As a heritage site today, Borobudur is arguably constructed from stories of ancient grandeur, regrettable loss, and colonial rescue, infused with lingering aesthetics of colonial construction. This paper discusses the historical deconstruction of the process of historical knowledge production of Borobudur by analysing the Babad Tanah Jawi manuscript produced from the late 18th century to the early 19th century by Javanese courts. The result shows that during the Early Modern Java, Borobudur held significant spiritual quality for the local communities, unlike the previous interpretation by the colonial authorities.
{"title":"Writings of Borobudur: Making sense of an Early Modern Javanese manuscript within the production of archaeological knowledge in Indonesia","authors":"Panggah Ardiyansyah","doi":"10.30883/jba.v42i2.886","DOIUrl":"https://doi.org/10.30883/jba.v42i2.886","url":null,"abstract":"As a heritage site today, Borobudur is arguably constructed from stories of ancient grandeur, regrettable loss, and colonial rescue, infused with lingering aesthetics of colonial construction. This paper discusses the historical deconstruction of the process of historical knowledge production of Borobudur by analysing the Babad Tanah Jawi manuscript produced from the late 18th century to the early 19th century by Javanese courts. The result shows that during the Early Modern Java, Borobudur held significant spiritual quality for the local communities, unlike the previous interpretation by the colonial authorities.","PeriodicalId":52718,"journal":{"name":"Berkala Arkeologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43782428","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ari Mukti Wardoyo Adi, Nainunis Aulia Izza, Muhammad Rohiq, Dwi Rahariyoso
Kawasan Percandian Muarajambi merupakan kawasan Cagar Budaya bercorak Buddha di Sumatra yang berada di lahan seluas kurang lebih 3.981 hektar dengan bentuklahan fluvial. Kawasan ini sering tergenang air, baik ketika musim penghujan maupun ketika terjadi pasang laut, tetapi hingga sekarang masih dihuni oleh masyarakat. Tulisan ini menguraikan hasil penelitian jejak transformasi lanskap perairan di Kawasan Percandian Muarajambi berdasarkan memori kolektif masyarakat dan bukti-bukti fisik yang menyertainya. Metode yang digunakan adalah komparasi citra satelit menggunakan perangkat SIG dan konfirmasi hasil komparasi tersebut kepada masyarakat melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, berbeda dengan interpretasi sebelumnya, jaringan perairan tidak menjadi prasarana transportasi yang aktif sepanjang waktu. Selain itu, berbagai bentuklahan hidrologis masa lampau di kawasan ini juga berhasil diidentifikasi.
{"title":"Transformasi lanskap perairan di Kawasan Percandian Muarajambi dalam memori kolektif masyarakat lokal","authors":"Ari Mukti Wardoyo Adi, Nainunis Aulia Izza, Muhammad Rohiq, Dwi Rahariyoso","doi":"10.30883/jba.v42i2.974","DOIUrl":"https://doi.org/10.30883/jba.v42i2.974","url":null,"abstract":"Kawasan Percandian Muarajambi merupakan kawasan Cagar Budaya bercorak Buddha di Sumatra yang berada di lahan seluas kurang lebih 3.981 hektar dengan bentuklahan fluvial. Kawasan ini sering tergenang air, baik ketika musim penghujan maupun ketika terjadi pasang laut, tetapi hingga sekarang masih dihuni oleh masyarakat. Tulisan ini menguraikan hasil penelitian jejak transformasi lanskap perairan di Kawasan Percandian Muarajambi berdasarkan memori kolektif masyarakat dan bukti-bukti fisik yang menyertainya. Metode yang digunakan adalah komparasi citra satelit menggunakan perangkat SIG dan konfirmasi hasil komparasi tersebut kepada masyarakat melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, berbeda dengan interpretasi sebelumnya, jaringan perairan tidak menjadi prasarana transportasi yang aktif sepanjang waktu. Selain itu, berbagai bentuklahan hidrologis masa lampau di kawasan ini juga berhasil diidentifikasi.","PeriodicalId":52718,"journal":{"name":"Berkala Arkeologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41457155","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
nfn Suryatman, nfn Fakhri, B. Hakim, Nfn Hasanuddin, Muhammad Nur, K. Muda, Nfn. Isbahuddin, Afdalah Harris, Khairun Anshari
Penelitian artefak litik Toalean yang semakin intensif masih belum banyak melakukan perbandingan teknologi pembuatan alat batu. Studi perbandingan perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya perbedaan strategi adaptasi teknologi berdasarkan aspek lingkungan. Tulisan ini membahas studi perbandingan artefak litik Toalean dari situs Leang Jarie yang ada di dataran rendah Maros-Pangkep dan situs Cappalombo 1 di dataran tinggi Bontocani. Metode yang digunakan adalah klasifikasi dan analisis temuan artefak litik, serta survei dan observasi sumber bahan baku di sekitar situs. Hasil studi perbandingan menunjukkan adanya strategi adaptasi terhadap kondisi bahan baku dan menghasilkan tren teknologi yang berbeda di kedua situs. Kualitas chert yang kurang baik di dataran tinggi Bontocani mendorong pembuatan alat batu di Cappalombo 1 menerapkan strategi pemanfaatan bahan baku yang beragam dan lebih sering menerapkan teknik bipolar untuk mereduksi dan meretus serpih. Sebaliknya, pemanfaatan bahan baku chert di Leang Jarie cenderung homogen dan lebih sering menerapkan teknik pukul langsung.
{"title":"Strategi adaptasi teknologi artefak litik Toalean di Situs Leang Jarie dan Cappalombo 1, Sulawesi Selatan","authors":"nfn Suryatman, nfn Fakhri, B. Hakim, Nfn Hasanuddin, Muhammad Nur, K. Muda, Nfn. Isbahuddin, Afdalah Harris, Khairun Anshari","doi":"10.30883/jba.v42i2.982","DOIUrl":"https://doi.org/10.30883/jba.v42i2.982","url":null,"abstract":"Penelitian artefak litik Toalean yang semakin intensif masih belum banyak melakukan perbandingan teknologi pembuatan alat batu. Studi perbandingan perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya perbedaan strategi adaptasi teknologi berdasarkan aspek lingkungan. Tulisan ini membahas studi perbandingan artefak litik Toalean dari situs Leang Jarie yang ada di dataran rendah Maros-Pangkep dan situs Cappalombo 1 di dataran tinggi Bontocani. Metode yang digunakan adalah klasifikasi dan analisis temuan artefak litik, serta survei dan observasi sumber bahan baku di sekitar situs. Hasil studi perbandingan menunjukkan adanya strategi adaptasi terhadap kondisi bahan baku dan menghasilkan tren teknologi yang berbeda di kedua situs. Kualitas chert yang kurang baik di dataran tinggi Bontocani mendorong pembuatan alat batu di Cappalombo 1 menerapkan strategi pemanfaatan bahan baku yang beragam dan lebih sering menerapkan teknik bipolar untuk mereduksi dan meretus serpih. Sebaliknya, pemanfaatan bahan baku chert di Leang Jarie cenderung homogen dan lebih sering menerapkan teknik pukul langsung.","PeriodicalId":52718,"journal":{"name":"Berkala Arkeologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49604599","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Candi Borobudur adalah candi Buddha yang mewakili puncak peradaban Jawa Kuno pada abad VIII–IX M dengan atribut ornamen arsitektural yang signifikan berupa relief cerita. Salah satu bentuk penggambaran pada relief yang cukup banyak dijumpai tetapi belum dikaji secara rinci adalah atap bangunan berkonstruksi kayu. Tulisan ini membahas tipologi atap bangunan konstruksi kayu yang dapat diidentifikasi dari relief Candi Borobudur sebagai elemen dalam perancangan bangunan dan fasilitas pendukung permukiman terkait pelestarian Kawasan Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia. Kajian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang mengelompokkan bangunan kayu berdasarkan bentuk atapnya. Dari hasil kajian ini diperoleh setidaknya enam tipe bangunan berkonstruksi kayu berdasarkan bentuk atapnya. Bangunan tersebut pada masa Jawa Kuno dapat berfungsi sebagai rumah tinggal, lumbung, balai-balai, bangunan pada kompleks istana, asrama, vihara dan bangunan pendukung permukiman.
{"title":"Tipologi atap bangunan berkonstruksi kayu pada relief Candi Borobudur","authors":"Hari Setyawan","doi":"10.30883/jba.v42i2.983","DOIUrl":"https://doi.org/10.30883/jba.v42i2.983","url":null,"abstract":"Candi Borobudur adalah candi Buddha yang mewakili puncak peradaban Jawa Kuno pada abad VIII–IX M dengan atribut ornamen arsitektural yang signifikan berupa relief cerita. Salah satu bentuk penggambaran pada relief yang cukup banyak dijumpai tetapi belum dikaji secara rinci adalah atap bangunan berkonstruksi kayu. Tulisan ini membahas tipologi atap bangunan konstruksi kayu yang dapat diidentifikasi dari relief Candi Borobudur sebagai elemen dalam perancangan bangunan dan fasilitas pendukung permukiman terkait pelestarian Kawasan Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia. Kajian ini menggunakan metode deskriptif analitis yang mengelompokkan bangunan kayu berdasarkan bentuk atapnya. Dari hasil kajian ini diperoleh setidaknya enam tipe bangunan berkonstruksi kayu berdasarkan bentuk atapnya. Bangunan tersebut pada masa Jawa Kuno dapat berfungsi sebagai rumah tinggal, lumbung, balai-balai, bangunan pada kompleks istana, asrama, vihara dan bangunan pendukung permukiman.","PeriodicalId":52718,"journal":{"name":"Berkala Arkeologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41853248","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bejana batu berbentuk lembu yang terdapat di Situs Batu Banteng, Selobanteng, Banyuglugur, Sitobondo, Jawa Timur memiliki ciri khas berupa prasasti berangka tahun 1325 Śaka (1403 M). Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan arti dan fungsi bejana batu tersebut melalui metode penelitian kualitatif yang meliputi studi pustaka, transliterasi, dan penerjemahan prasasti. Bejana batu di Situs Batu Banteng menunjukkan adanya indikasi pergeseran dari konsep tambragomukha dalam ajaran Buddha Mahayana menjadi sarana penyucian dosa sebelum seseorang memasuki mandala kadewaguruan.
{"title":"Arti dan fungsi bejana batu berbentuk lembu di Situs Batu Banteng, Situbondo, Jawa Timur","authors":"Rakai Hino Galeswangi","doi":"10.30883/jba.v42i1.884","DOIUrl":"https://doi.org/10.30883/jba.v42i1.884","url":null,"abstract":"Bejana batu berbentuk lembu yang terdapat di Situs Batu Banteng, Selobanteng, Banyuglugur, Sitobondo, Jawa Timur memiliki ciri khas berupa prasasti berangka tahun 1325 Śaka (1403 M). Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan arti dan fungsi bejana batu tersebut melalui metode penelitian kualitatif yang meliputi studi pustaka, transliterasi, dan penerjemahan prasasti. Bejana batu di Situs Batu Banteng menunjukkan adanya indikasi pergeseran dari konsep tambragomukha dalam ajaran Buddha Mahayana menjadi sarana penyucian dosa sebelum seseorang memasuki mandala kadewaguruan.","PeriodicalId":52718,"journal":{"name":"Berkala Arkeologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46123980","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
nfn Alifah, Harry Widianto, Mohammad Dziyaul Fikriy Arrozain, Rizka Purnamasari, Yuni Suniarti, Mirza Ansyori
Tulisan ini membahas tentang eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya alam oleh penghuni gua. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah hasil ekskavasi situs Gua Arca di Pulau Kangean, Sumenep, Jawa Timur. Metode yang digunakan deskriptif dengan analisis ekofak dan analisis residu mikrobotani pada artefak. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola adaptasi dari penghuni pulau ini, dengan melakukan eksplorasi maksimal terhadap sumber daya alam di darat dan laut. Pada periode awal hunian sekitar 6000 BP, terjadi pemanfaatan sumber daya darat yang cukup dominan berupa binatang dengan habitat hutan terbuka, yaitu Cervidae, Bovidae, Macaca sp., dan binatang kecil seperti Cercopithecidae, Rodentia dan Varanidae. Pada periode setelahnya, sekitar 900 BP, terjadi perubahan pemanfaatan sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya laut menjadi lebih dominan, yang sebagian besar diperoleh dari lingkungan perairan mangrove dan daerah pasang surut. Tumbuhan yang dimanfaatkan antara lain pisang liar, padi liar, kelapa, umbi, dan penggunaan intensif tanaman Zingiberacea.
{"title":"Pemanfaatan sumber daya alam masa prasejarah berdasarkan temuan arkeologis Gua Arca, Pulau Kangean, Jawa Timur","authors":"nfn Alifah, Harry Widianto, Mohammad Dziyaul Fikriy Arrozain, Rizka Purnamasari, Yuni Suniarti, Mirza Ansyori","doi":"10.30883/jba.v42i2.955","DOIUrl":"https://doi.org/10.30883/jba.v42i2.955","url":null,"abstract":"Tulisan ini membahas tentang eksplorasi dan pemanfaatan sumber daya alam oleh penghuni gua. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah hasil ekskavasi situs Gua Arca di Pulau Kangean, Sumenep, Jawa Timur. Metode yang digunakan deskriptif dengan analisis ekofak dan analisis residu mikrobotani pada artefak. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola adaptasi dari penghuni pulau ini, dengan melakukan eksplorasi maksimal terhadap sumber daya alam di darat dan laut. Pada periode awal hunian sekitar 6000 BP, terjadi pemanfaatan sumber daya darat yang cukup dominan berupa binatang dengan habitat hutan terbuka, yaitu Cervidae, Bovidae, Macaca sp., dan binatang kecil seperti Cercopithecidae, Rodentia dan Varanidae. Pada periode setelahnya, sekitar 900 BP, terjadi perubahan pemanfaatan sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya laut menjadi lebih dominan, yang sebagian besar diperoleh dari lingkungan perairan mangrove dan daerah pasang surut. Tumbuhan yang dimanfaatkan antara lain pisang liar, padi liar, kelapa, umbi, dan penggunaan intensif tanaman Zingiberacea.","PeriodicalId":52718,"journal":{"name":"Berkala Arkeologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47243904","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tulisan ini mengkaji bagaimana relief Jatakamala di Candi Borobudur merepresentasikan ajaran enam kesempurnaan (sat-paramita), peran sosial dari tokoh utama, dan nilai-nilai universal di dalam cerita. Penelitian ini perlu dilakukan karena belum ada analisis yang memadai bagaimana Jatakamala diasosiasikan dengan praktik kesempurnaan pada kajian-kajian terdahulu. Berdasarkan tiga komponen data: relief, naskah, dan sutra-sutra mengenai enam kesempurnaan, kajian ini menggunakan semiotika pragmatis Charles Sanders Peirce untuk mengidentifikasi kesempurnaan/multikesempurnaan pada lima cerita Jatakamala. Analisis tematis digunakan untuk melihat peran sosial dan pesan universal dalam 14 cerita. Penerapan triadik Peirce menunjukkan bahwa masing-masing cerita merepresentasikan multikesempurnaan. Tokoh utama dalam Jatakamala berperan aktif secara sosial dan turut memecahkan isu-isu di masyarakat melalui tindakan dan keteladanan. Jatakamala juga mengandung nilai-nilai universal sebagai sarana pembelajaran dan pendidikan.
{"title":"Pemaknaan ajaran paramita pada relief Jatakamala di Candi Borobudur: Perspektif semiotika","authors":"So Tju Shinta Lee, A. Munandar","doi":"10.30883/jba.v42i2.963","DOIUrl":"https://doi.org/10.30883/jba.v42i2.963","url":null,"abstract":"Tulisan ini mengkaji bagaimana relief Jatakamala di Candi Borobudur merepresentasikan ajaran enam kesempurnaan (sat-paramita), peran sosial dari tokoh utama, dan nilai-nilai universal di dalam cerita. Penelitian ini perlu dilakukan karena belum ada analisis yang memadai bagaimana Jatakamala diasosiasikan dengan praktik kesempurnaan pada kajian-kajian terdahulu. Berdasarkan tiga komponen data: relief, naskah, dan sutra-sutra mengenai enam kesempurnaan, kajian ini menggunakan semiotika pragmatis Charles Sanders Peirce untuk mengidentifikasi kesempurnaan/multikesempurnaan pada lima cerita Jatakamala. Analisis tematis digunakan untuk melihat peran sosial dan pesan universal dalam 14 cerita. Penerapan triadik Peirce menunjukkan bahwa masing-masing cerita merepresentasikan multikesempurnaan. Tokoh utama dalam Jatakamala berperan aktif secara sosial dan turut memecahkan isu-isu di masyarakat melalui tindakan dan keteladanan. Jatakamala juga mengandung nilai-nilai universal sebagai sarana pembelajaran dan pendidikan.","PeriodicalId":52718,"journal":{"name":"Berkala Arkeologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47571986","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hari Wibowo, Ahmad Surya Ramadhan, Muhammad Wishnu Wibisono, R. D. Putra
Kawasan karst Zona Rembang bagian barat di Pati dan Grobogan adalah segmen karst Jawa utara yang belum banyak diteliti secara arkeologis. Artikel ini membahas potensi situs gua hunian di karst Pati dan Grobogan. Data untuk artikel ini diperoleh melalui survei lapangan, sedangkan analisisnya menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan sebagai filter data sebelum analisis kuantitatif. Metode kuantitatif menggunakan variabel aksesibilitas, morfologi, dan kandungan data arkeologis yang menghasilkan penilaian potensi arkeologi di tiap situs yang diteliti. Melalui analisis tersebut dapat diketahui bahwa segmen karst di Pati, terutama daerah Kecamatan Sukolilo, memiliki potensi yang lebih tinggi daripada karst di Kabupaten Rembang dan Grobogan. Terdapat lima situs gua yang memiliki potensi hunian prasejarah dari 29 gua yang ditemukan selama survei. Lokasi lima situs tersebut tersebar di kawasan perbukitan karst sisi utara, yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Pati.
{"title":"Identifikasi potensi situs hunian gua di karst Zona Rembang bagian barat","authors":"Hari Wibowo, Ahmad Surya Ramadhan, Muhammad Wishnu Wibisono, R. D. Putra","doi":"10.30883/jba.v42i1.979","DOIUrl":"https://doi.org/10.30883/jba.v42i1.979","url":null,"abstract":"Kawasan karst Zona Rembang bagian barat di Pati dan Grobogan adalah segmen karst Jawa utara yang belum banyak diteliti secara arkeologis. Artikel ini membahas potensi situs gua hunian di karst Pati dan Grobogan. Data untuk artikel ini diperoleh melalui survei lapangan, sedangkan analisisnya menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan sebagai filter data sebelum analisis kuantitatif. Metode kuantitatif menggunakan variabel aksesibilitas, morfologi, dan kandungan data arkeologis yang menghasilkan penilaian potensi arkeologi di tiap situs yang diteliti. Melalui analisis tersebut dapat diketahui bahwa segmen karst di Pati, terutama daerah Kecamatan Sukolilo, memiliki potensi yang lebih tinggi daripada karst di Kabupaten Rembang dan Grobogan. Terdapat lima situs gua yang memiliki potensi hunian prasejarah dari 29 gua yang ditemukan selama survei. Lokasi lima situs tersebut tersebar di kawasan perbukitan karst sisi utara, yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Pati.","PeriodicalId":52718,"journal":{"name":"Berkala Arkeologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48970996","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peran gender adalah konstruksi sosial ketika aktivitas dan status dalam masyarakat dikaitkan dengan satu jenis kelamin tertentu. Artikel ini bertujuan memahami peran gender pada masa prasejarah akhir di Situs Gilimanuk berdasarkan pembagian kerja sesuai jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan pendekatan bioarkeologi dengan membandingkan jejak entesis pada perlekatan tulang panjang dari 42 individu laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada aktivitas fisik yang spesifik dilakukan oleh satu jenis kelamin saja dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal ini menunjukkan konstruksi gender pada masyarakat nelayan prasejarah di Situs Gilimanuk.
{"title":"Peran gender di komunitas nelayan prasejarah: Studi kasus dari Situs Gilimanuk, Bali","authors":"Dicky Caesario Wibowo","doi":"10.30883/jba.v41i2.631","DOIUrl":"https://doi.org/10.30883/jba.v41i2.631","url":null,"abstract":"Peran gender adalah konstruksi sosial ketika aktivitas dan status dalam masyarakat dikaitkan dengan satu jenis kelamin tertentu. Artikel ini bertujuan memahami peran gender pada masa prasejarah akhir di Situs Gilimanuk berdasarkan pembagian kerja sesuai jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan pendekatan bioarkeologi dengan membandingkan jejak entesis pada perlekatan tulang panjang dari 42 individu laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada aktivitas fisik yang spesifik dilakukan oleh satu jenis kelamin saja dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal ini menunjukkan konstruksi gender pada masyarakat nelayan prasejarah di Situs Gilimanuk.","PeriodicalId":52718,"journal":{"name":"Berkala Arkeologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45756892","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yoni di Situs Watu Genuk, Kragilan, Mojosongo, Boyolali merupakan salah satu dari sekian banyak peninggalan masa Jawa Kuno bercorak Hindu-Buddha yang ada di Jawa Tengah. Yoni tersebut memiliki ragam hias di bagian bawah cerat berupa figur antropomorfik berparuh, kura-kura, dan ular. Artikel ini membahas makna dari ragam hias yoni di Situs Watu Genuk melalui analisis ikonografi dan perbandingan ragam hias yoni dengan figur yang serupa. Hasil analisis menunjukkan bahwa ragam hias di bawah cerat yoni di Situs Watu Genuk tidak hanya bersifat dekoratif, namun juga memiliki makna representasi mitologi Hindu yang tercantum dalam naskah Ādiparwa seperti Samudramanthana dan Garudeya.
波约拉利Mojosongo,Kragilan,Situs Watu Genuk的Yoni是中世纪古乔瓦亲吻印度教徒布达的众多遗迹之一。yoni在烟囱底部有一个装饰物,一对拟人化的人物,乌龟和蛇。本文通过对约尼珠宝与类似人物的图像分析和比较,探讨约尼珠宝在时代遗址的意义。分析表明,西图斯·瓦图·热努克(Situs Watu Genuk)中的尤尼(yoni ceratus)下的珠宝不仅具有装饰性,而且具有萨穆德拉曼塔纳(Samudamanthana)和加鲁德亚(Garudeya)等经典中记载的印度教神话的再现意义。
{"title":"Analisis ikonografi ragam hias di bawah cerat yoni di Situs Watu Genuk, Kragilan, Mojosongo, Boyolali","authors":"Muhammad Faiz","doi":"10.30883/jba.v41i2.960","DOIUrl":"https://doi.org/10.30883/jba.v41i2.960","url":null,"abstract":"Yoni di Situs Watu Genuk, Kragilan, Mojosongo, Boyolali merupakan salah satu dari sekian banyak peninggalan masa Jawa Kuno bercorak Hindu-Buddha yang ada di Jawa Tengah. Yoni tersebut memiliki ragam hias di bagian bawah cerat berupa figur antropomorfik berparuh, kura-kura, dan ular. Artikel ini membahas makna dari ragam hias yoni di Situs Watu Genuk melalui analisis ikonografi dan perbandingan ragam hias yoni dengan figur yang serupa. Hasil analisis menunjukkan bahwa ragam hias di bawah cerat yoni di Situs Watu Genuk tidak hanya bersifat dekoratif, namun juga memiliki makna representasi mitologi Hindu yang tercantum dalam naskah Ādiparwa seperti Samudramanthana dan Garudeya.","PeriodicalId":52718,"journal":{"name":"Berkala Arkeologi","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49077185","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}