Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v17i2.31421
Fitmawati Fitmawati, Agus Saputra, H. Y. Teruna, Erwina Juliantari
Abstract Dysmenorrhea is an important clinical as well as social problem affecting more than 50% of menstruating women. Nanas bongsai (Ananas comosus var. microstachys L.) is commonly used as a medical plant, which local people believe of Riau Province Indonesia, as medicine to reduce pain while the menstruation period (dysmenorrhea). This study was aim to find histopathologic changes in the kidney and liver after being treated with nanas bongsai extract in the female white rat. Design experimental of this research is complete randomized design with 5 treatments. Each treatment was composed of two control (zero control given with water, positive control given with mefenamic acid) and nanas bongsai extract with 3 different dosage serials. Histology preparations were made by paraffin method and Hematoxylin-Eosin staining. The results showed that given nanas bongsai extract with three serial dosages towards the kidney show a picnosis in the nucleus. However, this damage did not affect the glomerulus structure. While observation towards the liver shows some injury, namely hydropic degeneration, lipid degeneration, and necrosis. Both of these damaged less than 25%. As a result, this percentage did not affect the structure of the kidney and liver. The results of this study indicate that there is no damage to the kidneys and liver due to the use of nanas bongsai so it is safe to use in herbal medicine and can be developed as a dysmenorrhea drug.AbstrakDismenore merupakan masalah klinis dan sosial yang penting yang memengaruhi lebih dari 50% wanita menstruasi. Nanas bongsai (Ananas comosus var. microstachys L.) dipercayai oleh masyarakat Desa Muara lembu, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau sebagai obat untuk mengurangi nyeri saat haid (dismenore). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan histopatologi pada ginjal dan hati setelah diberi perlakuan ekstrak nanas bongsai pada tikus putih betina. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari dua kontrol dan ekstrak nanas bongsai dengan 3 seri dosis yang berbeda. Preparat histologi dibuat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak nanas bongsai dengan dosis tiga seri terhadap ginjal menunjukkan picnosis pada nukleus. Namun, kerusakan ini tidak memengaruhi struktur glomerulus. Sedangkan pengamatan terhadap hati menunjukkan beberapa cedera, yaitu degenerasi hidropik, degenerasi lipid, dan nekrosis. Keduanya rusak kurang dari 25%. Akibatnya, persentase ini tidak memengaruhi struktur ginjal dan hati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada kerusakan pada ginjal dan hati akibat penggunaan Nanas bongsai sehingga aman digunakan dalam pengobatan herbal dan dapat dikembangkan sebagai obat dismenore.
摘要 痛经是一个重要的临床和社会问题,影响着 50%以上的经期妇女。印尼廖内省的当地人认为,Nanas bongsai(Ananas comosus var. microstachys L.)是一种常用的药用植物,可以减轻经期疼痛(痛经)。本研究的目的是发现雌性白鼠在接受纳纳斯邦赛提取物治疗后,肾脏和肝脏的组织病理学变化。 本研究的实验设计为完全随机设计,共有 5 个处理。每个处理由两个对照组(用水作为零对照组,甲灭酸作为阳性对照组)和 3 个不同剂量序列的纳豆提取物组成。组织学制备采用石蜡法和苏木精-伊红染色法。结果表明,纳纳斯-邦赛提取物的三个系列剂量对肾脏造成的损害表现为细胞核缺损。不过,这种损伤并不影响肾小球的结构。而对肝脏的观察则显示出一些损伤,即水化变性、脂质变性和坏死。这两种损伤都不到 25%。因此,这一比例并未影响肾脏和肝脏的结构。这项研究结果表明,使用纳纳斯孔塞不会对肝肾造成损害,因此在中药中使用是安全的,可以开发为痛经药物。在廖内省关丹新京市的Desa Muara lembu社区,有一种名为 "月经不调"(Ananas comosus var. microstachys L.)的药物,可用于治疗月经不调。该研究的目的是为了了解人参和柚子的组织病理学,以及柚子和柚子中的雌激素水平。溃疡病的病程为 5 个月。对照组和非对照组的钙化率为 3.5%,而对照组的钙化率为 3.5%。用副萘芬和苏木精进行组织学制备。研究人员发现,在金针菜中添加十倍剂量的金针菜,会导致核酸沉积。此外,它的肾小球结构也会受到影响。肾脏的病变包括脂肪变性、脂质变性和坏死。发病率高达 25%。在这种情况下,持续病变可能会影响人参和猪肉的结构。目前的研究表明,人参和柚子中含有大量的抗氧化剂,而这些抗氧化剂在草本植物中被广泛使用,并可作为一种减肥药物。
{"title":"Histopathological Overview of Kidney and Liver Female White Rat Administered (Ananas comosus var. microstachys L.) Extract as Herbal Plant for Dysmenorrhea","authors":"Fitmawati Fitmawati, Agus Saputra, H. Y. Teruna, Erwina Juliantari","doi":"10.15408/kauniyah.v17i2.31421","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i2.31421","url":null,"abstract":"Abstract Dysmenorrhea is an important clinical as well as social problem affecting more than 50% of menstruating women. Nanas bongsai (Ananas comosus var. microstachys L.) is commonly used as a medical plant, which local people believe of Riau Province Indonesia, as medicine to reduce pain while the menstruation period (dysmenorrhea). This study was aim to find histopathologic changes in the kidney and liver after being treated with nanas bongsai extract in the female white rat. Design experimental of this research is complete randomized design with 5 treatments. Each treatment was composed of two control (zero control given with water, positive control given with mefenamic acid) and nanas bongsai extract with 3 different dosage serials. Histology preparations were made by paraffin method and Hematoxylin-Eosin staining. The results showed that given nanas bongsai extract with three serial dosages towards the kidney show a picnosis in the nucleus. However, this damage did not affect the glomerulus structure. While observation towards the liver shows some injury, namely hydropic degeneration, lipid degeneration, and necrosis. Both of these damaged less than 25%. As a result, this percentage did not affect the structure of the kidney and liver. The results of this study indicate that there is no damage to the kidneys and liver due to the use of nanas bongsai so it is safe to use in herbal medicine and can be developed as a dysmenorrhea drug.AbstrakDismenore merupakan masalah klinis dan sosial yang penting yang memengaruhi lebih dari 50% wanita menstruasi. Nanas bongsai (Ananas comosus var. microstachys L.) dipercayai oleh masyarakat Desa Muara lembu, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau sebagai obat untuk mengurangi nyeri saat haid (dismenore). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan histopatologi pada ginjal dan hati setelah diberi perlakuan ekstrak nanas bongsai pada tikus putih betina. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari dua kontrol dan ekstrak nanas bongsai dengan 3 seri dosis yang berbeda. Preparat histologi dibuat dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak nanas bongsai dengan dosis tiga seri terhadap ginjal menunjukkan picnosis pada nukleus. Namun, kerusakan ini tidak memengaruhi struktur glomerulus. Sedangkan pengamatan terhadap hati menunjukkan beberapa cedera, yaitu degenerasi hidropik, degenerasi lipid, dan nekrosis. Keduanya rusak kurang dari 25%. Akibatnya, persentase ini tidak memengaruhi struktur ginjal dan hati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada kerusakan pada ginjal dan hati akibat penggunaan Nanas bongsai sehingga aman digunakan dalam pengobatan herbal dan dapat dikembangkan sebagai obat dismenore.","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":"83 S1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141016294","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v17i2.31948
M. Djaelani, Kusuma Alya Fathurika, K. Kasiyati, Sunarno Sunarno
AbstractRed tilapia (Oreochromis niloticus) is a freshwater fish that widely liked by Indonesian people. Keeping fish with good water quality will increase productivity. The aim of this research was to determine the effect of adding aeration and using filters on carcass weight, muscle fiber diameter and number of muscle fibers in red tilapia. This research used 24 red tilapia fish with an initial body weight of around 7 g. Divided into 4 groups, namely the maintenance group using one aerator without a filter (ANF), the maintenance group using two aerators without a filter (AANF), the maintenance group using one aerator and using a filter (AF) and the maintenance group using two aerators and using a filter (AAF). The results showed that rearing red tilapia fish in the group rearing two aerators and using a filter had a significant effect (P <0.05) on carcass weight, muscle fiber diameter, and number of muscle fibers. Observation of the muscle histology structure showed that there was no damage to the muscle histology structure. The conclusion of this research indicate that additional aerator equipped with filters will supports the growth of red tilapia fish.AbstrakIkan nila merah (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang banyak disukai masyarakat Indonesia. Pemeliharaan ikan dengan kualitas air yang baik akan memberikan peningkatan produktivitas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan aerasi dan penggunaan filter terhadap bobot karkas, diameter serabut otot serta jumlah serabut otot pada ikan nila merah. Penelitian ini menggunakan 24 ekor ikan nila merah dengan bobot badan awal berkisar 7 g. Dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok pemeliharaan menggunakan satu aerator tanpa filter (ANF), kelompok pemeliharaan menggunakan dua aerator tanpa filter (AANF), kelompok pemeliharaan menggunakan satu aerator dan menggunakan filter (AF) serta kelompok pemeliharaan menggunakan dua aerator dan menggunakan filter (AAF). Hasil menunjukkan pemeliharaan ikan nila merah pada kelompok pemeliharaan dua aerator dan menggunakan filter berpengaruh nyata (P <0,05) terhadap bobot karkas, diameter serabut otot, dan jumlah serabut otot. Pada pengamatan struktur histologi otot menunjukkan tidak adanya kerusakan struktur histologi otot. Kesimpulan penelitian ini penambahan aerator dilengkapi filter mendukung pertumbuhan ikan nila merah.
{"title":"Carcass Weight and Skeletal Muscle Microscopic Structure of Red Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) in The Different Aeration and Filtration","authors":"M. Djaelani, Kusuma Alya Fathurika, K. Kasiyati, Sunarno Sunarno","doi":"10.15408/kauniyah.v17i2.31948","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i2.31948","url":null,"abstract":"AbstractRed tilapia (Oreochromis niloticus) is a freshwater fish that widely liked by Indonesian people. Keeping fish with good water quality will increase productivity. The aim of this research was to determine the effect of adding aeration and using filters on carcass weight, muscle fiber diameter and number of muscle fibers in red tilapia. This research used 24 red tilapia fish with an initial body weight of around 7 g. Divided into 4 groups, namely the maintenance group using one aerator without a filter (ANF), the maintenance group using two aerators without a filter (AANF), the maintenance group using one aerator and using a filter (AF) and the maintenance group using two aerators and using a filter (AAF). The results showed that rearing red tilapia fish in the group rearing two aerators and using a filter had a significant effect (P <0.05) on carcass weight, muscle fiber diameter, and number of muscle fibers. Observation of the muscle histology structure showed that there was no damage to the muscle histology structure. The conclusion of this research indicate that additional aerator equipped with filters will supports the growth of red tilapia fish.AbstrakIkan nila merah (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang banyak disukai masyarakat Indonesia. Pemeliharaan ikan dengan kualitas air yang baik akan memberikan peningkatan produktivitas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan aerasi dan penggunaan filter terhadap bobot karkas, diameter serabut otot serta jumlah serabut otot pada ikan nila merah. Penelitian ini menggunakan 24 ekor ikan nila merah dengan bobot badan awal berkisar 7 g. Dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok pemeliharaan menggunakan satu aerator tanpa filter (ANF), kelompok pemeliharaan menggunakan dua aerator tanpa filter (AANF), kelompok pemeliharaan menggunakan satu aerator dan menggunakan filter (AF) serta kelompok pemeliharaan menggunakan dua aerator dan menggunakan filter (AAF). Hasil menunjukkan pemeliharaan ikan nila merah pada kelompok pemeliharaan dua aerator dan menggunakan filter berpengaruh nyata (P <0,05) terhadap bobot karkas, diameter serabut otot, dan jumlah serabut otot. Pada pengamatan struktur histologi otot menunjukkan tidak adanya kerusakan struktur histologi otot. Kesimpulan penelitian ini penambahan aerator dilengkapi filter mendukung pertumbuhan ikan nila merah.","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":"57 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141015577","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v17i2.33897
Mukhamad Su’udi, F. Ulum, Muhammad Ardiyansah, Nurfajri Eka Fitri
AbstrakBulbophyllum lobbii Lindl. merupakan anggrek dari famili Orchidaceae yang berpotensi sebagai bahan baku obat herbal. Identikasi morfologi anggrek B. lobii memiliki keterbatasan karena kemiripan spesies dengan anggrek lain. Alternatif identifikasi secara molekuler menggunakan sekuen matK dan ITS2 sebagai barcode dalam DNA barcoding diharapkan menjadi salah satu lokus pembeda spesies anggrek B. lobbii secara akurat dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sekuen matK dan ITS2 sebagai penanda molekuler yang efektif untuk anggrek B. lobbii. DNA genom B. lobbii diisolasi dengan metode Cethyl Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB) dan amplifikasi DNA dengan PCR. Hasil penelitian menunjukkan sekuen matK dari B. lobbii memiliki tingkat homologi tinggi dengan dua spesies B. lobbii (KY966747.1 dan KY966691.1) dari China dengan nilai Per. Ident sebesar 99,20%, sedangkan sekuen ITS2 memiliki homologi tertinggi dengan nilai Per. Ident sebesar 99,76% pada spesies B. lobbii (MG253848.1) dari Polandia. Hasil analisis menunjukkan sekuen ITS2 dapat mengidentifikasi spesies dari tingkatan subspesies atau diatasnya (ordo atau genus) dan juga meningkatkan resolusi filogenetik yang baik pada hasil BLAST, sedangkan sekuen matK memberikan sedikit kontribusi dalam pengelompokkan hubungan kekerabatan antara spesies B. lobbii dengan spesies pembanding lainnya. Sekuen ITS2 dapat direkomendasikan sebagai penanda molekuler yang paling baik untuk identifikasi sampel anggrek Bulbophyllum, khususnya Bulbophyllum lobbii.AbstractBulbophyllum lobbii Lindl. is an orchid from the Orchidaceae family which has potential as a raw material for herbal medicine. Morphological identification of the B. lobii orchid has limitations due to the species' similarity to other orchids. The alternative molecular identification using matK and ITS2 sequences as barcodes in DNA barcoding is expected to be one of the loci for distinguishing the B. lobbii orchid species accurately and efficiently. This study aims to identify matK and ITS2 sequences as effective molecular markers for the orchid B. lobbii. Bulbophyllum lobbii genomic DNA was isolated using the Cethyl Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB) method and DNA amplification by PCR. The results showed that the matK sequence from B. lobbii has a high level of homology with two B. lobbii species (KY966747.1 and KY966691.1) from China with a value of Per. Ident is 99.20%, while the ITS2 sequence has the highest homology with a Per. Ident value of 99.76% with the species B. lobbii (MG253848.1) from Poland. The results of the analysis show that the ITS2 sequence can identify species from the subspecies level or above (ordo or genus) and also improves good phylogenetic resolution in BLAST results, while the matK sequence makes little contribution in grouping the relationship between the B. lobbii species and other comparison species. The ITS2 sequence can be recommended as the best molecular marker for identifying Bulbophyllum orchid sa
摘要 叶兰(Bulbophyllum lobbii Lindl.)是兰科植物,具有作为中药材原料的潜力。由于与其他兰花的物种相似性,B. lobii 的形态鉴定存在局限性。在 DNA 条形码中使用 matK 和 ITS2 序列作为条形码进行分子鉴定,有望成为准确有效区分小叶杓兰物种的位点之一。本研究旨在确定 matK 和 ITS2 序列作为小叶杓兰的有效分子标记。研究采用三甲基溴化乙锭法(CTAB)分离蝙蝠兰基因组DNA,并利用PCR技术扩增DNA。结果表明,蝙蝠兰的 matK 序列与中国的两个蝙蝠兰种(KY966747.1 和 KY966691.1)具有较高的同源性,Per.ITS2序列同源性最高,Per.同源性最高的是波兰的 B. lobbii (MG253848.1)。分析表明,ITS2序列可鉴定亚种或以上级别(目或属)的物种,也可提高BLAST结果的系统发育分辨率,而matK序列对lobbii物种与其他参照物种之间亲缘关系的分组贡献不大。ITS2 序列可作为鉴定大叶女贞(尤其是大叶女贞)的最佳分子标记。摘要大叶女贞(Bulbophyllum lobbii Lindl.)是兰科兰属植物,具有中药材原料的潜力。由于该物种与其他兰花相似,因此对 B. lobii 兰花的形态鉴定存在局限性。在 DNA 条形码中使用 matK 和 ITS2 序列作为条形码进行分子鉴定,有望成为准确、有效区分小叶紫兰物种的位点之一。本研究旨在确定 matK 和 ITS2 序列作为兰花 B. lobbii 的有效分子标记。采用三甲基溴化乙锭法(CTAB)分离鳞叶兰基因组DNA,并利用PCR技术进行DNA扩增。结果表明,蝙蝠蛾的 matK 序列与中国的两个蝙蝠蛾物种(KY966747.1 和 KY966691.1)具有较高的同源性,Per.Ident值为99.20%,而ITS2序列的同源性最高,Per.It Ident值为99.76%。分析结果表明,ITS2 序列可以鉴定亚种或以上级别(目或属)的物种,还能提高 BLAST 结果中良好的系统发生分辨率,而 matK 序列在划分 B. lobbii 与其他比较物种之间的关系方面贡献甚微。建议将 ITS2 序列作为鉴定球兰(尤其是lobbophyllum lobbii)样本的最佳分子标记。
{"title":"Evaluasi Lokus Potensial matK dan ITS2 Untuk DNA Barcoding Anggrek Bulbophyllum lobbii Lindl.","authors":"Mukhamad Su’udi, F. Ulum, Muhammad Ardiyansah, Nurfajri Eka Fitri","doi":"10.15408/kauniyah.v17i2.33897","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i2.33897","url":null,"abstract":"AbstrakBulbophyllum lobbii Lindl. merupakan anggrek dari famili Orchidaceae yang berpotensi sebagai bahan baku obat herbal. Identikasi morfologi anggrek B. lobii memiliki keterbatasan karena kemiripan spesies dengan anggrek lain. Alternatif identifikasi secara molekuler menggunakan sekuen matK dan ITS2 sebagai barcode dalam DNA barcoding diharapkan menjadi salah satu lokus pembeda spesies anggrek B. lobbii secara akurat dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sekuen matK dan ITS2 sebagai penanda molekuler yang efektif untuk anggrek B. lobbii. DNA genom B. lobbii diisolasi dengan metode Cethyl Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB) dan amplifikasi DNA dengan PCR. Hasil penelitian menunjukkan sekuen matK dari B. lobbii memiliki tingkat homologi tinggi dengan dua spesies B. lobbii (KY966747.1 dan KY966691.1) dari China dengan nilai Per. Ident sebesar 99,20%, sedangkan sekuen ITS2 memiliki homologi tertinggi dengan nilai Per. Ident sebesar 99,76% pada spesies B. lobbii (MG253848.1) dari Polandia. Hasil analisis menunjukkan sekuen ITS2 dapat mengidentifikasi spesies dari tingkatan subspesies atau diatasnya (ordo atau genus) dan juga meningkatkan resolusi filogenetik yang baik pada hasil BLAST, sedangkan sekuen matK memberikan sedikit kontribusi dalam pengelompokkan hubungan kekerabatan antara spesies B. lobbii dengan spesies pembanding lainnya. Sekuen ITS2 dapat direkomendasikan sebagai penanda molekuler yang paling baik untuk identifikasi sampel anggrek Bulbophyllum, khususnya Bulbophyllum lobbii.AbstractBulbophyllum lobbii Lindl. is an orchid from the Orchidaceae family which has potential as a raw material for herbal medicine. Morphological identification of the B. lobii orchid has limitations due to the species' similarity to other orchids. The alternative molecular identification using matK and ITS2 sequences as barcodes in DNA barcoding is expected to be one of the loci for distinguishing the B. lobbii orchid species accurately and efficiently. This study aims to identify matK and ITS2 sequences as effective molecular markers for the orchid B. lobbii. Bulbophyllum lobbii genomic DNA was isolated using the Cethyl Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB) method and DNA amplification by PCR. The results showed that the matK sequence from B. lobbii has a high level of homology with two B. lobbii species (KY966747.1 and KY966691.1) from China with a value of Per. Ident is 99.20%, while the ITS2 sequence has the highest homology with a Per. Ident value of 99.76% with the species B. lobbii (MG253848.1) from Poland. The results of the analysis show that the ITS2 sequence can identify species from the subspecies level or above (ordo or genus) and also improves good phylogenetic resolution in BLAST results, while the matK sequence makes little contribution in grouping the relationship between the B. lobbii species and other comparison species. The ITS2 sequence can be recommended as the best molecular marker for identifying Bulbophyllum orchid sa","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":"82 S1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141016143","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v17i2.31493
Ja'far Umar, M. Djaelani, Kasiyati Kasiyati, S. Sunarno
AbstrakKelor merupakan tanaman tropis yang kaya fitonutrien dan senyawa bioaktif. Kandungan pada daun kelor mampu mendukung proses pencernaan, absorpsi, metabolisme, dan produktivitas unggas. Pemberian tepung daun kelor dalam pakan dengan konsentrasi yang tepat dapat mengefektifkan proses pencernaan dan absorpsi nutrien dengan memperbaiki struktur mikroanatomi duodenum puyuh. Penelitian ini bertujuan menganalisis pemberian tepung daun kelor dalam pakan terhadap diameter lumen, tinggi vili, lebar vili, dan tebal muskular duodenum puyuh. Desain penelitian menggunakan RAL dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan konsentrasi pemberian tepung daun kelor dalam pakan meliputi 0, 2,5; 5; 7,5, dan 10%. Preparat histologi dibuat melalui metode parafin dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Parameter yang diamati meliputi diameter lumen, tinggi vili, lebar vili, dan tebal lapisan muskular duodenum. Data dianalisis menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung daun kelor dalam pakan berpengaruh tidak nyata (P >0,05) terhadap diameter lumen, tinggi vili, dan lebar vili, namun berpengaruh nyata (P <0,05) terhadap tebal lapisan muskular pada duodenum puyuh. Simpulan dari penelitian ini bahwa pemberian tepung daun kelor dalam pakan tidak berpotensi mengubah mikroanatomi duodenum puyuh sehingga dapat dimanfaatkan sebagai aditif pakan. Namun, pemberian tepung daun kelor dalam pakan berpotensi dalam meningkatkan ketebalan lapisan muskular duodenum puyuh.AbstractMoringa is a tropical plant rich in phytonutrients and bioactive compounds. The content in moringa leaves can support the process of digestion, absorption, metabolism, and productivity of poultry. Giving moringa leaf meal in feed with the right concentration can streamline the digestive process, and nutrient absorption by improving the microanatomical structure of the quail duodenum. This study aims to analyze the provision of moringa leaf flour in feed on the diameter of the lumen, villi height, villi width and muscular thickness of the quail duodenum. The research design used RAL with 5 treatments and 3 replications. The treatment concentration of moringa leaf meal in feed included 0; 2.5; 5; 7.5, and 10%. Histology preparations were made through paraffin method with Hematoxylin-Eosin (HE) staining. Parameters observed included lumen diameter, villi height, villi width, and duodenal muscular layer thickness. Data were analyzed using ANOVA followed by Duncan's test using the SPSS program. The results showed that moringa leaf meal in feed had no significant effect (P >0.05) on lumen diameter, villus height and villus width, but had a significant effect (P <0.05) on the thickness of the muscular layer in the duodenum of quail. The conclusion of this study is that the provision of moringa leaf meal in feed does not have the potential to change the microanatomy of the quail duodenum so that it can be utilized as a feed additive.
{"title":"Struktur Mikroanatomi Duodenum Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Setelah Pemberian Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Dalam Pakan","authors":"Ja'far Umar, M. Djaelani, Kasiyati Kasiyati, S. Sunarno","doi":"10.15408/kauniyah.v17i2.31493","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i2.31493","url":null,"abstract":"AbstrakKelor merupakan tanaman tropis yang kaya fitonutrien dan senyawa bioaktif. Kandungan pada daun kelor mampu mendukung proses pencernaan, absorpsi, metabolisme, dan produktivitas unggas. Pemberian tepung daun kelor dalam pakan dengan konsentrasi yang tepat dapat mengefektifkan proses pencernaan dan absorpsi nutrien dengan memperbaiki struktur mikroanatomi duodenum puyuh. Penelitian ini bertujuan menganalisis pemberian tepung daun kelor dalam pakan terhadap diameter lumen, tinggi vili, lebar vili, dan tebal muskular duodenum puyuh. Desain penelitian menggunakan RAL dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan konsentrasi pemberian tepung daun kelor dalam pakan meliputi 0, 2,5; 5; 7,5, dan 10%. Preparat histologi dibuat melalui metode parafin dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Parameter yang diamati meliputi diameter lumen, tinggi vili, lebar vili, dan tebal lapisan muskular duodenum. Data dianalisis menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung daun kelor dalam pakan berpengaruh tidak nyata (P >0,05) terhadap diameter lumen, tinggi vili, dan lebar vili, namun berpengaruh nyata (P <0,05) terhadap tebal lapisan muskular pada duodenum puyuh. Simpulan dari penelitian ini bahwa pemberian tepung daun kelor dalam pakan tidak berpotensi mengubah mikroanatomi duodenum puyuh sehingga dapat dimanfaatkan sebagai aditif pakan. Namun, pemberian tepung daun kelor dalam pakan berpotensi dalam meningkatkan ketebalan lapisan muskular duodenum puyuh.AbstractMoringa is a tropical plant rich in phytonutrients and bioactive compounds. The content in moringa leaves can support the process of digestion, absorption, metabolism, and productivity of poultry. Giving moringa leaf meal in feed with the right concentration can streamline the digestive process, and nutrient absorption by improving the microanatomical structure of the quail duodenum. This study aims to analyze the provision of moringa leaf flour in feed on the diameter of the lumen, villi height, villi width and muscular thickness of the quail duodenum. The research design used RAL with 5 treatments and 3 replications. The treatment concentration of moringa leaf meal in feed included 0; 2.5; 5; 7.5, and 10%. Histology preparations were made through paraffin method with Hematoxylin-Eosin (HE) staining. Parameters observed included lumen diameter, villi height, villi width, and duodenal muscular layer thickness. Data were analyzed using ANOVA followed by Duncan's test using the SPSS program. The results showed that moringa leaf meal in feed had no significant effect (P >0.05) on lumen diameter, villus height and villus width, but had a significant effect (P <0.05) on the thickness of the muscular layer in the duodenum of quail. The conclusion of this study is that the provision of moringa leaf meal in feed does not have the potential to change the microanatomy of the quail duodenum so that it can be utilized as a feed additive. ","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":"51 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141016937","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v17i2.34219
Andi Hendrawan, S. Prayitno, Didik Wahju Handro Tjahjo
AbstrakPenebaran ikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ikan di perairan Waduk Penjalin. Kemampuan ikan dalam memanfaatkan makanan alami di badan air menjadi salah satu faktor keberhasilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan ikan tebaran dalam memanfaatkan makanan alami di Waduk Penjalin. Penelitian dilakukan menggunakan metode stratified random sampling pada bulan Desember 2021 sampai Februari 2022, dengan pengambilan sampel satu kali setiap bulannya. Pengambilan sampel dilakukan pada 4 stasiun yaitu Dam, Keser Kulon, Soka, dan Kedung Agung. Analisis data meliputi indeks relatif penting, kebiasaan makanan dan tingkat trofik, luas relung, dan tumpang tindih relung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan tebaran termasuk ikan herbivora (nila, tawes, mas) dan karnivora (udang galah). Ikan nila dan tawes memanfaatkan fitoplankton, ikan mas memanfaatkan tumbuhan dan udang galah memanfaatkan moluska sebagai makanan utama. Ikan yang ditebar cenderung spesialis dalam mencari makanan. Tumpang tindih relung tinggi terjadi antara ikan nila dan tawes, namun ketersediaan makanan alami yang melimpah masih memungkinkan ikan tersebut tumbuh dengan baik.AbstractFish enhancement is one of the efforts to increase fish production in Penjalin Reservoir. The ability of fish to utilize natural food in water bodies is one of the success factors. The purpose of this study was to determine the ability of the stockfish to utilize natural food in the Penjalin Reservoir. The research was conducted using the stratified random sampling method in December 2021 until February 2022, with sampling once per month. Sampling was carried out at 4 stations namely Dam, Keser Kulon, Soka and Kedung Agung. Data analysis included relative importance indices, food habits and trophic level, niche breadth and niche overlap. The results showed that the stocked fish included herbivorous fish (nile tilapia, silver barb, common carp) and carnivorous fish (giant freshwater prawns). Nile tilapia and silver barb fish use phytoplankton, common carp use plants and giant freshwater prawns use molluscs as their main food. Stocked fish tend to be specialists in finding food. High niche overlap occurs between tilapia and silver barb, but the availability of natural food still allows these fish to grow well.
{"title":"Kemampuan Adaptasi Ikan Tebaran di Waduk Penjalin Ditinjau dari Kemampuan Memanfaatkan Makanan Alami","authors":"Andi Hendrawan, S. Prayitno, Didik Wahju Handro Tjahjo","doi":"10.15408/kauniyah.v17i2.34219","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i2.34219","url":null,"abstract":"AbstrakPenebaran ikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ikan di perairan Waduk Penjalin. Kemampuan ikan dalam memanfaatkan makanan alami di badan air menjadi salah satu faktor keberhasilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan ikan tebaran dalam memanfaatkan makanan alami di Waduk Penjalin. Penelitian dilakukan menggunakan metode stratified random sampling pada bulan Desember 2021 sampai Februari 2022, dengan pengambilan sampel satu kali setiap bulannya. Pengambilan sampel dilakukan pada 4 stasiun yaitu Dam, Keser Kulon, Soka, dan Kedung Agung. Analisis data meliputi indeks relatif penting, kebiasaan makanan dan tingkat trofik, luas relung, dan tumpang tindih relung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan tebaran termasuk ikan herbivora (nila, tawes, mas) dan karnivora (udang galah). Ikan nila dan tawes memanfaatkan fitoplankton, ikan mas memanfaatkan tumbuhan dan udang galah memanfaatkan moluska sebagai makanan utama. Ikan yang ditebar cenderung spesialis dalam mencari makanan. Tumpang tindih relung tinggi terjadi antara ikan nila dan tawes, namun ketersediaan makanan alami yang melimpah masih memungkinkan ikan tersebut tumbuh dengan baik.AbstractFish enhancement is one of the efforts to increase fish production in Penjalin Reservoir. The ability of fish to utilize natural food in water bodies is one of the success factors. The purpose of this study was to determine the ability of the stockfish to utilize natural food in the Penjalin Reservoir. The research was conducted using the stratified random sampling method in December 2021 until February 2022, with sampling once per month. Sampling was carried out at 4 stations namely Dam, Keser Kulon, Soka and Kedung Agung. Data analysis included relative importance indices, food habits and trophic level, niche breadth and niche overlap. The results showed that the stocked fish included herbivorous fish (nile tilapia, silver barb, common carp) and carnivorous fish (giant freshwater prawns). Nile tilapia and silver barb fish use phytoplankton, common carp use plants and giant freshwater prawns use molluscs as their main food. Stocked fish tend to be specialists in finding food. High niche overlap occurs between tilapia and silver barb, but the availability of natural food still allows these fish to grow well.","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":"56 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141016561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v17i2.30952
E. R. Wardoyo, Rikhsan Kurniatuhadi
AbstrakAspergillus merupakan genus jamur patogen yang menyerang pasca panen hasil tanaman hortikultura, seperti jagung dan kacang-kacangan. Pemanfaatan asap cair untuk mengendalikan pertumbuhan jamur patogen saat pasca panen merupakan salah satu alternatif yang alami dan aman untuk diterapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kemampuan daya hambat dan kategori aktivitas antifungi asap cair berbahan dasar kayu mundu (Garcinia dulcis) terhadap jamur Aspergillus niger dan Aspergillus fumigatus serta kandungan senyawa kimianya. Kayu mundu yang digunakan berasal dari Kabupaten Kubu Raya. Media Potato Dextrose Agar (PDA) digunakan untuk uji aktivitas antifungi asap cair. Enam konsentrasi asap cair yaitu 0; 0,5; 1,0; 1,5, 2,0 dan 2,5% digunakan untuk uji dengan dithane M45 sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asap cair berbahan dasar kayu mundu mampu menekan pertumbuhan jamur A. niger dan A. fumigatus secara signifikan (P <0,05). Konsentrasi asap cair berbahan dasar kayu mundu sebesar 2,5% memberikan hasil terbaik dengan nilai rata-rata penghambatan terhadap jamur A. niger dan A. fumigatus masing-masing sebesar 100 dan 91,81% dan tergolong kategori aktivitas sangat kuat. Uji kandungan senyawa kimia asap cair berbahan dasar kayu mundu mengandung 5 senyawa utama, yaitu 2-propanone, 1,2 ethanediol, acetid acid, phenol 2-methoxy-4-(2-propenyl)-(CAS) eugenol, dan 3-furaldehyde. Asap cair berbahan dasar kayu mundu berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengendali serangan jamur patogen A. niger dan A. fumigatus pada pasca panen tanaman hortikultura.AbstractAspergillus is pathogenic fungi that infect post-harvest yields of horticultural crops, i.e., Zea mays and legum. Using liquid smoke is one of the natural and safe alternatives to control fungus and the growth of pathogenic fungi that attack post-harvest yields of cultivated plants. This study aimed to evaluate the antifungal properties of liquid smoke from mundu (Garcinia dulcis) wood against the fungus Aspergillus niger and Aspergillus fumigatus. Mundu wood is from Kubu Raya Regency. The Agar media used was Potato Dextrin Agar (PDA), and concentrations of liquid smoke were 0; 0.5; 1.0; 1.5; 2.0; and 2.5%. The results indicated that the liquid smoke from Mundu wood significantly inhibited the A. niger and A. fumigatus growth (P <0.05). The highest result of liquid smoke from Mundu wood against A. niger and A. fumigatus is a concentration of 2.5% with an average inhibition value of 100 and 91.81%, respectively, with a firm activity level. The contents of liquid smoke contained five dominant compounds, i.e., 2-propanone, 1,2 ethanediol, acetic acid, phenol 2-methoxy-4-(2-propenyl)-(CAS) eugenol, and 3-furaldehyde. Liquid smoke produced from mundu wood has the potential to be developed for the control of pathogenic fungi A. niger and A. fumigatus in post-harvest horticultural crops.
{"title":"Efikasi Asap Cair Dari Kayu Mundu (Garcinia dulcis) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Jamur Aspergillus niger dan Aspergillus fumigatus","authors":"E. R. Wardoyo, Rikhsan Kurniatuhadi","doi":"10.15408/kauniyah.v17i2.30952","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i2.30952","url":null,"abstract":"AbstrakAspergillus merupakan genus jamur patogen yang menyerang pasca panen hasil tanaman hortikultura, seperti jagung dan kacang-kacangan. Pemanfaatan asap cair untuk mengendalikan pertumbuhan jamur patogen saat pasca panen merupakan salah satu alternatif yang alami dan aman untuk diterapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kemampuan daya hambat dan kategori aktivitas antifungi asap cair berbahan dasar kayu mundu (Garcinia dulcis) terhadap jamur Aspergillus niger dan Aspergillus fumigatus serta kandungan senyawa kimianya. Kayu mundu yang digunakan berasal dari Kabupaten Kubu Raya. Media Potato Dextrose Agar (PDA) digunakan untuk uji aktivitas antifungi asap cair. Enam konsentrasi asap cair yaitu 0; 0,5; 1,0; 1,5, 2,0 dan 2,5% digunakan untuk uji dengan dithane M45 sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asap cair berbahan dasar kayu mundu mampu menekan pertumbuhan jamur A. niger dan A. fumigatus secara signifikan (P <0,05). Konsentrasi asap cair berbahan dasar kayu mundu sebesar 2,5% memberikan hasil terbaik dengan nilai rata-rata penghambatan terhadap jamur A. niger dan A. fumigatus masing-masing sebesar 100 dan 91,81% dan tergolong kategori aktivitas sangat kuat. Uji kandungan senyawa kimia asap cair berbahan dasar kayu mundu mengandung 5 senyawa utama, yaitu 2-propanone, 1,2 ethanediol, acetid acid, phenol 2-methoxy-4-(2-propenyl)-(CAS) eugenol, dan 3-furaldehyde. Asap cair berbahan dasar kayu mundu berpotensi untuk dikembangkan sebagai pengendali serangan jamur patogen A. niger dan A. fumigatus pada pasca panen tanaman hortikultura.AbstractAspergillus is pathogenic fungi that infect post-harvest yields of horticultural crops, i.e., Zea mays and legum. Using liquid smoke is one of the natural and safe alternatives to control fungus and the growth of pathogenic fungi that attack post-harvest yields of cultivated plants. This study aimed to evaluate the antifungal properties of liquid smoke from mundu (Garcinia dulcis) wood against the fungus Aspergillus niger and Aspergillus fumigatus. Mundu wood is from Kubu Raya Regency. The Agar media used was Potato Dextrin Agar (PDA), and concentrations of liquid smoke were 0; 0.5; 1.0; 1.5; 2.0; and 2.5%. The results indicated that the liquid smoke from Mundu wood significantly inhibited the A. niger and A. fumigatus growth (P <0.05). The highest result of liquid smoke from Mundu wood against A. niger and A. fumigatus is a concentration of 2.5% with an average inhibition value of 100 and 91.81%, respectively, with a firm activity level. The contents of liquid smoke contained five dominant compounds, i.e., 2-propanone, 1,2 ethanediol, acetic acid, phenol 2-methoxy-4-(2-propenyl)-(CAS) eugenol, and 3-furaldehyde. Liquid smoke produced from mundu wood has the potential to be developed for the control of pathogenic fungi A. niger and A. fumigatus in post-harvest horticultural crops. ","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":"57 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141015578","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v17i2.34900
Rayhannisa Rayhannisa, Z. Zumaidar, Amalia Amalia, Widya Sari, Saudah Saudah
AbstractKecombrang (Etlingera elatior) is one of the plant species of the Zingiberaceae family is widely used by the community as food and medicine. Not much research has been done on the morphological diversity of kecombrang plants in Aceh, so scientific information about these plants is still minimal. Therefore, this research needs to be carried out to enrich knowledge about these plants in the Aceh region. Sampling was conducted from January to April 2022 at three places in Central Aceh, Banda Aceh, Weh Island, and Simeulue Island. This research was carried out according to the survey method by roaming and direct collection. A total of 12 groves were collected from wild and cultivated area and observed for 43 characters consisting of quantitative and qualitative data. Based on these observations, two variations of the kecombrang plant have been found based on the color of the bracts, namely the red and pink variants. Based on morphological characters of vegetative organs, all samples of Etlingera elatior had a similarity distance coefficient from 67 to 86%. In addition, the kecombrang plants found in the highlands of Central Aceh have a larger size in leaf and inflorescent compared to samples from other locations.AbstrakKecombrang (Etlingera elatior) adalah salah satu jenis tumbuhan famili Zingiberaceae yang secara luas penggunaanya dikenal oleh masyarakat sebagai makanan dan obat. Belum banyak penelitian terkait keanekaragaman morfologi tumbuhan kecombrang di Aceh, sehingga informasi ilmiah tentang tumbuhan ini masih sedikit. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk memperkaya pengetahuan tentang tumbuhan tersebut di daerah Aceh. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari hingga April 2022 di tiga tempat yaitu di Aceh Tengah, Banda Aceh, Pulau Weh, dan Pulau Simeulue. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan cara jelajah dan pengumpulan langsung. Sebanyak 12 rumpun dikumpulkan dari kawasan liar dan budi daya dan diamati sebanyak 43 karakter yang terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan pengamatan tersebut, ditemukan dua variasi tanaman kecombrang berdasarkan warna braktea, yaitu varian merah dan merah jambu. Berdasarkan karakter morfologi organ vegetatif, seluruh sampel Etlingera elatior memiliki koefisien kemiripan dari 67 hingga 86%. Selain itu, kecombrang yang ditemukan di dataran tinggi Aceh Tengah mempunyai ukuran daun dan perbungaan yang lebih besar dibandingkan sampel dari lokasi lain.
摘要Keccombrang(Etlingera elatior)是茜草科植物之一,被社区广泛用作食物和药物。亚齐省对龙脑香植物形态多样性的研究不多,因此有关这些植物的科学信息仍然很少。因此,有必要开展这项研究,以丰富亚齐地区对这些植物的了解。采样工作于 2022 年 1 月至 4 月在亚齐中部的班达亚齐、Weh 岛和 Simeulue 岛三个地方进行。本次研究采用漫游和直接采集的调查方法。从野生和栽培区共采集了 12 个小树林,观察了 43 个特征,包括定量和定性数据。根据这些观察结果,根据苞片的颜色发现了两种变异,即红色变异和粉红色变异。根据无性器官的形态特征,Etlingera elatior 的所有样本的相似性距离系数为 67% 至 86%。此外,与其他地方的样本相比,在亚齐中部高地发现的棣棠属植物在叶片和花序方面的尺寸更大.AbstrakKecombrang (Etlingera elatior) adalah salah satu jenis tumbuhan famili Zingiberaceae yang secara las penggunaanya dikenal oleh masyarakat sebagai makanan dan obat.亚齐的许多研究人员都在研究楠木的形态学,但有关楠木的信息却很少。因此,在亚齐,我们可以通过这种方式来了解有关殡仪馆的信息。该项目将于 2022 年 1 月至 4 月在亚齐腾格里(Aceh Tengah)、班达亚齐(Banda Aceh)、威赫岛(Pulau Weh)和西穆鲁岛(Pulau Simeulue)等地区实施。该项目采用调查方法,对当地的人口和经济状况进行调查。其中 12 个调查对象的数据来自说谎者和日间布迪,43 个调查对象的数据来自经济和社会数据。通过对这些数据的分析,我们发现了许多不同的数据,包括不同的 "merah "和 "merah jambu "数据。从植物器官的形态学角度来看,啮齿类动物的啮齿螨的螨螨率为 67% 至 86%。在此基础上,亚齐登加省的主要生物群落都在当地的沼泽中生长。
{"title":"Morphological Characteristics of Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith) in Several Regions in Aceh Province, Sumatra","authors":"Rayhannisa Rayhannisa, Z. Zumaidar, Amalia Amalia, Widya Sari, Saudah Saudah","doi":"10.15408/kauniyah.v17i2.34900","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i2.34900","url":null,"abstract":"AbstractKecombrang (Etlingera elatior) is one of the plant species of the Zingiberaceae family is widely used by the community as food and medicine. Not much research has been done on the morphological diversity of kecombrang plants in Aceh, so scientific information about these plants is still minimal. Therefore, this research needs to be carried out to enrich knowledge about these plants in the Aceh region. Sampling was conducted from January to April 2022 at three places in Central Aceh, Banda Aceh, Weh Island, and Simeulue Island. This research was carried out according to the survey method by roaming and direct collection. A total of 12 groves were collected from wild and cultivated area and observed for 43 characters consisting of quantitative and qualitative data. Based on these observations, two variations of the kecombrang plant have been found based on the color of the bracts, namely the red and pink variants. Based on morphological characters of vegetative organs, all samples of Etlingera elatior had a similarity distance coefficient from 67 to 86%. In addition, the kecombrang plants found in the highlands of Central Aceh have a larger size in leaf and inflorescent compared to samples from other locations.AbstrakKecombrang (Etlingera elatior) adalah salah satu jenis tumbuhan famili Zingiberaceae yang secara luas penggunaanya dikenal oleh masyarakat sebagai makanan dan obat. Belum banyak penelitian terkait keanekaragaman morfologi tumbuhan kecombrang di Aceh, sehingga informasi ilmiah tentang tumbuhan ini masih sedikit. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk memperkaya pengetahuan tentang tumbuhan tersebut di daerah Aceh. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari hingga April 2022 di tiga tempat yaitu di Aceh Tengah, Banda Aceh, Pulau Weh, dan Pulau Simeulue. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan cara jelajah dan pengumpulan langsung. Sebanyak 12 rumpun dikumpulkan dari kawasan liar dan budi daya dan diamati sebanyak 43 karakter yang terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan pengamatan tersebut, ditemukan dua variasi tanaman kecombrang berdasarkan warna braktea, yaitu varian merah dan merah jambu. Berdasarkan karakter morfologi organ vegetatif, seluruh sampel Etlingera elatior memiliki koefisien kemiripan dari 67 hingga 86%. Selain itu, kecombrang yang ditemukan di dataran tinggi Aceh Tengah mempunyai ukuran daun dan perbungaan yang lebih besar dibandingkan sampel dari lokasi lain.","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":"4 8","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141015440","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v17i2.33861
Gunawan Aliyansyah, Kholifah Holil
AbstrakSampah plastik di perairan akibat dari peningkatan populasi manusia menjadi sumber kontaminasi mikroplastik pada ikan bandeng (Chanos chanos) di sistem tambak tradisional di kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan mengetahui tipe dan kelimpahan mikroplastik pada insang dan saluran pencernaan ikan bandeng serta polimer yang terkandung dalam mikroplastik. Jenis penelitian termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan eksploratif. Metode penentuan lokasi menggunakan purposive sampling pada 3 stasiun dengan 3 pengulangan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 3 tipe mikroplastik yaitu fiber, fragment, dan film dengan nilai kelimpahan tertinggi diperoleh pada tipe fiber yaitu 11,11 partikel/individu (insang) dan 9,05 partikel/individu (saluran pencernaan) dari sampel stasiun 2. Nilai mikroplastik yang ditemukan di insang paling tinggi nilai kelimpahannya (2,34 partikel/individu) dibandingkan dengan yang terdapat pada saluran pencernaan (1,86 partikel/individu). Sedangkan jenis polimer yang ditemukan adalah nilon (poliamida), polivinil klorida (PVC), dan low-density polyethylene (LDPE). Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan perlu diteliti lebih lanjut nilai lethal dosis mikroplastik dan pengaruh yang ditimbulkan sebagai akibat ditemukannya berbagai tipe mikroplastik pada organ insang dan saluran pencernaan terhadap pertumbuhan ikan bandeng.AbstractPlastic waste in waters that is increased by the human population is the most common source of microplastic contamination in milkfish (Chanos chanos) from the traditional pond system at Sedati district Sidoarjo regency. This research aims to identify the microplastic type, abundance, and polymers in the microplastics. This type of research includes qualitative and quantitative descriptive with an explorative approach. The location determination method uses purposive sampling at 3 stations with 3 repetitions. The study revealed three types of microplastics, which are fiber, fragment, and film with fiber exhibiting the highest abundance at 11,11 particles/ind in gills, while gastrointestinal tracts showed 9.05 particles/ind at station 2. Additionally, Chanos chanos gills displayed the highest microplastic abundance (2.34 particles/ind) compared to the gastrointestinal tract (1.86 particles/ind). The study identified various polymers within the microplastics, including nylon (polyamide), polyvinyl chloride (PVC), and low-density polyethylene (LDPE). Further research is needed to determine the lethal dosage of microplastics and their specific effects on Chanos chanos growth in both the gill and gastrointestinal tract.
{"title":"Identifikasi Mikroplastik Pada Insang dan Saluran Pencernaan Ikan Bandeng (Chanos chanos) dari Tambak Tradisional Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo","authors":"Gunawan Aliyansyah, Kholifah Holil","doi":"10.15408/kauniyah.v17i2.33861","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v17i2.33861","url":null,"abstract":"AbstrakSampah plastik di perairan akibat dari peningkatan populasi manusia menjadi sumber kontaminasi mikroplastik pada ikan bandeng (Chanos chanos) di sistem tambak tradisional di kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan mengetahui tipe dan kelimpahan mikroplastik pada insang dan saluran pencernaan ikan bandeng serta polimer yang terkandung dalam mikroplastik. Jenis penelitian termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan eksploratif. Metode penentuan lokasi menggunakan purposive sampling pada 3 stasiun dengan 3 pengulangan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 3 tipe mikroplastik yaitu fiber, fragment, dan film dengan nilai kelimpahan tertinggi diperoleh pada tipe fiber yaitu 11,11 partikel/individu (insang) dan 9,05 partikel/individu (saluran pencernaan) dari sampel stasiun 2. Nilai mikroplastik yang ditemukan di insang paling tinggi nilai kelimpahannya (2,34 partikel/individu) dibandingkan dengan yang terdapat pada saluran pencernaan (1,86 partikel/individu). Sedangkan jenis polimer yang ditemukan adalah nilon (poliamida), polivinil klorida (PVC), dan low-density polyethylene (LDPE). Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan perlu diteliti lebih lanjut nilai lethal dosis mikroplastik dan pengaruh yang ditimbulkan sebagai akibat ditemukannya berbagai tipe mikroplastik pada organ insang dan saluran pencernaan terhadap pertumbuhan ikan bandeng.AbstractPlastic waste in waters that is increased by the human population is the most common source of microplastic contamination in milkfish (Chanos chanos) from the traditional pond system at Sedati district Sidoarjo regency. This research aims to identify the microplastic type, abundance, and polymers in the microplastics. This type of research includes qualitative and quantitative descriptive with an explorative approach. The location determination method uses purposive sampling at 3 stations with 3 repetitions. The study revealed three types of microplastics, which are fiber, fragment, and film with fiber exhibiting the highest abundance at 11,11 particles/ind in gills, while gastrointestinal tracts showed 9.05 particles/ind at station 2. Additionally, Chanos chanos gills displayed the highest microplastic abundance (2.34 particles/ind) compared to the gastrointestinal tract (1.86 particles/ind). The study identified various polymers within the microplastics, including nylon (polyamide), polyvinyl chloride (PVC), and low-density polyethylene (LDPE). Further research is needed to determine the lethal dosage of microplastics and their specific effects on Chanos chanos growth in both the gill and gastrointestinal tract.","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":"55 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141016571","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2024-05-03DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.1.27417
Didik Pujdi Restanto, Nurniati Nafiah, W. I. D. Fanata, Tria Ratnasari, Refa Firgiyanto
AbstrakTanaman krisan varietas Suciono merupakan tanaman hias yang potensial dikembangkan dan diminati oleh penduduk dunia, yang ditunjukkan dengan permintaan pasar terhadap tanaman krisan meningkat sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan perbanyakan krisan secara in vitro sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Indole Acetic Acid (IAA) dan Benzly Amino Purine (BAP) terhadap multiplikasi tunas krisan varietas Suciono. Desain penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yakni kombinasi hormon IAA dan BAP yang 9 kombinasi, yakni 0 mg/L + 1,5 mg/L; 0 mg/L + 2 mg/L; 0 mg/L + 2,5 mg/L; 0,5 mg/L + 1,5 mg/L; 0,5 mg/L + 2 mg/L; 0,5 mg/L + 2,5 mg/L; 1 mg/L + 1,5 mg/L; 1 mg/L + 2 mg/L; dan 1 mg/L + 2,5 mg/L dimana setiap kombinasi diulang sebanyak 3 kali. Variabel yang diamati meliputi analisis histologis kalus, waktu muncul tunas, jumlah tunas, tinggi tunas, dan jumlah daun. Hasil analisis ragam atau ANOVA menunjukkan bahwa kombinasi IAA 0 mg/L dan BAP 2 mg/L merupakan kombinasi konsentrasi terbaik untuk multiplikasi tunas. Penambahan BAP 2 mg/L mampu menghasilkan persentase muncul tunas. 100%, jumlah tunas 3 per-eksplan, tinggi tunas 7 cm, dan jumlah daun sebanyak 16 helai.AbstractThe variety Suciono of chrysanthemum is a potential ornamental plant that is in demand by the world's population, as indicated by the increasing market demand for chrysanthemum plants throughout the year. This has led to the importance of in vitro propagation of chrysanthemum. The aim of the this study is to determine the effect of Indole Acetic Acid (IAA) and Benzly Amino Purine (BAP) on the multiplication of chrysanthemum shoots of the Suciono variety. The design of this study used nodus explants, treated with a combination of IAA hormones and BAP. It is make 9 combinations, and then the combinations of hormones is 0 mg/L + 1,5 mg/L; 0 mg/L + 2 mg/L; 0 mg/L + 2,5 mg/L; 0,5 mg/L + 1,5 mg/L; 0,5 mg/L + 2 mg/L; 0,5 mg/L + 2,5 mg/L; 1 mg/L + 1,5 mg/L; 1 mg/L + 2 mg/L; and 1 mg/L + 2,5 mg/L. The observed variables included histological analysis of callus, time of shoot emergence, number of shoots, shoots height, and number of leaves. The results of the analysis showed that the treatment with 0 mg/L IAA and 2 mg/L BAP was the best concentration for shoots multiplication. The addition of 2 mg/L BAP was able to produce a percentage of shoots emergence of 100%, 3 shoots per explant, shoots height of 7 cm and 16 leaves.
AbstrakTanaman krisan varietas Suciono merupakan tanaman hias yang potensial dikembangkan diminati oleh penduduk dunia, yang ditunjukkan dengan permintaan pas terhadap tanaman krisan meningkat sepanjang tahun.这意味着,体外培养的儿童的生命周期将被延长。体外培植的目的是获得吲哚乙酸(IAA)和苯胺嘌呤(BAP)在穗状花序变种中的增殖作用。0 mg/L + 2,5 mg/L; 0,5 mg/L + 1,5 mg/L; 0,5 mg/L + 2 mg/L; 0,5 mg/L + 2,5 mg/L; 1 mg/L + 1,5 mg/L; 1 mg/L + 2 mg/L; and 1 mg/L + 2,5 mg/L dimana setiap kombinasi diulang sebanyak 3 kali.可使用的变量包括金枪鱼组织学分析、金枪鱼生长期分析、金枪鱼体重分析、金枪鱼生长期分析和金枪鱼生长期分析。方差分析表明,IAA 0 毫克/升和 BAP 2 毫克/升的组合是金枪鱼增殖的最佳组合。BAP 2 毫克/升可提高金枪鱼的持久性。摘要菊花品种 Suciono 是一种很有潜力的观赏植物,它受到世界人口的追捧,市场对菊花植物的需求量一年比一年大。因此,菊花的体外繁殖显得尤为重要。本研究旨在确定吲哚乙酸(IAA)和苯胺嘌呤(BAP)对 Suciono 品种菊花嫩枝繁殖的影响。本研究的设计使用了经 IAA 激素和 BAP 组合处理的无节外植体。共有 9 种组合,激素组合为 0 mg/L + 1,5 mg/L;0 mg/L + 2 mg/L;0 mg/L + 2,5 mg/L;0,5 mg/L + 1,5 mg/L;0,5 mg/L + 2 mg/L;0,5 mg/L + 2,5 mg/L;1 mg/L + 1,5 mg/L;1 mg/L + 2 mg/L;1 mg/L + 2,5 mg/L。 观察变量包括胼胝组织学分析、出芽时间、芽数、芽高和叶片数。分析结果表明,0 毫克/升 IAA 和 2 毫克/升 BAP 处理是芽繁殖的最佳浓度。添加 2 毫克/升 BAP 能使出芽率达到 100%,每个外植体长出 3 个芽,芽高达到 7 厘米,叶片数达到 16 片。
{"title":"Respon IAA dan BAP Terhadap Multiplikasi In Vitro Tunas Tanaman Krisan Varietas Suciono (Chrysanthemum indicum L)","authors":"Didik Pujdi Restanto, Nurniati Nafiah, W. I. D. Fanata, Tria Ratnasari, Refa Firgiyanto","doi":"10.15408/kauniyah.v16i2.1.27417","DOIUrl":"https://doi.org/10.15408/kauniyah.v16i2.1.27417","url":null,"abstract":"AbstrakTanaman krisan varietas Suciono merupakan tanaman hias yang potensial dikembangkan dan diminati oleh penduduk dunia, yang ditunjukkan dengan permintaan pasar terhadap tanaman krisan meningkat sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan perbanyakan krisan secara in vitro sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Indole Acetic Acid (IAA) dan Benzly Amino Purine (BAP) terhadap multiplikasi tunas krisan varietas Suciono. Desain penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yakni kombinasi hormon IAA dan BAP yang 9 kombinasi, yakni 0 mg/L + 1,5 mg/L; 0 mg/L + 2 mg/L; 0 mg/L + 2,5 mg/L; 0,5 mg/L + 1,5 mg/L; 0,5 mg/L + 2 mg/L; 0,5 mg/L + 2,5 mg/L; 1 mg/L + 1,5 mg/L; 1 mg/L + 2 mg/L; dan 1 mg/L + 2,5 mg/L dimana setiap kombinasi diulang sebanyak 3 kali. Variabel yang diamati meliputi analisis histologis kalus, waktu muncul tunas, jumlah tunas, tinggi tunas, dan jumlah daun. Hasil analisis ragam atau ANOVA menunjukkan bahwa kombinasi IAA 0 mg/L dan BAP 2 mg/L merupakan kombinasi konsentrasi terbaik untuk multiplikasi tunas. Penambahan BAP 2 mg/L mampu menghasilkan persentase muncul tunas. 100%, jumlah tunas 3 per-eksplan, tinggi tunas 7 cm, dan jumlah daun sebanyak 16 helai.AbstractThe variety Suciono of chrysanthemum is a potential ornamental plant that is in demand by the world's population, as indicated by the increasing market demand for chrysanthemum plants throughout the year. This has led to the importance of in vitro propagation of chrysanthemum. The aim of the this study is to determine the effect of Indole Acetic Acid (IAA) and Benzly Amino Purine (BAP) on the multiplication of chrysanthemum shoots of the Suciono variety. The design of this study used nodus explants, treated with a combination of IAA hormones and BAP. It is make 9 combinations, and then the combinations of hormones is 0 mg/L + 1,5 mg/L; 0 mg/L + 2 mg/L; 0 mg/L + 2,5 mg/L; 0,5 mg/L + 1,5 mg/L; 0,5 mg/L + 2 mg/L; 0,5 mg/L + 2,5 mg/L; 1 mg/L + 1,5 mg/L; 1 mg/L + 2 mg/L; and 1 mg/L + 2,5 mg/L. The observed variables included histological analysis of callus, time of shoot emergence, number of shoots, shoots height, and number of leaves. The results of the analysis showed that the treatment with 0 mg/L IAA and 2 mg/L BAP was the best concentration for shoots multiplication. The addition of 2 mg/L BAP was able to produce a percentage of shoots emergence of 100%, 3 shoots per explant, shoots height of 7 cm and 16 leaves.","PeriodicalId":505278,"journal":{"name":"Al-Kauniyah: Jurnal Biologi","volume":"44 187","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-05-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"141016744","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}