Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan kondisi ibu hamil yang mengalami malnutrisi, berlangsung menahun dan mengakibatkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayi. Upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kekurangan energi kronik merupakan hal yang dilakukan untuk menurunkan kasus KEK di wilayah kerja Puskesmas Cikupa. Metode diagnosis yang digunakan adalah Paradigma Blum, pengumpulan data melalui mini survei. Prioritas masalah ditentukan dengan metode non skoring delphi. Akar penyebab masalah menggunakan fishbone. Hasil intervensi dilihat dari nilai test setelah penyuluhan dan skrining KEK. Pemantauan menggunakan siklus Plan–Do-Check-Action (PDCA) dan evaluasi dengan pendekatan sistem. Dari hasil analisis data menggunakan t-test didapatkan terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna (P-value <0,01 dengan nilai mean difference 17,65). Intervensi dianggap berhasil karena adanya peningkatan nilai rata-rata post test dari pre test. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan, peserta dapat membagikan informasi ke lingkungan sekitar sehingga diharapkan dapat menurunkan kasus KEK di Puskesmas Cikupa.
{"title":"DIAGNOSIS KOMUNITAS DALAM UPAYA PENURUNAN KASUS KEKURANGAN ENERGI KRONIK PADA IBU HAMIL DI DESA TALAGA, WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIKUPA","authors":"Sianne Wijaya, Zita Atzmardina, Komunitas Paradigma, Blum","doi":"10.32539/jkk.v11i1.223","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v11i1.223","url":null,"abstract":"Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan kondisi ibu hamil yang mengalami malnutrisi, berlangsung menahun dan mengakibatkan gangguan kesehatan pada ibu dan bayi. Upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kekurangan energi kronik merupakan hal yang dilakukan untuk menurunkan kasus KEK di wilayah kerja Puskesmas Cikupa. Metode diagnosis yang digunakan adalah Paradigma Blum, pengumpulan data melalui mini survei. Prioritas masalah ditentukan dengan metode non skoring delphi. Akar penyebab masalah menggunakan fishbone. Hasil intervensi dilihat dari nilai test setelah penyuluhan dan skrining KEK. Pemantauan menggunakan siklus Plan–Do-Check-Action (PDCA) dan evaluasi dengan pendekatan sistem. Dari hasil analisis data menggunakan t-test didapatkan terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna (P-value <0,01 dengan nilai mean difference 17,65). Intervensi dianggap berhasil karena adanya peningkatan nilai rata-rata post test dari pre test. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan, peserta dapat membagikan informasi ke lingkungan sekitar sehingga diharapkan dapat menurunkan kasus KEK di Puskesmas Cikupa.","PeriodicalId":516636,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140504771","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tubagus Muhammad Sya’bani, Rita Khairani, COHbMerokokAktivitasFisik
Penelitian ini bertujuan untuk menilai adanya korelasi antara kadar karbon monoksida ekspirasi pada pengemudi ojek.Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Responden yang terlibat merupakan pengemudi ojek di Jakarta, berjumlah 170 orang, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Pengambilan data menggunakan wawancara kuesioner Indeks Brinkman dan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), serta pemeriksaan COHb dengan menggunakan Smokelyzer. Analisis data menggunakan uji statistik korelasi Spearman. Batas kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan, frekuensi merokok berada pada klasifikasi berat (37.1%). Sebagian besar intensitas aktivitas fisik berada pada klasifikasi ringan (54.1%). Karakteristik kadar karbon monoksida diklasifikasikan menjadi ringan-sedang (26.5%) dan berat-sangat berat (73.5%). Analisis bivariat menunjukan terdapat korelasi positif lemah bermakna antara merokok dengan COHb. (r = 0.347; p = <0.001), dan terdapat korelasi negatif lemah bermakna antara aktivitas fisik dan COHb. (r = -0.258 ; p = 0.001).
{"title":"PENINGKATAN KADAR KARBON MONOKSIDA EKSPIRASI PADA PENGEMUDI OJEK PEROKOK DI JAKARTA BARAT","authors":"Tubagus Muhammad Sya’bani, Rita Khairani, COHbMerokokAktivitasFisik","doi":"10.32539/jkk.v11i1.234","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v11i1.234","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menilai adanya korelasi antara kadar karbon monoksida ekspirasi pada pengemudi ojek.Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Responden yang terlibat merupakan pengemudi ojek di Jakarta, berjumlah 170 orang, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Pengambilan data menggunakan wawancara kuesioner Indeks Brinkman dan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), serta pemeriksaan COHb dengan menggunakan Smokelyzer. Analisis data menggunakan uji statistik korelasi Spearman. Batas kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan, frekuensi merokok berada pada klasifikasi berat (37.1%). Sebagian besar intensitas aktivitas fisik berada pada klasifikasi ringan (54.1%). Karakteristik kadar karbon monoksida diklasifikasikan menjadi ringan-sedang (26.5%) dan berat-sangat berat (73.5%). Analisis bivariat menunjukan terdapat korelasi positif lemah bermakna antara merokok dengan COHb. (r = 0.347; p = <0.001), dan terdapat korelasi negatif lemah bermakna antara aktivitas fisik dan COHb. (r = -0.258 ; p = 0.001).","PeriodicalId":516636,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140505103","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Desi Oktariana, F. Argentina, K. Rahadiyanto, Phey Liana, Evi Lusiana, Nia Savitri Tamzil, Gita Dwi Prasasty
Leprosy is an infectious disease caused by the acid-fast bacillus, namely Mycobacterium lepra. The entry of Mycobacterium leprae into the body can trigger various immune responses. in some individuals, an adequate immune response can prevent the development of this disease, but in other individuals it can develop into a severe form that can result in disability. Leprosy is widespread throughout the world, especially in tropical/subtropical areas. The highest incidence rates are in India, Brazil and India. Eradicating this disease is still a challenge, especially in endemic areas like Indonesia. Therefore, this article aims to review the basic concepts of leprosy, especially in the epidemiological and etiopathogenesis aspects of leprosy, so that it can be used as a reference for further research.
{"title":"EPIDEMIOLOGICAL AND ETIOPATHOGENESIS ASPECTS OF LEPROSY","authors":"Desi Oktariana, F. Argentina, K. Rahadiyanto, Phey Liana, Evi Lusiana, Nia Savitri Tamzil, Gita Dwi Prasasty","doi":"10.32539/jkk.v11i1.369","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v11i1.369","url":null,"abstract":"Leprosy is an infectious disease caused by the acid-fast bacillus, namely Mycobacterium lepra. The entry of Mycobacterium leprae into the body can trigger various immune responses. in some individuals, an adequate immune response can prevent the development of this disease, but in other individuals it can develop into a severe form that can result in disability. Leprosy is widespread throughout the world, especially in tropical/subtropical areas. The highest incidence rates are in India, Brazil and India. Eradicating this disease is still a challenge, especially in endemic areas like Indonesia. Therefore, this article aims to review the basic concepts of leprosy, especially in the epidemiological and etiopathogenesis aspects of leprosy, so that it can be used as a reference for further research.","PeriodicalId":516636,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140505467","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fariza Suhaila, M. Jalaluddin, Assuyuthi Chalil, Andri Yunafri, Abdul Gafar Parinduri, Fariza Suhaila1
Profile of nutritional status and eating behavior of doctors in their work To determine the description of acute post-operative pain management in patients undergoing elective surgery at RSU Haji Medan. This research is a descriptive study with a cross-sectional research design on elective post-operative patients. In this study, the number of respondents who participated was 66 people, with the largest gender being 37 people (56.1%), the average age was 40 years, and the majority of respondents were Javanese, namely 25 people (37.9%) . The highest preoperative pain intensity was moderate pain, amounting to 41 people (62.1%). The majority of pain intensity in the first 8 hours after surgery was moderate pain, in the second 8 hours the majority was mild pain and in the third 8 hours the majority was no pain. The majority of post-operative analgesic regimens use a combination of intravenous injection of ketorolac 30 mg and paracetamol 1 gram per 8 hours. The majority of the side effects felt by respondents after surgery were nausea.
{"title":"GAMBARAN MANAJEMEN NYERI AKUT PASKA OPERASI PADA PASIEN YANG MENJALANI TINDAKAN OPERASI ELEKTIF DI RSU HAJI MEDAN","authors":"Fariza Suhaila, M. Jalaluddin, Assuyuthi Chalil, Andri Yunafri, Abdul Gafar Parinduri, Fariza Suhaila1","doi":"10.32539/jkk.v11i1.218","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v11i1.218","url":null,"abstract":"Profile of nutritional status and eating behavior of doctors in their work To determine the description of acute post-operative pain management in patients undergoing elective surgery at RSU Haji Medan. This research is a descriptive study with a cross-sectional research design on elective post-operative patients. In this study, the number of respondents who participated was 66 people, with the largest gender being 37 people (56.1%), the average age was 40 years, and the majority of respondents were Javanese, namely 25 people (37.9%) . The highest preoperative pain intensity was moderate pain, amounting to 41 people (62.1%). The majority of pain intensity in the first 8 hours after surgery was moderate pain, in the second 8 hours the majority was mild pain and in the third 8 hours the majority was no pain. The majority of post-operative analgesic regimens use a combination of intravenous injection of ketorolac 30 mg and paracetamol 1 gram per 8 hours. The majority of the side effects felt by respondents after surgery were nausea.","PeriodicalId":516636,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140505369","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The School Health Unit (UKS) program has been implemented since 1984. Although this program has been done yearly, the children's health status has not been optimized yet. Studies have been done to evaluate this program, however very limited studies have been done to explore the stakeholders of the program, their roles, and their conflicts, especially at the school level. This study aimed to stakeholder analysis of school health programs at school level. This was a qualitative case study of 4 elementary schools in North Jakarta. Data collection was carried out by means of in-depth interviews. Stakeholder analysis was performed by using steps which consist of identifying stakeholders, identifying interests, analyzing the influence of identified stakeholders and identifying risks, and anticipating risk management. Stakeholder mapping is done using the Grid mapping model. This study shows that in private primary schools, the most influential actors were foundations, namely as “context setters”. In public elementary schools, UKS teachers were the “subjects” and the education authorities were the powerful party in the development of infrastructure. This study also found that there was a conflict between the interests and influence of the main stakeholders, namely foundations and Education Authorities. Foundations and Education Authorities were not directly involved in implementing UKS in schools. This research concludes that the actors have not been maximal in carrying out their roles in the UKS policy at elementary schools in North Jakarta. Cooperation between actors needs to be improved.
{"title":"STAKEHOLDER ANALYSIS OF SCHOOL HEALTH PROGRAM AT ELEMENTARY SCHOOLS IN NORTH JAKARTA, A CASE STUDY","authors":"Xarisa Azalia, Regina Satya Wiraharja","doi":"10.32539/jkk.v11i1.228","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v11i1.228","url":null,"abstract":"The School Health Unit (UKS) program has been implemented since 1984. Although this program has been done yearly, the children's health status has not been optimized yet. Studies have been done to evaluate this program, however very limited studies have been done to explore the stakeholders of the program, their roles, and their conflicts, especially at the school level. This study aimed to stakeholder analysis of school health programs at school level. This was a qualitative case study of 4 elementary schools in North Jakarta. Data collection was carried out by means of in-depth interviews. Stakeholder analysis was performed by using steps which consist of identifying stakeholders, identifying interests, analyzing the influence of identified stakeholders and identifying risks, and anticipating risk management. Stakeholder mapping is done using the Grid mapping model. This study shows that in private primary schools, the most influential actors were foundations, namely as “context setters”. In public elementary schools, UKS teachers were the “subjects” and the education authorities were the powerful party in the development of infrastructure. This study also found that there was a conflict between the interests and influence of the main stakeholders, namely foundations and Education Authorities. Foundations and Education Authorities were not directly involved in implementing UKS in schools. This research concludes that the actors have not been maximal in carrying out their roles in the UKS policy at elementary schools in North Jakarta. Cooperation between actors needs to be improved.","PeriodicalId":516636,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140505291","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada era pandemi Covid-19 terjadi peningkatan perilaku sedentari akibat dari pembatasan aktivitas di luar rumah misal dengan melakukan isolasi mandiri. Kondisi ini terjadi pada semua orang tidak terkecuali pada remaja. Salah satu dampak dari perilaku sedentari adalah penurunan prestasi belajar. Pada tahun 2020, prevalensi remaja Indonesia dengan perilaku sedentari tinggi tercatat sebesar 24,5%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku sedentari dengan prestasi belajar pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan subjek 180 responden remaja di salah satu SMA negeri di Jakarta. Teknik pengumpulan data perilaku sedentari menggunakan kuesioner dan prestasi belajar dinilai melalui rapor ujian tengah semester pada bulan Mei-Juni 2022. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi square. Hasil pada penelitian menunjukan bahwa prevalensi perilaku sedentari tinggi sebesar 98,3% dan tidak terdapat hubungan antara perilaku sedentari dengan prestasi belajar (p=0.243). Hal ini menunjukan bahwa perilaku sedentari tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar pada remaja di salah satu SMA negeri di Jakarta.
{"title":"TINGKAT PERILAKU SEDENTARI DAN PENGARUHNYA PADA PRESTASI BELAJAR REMAJA DI ERA PANDEMI COVID-19","authors":"Naufal Andi Giffary, Arleen Devita","doi":"10.32539/jkk.v11i1.238","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v11i1.238","url":null,"abstract":"Pada era pandemi Covid-19 terjadi peningkatan perilaku sedentari akibat dari pembatasan aktivitas di luar rumah misal dengan melakukan isolasi mandiri. Kondisi ini terjadi pada semua orang tidak terkecuali pada remaja. Salah satu dampak dari perilaku sedentari adalah penurunan prestasi belajar. Pada tahun 2020, prevalensi remaja Indonesia dengan perilaku sedentari tinggi tercatat sebesar 24,5%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku sedentari dengan prestasi belajar pada remaja. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan subjek 180 responden remaja di salah satu SMA negeri di Jakarta. Teknik pengumpulan data perilaku sedentari menggunakan kuesioner dan prestasi belajar dinilai melalui rapor ujian tengah semester pada bulan Mei-Juni 2022. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi square. Hasil pada penelitian menunjukan bahwa prevalensi perilaku sedentari tinggi sebesar 98,3% dan tidak terdapat hubungan antara perilaku sedentari dengan prestasi belajar (p=0.243). Hal ini menunjukan bahwa perilaku sedentari tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar pada remaja di salah satu SMA negeri di Jakarta.","PeriodicalId":516636,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139640530","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Elsya Mulyani, Febrina Art, Indri Seta Septadina, Indri Seta, Septadina Departemen Anatomi, Penyebab Gangguan, Penglihatan Buta, Anak
Pendahuluan: Pencegahan kebutaan pada anak karena penyebab yang dapat dihindari (avoidable blindness) menjadi salah satu prioritas dari World Health Organization (WHO). Prevalensi kebutaan pada anak-anak sebesar 6,3 per 10.000 anak. Gangguan penglihatan pada anak akan mengganggu perkembangan fungsi visual, motorik, dan kognitif serta psikososial. Sekitar 50% penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan pada anak dapat dihindari. Tata laksana yang tepat akan menurunkan angka kejadian kebutaan pada anak sehingga diperlukan identifikasi penyebab kebutaan pada anak. Metode: Pencarian literatur dilakukan dengan menggunakan search engine di beberapa database seperti PubMed, EuropePMC, Science Direct, dan Springer link dengan menggunakan kata kunci terkait topik. Hasil: Penyebab kebutaan pada anak sangat bervariasi dan dapat diklasifikasikan berdasarkan kelainan pada lokasi anatomi mata dan organ lain yang terlibat. Kesimpulan: Penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan pada anak dijumpai paling banyak adalah kelainan pada bola mata secara keseluruhan.
导言:预防可避免的儿童失明是世界卫生组织(WHO)的优先事项之一。儿童失明率为每万名儿童中有 6.3 人失明。儿童视力受损会影响其视觉、运动、认知以及社会心理功能的发展。造成儿童视力障碍和失明的原因中,约有 50%是可以避免的。适当的治疗可降低儿童失明的发生率,因此有必要找出导致儿童失明的原因。研究方法使用搜索引擎在多个数据库(如 PubMed、EuropePMC、Science Direct 和 Springer link)中使用与主题相关的关键词进行文献检索。结果儿童失明的原因差异很大,可根据眼部解剖位置和其他相关器官的异常进行分类。结论导致儿童视力受损和失明的最常见原因是整个眼球的异常。
{"title":"PENYEBAB GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN PADA ANAK","authors":"Elsya Mulyani, Febrina Art, Indri Seta Septadina, Indri Seta, Septadina Departemen Anatomi, Penyebab Gangguan, Penglihatan Buta, Anak","doi":"10.32539/jkk.v11i1.224","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v11i1.224","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Pencegahan kebutaan pada anak karena penyebab yang dapat dihindari (avoidable blindness) menjadi salah satu prioritas dari World Health Organization (WHO). Prevalensi kebutaan pada anak-anak sebesar 6,3 per 10.000 anak. Gangguan penglihatan pada anak akan mengganggu perkembangan fungsi visual, motorik, dan kognitif serta psikososial. Sekitar 50% penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan pada anak dapat dihindari. Tata laksana yang tepat akan menurunkan angka kejadian kebutaan pada anak sehingga diperlukan identifikasi penyebab kebutaan pada anak. Metode: Pencarian literatur dilakukan dengan menggunakan search engine di beberapa database seperti PubMed, EuropePMC, Science Direct, dan Springer link dengan menggunakan kata kunci terkait topik. Hasil: Penyebab kebutaan pada anak sangat bervariasi dan dapat diklasifikasikan berdasarkan kelainan pada lokasi anatomi mata dan organ lain yang terlibat. Kesimpulan: Penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan pada anak dijumpai paling banyak adalah kelainan pada bola mata secara keseluruhan.","PeriodicalId":516636,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140504651","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Faza Loebis, Afifa Ramadanti, Septi Purnamasari, Septi Purnamasari Deaprtemen, Biologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Berat Badan, Bayi Lahir, Rendah Bblr Karakteristik
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir dibawah 2.500 gram. Kejadian BBLR di Sumatera Selatan mengalami peningkatan drastis dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan ini perlu dievaluasi karena BBLR merupakan indikator kesehatan ibu, nutrisi, pelayanan persalinan, dan kemiskinan. Kondisi BBLR menjadi penyumbang terbanyak sebagai penyebab kematian neonatal sebesar 37% di Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu dan bayi pada bayi berat lahir rendah di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional yang menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien BBLR di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2021. Dari 62 sampel penelitian, berat lahir terbanyak berada pada BBLR (1500-2499 gr) sebanyak 44%. Karakteristik ibu BBLR dominan berada pada ibu dengan usia 20–35 tahun (74,2%), usia gestasi 33–36 minggu (41,9%), paritas 1–3 anak (56,5%), riwayat hipertensi (43,8%), dan tidak memiliki riwayat COVID-19 saat kehamilan (88,7%). Penyakit tersering yang menyertai BBLR adalah penyakit membran hialin (30,8%).
{"title":"KARAKTERISTIK IBU DAN BAYI PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2021","authors":"Muhammad Faza Loebis, Afifa Ramadanti, Septi Purnamasari, Septi Purnamasari Deaprtemen, Biologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Berat Badan, Bayi Lahir, Rendah Bblr Karakteristik","doi":"10.32539/jkk.v11i1.226","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v11i1.226","url":null,"abstract":"Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir dibawah 2.500 gram. Kejadian BBLR di Sumatera Selatan mengalami peningkatan drastis dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan ini perlu dievaluasi karena BBLR merupakan indikator kesehatan ibu, nutrisi, pelayanan persalinan, dan kemiskinan. Kondisi BBLR menjadi penyumbang terbanyak sebagai penyebab kematian neonatal sebesar 37% di Sumatera Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu dan bayi pada bayi berat lahir rendah di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional yang menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien BBLR di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2021. Dari 62 sampel penelitian, berat lahir terbanyak berada pada BBLR (1500-2499 gr) sebanyak 44%. Karakteristik ibu BBLR dominan berada pada ibu dengan usia 20–35 tahun (74,2%), usia gestasi 33–36 minggu (41,9%), paritas 1–3 anak (56,5%), riwayat hipertensi (43,8%), dan tidak memiliki riwayat COVID-19 saat kehamilan (88,7%). Penyakit tersering yang menyertai BBLR adalah penyakit membran hialin (30,8%).","PeriodicalId":516636,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140505559","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
F. Christianti, Legiran, Infertilitas Estradiol Oosit, Embrio Kehamilan
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang dapat dijumpai pada pasangan suami istri. Penanganan yang tepat diperlukan untuk membantu pasangan-pasangan dengan kasus infertilitas, salah satunya melalui bantuan teknologi yaitu IVF (In Vitro Fertilization). Selama mengikuti program IVF, pasangan akan mendapatkan stimulasi ovarium yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan folikel dan mendapatkan peningkatan kadar estradiol. Pengukuran terhadap hormon estradiol sudah rutin dilakukan, namun batasan dan pengaruhnya masih belum jelas. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar estradiol terhadap outcome IVF. Sebanyak 18 artikel diperoleh dari proses seleksi dan dianalisis hasilnya. Berdasarkan hasil telaah artikel meskipun masih diperdepatkan, namun sebagian data artikel menyimpulkan bahwa kadar estradiol dapat berpengaruh pada outcome IVF yaitu outcome laboratorium seperti jumlah oosit, angka fertilisasi dan perkembangan embrio. Pada hasil rata-rata kehamilan dan kelahiran hidup, kadar estradiol berpengaruh namun tidak signifikan secara statitistik.
{"title":"PENGARUH KADAR ESTRADIOL SAAT PEMBERIAN HCG TERHADAP OUTCOME IVF: LITERATUR REVIEW","authors":"F. Christianti, Legiran, Infertilitas Estradiol Oosit, Embrio Kehamilan","doi":"10.32539/jkk.v11i1.237","DOIUrl":"https://doi.org/10.32539/jkk.v11i1.237","url":null,"abstract":"Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang dapat dijumpai pada pasangan suami istri. Penanganan yang tepat diperlukan untuk membantu pasangan-pasangan dengan kasus infertilitas, salah satunya melalui bantuan teknologi yaitu IVF (In Vitro Fertilization). Selama mengikuti program IVF, pasangan akan mendapatkan stimulasi ovarium yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan folikel dan mendapatkan peningkatan kadar estradiol. Pengukuran terhadap hormon estradiol sudah rutin dilakukan, namun batasan dan pengaruhnya masih belum jelas. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar estradiol terhadap outcome IVF. Sebanyak 18 artikel diperoleh dari proses seleksi dan dianalisis hasilnya. Berdasarkan hasil telaah artikel meskipun masih diperdepatkan, namun sebagian data artikel menyimpulkan bahwa kadar estradiol dapat berpengaruh pada outcome IVF yaitu outcome laboratorium seperti jumlah oosit, angka fertilisasi dan perkembangan embrio. Pada hasil rata-rata kehamilan dan kelahiran hidup, kadar estradiol berpengaruh namun tidak signifikan secara statitistik.","PeriodicalId":516636,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140504622","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}