai dasar teologi misi bagi pekabaran Injil bagi semua manusia berdosa. Penebusan yang dilakukan oleh Kristus bukan hanya kepada satu suku Israel saja, tetapi semua orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan keselamatan dan penebusan untuk hidup bersatu dengan Kristus.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"750 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115218082","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ayu Rotama Silitonga, Priskha Natonis, I Putu Ayub Darmawan
Sanctification is a blessing and gift from God to believers. According to Albert Benyamin Simpson, the Holy Jesus has an important meaning, which is a form of complete submission to God. The problem formulation in this writing is what is the concept of Jesus the Holiness according to the thought of Albert Benjamin Simpson? The purpose of this paper is to know the concept of the Holy Jesus according to the thought of Albert Benyamin Simpson. To obtain information in this writing, the writer uses the Literature method by observing books and journals to support writing. The result of this writing is that Simpson thinks that the concept of Jesus is a form of submission to God. The meaning of the Holy Jesus as explained by the author is to live in holiness and as a sign of submission to God. The implication that today's believers can do is continue to believe in God and fully surrender to the Lord Jesus Christ as a sanctuary. Abstrak:Pengudusan merupakan berkat dan anugrah dari Tuhan kepada orang percaya. Menurut Albert Benyamin Simpson, Yesus Pengudus memiliki makna penting, yaitu bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini ialah seperti apa konsep Yesus Pengudus menurut pemikiran Albert Benyamin Simpson? Adapun tujuan dalam penulisan ini ialah untuk mengetahui konsep Yesus Pengudus menurut pemikiran Albert Benyamin Simpson. Untuk mendapatkan informasi dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metode Literatur dengan melakukan observasi terhadap buku-buku dan jurnal untuk mendukung penulisan. Hasil dari penulisan ini adalah Simpson beranggapan bahwa konsep Yesus Pengudus ialah bentuk penyerahan diri kepada Allah. Makna Yesus Pengudus yang dipaparkan oleh penulis adalah hidup dalam kekudusan dan sebagai tanda penyerahan diri kepada Allah. Implikasi yang dapat dilakukan orang percaya masa kini adalah tetap percaya kepada Tuhan dan berserah penuh kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai pengudus.
成圣是神赐给信徒的祝福和礼物。根据阿尔伯特·本雅明·辛普森的说法,神圣的耶稣有一个重要的意义,这是一种完全服从上帝的形式。这篇文章的问题提法是,根据阿尔伯特·本杰明·辛普森的思想,耶稣圣洁的概念是什么?本文的目的是根据阿尔伯特·本雅明·辛普森的思想来了解神圣耶稣的概念。为了在写作中获取信息,作者使用了文献法,通过观察书籍和期刊来支持写作。这篇文章的结果是,辛普森认为耶稣的概念是对上帝的一种服从。正如作者所解释的那样,神圣耶稣的意思是圣洁地生活,并作为顺服上帝的标志。今天的信徒所能做的就是继续相信神,并完全顺服主耶稣基督为圣所。摘要:Pengudusan merupakan berkat dan anugrah dari Tuhan kepada orang peraya。menuut Albert Benyamin Simpson, Yesus Pengudus memiliki makna penting, yitu bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah。Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini ialah seperti apa konsep Yesus penudus menurut pemikiran Albert Benyamin Simpson?艾伯特·本雅明·辛普森(Albert benjamin Simpson)。Untuk mendapatkan informasi dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan method .文献登根melakukan observasi terhadap buku-buku dan journal Untuk mendukung penulisan。哈西尔达里惩罚我,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你。Makna Yesus Pengudus yang dipaparkan oleh penulis adalah hidup dalam kekudusan dan sebagai tanda penyerahan diri kepada Allah。这句话的意思是:“我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是我的意思。”
{"title":"Implikasi Konsep Yesus Pengudus Menurut A.B. Simpson Bagi Orang Kristen Masa Kini","authors":"Ayu Rotama Silitonga, Priskha Natonis, I Putu Ayub Darmawan","doi":"10.55798/kapata.v1i2.12","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i2.12","url":null,"abstract":"Sanctification is a blessing and gift from God to believers. According to Albert Benyamin Simpson, the Holy Jesus has an important meaning, which is a form of complete submission to God. The problem formulation in this writing is what is the concept of Jesus the Holiness according to the thought of Albert Benjamin Simpson? The purpose of this paper is to know the concept of the Holy Jesus according to the thought of Albert Benyamin Simpson. To obtain information in this writing, the writer uses the Literature method by observing books and journals to support writing. The result of this writing is that Simpson thinks that the concept of Jesus is a form of submission to God. The meaning of the Holy Jesus as explained by the author is to live in holiness and as a sign of submission to God. The implication that today's believers can do is continue to believe in God and fully surrender to the Lord Jesus Christ as a sanctuary. Abstrak:Pengudusan merupakan berkat dan anugrah dari Tuhan kepada orang percaya. Menurut Albert Benyamin Simpson, Yesus Pengudus memiliki makna penting, yaitu bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini ialah seperti apa konsep Yesus Pengudus menurut pemikiran Albert Benyamin Simpson? Adapun tujuan dalam penulisan ini ialah untuk mengetahui konsep Yesus Pengudus menurut pemikiran Albert Benyamin Simpson. Untuk mendapatkan informasi dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan metode Literatur dengan melakukan observasi terhadap buku-buku dan jurnal untuk mendukung penulisan. Hasil dari penulisan ini adalah Simpson beranggapan bahwa konsep Yesus Pengudus ialah bentuk penyerahan diri kepada Allah. Makna Yesus Pengudus yang dipaparkan oleh penulis adalah hidup dalam kekudusan dan sebagai tanda penyerahan diri kepada Allah. Implikasi yang dapat dilakukan orang percaya masa kini adalah tetap percaya kepada Tuhan dan berserah penuh kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai pengudus.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132043618","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penulis tertarik untuk menemukan pola pendidikan di dalam keluarga jemaat GMIT Betel Dalehi. Karena anak ada masalah dengan kepribadian terutama rasa percaya diri. Penulis mencari tahu penyebab anak bertumbuh jauh dari karakter kristiani. Penelitian ini hendak memberi jalan keluar bagi orang tua dalam mendidik anak. Usaha untuk mendekati persoalan dilakukan dengan mempelajari fakta dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua belum mampu mempraktikkan bentuk pendidikan yang mampu membuat anak memiliki karakter yang baik. Pola asuh yang diterapkan orang tua cenderung orotiter. Ada pola permisif, yang menyebabkan anak tidak bertumbuh sesuai dengan karakter Kristiani. Bentuk bimbingan dalam keluarga berperan penting terhadap kepribadian anak. Pengetahuan secra teoritis yang dimiliki oleh orang tua di Jemaat betel Dalehi sangat kurang sehingga orang tua belum melaksanakan bentuk pola pendidikan yang seharusnya diberikan dalam keluarga. Pembentukan keluarga Kristen belum dijalankan sesuai dengan seharusnya. Orang tua lebih perlu menerapkan pola demokratis dalam hal memberi pendidikan dalam keluarga.
{"title":"Implementasi Pendidikan Agama Kristen Dalam Pembentukan Karakter Anak","authors":"Nahum Pinat, Ezra Tari, Purnama Pasande","doi":"10.55798/kapata.v1i2.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i2.8","url":null,"abstract":"Penulis tertarik untuk menemukan pola pendidikan di dalam keluarga jemaat GMIT Betel Dalehi. Karena anak ada masalah dengan kepribadian terutama rasa percaya diri. Penulis mencari tahu penyebab anak bertumbuh jauh dari karakter kristiani. Penelitian ini hendak memberi jalan keluar bagi orang tua dalam mendidik anak. Usaha untuk mendekati persoalan dilakukan dengan mempelajari fakta dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua belum mampu mempraktikkan bentuk pendidikan yang mampu membuat anak memiliki karakter yang baik. Pola asuh yang diterapkan orang tua cenderung orotiter. Ada pola permisif, yang menyebabkan anak tidak bertumbuh sesuai dengan karakter Kristiani. Bentuk bimbingan dalam keluarga berperan penting terhadap kepribadian anak. Pengetahuan secra teoritis yang dimiliki oleh orang tua di Jemaat betel Dalehi sangat kurang sehingga orang tua belum melaksanakan bentuk pola pendidikan yang seharusnya diberikan dalam keluarga. Pembentukan keluarga Kristen belum dijalankan sesuai dengan seharusnya. Orang tua lebih perlu menerapkan pola demokratis dalam hal memberi pendidikan dalam keluarga.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"174 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132298468","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The letter of Paul to the Ephesians gives us insight about God’s works in salvation history. This article intends to explain about doxology of Paul because of God’s salvation. Some interpretation using topical approach to interpreting Ephesians 1:3-14, so that deviated of Paul’s motive in his script. The author stresses on structure and grammatical arrangement of Paul’s writings to find a properly interpretation of Ephesians 1:3-14. AbstrakSurat Paulus kepada jemaat di Efesus memberi kita wawasan tentang karya-karya Allah dalam sejarah keselamatan. Artikel ini bermaksud menjelaskan tentang doksologi Paulus karena keselamatan Allah. Beberapa penafsiran menggunakan pendekatan topikal untuk menafsirkan Efesus 1: 3-14, sehingga menyimpang dari motif Paulus dalam naskahnya. Penulis menekankan pada struktur dan pengaturan tata bahasa dari tulisan-tulisan Paulus untuk menemukan interpretasi yang tepat dari Efesus 1: 3-14.
{"title":"Kemuliaan Karya Keselamatan Allah Tritunggal: Studi Eksposisi Efesus 1:3-14","authors":"Sigit Wijoyo","doi":"10.55798/kapata.v1i1.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i1.7","url":null,"abstract":"The letter of Paul to the Ephesians gives us insight about God’s works in salvation history. This article intends to explain about doxology of Paul because of God’s salvation. Some interpretation using topical approach to interpreting Ephesians 1:3-14, so that deviated of Paul’s motive in his script. The author stresses on structure and grammatical arrangement of Paul’s writings to find a properly interpretation of Ephesians 1:3-14. AbstrakSurat Paulus kepada jemaat di Efesus memberi kita wawasan tentang karya-karya Allah dalam sejarah keselamatan. Artikel ini bermaksud menjelaskan tentang doksologi Paulus karena keselamatan Allah. Beberapa penafsiran menggunakan pendekatan topikal untuk menafsirkan Efesus 1: 3-14, sehingga menyimpang dari motif Paulus dalam naskahnya. Penulis menekankan pada struktur dan pengaturan tata bahasa dari tulisan-tulisan Paulus untuk menemukan interpretasi yang tepat dari Efesus 1: 3-14.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126799219","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Doa puasa adalah merupakan sarana penting dalam meningkatkan iman serta mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai pencipta. Kesulitan serta tantangan dari waktu ke waktu turut mendorong manusia untuk mencari bagaimana terciptanya suatu hidup yang bahagia serta terlepas dari tekanan dan penderitaan. Banyak orang percaya yang masih dangkal pemahamannya terhadap manfaat doa puasa, sehingga sangat sedikit yang berminat menjalankannya. Secara faktual Alkitab memberikan referensi keteladanan para tokoh Alkitab yang mencapai hidup yang berkemenangan karena menjadikan doa puasa sebagai gaya hidup. Doa puasa yang dijalankan bukan hanya meningkatkan keintiman dengan Tuhan semata, melainkan sangat manfaat untuk kesehatan fisik, kesehatan psikis, dan juga dapat memupuk solidaritas sosial, serta dapat meningkatkan spiritualitas manusia.
{"title":"Doa Puasa Dan Manfaatnya Terhadap Kehidupan Orang Percaya","authors":"Demianus Nahaklay","doi":"10.55798/kapata.v1i1.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i1.3","url":null,"abstract":"Doa puasa adalah merupakan sarana penting dalam meningkatkan iman serta mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai pencipta. Kesulitan serta tantangan dari waktu ke waktu turut mendorong manusia untuk mencari bagaimana terciptanya suatu hidup yang bahagia serta terlepas dari tekanan dan penderitaan. Banyak orang percaya yang masih dangkal pemahamannya terhadap manfaat doa puasa, sehingga sangat sedikit yang berminat menjalankannya. Secara faktual Alkitab memberikan referensi keteladanan para tokoh Alkitab yang mencapai hidup yang berkemenangan karena menjadikan doa puasa sebagai gaya hidup. Doa puasa yang dijalankan bukan hanya meningkatkan keintiman dengan Tuhan semata, melainkan sangat manfaat untuk kesehatan fisik, kesehatan psikis, dan juga dapat memupuk solidaritas sosial, serta dapat meningkatkan spiritualitas manusia.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123573746","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
In the development of the church today, the problem that arises is the confusion of people who sin, the church seems to ignore the implementation of church discipline. This neglect is wrong attitude, because it does not carry out church discipline that means the church allows a person to fall into sin the reason of fear for making the person offended even though this kind of attitude makes the person's spiritual growth die. Death spiritual growth will become the root of the problem in the church and have an adverse effect on other congregations, therefore church leaders must be brave in making decisions. The method used in this paper is a qualitative method with a descriptive approach. The results of this study indicate that church discipline is very important in correcting mistakes so that the congregation can live righteously according to God's Word. The church needs to be brave in taking decisions in carrying out church discipline, and must not neglect the implementation of church discipline, because church discipline is God's command according to the truth of God's Word.
{"title":"Implikasi Pentingnya Pelaksanaan Disiplin Gereja","authors":"A. André, S. Susanto","doi":"10.55798/kapata.v1i1.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i1.1","url":null,"abstract":"In the development of the church today, the problem that arises is the confusion of people who sin, the church seems to ignore the implementation of church discipline. This neglect is wrong attitude, because it does not carry out church discipline that means the church allows a person to fall into sin the reason of fear for making the person offended even though this kind of attitude makes the person's spiritual growth die. Death spiritual growth will become the root of the problem in the church and have an adverse effect on other congregations, therefore church leaders must be brave in making decisions. The method used in this paper is a qualitative method with a descriptive approach. The results of this study indicate that church discipline is very important in correcting mistakes so that the congregation can live righteously according to God's Word. The church needs to be brave in taking decisions in carrying out church discipline, and must not neglect the implementation of church discipline, because church discipline is God's command according to the truth of God's Word.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128568973","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The purpose of this research is to get a deep understanding of the principle of divorce in the book of the Blind Agreement. Researchers use the exegesis research method which is a careful and analytical study of a part of the Bible in order to achieve useful interpretations. Divorce is not God's plan, because "what God has united, must not be divorced by humans (Matthew 19: 6), whatever the reason God does not allow divorce because divorce violates God's design for marriage and violates the sacred pledge made before God. The Lord Jesus reminds the Bible's teachings about marriage institutions. Marriage law must be in harmony with God's purpose in establishing marriage. The implications of this study according to the explanation that has been explained, in connection with the theological study of divorce in the new. covenant, are as follows: Commitments are accompanied by agreements, certain of which aim to make the relationship of husband and wife more harmonious and return to God's plan at first.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang prinsip perceraian dalam kitab Perjanjian Baru. Peneliti memakai metode penelitian eksegese yaitu suatu penelaahan secara cermat dan analisis suatu bagian Alkitab agar dapat mencapai penafsiran yang bermanfaat. Perceraian bukan rancangan Allah, karena “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Matius 19:6), apapun alasannya Allah tidak mengijinkan perceraian karena perceraian melanggar rancangan Allah bagi perkawinan dan melanggar Ikrar janji suci yang di buat dihadapan Allah. Tuhan Yesus mengingatkan akan ajaran Alkitab mengenai Lembaga pernikahan. Hukum pernikahan harus selaras dengan tujuan Allah yang menetapkan pernikahan. Implikasi dari penelitian ini sesuai pemamparan yang telah dijelaskan, sehubungan dengan kajian teologi tentang perceraian dalam kitab Perjanjian Baru, adalah sebagai berikut : Komitmen disertai kesepakatan, tertentu yang bertujuan untuk membuat hubungan pasangan suami isteri lebih harmonis dan kembali kepada rencana Allah pada mulanya.
本研究的目的是深入了解《盲约》一书中的离婚原则。研究人员使用释经研究方法,这是对圣经的一部分进行仔细和分析的研究,以达到有用的解释。离婚不是神的计划,因为“神所联合的,人是不可离弃的”(马太福音19:6),无论什么原因,神都不允许离婚,因为离婚违背了神对婚姻的设计,违背了神在神面前所作的神圣承诺。主耶稣提醒我们圣经中关于婚姻制度的教导。婚姻法必须与神建立婚姻的目的一致。本研究的含义根据已解释的解释,在神学上与离婚研究联系在一起。承诺是伴随着协议的,其中一些协议的目的是使夫妻关系更加和谐,回到上帝最初的计划。图juan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang prinsip peraian dalam kitab Perjanjian Baru。Peneliti memakai方法Peneliti eksegese yitu suatu penelahan secara cerat分析suatu bagian Alkitab agar dapat menapai penafsiran yang manfaat。(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节),(马太福音19章6节)Tuhan Yesus mengingatkan akan ajaran Alkitab mengenai Lembaga pernikahan。Hukum pernikahan harus selaras dengan tujuan Allah yang menetapkan pernikahan。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。
{"title":"Studi Biblika Tentang Perceraian Berdasarkan Kitab Perjanjian Baru","authors":"Isunmiati Sidin","doi":"10.55798/kapata.v1i1.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i1.2","url":null,"abstract":"The purpose of this research is to get a deep understanding of the principle of divorce in the book of the Blind Agreement. Researchers use the exegesis research method which is a careful and analytical study of a part of the Bible in order to achieve useful interpretations. Divorce is not God's plan, because \"what God has united, must not be divorced by humans (Matthew 19: 6), whatever the reason God does not allow divorce because divorce violates God's design for marriage and violates the sacred pledge made before God. The Lord Jesus reminds the Bible's teachings about marriage institutions. Marriage law must be in harmony with God's purpose in establishing marriage. The implications of this study according to the explanation that has been explained, in connection with the theological study of divorce in the new. covenant, are as follows: Commitments are accompanied by agreements, certain of which aim to make the relationship of husband and wife more harmonious and return to God's plan at first.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang prinsip perceraian dalam kitab Perjanjian Baru. Peneliti memakai metode penelitian eksegese yaitu suatu penelaahan secara cermat dan analisis suatu bagian Alkitab agar dapat mencapai penafsiran yang bermanfaat. Perceraian bukan rancangan Allah, karena “apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Matius 19:6), apapun alasannya Allah tidak mengijinkan perceraian karena perceraian melanggar rancangan Allah bagi perkawinan dan melanggar Ikrar janji suci yang di buat dihadapan Allah. Tuhan Yesus mengingatkan akan ajaran Alkitab mengenai Lembaga pernikahan. Hukum pernikahan harus selaras dengan tujuan Allah yang menetapkan pernikahan. Implikasi dari penelitian ini sesuai pemamparan yang telah dijelaskan, sehubungan dengan kajian teologi tentang perceraian dalam kitab Perjanjian Baru, adalah sebagai berikut : Komitmen disertai kesepakatan, tertentu yang bertujuan untuk membuat hubungan pasangan suami isteri lebih harmonis dan kembali kepada rencana Allah pada mulanya.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132454998","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The times have made people to always work. The same thing happens with Christians. Some go to work, go to school, in a new place. When they go to a new place the church is not responsible. Looking for persuading Christians to search for a church is also looking for fellow churches. The church should take and compile any church member who will move to a new place. The problem statement in this study is a cross-cultural service strategy based on 1 Peter 2: 11-17? 1 Peter 2: 11-17. The method in this study, the author uses the hermeneutic or exegesis method of the biblical text, literature study to examine concepts or themes about the Bible about humanity with a supportive way of life. Based on a cross-cultural service strategy based on 1 Peter 2: 11-17. The author discovers two strategies that practice right living models and support the people involved.Perkembangan zaman membuat orang untuk selalu bekerja. Demikian juga hal yang terjadi dengan orang-orang Kristen. Ada yang pergi untuk bekerja, bersekolah, ditempat yang baru. Ketika mereka pergi ke tempat yang baru gereja tidak bertanggung jawab. Sehingga orang Kristen binggung untuk mencari gereja maupun mencari sesama jemaat. Seharusnya gereja mengambil andil ketika ada anggota jemaat yang akan pindah ke tempat baru. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalaha bagaimana strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17? Kemudian tujuan penulisan dari artikel ini yaitu untuk menjelasan strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17. Metode dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode hermeneutika atau eksegese terhadap teks Alkitab, studi Pustaka yaitu untuk menggambarkan konsep atau tema tentang Alkitab tentang umat Allah dengan cara hidup yang dilakukannya. Berdasarkan strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17. Penulis menemukan dua strategi yaitu mempraktekkan keteladan hidup yang benar dan menghargai orang yang berpengaruh.
时代使人总是要工作的。同样的事情也发生在基督徒身上。有些人去工作,去学校,在一个新的地方。当他们去到一个新的地方,教会是不负责的。寻找说服基督徒去寻找教会也是在寻找教会的同伴。教会应该接纳并整理任何将搬到新地方的教会成员。本研究的问题陈述是基于彼得前书2:11 -17的跨文化服务策略。彼得前书2:11 -17。在本研究的方法中,作者使用圣经文本的解释学或训诂学方法,文学研究,以一种支持性的生活方式来研究圣经的概念或主题。基于彼得前书2:11 -17的跨文化服务策略。作者发现了实践正确的生活模式和支持相关人员的两种策略。Perkembangan zaman成员,orang untuk selalu bekerja。Demikian juga hal yang terjadi dengan orange - orange Kristen。Ada yang pergi untuk bekerja, bersekolah, ditempat yang baru。Ketika mereka pergi ke tempat yang baru gereja tidak bertanggung jawab。sehinga orangang Kristen binggung untuk menari gereja maupun menari sesama jemaat。Seharusnya gereja mengbill和dil ketika ada anggota jemaat yang akan pindah ke temat baru。Rumusan masalah dalam penelitian ini adalaha bagaimana strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan彼得前书2:11 -17?Kemudian tujuan penulisan dari artikel ini yitu untuk menjelasan strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan(彼得前书2:11 -17)。我的翻译是:我的翻译是:我的翻译是:我的翻译是:我的翻译是:我的翻译是:我的翻译是:我的翻译是:我的翻译是:我的翻译是:我的翻译是:我的翻译是:彼得前书2:11 -17。Penulis menemukan dua strategi yitu mempraktekkan keteladan hidup yang benar dan menghargai orang yang berpengaruh。
{"title":"Strategi Pelayanan Lintas Budaya Berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17","authors":"Yohanes Andi, Anye Ingan, Ndawa Kaborang","doi":"10.55798/kapata.v1i1.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.55798/kapata.v1i1.6","url":null,"abstract":"The times have made people to always work. The same thing happens with Christians. Some go to work, go to school, in a new place. When they go to a new place the church is not responsible. Looking for persuading Christians to search for a church is also looking for fellow churches. The church should take and compile any church member who will move to a new place. The problem statement in this study is a cross-cultural service strategy based on 1 Peter 2: 11-17? 1 Peter 2: 11-17. The method in this study, the author uses the hermeneutic or exegesis method of the biblical text, literature study to examine concepts or themes about the Bible about humanity with a supportive way of life. Based on a cross-cultural service strategy based on 1 Peter 2: 11-17. The author discovers two strategies that practice right living models and support the people involved.Perkembangan zaman membuat orang untuk selalu bekerja. Demikian juga hal yang terjadi dengan orang-orang Kristen. Ada yang pergi untuk bekerja, bersekolah, ditempat yang baru. Ketika mereka pergi ke tempat yang baru gereja tidak bertanggung jawab. Sehingga orang Kristen binggung untuk mencari gereja maupun mencari sesama jemaat. Seharusnya gereja mengambil andil ketika ada anggota jemaat yang akan pindah ke tempat baru. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalaha bagaimana strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17? Kemudian tujuan penulisan dari artikel ini yaitu untuk menjelasan strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17. Metode dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode hermeneutika atau eksegese terhadap teks Alkitab, studi Pustaka yaitu untuk menggambarkan konsep atau tema tentang Alkitab tentang umat Allah dengan cara hidup yang dilakukannya. Berdasarkan strategi pelayanan lintas budaya berdasarkan 1 Petrus 2: 11-17. Penulis menemukan dua strategi yaitu mempraktekkan keteladan hidup yang benar dan menghargai orang yang berpengaruh.","PeriodicalId":432832,"journal":{"name":"KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130062182","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}