Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v17i2.29846
Tiarana Brilyanita, Nunik Sri Ariyanti, Nina Ratna Djuita
AbstrakMorfologi serbuk sari dapat dipakai untuk identifikasi tumbuhan, sumber bukti taksonomi, dan diterapkan dalam banyak disiplin ilmu. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan ciri morfologi serbuk sari yang berasal dari tumbuhan legum. Sampel serbuk sari diperoleh dari bunga yang dikoleksi di area kampus. Koleksi bunga dilakukan dengan metode jelajah di kawasan kampus IPB, Dramaga. Sampel serbuk sari yang akan diamati dibuat dengan metode asetolisis. Pengukuran morfologi polen dihitung berdasarkan sumbu polar dan ekuatorial dalam skala mikrometer. Ciri morfologi serbuk sari yang diteliti meliputi bentuk, unit serbuk sari, tipe aperture, ukuran, indeks P/E, dan ornamentasi eksin. Serbuk sari diamati dengan mikroskop majemuk Olympus (CX-33) yang dilengkapi kamera indomikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk serbuk sari pada legum ada dua macam yaitu circular dan circular oval. Ukuran serbuk sari beragam dari sangat kecil sampai sangat besar. Serbuk sari memiliki indeks P/E > 1,00. Tipe aperture meliputi monoporate, triporate, tetraporate, tricolpate, dan tricolporate. Ornamentasi eksin yang dijumpai berupa scabrate, reticulate, dan psilate. Serbuk sari yang diamati pada penelitian ini menggambarkan morfologi yang khas sehingga dapat dijadikan karakter tambahan dalam mengidentifikasi tumbuhan legum.AbstractPollen morphology can be usefull for plant identification, sources of taxonomic evidence, and apply in many disciplines. This study aimed to describe the morphological characteristics of pollen from legume plants. Pollen samples were obtained from flowers collected in the campus area. The collection of flowers was carried out using the roaming method in the area of the IPB campus, Dramaga. The pollen sample to be observed was made by the acetolysis method. Pollen morphology measurements were calculated based on the polar and equatorial axes on the micrometer scale. The morphological characteristics of the pollen studied included pollen shape, pollen unit, aperture type, size, P/E index, and exine ornamentation. Pollen grains were observed with an Olympus compound microscope (CX-33) equipped with an indomicro camera. The results showed that there are two forms of pollen grains, namely circular and circular oval. Pollen sizes vary from very small to very large. Pollen has a P/E index > 1.00. The aperture types include monoporate, triporate, tetraporate, tricolpate, and tricolporate. The exine ornamentation found is scabrate, reticulate, and psilate. The pollen observed in this study shows a distinctive morphology so that it can be used as an additional character in identifying legume plant.
摘要豆类植物形态学可用于确定豆类植物的特征、产量和质量,并可提高豆类植物的多样性。该项目旨在从豆科植物中获取更多的植物形态学信息。这些植物在校园内的种植园中生长。在 Dramaga 的 IPB 校区内,以 "唤醒 "的方式来管理校园。通过etolisis测量方法,可对狩猎者的身体进行测量。通过测力计测量极地和赤道的形态。测量仪的测量范围包括仪器、测量单位、孔径、测量值、市盈率和装饰物。奥林巴斯相机(CX-33)可用于独立相机。我们的研究表明,在这种仪器上可以安装圆形和椭圆形的摄像头。椭圆形的椭圆形的椭圆形的椭圆形的椭圆形的椭圆形的椭圆形的椭圆形的椭圆形的椭圆形的椭圆形的该系统的市盈率大于 1,00。孔径可分为单硼酸盐、三硼酸盐、四硼酸盐、三硼酸盐和三硼酸盐。鳞片状、网状和锯齿状装饰。AbstractPollen morphology can be usefull for plant identification, sources of taxonomic evidence, and apply in many disciplines.摘要花粉形态学可用于植物鉴定、分类证据来源,并应用于许多学科。本研究旨在描述豆科植物花粉的形态特征。花粉样本取自校园内采集的花朵。花粉样本的采集采用漫游法,在德拉玛加国际植物园校园内进行。待观察的花粉样本采用乙醇溶解法制作。花粉形态的测量是根据极轴和赤道轴在微米尺度上进行计算的。研究的花粉形态特征包括花粉形状、花粉单位、孔径类型、大小、P/E 指数和外皮装饰。花粉粒的观察使用的是奥林巴斯复合显微镜(CX-33),该显微镜配备了indomicro照相机。结果表明,花粉粒有两种形式,即圆形和圆形椭圆形。花粉的大小从非常小到非常大不等。花粉的 P/E 指数大于 1.00。开孔类型包括单孔、三孔、四孔、三多孔和三多孔。外皮装饰有粗糙、网状和锯齿状。本研究中观察到的花粉具有独特的形态,因此可以作为识别豆科植物的另一个特征。
{"title":"Keragaman Serbuk Sari Pada Tumbuhan Legum di Kampus IPB, Dramaga, Bogor","authors":"Tiarana Brilyanita, Nunik Sri Ariyanti, Nina Ratna Djuita","doi":"10.15408/kauniyah.v17i2.29846","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i2.29846","url":null,"abstract":"AbstrakMorfologi serbuk sari dapat dipakai untuk identifikasi tumbuhan, sumber bukti taksonomi, dan diterapkan dalam banyak disiplin ilmu. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan ciri morfologi serbuk sari yang berasal dari tumbuhan legum. Sampel serbuk sari diperoleh dari bunga yang dikoleksi di area kampus. Koleksi bunga dilakukan dengan metode jelajah di kawasan kampus IPB, Dramaga. Sampel serbuk sari yang akan diamati dibuat dengan metode asetolisis. Pengukuran morfologi polen dihitung berdasarkan sumbu polar dan ekuatorial dalam skala mikrometer. Ciri morfologi serbuk sari yang diteliti meliputi bentuk, unit serbuk sari, tipe aperture, ukuran, indeks P/E, dan ornamentasi eksin. Serbuk sari diamati dengan mikroskop majemuk Olympus (CX-33) yang dilengkapi kamera indomikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk serbuk sari pada legum ada dua macam yaitu circular dan circular oval. Ukuran serbuk sari beragam dari sangat kecil sampai sangat besar. Serbuk sari memiliki indeks P/E > 1,00. Tipe aperture meliputi monoporate, triporate, tetraporate, tricolpate, dan tricolporate. Ornamentasi eksin yang dijumpai berupa scabrate, reticulate, dan psilate. Serbuk sari yang diamati pada penelitian ini menggambarkan morfologi yang khas sehingga dapat dijadikan karakter tambahan dalam mengidentifikasi tumbuhan legum.AbstractPollen morphology can be usefull for plant identification, sources of taxonomic evidence, and apply in many disciplines. This study aimed to describe the morphological characteristics of pollen from legume plants. Pollen samples were obtained from flowers collected in the campus area. The collection of flowers was carried out using the roaming method in the area of the IPB campus, Dramaga. The pollen sample to be observed was made by the acetolysis method. Pollen morphology measurements were calculated based on the polar and equatorial axes on the micrometer scale. The morphological characteristics of the pollen studied included pollen shape, pollen unit, aperture type, size, P/E index, and exine ornamentation. Pollen grains were observed with an Olympus compound microscope (CX-33) equipped with an indomicro camera. The results showed that there are two forms of pollen grains, namely circular and circular oval. Pollen sizes vary from very small to very large. Pollen has a P/E index > 1.00. The aperture types include monoporate, triporate, tetraporate, tricolpate, and tricolporate. The exine ornamentation found is scabrate, reticulate, and psilate. The pollen observed in this study shows a distinctive morphology so that it can be used as an additional character in identifying legume plant. ","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141015831","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v17i2.32788
Niken Subekti, Citra Anisah Zahra, Anita Fadhila
AbstractAn open environment with drainage and lush green grass around the hotel allows mosquitoes to breed. Mosquitoes from the genus Culex are one of the vectors for transmitting arboviruses and filariasis. Temephos is an active ingredient often used to control Culex quinquefasciatus and considered as environmental pollution. Therefore, it is necessary to develop environmentally friendly larvicides, such as the Bacillus thuringiensis biolarvicide. Many studies were conducted to control Aedes aegypti mosquito larvae using these microbial agents, but very little for controlling Cx. quinquefasciatus mosquito larvae. This study aims to compare the effectiveness of temephos and B. thuringiensis biolarvicides. Cx. quinquefasciatus larvae were divided into the insect sample group with temephos and the B. thuringiensis biolarvicide group at concentrations of 0.01, 0.02, and 0.03 mg/L. The number of dead larvae was calculated at 1, 2, 3, 4, 5, 6, and 24 hours. Data analysis was performed using probit analysis of lethal time (LT50 and LT90). From statistical analysis, B. thuringiensis as larvicides showed 100% mortality of mosquito larvae. B. thuringiensis biolarvicide can be used as a substitute for chemical larvicide since it is proven effective in killing Cx. quinquefasciatus mosquito larvae in 24 hours and is environmentally friendly.AbstrakLingkungan terbuka dengan sistem pembuangan dan rumput yang hijau di sekitar hotel memungkinkan nyamuk berkembang biak. Nyamuk dari genus Culex adalah salah satu vektor yang mengirimkan arbovirus dan filariasis. Temephos adalah bahan aktif yang sering digunakan untuk mengendalikan Culex quinquefasciatus dan dianggap mencemari lingkungan. Oleh karena itu, perlu untuk mengembangkan larvasida yang ramah lingkungan, seperti Bacillus thuringiensis biolarvasida. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengendalikan larva nyamuk Aedes aegypti menggunakan agen mikroba ini, tetapi sangat sedikit untuk mengendalikan larva nyamuk Cx. quinquefasciatus. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas temephos dan B. thuringiensis biolarvasida. Larva Cx. quinquefasciatus dibagi menjadi kelompok sampel serangga dengan temephos dan kelompok B. thuringiensis biolarvasida pada konsentrasi 0,01, 0,02, dan 0,03 mg/L. Jumlah larva yang mati dihitung pada 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 24 jam. Analisis data dilakukan analisis waktu letal probit (LT50 dan LT90). Analisis statistik, B. thuringiensis sebagai larvasida menunjukkan 100% kematian larva nyamuk. B. thuringiensis biolarvasida dapat digunakan sebagai pengganti larvasida kimia karena terbukti efektif dalam membunuh larva nyamuk Cx. quinquefasciatus dalam waktu 24 jam dan ramah lingkungan.
{"title":"Efficacy of Bacillus thuringiensis Biolarvicide and Temephos Synthetic Larvicides on Culex quinquefasciatus Larvae","authors":"Niken Subekti, Citra Anisah Zahra, Anita Fadhila","doi":"10.15408/kauniyah.v17i2.32788","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i2.32788","url":null,"abstract":"AbstractAn open environment with drainage and lush green grass around the hotel allows mosquitoes to breed. Mosquitoes from the genus Culex are one of the vectors for transmitting arboviruses and filariasis. Temephos is an active ingredient often used to control Culex quinquefasciatus and considered as environmental pollution. Therefore, it is necessary to develop environmentally friendly larvicides, such as the Bacillus thuringiensis biolarvicide. Many studies were conducted to control Aedes aegypti mosquito larvae using these microbial agents, but very little for controlling Cx. quinquefasciatus mosquito larvae. This study aims to compare the effectiveness of temephos and B. thuringiensis biolarvicides. Cx. quinquefasciatus larvae were divided into the insect sample group with temephos and the B. thuringiensis biolarvicide group at concentrations of 0.01, 0.02, and 0.03 mg/L. The number of dead larvae was calculated at 1, 2, 3, 4, 5, 6, and 24 hours. Data analysis was performed using probit analysis of lethal time (LT50 and LT90). From statistical analysis, B. thuringiensis as larvicides showed 100% mortality of mosquito larvae. B. thuringiensis biolarvicide can be used as a substitute for chemical larvicide since it is proven effective in killing Cx. quinquefasciatus mosquito larvae in 24 hours and is environmentally friendly.AbstrakLingkungan terbuka dengan sistem pembuangan dan rumput yang hijau di sekitar hotel memungkinkan nyamuk berkembang biak. Nyamuk dari genus Culex adalah salah satu vektor yang mengirimkan arbovirus dan filariasis. Temephos adalah bahan aktif yang sering digunakan untuk mengendalikan Culex quinquefasciatus dan dianggap mencemari lingkungan. Oleh karena itu, perlu untuk mengembangkan larvasida yang ramah lingkungan, seperti Bacillus thuringiensis biolarvasida. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengendalikan larva nyamuk Aedes aegypti menggunakan agen mikroba ini, tetapi sangat sedikit untuk mengendalikan larva nyamuk Cx. quinquefasciatus. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas temephos dan B. thuringiensis biolarvasida. Larva Cx. quinquefasciatus dibagi menjadi kelompok sampel serangga dengan temephos dan kelompok B. thuringiensis biolarvasida pada konsentrasi 0,01, 0,02, dan 0,03 mg/L. Jumlah larva yang mati dihitung pada 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 24 jam. Analisis data dilakukan analisis waktu letal probit (LT50 dan LT90). Analisis statistik, B. thuringiensis sebagai larvasida menunjukkan 100% kematian larva nyamuk. B. thuringiensis biolarvasida dapat digunakan sebagai pengganti larvasida kimia karena terbukti efektif dalam membunuh larva nyamuk Cx. quinquefasciatus dalam waktu 24 jam dan ramah lingkungan.","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141017185","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-18DOI: 10.15408/kauniyah.v17i1.29651
Nurul Oktaviani, Winda Dwi Kartika, Tia Wulandari, Fitriya Shalehati
AbstrakUdang mantis (Harpiosquilla raphidea) memiliki karakter morfologi yang berbeda dengan jenis udang lainnya. Selain itu H. raphidea dikenal sebagai hewan air yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, khususnya di kawasan mangrove Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Pemanfaatan H. raphidea secara ekonomis dianggap perlu diselaraskan dengan kajian morfologi, khususnya yang terkait dengan hubungan panjang dan berat untuk mendukung nilai jual. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis morfologi dan pola pertumbuhan H. raphidea. Sampel dikoleksi dari perairan mangrove Pangkal Babu Desa Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat. Analisis morfologi menunjukkan bahwa H. raphidea memiliki ciri khas yaitu adanya maksiliped (lengan predator) bercakar tajam dan tidak terdapat perbedaan morfologi antara individu jantan dan betina. H. raphidea yang paling banyak dikoleksi berukuran 168–203mm. Pola pertumbuhan H. raphidea adalah alometrik negatif yang artinya pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan beratnya baik untuk individu jantan maupun betina. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan panjang dan berat H. raphidea dari Perairan Pangkal Babu Tanjung Jabung Barat menunjukkan pola pertumbuhan yang sejalan dengan H. raphidea dari kawasan perairan lainnya di Indonesia.AbstractMantis shrimp (Harpiosquilla raphidea) has morphological characteristics that are different from other types of shrimp. Apart from that, H. raphidea is known as an aquatic animal that has high economic value, especially in the West Tanjung Jabung mangrove area, Jambi Province. The economic use of H. raphidea is considered to need to be harmonized with morphological studies, especially those related to the relationship between length and weight to support selling value. This study aims to analyze the morphology and growth patterns of H. raphidea. Samples were collected from the mangrove waters of Pangkal Babu, Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat Village. Morphological analysis shows that H. raphidea has distinctive characteristics, namely the presence of maxilipeds (predatory arms) with sharp claws and there are no morphological differences between male and female individuals. The most commonly collected H. raphidea measures 168–203mm. The growth pattern of H. raphidea is negative allometric, which means that the increase in length is faster than the increase in weight for both male and female individuals. So it can be concluded that the relationship between length and weight of H. raphidea from the Pangkal Babu waters of West Tanjung Jabung shows a growth pattern that is in line with H. raphidea from other water areas in Indonesia.
摘要曼氏对虾(Harpiosquilla raphidea)与其他对虾物种具有不同的形态特征。此外,H. raphidea 是众所周知的水生动物,具有很高的经济价值,尤其是在占碑省西丹戎遮榜的红树林地区。H. raphidea的经济用途必须与形态学研究相一致,特别是与长度和重量关系相关的研究,以支持其销售价值。本研究旨在分析 H. raphidea 的形态和生长模式。样本采集自丹戎惹邦巴拉特省 Tungkal 1 村 Pangkal Babu 的红树林水域。形态分析表明,H. raphidea 的特征是有尖爪上肢(捕食臂),雌雄个体之间没有形态差异。采集到的最多的 H. raphidea 体长为 168-203 毫米。H.raphidea的生长模式为负异速生长,即雌雄个体的体长增长速度均快于体重增长速度。因此,可以得出结论:西丹戎雅榜邦卡勒巴布水域的 H. raphidea 的体长和体重关系显示出与印度尼西亚其他水域的 H. raphidea 生长模式一致。 摘要曼氏对虾(Harpiosquilla raphidea)具有不同于其他种类对虾的形态特征。此外,H. raphidea 被认为是一种具有很高经济价值的水生动物,尤其是在占碑省的西丹戎加榜红树林地区。人们认为,H. raphidea 的经济用途需要与形态学研究相协调,特别是与长度和重量之间的关系相关的研究,以支持其销售价值。本研究旨在分析 H. raphidea 的形态和生长模式。样本采集自 Pangkal Babu、Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat 村的红树林水域。形态学分析表明,H. raphidea具有与众不同的特征,即具有带锋利爪子的捕食臂(maxilipeds),而且雌雄个体之间没有形态差异。最常采集到的 H. raphidea 体长为 168-203 毫米。H. raphidea 的生长模式为负异速生长,即雌雄个体的体长增长速度均快于体重增长速度。因此可以得出结论:西丹戎雅榜邦卡勒巴布水域的虹鳟鱼体长与体重之间的关系显示出与印度尼西亚其他水域的虹鳟鱼一致的生长模式。
{"title":"Kajian Morfologi dan Hubungan Panjang Dengan Berat Udang Mantis, Harpiosquilla raphidea (Fabricius, 1798)","authors":"Nurul Oktaviani, Winda Dwi Kartika, Tia Wulandari, Fitriya Shalehati","doi":"10.15408/kauniyah.v17i1.29651","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i1.29651","url":null,"abstract":"AbstrakUdang mantis (Harpiosquilla raphidea) memiliki karakter morfologi yang berbeda dengan jenis udang lainnya. Selain itu H. raphidea dikenal sebagai hewan air yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, khususnya di kawasan mangrove Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Pemanfaatan H. raphidea secara ekonomis dianggap perlu diselaraskan dengan kajian morfologi, khususnya yang terkait dengan hubungan panjang dan berat untuk mendukung nilai jual. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis morfologi dan pola pertumbuhan H. raphidea. Sampel dikoleksi dari perairan mangrove Pangkal Babu Desa Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat. Analisis morfologi menunjukkan bahwa H. raphidea memiliki ciri khas yaitu adanya maksiliped (lengan predator) bercakar tajam dan tidak terdapat perbedaan morfologi antara individu jantan dan betina. H. raphidea yang paling banyak dikoleksi berukuran 168–203mm. Pola pertumbuhan H. raphidea adalah alometrik negatif yang artinya pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan beratnya baik untuk individu jantan maupun betina. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan panjang dan berat H. raphidea dari Perairan Pangkal Babu Tanjung Jabung Barat menunjukkan pola pertumbuhan yang sejalan dengan H. raphidea dari kawasan perairan lainnya di Indonesia.AbstractMantis shrimp (Harpiosquilla raphidea) has morphological characteristics that are different from other types of shrimp. Apart from that, H. raphidea is known as an aquatic animal that has high economic value, especially in the West Tanjung Jabung mangrove area, Jambi Province. The economic use of H. raphidea is considered to need to be harmonized with morphological studies, especially those related to the relationship between length and weight to support selling value. This study aims to analyze the morphology and growth patterns of H. raphidea. Samples were collected from the mangrove waters of Pangkal Babu, Tungkal 1 Tanjung Jabung Barat Village. Morphological analysis shows that H. raphidea has distinctive characteristics, namely the presence of maxilipeds (predatory arms) with sharp claws and there are no morphological differences between male and female individuals. The most commonly collected H. raphidea measures 168–203mm. The growth pattern of H. raphidea is negative allometric, which means that the increase in length is faster than the increase in weight for both male and female individuals. So it can be concluded that the relationship between length and weight of H. raphidea from the Pangkal Babu waters of West Tanjung Jabung shows a growth pattern that is in line with H. raphidea from other water areas in Indonesia.","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139173924","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstrakPenggunaan pupuk anorganik dalam budi daya tanaman yang berlebihan dapat mengakibat kerusakan lingkungan. Pemberian Pupuk Organik Granul (POG) diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sekaligus meningkatkan produksi padi Galur Mukti Padi (GMP) 04. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi penggunaan POG dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi padi GMP 04, dan memperoleh dosis POG yang dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) split plot dua faktor. Faktor pertama dosis POG (0, 70, dan 140 g/m2) dan faktor kedua dosis pupuk anorganik (0, 25, 50, dan 100% dari dosis rekomendasi). Data dianalisis dengan uji ANOVA menggunakan aplikasi SAS. Hasil menunjukkan pemberian POG dosis 70 g/m2 dan 140 g/m2 berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi GMP 04 (P <0,05). Perlakuan POG 140 g/m2 menghasilkan persentase gabah isi tertinggi. Kombinasi antara POG dan pupuk anorganik berpengaruh nyata pada parameter jumlah gabah isi/malai, bobot kering/rumpun dan bobot 500 bulir/rumpun (P <0,05). Perlakuan POG 70 g/m2+pupuk anorganik 100% menghasilkan jumlah gabah isi/malai, bobot kering/rumpun, dan bobot 500 bulir/rumpun yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Penambahan POG belum mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik, namun dapat memaksimalkan pertumbuhan dan produksi padi GMP 04 pada dosis 70 g/m2.AbstractExcessive use of inorganic fertilizers in plant cultivation can result in environmental damage. The provision of Granulated Organic Fertilizer (POG) is expected to reduce the use of inorganic fertilizer while increasing production of Mukti Padi (GMP) 04 rice strains. The research aims to determine the effect of the combination of using POG and inorganic fertilizer on the growth and production of GMP 04 rice, and to obtain the correct dose of POG. can reduce the use of inorganic fertilizers. The research used a split plot randomized block design (RAK) with two factors. The first factor is the dose of POG (0, 70, and 140 g/m2) and the second factor is the dose of inorganic fertilizer (0, 25, 50, and 100 of the recommended dose). Data were analyzed using the ANOVA test using the SAS application. The results showed that giving POG doses of 70 g/m2 and 140 g/m2 had an effect on the growth and production of GMP 04 rice (P<0.05). Treatment G2 (140 g/m2) produced the highest percentage of filled grain. The combination of POG and inorganic fertilizer had a significant effect on the parameters of number of filled grains/panicle, dry weight/clump and weight of 500 grains/clump (P<0.05). The G1A3 treatment (70 g/m2, 100%) produced a higher number of filled grains/panicles, dry weight/clump, and weight of 500 grains/clump than other treatments. The addition of POG has not been able to reduce the use of inorganic fertilizer, but it can maximize the growth and production of GMP 04 rice at a dose of 70 g/m2.
{"title":"Respon Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) Pada Kombinasi Pupuk Organik Granular dan Anorganik","authors":"Ardian Khairiah, Sulyanah Sulyanah, Dasumiati Dasumiati","doi":"10.15408/kauniyah.v17i1.35754","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i1.35754","url":null,"abstract":"AbstrakPenggunaan pupuk anorganik dalam budi daya tanaman yang berlebihan dapat mengakibat kerusakan lingkungan. Pemberian Pupuk Organik Granul (POG) diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sekaligus meningkatkan produksi padi Galur Mukti Padi (GMP) 04. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi penggunaan POG dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi padi GMP 04, dan memperoleh dosis POG yang dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) split plot dua faktor. Faktor pertama dosis POG (0, 70, dan 140 g/m2) dan faktor kedua dosis pupuk anorganik (0, 25, 50, dan 100% dari dosis rekomendasi). Data dianalisis dengan uji ANOVA menggunakan aplikasi SAS. Hasil menunjukkan pemberian POG dosis 70 g/m2 dan 140 g/m2 berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi GMP 04 (P <0,05). Perlakuan POG 140 g/m2 menghasilkan persentase gabah isi tertinggi. Kombinasi antara POG dan pupuk anorganik berpengaruh nyata pada parameter jumlah gabah isi/malai, bobot kering/rumpun dan bobot 500 bulir/rumpun (P <0,05). Perlakuan POG 70 g/m2+pupuk anorganik 100% menghasilkan jumlah gabah isi/malai, bobot kering/rumpun, dan bobot 500 bulir/rumpun yang lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Penambahan POG belum mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik, namun dapat memaksimalkan pertumbuhan dan produksi padi GMP 04 pada dosis 70 g/m2.AbstractExcessive use of inorganic fertilizers in plant cultivation can result in environmental damage. The provision of Granulated Organic Fertilizer (POG) is expected to reduce the use of inorganic fertilizer while increasing production of Mukti Padi (GMP) 04 rice strains. The research aims to determine the effect of the combination of using POG and inorganic fertilizer on the growth and production of GMP 04 rice, and to obtain the correct dose of POG. can reduce the use of inorganic fertilizers. The research used a split plot randomized block design (RAK) with two factors. The first factor is the dose of POG (0, 70, and 140 g/m2) and the second factor is the dose of inorganic fertilizer (0, 25, 50, and 100 of the recommended dose). Data were analyzed using the ANOVA test using the SAS application. The results showed that giving POG doses of 70 g/m2 and 140 g/m2 had an effect on the growth and production of GMP 04 rice (P<0.05). Treatment G2 (140 g/m2) produced the highest percentage of filled grain. The combination of POG and inorganic fertilizer had a significant effect on the parameters of number of filled grains/panicle, dry weight/clump and weight of 500 grains/clump (P<0.05). The G1A3 treatment (70 g/m2, 100%) produced a higher number of filled grains/panicles, dry weight/clump, and weight of 500 grains/clump than other treatments. The addition of POG has not been able to reduce the use of inorganic fertilizer, but it can maximize the growth and production of GMP 04 rice at a dose of 70 g/m2.","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139175532","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-18DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.1.25556
Tias Arlianti, N. L. W. Meilawati, Rubi Heryanto, Susi Purwiyanti
AbstrakJawer kotok (Plectranthus scutellariodes (L) R.Br.) selain berfungsi sebagai tanaman obat, sering digunakan sebagai tanaman hias karena bentuk dan warna daunnya yang indah. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) memiliki lima aksesi Jawer kotok yang belum teridentifikasi keragaman genetiknya. Koleksi tersebut perlu dikarakterisasi untuk mendapatkan data morfologi tanaman yang dapat digunakan sebagai pembanding antartanaman secara cepat. Identifikasi keragaman genetik dapat menggunakan karakter morfologi ataupun marka molekuler seperti Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Penelitian ini bertujuan menganalisis keragaman genetik lima aksesi Jawer kotok berdasarkan karakter morfologi dan marka RAPD. Bahan tanaman yang digunakan adalah lima aksesi Jawer kotok koleksi kebun percobaan Cimanggu BALITTRO, Bogor Jawa-Barat. Karakteristik morfologi yang diamati meliputi habitus, daun, batang, dan bunga. DNA diekstraksi dari daun segar dengan metode CTAB kemudian diamplifikasi menggunakan 20 primer RAPD. Analisa kekerabatan menggunakan metode Gower dan UPGMA dengan software PBSTAT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat keragaman pada bentuk daun, bentuk ujung daun, warna daun, dan warna corak daun. Analisis molekuler menunjukkan primer OPK 20, OPB 8, OPD 11, dan OPB 13 merupakan primer dengan polimorfisme tertinggi. Kelima aksesi berdasarkan karakter morfologi dan RAPD memiliki hubungan kekerabatan antara 0,5–0,8. Hubungan kekerabatan terjauh adalah aksesi JK1dan JK5, sedangkan kekerabatan terdekat pada aksesi JK3 dan JK4. Karakter daun merupakan karakter dengan keragaman genetik yang tinggi, dan dapat dijadikan kriteria sebagai penciri utama.AbstractJawer kotok (Plectranthus scutellarioides (L) R.Br.) apart from functioning as a medicinal plant, is often used as an ornamental plant because of the beautiful shape and color of its leaves. The Research Institute for Spices and Medicinal Plants (BALITTRO) has five Jawer kotok accessions whose genetics have not been identified. These collections need to be characterized to obtain plant morphological data that can be used as a quick comparison between plants. Genetic identity can use morphological characters or molecular markers such as Random Appointed Polymorphic DNA (RAPD). This research aims to reveal the genetics of five Jawer kotok accessions based on morphological characters and RAPD markers. The plant materials used were five Jawer kotok accessions from the Cimanggu BALITTRO experimental garden, Bogor, West Java. Morphological characteristics observed include habitus, leaves, stems and flowers. DNA was extracted from fresh leaves using the CTAB method and then amplified using 20 RAPD primers. Relationship analysis uses the Gower and UPGMA methods with PBSTAT software. The research results showed that there was diversity in leaf shape, leaf tip shape, leaf color, and leaf pattern color. Molecular analysis showed that the primers OPK 20, OPB 8, OPD 11, and OPB 13 were the primers wit
{"title":"Keragaman Lima Aksesi Jawer Kotok (Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.) Berdasarkan Morfologi dan Marka RAPD","authors":"Tias Arlianti, N. L. W. Meilawati, Rubi Heryanto, Susi Purwiyanti","doi":"10.15408/kauniyah.v16i2.1.25556","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v16i2.1.25556","url":null,"abstract":"AbstrakJawer kotok (Plectranthus scutellariodes (L) R.Br.) selain berfungsi sebagai tanaman obat, sering digunakan sebagai tanaman hias karena bentuk dan warna daunnya yang indah. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) memiliki lima aksesi Jawer kotok yang belum teridentifikasi keragaman genetiknya. Koleksi tersebut perlu dikarakterisasi untuk mendapatkan data morfologi tanaman yang dapat digunakan sebagai pembanding antartanaman secara cepat. Identifikasi keragaman genetik dapat menggunakan karakter morfologi ataupun marka molekuler seperti Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD). Penelitian ini bertujuan menganalisis keragaman genetik lima aksesi Jawer kotok berdasarkan karakter morfologi dan marka RAPD. Bahan tanaman yang digunakan adalah lima aksesi Jawer kotok koleksi kebun percobaan Cimanggu BALITTRO, Bogor Jawa-Barat. Karakteristik morfologi yang diamati meliputi habitus, daun, batang, dan bunga. DNA diekstraksi dari daun segar dengan metode CTAB kemudian diamplifikasi menggunakan 20 primer RAPD. Analisa kekerabatan menggunakan metode Gower dan UPGMA dengan software PBSTAT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat keragaman pada bentuk daun, bentuk ujung daun, warna daun, dan warna corak daun. Analisis molekuler menunjukkan primer OPK 20, OPB 8, OPD 11, dan OPB 13 merupakan primer dengan polimorfisme tertinggi. Kelima aksesi berdasarkan karakter morfologi dan RAPD memiliki hubungan kekerabatan antara 0,5–0,8. Hubungan kekerabatan terjauh adalah aksesi JK1dan JK5, sedangkan kekerabatan terdekat pada aksesi JK3 dan JK4. Karakter daun merupakan karakter dengan keragaman genetik yang tinggi, dan dapat dijadikan kriteria sebagai penciri utama.AbstractJawer kotok (Plectranthus scutellarioides (L) R.Br.) apart from functioning as a medicinal plant, is often used as an ornamental plant because of the beautiful shape and color of its leaves. The Research Institute for Spices and Medicinal Plants (BALITTRO) has five Jawer kotok accessions whose genetics have not been identified. These collections need to be characterized to obtain plant morphological data that can be used as a quick comparison between plants. Genetic identity can use morphological characters or molecular markers such as Random Appointed Polymorphic DNA (RAPD). This research aims to reveal the genetics of five Jawer kotok accessions based on morphological characters and RAPD markers. The plant materials used were five Jawer kotok accessions from the Cimanggu BALITTRO experimental garden, Bogor, West Java. Morphological characteristics observed include habitus, leaves, stems and flowers. DNA was extracted from fresh leaves using the CTAB method and then amplified using 20 RAPD primers. Relationship analysis uses the Gower and UPGMA methods with PBSTAT software. The research results showed that there was diversity in leaf shape, leaf tip shape, leaf color, and leaf pattern color. Molecular analysis showed that the primers OPK 20, OPB 8, OPD 11, and OPB 13 were the primers wit","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139175835","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-18DOI: 10.15408/kauniyah.v17i1.30539
Maysavitrie Citra Wijayanti Kristianto, Medi Hendra, Linda Oktavianingsih
AbstrakUbi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki banyak manfaat di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Kabupaten Kutai Timur. Informasi tentang keragaman morfologi kultivar lokal ubi jalar diperlukan untuk pemuliaan tanaman ke depannya. Penelitian dilakukan pada Maret-Juli 2021 untuk mengetahui keragaman dan hubungan kekerabatan kultivar lokal ubi jalar berdasarkan karakter morfologi. Kultivar lokal ubi jalar diambil secara purposive sampling melalui metode jelajah di 11 kecamatan, Kabupaten Kutai Timur. Karakterisasi morfologi menggunakan 32 karakter berdasarkan panduan International Board for Plant Genetic Resource (IBPGR). Analisis klaster untuk melihat hubungan kekerabatan antar kultivar menggunakan software MVSP versi 3.1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat keragaman kultivar lokal ubi jalar yang ada di Kutai Timur berdasarkan karakter daun (bentuk, tipe cuping), umbi (bentuk, warna daging), bunga (bentuk dan warna). Hasil analisis klaster membentuk dua kelompok besar dari 23 aksesi kultivar lokal ubi jalar yang ditemukan dengan koefisien 9,671. Kelompok A dengan satu anggota, yaitu kultivar lokal 9 (Gei Meng Hom) yang terpisah dari kultivar lokal lainnya berdasarkan karakter umbi. Kultivar ini dibudidayakan oleh masyarakat asli Kalimantan (suku Dayak Wehea). Kelompok B terdiri dari 22 aksesi kultivar lokal yang dapat dikelompokkan berdasarkan karakter daun.AbstractSweet potato (Ipomoea batatas (L.) Lam) is a food crop that has many benefits in several regions in Indonesia, including East Kutai Regency. Information about the morphological diversity of local sweet potato cultivars is needed for future plant breeding. The research was conducted from March-July 2021 with the aim of determining the diversity and relationships of local sweet potato cultivars based on morphological characters. The collection of local sweet potato cultivars was carried out using purposive sampling using the roaming method in 11 sub-districts, East Kutai Regency. Morphological characterization uses 32 characters based on the International Board for Plant Genetic Resources (IBPGR) guidelines. Cluster analysis to see the kinship relationships formed between local sweet potato cultivars using MVSP software version 3.1. The results of the research show the diversity of local sweet potato cultivars in East Kutai based on leaf characters (shape, lobe type), tubers (shape, flesh color), flowers (shape and color), as well as forming two large groups based on the results of cluster analysis on 23 accessions which was found with a coefficient of 9.671. Group A with one member, namely local cultivar 9 (Gei Meng Hom) which is separated from other local cultivars based on tuber characteristics and is a local cultivar of sweet potato cultivated by the indigenous people of Kalimantan (Wehea Dayak tribe). Group B consists of 22 local cultivar accessions resulting from community cultivation which can be grouped based on leaf chara
{"title":"Keragaman Kultivar Lokal Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) di Kabupaten Kutai Timur-Kalimantan Timur, Indonesia","authors":"Maysavitrie Citra Wijayanti Kristianto, Medi Hendra, Linda Oktavianingsih","doi":"10.15408/kauniyah.v17i1.30539","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i1.30539","url":null,"abstract":"AbstrakUbi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki banyak manfaat di beberapa daerah di Indonesia termasuk di Kabupaten Kutai Timur. Informasi tentang keragaman morfologi kultivar lokal ubi jalar diperlukan untuk pemuliaan tanaman ke depannya. Penelitian dilakukan pada Maret-Juli 2021 untuk mengetahui keragaman dan hubungan kekerabatan kultivar lokal ubi jalar berdasarkan karakter morfologi. Kultivar lokal ubi jalar diambil secara purposive sampling melalui metode jelajah di 11 kecamatan, Kabupaten Kutai Timur. Karakterisasi morfologi menggunakan 32 karakter berdasarkan panduan International Board for Plant Genetic Resource (IBPGR). Analisis klaster untuk melihat hubungan kekerabatan antar kultivar menggunakan software MVSP versi 3.1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat keragaman kultivar lokal ubi jalar yang ada di Kutai Timur berdasarkan karakter daun (bentuk, tipe cuping), umbi (bentuk, warna daging), bunga (bentuk dan warna). Hasil analisis klaster membentuk dua kelompok besar dari 23 aksesi kultivar lokal ubi jalar yang ditemukan dengan koefisien 9,671. Kelompok A dengan satu anggota, yaitu kultivar lokal 9 (Gei Meng Hom) yang terpisah dari kultivar lokal lainnya berdasarkan karakter umbi. Kultivar ini dibudidayakan oleh masyarakat asli Kalimantan (suku Dayak Wehea). Kelompok B terdiri dari 22 aksesi kultivar lokal yang dapat dikelompokkan berdasarkan karakter daun.AbstractSweet potato (Ipomoea batatas (L.) Lam) is a food crop that has many benefits in several regions in Indonesia, including East Kutai Regency. Information about the morphological diversity of local sweet potato cultivars is needed for future plant breeding. The research was conducted from March-July 2021 with the aim of determining the diversity and relationships of local sweet potato cultivars based on morphological characters. The collection of local sweet potato cultivars was carried out using purposive sampling using the roaming method in 11 sub-districts, East Kutai Regency. Morphological characterization uses 32 characters based on the International Board for Plant Genetic Resources (IBPGR) guidelines. Cluster analysis to see the kinship relationships formed between local sweet potato cultivars using MVSP software version 3.1. The results of the research show the diversity of local sweet potato cultivars in East Kutai based on leaf characters (shape, lobe type), tubers (shape, flesh color), flowers (shape and color), as well as forming two large groups based on the results of cluster analysis on 23 accessions which was found with a coefficient of 9.671. Group A with one member, namely local cultivar 9 (Gei Meng Hom) which is separated from other local cultivars based on tuber characteristics and is a local cultivar of sweet potato cultivated by the indigenous people of Kalimantan (Wehea Dayak tribe). Group B consists of 22 local cultivar accessions resulting from community cultivation which can be grouped based on leaf chara","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139175991","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-18DOI: 10.15408/kauniyah.v17i1.27624
Iga Permata Hany, Zozy Aneloi Noli, Suwirmen Suwirmen
AbstrakGrammatophyllum stapeliiflorum merupakan jenis anggrek epifit dengan pertumbuhan vegetatif dan generatif yang relatif lambat. Anggrek ini termasuk ke dalam kelompok CITES Apendiks II. Kultur in vitro merupakan usaha perbanyakan paling efektif untuk tanaman anggrek. Penggunaan media kultur dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang tepat akan meningkatkan keberhasilan perkecambahan biji anggrek secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi media MS dan penambahan BAP terbaik terhadap perkecambahan anggrek G. stapeliiflorum secara in vitro. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan berupa variasi konsentrasi media MS dan BAP, yaitu: MS penuh; MS ½ hara makro; MS ¼ hara makro; MS penuh + 1 ppm BAP; MS ½ hara makro + 1 ppm BAP; dan MS ¼ hara makro + 1 ppm BAP. Parameter yang diamati pada penelitian ini, yaitu waktu muncul protokorm dan persentase tahap perkecambahan biji. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA dan uji lanjut Duncan New Multiple Range Test dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian BAP mampu mempercepat waktu muncul protokorm. Konsentrasi media MS ¼ hara makro + 1 ppm BAP merupakan konsentrasi terbaik untuk perkecambahan biji anggrek tahap 0 hingga tahap 3, sedangkan konsentrasi media MS ¼ hara makro merupakan konsentrasi terbaik untuk mencapai tahap 4 perkecambahan biji anggrek G. stapeliiflorum secara in vitro.AbstractGrammatophyllum stapeliiflorum is a type of epiphytic orchid with relatively slow vegetative and generative growth. This orchid is included in the CITES Appendix II group. In vitro culture is the most effective propagation method for orchid plants. The use of appropriate culture media and growth regulators will increase the success of orchid seed germination in vitro. This study aims to determine the effect of the best concentration of MS media and the addition of BAP on the germination of G. stapeliiflorum orchids in vitro. This study used a completely randomized design with 6 treatments and 4 replications. The treatments consisted of varying concentrations of MS and BAP media, namely: full MS; MS ½ macro nutrients; MS ¼ macro nutrients; full MS + 1 ppm BAP; MS ½ macro nutrients + 1 ppm BAP; and MS ¼ macro nutrients + 1 ppm BAP. The parameters observed in this study were the time when the protocorm appeared and the percentage of seed germination stages. Data were analyzed using the ANOVA test and the Duncan New Multiple Range Test with a level of 5%. The results of the study showed that administration of BAP was able to speed up the time when protocorm appeared. MS media concentration ¼ macro nutrients + 1 ppm BAP is the best concentration for stage 0 to stage 3 orchid seed germination, while MS media concentration ¼ macro nutrients is the best concentration for achieving stage 4 germination of G. stapeliiflorum orchid seeds in vitro.
AbstrakGrammatophyllum stapeliiflorum merupakan jenis anggrek epifit dengan pertumbuhan vegetatif and generatif yang relatif lambat.它是濒危野生动植物种国际贸易公约(CITES)二级保护物种。体外栽培是一种非常适合野生动物的方法。体外培养基和 ZPT(Zeng Pengatur Tumbuh)可以在体外环境中培养蚂蚁。该项目旨在为体外培植的 G. stapeliiflorum 提供 MS 培养基和 BAP 培植剂。其中的 Penelitian 产生了 6 个变异株和 4 个变种。每种介质都有不同的培养基 MS 和 BAP,包括:MS penuh;MS ½ hara makro;MS ¼ hara makro;MS penuh + 1 ppm BAP;MS ½ hara makro + 1 ppm BAP;MS ¼ hara makro + 1 ppm BAP。在笔者的研究中,这些参数都包含了生物量和持久性。数据采用方差分析和邓肯新多重范围检验,误差率为 5%。研究结果表明,BAP 能让人从原型中感知时间的流逝。MS ¼ α-硼酸培养基 + 1 ppm BAP 培养基可用于第 0 至第 3 期的茎叶生长,而 MS ¼ α-硼酸培养基可用于第 4 期的茎叶生长。AbstractGrammatophyllum stapeliiflorum is a type of epiphytic orchid with relatively slow vegetative and generative growth.这种兰花被列入《濒危野生动植物种国际贸易公约》附录 II。体外培养是兰科植物最有效的繁殖方法。使用适当的培养基和生长调节剂可提高兰花种子体外发芽的成功率。本研究旨在确定 MS 培养基的最佳浓度和 BAP 的添加量对 G. stapeliiflorum 兰花体外发芽的影响。本研究采用完全随机设计,共设 6 个处理和 4 次重复。处理包括不同浓度的 MS 和 BAP 培养基,即:全 MS;MS ½ 大营养素;MS ¼ 大营养素;全 MS + 1 ppm BAP;MS ½ 大营养素 + 1 ppm BAP;以及 MS ¼ 大营养素 + 1 ppm BAP。本研究观察的参数是原球茎出现的时间和种子萌发阶段的百分比。数据分析采用方差分析和邓肯新多范围检验(5%)。研究结果表明,施用 BAP 能加快原球茎出现的时间。MS 培养基浓度 ¼ 大营养素 + 1 ppm BAP 是兰花种子 0 期至 3 期萌发的最佳浓度,而 MS 培养基浓度 ¼ 大营养素则是实现 G. stapeliiflorum 兰花种子离体 4 期萌发的最佳浓度。
{"title":"Perkecambahan Biji Anggrek Grammatophyllum stapeliiflorum Pada Media MS dengan Penambahan BAP Secara In Vitro","authors":"Iga Permata Hany, Zozy Aneloi Noli, Suwirmen Suwirmen","doi":"10.15408/kauniyah.v17i1.27624","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i1.27624","url":null,"abstract":"AbstrakGrammatophyllum stapeliiflorum merupakan jenis anggrek epifit dengan pertumbuhan vegetatif dan generatif yang relatif lambat. Anggrek ini termasuk ke dalam kelompok CITES Apendiks II. Kultur in vitro merupakan usaha perbanyakan paling efektif untuk tanaman anggrek. Penggunaan media kultur dan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang tepat akan meningkatkan keberhasilan perkecambahan biji anggrek secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi media MS dan penambahan BAP terbaik terhadap perkecambahan anggrek G. stapeliiflorum secara in vitro. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan berupa variasi konsentrasi media MS dan BAP, yaitu: MS penuh; MS ½ hara makro; MS ¼ hara makro; MS penuh + 1 ppm BAP; MS ½ hara makro + 1 ppm BAP; dan MS ¼ hara makro + 1 ppm BAP. Parameter yang diamati pada penelitian ini, yaitu waktu muncul protokorm dan persentase tahap perkecambahan biji. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA dan uji lanjut Duncan New Multiple Range Test dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian BAP mampu mempercepat waktu muncul protokorm. Konsentrasi media MS ¼ hara makro + 1 ppm BAP merupakan konsentrasi terbaik untuk perkecambahan biji anggrek tahap 0 hingga tahap 3, sedangkan konsentrasi media MS ¼ hara makro merupakan konsentrasi terbaik untuk mencapai tahap 4 perkecambahan biji anggrek G. stapeliiflorum secara in vitro.AbstractGrammatophyllum stapeliiflorum is a type of epiphytic orchid with relatively slow vegetative and generative growth. This orchid is included in the CITES Appendix II group. In vitro culture is the most effective propagation method for orchid plants. The use of appropriate culture media and growth regulators will increase the success of orchid seed germination in vitro. This study aims to determine the effect of the best concentration of MS media and the addition of BAP on the germination of G. stapeliiflorum orchids in vitro. This study used a completely randomized design with 6 treatments and 4 replications. The treatments consisted of varying concentrations of MS and BAP media, namely: full MS; MS ½ macro nutrients; MS ¼ macro nutrients; full MS + 1 ppm BAP; MS ½ macro nutrients + 1 ppm BAP; and MS ¼ macro nutrients + 1 ppm BAP. The parameters observed in this study were the time when the protocorm appeared and the percentage of seed germination stages. Data were analyzed using the ANOVA test and the Duncan New Multiple Range Test with a level of 5%. The results of the study showed that administration of BAP was able to speed up the time when protocorm appeared. MS media concentration ¼ macro nutrients + 1 ppm BAP is the best concentration for stage 0 to stage 3 orchid seed germination, while MS media concentration ¼ macro nutrients is the best concentration for achieving stage 4 germination of G. stapeliiflorum orchid seeds in vitro.","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139174627","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstrakPenelitian belakangan ini menunjukkan bahwa di antara mikroalga yang memiliki kandungan lipid tinggi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel, termasuk ke dalam kelas Trebouxiophyceae. Kesederhanaan sel dan bentuknya yang mudah berubah menjadikannya sulit diidentifikasi secara morfologis. Oleh karena itu, identifikasinya perlu didampingi dengan metode molekuler yang mengamplifikasi gen dengan polymerase chain reactions (PCR). Metode PCR membutuhkan primer yang membatasi area pada DNA yang akan diamplikasi. Gen yang berpotensi dijadikan penanda identifikasi adalah tufA karena memiliki urutan yang lestari. Penelitian ini bertujuan mengajukan primer berdasarkan gen tufA untuk identifikasi Trebouxiophyceae. Sekuen gen tufA dikumpulkan dari database, disejajarkan, dan diamati area yang lestari untuk diambil kandidat primer. Kemudian primer forward dan reverse dipasang-pasangkan sambil diperiksa untuk diperoleh kandidat dengan sifat-sifatnya terbaik. Ada 5 pasangan kandidat yang dihasilkan yang kemudian diperiksa spesifisitasnya dalam menjaring anggota genus dari Trebouxiophyceae, dan juga yang bukan Trebouxiophyceae (Chlorophyceae dan Ulvophyceae) sebagai pembanding. Pasangan primer yang terbaik diusulkan dari penelitian ini adalah pasangan primer tufA. Trebo1 yang terdiri atas primer forward 5’-GAAAGTGTTGCTGGTGATAATGTTGG-3’ dan reverse 5’-GGAGTATGTCGACCACCTTCTTC-3’ yang menjaring 75% Trebouxiophyceae di GenBank. Pasangan primer ini menjaring lebih banyak Trebouxiophyceae dibandingkan dengan primer tufA yang pernah dipublikasi, namun memerlukan optimasi kondisi PCR untuk meminimalkan potensi terjadinya struktur sekunder. Dengan demikian, area lestari pada gen tufA berpotensi dijadikan primer untuk identifikasi Trebouxiophyceae.AbstractRecent research showed that microalgae having high lipid content to be used as raw materials for biodiesel belong to the class Trebouxiophyceae. The simplicity of the cell and its easily changing shape make it difficult to identify morphologically. Therefore, its identification needs to be accompanied by molecular methods that amplify genes with polymerase chain reactions (PCR). The gene that could potentially be used as an identification marker is tufA because it has a conserved sequence. This study aims to propose a primer pair based on the tufA gene for the identification of Trebouxiophyceae. The sequences of the tufA gene were collected from a database of Trebouxiophyceae, aligned, and observed in conserved areas for primer candidates. Then the primary forward and reverse are mounted while checking for the candidate with the best properties. Five candidate pairs were produced, which were then tested for their specificity to bring in members of the Trebouxiophyceae, as well as non-Trebouxiophyceae (Chlorophyceae and Ulvophyceae) as comparisons. The best proposed primary pairs from this study were the primer pair tufA.Trebo1 which consists of the forward 5’-GAAAGTGTTGCTGGTGATAATGTTGG-3’ and the reverse
摘要本报告介绍了一种可用于制造生物柴油的水生植物,该植物属于褐藻纲(Trebouxiophyceae)。 鞘氨醇和鞘氨醇可在形态学上进行识别。因此,可通过聚合酶链式反应(PCR)的分子标记方法进行鉴定。聚合酶链式反应(PCR)方法是在 DNA 中加入引物,以扩大 DNA 的面积。可用于鉴定的潜在基因是 tufA,其特征是含有大量的尿素。它的 Penelitian ini bertujuan mengajukan primer berdasarkan gen tufA untuk identifikasi Trebouxiophyceae.基因 tufA 可从数据库、疾病标志物和最适合作为候选引物的区域中提取。正向引物和反向引物都会发生变化,但它们都不会影响到候选引物,因为候选引物都是由病原体决定的。目前有 5 个候选样本,它们都是在研究红叶石楠属(Trebouxiophyceae)和红叶石楠科(Chlorophyceae 和 Ulvophyceae)的过程中被发现的。在这一研究中,最重要的引物是 tufA 引物。Trebo1 的正向引物 5'-GAAAGTGTTGCTGGTGATAATGTTGG-3' 和反向引物 5'-GGAGTATGTCGACCACCTTCTTC-3' 目前在 GenBank 中的 Trebouxiophyceae 中占 75%。其中的引物可与目前仍在使用的引物 tufA 进行比对,从而确定最佳的 PCR 检测方法,以发挥其在水下结构中的潜力。AbstractRecent research showed that microalgae with high lipid content to be used as raw materials for biodiesel belonging to the class Trebouxiophyceae.摘要最近的研究表明,具有高脂含量、可用作生物柴油原料的微藻类属于毛囊藻类。 由于细胞结构简单,形状易变,因此很难从形态学角度对其进行鉴定。因此,在对其进行鉴定的同时,还需要使用聚合酶链反应(PCR)扩增基因的分子方法。有可能用作鉴定标记的基因是 tufA,因为它具有保守序列。本研究旨在提出一种基于 tufA 基因的引物对,用于鉴定红豆杉属(Trebouxiophyceae)。研究人员从树盘叶藻数据库中收集了 tufA 基因的序列,对其进行了比对,并观察了候选引物的保守区。然后安装主正向和反向引物,同时检查具有最佳特性的候选引物。共产生了五对候选引物,然后对它们的特异性进行了测试,以引入树袋熊科成员以及非树袋熊科(叶绿藻科和石蒜科)成员作为比较。本研究提出的最佳引物对是 tufA.Trebo1 引物对,它由正向 5'-GAAAGTGTTGCTGGTGATAATGTTGG-3' 和反向 5'-GGAGTATGTCGACCACCTTCTTc-3' 组成,可捕捉到 GenBank 中 75% 的银盘叶藻。该引物对比起以前发表的任何 tufA 引物都包含了更多的树袋熊科植物,但需要对 PCR 条件进行优化,以尽量减少二级结构的出现。因此,tufA 基因中的保守区有可能被用作鉴定树袋熊科植物的引物。
{"title":"Analisis Gen tufA Secara In Silico Untuk Primer Identifikasi Mikroalga Trebouxiophyceae","authors":"Megga Ratnasari Pikoli, Mahsa Nuraini Syahda, Festy Auliyaur Rahmah, Suharti Suharti","doi":"10.15408/kauniyah.v17i1.35458","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i1.35458","url":null,"abstract":"AbstrakPenelitian belakangan ini menunjukkan bahwa di antara mikroalga yang memiliki kandungan lipid tinggi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel, termasuk ke dalam kelas Trebouxiophyceae. Kesederhanaan sel dan bentuknya yang mudah berubah menjadikannya sulit diidentifikasi secara morfologis. Oleh karena itu, identifikasinya perlu didampingi dengan metode molekuler yang mengamplifikasi gen dengan polymerase chain reactions (PCR). Metode PCR membutuhkan primer yang membatasi area pada DNA yang akan diamplikasi. Gen yang berpotensi dijadikan penanda identifikasi adalah tufA karena memiliki urutan yang lestari. Penelitian ini bertujuan mengajukan primer berdasarkan gen tufA untuk identifikasi Trebouxiophyceae. Sekuen gen tufA dikumpulkan dari database, disejajarkan, dan diamati area yang lestari untuk diambil kandidat primer. Kemudian primer forward dan reverse dipasang-pasangkan sambil diperiksa untuk diperoleh kandidat dengan sifat-sifatnya terbaik. Ada 5 pasangan kandidat yang dihasilkan yang kemudian diperiksa spesifisitasnya dalam menjaring anggota genus dari Trebouxiophyceae, dan juga yang bukan Trebouxiophyceae (Chlorophyceae dan Ulvophyceae) sebagai pembanding. Pasangan primer yang terbaik diusulkan dari penelitian ini adalah pasangan primer tufA. Trebo1 yang terdiri atas primer forward 5’-GAAAGTGTTGCTGGTGATAATGTTGG-3’ dan reverse 5’-GGAGTATGTCGACCACCTTCTTC-3’ yang menjaring 75% Trebouxiophyceae di GenBank. Pasangan primer ini menjaring lebih banyak Trebouxiophyceae dibandingkan dengan primer tufA yang pernah dipublikasi, namun memerlukan optimasi kondisi PCR untuk meminimalkan potensi terjadinya struktur sekunder. Dengan demikian, area lestari pada gen tufA berpotensi dijadikan primer untuk identifikasi Trebouxiophyceae.AbstractRecent research showed that microalgae having high lipid content to be used as raw materials for biodiesel belong to the class Trebouxiophyceae. The simplicity of the cell and its easily changing shape make it difficult to identify morphologically. Therefore, its identification needs to be accompanied by molecular methods that amplify genes with polymerase chain reactions (PCR). The gene that could potentially be used as an identification marker is tufA because it has a conserved sequence. This study aims to propose a primer pair based on the tufA gene for the identification of Trebouxiophyceae. The sequences of the tufA gene were collected from a database of Trebouxiophyceae, aligned, and observed in conserved areas for primer candidates. Then the primary forward and reverse are mounted while checking for the candidate with the best properties. Five candidate pairs were produced, which were then tested for their specificity to bring in members of the Trebouxiophyceae, as well as non-Trebouxiophyceae (Chlorophyceae and Ulvophyceae) as comparisons. The best proposed primary pairs from this study were the primer pair tufA.Trebo1 which consists of the forward 5’-GAAAGTGTTGCTGGTGATAATGTTGG-3’ and the reverse ","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139176229","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}