Pub Date : 2021-08-01DOI: 10.30983/humanisme.v5i1.3670
Yelly Elanda
During the COVID-19 pandemic, all activities must be carried out at home, whether working, studying, or worshiping. Working from home is currently known as WFH (Work From Home). WFH seems to be something they want and expects for workers who are still active outside the home. But what about the WFH actors themselves? The media, through their articles, have written a lot about the story of working mothers who are doing WFH. This discussion becomes intriguing when the construction of the ideal mother remains on patriarchal ideology, causing gender inequality. This paper uses a critical discourse analysis method by collecting articles about women who continue to carry out their roles as career women during the WFH period. Seventy-two articles appear in the google search engine when looking for WFH mothers during the covid 19 pandemics. However, from 72 articles, there are only 19 articles that talk about the stories of women who are doing WFH, tips and tricks on being a mother during WFH. In the article, the media constructs the ideal mother figure during the covid 19 pandemics. The ideal mother figure described by the media is a mother as a husband's servant, financial regulator, educator, child caretaker, and career woman. The construction of an ideal mother during this pandemic must carry out the four identities that are attached to her at once. The form of this identity is influenced by the ideology that coexists in society. These ideologies are patriarchal culture, ibuism, and capitalism.Masa pandemi covid 19 menyebabkan semua kegiatan harus dilakukan di dalam rumah, baik bekerja, belajar maupun beribadah. Bekerja di dalam rumah saat ini dikenal dengan istilah WFH (Work From Home). Bagi para pekerja yang masih terus beraktivitas di luar rumah, WFH seolah menjadi suatu hal yang diinginkan dan diharapkan. Namun bagaimana bagi pelaku WFH itu sendiri? Media melalui artikelnya banyak menulis tentang kisah ibu pekerja yang sedang melakukan WFH. Pembahasan ini menjadi menarik ketika ranah public dipaksa untuk dijalankan di ruang domestik. Tulisan ini menggunakan metode analisis wacana kritis dengan mengumpulkan artikel tentang ibu rumah tangga yang tetap menjalankan peran sebagai wanita karier selama masa WFH. Ada 72 artikel yang muncul dalam mesin pencari google ketika mencari ibu WFH masa pandemi covid 19. Namun dari 72 artikel hanya terdapat 19 artikel yang berbicara tentang curhatan para ibu rumah tangga yang sedang melakukan WFH, tips dan trik menjadi ibu selama WFH. Dalam artikel tersebut, media membentuk identitas mengenai sosok ibu ideal di tengah pandemi covid 19. Sosok motherhood tersebut adalah ibu sebagai pelayan suami, pengatur keuangan, pendidik dan pengasuh anak, dan sebagai wanita karier. Seorang ibu ideal di tengah pandemi ini harus bisa menjalankan empat identitas yang telah melekat pada dirinya sekaligus. Pembentukan identitas tersebut dipengaruhi oleh ideologi yang ada pada masyarakat. Ideologi tersebut adalah budaya patriarkhi, i
在2019冠状病毒病大流行期间,无论是工作、学习还是做礼拜,所有活动都必须在家中进行。在家工作目前被称为WFH (Work from home)。WFH似乎是他们想要的,也是他们对那些仍然活跃在家外的员工的期望。但是WFH演员自己呢?媒体通过他们的文章,写了很多关于职业母亲做WFH的故事。当理想母亲的建构仍然停留在父权意识形态上,导致性别不平等时,这个讨论变得耐人寻味。本文采用批判话语分析的方法,收集了在抗战时期继续履行职业女性角色的女性的相关文章。在2019冠状病毒病大流行期间,谷歌搜索引擎上出现了72篇关于WFH母亲的文章。然而,在72篇文章中,只有19篇文章讨论了女性在分娩期间的故事,以及在分娩期间成为母亲的技巧和技巧。在文章中,媒体构建了covid - 19大流行期间的理想母亲形象。媒体所描述的理想母亲形象是丈夫的仆人、金融监管者、教育者、儿童看护人和职业女性。在这场大流行期间,理想母亲的塑造必须同时体现她的四种身份。这种身份的形式受到社会中共存的意识形态的影响。这些意识形态是父权文化、功利主义和资本主义。新冠肺炎是一种流行性疾病,是一种传染性疾病,是一种传染性疾病,是一种传染性疾病。Bekerja di dalam rumah saat ini dikenal dengan istilah WFH(在家工作)。巴吉para pekerja yang masih terus beraktivitas di luar rumah, WFH seolah menjadi suatu hal yang diinginkan dan diharapkan。Namun bagaimana bagi pelaku WFH i sendiri?媒体melalui artikelnya banyak菜单,tantankisah ibu pekerja yang sedang melakukan WFH。Pembahasan ini menjadi menarik ketika ranah公共dipaksa untuk dijalankan di ruang国内。图里桑的方法分析,wacana kritis dengan mengumpulkan的文章,tentanu, rumah, tangaga, tetap, menjalankan, peran, sebagai, wanita, selama masa, WFH。Ada 72文章,杨文文dalam mesin pencari谷歌ketika mencari ibu WFH全球大流行covid - 19。Namun dari 72 artikel hanya terdapat 19 artikel yang berbicara tentang curhatan para ibu rumah tangga yang sedang melakukan WFH,提示dan trik menjadi ibu selama WFH。《南华早报》报道称,媒体成员认为,新冠肺炎是一种理想的流感大流行。Sosok母性tersebut adalah ibu sebagai pelayan suami, pengatur keuangan, pendidik dan pengasuh anak, dan sebagai wanita karier。雪郎,我的理想,我的大流行性感冒,我的病,我的病,我的病,我的病,我的病,我的病,我的病。Pembentukan的身份是简洁的,但dipengaruhi是一种意识形态,yang ada ada masyarakat。意识形态上的分歧是:父权制、商业主义和资本主义。
{"title":"The Construction of an Ideal Mother amid the Covid 19 Pandemic: Gender Injustice Experienced by Career Women while Working From Home","authors":"Yelly Elanda","doi":"10.30983/humanisme.v5i1.3670","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/humanisme.v5i1.3670","url":null,"abstract":"During the COVID-19 pandemic, all activities must be carried out at home, whether working, studying, or worshiping. Working from home is currently known as WFH (Work From Home). WFH seems to be something they want and expects for workers who are still active outside the home. But what about the WFH actors themselves? The media, through their articles, have written a lot about the story of working mothers who are doing WFH. This discussion becomes intriguing when the construction of the ideal mother remains on patriarchal ideology, causing gender inequality. This paper uses a critical discourse analysis method by collecting articles about women who continue to carry out their roles as career women during the WFH period. Seventy-two articles appear in the google search engine when looking for WFH mothers during the covid 19 pandemics. However, from 72 articles, there are only 19 articles that talk about the stories of women who are doing WFH, tips and tricks on being a mother during WFH. In the article, the media constructs the ideal mother figure during the covid 19 pandemics. The ideal mother figure described by the media is a mother as a husband's servant, financial regulator, educator, child caretaker, and career woman. The construction of an ideal mother during this pandemic must carry out the four identities that are attached to her at once. The form of this identity is influenced by the ideology that coexists in society. These ideologies are patriarchal culture, ibuism, and capitalism.Masa pandemi covid 19 menyebabkan semua kegiatan harus dilakukan di dalam rumah, baik bekerja, belajar maupun beribadah. Bekerja di dalam rumah saat ini dikenal dengan istilah WFH (Work From Home). Bagi para pekerja yang masih terus beraktivitas di luar rumah, WFH seolah menjadi suatu hal yang diinginkan dan diharapkan. Namun bagaimana bagi pelaku WFH itu sendiri? Media melalui artikelnya banyak menulis tentang kisah ibu pekerja yang sedang melakukan WFH. Pembahasan ini menjadi menarik ketika ranah public dipaksa untuk dijalankan di ruang domestik. Tulisan ini menggunakan metode analisis wacana kritis dengan mengumpulkan artikel tentang ibu rumah tangga yang tetap menjalankan peran sebagai wanita karier selama masa WFH. Ada 72 artikel yang muncul dalam mesin pencari google ketika mencari ibu WFH masa pandemi covid 19. Namun dari 72 artikel hanya terdapat 19 artikel yang berbicara tentang curhatan para ibu rumah tangga yang sedang melakukan WFH, tips dan trik menjadi ibu selama WFH. Dalam artikel tersebut, media membentuk identitas mengenai sosok ibu ideal di tengah pandemi covid 19. Sosok motherhood tersebut adalah ibu sebagai pelayan suami, pengatur keuangan, pendidik dan pengasuh anak, dan sebagai wanita karier. Seorang ibu ideal di tengah pandemi ini harus bisa menjalankan empat identitas yang telah melekat pada dirinya sekaligus. Pembentukan identitas tersebut dipengaruhi oleh ideologi yang ada pada masyarakat. Ideologi tersebut adalah budaya patriarkhi, i","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"GE-24 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84616654","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.30983/humanisme.v5i1.4042
Tafkir Tafkir
A complex issue that is very difficult to unravel in the Minangkabau community is about communal land as a high inheritance according to Minangkabau customs. In Minangkabau custom, the land is women's right, but in control and who takes the lead to maintain land tend to cause dispute between men and women in its development and utilization. High inheritance assets that women should own should be fully controlled and utilized by the brothers. Meanwhile, women must be willing to leave the clan to find residential or agricultural land. This problem becomes more acute when economic problems and social stratification are carried away in the dialogue. Often the rights that women should naturally receive in Minangkabau are crippled by gender stratification developed by brothers who feel more powerful and feel physically and economically stronger.
Persoalanpelik yang sangatsusahdiuraidalammasyarakat Minangkabau adalahpersoalantanahulayatsebagaihartapusakatinggimenurutadat Minangkabau. Dalamadat Minangkabau, tanahadalahhakperempuan, namundalampengawasaan dan penguasaanseringkalitimbulsilangsengketaantaralaki-laki danperempuandalampenguasaan dan pemanfaatannya. Hartapusakatinggi yang seyogyanyadimililiki oleh perempuandikuasai dan dimanfaatkansecarapenuh oleh saudaralaki-laki. Sementaraperempuanharusrelakeluardarikaumuntukmencarilahanpemukimanataupertanian. Persoalaninisemakinmeruncingketikapersoalanekonomi dan kekuatanstratifikasisosialterbawadalam dialog tersebut. Seringkalihak yang seharusnyaditerimaperempuansecaraasasi di Minangkabau terkebiri oleh strafikasi gender yang dikembangkan oleh saudaralaki-laki yang merasalebih
在米南卡保人社区中,一个非常难以解决的复杂问题是,根据米南卡保人的习俗,公共土地是一种高度的遗产。在米南卡保族习俗中,土地是妇女的权利,但土地的控制权和由谁来主导维护往往会在土地的开发利用中引起男女之间的纠纷。女性应该拥有的高额继承财产应该由兄弟充分控制和利用。同时,妇女必须愿意离开氏族去寻找居住或农业用地。当经济问题和社会分层在对话中被忽略时,这个问题变得更加尖锐。在米南卡堡,妇女自然应该享有的权利往往被那些感觉自己更强大、身体和经济更强大的兄弟们形成的性别分层所削弱。米南卡堡:米南卡堡:米南卡堡:米南卡堡:米南卡堡。Dalam adat Minangkabau, tanah adalah hak perempuan, namun Dalam pengawasaan dan penguasaan and sering kali timbul silang senketa antara laki-laki danperempuan Dalam penguasaan dan pemanfaatannya。哈塔·普萨卡·丁基杨seyogyanya dimililiki oleh perempuan dikuasai dan dimanfaatkan secara penh oleh sudara laki-laki。Sementara perempuan harus rela keluar dari kaum untuk menkeri lahan pemukiman atau pertanian。个人经济学与社会经济学、社会经济学、社会经济学、社会经济学、社会经济学、社会经济学、社会经济学、社会经济学、社会经济学、社会经济学、社会经济学、社会经济学、社会经济学。这句话的意思是:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”
{"title":"Human Rights Manifestation Through Enforcement of Communal Land Ownership Rights for Women in Minangkabau","authors":"Tafkir Tafkir","doi":"10.30983/humanisme.v5i1.4042","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/humanisme.v5i1.4042","url":null,"abstract":"<p>A complex issue that is very difficult to unravel in the Minangkabau community is about communal land as a high inheritance according to Minangkabau customs. In Minangkabau custom, the land is women's right, but in control and who takes the lead to maintain land tend to cause dispute between men and women in its development and utilization. High inheritance assets that women should own should be fully controlled and utilized by the brothers. Meanwhile, women must be willing to leave the clan to find residential or agricultural land. This problem becomes more acute when economic problems and social stratification are carried away in the dialogue. Often the rights that women should naturally receive in Minangkabau are crippled by gender stratification developed by brothers who feel more powerful and feel physically and economically stronger.</p><p> </p><p><em>Persoalan</em><em> </em><em>pelik yang sangat</em><em> </em><em>susah</em><em> </em><em>diurai</em><em> </em><em>dalam</em><em> </em><em>masyarakat Minangkabau adalah</em><em> </em><em>persoalan</em><em> </em><em>tanah</em><em> </em><em>ulayat</em><em> </em><em>sebagai</em><em> </em><em>harta</em><em> </em><em>pusaka</em><em> </em><em>tinggi</em><em> </em><em>menurut</em><em> </em><em>adat Minangkabau. Dalam</em><em> </em><em>adat Minangkabau, tanah</em><em> </em><em>adalah</em><em> </em><em>hak</em><em> </em><em>perempuan, namun</em><em> </em><em>dalam</em><em> </em><em>pengawasaan dan penguasaan</em><em> </em><em>sering</em><em> </em><em>kali</em><em> </em><em>ti</em><em>m</em><em>bul</em><em> </em><em>silang</em><em> </em><em>sengketa</em><em> </em><em>antara</em><em> </em><em>laki-laki dan</em><em> </em><em>perempuan</em><em> </em><em>dalam</em><em> </em><em>penguasaan dan pemanfaatannya. Harta</em><em> </em><em>pusaka</em><em> </em><em>tinggi yang seyogyanya</em><em> </em><em>dimililiki oleh perempuan</em><em> </em><em>dikuasai dan dimanfaatkan</em><em> </em><em>secara</em><em> </em><em>penuh oleh saudara</em><em> </em><em>laki-laki. Sementara</em><em> </em><em>perempuan</em><em> </em><em>harus</em><em> </em><em>rela</em><em> </em><em>keluar</em><em> </em><em>dari</em><em> </em><em>kaum</em><em> </em><em>untuk</em><em> </em><em>mencari</em><em> </em><em>lahan</em><em> </em><em>pemukiman</em><em> </em><em>atau</em><em> </em><em>pertanian. Persoalan</em><em> </em><em>ini</em><em> </em><em>semakin</em><em> </em><em>meruncing</em><em> </em><em>ketika</em><em> </em><em>persoalan</em><em> </em><em>ekonomi dan kekuatan</em><em> </em><em>stratifikasi</em><em> </em><em>so</em><em>s</em><em>ial</em><em> </em><em>terbawa</em><em> </em><em>dalam dialog tersebut. Sering</em><em> </em><em>kali</em><em> </em><em>hak yang seharusnya</em><em> </em><em>diterima</em><em> </em><em>perempu</em><em>a</em><em>n</em><em> </em><em>secara</em><em> </em><em>asasi di Minangkabau terkebiri oleh strafikasi gender yang dikembangkan oleh saudara</em><em> </em><em>laki-laki yang merasa</em><em> </em><em>lebih</em><em>","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"31 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91317675","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.30983/humanisme.v5i1.4123
Sitto Rahmana, Syafruddin Nurdin, Eka Putra Wirman
Education in Minangkabau from the 19th century to the early 20th century was not too pro-Minangs women. Recognizing the situation and conditions at that time, several Minangkabau women moved and fought against injustice, including Rohana Kudus, Rahmah El Yunusiah, and Rasuna Said. This Minangs female figure fights for women's rights with various strategies and movements. This research uses qualitative by collecting data through interviews and documentation. This study shows that the movements carried out by female leaders in Minangkabau have contributed to contemporary Islamic education in Minangkabau, such as 1) Liberating women from educational backwardness. 2) Take an education policy to get women out of colonialism. 3) Inspire women to continue to develop their minds. 4) Educating women through mass media as a way to educate the public.Pendidikan di Minangkabau pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20 tidak terlalu berpihak kepada kaum perempuan Minang. Melihat situasi dan kondisi saat itu, beberapa perempuan Minangkabau bergerak dan berjuang dalam melawan ketidakadilan diantaranya adalah : Rohana Kudus, Rahmah El Yunusiah, dan Rasuna Said. Tokoh perempuan Minang ini memperjuangkan hak-hak perempuan dengan berbagai strategi dan pergerakan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pergerakan yang dilakukan oleh tokoh- tokoh perempuan di Minangkabau memiliki kontribusi pada pendidikan Islam kontemporer di Minangkabau seperti: 1) Melakukan pembebasan perempuan dari keterbelakangan pendidikan. 2) Mengambil kebijakan pendidikan untuk mengeluarkan perempuan dari keterjajahan. 3) Menginspirasi perempuan untuk terus mengembangkan pemikiran. 4) Mendidik perempuan melalui media massa sebagai salah satu cara mencerdaskan masyarakat.
从19世纪到20世纪初,米南卡保的教育并不太支持米南妇女。认识到当时的情况和条件,一些米南卡堡妇女行动起来,反对不公正,包括Rohana Kudus, Rahmah El Yunusiah和Rasuna Said。这个米南族女性形象通过各种策略和运动为妇女权利而战。本研究采用定性方法,通过访谈和文献收集数据。本研究表明,米南卡堡女性领袖开展的运动对米南卡堡当代伊斯兰教育做出了贡献,如:1)将妇女从教育落后中解放出来。2)采取教育政策,让女性摆脱殖民主义。3)鼓励女性继续发展她们的思想。4)通过大众传媒教育妇女,作为教育公众的一种方式。Pendidikan di Minangkabau pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20 tidak terlalu berpihak kepada kaum perempuan Minang。Melihat sitasi dan kondisi saat itu, beberapa perempuan Minangkabau bergerak dan berjuang dalam melawan ketidakadilan diantaranya adalah: Rohana Kudus, Rahmah El Yunusiah, dan Rasuna Said。东京人民代表大会的成员perperjuangkan - hak-hak perperpuan dengan berbagai策略dan pergerakan。[2] [1] [2] [1] [3] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [1] [4](1)马来语(马来语)马来语(马来语)马来语(马来语)马来语(马来语)马来语(马来语)马来语。2) mengbill kebijakan pendidikan untuk mengeluarkan perempuan dari keterjajahan。3) Menginspirasi perempuan untuk terus mengembangkan pemikiran。4) Mendidik perempuan melalui media massa sebagai salah satu cara menerdaskan masyarakat。
{"title":"Minangkabau Women's Movement for the Progress of Women's Education in West Sumatera","authors":"Sitto Rahmana, Syafruddin Nurdin, Eka Putra Wirman","doi":"10.30983/humanisme.v5i1.4123","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/humanisme.v5i1.4123","url":null,"abstract":"Education in Minangkabau from the 19th century to the early 20th century was not too pro-Minangs women. Recognizing the situation and conditions at that time, several Minangkabau women moved and fought against injustice, including Rohana Kudus, Rahmah El Yunusiah, and Rasuna Said. This Minangs female figure fights for women's rights with various strategies and movements. This research uses qualitative by collecting data through interviews and documentation. This study shows that the movements carried out by female leaders in Minangkabau have contributed to contemporary Islamic education in Minangkabau, such as 1) Liberating women from educational backwardness. 2) Take an education policy to get women out of colonialism. 3) Inspire women to continue to develop their minds. 4) Educating women through mass media as a way to educate the public.Pendidikan di Minangkabau pada abad ke-19 sampai awal abad ke-20 tidak terlalu berpihak kepada kaum perempuan Minang. Melihat situasi dan kondisi saat itu, beberapa perempuan Minangkabau bergerak dan berjuang dalam melawan ketidakadilan diantaranya adalah : Rohana Kudus, Rahmah El Yunusiah, dan Rasuna Said. Tokoh perempuan Minang ini memperjuangkan hak-hak perempuan dengan berbagai strategi dan pergerakan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pergerakan yang dilakukan oleh tokoh- tokoh perempuan di Minangkabau memiliki kontribusi pada pendidikan Islam kontemporer di Minangkabau seperti: 1) Melakukan pembebasan perempuan dari keterbelakangan pendidikan. 2) Mengambil kebijakan pendidikan untuk mengeluarkan perempuan dari keterjajahan. 3) Menginspirasi perempuan untuk terus mengembangkan pemikiran. 4) Mendidik perempuan melalui media massa sebagai salah satu cara mencerdaskan masyarakat.","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84699392","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.30983/humanisme.v5i1.4252
W. Utami, R. Setyowati, Sugihardjo Sugihardjo
The role of the wife has an essential contribution in the household as the smallest unit in household life. Stereotypes are specific labels attached to women in their roles as wives, mothers, and in society. The research aims to analyze stereotypes among women who work as processed food producers to implement household gender roles. The method in this research uses descriptive qualitative. The study results show that the pattern of household gender relations for Ngudi Rejeki Women Farmer Group members is equal. Household problems may resolve on their own or require discussion. Ngudi Rejeki Women Farmer Group members work as a processed food producer with a processed product entity made from Moringa leaves. The stereotype of responsibility is held husband as the family head and the housewife as the wife's prominent role, in the household function the husband as the primary breadwinner and the wife as the additional breadwinner. In implementing the reproductive role, the wife has a more prominent role and the husband only a helping hand. Peranan istri memiliki berkontribusi penting dalam rumah tangga sebagai unit terkecil dalam kehidupan rumah tangga. Stereotip merupakan pelabelan tertentu yang melekat pada perempuan dalam perannya sebagai istri, ibu, dan pada masyarakat. Penelitian bertujuan untuk menganalisis stereotip pada perempuan produsen makanan olahan dalam pelaksanaan peran gender rumah tangga. Metode dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola relasi gender rumah tangga anggota KWT Ngudi Rejeki ke arah setara. Permasalahan rumah tangga dapat selesai dengan sendirinya atau memerlukan pembahasan. Anggota KWT Ngudi Rejeki bekerja sebagai produsen makanan olahan dengan entitas produk olahan berbahan dasar daun kelor. Stereotip dalam hal tanggung jawab yaitu kepala keluarga dikonstruksikan sebagai tanggung jawab suami dan ibu rumah tangga menjadi tanggung jawab istri, pada fungsi rumah tangga dikonstruksikan suami sebagai pencari nafkah utama dan istri sebagai pencari nafkah tambahan, dan pada pelaksanaan peran reproduktif mengonstruksikan istri memiliki peran yang lebih utama dan suami sekedar membantu.
妻子作为家庭生活中最小的单位,在家庭中起着至关重要的作用。刻板印象是附加在妇女作为妻子、母亲和社会角色上的特定标签。该研究旨在分析从事加工食品生产的妇女对家庭性别角色的刻板印象。本研究采用描述性定性方法。研究结果表明,努古迪雷耶基女农民群体成员的家庭性别关系模式是平等的。家庭问题可能会自行解决,也可能需要讨论。Ngudi Rejeki妇女农民小组成员从事加工食品生产商的工作,生产由辣木叶制成的加工产品实体。责任的刻板印象被认为是丈夫是一家之主,家庭主妇是妻子的突出角色,在家庭职能中,丈夫是主要的养家糊口者,妻子是额外的养家糊口者。在生殖角色的实施中,妻子的作用更为突出,而丈夫只是一个帮手。peranisti memoriliki berkontribusi penting dalam rumah tanga sebagai单位terkecil dalam kehidupan rumah tanga。立体提示merupakan pelabelan tertentu yang melekat pada perempuan dalam perannya sebagai istri, ibu, dan pada masyarakat。Penelitian bertujuan untuk menganali, stereotip pperperpuan progenen makanan olahan dalam pelaksanaan peran gender rumah tangga。在蒙古纳坎写稿质量分析中。Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola relasi gender rumah tangga anggota KWT Ngudi Rejeki ke arah setara。Permasalahan rumah tanga dapat selesai dengan sendirinya atau成员lukan pembahasan。Anggota KWT Ngudi Rejeki bekerja sebagai生产makanan olahan dengan实体产品olahan berbahan dasar dawan kelor。Stereotip dalam hal tanggung jawab yitu kepala keluarga dikonstruksikan sebagai danubuu rumah tangga menjadi tanggung jawab isri, pada真菌rumah tangga dikonstruksikan suami sebagai pencari nafkah utama pencari nafkah tambahan, dan paada pelaksanaan perduktif mengonstruksikan istri memiliki peran yang lebih utama dansuami sekedar membantu。
{"title":"Women's Stereotypes in the Implementation of Reproductive and Productive Roles in Women Farmers' Households","authors":"W. Utami, R. Setyowati, Sugihardjo Sugihardjo","doi":"10.30983/humanisme.v5i1.4252","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/humanisme.v5i1.4252","url":null,"abstract":"The role of the wife has an essential contribution in the household as the smallest unit in household life. Stereotypes are specific labels attached to women in their roles as wives, mothers, and in society. The research aims to analyze stereotypes among women who work as processed food producers to implement household gender roles. The method in this research uses descriptive qualitative. The study results show that the pattern of household gender relations for Ngudi Rejeki Women Farmer Group members is equal. Household problems may resolve on their own or require discussion. Ngudi Rejeki Women Farmer Group members work as a processed food producer with a processed product entity made from Moringa leaves. The stereotype of responsibility is held husband as the family head and the housewife as the wife's prominent role, in the household function the husband as the primary breadwinner and the wife as the additional breadwinner. In implementing the reproductive role, the wife has a more prominent role and the husband only a helping hand. Peranan istri memiliki berkontribusi penting dalam rumah tangga sebagai unit terkecil dalam kehidupan rumah tangga. Stereotip merupakan pelabelan tertentu yang melekat pada perempuan dalam perannya sebagai istri, ibu, dan pada masyarakat. Penelitian bertujuan untuk menganalisis stereotip pada perempuan produsen makanan olahan dalam pelaksanaan peran gender rumah tangga. Metode dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola relasi gender rumah tangga anggota KWT Ngudi Rejeki ke arah setara. Permasalahan rumah tangga dapat selesai dengan sendirinya atau memerlukan pembahasan. Anggota KWT Ngudi Rejeki bekerja sebagai produsen makanan olahan dengan entitas produk olahan berbahan dasar daun kelor. Stereotip dalam hal tanggung jawab yaitu kepala keluarga dikonstruksikan sebagai tanggung jawab suami dan ibu rumah tangga menjadi tanggung jawab istri, pada fungsi rumah tangga dikonstruksikan suami sebagai pencari nafkah utama dan istri sebagai pencari nafkah tambahan, dan pada pelaksanaan peran reproduktif mengonstruksikan istri memiliki peran yang lebih utama dan suami sekedar membantu.","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74176841","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.30983/humanisme.v5i1.4190
Shinta Rosalina, N. Nurhadi, Yuhastina Yuhastina
This study investigated the stereotypes of female online motorcycle taxi drivers, who pinned the stereotype of female online motorcycle taxi drivers, and why the stereotype of female online motorcycle taxi drivers in Surakarta emerged. This study used a qualitative method with a phenomenological approach. Sources of data used were primary data sources and secondary data sources—the data collected by interviews and observations. The informant retrieval technique used was snowball sampling and purposive sampling. This study indicated that (1) The stereotype of online motorcycle taxi drivers arises from a sub-culture in a society where men are closely related to masculine characteristics while women are feminine. So, working as a driver in a society closely related to masculine people creates stereotypes for women. (2) In the process, the stereotype of female online motorcycle taxi drivers appeared in most of the people who interacted with them, such as customers, fellow online motorcycle taxi drivers, and their families. (3) The reason for the emergence of a stereotype among female motorcycle taxi drivers is that women's driving proficiency is not the same as men's. In general, women who drive on a man are considered less common in some societies. Especially if the female drivers still receive orders at night, some community members and fellow male drivers consider it to be precarious and endangering to women. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana stereotip driver ojek online perempuan, siapa yang menyematkan stereotip driver ojek online perempuan dan mengapa stereotip driver ojek online perempuan di Kota Surakarta muncul. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Stereotip pada driver ojek online muncul dari adanya sub budaya dalam masyarakat bahwa laki-laki erat dengan sifat maskulin sedangkan perempuan dengan sifat feminim. Sehingga, ranah pekerjaan sebagai driver yang di masyarakat erat dengan kaum maskulin membuat munculnya stereotip pada perempuan. (2) Dalam prosesnya stereotip terhadap driver ojek online perempuan muncul pada sebagian besar orang yang berinteraksi dengannya seperti customer, rekan sesama driver ojek online dan keluarga. (3) Alasan munculnya sebuah stereotip pada driver ojek perempuan berkaitan dengan kemahiran dalam mengemudi perempuan tidak sama dengan kaum laki-laki. Secara umum perempuan yang memboncengkan seorang laki-laki dianggap kurang lazim bagi sebagian masyarakat.Terlebih jika di malam haridriver perempuan yang masih gadis masih menerima orderan hal tersebut dianggap oleh sebagian masyarakat maupun dari teman sesama driver laki-laki sangat beresiko dan membahayakan diri perempuan.
本研究调查了女性网络摩的刻板印象,这些刻板印象固定了女性网络摩的刻板印象,以及为什么会出现女性网络摩的刻板印象。本研究采用现象学方法的定性方法。使用的数据来源是主要数据来源和次要数据来源-通过访谈和观察收集的数据。信息检索采用滚雪球抽样和目的抽样两种方法。研究表明:(1)网络摩的刻板印象产生于男性与男性特征密切相关、女性与女性特征密切相关的社会亚文化。因此,在一个与男性密切相关的社会中,当司机会给女性带来刻板印象。(2)在这一过程中,女性网约车司机的刻板印象出现在大多数与其互动的人群中,如顾客、同行的网约车司机和他们的家人。(3)女性摩的司机产生刻板印象的原因是女性的驾驶水平与男性不一样。一般来说,在一些社会中,女性开车撞到男性被认为不太常见。特别是如果女性司机在晚上仍然接受订单,一些社区成员和其他男性司机认为这对女性来说是不稳定和危险的。Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana立体提示司机ojek在线perempuan, siapa yang menyematkan立体提示司机ojek在线perempuan dan mengapa立体提示司机ojek在线perempuan di Kota Surakarta muncuan。Penelitian ini mongunakan方法的定性分析与现象分析。求和数据阳迪库纳坎adalah求和数据入门丹求和数据查找。(1)立体提示,提示,提示,提示,提示,提示,提示,提示,提示,提示,提示,提示sehinga, ranah pekerjaan sebagai司机yang di masyarakat, denangan kaum maskulin, munculnya, stertip paderpuan。(2) Dalam prosesnya stereotip terhadap driver ojek online perpermancucul - pada sebagian besar orang yang berinteraksi dengannya seperti customer, rekan sesama driver ojek online dan keluarga。(3) Alasan munculnya sebuah stereotip paddriver ojek perempuan berkaitan dengan kemahiran dalam mengemudi perempuan tidak sama dengan kaum laki-laki。我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。Terlebih jika di malam hardriver perempuan yang masih gadis masih menerima命令,但dianggap oleh sebagian masyarakat maupun dari teman sesama driver laki-laki sangat beresiko dan bahayakan diri perempuan。
{"title":"Stereotypes Against Female Online Ojek Drivers in Surakarta","authors":"Shinta Rosalina, N. Nurhadi, Yuhastina Yuhastina","doi":"10.30983/humanisme.v5i1.4190","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/humanisme.v5i1.4190","url":null,"abstract":"This study investigated the stereotypes of female online motorcycle taxi drivers, who pinned the stereotype of female online motorcycle taxi drivers, and why the stereotype of female online motorcycle taxi drivers in Surakarta emerged. This study used a qualitative method with a phenomenological approach. Sources of data used were primary data sources and secondary data sources—the data collected by interviews and observations. The informant retrieval technique used was snowball sampling and purposive sampling. This study indicated that (1) The stereotype of online motorcycle taxi drivers arises from a sub-culture in a society where men are closely related to masculine characteristics while women are feminine. So, working as a driver in a society closely related to masculine people creates stereotypes for women. (2) In the process, the stereotype of female online motorcycle taxi drivers appeared in most of the people who interacted with them, such as customers, fellow online motorcycle taxi drivers, and their families. (3) The reason for the emergence of a stereotype among female motorcycle taxi drivers is that women's driving proficiency is not the same as men's. In general, women who drive on a man are considered less common in some societies. Especially if the female drivers still receive orders at night, some community members and fellow male drivers consider it to be precarious and endangering to women. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana stereotip driver ojek online perempuan, siapa yang menyematkan stereotip driver ojek online perempuan dan mengapa stereotip driver ojek online perempuan di Kota Surakarta muncul. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Stereotip pada driver ojek online muncul dari adanya sub budaya dalam masyarakat bahwa laki-laki erat dengan sifat maskulin sedangkan perempuan dengan sifat feminim. Sehingga, ranah pekerjaan sebagai driver yang di masyarakat erat dengan kaum maskulin membuat munculnya stereotip pada perempuan. (2) Dalam prosesnya stereotip terhadap driver ojek online perempuan muncul pada sebagian besar orang yang berinteraksi dengannya seperti customer, rekan sesama driver ojek online dan keluarga. (3) Alasan munculnya sebuah stereotip pada driver ojek perempuan berkaitan dengan kemahiran dalam mengemudi perempuan tidak sama dengan kaum laki-laki. Secara umum perempuan yang memboncengkan seorang laki-laki dianggap kurang lazim bagi sebagian masyarakat.Terlebih jika di malam haridriver perempuan yang masih gadis masih menerima orderan hal tersebut dianggap oleh sebagian masyarakat maupun dari teman sesama driver laki-laki sangat beresiko dan membahayakan diri perempuan.","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"31 3-4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77530692","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.30983/humanisme.v5i1.4089
Nur Hasnah
This study aims to determine the motivation of female students to learn Arabic in online-based learning in class X PK at MAN Lima Puluh Kota. There have been several types of research related to women's motivation in studying. Women were found to have a higher motivation than men in terms of studying. However, during the Covid-19 pandemic, women's learning motivation decreased. This paper uses mixed methods by using questionnaires and interviews as the research instrument. Based on processed data, female students’ motivation during online learning decreased due to internal and external factors. Many students experience physical complaints of eye fatigue and complaints of difficulty resting due to piling up tasks, and other complaints such as headaches, body aches. The psychological complaints also including having technical problems and difficulty logging in, limited internet quota, and difficulty focusing on studying at home.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa perempuan belajar bahasa Arab pada pembelajaran berbasis daring di kelas X PK di MAN Lima Puluh Kota karena melalui penelitian yang telah banyak dilakukan, perempuan memiliki motivasi yang tinggi dibandingkan laki-laki dalam belajar. Namun pada masa pandemic covid-19 motivasi belajar perempuan menurun.Metode Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan teknikangket dan wawancara.Berdasarkan data yang telah diolah, ditemukan bahwa motivasi siswa perempuanselama pembelajaran daring mengalami penurunan karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu keluhan fisik dan psikis yang dialami oleh siswa, perempuanselama pembelajaran daring. Keluhan fisik yang banyak dialami siswa adalah kelelahan pada mata dan keluhan sulit istirahat karena tugas yang menumpuk serta keluhan lainnya seperti sakit kepala, badan pegal-pegal dan lain-lain. Adapun keluhan psikis yaitu aplikasi yang sering error dan susah login, keterbatasan kuota internet dan kesulitan untuk focus dalam belajar sewaktu di rumah.
本研究旨在探讨MAN Lima Puluh Kota X PK班女生在线学习阿拉伯语的动机。有几种类型的研究与女性的学习动机有关。研究发现,在学习方面,女性比男性有更高的动力。然而,在2019冠状病毒病大流行期间,女性的学习动机有所下降。本文采用问卷调查和访谈相结合的研究方法。经过处理的数据显示,由于内部和外部因素的影响,女学生在线学习的动机有所下降。许多学生抱怨眼睛疲劳,抱怨由于堆积如山的任务而难以休息,以及其他抱怨,如头痛,身体疼痛。心理上的抱怨还包括技术问题、登录困难、上网配额有限、在家难以集中精力学习。中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:中文翻译为:Namun pada masa大流行covid-19的动机是belajar永久性的。Metode Penelitian ini menggunakan Metode campuran dengan teknikangket dan wawankara。Berdasarkan数据yang telah diolah, ditemukan bahwa motivasi siswa perempunanselama pembelajaran胆子mengalami penurunan karena因素为内部和胸骨。法轮功内部有伊图·克鲁汉·菲斯克丹·佩斯基扬,他的名字叫“佩斯基”,名字叫“佩斯基基”。Keluhan fisik yang banyak dialami siswa adalah kelelahan pada mata dan Keluhan suit istirahat karena tugas yang menumpuk serta Keluhan lainya seperti sakit kepala, badan pegal-pegal dan lain-lain。Adapun keluhan psikis yitu应用程序应用程序杨服务错误和susah登录,keterbatasan kuota internet和kesulitan untuk focus dalam belajar sewaktu di rumah。
{"title":"Student Motivation in Learning Arabic Language During the Covid-19 Pandemic","authors":"Nur Hasnah","doi":"10.30983/humanisme.v5i1.4089","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/humanisme.v5i1.4089","url":null,"abstract":"This study aims to determine the motivation of female students to learn Arabic in online-based learning in class X PK at MAN Lima Puluh Kota. There have been several types of research related to women's motivation in studying. Women were found to have a higher motivation than men in terms of studying. However, during the Covid-19 pandemic, women's learning motivation decreased. This paper uses mixed methods by using questionnaires and interviews as the research instrument. Based on processed data, female students’ motivation during online learning decreased due to internal and external factors. Many students experience physical complaints of eye fatigue and complaints of difficulty resting due to piling up tasks, and other complaints such as headaches, body aches. The psychological complaints also including having technical problems and difficulty logging in, limited internet quota, and difficulty focusing on studying at home.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa perempuan belajar bahasa Arab pada pembelajaran berbasis daring di kelas X PK di MAN Lima Puluh Kota karena melalui penelitian yang telah banyak dilakukan, perempuan memiliki motivasi yang tinggi dibandingkan laki-laki dalam belajar. Namun pada masa pandemic covid-19 motivasi belajar perempuan menurun.Metode Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan teknikangket dan wawancara.Berdasarkan data yang telah diolah, ditemukan bahwa motivasi siswa perempuanselama pembelajaran daring mengalami penurunan karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu keluhan fisik dan psikis yang dialami oleh siswa, perempuanselama pembelajaran daring. Keluhan fisik yang banyak dialami siswa adalah kelelahan pada mata dan keluhan sulit istirahat karena tugas yang menumpuk serta keluhan lainnya seperti sakit kepala, badan pegal-pegal dan lain-lain. Adapun keluhan psikis yaitu aplikasi yang sering error dan susah login, keterbatasan kuota internet dan kesulitan untuk focus dalam belajar sewaktu di rumah.","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"128 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76396074","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-31DOI: 10.30983/HUMANISME.V4I2.3279
Eko Zulfikar
This paper seeks to reveal how the rights of girls as family members as far as the hadith Nabi. In addition to providing a benchmark that Islam has equalized the rights of girls with the rights of boys, also to eradicate the ignorance system which has discriminated against girls by only siding with boys. Because the description of the discussion links a theme in the hadith Nabi, the method used refers to the thematic framework. As for understanding the content of the Hadith Nabi traditions that are related, this paper specifically examines ma’ani al-hadith with an intertextuality approach. Thus, the results of the discussion of thematization of the hadith indicate that: girls have the right to live, get love from parents, get good treatment, get formal education, and also non-formal. Of course, all the rights of girls recorded by the hadith Nabi are also entitled to be obtained by boys.Tulisan ini berusaha mengungkap bagaimana hak-hak anak perempuan sebagai anggota keluarga sejauh yang dipandang hadis Nabi. Selain untuk memberi patokan bahwa Islam telah menyetarakan hak anak perempuan dengan hak anak laki-laki, juga untuk memberantas sistem Jahiliah yang telah mendiskriminasi anak perempuan dengan hanya berpihak kepada anak laki-laki. Karena pembahasannya merujuk pada tema yang termuat dalam hadis Nabi, maka metode yang dipakai adalah tematik. Sementara untuk memahami kandungan hadis Nabi yang berkaitan, tulisan ini spesifik mengkaji secara ma’ani al-hadis dengan pendekatan intertekstualitas. Dengan demikian, hasil pembahasan secara tematisasi hadis mengindikasikan bahwa: anak perempuan memiliki hak untuk hidup, mendapat kasih sayang dari orang tua, mendapat perlakuan baik, mendapatkan pendidikan formal, dan juga pendidikan non-formal. Tentu saja, semua hak anak perempuan yang direkam hadis Nabi ini juga berhak didapatkan oleh anak laki-laki.
本文试图揭示女孩作为家庭成员的权利如何远至圣训纳比。除了提供一个伊斯兰教将女孩的权利与男孩的权利平等的基准之外,还要消除只支持男孩而歧视女孩的无知制度。因为讨论的描述与圣训纳比中的一个主题有关,所以使用的方法参考了主题框架。至于理解与之相关的圣训纳比传统的内容,本文特别用互文性的方法来研究圣训。因此,圣训主题化的讨论结果表明:女孩有生存的权利,得到父母的爱,得到良好的待遇,接受正规教育,也有非正规教育。当然,圣训《纳比》所记载的女孩的所有权利,男孩也有权获得。我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。Selain untuk memberi patokan bahwa Islam telah menyetarakan haak perempuan dengan haak laki-laki, juga untuk memberantas system Jahiliah yang telah mendiskriminasi anak perempuan dengan hanya berpihak kepada anak laki-laki。Karena pembahasannya merujuk pada tema yang termuat dalam hais Nabi, maka metode yang dipakai adalah tematik。Sementara untuk memahami kandungan hadis Nabi yang berkaitan, tulisan ini spitfik mengkaji secara ma' ani al-hadis dengan pendekstualitas。Dengan demikian, hasil pembahasan secara tematisasi hais mengindikasikan bahwa: anak perempuan memiliki hak untuk hidup, mendapat kashih sayang dari orang tua, mendapat perlakuan baik, mendapat pendidikan正式,dan juga pendidikan非正式。我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。
{"title":"Tipologi Hak-Hak Anak Perempuan dalam Islam: Studi Tematik Hadis-Hadis Keperempuanan","authors":"Eko Zulfikar","doi":"10.30983/HUMANISME.V4I2.3279","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/HUMANISME.V4I2.3279","url":null,"abstract":"This paper seeks to reveal how the rights of girls as family members as far as the hadith Nabi. In addition to providing a benchmark that Islam has equalized the rights of girls with the rights of boys, also to eradicate the ignorance system which has discriminated against girls by only siding with boys. Because the description of the discussion links a theme in the hadith Nabi, the method used refers to the thematic framework. As for understanding the content of the Hadith Nabi traditions that are related, this paper specifically examines ma’ani al-hadith with an intertextuality approach. Thus, the results of the discussion of thematization of the hadith indicate that: girls have the right to live, get love from parents, get good treatment, get formal education, and also non-formal. Of course, all the rights of girls recorded by the hadith Nabi are also entitled to be obtained by boys.Tulisan ini berusaha mengungkap bagaimana hak-hak anak perempuan sebagai anggota keluarga sejauh yang dipandang hadis Nabi. Selain untuk memberi patokan bahwa Islam telah menyetarakan hak anak perempuan dengan hak anak laki-laki, juga untuk memberantas sistem Jahiliah yang telah mendiskriminasi anak perempuan dengan hanya berpihak kepada anak laki-laki. Karena pembahasannya merujuk pada tema yang termuat dalam hadis Nabi, maka metode yang dipakai adalah tematik. Sementara untuk memahami kandungan hadis Nabi yang berkaitan, tulisan ini spesifik mengkaji secara ma’ani al-hadis dengan pendekatan intertekstualitas. Dengan demikian, hasil pembahasan secara tematisasi hadis mengindikasikan bahwa: anak perempuan memiliki hak untuk hidup, mendapat kasih sayang dari orang tua, mendapat perlakuan baik, mendapatkan pendidikan formal, dan juga pendidikan non-formal. Tentu saja, semua hak anak perempuan yang direkam hadis Nabi ini juga berhak didapatkan oleh anak laki-laki.","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"86 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75749068","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-31DOI: 10.30983/HUMANISME.V4I2.3522
Neng Eri Sofiana
West Java for the past three years has been included in the top three provinces with the highest number of divorces and the highest rate of child violence. Ridwan Kamil and the Chief of the West Java PKK launched 'Sekoper Cinta' or women's school held by the DP3AKB which make an affort to empower women to achieve equality , participation, access, roles, benefits and control between women and men in all fields. This school has held a graduation ceremony for 2,700 women on October 22, 2019. This program is held to improve the quality of women so they can reduce the rate of divorce and violence against children. So, how is this program carried out in West Java, can it reduce the existing divorce rate? Can it be applied in other areas as a solution to protect women and children? In fact, Sekoper Cinta is able to make women and mothers more empowered and qualified with a lot of materials that encourage family resilience and economic independence, so that if applied it will certainly be able to reduce the divorce rate in West Java and this program can be used as guidelines and examples for other areas because the results are able to give freedom to women from gender injustice. Jawa Barat selama tiga tahun terakhir ini termasuk ke dalam tiga besar provinsi dengan jumlah perceraian terbanyak dan angka kekerasan anak terbesar. Ridwan Kamil beserta Ketua PKK Jawa Barat meluncurkan ‘Sekoper Cinta’ atau Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-Cita sebagai sekolah khusus perempuan yang diadakan oleh Pemprov Jawa Barat dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) yang berupaya dalam memberdayakan para perempuan demi mewujudkan kesetaraan, partisipasi, akses, peran, manfaat, dan kontrol antara perempuan dan laki-laki di semua bidang. Sekolah ini telah mengadakan wisuda bagi 2.700 perempuan pada 22 Oktober 2019 lalu. Program ini diadakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas perempuan sehingga dapat menekan angka perceraian dan kekerasan terhadap anak. Maka, bagaimana program ini dilakukan di Jawa Barat, apakah dapat menekan angka perceraian yang ada? Apakah mampu diterapkan di wilayah lain sebagai solusi melindungi kaum perempuan dan anak? Ternyata, Sekoper Cinta mampu membuat perempuan dan ibu-ibu lebih berdaya dan berkualitas dengan sekian banyak materi yang mendorong kepada ketahanan keluarga dan kemandirian ekonomi, sehingga jika diaplikasikan tentu akan mampu menekan angka perceraian yang ada di Jawa Barat dan program ini dapat dijadikan pedoman serta contoh bagi wilayah lainnya karena hasilnya yang mampu memberi kebebasan kepada perempuan dari ketidakadilan gender.
西爪哇在过去三年中一直被列入离婚率最高和儿童暴力发生率最高的前三个省份。Ridwan Kamil和西爪哇库尔德工人党领导人发起了“Sekoper Cinta”,即由民主与akb组织的女子学校,努力赋予妇女权力,使其在所有领域实现男女之间的平等、参与、机会、角色、利益和控制权。2019年10月22日,该校为2700名女生举行了毕业典礼。这个项目的目的是提高妇女的素质,使她们能够减少离婚率和对儿童的暴力行为。那么,这个项目是如何在西爪哇实施的,它能降低现有的离婚率吗?它能否作为保护妇女和儿童的解决方案应用于其他领域?事实上,Sekoper Cinta通过大量鼓励家庭韧性和经济独立的材料,使妇女和母亲更有权力和资格,因此,如果应用它,肯定能够降低西爪哇的离婚率,这个项目可以作为其他领域的指导方针和榜样,因为结果能够使妇女免于性别不公正。爪哇自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区。Ridwan Kamil beserta Ketua PKK Jawa Barat meluncurkan ' Sekoper Cinta ' atau Sekolah Perempuan Capai sebagai Sekolah khusus Perempuan yang diadakan oleh Pemprov Jawa baragan dengan Dinas perberdayaan perlindunan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) yang berupaya dalam成员dayakan para Perempuan demi mewujudkan kesetaraan, partisipasi, akses, peran, manfaat, dan控制antara Perempuan dan laki-laki di semua bidang。Sekolah ini telah mengadakan wisuda bagi 2.700 perperan pada 2019年10月22日lalu。我的计划是让我的孩子们学习新知识,学习新知识,学习新知识,学习新知识,学习新知识,学习新知识和新知识。Maka, bagaimana program ini dilakukan di Jawa Barat, apakah dapat menekan angka percerian yang ada?阿巴卡人的名字是什么?阿巴卡人的名字是什么?Ternyata, Sekoper Cinta mampu成员,perempuan an ibuu - ibuu lebih berdaya, dankualitas, dankualitan, dankualitan, dankmandian经济,sehinga jika diplikikasian, kankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankankanhasilya yang mampu成员,kebebasan, kepada, perempuan, ketidakadilan,性别。
{"title":"Sekoper Cinta: Solusi Peningkatan Kualitas Perempuan di Tatar Sunda","authors":"Neng Eri Sofiana","doi":"10.30983/HUMANISME.V4I2.3522","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/HUMANISME.V4I2.3522","url":null,"abstract":"West Java for the past three years has been included in the top three provinces with the highest number of divorces and the highest rate of child violence. Ridwan Kamil and the Chief of the West Java PKK launched 'Sekoper Cinta' or women's school held by the DP3AKB which make an affort to empower women to achieve equality , participation, access, roles, benefits and control between women and men in all fields. This school has held a graduation ceremony for 2,700 women on October 22, 2019. This program is held to improve the quality of women so they can reduce the rate of divorce and violence against children. So, how is this program carried out in West Java, can it reduce the existing divorce rate? Can it be applied in other areas as a solution to protect women and children? In fact, Sekoper Cinta is able to make women and mothers more empowered and qualified with a lot of materials that encourage family resilience and economic independence, so that if applied it will certainly be able to reduce the divorce rate in West Java and this program can be used as guidelines and examples for other areas because the results are able to give freedom to women from gender injustice. Jawa Barat selama tiga tahun terakhir ini termasuk ke dalam tiga besar provinsi dengan jumlah perceraian terbanyak dan angka kekerasan anak terbesar. Ridwan Kamil beserta Ketua PKK Jawa Barat meluncurkan ‘Sekoper Cinta’ atau Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-Cita sebagai sekolah khusus perempuan yang diadakan oleh Pemprov Jawa Barat dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) yang berupaya dalam memberdayakan para perempuan demi mewujudkan kesetaraan, partisipasi, akses, peran, manfaat, dan kontrol antara perempuan dan laki-laki di semua bidang. Sekolah ini telah mengadakan wisuda bagi 2.700 perempuan pada 22 Oktober 2019 lalu. Program ini diadakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas perempuan sehingga dapat menekan angka perceraian dan kekerasan terhadap anak. Maka, bagaimana program ini dilakukan di Jawa Barat, apakah dapat menekan angka perceraian yang ada? Apakah mampu diterapkan di wilayah lain sebagai solusi melindungi kaum perempuan dan anak? Ternyata, Sekoper Cinta mampu membuat perempuan dan ibu-ibu lebih berdaya dan berkualitas dengan sekian banyak materi yang mendorong kepada ketahanan keluarga dan kemandirian ekonomi, sehingga jika diaplikasikan tentu akan mampu menekan angka perceraian yang ada di Jawa Barat dan program ini dapat dijadikan pedoman serta contoh bagi wilayah lainnya karena hasilnya yang mampu memberi kebebasan kepada perempuan dari ketidakadilan gender.","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83555246","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-31DOI: 10.30983/HUMANISME.V4I2.3498
Nor Ismah
A number of novel remaja, which mean young adult novels, written by women writers from Indonesia and Malaysia have been published. Writing competitions held by book publishers and language centers have also encouraged the production of the novels. However, since they address youth as their readers and tend to consider the characters, issues, language, and values that appeal to the modern young adult; therefore, some critics say that the novels only respond to the demands of the reader market and they are less creative and lack of quality. In this paper I demonstrate the value of Indonesian and Malaysian novel remaja by examining four novels which are Siti Zaleha M. Hashim’s Biarkan Kupu-Kupu Terbang (“Let the Butterfly Fly”), Rumah Cinta Kelana (“The Love House of Kelana”), written by Sofie Dewayani, Nisah Haron’s Mencari Locus Standi (“Finding the Defense Locus”), and Jadilah Purnamaku Ning written by Khilma Anis. I argue that those novels do not only explore young adults’ feelings, including romance, fear, sadness, happiness, and challenges, but they also describe important themes which may inspire young readers, such as how young Muslim women deal with their identity formation, living in a single mother family, and polygamy. Novel-novel remaja karya penulis perempuan banyak diterbitkan di Indonesia dan Malaysia. Lomba menulis yang diadakan oleh penerbit buku dan pusat bahasa juga mendorong banyaknya produksi novel-novel tersebut. Namun, karena novel remaja menyasar remaja sebagai pembacanya, novel tersebut ditulis dengan mempertimbangkan karakter, isu, bahasa, dan nilai-nilai yang menarik bagi remaja modern. Sehingga, beberapa kritikus mengatakan bahwa novel remaja hanya menjawab tuntutan pasar pembaca dan kurang kreatif serta berkualitas. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan nilai positif novel remaja yang terbit di Indonesia dan Malaysia dengan menelaah empat novel. Yaitu, Biarkan Kupu-Kupu Terbang karya Siti Zaleha M. Hashim, Rumah Cinta Kelana yang ditulis oleh Sofie Dewayani, Mencari Locus Standi karya Nisah Haron, dan Jadilah Purnamaku Ning yang ditulis oleh Khilma Anis. Saya berpendapat bahwa novel-novel tersebut tidak hanya mengeksplorasi perasaan remaja, termasuk percintaan, ketakutan, kesedihan, kebahagiaan, dan tantangan hidup, tetapi juga menggambarkan tema-tema penting yang dapat menginspirasi pembaca remaja. Misalnya, tema tentang bagaimana remaja Muslim perempuan menjalani proses pembentukan jati diri, hidup bersama keluarga dengan ibu tunggal, dan poligami, bahkan juga mengkritisi ketimpangan posisi perempuan di dalam masyarakat.
由印度尼西亚和马来西亚的女性作家创作的许多小说remaja,即年轻成人小说已经出版。图书出版商和语言中心举办的写作比赛也鼓励了这些小说的创作。然而,由于他们把年轻人作为他们的读者,并倾向于考虑吸引现代年轻人的人物、问题、语言和价值观;因此,一些评论家说,这些小说只是回应读者市场的需求,缺乏创造力和质量。在本文中,我通过分析四部小说来证明印尼和马来西亚小说remaja的价值,这四部小说分别是Siti Zaleha M. Hashim的Biarkan kupuu - kupu Terbang(《让蝴蝶飞》),苏菲·德瓦亚尼的Rumah Cinta Kelana(《Kelana的爱之家》),尼沙·哈伦的Mencari Locus Standi(《寻找防御轨迹》),以及Khilma Anis的Jadilah Purnamaku Ning。我认为,这些小说不仅探讨了年轻人的感情,包括浪漫、恐惧、悲伤、快乐和挑战,而且还描述了可能启发年轻读者的重要主题,例如年轻的穆斯林妇女如何处理她们的身份形成、生活在单亲家庭和一夫多妻制。小说-小说remaja karya penulis perempuan banyak diiterbitkan di印度尼西亚和马来西亚。Lomba menulis yang diadakan oleh penerbit buku dan pusat bahasa juga mendoong banyaknya produksi novel-novel tersebut。Namun, karena小说remaja menyasar remaja sebagai pembacanya,小说tersebut ditulis dengan mempertimbangkan karakter, isu, bahasa, dan nilai-nilai yang menarik bagi remaja modern。西辛加,beberapa kritikus mengatakan bahwa小说remaja hanya menjawab tuntutan pasar pembaca dan kurang kreatif serta berkualitas。图里桑尼·伯图胡安·乌图克·曼努朱坎·尼莱正性小说remaja yang terbit印度尼西亚和马来西亚登根·曼尼拉赫的小说。yitu, Biarkan Kupu-Kupu Terbang karya Siti Zaleha M. Hashim, Rumah Cinta Kelana yang ditulis oleh Sofie Dewayani, menari Locus Standi karya Nisah Haron, dan Jadilah Purnamaku Ning -yang ditulis oleh Khilma Anis。Saya berpendapat bahwa小说-小说terakak hanya mengeksplorasi perasaan remaja, termasuk percintaan, ketakutan, kesedihan, kebahagiaan, dan tantanangan hidup, tetapi juga menggambarkan tema-tema penting yang dapat menginspirasi pembaca remaja。Misalnya, tema tentenang bagaimana remaja穆斯林perempuan menjalani提出了pembentukan jati diri, hidup bersama keluarga dengan ibu tungal, dan poligami, bakan juga mengkritisi ketimpangan posisi perempuan di dalam masyarakat。
{"title":"Reading Indonesian and Malaysian Young Adult Novels: Capturing the Image of Young Muslim Women in Indonesia and Malaysia","authors":"Nor Ismah","doi":"10.30983/HUMANISME.V4I2.3498","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/HUMANISME.V4I2.3498","url":null,"abstract":"A number of novel remaja, which mean young adult novels, written by women writers from Indonesia and Malaysia have been published. Writing competitions held by book publishers and language centers have also encouraged the production of the novels. However, since they address youth as their readers and tend to consider the characters, issues, language, and values that appeal to the modern young adult; therefore, some critics say that the novels only respond to the demands of the reader market and they are less creative and lack of quality. In this paper I demonstrate the value of Indonesian and Malaysian novel remaja by examining four novels which are Siti Zaleha M. Hashim’s Biarkan Kupu-Kupu Terbang (“Let the Butterfly Fly”), Rumah Cinta Kelana (“The Love House of Kelana”), written by Sofie Dewayani, Nisah Haron’s Mencari Locus Standi (“Finding the Defense Locus”), and Jadilah Purnamaku Ning written by Khilma Anis. I argue that those novels do not only explore young adults’ feelings, including romance, fear, sadness, happiness, and challenges, but they also describe important themes which may inspire young readers, such as how young Muslim women deal with their identity formation, living in a single mother family, and polygamy. Novel-novel remaja karya penulis perempuan banyak diterbitkan di Indonesia dan Malaysia. Lomba menulis yang diadakan oleh penerbit buku dan pusat bahasa juga mendorong banyaknya produksi novel-novel tersebut. Namun, karena novel remaja menyasar remaja sebagai pembacanya, novel tersebut ditulis dengan mempertimbangkan karakter, isu, bahasa, dan nilai-nilai yang menarik bagi remaja modern. Sehingga, beberapa kritikus mengatakan bahwa novel remaja hanya menjawab tuntutan pasar pembaca dan kurang kreatif serta berkualitas. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan nilai positif novel remaja yang terbit di Indonesia dan Malaysia dengan menelaah empat novel. Yaitu, Biarkan Kupu-Kupu Terbang karya Siti Zaleha M. Hashim, Rumah Cinta Kelana yang ditulis oleh Sofie Dewayani, Mencari Locus Standi karya Nisah Haron, dan Jadilah Purnamaku Ning yang ditulis oleh Khilma Anis. Saya berpendapat bahwa novel-novel tersebut tidak hanya mengeksplorasi perasaan remaja, termasuk percintaan, ketakutan, kesedihan, kebahagiaan, dan tantangan hidup, tetapi juga menggambarkan tema-tema penting yang dapat menginspirasi pembaca remaja. Misalnya, tema tentang bagaimana remaja Muslim perempuan menjalani proses pembentukan jati diri, hidup bersama keluarga dengan ibu tunggal, dan poligami, bahkan juga mengkritisi ketimpangan posisi perempuan di dalam masyarakat.","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86534545","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-23DOI: 10.30983/humanisme.v3i1.1060
Rohimi Rohimi
Dalam penelitian mengkaji tentang peran yang dilakukan oleh perempuan yang sudah menjadi seorang ibu rumah tangga di Desa Mangkung yang bekerja sebagai buruh dalam proses produksi batu kapur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan langkah-langkah pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tujuan dari penlitian ini, untuk mengetahui bagaimana peran perempuan yang sudah menjadi seorang ibu rumah tangga yang bekerjasama dengan kaum laki-laki pada pekerjaan produksi batu kapur. Dan Hasil dalam penelitian ini seperti mereka yang sudah menjadi seorang ibu rumah tangga, akan tetapi sangat berpartisipasi dalam pekerjaan proses produksi batu kapur dengan laki-laki, bahkan pekerjaan kaum perempuan pada produksi batu kapur lebih dominan dari pada pekerjaan buruh laki-laki walaupun sedikit ringan. Dan bagaimana peran kaum perempuan yang sudah menjadi seorang ibu rumah tangga yang ikut andil dan berpartisipasi dan bekerja sama dan kolaborasi dengan laki-laki pada lingkup pekerjaan yang sama yakni pada proses produksi batu kapur. Dan faktor pendorong mereka bekerja sebagai buruh produksi batu kapur yakni (a) lemahnya ekonomi keluarga, (b) melestarikan pekerjaan budaya, dan (c) lemahnya wawasan dan pengetahuan. Sedangkan kendala yang dihadapi ibu rumah tangga sebagai buruh dalam produksi batu kapur. Pertama, kendala secara fisik seperti beratnya pekerjaan yang dilakukan pada produksi batu kapur, seperti merubuhkan batu kapur setelah pembakaran, menaikkan dan menurunkan kapur saat pergi pemasaran, bahkan sampai mereka menggunakan alat pengaman seperti masker, dan sarung tangan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan fisik mereka saat bekerja. Kedua, kendala terhadap posisinya sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengedepankan pekerjaan primernya di dalam rumah seperti mempersiapkan kebutuhan suami dan anaknya. Jangan sampai dengan eksistensinya dalam pekerjaan diluar rumah sebagai buruh produksi kapur dan lupa akan tanggung jawbanya sebagai seorang istri. Kata Kunci: Peran ibu rumah tangga, sektor informal, dan produksi batu kapur
{"title":"THE ROLES OF HOUSEWIFES IN INFORMAL SECTOR (Study on Production of Batu Kapur in Desa Mangkung Lombok Tengah)","authors":"Rohimi Rohimi","doi":"10.30983/humanisme.v3i1.1060","DOIUrl":"https://doi.org/10.30983/humanisme.v3i1.1060","url":null,"abstract":"Dalam penelitian mengkaji tentang peran yang dilakukan oleh perempuan yang sudah menjadi seorang ibu rumah tangga di Desa Mangkung yang bekerja sebagai buruh dalam proses produksi batu kapur. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan langkah-langkah pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tujuan dari penlitian ini, untuk mengetahui bagaimana peran perempuan yang sudah menjadi seorang ibu rumah tangga yang bekerjasama dengan kaum laki-laki pada pekerjaan produksi batu kapur. Dan Hasil dalam penelitian ini seperti mereka yang sudah menjadi seorang ibu rumah tangga, akan tetapi sangat berpartisipasi dalam pekerjaan proses produksi batu kapur dengan laki-laki, bahkan pekerjaan kaum perempuan pada produksi batu kapur lebih dominan dari pada pekerjaan buruh laki-laki walaupun sedikit ringan. Dan bagaimana peran kaum perempuan yang sudah menjadi seorang ibu rumah tangga yang ikut andil dan berpartisipasi dan bekerja sama dan kolaborasi dengan laki-laki pada lingkup pekerjaan yang sama yakni pada proses produksi batu kapur. Dan faktor pendorong mereka bekerja sebagai buruh produksi batu kapur yakni (a) lemahnya ekonomi keluarga, (b) melestarikan pekerjaan budaya, dan (c) lemahnya wawasan dan pengetahuan. Sedangkan kendala yang dihadapi ibu rumah tangga sebagai buruh dalam produksi batu kapur. Pertama, kendala secara fisik seperti beratnya pekerjaan yang dilakukan pada produksi batu kapur, seperti merubuhkan batu kapur setelah pembakaran, menaikkan dan menurunkan kapur saat pergi pemasaran, bahkan sampai mereka menggunakan alat pengaman seperti masker, dan sarung tangan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan fisik mereka saat bekerja. Kedua, kendala terhadap posisinya sebagai seorang ibu rumah tangga yang harus mengedepankan pekerjaan primernya di dalam rumah seperti mempersiapkan kebutuhan suami dan anaknya. Jangan sampai dengan eksistensinya dalam pekerjaan diluar rumah sebagai buruh produksi kapur dan lupa akan tanggung jawbanya sebagai seorang istri. Kata Kunci: Peran ibu rumah tangga, sektor informal, dan produksi batu kapur","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"54 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84747804","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}