Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.55115/communicare.v3i1.2139
Sayu Kadek Jelantik
Dunia komunikasi pada saat ini terus mengalami perkembangan, hal ini dapat dilihat dari proses komunikasi yang dapat terjadi secara langsung maupun secara virtual. Era digitalisasi yang merupakan media komunikasi ini banyak digunakan oleh berbagai pihak untuk menjalankan aktivitas di dalam kehidupan sosial. Fungsi dan bentuk komunikasi pun ikut mengalami metamorforsis, salah satunya yaitu komunikasi ekspresif yang menjadi bentuk komunikasi yang banyak diaplikasikan oleh komunikator. Pengaplikasian teknik komunikasi ekspresif dilakukan oleh pendharma wacana dalam konten dharma wacana yang disebarluaskan di media youtube. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari hasil observasi partisipan, dokumentasi, dan studi pustaka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan fungsi dan bentuk komunikasi ekspresif konten dharma wacana pada media youtube. Berdasarkan hasil penelitian, ditarik kesimpulan bahwa teknik komunikasi ekspresif digunakan oleh pendharma wacana dalam membuat konten dharma wacana nya yang kemudian disebarluaskan pada media youtube menghasilkan 8 fungsi dan bentuk yaitu: Pertama, mengungkapkan perasaan pendharma wacana sesuai dengan tema yang diangkat dalam proses pembuatan konten dharma wacana. Kedua, mengungkapkan emosi untuk menghidupakan rangkaian kata yang disusun oleh pendharma wacana sehingga dapat menggugah perasaan audiensnya. Ketiga, memberikan informasi dalam bentuk bahasa verbal yaitu kata -kata dan dalam bentuk non verbal yaitu dalam bentuk body leangue. Keempat, mencari makna dari perasaan audiens yaitu dengan cara mendapatkan feedback dari audiens. Kelima, menciptakan sikap saling mengerti antara pendharma wacana dengan audiens. Keenam, menggambarkan sikap dan sifat pendharma wacana dan audiens. Ketujuh, meningkatkan kreativitas pendharma wacana dalam membuat konten dharma wacana. Kedepalan, memberikan pengaruh bagi audiens dari sajian konten dharma wacana.
{"title":"Komunikasi Ekspresif Konten Dharma Wacana Pada Media Youtube","authors":"Sayu Kadek Jelantik","doi":"10.55115/communicare.v3i1.2139","DOIUrl":"https://doi.org/10.55115/communicare.v3i1.2139","url":null,"abstract":"Dunia komunikasi pada saat ini terus mengalami perkembangan, hal ini dapat dilihat dari proses komunikasi yang dapat terjadi secara langsung maupun secara virtual. Era digitalisasi yang merupakan media komunikasi ini banyak digunakan oleh berbagai pihak untuk menjalankan aktivitas di dalam kehidupan sosial. Fungsi dan bentuk komunikasi pun ikut mengalami metamorforsis, salah satunya yaitu komunikasi ekspresif yang menjadi bentuk komunikasi yang banyak diaplikasikan oleh komunikator. Pengaplikasian teknik komunikasi ekspresif dilakukan oleh pendharma wacana dalam konten dharma wacana yang disebarluaskan di media youtube. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari hasil observasi partisipan, dokumentasi, dan studi pustaka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan fungsi dan bentuk komunikasi ekspresif konten dharma wacana pada media youtube. Berdasarkan hasil penelitian, ditarik kesimpulan bahwa teknik komunikasi ekspresif digunakan oleh pendharma wacana dalam membuat konten dharma wacana nya yang kemudian disebarluaskan pada media youtube menghasilkan 8 fungsi dan bentuk yaitu: Pertama, mengungkapkan perasaan pendharma wacana sesuai dengan tema yang diangkat dalam proses pembuatan konten dharma wacana. Kedua, mengungkapkan emosi untuk menghidupakan rangkaian kata yang disusun oleh pendharma wacana sehingga dapat menggugah perasaan audiensnya. Ketiga, memberikan informasi dalam bentuk bahasa verbal yaitu kata -kata dan dalam bentuk non verbal yaitu dalam bentuk body leangue. Keempat, mencari makna dari perasaan audiens yaitu dengan cara mendapatkan feedback dari audiens. Kelima, menciptakan sikap saling mengerti antara pendharma wacana dengan audiens. Keenam, menggambarkan sikap dan sifat pendharma wacana dan audiens. Ketujuh, meningkatkan kreativitas pendharma wacana dalam membuat konten dharma wacana. Kedepalan, memberikan pengaruh bagi audiens dari sajian konten dharma wacana. ","PeriodicalId":51949,"journal":{"name":"Communicare-Journal for Communication Sciences in Southern Africa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.4,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46077181","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.55115/communicare.v3i1.2144
I. P. Mardika, Ketut Yuniati
Masyarakat Catur Desa memiliki tradisi permainan megangsing yang telah diterima secara turun-temurun. Tradisi ini masih lestari di tengah gempuran permainan modern atau game online di kalangan remaja. Artikel ini menganalisis tentang adanya komunikasi budaya dalam pemertahanan permainan megangsing. Kajian difokuskan pada komunikasi budaya yang mendasari dalam permainan megangsing ini, peluang dan kendalanya dalam pemertahanannya. Kajian kualitatif ini berdasarkan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil kajian menyimpulkan bahwa komunikasi budaya dalam permainan megangsing dapat dilihat dari adanya ikatan secara sosial antar sesama anggota kelompok. Sedangkan ikatan sosial secara eksternal dapat dilihat dari adanya interaksi yang bersifat intensif antar dusun yang melaksanakan tradisi megangsing ini. Ikatan sosial yang sangat kuat ini disebabkan karena adanya kontak sosial yang terus-menerus baik kontak sosial yang bersifat verbal melalui komunikasi Sedangkan peluang dalam pelestarian dan pemertahanan permainan megangsing dapat dilihat dari sisi ekonomi, pengembangan pariwisata dan rekreasi. Halangan pengembangan dari tradisi megangsing adalah permainan ini membutuhkan arena yang luas dan banyak. Dampak kemajuan teknologi juga membuat anak-anak atau generasi muda menjadi enggan bermain gangsing karena dianggap ribet dibandingkan dengan game online.
{"title":"Komunikasi Budaya dalam Pemertahanan Permainan Megangsing di Catur Desa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng","authors":"I. P. Mardika, Ketut Yuniati","doi":"10.55115/communicare.v3i1.2144","DOIUrl":"https://doi.org/10.55115/communicare.v3i1.2144","url":null,"abstract":"Masyarakat Catur Desa memiliki tradisi permainan megangsing yang telah diterima secara turun-temurun. Tradisi ini masih lestari di tengah gempuran permainan modern atau game online di kalangan remaja. Artikel ini menganalisis tentang adanya komunikasi budaya dalam pemertahanan permainan megangsing. Kajian difokuskan pada komunikasi budaya yang mendasari dalam permainan megangsing ini, peluang dan kendalanya dalam pemertahanannya. Kajian kualitatif ini berdasarkan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil kajian menyimpulkan bahwa komunikasi budaya dalam permainan megangsing dapat dilihat dari adanya ikatan secara sosial antar sesama anggota kelompok. Sedangkan ikatan sosial secara eksternal dapat dilihat dari adanya interaksi yang bersifat intensif antar dusun yang melaksanakan tradisi megangsing ini. Ikatan sosial yang sangat kuat ini disebabkan karena adanya kontak sosial yang terus-menerus baik kontak sosial yang bersifat verbal melalui komunikasi Sedangkan peluang dalam pelestarian dan pemertahanan permainan megangsing dapat dilihat dari sisi ekonomi, pengembangan pariwisata dan rekreasi. Halangan pengembangan dari tradisi megangsing adalah permainan ini membutuhkan arena yang luas dan banyak. Dampak kemajuan teknologi juga membuat anak-anak atau generasi muda menjadi enggan bermain gangsing karena dianggap ribet dibandingkan dengan game online.","PeriodicalId":51949,"journal":{"name":"Communicare-Journal for Communication Sciences in Southern Africa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.4,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42697677","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.55115/communicare.v3i1.2135
Rieka Yulita Widaswara, Ida Bagus Kade Yoga Pramana
Media sosial merupakan media komunikasi massa berbasis internet yang ketika masa pandemic Covid-19 dijadikan sebagai media komunikasi pembelajaran dalam jaringan agar proses belajar-mengajar tetap berjalan lancer meskipun dari rumah. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui bagaimana adopsi media sosial sebagai media komunikasi pembelajaran daring dalam perspektif teori difusi inovasi. Ditinjau dari teori difusi dan inovasi yang memeliki tiga konsep utama yakni: Inovasi artinya sebuah ide, praktik atau objek yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang baru oleh individu yang dalam hal ini yakni ide untuk menggunakan media sosial sebagai media komunikasi pembelajaran dalam jaringan, terutama di massa pandemi Covid-19. Difusi yaitu sebuah proses dalam komunikasi dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama artinya mengkomunikasikan materi pembelajaran dari tenaga pendidik ke peserta didik, hal ini juga bisa terjadi komunikasi dua arah baik dari tenaga pendidik dan juga peserta didik ataupun sebaliknya, dengan saluran atau media komunikasi yang digunakan yaitu media sosial. Adopsi akan terjadi ketika individu menggunakan secara penuh sebuah inovasi ke dalam praktek sebagai pilihan terbaik artinya bagaimana konsep adopsi sebagai suatu hal yang dilakukan oleh Nadiem Makarim sebagai suatu solusi dalam pembelajaran di masa pandemic Covid-19 untuk tetap dapat belajar dari rumah dengan memanfaatkan teknologi yakni media sosial. Kata-kata Kunci: Media Sosial, Pembelajaran Daring, Difusi, Inovasi, Adopsi
{"title":"DIFUSI INOVASI DAN ADOPSI MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DI ERA PEMBELAJARAN DARING","authors":"Rieka Yulita Widaswara, Ida Bagus Kade Yoga Pramana","doi":"10.55115/communicare.v3i1.2135","DOIUrl":"https://doi.org/10.55115/communicare.v3i1.2135","url":null,"abstract":"Media sosial merupakan media komunikasi massa berbasis internet yang ketika masa pandemic Covid-19 dijadikan sebagai media komunikasi pembelajaran dalam jaringan agar proses belajar-mengajar tetap berjalan lancer meskipun dari rumah. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui bagaimana adopsi media sosial sebagai media komunikasi pembelajaran daring dalam perspektif teori difusi inovasi. Ditinjau dari teori difusi dan inovasi yang memeliki tiga konsep utama yakni: Inovasi artinya sebuah ide, praktik atau objek yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang baru oleh individu yang dalam hal ini yakni ide untuk menggunakan media sosial sebagai media komunikasi pembelajaran dalam jaringan, terutama di massa pandemi Covid-19. Difusi yaitu sebuah proses dalam komunikasi dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama artinya mengkomunikasikan materi pembelajaran dari tenaga pendidik ke peserta didik, hal ini juga bisa terjadi komunikasi dua arah baik dari tenaga pendidik dan juga peserta didik ataupun sebaliknya, dengan saluran atau media komunikasi yang digunakan yaitu media sosial. Adopsi akan terjadi ketika individu menggunakan secara penuh sebuah inovasi ke dalam praktek sebagai pilihan terbaik artinya bagaimana konsep adopsi sebagai suatu hal yang dilakukan oleh Nadiem Makarim sebagai suatu solusi dalam pembelajaran di masa pandemic Covid-19 untuk tetap dapat belajar dari rumah dengan memanfaatkan teknologi yakni media sosial. Kata-kata Kunci: Media Sosial, Pembelajaran Daring, Difusi, Inovasi, Adopsi","PeriodicalId":51949,"journal":{"name":"Communicare-Journal for Communication Sciences in Southern Africa","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.4,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"70915835","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.55115/communicare.v3i1.2117
Ida Bagus Putu Eka Suadnyana
Kahyangan Tiga merupakan tempat persembahyangan yang karakteristik bersifat di Bali. Diciptakan oleh Mpu Kuturan, yang merupakan filosof, budayawan dan guru Spiritual masyarakat Hindu pada jamannya. Atas petunjuk Mpu Kuturan, umat Hindu diwajibkan bersembahyang di Kahyangan Tiga. Prajuru Adat bertugas mengkordinasikan Krama Desanya, agar selalu bisa menjaga ketentraman ataupun kebersamaan dengan Krama Desa lainnya, sehingga didalam ngaturang ayah di Pura Kahyangan Tiga bisa berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang di harapkan. Didalam melaksanakan atau mengadakan sangkep atau paruman ini tentu diperlukan suatu teknik komunikasi. Dari paparan diatas maka sangat menarik untuk diketahui seberapa efektifkah peranan Prajuru Adat dalam pelaksanaan upacara piodalan di Pura Kahyangan Tiga dari segi teknik komunikasinya, proses komunikasinya serta dampak yang ditimbulkan. metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, metode pengumpulan data observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Sumber data diperoleh dari informan yang dipilih secara purposive yaitu memilih orang-orang yang dianggap mengetahui secara detail teknik komunikasi prajuru adat dalam melaksanakan upacara piodalan pura khayangan tiga. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Bendesa Adat sebagai pimpinan dari Desa Adat memilki teknik komunikasi yang baik, agar komunikasi yang terjalin antara krama desa dengan Prajuru Adat atau Bendesa Adat bisa berjalan dengan baik, bisa saling mengisi dan tetap harmonis sesuai dengan filsafat Tri Hita Karana. Prajuru Adat atau Bendesa Adat mempunyai tugas yang penting untuk menyampaikan pelaksanaan upacara piodalan di Pura Kahyangan Tiga.
{"title":"Teknik Komunikasi Prajuru Adat Dalam Pelaksanaan Upacara Piodalan Di Pura Kahyangan Tiga","authors":"Ida Bagus Putu Eka Suadnyana","doi":"10.55115/communicare.v3i1.2117","DOIUrl":"https://doi.org/10.55115/communicare.v3i1.2117","url":null,"abstract":"Kahyangan Tiga merupakan tempat persembahyangan yang karakteristik bersifat di Bali. Diciptakan oleh Mpu Kuturan, yang merupakan filosof, budayawan dan guru Spiritual masyarakat Hindu pada jamannya. Atas petunjuk Mpu Kuturan, umat Hindu diwajibkan bersembahyang di Kahyangan Tiga. Prajuru Adat bertugas mengkordinasikan Krama Desanya, agar selalu bisa menjaga ketentraman ataupun kebersamaan dengan Krama Desa lainnya, sehingga didalam ngaturang ayah di Pura Kahyangan Tiga bisa berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang di harapkan. Didalam melaksanakan atau mengadakan sangkep atau paruman ini tentu diperlukan suatu teknik komunikasi. Dari paparan diatas maka sangat menarik untuk diketahui seberapa efektifkah peranan Prajuru Adat dalam pelaksanaan upacara piodalan di Pura Kahyangan Tiga dari segi teknik komunikasinya, proses komunikasinya serta dampak yang ditimbulkan. metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, metode pengumpulan data observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Sumber data diperoleh dari informan yang dipilih secara purposive yaitu memilih orang-orang yang dianggap mengetahui secara detail teknik komunikasi prajuru adat dalam melaksanakan upacara piodalan pura khayangan tiga. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Bendesa Adat sebagai pimpinan dari Desa Adat memilki teknik komunikasi yang baik, agar komunikasi yang terjalin antara krama desa dengan Prajuru Adat atau Bendesa Adat bisa berjalan dengan baik, bisa saling mengisi dan tetap harmonis sesuai dengan filsafat Tri Hita Karana. Prajuru Adat atau Bendesa Adat mempunyai tugas yang penting untuk menyampaikan pelaksanaan upacara piodalan di Pura Kahyangan Tiga.","PeriodicalId":51949,"journal":{"name":"Communicare-Journal for Communication Sciences in Southern Africa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.4,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48238550","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.55115/communicare.v3i1.2162
Bagus Andi Purnomo
Eksistensi widya pasraman terkhusus yang ada di wilayah Kabupaten Buleleng masih belum dikenal secara luas karena minimnya sosialiasi kepada masyarakat. Bukan hanya secara langsung, tetapi juga melalui berbagai jenis pemberitaan pada flatform komunikasi massa. Belum ada ditemukan pasraman yang memiliki website sendiri dan dikelola secara serius untuk memperkenalkan (pasramannya) kepada masyarakat luas (netizen). Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji secara komprehensif mengenai pola komunikasi massa pada pemberitaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng. Sedangkan, adapun beberapa tujuan khusus yakni sebagai berikut: 1) Menganalisis alasan mengapa diperlukan pemberitaan terkait dengan keberadaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng. 2) Mengetahui unsur komunikasi massa pada pemberitaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng. 3) Mengetahui implikasi pola komunikasi massa pada pemberitaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng terhadap masyarakat luas.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitis. Data yang diperoleh seperti hasil analisis dokumen, pengamatan, wawancara, pemotretan, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian akan dalam bentuk dan angka - angka. segera analisis data dengan memperkaya informasi, mencari tidak membandingkan, menemukan pola huber dalam atas dasar data pemaparan bentuk angka). Faktor penyebab kebutuhan pemberitaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng adalah untuk memperkenalkan widya pasraman melalui pemberitaan lembaga dan instansi pasraman formal secara luas. Selanjutnya, terdapat beberapa unsur dalam komunikasi massa yakni: a) Komunikator/media massa b) Informasi (pesan) massa: c) Gatekeeper d) Khalayak (publik) e) Umpan Balik. Dalam konteks pemberitaan Widya Pasraman di Kabupaten Buleleng. Kemudian, adapun implikasi pemberitaan widya pasraman adalah untuk semakin luas mempublikasikan keberadaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng dan juga menyosialisasikan keberadaan sekolah berbasis pendidikan keagamaan Hindu kepada masyarakat luas.
{"title":"KAJIAN KOMUNIKASI MASSA PADA PEMBERITAAN WIDYA PASRAMAN DI KABUPATEN BULELENG","authors":"Bagus Andi Purnomo","doi":"10.55115/communicare.v3i1.2162","DOIUrl":"https://doi.org/10.55115/communicare.v3i1.2162","url":null,"abstract":"Eksistensi widya pasraman terkhusus yang ada di wilayah Kabupaten Buleleng masih belum dikenal secara luas karena minimnya sosialiasi kepada masyarakat. Bukan hanya secara langsung, tetapi juga melalui berbagai jenis pemberitaan pada flatform komunikasi massa. Belum ada ditemukan pasraman yang memiliki website sendiri dan dikelola secara serius untuk memperkenalkan (pasramannya) kepada masyarakat luas (netizen). Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji secara komprehensif mengenai pola komunikasi massa pada pemberitaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng. Sedangkan, adapun beberapa tujuan khusus yakni sebagai berikut: 1) Menganalisis alasan mengapa diperlukan pemberitaan terkait dengan keberadaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng. 2) Mengetahui unsur komunikasi massa pada pemberitaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng. 3) Mengetahui implikasi pola komunikasi massa pada pemberitaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng terhadap masyarakat luas.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitis. Data yang diperoleh seperti hasil analisis dokumen, pengamatan, wawancara, pemotretan, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian akan dalam bentuk dan angka - angka. segera analisis data dengan memperkaya informasi, mencari tidak membandingkan, menemukan pola huber dalam atas dasar data pemaparan bentuk angka). Faktor penyebab kebutuhan pemberitaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng adalah untuk memperkenalkan widya pasraman melalui pemberitaan lembaga dan instansi pasraman formal secara luas. Selanjutnya, terdapat beberapa unsur dalam komunikasi massa yakni: a) Komunikator/media massa b) Informasi (pesan) massa: c) Gatekeeper d) Khalayak (publik) e) Umpan Balik. Dalam konteks pemberitaan Widya Pasraman di Kabupaten Buleleng. Kemudian, adapun implikasi pemberitaan widya pasraman adalah untuk semakin luas mempublikasikan keberadaan widya pasraman di Kabupaten Buleleng dan juga menyosialisasikan keberadaan sekolah berbasis pendidikan keagamaan Hindu kepada masyarakat luas.","PeriodicalId":51949,"journal":{"name":"Communicare-Journal for Communication Sciences in Southern Africa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.4,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46981685","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.55115/communicare.v3i1.2136
I. M. Artana, I. K. Suardana
Artikel ini membahas representasi pemberitaan media online tentang destinasi wisata Mandalika. Destinasi wisata Mandalika adalah salah satu destinasi wisata superprioritas yang dikembangkan oleh pemerintah pusat. Destinasi wisata Mandalika adalah salah satu destinasi wisata yang yang berada di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika. Destinasi wisata Mandalika terletak di bagian Selatan Pulau Lombok. Sebagai destinasi wisata superprioritas, Mandalika tidak dapat melepaskan diri dari sorotan media massa khususnya media online. Melihat banyaknya sorotan media online terhadap destinasi wisata Mandalika maka dilakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan analisis kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji representasi pemberitaan media online Kompas.com tentang destinasi wisata Mandalika. Pada pemberitaannya, Kompas.com merepresentasikan destinasi wisata Mandalika sebagai tempat yang sangat indah namun masih dinodai dengan adanya sengketa lahan antara warga setempat dengan pengelola destinasi wisata Mandalika, yakni pihak Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC). Berdasarkan temuan tersebut, pengelola diharapkan menyelesaikan sengketa lahan di kawasan wisata Mandalika serta menjaga keindahan destinasi wisata alam dan budaya di seputar Mandalika.
{"title":"REPRESENTASI PEMBERITAAN MEDIA ONLINE TENTANG DESTINASI WISATA MANDALIKA","authors":"I. M. Artana, I. K. Suardana","doi":"10.55115/communicare.v3i1.2136","DOIUrl":"https://doi.org/10.55115/communicare.v3i1.2136","url":null,"abstract":"Artikel ini membahas representasi pemberitaan media online tentang destinasi wisata Mandalika. Destinasi wisata Mandalika adalah salah satu destinasi wisata superprioritas yang dikembangkan oleh pemerintah pusat. Destinasi wisata Mandalika adalah salah satu destinasi wisata yang yang berada di kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika. Destinasi wisata Mandalika terletak di bagian Selatan Pulau Lombok. Sebagai destinasi wisata superprioritas, Mandalika tidak dapat melepaskan diri dari sorotan media massa khususnya media online. Melihat banyaknya sorotan media online terhadap destinasi wisata Mandalika maka dilakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan analisis kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji representasi pemberitaan media online Kompas.com tentang destinasi wisata Mandalika. Pada pemberitaannya, Kompas.com merepresentasikan destinasi wisata Mandalika sebagai tempat yang sangat indah namun masih dinodai dengan adanya sengketa lahan antara warga setempat dengan pengelola destinasi wisata Mandalika, yakni pihak Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC). Berdasarkan temuan tersebut, pengelola diharapkan menyelesaikan sengketa lahan di kawasan wisata Mandalika serta menjaga keindahan destinasi wisata alam dan budaya di seputar Mandalika.","PeriodicalId":51949,"journal":{"name":"Communicare-Journal for Communication Sciences in Southern Africa","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.4,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41586457","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.55115/communicare.v3i1.2133
Roni Han Wasisto, I. G. A. N. A. Y. Pramiswara
Abstrak.Tujuan Penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana analisis komunikasi transendental dalam ritual Kliwonan pada masyarakat Hindu di Desa Sambimulyo Banyuwangi. Komunikasi transendental dalam ritual Kliwonan menarik untuk diteliti mengingat komunikasi transendental dalam ritual Kliwonan ini jarang diangkat kedalam sebuah penelitian ilmiah khususnya dalam konteks Ilmu Komunikasi. Penelitian ini menggunakan perspektif pendekatan teori interaksionisme simbolik yang bertumpu pada 3 premis utama Bulmer yaitu makna, bahasa, pikiran. Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa makna ritual Kliwonan dalam konsep Blumer merupakan bagian dari komunikasi transendental yang dapat menciptakan sebuah simbol sebagai jembatan untuk berinteraksi dengan Sang Hyang Widhi. Dalam konteks bahasa juga digunakan sebagai komunikasi verbal masyarakat Hindu di Desa Sambimulyo Banyuwangi untuk berinteraksi dengan Sang Hyang Widhi yang dituangkan dalam bentuk doa atau mantra. Terakhir yaitu dengan menggunakan konteks pikiran masyarakat dapat mengambil peran atau tindakan, dimana pengambilan peran tersebut merupakan kemampuan simbolis masyarakat Hindu di Desa Sambimulyo Banyuwangi untuk menempatkan diri dalam pelaksanaan ritual Kliwonan dan mengosongkan pikirannya akan duniawi sebagai bentuk simbolis bhakti puja masyarakat Hindu di Desa Sambimulyo Banyuwangi dengan Sang Hyang Widhi.Kata Kunci: Komunikasi Transendental, Ritual Kliwonan, Teori Interaksionisme Simbolik
{"title":"KOMUNIKASI TRANSENDENTAL DALAM RITUAL KLIWONAN PADA UMAT HINDU DESA SAMBIMULYO BANYUWANGI ( PERSPEKTIF TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK)","authors":"Roni Han Wasisto, I. G. A. N. A. Y. Pramiswara","doi":"10.55115/communicare.v3i1.2133","DOIUrl":"https://doi.org/10.55115/communicare.v3i1.2133","url":null,"abstract":"Abstrak.Tujuan Penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana analisis komunikasi transendental dalam ritual Kliwonan pada masyarakat Hindu di Desa Sambimulyo Banyuwangi. Komunikasi transendental dalam ritual Kliwonan menarik untuk diteliti mengingat komunikasi transendental dalam ritual Kliwonan ini jarang diangkat kedalam sebuah penelitian ilmiah khususnya dalam konteks Ilmu Komunikasi. Penelitian ini menggunakan perspektif pendekatan teori interaksionisme simbolik yang bertumpu pada 3 premis utama Bulmer yaitu makna, bahasa, pikiran. Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa makna ritual Kliwonan dalam konsep Blumer merupakan bagian dari komunikasi transendental yang dapat menciptakan sebuah simbol sebagai jembatan untuk berinteraksi dengan Sang Hyang Widhi. Dalam konteks bahasa juga digunakan sebagai komunikasi verbal masyarakat Hindu di Desa Sambimulyo Banyuwangi untuk berinteraksi dengan Sang Hyang Widhi yang dituangkan dalam bentuk doa atau mantra. Terakhir yaitu dengan menggunakan konteks pikiran masyarakat dapat mengambil peran atau tindakan, dimana pengambilan peran tersebut merupakan kemampuan simbolis masyarakat Hindu di Desa Sambimulyo Banyuwangi untuk menempatkan diri dalam pelaksanaan ritual Kliwonan dan mengosongkan pikirannya akan duniawi sebagai bentuk simbolis bhakti puja masyarakat Hindu di Desa Sambimulyo Banyuwangi dengan Sang Hyang Widhi.Kata Kunci: Komunikasi Transendental, Ritual Kliwonan, Teori Interaksionisme Simbolik","PeriodicalId":51949,"journal":{"name":"Communicare-Journal for Communication Sciences in Southern Africa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.4,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45002217","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-30DOI: 10.55115/communicare.v3i1.2140
Irene Santika Vidiadari
Bridal shower merupakan sebuah perayaan pra pernikahan yang menjadi tren di Indonesia melalui praktik di media massa dan media sosial. Perayaan bridal shower yang awalnya dilakukan oleh para artis mulai ditiru oleh para audiens yang merupakan calon pengantin bersam teman-teman dekatnya. Meskipun dalam adat tradisional di Indonesia memiliki ritual khusus sebelum menikah, bridal shower tetap dilakukan sebagai perayaan menyongsong pernikahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui wawancara dengan empat orang audiens yang merayakan bridal shower bersama teman-teman dekatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media merupakan referensi utama bagi para audiens untuk melaksanakan bridal shower. Acara ini dimaknai sebagai sarana komunikasi bersama teman dekat sekaligus menjadi momen langka karena hanya dialami satu kali. Lebih jauh lagi, bridal shower menjadi perayaan yang meski tidak memiliki makna khusus, menjadi momen yang berbeda dengan ritual adat yang melibatkan keluarga dan sarat makna budaya, bridal shower melibatkan sahabat dan dimaknai sebagai sarana bersenang-senang dan memperoleh dukungan dari teman-teman terdekat.
{"title":"PEMAKNAAN BRIDAL SHOWER PADA AUDIENS PEREMPUAN","authors":"Irene Santika Vidiadari","doi":"10.55115/communicare.v3i1.2140","DOIUrl":"https://doi.org/10.55115/communicare.v3i1.2140","url":null,"abstract":"Bridal shower merupakan sebuah perayaan pra pernikahan yang menjadi tren di Indonesia melalui praktik di media massa dan media sosial. Perayaan bridal shower yang awalnya dilakukan oleh para artis mulai ditiru oleh para audiens yang merupakan calon pengantin bersam teman-teman dekatnya. Meskipun dalam adat tradisional di Indonesia memiliki ritual khusus sebelum menikah, bridal shower tetap dilakukan sebagai perayaan menyongsong pernikahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui wawancara dengan empat orang audiens yang merayakan bridal shower bersama teman-teman dekatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media merupakan referensi utama bagi para audiens untuk melaksanakan bridal shower. Acara ini dimaknai sebagai sarana komunikasi bersama teman dekat sekaligus menjadi momen langka karena hanya dialami satu kali. Lebih jauh lagi, bridal shower menjadi perayaan yang meski tidak memiliki makna khusus, menjadi momen yang berbeda dengan ritual adat yang melibatkan keluarga dan sarat makna budaya, bridal shower melibatkan sahabat dan dimaknai sebagai sarana bersenang-senang dan memperoleh dukungan dari teman-teman terdekat.","PeriodicalId":51949,"journal":{"name":"Communicare-Journal for Communication Sciences in Southern Africa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.4,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48949352","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-09DOI: 10.36615/jcssa.v40i2.1310
L. Ehlers, Stephan Van Schalkwyk
Viral video advertising is an avenue for marketers to spread information rapidly to a large, widespread audience. Video advertisements intended to “go viral” still get drowned out by media clutter. Content characteristics, positive affect and social motivations of the viewer have been highlighted as factors that influence the forwarding intention of viral product videos.This study investigated these factors and their impact on forwarding intention. The results from a realised sample of 250 respondents confirmed the relationship between content characteristics and forwarding intention, the mediating effect of social motivations, and the multiple mediating effect of positive affect and social motivations but not the mediating effect of positive affect alone.As a result, marketing managers should focus on both positive affect (evoked emotions of enthusiasm, pride, inspiration, and attentiveness) and social motivations (appealing to consumers’ need for distinctiveness, affiliation, and altruism) of the viewer when creating video advertisements intended for virality.
{"title":"Product videos “gone viral”","authors":"L. Ehlers, Stephan Van Schalkwyk","doi":"10.36615/jcssa.v40i2.1310","DOIUrl":"https://doi.org/10.36615/jcssa.v40i2.1310","url":null,"abstract":"Viral video advertising is an avenue for marketers to spread information rapidly to a large, widespread audience. Video advertisements intended to “go viral” still get drowned out by media clutter. Content characteristics, positive affect and social motivations of the viewer have been highlighted as factors that influence the forwarding intention of viral product videos.This study investigated these factors and their impact on forwarding intention. The results from a realised sample of 250 respondents confirmed the relationship between content characteristics and forwarding intention, the mediating effect of social motivations, and the multiple mediating effect of positive affect and social motivations but not the mediating effect of positive affect alone.As a result, marketing managers should focus on both positive affect (evoked emotions of enthusiasm, pride, inspiration, and attentiveness) and social motivations (appealing to consumers’ need for distinctiveness, affiliation, and altruism) of the viewer when creating video advertisements intended for virality.","PeriodicalId":51949,"journal":{"name":"Communicare-Journal for Communication Sciences in Southern Africa","volume":"41 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.4,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90973047","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-09DOI: 10.36615/jcssa.v40i2.1308
Arnold Segawa
In 2000, South Africa’s central bank, the South African Reserve Bank (SARB), adopted flexible inflation targeting as a monetary regime, and in doing so, set its inflation target at 3-6% for the headline consumer price index (Coco & Viegi, 2020). Essential to achieving this inflation target is not only clear communication of ex-post policy actions, but a clear dissemination of the SARB’s future actions.This paper examines how the SARB has been communicating, with particular emphasis on their Monetary Policy Committee (MPC) press statements between January 2000 and January 2021. The breadth of the sample space is informed by a necessity to explore changes in the SARB’s communication strategies. In particular, this study considers the role of the SARB’s MPC press releases, and given the wide span of the sample, it offers an inquiry into what has changed over the 21-year period, hence considering whether there has been more clarity in the SARB’s communication over that time. This question is answered using the Flesch and Flesch–Kincaid methods, which are widely accepted in central bank communication literature. The two methods gauge how difficult a passage in English is to understand, and are thus used to assess readability hence clarity. In evaluating central bank communications and upon surveying the data, the paper offers empirical evidence about the clarity of the SARB’s MPC meeting statements spanning over two decades, and clearly exhibiting its evolution. This study finds that SARB communications’ Flesch Reading Ease Score Computation is way above and fluctuates more than the Flesch–Kincaid Grade Level Computation, exhibiting a random fluctuation between 2000 and 2015. Therefore, despite SARB’s MPC statements exhibiting more readability, their reliance on academic words has made them more complex and difficult to understand.
{"title":"Communication by the South African Reserve Bank","authors":"Arnold Segawa","doi":"10.36615/jcssa.v40i2.1308","DOIUrl":"https://doi.org/10.36615/jcssa.v40i2.1308","url":null,"abstract":"In 2000, South Africa’s central bank, the South African Reserve Bank (SARB), adopted flexible inflation targeting as a monetary regime, and in doing so, set its inflation target at 3-6% for the headline consumer price index (Coco & Viegi, 2020). Essential to achieving this inflation target is not only clear communication of ex-post policy actions, but a clear dissemination of the SARB’s future actions.This paper examines how the SARB has been communicating, with particular emphasis on their Monetary Policy Committee (MPC) press statements between January 2000 and January 2021. The breadth of the sample space is informed by a necessity to explore changes in the SARB’s communication strategies. In particular, this study considers the role of the SARB’s MPC press releases, and given the wide span of the sample, it offers an inquiry into what has changed over the 21-year period, hence considering whether there has been more clarity in the SARB’s communication over that time. This question is answered using the Flesch and Flesch–Kincaid methods, which are widely accepted in central bank communication literature. The two methods gauge how difficult a passage in English is to understand, and are thus used to assess readability hence clarity. In evaluating central bank communications and upon surveying the data, the paper offers empirical evidence about the clarity of the SARB’s MPC meeting statements spanning over two decades, and clearly exhibiting its evolution. This study finds that SARB communications’ Flesch Reading Ease Score Computation is way above and fluctuates more than the Flesch–Kincaid Grade Level Computation, exhibiting a random fluctuation between 2000 and 2015. Therefore, despite SARB’s MPC statements exhibiting more readability, their reliance on academic words has made them more complex and difficult to understand.","PeriodicalId":51949,"journal":{"name":"Communicare-Journal for Communication Sciences in Southern Africa","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.4,"publicationDate":"2022-06-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80267051","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}