Artikel ini mengkaji narasi perempuan yang diproduksi oleh website Islam. Website telah menjadi sumber informasi sekaligus pengetahuan dalam memahami Islam. Salah satu isu yang menjadi sorotan dalam website Islam adalah persoalan perempuan. Penelitian ini mengambil website Mubalah.id dan Muslimahnews.com sebagai perbandingan dalam melihat narasi perempuan di website. Penelitian ini memetakan isu perempuan yang terdapat dalam website Mubadalah.id dan Muslimahnews.com. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa narasi perempuan dalam Mubadalah.id berisikan informasi dan narasi yang berupaya membuat perempuan setara, serta aktif terlibat dalam mengambil keputusan dan berisikan pesan moderat, sebaliknya dalam Muslimahnews.com, narasi perempuan seringkali menjadi subodinat dan kepatuhan, disisi lain Muslimahnews.com selalu menyampaikan bahwa Syariat Islam adalah solusi atas permasalahan perempuan. Kedua Website ini menunjukan bagaimana narasi perempuan digambarkan dalam dua sudut pandang yang berbeda, hal ini tidak lepas dari aflisiai Mubadalah.id dan Muslimahnews.com. [This article examines women’s narratives produced by Islamic websites. The website has become a source of information as well as knowledge in understanding Islam. One of the issues in the spotlight on Islamic websites is the issue of women. This study takes the websites Mubalah.id and Muslimahnews.com as a comparison in viewing women’s narratives on the website. This study maps women’s issues contained in the websites Mubdalam. id and Muslimahnews.com. The results of this study indicate that the women’s narrative in Mubidah.id contains information and narratives that seek to make women equal, and is actively involved in making decisions and contains moderate messages, on the contrary in Muslimahnews.com, women’s narratives are oftensubordinated and obedient, on the other hand, Muslimahnews. com always conveys that Islamic Shari’a is the solution to women’s problems. These two websites show how women’s narratives are described in two different perspectives, this cannot be separated from the affiliates of Mubidah.id and Muslimahnews.com.]
这篇文章是关于伊斯兰网站制作的女性叙事的。该网站已经成为理解伊斯兰教的信息和知识的源泉。伊斯兰网站中一直在聚光灯下的问题之一是妇女问题。这项研究把Mubalah网站。id和穆斯利姆新闻网站只是比较了网站上的女性叙述。这项研究绘制Mubadalah网站中妇女的问题。身份证和Muslimahnews。com。这项研究表明,女性的叙述是突变的。叙事包含id信息和使妇女平等所做的努力,积极参与决策和包含Muslimahnews中温和派,相反的信息。com,女性通常成为subodinat叙事和遵守,另一方面Muslimahnews。com总是传达伊斯兰Syariat是女性问题的办法。这两个网站显示如何叙述女人中描绘两个不同的观点,这不是摆脱aflisiai Mubadalah。身份证和Muslimahnews。com。[这文章由examines women ' s叙事由伊斯兰网站。网站已成为一个源代码》伊斯兰知识资讯网as well as in谅解。聚光灯下境问题上的一个伊斯兰网站是妇女的问题。这份研究让《Mubalah网站。美国id和Muslimahnews。com a不那么可怜在viewing women’s网站上的叙事。这个研究《Mubdalam网站地图《妇女问题的有趣。id和Muslimahnews。com。The results of this study indicate that women ' s aku》Mubidah。id contains资讯网那寻求让妇女平等和叙事,是actively风险在1792年成为和contains温和派都会在Muslimahnews messages, on the contrary。com,女人是oftensubordinated obedient,睡意朦胧的叙事,《另一个手,Muslimahnews。com一直conveys伊斯兰莎莉'a is the solution to women ' s problems。这两个网站是展示妇女的叙事described在两个不同的perspectives,这不能成为来自Mubidah affiliates》的分开。id和Muslimahnews。com。]
{"title":"Kontestasi Narasi Perempuan Dalam Website Islam: Analisis Perbandingan Mubadallah.id dan Muslimah.News","authors":"Meri Andani, R. Romario","doi":"10.14421/jkii.v8i1.1342","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jkii.v8i1.1342","url":null,"abstract":"Artikel ini mengkaji narasi perempuan yang diproduksi oleh website Islam. Website telah menjadi sumber informasi sekaligus pengetahuan dalam memahami Islam. Salah satu isu yang menjadi sorotan dalam website Islam adalah persoalan perempuan. Penelitian ini mengambil website Mubalah.id dan Muslimahnews.com sebagai perbandingan dalam melihat narasi perempuan di website. Penelitian ini memetakan isu perempuan yang terdapat dalam website Mubadalah.id dan Muslimahnews.com. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa narasi perempuan dalam Mubadalah.id berisikan informasi dan narasi yang berupaya membuat perempuan setara, serta aktif terlibat dalam mengambil keputusan dan berisikan pesan moderat, sebaliknya dalam Muslimahnews.com, narasi perempuan seringkali menjadi subodinat dan kepatuhan, disisi lain Muslimahnews.com selalu menyampaikan bahwa Syariat Islam adalah solusi atas permasalahan perempuan. Kedua Website ini menunjukan bagaimana narasi perempuan digambarkan dalam dua sudut pandang yang berbeda, hal ini tidak lepas dari aflisiai Mubadalah.id dan Muslimahnews.com.\u0000[This article examines women’s narratives produced by Islamic websites. The website has become a source of information as well as knowledge in understanding Islam. One of the issues in the spotlight on Islamic websites is the issue of women. This study takes the websites Mubalah.id and Muslimahnews.com as a comparison in viewing women’s narratives on the website. This study maps women’s issues contained in the websites Mubdalam. id and Muslimahnews.com. The results of this study indicate that the women’s narrative in Mubidah.id contains information and narratives that seek to make women equal, and is actively involved in making decisions and contains moderate messages, on the contrary in Muslimahnews.com, women’s narratives are oftensubordinated and obedient, on the other hand, Muslimahnews. com always conveys that Islamic Shari’a is the solution to women’s problems. These two websites show how women’s narratives are described in two different perspectives, this cannot be separated from the affiliates of Mubidah.id and Muslimahnews.com.]","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"87 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121542418","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Artikel ini dibuat untuk melihat bagaimana fungsi agama bagi waria dan juga berbagai perjalanan yang dialami oleh waria di Surakarta. Mereka sering memperoleh stigma, cemoohan dan label negatif dari masyarakat sekitar. Hal tersebut menjadikan mereka dikucilkan dan susah untuk memperoleh pekerjaan. Alhasil, karena kebutuhan ekonomi yang semakin mencekik menjadikan mereka tidak jarang mengambil jalan menjadi pekerja seks komersial (PSK) dan mengamen untuk menyambung hidup. Padahal, dengan melakukan pekerjaan tersebut mereka sangat rentan terjangkit penyakit kelamin dan Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Meski begitu, mereka pada hakikatnya sadar pada bahwa mencari nafkah dengan menjadi PSK adalah tidak benar. Dalam kehidupan sehari-hari mereka sangat rajin beribadah, bahkan dalam berdoa mereka sangat khusyuk dan memohon ampun kepadaNya atas kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang berupa wawancara kepada para waria di Surakarta. Selama ini banyak orang yang hanya menghakimi tanpa mampu memahami dari sisi kemanusiaan bahkan banyak yang menjadikan narasi agama sebagai cara untuk mengakiminya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa waria sebagaimana manusia lainnya juga mempunyai semangat sprititualitas. Bahkan mereka bisa lebih khusyuk daripada manusia pada umumnya beribadah sebab momentum ibadah mereka gunakan sebagai tempat mengadu atas berbagai tekanan yang mereka dapatkan dari masyarakat. [This study aims to examine how religion functions for waria in Surakarta, as well as the various journeys experienced by them because they often receive stigma, ridicule and negative labels from the surrounding community. This makes them isolated and difficult to get a job. As a result, due to increasingly suffocating economic needs, they often take the path of becoming commercial sex workers who are vulnerable to contracting venereal diseases and human immunodeficiency virus (HIV)/acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Even so, in their daily life they are very diligent in worship, even in prayer they are very solemn and ask Him for forgiveness for the mistakes they have made (the green ones are too detailed! Can you just summarize them?). The data source used is primary data in the form of interviews with four waria in Surakarta. So far, many people have only judged without being able to understand from a human standpoint, and many have even used religious narratives as a way to judge waria. This research shows that waria, like other humans, also have a spirit of spirituality. In fact, they can be more solemn than humans in general in worship because they use the momentum of their worship as a place to complain about the various pressures they get from society.]
{"title":"Agama Dan Identitas Diri Pada Waria di Surakarta","authors":"Roudhotul Jannah","doi":"10.14421/jkii.v8i1.1335","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jkii.v8i1.1335","url":null,"abstract":"Artikel ini dibuat untuk melihat bagaimana fungsi agama bagi waria dan juga berbagai perjalanan yang dialami oleh waria di Surakarta. Mereka sering memperoleh stigma, cemoohan dan label negatif dari masyarakat sekitar. Hal tersebut menjadikan mereka dikucilkan dan susah untuk memperoleh pekerjaan. Alhasil, karena kebutuhan ekonomi yang semakin mencekik menjadikan mereka tidak jarang mengambil jalan menjadi pekerja seks komersial (PSK) dan mengamen untuk menyambung hidup. Padahal, dengan melakukan pekerjaan tersebut mereka sangat rentan terjangkit penyakit kelamin dan Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Meski begitu, mereka pada hakikatnya sadar pada bahwa mencari nafkah dengan menjadi PSK adalah tidak benar. Dalam kehidupan sehari-hari mereka sangat rajin beribadah, bahkan dalam berdoa mereka sangat khusyuk dan memohon ampun kepadaNya atas kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatnya. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang berupa wawancara kepada para waria di Surakarta. Selama ini banyak orang yang hanya menghakimi tanpa mampu memahami dari sisi kemanusiaan bahkan banyak yang menjadikan narasi agama sebagai cara untuk mengakiminya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa waria sebagaimana manusia lainnya juga mempunyai semangat sprititualitas. Bahkan mereka bisa lebih khusyuk daripada manusia pada umumnya beribadah sebab momentum ibadah mereka gunakan sebagai tempat mengadu atas berbagai tekanan yang mereka dapatkan dari masyarakat.\u0000[This study aims to examine how religion functions for waria in Surakarta, as well as the various journeys experienced by them because they often receive stigma, ridicule and negative labels from the surrounding community. This makes them isolated and difficult to get a job. As a result, due to increasingly suffocating economic needs, they often take the path of becoming commercial sex workers who are vulnerable to contracting venereal diseases and human immunodeficiency virus (HIV)/acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Even so, in their daily life they are very diligent in worship, even in prayer they are very solemn and ask Him for forgiveness for the mistakes they have made (the green ones are too detailed! Can you just summarize them?). The data source used is primary data in the form of interviews with four waria in Surakarta. So far, many people have only judged without being able to understand from a human standpoint, and many have even used religious narratives as a way to judge waria. This research shows that waria, like other humans, also have a spirit of spirituality. In fact, they can be more solemn than humans in general in worship because they use the momentum of their worship as a place to complain about the various pressures they get from society.]","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122316180","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This research broadly wants to answer three problem formulations. First, the minimum age requirement for marriage. Second, the minimum age requirement for marriage in law number 19 of 2019. Third, the perspective of Maqasid al-Shari'ah Abdul Majid al-Najjar is the minimum age limit for marriage. By using the theory of Maqasid al-Shari'ah Abdul Majid al-Najjarr so that the right solution will be found regarding the problem within the minimum age limit of marriage. The results of this study indicate that the minimum age limit for marriage, which is 19 years for both men and women, is an appropriate and effective step in achieving universal benefit in the form of becoming an ideal individual. The ideal individual will produce an ideal family, where the ideal family can form an ideal society in the future. [Penelitian ini berangkat dari perubahan ketentuan batas minimal usia perkawinan dan realitas yang terjadi dalam masyarakat. Pada dasarnya, usia perkawinan bukan merupakah syarat dan rukun dalam perkawinan. Hanya saja, usia perkawinan membuktikan bahwa terdapat kemaslahatan yang akan tercapai dimasa depan apabila dilaksanakan dengan tepat. Adapun tujuan perkawinan sendiri, dimana seharusnya membawa kemaslahatan rupanya tidak dapat tercapai apabila ketentuan pembatasan tersebut tidak dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian supaya didapatkan solusi mengenai permasalahanpermasalahan tersebut. Penelitian ini secara garis besar hendak menjawab tiga rumusan masalah. Pertama, ketentuan usia minimal perkawinan. Kedua, ketentuan usia minimal perkawinan dalam undang-undang no.19 tahun 2019. Ketiga, perspektif Maqasid al-Shari’ah Abdul Majid al-Najjar dalam batas minimal usia perkawinan. Dengan menggunakan metodologi kualitatif dan dengan pendekatan Library Research, maka akan didapatkan datadata verbal mengenai ketentuan batas minimal usia perkawinan. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan teori Maqasid al-Shari’ah Abdul Majid al-Najjar sehingga akan ditemukan solusi yang tepat mengenai permasalahan dalam batas minimal usia perkawinan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembatasan usia minimal perkawinan yaitu 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan, merupakan langkah yang tepat dan jitu dalam upaya mencapai kemaslahatan universal berupa menjadikan individu yang ideal. Individu yang ideal, akan menghasilkan keluarga yang ideal, dimana keluarga ideal, dapat membentu masyarakat yang ideal pada masa mendatang.]
本研究大致要回答三个问题表述。第一,最低结婚年龄要求。第二,2019年第19号法律规定的最低结婚年龄。第三,Maqasid al-Shari'ah Abdul Majid al-Najjar的观点是结婚的最低年龄限制。通过运用Maqasid al-Shari'ah Abdul Majid al-Najjarr的理论,以便在最低结婚年龄限制范围内找到正确的解决方案。这项研究的结果表明,男女结婚的最低年龄限制是19岁,这是实现普遍利益的适当和有效的步骤,其形式是成为一个理想的个人。理想的个人会产生理想的家庭,理想的家庭会形成未来理想的社会。[Penelitian ini berangkat dari perubahan ketentuan batas minimal uia perkawinan dan realitas yang terjadi dalam masyarakat]。帕达·达萨尼亚,我的祖国,我的祖国,我的祖国,我的祖国。汉雅·萨哈,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,马来西亚,泰国,泰国,泰国,泰国,泰国,泰国,泰国,泰国,泰国,泰国,泰国,泰国,泰国。Adapun tujuan perkawinan sendiri, dimana seharusnya membawa kemaslahatan rupanya tidak dapat tercapapabila ketentuan pembatasan terseak tidak dilaksanakan dengan baik。Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian supaya didapatkan solusi mengenai permasalahanpermasalahan tersebut。Penelitian ini secara garis besar hendak menjawab tiga rumusan masalah。Pertama, ketentuan usia最小perkawinan。Kedua, ketentuan usia minimal perkawinan dalam undang undang no。2019年12月19日。Ketiga,透视Maqasid al-Shari 'ah Abdul Majid al-Najjar dalam是最小的usia perkawinan。登安蒙古纳坎的方法论与定性研究,登安蒙古纳坎的数据语言语义研究,登安蒙古纳坎的数据语义研究,登安蒙古纳坎的数据语义研究。数据yang dikumpulkan kemudian dianalkan teori Maqasid al-Shari 'ah Abdul Majid al-Najjar sehinga akan ditemukan solusi yang tepat mengenai permasalahan dalam batas minimia perkawinan。我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:我的意思是:[英语泛读]个体阳理想,阿坎蒙哈西坎克鲁尔加阳理想,迪马纳克鲁尔加理想,帕帕特姆本图克鲁尔加阳理想。
{"title":"The Minimum Age For Marriage In Law Number 16 Of 2019 Perpective Maqashid Sharia Abdul Majid Al Najjar","authors":"Ahmad Bahrul Ulum, Muslihun","doi":"10.14421/jkii.v8i1.1346","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jkii.v8i1.1346","url":null,"abstract":"This research broadly wants to answer three problem formulations. First, the minimum age requirement for marriage. Second, the minimum age requirement for marriage in law number 19 of 2019. Third, the perspective of Maqasid al-Shari'ah Abdul Majid al-Najjar is the minimum age limit for marriage. By using the theory of Maqasid al-Shari'ah Abdul Majid al-Najjarr so that the right solution will be found regarding the problem within the minimum age limit of marriage. The results of this study indicate that the minimum age limit for marriage, which is 19 years for both men and women, is an appropriate and effective step in achieving universal benefit in the form of becoming an ideal individual. The ideal individual will produce an ideal family, where the ideal family can form an ideal society in the future.\u0000[Penelitian ini berangkat dari perubahan ketentuan batas minimal usia perkawinan dan realitas yang terjadi dalam masyarakat. Pada dasarnya, usia perkawinan bukan merupakah syarat dan rukun dalam perkawinan. Hanya saja, usia perkawinan membuktikan bahwa terdapat kemaslahatan yang akan tercapai dimasa depan apabila dilaksanakan dengan tepat. Adapun tujuan perkawinan sendiri, dimana seharusnya membawa kemaslahatan rupanya tidak dapat tercapai apabila ketentuan pembatasan tersebut tidak dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian supaya didapatkan solusi mengenai permasalahanpermasalahan tersebut. Penelitian ini secara garis besar hendak menjawab tiga rumusan masalah. Pertama, ketentuan usia minimal perkawinan. Kedua, ketentuan usia minimal perkawinan dalam undang-undang no.19 tahun 2019. Ketiga, perspektif Maqasid al-Shari’ah Abdul Majid al-Najjar dalam batas minimal usia perkawinan. Dengan menggunakan metodologi kualitatif dan dengan pendekatan Library Research, maka akan didapatkan datadata verbal mengenai ketentuan batas minimal usia perkawinan. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan teori Maqasid al-Shari’ah Abdul Majid al-Najjar sehingga akan ditemukan solusi yang tepat mengenai permasalahan dalam batas minimal usia perkawinan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembatasan usia minimal perkawinan yaitu 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan, merupakan langkah yang tepat dan jitu dalam upaya mencapai kemaslahatan universal berupa menjadikan individu yang ideal. Individu yang ideal, akan menghasilkan keluarga yang ideal, dimana keluarga ideal, dapat membentu masyarakat yang ideal pada masa mendatang.]","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134512871","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bank Syariah Indonesia (BSI) adalah lembaga keuangan syariah yang menawarkan kemudahan dalam bertransaksi. Berbagai inovasi produk yang ditawarkan untuk bersaing di dunia perbankan. Produk tersebut berupa media aplikasi yang terhubung dengan jaringan internet dalam menggunakannya. Salah satu produknya yaitu aplikasi BSI Mobile dengan berbagai layanan yang disediakan dari pihak Bank Syariah Indonesia dalam bertransaksi. Aplikasi BSI Mobile menyediakan berbagai fitur dengan menggunakan hybrid contrak dalam penerapannya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hukum penggunaan hybrid contract yang digunakan oleh aplikasi BSI Mobile dalam Islam. Penelitian yang digunakan ialah jenis penelitian literatre review dengan menggunakan pendekatan normative yang dijelaskan secara deskriftif. Teknik pengumpulan data menggunakan data skunder yang diperoeh dari undang-undang, buku, jurnal, artikel ilmiah dan literatur review. Fatwa DSN-MUI telah mengatur hybrid contract yang boleh di lakukan diantaranya yaitu musyarakah mutanaqisah, al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik, dan mudharabah musytarakah, musyarakah muntahiyah bi al-tamlik. akad-akad tersebut digunakan dalam transaksi aplikasi BSI Mobile. Sehingga penerapan hybrid contract dalam aplikasi BSI mobile sah untuk dilakukan dengan memenuhi rukun dan syarat akad, serta memperhatikan batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. [Bank Syariah Indonesia (BSI) is a sharia financial institution that offers convenience in transactions. Various product innovations are offered to compete in the banking world. The product is in the form of a media application that is connected to the internet network to use it. One of its products is the BSI Mobile application with various services provided by Bank Syariah Indonesia in transactions. The BSI Mobile application provides various features by implementing a hybrid contract. Therefore this research was conducted to find out the law on the use of hybrid contracts used by the BSI Mobile application in Islam. The research used is a type of literature review research using a normative approach which is explained descriptively. Data collection techniques use secondary data obtained from laws, books, journals, scientific articles, and literature reviews. The DSNMUI fatwa has regulated hybrid contracts that may be carried out, including musyarakah mutanaqisah, al-ijarah al-muntakiyah bi al-tamlik, and mudharabah musytarakah, musyarakah lumpuriyah bi al-tamlik. these contracts are used in BSI Mobile application transactions. So that the application of hybrid contracts in the BSI mobile application is valid to be carried out by fulfilling the pillars and conditions of the contract, and taking into account the limitations set by Islamic law.]
印尼伊斯兰银行(BSI)是提供方便交易的伊斯兰金融机构。提供了在银行业竞争的产品创新。该产品是连接到互联网使用中的应用媒体。移动app产品之一就是BSI印尼伊斯兰银行提供的各种服务的交易中。BSI Mobile提供各种功能的应用程序中使用混合动力车contrak应用。因此,本研究旨在确定穆斯林移动BSI app使用混合合同的法律。研究使用的是研究类型literatre deskriftif地运用normative解释的审查。使用数据收集技术的diperoeh次要法律书籍、期刊科学和文学评论文章。Fatwa ds- mui安排了一个混合合同,其中包括mutanaqisah、al- al-tamlik、mudharabah musybah bi -tamlik。akad-akad在BSI移动应用程序交易中使用。所以移动应用程序中应用混合合同BSI合法做法实现和解和条件、阿卡德语注意伊斯兰syariat所派的界限。印尼伊斯兰银行(BSI)是一家伊斯兰金融机构,专门从事海外事务。不同广告创新offered to比赛是在《世界银行。境广告是form of a》的应用程序就是连通互联网网络媒体要用它。它的产品是《BSI的一个移动应用程序和不同服务provided by印尼伊斯兰银行在transactions。《移动应用程序provides BSI不同特征:implementing a混合合同。这就是这个research was conducted去发现法律上之用的混血儿contracts以前由伊斯兰BSI Mobile应用程序》。研究过去是a型》文学奖评论研究用a normative接近的地方,这是、讲解descriptively。收藏techniques用这数据获得来自books, journals、科学及articles,间谍活动和文学评价。有《DSNMUI教令regulated contracts that may be carried out混血儿,musyarakah在内的mutanaqisah, al-ijarah al-muntakiyah bi al-tamlik,和mudharabah musytarakah, musyarakah lumpuriyah bi al-tamlik。这些contracts是过去在BSI Mobile应用程序transactions。所以那境混合应用程序of contracts BSI有效移动应用程序是to be carried out by fulfilling柱子和条件》合同,和进入账户的应试的局限性套由伊斯兰法律。]
{"title":"Penerapan Hybrid Contract dalam Aplikasi BSI Mobile Banking (Analisis Hukum Ekonomi Syariah)","authors":"Hasni Hasni, Linda Amala Udzma","doi":"10.14421/jkii.v8i1.1347","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jkii.v8i1.1347","url":null,"abstract":"Bank Syariah Indonesia (BSI) adalah lembaga keuangan syariah yang menawarkan kemudahan dalam bertransaksi. Berbagai inovasi produk yang ditawarkan untuk bersaing di dunia perbankan. Produk tersebut berupa media aplikasi yang terhubung dengan jaringan internet dalam menggunakannya. Salah satu produknya yaitu aplikasi BSI Mobile dengan berbagai layanan yang disediakan dari pihak Bank Syariah Indonesia dalam bertransaksi. Aplikasi BSI Mobile menyediakan berbagai fitur dengan menggunakan hybrid contrak dalam penerapannya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hukum penggunaan hybrid contract yang digunakan oleh aplikasi BSI Mobile dalam Islam. Penelitian yang digunakan ialah jenis penelitian literatre review dengan menggunakan pendekatan normative yang dijelaskan secara deskriftif. Teknik pengumpulan data menggunakan data skunder yang diperoeh dari undang-undang, buku, jurnal, artikel ilmiah dan literatur review. Fatwa DSN-MUI telah mengatur hybrid contract yang boleh di lakukan diantaranya yaitu musyarakah mutanaqisah, al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik, dan mudharabah musytarakah, musyarakah muntahiyah bi al-tamlik. akad-akad tersebut digunakan dalam transaksi aplikasi BSI Mobile. Sehingga penerapan hybrid contract dalam aplikasi BSI mobile sah untuk dilakukan dengan memenuhi rukun dan syarat akad, serta memperhatikan batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.\u0000[Bank Syariah Indonesia (BSI) is a sharia financial institution that offers convenience in transactions. Various product innovations are offered to compete in the banking world. The product is in the form of a media application that is connected to the internet network to use it. One of its products is the BSI Mobile application with various services provided by Bank Syariah Indonesia in transactions. The BSI Mobile application provides various features by implementing a hybrid contract. Therefore this research was conducted to find out the law on the use of hybrid contracts used by the BSI Mobile application in Islam. The research used is a type of literature review research using a normative approach which is explained descriptively. Data collection techniques use secondary data obtained from laws, books, journals, scientific articles, and literature reviews. The DSNMUI fatwa has regulated hybrid contracts that may be carried out, including musyarakah mutanaqisah, al-ijarah al-muntakiyah bi al-tamlik, and mudharabah musytarakah, musyarakah lumpuriyah bi al-tamlik. these contracts are used in BSI Mobile application transactions. So that the application of hybrid contracts in the BSI mobile application is valid to be carried out by fulfilling the pillars and conditions of the contract, and taking into account the limitations set by Islamic law.]","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133142571","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Korean wave merupakan produk budaya sebagai dampak dari globalisasi yang disukai oleh masyarakat dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Korean wave hadir dengan berbagai produk budaya yang menarik, salah satunya adalah daya berpakaian. Masalah kemudian muncul akibat tren pakaian korea yang dianggapcenderung lebih modern dan mengaburkan nuansa berpakaian sesuai dengan norma. Terlebih lagi penggunaan hijab di kalangan remaja muslimah. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji persepsi penggunaan hijab sebagai bentuk self control terhadap Korean wave. Penulisan paper ini berupa kajian pustaka (library research) yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data berupa dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa catatan peristiwa yang sudah berlalu, gambar, tulisan, atau karya dari seseorang. Penggunaan hijab dinilai dapat menjadi self control bagi para penggemar sesuai dengan tiga aspek persepsi yaitu perilaku, kognitif, dan pengambilan keputusan. [The Korean wave is a cultural product because of globalization which is favored by the world community, and Indonesia is no exception. The Korean wave comes with a variety of interestingcultural products, one of which is the power of clothing. Problems then arise due to the trend of Korean clothing which is considered to be more modern and obscures the nuances of dressing according to the norm. Moreover, the use of hijab among Muslim youth. This article aims to examine the perception of wearing the hijab as a form of self-control towards the Korean wave. The writing of this paper is in the form of a descriptive library research. Data collection in the form of documentation referred to in this study is in the form of records of events that have passed, pictures, writings, or the workof someone. The use of the hijab is considered to be self-control for fans according to three aspects of perception, namely behavior, cognitive and decision-making.]
{"title":"Hijab sebagai Self Control terhadap Penetrasi Korean Wave","authors":"S. Surawan, Endah Mustika Pertiwi","doi":"10.14421/jkii.v8i1.1343","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jkii.v8i1.1343","url":null,"abstract":"Korean wave merupakan produk budaya sebagai dampak dari globalisasi yang disukai oleh masyarakat dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Korean wave hadir dengan berbagai produk budaya yang menarik, salah satunya adalah daya berpakaian. Masalah kemudian muncul akibat tren pakaian korea yang dianggapcenderung lebih modern dan mengaburkan nuansa berpakaian sesuai dengan norma. Terlebih lagi penggunaan hijab di kalangan remaja muslimah. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji persepsi penggunaan hijab sebagai bentuk self control terhadap Korean wave. Penulisan paper ini berupa kajian pustaka (library research) yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data berupa dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa catatan peristiwa yang sudah berlalu, gambar, tulisan, atau karya dari seseorang. Penggunaan hijab dinilai dapat menjadi self control bagi para penggemar sesuai dengan tiga aspek persepsi yaitu perilaku, kognitif, dan pengambilan keputusan.\u0000[The Korean wave is a cultural product because of globalization which is favored by the world community, and Indonesia is no exception. The Korean wave comes with a variety of interestingcultural products, one of which is the power of clothing. Problems then arise due to the trend of Korean clothing which is considered to be more modern and obscures the nuances of dressing according to the norm. Moreover, the use of hijab among Muslim youth. This article aims to examine the perception of wearing the hijab as a form of self-control towards the Korean wave. The writing of this paper is in the form of a descriptive library research. Data collection in the form of documentation referred to in this study is in the form of records of events that have passed, pictures, writings, or the workof someone. The use of the hijab is considered to be self-control for fans according to three aspects of perception, namely behavior, cognitive and decision-making.]","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129479880","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Keterlibatan perempuan dalam radikalisme-terorisme mengalami peningkatan cukup signifikan dalam satu dekade terakhir. Era media baru menjadi satu fase tersendiri bagi peningkatan ini. Media online menjadi gudang informasi baru bagi para perempuan untuk mencari asupan kajian keagamaan yang tanpa disadari bisa memuat pemahaman radikal dan gerakan ekstremis. Hal ini diakibatkan oleh supply konten bermuatan radikal yang cukup masif ditemukan di media online. Oleh karena itu, kehadiran narasi kontra-radikalisme di ruang digital sebagai ruang edukasi online kepada perempuan menjadi sangat urgent. Tulisan ini menganalisis bagaimana strategi media online Harakatuna.com dalam mengedukasi publik melalui konten-kontennya terkait perempuan dan radikalisme. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan tiga strategi framing milik Robert D. Benford, yaitu diagnosis, prognosis, dan motivasional sebagai teknis analisis data. Harakatuna.com mendiagnosis narasi perempuan dan radikalisme sebagai sumber instabilitas bangsa dan pelanggengan budaya patriarki yang rawan terhadap diskriminasi perempuan. Harakatuna.com, dalam analisis prognosisnya, mengembangkan narasi seperti keharusan menjaga keutuhan NKRI dan dorongan perempuan untuk berpartisipasi aktif menangkal radikalisme. Dalam strategi motivasionalnya, Harakatuna.com menegaskan urgensi partisipasi aktif perempuan seperti judul “Perempuan Berperan Strategis Bentengi Warga dari Radikalisme”. Artikel-artikel yang ditampilkan melalui ketiga analisis framing tersebut merupakan strategi pendidikan Harakatuna.com terhadap para audiens khususnya perempuan tentang bahaya radikalisme-terorisme. Tidak hanya itu, penguatan terhadap identitas kebangsaan dan Islam moderat untuk perempuan ditegaskan oleh Harakatuna.com melalui produksi kontennya. Dengan demikian, berdasarkan konten yang diproduksi oleh Harakatuna.com menjadi ruang edukasi perempuan secara digital agar mampu mengidentifikasi dan mengantisipasi ancaman radikalisme-terorisme. [The involvement of women in radicalism-terrorism has increased quite significantly in the last decade. Online media has become a new repository of information for women to seek intake of religious studies which unknowingly have the potential to contain radical understanding. Accordingly, the presence of counter-radicalism narratives in the digital space as a space for online education for women is important. This paper analyzes Harakatuna.com’s online media strategy in educating the public through its content related to women and radicalism. This research is qualitative with three framing strategies belonging to Robert D. Benford, namely diagnosis, prognosis, and motivation as data analysis techniques. Harakatuna.com diagnoses the narrative of women and radicalism as a source of national instability and perpetuation of patriarchy. Through prognosis analysis, Harakatuna.com develops a narrative of the necessity of protecting the integrity of Indonesia and encouraging women to participate in coun
过去十年,妇女参与激进恐怖主义的人数显著增加。新媒体时代已经成为这个增长的一个独立阶段。网络媒体成为女性寻求宗教研究的新信息宝库,而这些信息可能会无意中包含激进主义和极端主义运动。这是在网上媒体上发现的大量激进内容的结果。因此,作为一种针对女性的在线教育空间的数字空间反激进主义的存在变得非常紧迫。这篇文章分析了Harakatuna.com在线媒体的战略如何通过其与女性和激进主义的关系来教育公众。本福德的三种框架策略是定性的,即作为数据技术分析的诊断、预后和动机。Harakatuna.com诊断妇女的叙述和激进主义是一个民族不稳定和不尊重高度歧视妇女的宗权制文化的来源。为了分析她的预后,Harakatuna.com发展了这样的叙述,即必须保持NKRI的完整性,并鼓励女性积极参与反激进主义。在其激励战略中,Harakatuna.com强调了女性积极参与的紧迫性,比如“妇女在激进主义中扮演战略角色”。通过这三段框架分析展示的文章是Harakatuna.com教育的战略,让观众尤其是女性了解激进主义的危险。不仅如此,Harakatuna.com通过她的内容的生产证实了温和派的民族和伊斯兰身份。因此,根据Harakatuna.com制作的内容,妇女教育室成为数字教育室,以识别和预测激进恐怖主义威胁。过去十年,激进恐怖主义对妇女的影响尤其严重。网络媒体已经成为一种新的关于宗教研究的信息存储,不知道这种研究有潜在的激进理解。顺便说一下,在数字空间中作为在线教育女性的空间的反辐射的表现是很重要的。这篇论文分析Harakatuna.com在线媒体战略通过与女性和激进分子的关系教育公众。这一研究具有三种框架策略的资格,具有罗伯特·D·本福德(Robert D. Benford)的资格。Harakatuna.com诊断了国家稳定和永恒性的国家稳定和宗法永恒性的结果。通过分析结果,Harakatuna.com开发了一种对保护印尼诚信的必要性的曝光,让女性参与反辐射活动。在动机策略下,Harakatuna.com通过头条强调了妇女积极参与的紧迫性。这些文章是由三组分析编写的Harakatuna.com的读者教育策略,特别是妇女,关于激进恐怖主义的危险。
{"title":"Perempuan dan Radikalisme di Media Siber: Strategi Pendidikan Kontra-Radikalisme Terhadap Perempuan dalam Media Harakatuna.com","authors":"Muallifah, Haris Fatwa Dinal Maula","doi":"10.14421/jkii.v7i2.1330","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jkii.v7i2.1330","url":null,"abstract":"Keterlibatan perempuan dalam radikalisme-terorisme mengalami peningkatan cukup signifikan dalam satu dekade terakhir. Era media baru menjadi satu fase tersendiri bagi peningkatan ini. Media online menjadi gudang informasi baru bagi para perempuan untuk mencari asupan kajian keagamaan yang tanpa disadari bisa memuat pemahaman radikal dan gerakan ekstremis. Hal ini diakibatkan oleh supply konten bermuatan radikal yang cukup masif ditemukan di media online. Oleh karena itu, kehadiran narasi kontra-radikalisme di ruang digital sebagai ruang edukasi online kepada perempuan menjadi sangat urgent. Tulisan ini menganalisis bagaimana strategi media online Harakatuna.com dalam mengedukasi publik melalui konten-kontennya terkait perempuan dan radikalisme. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan tiga strategi framing milik Robert D. Benford, yaitu diagnosis, prognosis, dan motivasional sebagai teknis analisis data. Harakatuna.com mendiagnosis narasi perempuan dan radikalisme sebagai sumber instabilitas bangsa dan pelanggengan budaya patriarki yang rawan terhadap diskriminasi perempuan. Harakatuna.com, dalam analisis prognosisnya, mengembangkan narasi seperti keharusan menjaga keutuhan NKRI dan dorongan perempuan untuk berpartisipasi aktif menangkal radikalisme. Dalam strategi motivasionalnya, Harakatuna.com menegaskan urgensi partisipasi aktif perempuan seperti judul “Perempuan Berperan Strategis Bentengi Warga dari Radikalisme”. Artikel-artikel yang ditampilkan melalui ketiga analisis framing tersebut merupakan strategi pendidikan Harakatuna.com terhadap para audiens khususnya perempuan tentang bahaya radikalisme-terorisme. Tidak hanya itu, penguatan terhadap identitas kebangsaan dan Islam moderat untuk perempuan ditegaskan oleh Harakatuna.com melalui produksi kontennya. Dengan demikian, berdasarkan konten yang diproduksi oleh Harakatuna.com menjadi ruang edukasi perempuan secara digital agar mampu mengidentifikasi dan mengantisipasi ancaman radikalisme-terorisme.\u0000[The involvement of women in radicalism-terrorism has increased quite significantly in the last decade. Online media has become a new repository of information for women to seek intake of religious studies which unknowingly have the potential to contain radical understanding. Accordingly, the presence of counter-radicalism narratives in the digital space as a space for online education for women is important. This paper analyzes Harakatuna.com’s online media strategy in educating the public through its content related to women and radicalism. This research is qualitative with three framing strategies belonging to Robert D. Benford, namely diagnosis, prognosis, and motivation as data analysis techniques. Harakatuna.com diagnoses the narrative of women and radicalism as a source of national instability and perpetuation of patriarchy. Through prognosis analysis, Harakatuna.com develops a narrative of the necessity of protecting the integrity of Indonesia and encouraging women to participate in coun","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121738836","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini membahas tentang bagaimana tradisi penulisan dan pengajaran kitab kuning di lingkungan pesantren Indonesia secara umum. Ada beberapa rumusan masalah di antaranya, bagaimana otoritas dalam kitab kuning itu dibangun dan bagaimana karakteristik dari kitab pesantren tersebut. penelitian ini berfokus pada studi pustaka. Hasilnya, ada beberapa karakteristik yang penulis temukan antara lain, dilihat dari sudut pandang penggunaan bahasa Arab yakni sebagai bahasa penulisan kitab dan format penulisan kitab kuning berbentuk syarah, matan, hasyiyah, dan nukilan. Selain itu, para ulama pesantren mencoba membangun otoritas melalui penulisan kitab kuning. Otoritas tersebut tampak dengan masifnya penggunaan pedagogik dan literatur berbahasa Arab, serta kurikulum pengajarannya. Selain merujuk pada kitab-kitab yang berbahasa Arab, kitab kuning mengandung makna simbolis untuk membedakan Muslim tradisionalis dari Muslim reformis yang wawasan keislamannya berdasarkan pada pembacaan buku-buku keislaman dengan tulisan latin dan dalam bahasa Indonesia (buku putih). [This study discusses how the tradition of writing and teaching the yellow book in Indonesian Islamic boarding schools in general. There are several formulations of the problem, including how the authority in the yellow book is built and what are the characteristics of the pesantren book. This research focuses on literature study. As a result, there are several characteristics that the writer found, among others, seen from the point of view of the use of Arabic, namely as the language of writing books and the format for writing the yellow book in the form of syarah, matan, hasyiyah, and excerpts. In addition, Islamic boarding school scholars try to build authority through writing the yellow book. This authority is seen in the massive use of Arabic pedagogic and literature, as well as the teaching curriculum. In addition to referring to books in Arabic, the yellow book contains a symbolic meaning to distinguis traditionalist Muslims from reformist Muslims whose Islamic insights are based on reading Islamic books written in Latin and in Indonesian (white books).]
{"title":"Tradisi Penulisan Dan Pengajaran Kitab Pesantren: Proses Membangun Otoritas Dalam Kitab Kuning","authors":"Puput Lestari","doi":"10.14421/jkii.v7i2.1331","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jkii.v7i2.1331","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas tentang bagaimana tradisi penulisan dan pengajaran kitab kuning di lingkungan pesantren Indonesia secara umum. Ada beberapa rumusan masalah di antaranya, bagaimana otoritas dalam kitab kuning itu dibangun dan bagaimana karakteristik dari kitab pesantren tersebut. penelitian ini berfokus pada studi pustaka. Hasilnya, ada beberapa karakteristik yang penulis temukan antara lain, dilihat dari sudut pandang penggunaan bahasa Arab yakni sebagai bahasa penulisan kitab dan format penulisan kitab kuning berbentuk syarah, matan, hasyiyah, dan nukilan. Selain itu, para ulama pesantren mencoba membangun otoritas melalui penulisan kitab kuning. Otoritas tersebut tampak dengan masifnya penggunaan pedagogik dan literatur berbahasa Arab, serta kurikulum pengajarannya. Selain merujuk pada kitab-kitab yang berbahasa Arab, kitab kuning mengandung makna simbolis untuk membedakan Muslim tradisionalis dari Muslim reformis yang wawasan keislamannya berdasarkan pada pembacaan buku-buku keislaman dengan tulisan latin dan dalam bahasa Indonesia (buku putih).\u0000[This study discusses how the tradition of writing and teaching the yellow book in Indonesian Islamic boarding schools in general. There are several formulations of the problem, including how the authority in the yellow book is built and what are the characteristics of the pesantren book. This research focuses on literature study. As a result, there are several characteristics that the writer found, among others, seen from the point of view of the use of Arabic, namely as the language of writing books and the format for writing the yellow book in the form of syarah, matan, hasyiyah, and excerpts. In addition, Islamic boarding school scholars try to build authority through writing the yellow book. This authority is seen in the massive use of Arabic pedagogic and literature, as well as the teaching curriculum. In addition to referring to books in Arabic, the yellow book contains a symbolic meaning to distinguis traditionalist Muslims from reformist Muslims whose Islamic insights are based on reading Islamic books written in Latin and in Indonesian (white books).]","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126306314","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kenduri Sko can make women take the highest throne to become heirs to the traditional leadership of Pengasi Lama Village, This research uses a qualitative approach, with data collection techniques in the form of writing, or field observations. and various other data that are transformed or made in text form. The results showed that in the custom of Pengasi Lama Village, women who have been given the trust by the customary institution, women are very firm in maintaining the heirlooms that have been given, so this tradition is still preserved and sustainable until now. Historically, women can hold the highest throne in holding heirlooms, this is the result of the agreement of the previous ancestors. So that based on the analysis of local wisdom, the tradition of the transition of customary leadership in Pengasi Lama Village can be said to be a form of tradition from culture, which was left by the ancestors. [Fokus permasalahan dalam artikel ini adalah bagaimana ritual adat dalam Kenduri Sko yang dapat menjadikan perempuan mengambil tahta tertinggi menjadi pewaris kepemimpinan adat Desa Pengasi Lama, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa tulisan, atau pengamatan lapangan. dan berbagai data lainnya yang ditransformasikan atau dibuat dalam bentuk teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam adat Desa Pengasi Lama, perempuan yang telah diberi kepercayaan oleh lembaga adat maka perempuan sangat tegas menjaga dan merawat pusaka yang telah diberikan, Maka tradisi ini tetap dilestarikan dan berkelanjutan hingga sekarang. Secara historis perempuan dapat memegang tahta tertinggi dalam memegang benda pusaka hal ini hasil dari kesepakatan para leluhur. Berdasarkan analisis kearifan lokal tradisi peralihan kepemimpinan adat Desa Pengasi Lama dapat dikatakan sebagai bentuk tradisi dari kebudayaan, yang ditinggalkan oleh para leluhur.]
Kenduri Sko可以让女性登上最高的宝座,成为彭纳西喇嘛村传统领导权的继承人。本研究采用定性方法,采用书面或实地观察形式的数据收集技术。以及其他各种转换成文本形式的数据。结果表明,在彭格西喇嘛村的习俗中,妇女受到习俗机构的信任,她们非常坚定地维护被给予的传家宝,所以这个传统仍然被保存下来并持续到现在。从历史上看,女性可以持有传家宝的最高宝座,这是前人同意的结果。因此,基于对当地智慧的分析,彭格西喇嘛村的习惯领导过渡的传统可以说是一种来自文化的传统形式,是祖先留下的。[fkuus permasalahan dalam artikel ini adalah bagaimana ritual adat dalam Kenduri Sko yang dapat menjadikan perempuan meng蒙古国喇嘛,Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa tulisan, atau pengamatan lapangan]。Dan berbagai数据分析师yya Yang表示,该数据将在未来几周内发布。Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam adat Desa Pengasi Lama, perempuan yang telah diberi kepercayaan oleh lembaga adat maka perempuan sangat tegas menjaga dan merawat pusaka yang telah diberikan, maka tradisi ini tetap dilestarikan dan berkelanjutan hinga sekarang。Secara的历史是永久的,即tertinggi dalam memegang benda pusaka hal ini hasil dari kesepakatan para leluhur。[footnoter.com] [footnoter.com] [footnoter.com] [footnoter.com] [footnoter.com] [footnoter.com]
{"title":"Kenduri Sko : Women As Leadership Heritages In The Tradition Of The Pengasi Lama Village Bukit Kerman District, Kerinci Regency","authors":"M. Putra","doi":"10.14421/jkii.v7i2.1315","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jkii.v7i2.1315","url":null,"abstract":"Kenduri Sko can make women take the highest throne to become heirs to the traditional leadership of Pengasi Lama Village, This research uses a qualitative approach, with data collection techniques in the form of writing, or field observations. and various other data that are transformed or made in text form. The results showed that in the custom of Pengasi Lama Village, women who have been given the trust by the customary institution, women are very firm in maintaining the heirlooms that have been given, so this tradition is still preserved and sustainable until now. Historically, women can hold the highest throne in holding heirlooms, this is the result of the agreement of the previous ancestors. So that based on the analysis of local wisdom, the tradition of the transition of customary leadership in Pengasi Lama Village can be said to be a form of tradition from culture, which was left by the ancestors.\u0000[Fokus permasalahan dalam artikel ini adalah bagaimana ritual adat dalam Kenduri Sko yang dapat menjadikan perempuan mengambil tahta tertinggi menjadi pewaris kepemimpinan adat Desa Pengasi Lama, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa tulisan, atau pengamatan lapangan. dan berbagai data lainnya yang ditransformasikan atau dibuat dalam bentuk teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam adat Desa Pengasi Lama, perempuan yang telah diberi kepercayaan oleh lembaga adat maka perempuan sangat tegas menjaga dan merawat pusaka yang telah diberikan, Maka tradisi ini tetap dilestarikan dan berkelanjutan hingga sekarang. Secara historis perempuan dapat memegang tahta tertinggi dalam memegang benda pusaka hal ini hasil dari kesepakatan para leluhur. Berdasarkan analisis kearifan lokal tradisi peralihan kepemimpinan adat Desa Pengasi Lama dapat dikatakan sebagai bentuk tradisi dari kebudayaan, yang ditinggalkan oleh para leluhur.]","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"180 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121409592","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
W. Wahyuni, Mukhammad Hubbab Nauval, Nanda Saputra, Panji Isa Bangsawan
Penyandang disabilitas masih seringkali mendapatkan perlakuan yang diskriminatif. Tidak sedikit dari mereka juga mengalami hambatan dalam mengakses layanan publik seperti akses pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Kaitannya dengan hal ini, kekurangberpihakan terhadap penyandang disabilitas juga perlu menjadi perhatian agama. Ketidakmampuan untuk menjangkau pesan fundamental dari al-Qur’an kaitannya dengan isu etika ini membuat sebagian orang cenderung bersikap apatis terhadap penyandang disabilitas. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap maqashid di balik ayat-ayat yang berkaitan dengan etika terhadap penyandang disabilitas. Menggunakan pendekatan tafsir maqashidi penulis menemukan bahwa al-Qur’an sebenarnya telah berusaha menghilangkan sekat-sekat sosial yang muncul akibat fenomena ini. Beberapa maqashid dan nilai fundamental al-Qur’an yang penulis dapat refleksikan dan temukan dalam penelitian ini diantaranya adalah aspek hifdz ad-din, hifdz an-nafs, hifdz, al-‘aql, nilai kemanusiaan, kesetaraan, keadilan dan tanggung jawab. Dari penafsiran ayat-ayat berkaitan dengan disabilitas serta dengan mempertimbangkan maqashid-maqashid yang telah ditemukan, penulis menyimpulkan ada tiga aspek etis yang perlu diperhatikan, yakni pengakuan dan penerimaan terhadap eksistensi penyandang disabilitas, komitmen inklusif disabilitas dan penyediaan layanan aksesiblitas bagi penyandang disabilitas. [Persons with disabilities still often receive discriminatory treatment. Not a few of them also experience obstacles in accessing public services such as access to education, health and employment. In relation to this, the lack of partiality towards persons with disabilities also needs to be a concern of religion. The inability to reach the fundamental messages of the Koran in relation to ethical issues makes some people tend to be apathetic towards persons with disabilities. This article aims to reveal the maqashid behind the verses related to ethics towards persons with disabilities. Using the maqashidi interpretation approach, the author finds that the Qur'an has actually tried to remove the social barriers that arise as a result of this phenomenon. Some of the maqashid and fundamental values of the Qur'an that the author can reflect on and find in this research include aspects of hifdz ad-din, hifdz an-nafs, hifdz, al-'aql, human values, equality, justice and responsibility. From the interpretation of verses related to disability and by considering the maqashid that have been found, the authors conclude that there are three ethical aspects that need attention, namely recognition and acceptance of the existence of persons with disabilities, commitment to disability inclusion and provision of accessibility services for persons with disabilities.]
残疾人士经常受到歧视性治疗。其中许多人还在接受教育、卫生和就业等公共服务方面遇到了障碍。鉴于这一点,残疾也需要宗教关注。由于无法接触到有关这一伦理问题的基本信息,一些人可能会对残疾感兴趣。本文旨在揭示背后的maqashid对残疾的持有者与伦理有关的经文。用tafsir maqashidi的方法发现古兰经实际上试图消除这种现象所产生的社会障碍。一些maqashid和古兰经的基本价值,作者可以在这项研究中反思和发现,其中包括hifdz addin, hifdz - nes, hifdz, al- al- aql,人类、平等、正义和责任的价值。经文的解释与残疾有关的考虑和maqashid-maqashid出土的,作者得出结论,有三个方面需要注意,即认可和接受的道德对残疾身心障碍的存在,包容性残疾和残疾的持有者提供aksesiblitas服务的承诺。[德巴卡with障碍仍然经常我们discriminatory治疗。不是a few of他们也体验obstacles》和查公共服务这样的美国访问到教育、卫生和就业。相对于此,disabilities的市政人员不应关心宗教。messages基本inability to reach The》报纸在关系到让有些人tend to be apathetic方面的问题向德巴卡和障碍。这篇文章揭示了隐藏在边缘的相对主义人物的行为。使用maqashidi解释的方法,author发现古兰经实际上是试图消除这种现象所代表的社会障碍。在这个研究中,author可以对hifdz addin, hifdz - ness, hifdz, al- aql,人类价值,正义和责任。从verses相关之解释到请访问和对考虑到《authors maqashid那个已被找到,conclude那有三个方面的aspects这种需要注意,namely识别and acceptance of德巴卡之存在与残疾人,残疾inclusion and provision of commitment to accessibility services for德巴卡with障碍。]
{"title":"Etika Terhadap Penyandang Disabilitas Perspektif Tafsir Maqashidi","authors":"W. Wahyuni, Mukhammad Hubbab Nauval, Nanda Saputra, Panji Isa Bangsawan","doi":"10.14421/jkii.v7i2.1329","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jkii.v7i2.1329","url":null,"abstract":"Penyandang disabilitas masih seringkali mendapatkan perlakuan yang diskriminatif. Tidak sedikit dari mereka juga mengalami hambatan dalam mengakses layanan publik seperti akses pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Kaitannya dengan hal ini, kekurangberpihakan terhadap penyandang disabilitas juga perlu menjadi perhatian agama. Ketidakmampuan untuk menjangkau pesan fundamental dari al-Qur’an kaitannya dengan isu etika ini membuat sebagian orang cenderung bersikap apatis terhadap penyandang disabilitas. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap maqashid di balik ayat-ayat yang berkaitan dengan etika terhadap penyandang disabilitas. Menggunakan pendekatan tafsir maqashidi penulis menemukan bahwa al-Qur’an sebenarnya telah berusaha menghilangkan sekat-sekat sosial yang muncul akibat fenomena ini. Beberapa maqashid dan nilai fundamental al-Qur’an yang penulis dapat refleksikan dan temukan dalam penelitian ini diantaranya adalah aspek hifdz ad-din, hifdz an-nafs, hifdz, al-‘aql, nilai kemanusiaan, kesetaraan, keadilan dan tanggung jawab. Dari penafsiran ayat-ayat berkaitan dengan disabilitas serta dengan mempertimbangkan maqashid-maqashid yang telah ditemukan, penulis menyimpulkan ada tiga aspek etis yang perlu diperhatikan, yakni pengakuan dan penerimaan terhadap eksistensi penyandang disabilitas, komitmen inklusif disabilitas dan penyediaan layanan aksesiblitas bagi penyandang disabilitas.\u0000[Persons with disabilities still often receive discriminatory treatment. Not a few of them also experience obstacles in accessing public services such as access to education, health and employment. In relation to this, the lack of partiality towards persons with disabilities also needs to be a concern of religion. The inability to reach the fundamental messages of the Koran in relation to ethical issues makes some people tend to be apathetic towards persons with disabilities. This article aims to reveal the maqashid behind the verses related to ethics towards persons with disabilities. Using the maqashidi interpretation approach, the author finds that the Qur'an has actually tried to remove the social barriers that arise as a result of this phenomenon. Some of the maqashid and fundamental values of the Qur'an that the author can reflect on and find in this research include aspects of hifdz ad-din, hifdz an-nafs, hifdz, al-'aql, human values, equality, justice and responsibility. From the interpretation of verses related to disability and by considering the maqashid that have been found, the authors conclude that there are three ethical aspects that need attention, namely recognition and acceptance of the existence of persons with disabilities, commitment to disability inclusion and provision of accessibility services for persons with disabilities.]","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"181 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115549328","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Poligami menjadi salah satu bentuk perkawinan dalam Islam yang masih diperdebatkan. Terdapat coach Hafidin yang berpendapat bahwa poligami merupakan syari’at Islam yang harus dilakukan. Coach Hafidin ini melakukan kampanye poligami melalui media-media digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih lanjut tentang kampanye poligami coach Hafidin melalui Hermeneutika Amina Wadud. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teori hermeneutika feminis Amina Wadud. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) coach Hafidin melakukan kampanye poligami melalui media-media digital dan seminar poligami berbayar 2) coach Hafidin menggunakan Qs. An-Nisa’:129 dan Qs. Al-Baqarah: 208 sebagai dasar pemikiran kampanye poligami, 3) pengkajian pemikiran poligami coach Hafidin melalui hermeneutika feminis Amina Wadud menunjukkan bahwa penafsiran ayat hanya sepotong melalui pandangan patriarki, kampanye poligami ini mengarah pada dominasi budaya patriarki dan kapitalisme. [Poligamy is a form of marriage Islam which is still being debated. There is coach Hafidin who believes that polygamy is an Islamic law that must be practiced. Coach Hafidin is conducting a polygamy campaign through digital media. This study aims to study further about coach Hafidin’s polygamy campaign through Amina Wadud’s Hermeneutics. This research uses descriptive qualitative method and feminist hermeneutic theory Amina Wadud. The results of this study indicate that 1) coach Hafidin conducts polygamy campaigns through digital media and paid polygamy seminars, 2) coach Hafidin uses Qs. An-Nisa’: 129 and Qs. Al-Baqarah: 208 as the rationale for the polygamy campaign, 3) the study of coach Hafidin’s polygamy thoughts through feminist hermeneutics Amina Wadud shows that the interpretation of the verse is only a piece through a patriarchal view, this polygamy campaign leads to the dominance of patriarchal culture and capitalism.]
{"title":"Kampanye Poligami Coach Hafidin dalam Perspektif Feminisme","authors":"Qorir Yunia Sari Qorir Yunia Sari","doi":"10.14421/jkii.v7i2.1316","DOIUrl":"https://doi.org/10.14421/jkii.v7i2.1316","url":null,"abstract":"Poligami menjadi salah satu bentuk perkawinan dalam Islam yang masih diperdebatkan. Terdapat coach Hafidin yang berpendapat bahwa poligami merupakan syari’at Islam yang harus dilakukan. Coach Hafidin ini melakukan kampanye poligami melalui media-media digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih lanjut tentang kampanye poligami coach Hafidin melalui Hermeneutika Amina Wadud. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teori hermeneutika feminis Amina Wadud. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) coach Hafidin melakukan kampanye poligami melalui media-media digital dan seminar poligami berbayar 2) coach Hafidin menggunakan Qs. An-Nisa’:129 dan Qs. Al-Baqarah: 208 sebagai dasar pemikiran kampanye poligami, 3) pengkajian pemikiran poligami coach Hafidin melalui hermeneutika feminis Amina Wadud menunjukkan bahwa penafsiran ayat hanya sepotong melalui pandangan patriarki, kampanye poligami ini mengarah pada dominasi budaya patriarki dan kapitalisme.\u0000[Poligamy is a form of marriage Islam which is still being debated. There is coach Hafidin who believes that polygamy is an Islamic law that must be practiced. Coach Hafidin is conducting a polygamy campaign through digital media. This study aims to study further about coach Hafidin’s polygamy campaign through Amina Wadud’s Hermeneutics. This research uses descriptive qualitative method and feminist hermeneutic theory Amina Wadud. The results of this study indicate that 1) coach Hafidin conducts polygamy campaigns through digital media and paid polygamy seminars, 2) coach Hafidin uses Qs. An-Nisa’: 129 and Qs. Al-Baqarah: 208 as the rationale for the polygamy campaign, 3) the study of coach Hafidin’s polygamy thoughts through feminist hermeneutics Amina Wadud shows that the interpretation of the verse is only a piece through a patriarchal view, this polygamy campaign leads to the dominance of patriarchal culture and capitalism.]\u0000 ","PeriodicalId":435834,"journal":{"name":"Jurnal Kajian Islam Interdisipliner","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125700703","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}