Pub Date : 2023-09-21DOI: 10.14710/jil.22.1.100-108
M. Widyastuti, Galih Dwi Jayanto, M. R. Irshabdillah, L. N. Fadlillah
Abstract Winongo and Gajahwong Rivers traverse three regions: Sleman Regency, Yogyakarta City, and Bantul Regency. Both rivers' water quality was assessed using two water quality indices specified for detecting only the heavy metal presence, namely Heavy Metal Pollution Index (HPI) and Pollution Index (PI). Details on river water quality were a series of monitoring data from 2017 until 2020 that comprised eleven parameters: pH, BOD, COD, NH3N, TSS, Total Coli, oil and grease, Fe, Cu, Cd, Cr, and Pb. The results indicate that the heavy metal contents of Winongo and Gajahwong Rivers meet the class II water quality standard. Non-metal parameters, namely COD and TSS, are present in small amounts and below the upper thresholds. The HPI values of Winongo and Gajahwong Rivers were 3.15 and 2.29, respectively, or categorized as ‘excellent’. Similarly, based on the PI values (0.78 and 0.72, respectively), both rivers' water quality fell into the category of ‘good’.
{"title":"Water Quality Indices for Assessing Heavy Metal Pollution in Winongo River and Gajahwong River Yogyakarta-Indonesia","authors":"M. Widyastuti, Galih Dwi Jayanto, M. R. Irshabdillah, L. N. Fadlillah","doi":"10.14710/jil.22.1.100-108","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.22.1.100-108","url":null,"abstract":"Abstract Winongo and Gajahwong Rivers traverse three regions: Sleman Regency, Yogyakarta City, and Bantul Regency. Both rivers' water quality was assessed using two water quality indices specified for detecting only the heavy metal presence, namely Heavy Metal Pollution Index (HPI) and Pollution Index (PI). Details on river water quality were a series of monitoring data from 2017 until 2020 that comprised eleven parameters: pH, BOD, COD, NH3N, TSS, Total Coli, oil and grease, Fe, Cu, Cd, Cr, and Pb. The results indicate that the heavy metal contents of Winongo and Gajahwong Rivers meet the class II water quality standard. Non-metal parameters, namely COD and TSS, are present in small amounts and below the upper thresholds. The HPI values of Winongo and Gajahwong Rivers were 3.15 and 2.29, respectively, or categorized as ‘excellent’. Similarly, based on the PI values (0.78 and 0.72, respectively), both rivers' water quality fell into the category of ‘good’.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"254 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139338024","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
E. Giofandi, Purwantiningrum Purwantiningrum, Firson Madino, Agape Lumbantobing
Permasalahan penyakit menular menjadi salah satu wabah endemik yang belum terselesaikan, dimana nyamuk aedes aegypti menjadi salah satu vektor dalam melakukan transmisi ke manusia. Kondisi ini menjadi salah satu landasan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh penularan demam berdarah dengue. Metode yang digunakan ialah Geographically Weighted Regression dengan variabel kepadatan penduduk, fasilitas kesehatan, kepadatan bangunan, usia <15 tahun, ketinggian, dan curah hujan. Temuan selama penelitian menghasilkan nilai Local R-Square 0,6503 atau 65,03%. Nilai koefisien tertinggi pada variabel Fasilitas Kesehatan mencapai 4,4375, koefisien pada variabel pengaruh Penduduk usia <15 Tahun memiliki nilai 0,0035. Sementara nilai koefisien pada variabel pengaruh Ketinggian sampai 0,1801. Hasil signifikansi faktor yang berpengaruh terhadap data kejadian penyakit DBD di Kota Pekanbaru pada taraf kepercayaan 95% sebanyak 13 kelurahan yang signifikan terhadap faktor fasilitas kesehatan, kemudian variabel penduduk berusia <15 tahun berpengaruh terhadap data kejadian kasus DBD di 5 kelurahan, dan untuk variabel ketinggian terdapat pada 13 kelurahan. Diharapkan untuk studi selanjutya dapat mempertimbangkan aspek pengendalian dan sosial ekonomi dalam melakukan pengelolaan skala mikro sehingga mampu meningkatkan pengawasan surveilansPermasalahan penyakit menular menjadi salah satu wabah endemik yang belum terselesaikan, dimana nyamuk aedes aegypti menjadi salah satu vektor dalam melakukan transmisi ke manusia. Kondisi ini menjadi salah satu landasan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh penularan demam berdarah dengue. Metode yang digunakan ialah Geographically Weighted Regression dengan variabel kepadatan penduduk, fasilitas kesehatan, kepadatan bangunan, usia <15 tahun, ketinggian, dan curah hujan. Temuan selama penelitian menghasilkan nilai Local R-Square 0,6503 atau 65,03%. Nilai koefisien tertinggi pada variabel Fasilitas Kesehatan mencapai 4,4375, koefisien pada variabel pengaruh Penduduk usia <15 Tahun memiliki nilai 0,0035. Sementara nilai koefisien pada variabel pengaruh Ketinggian sampai 0,1801. Hasil signifikansi faktor yang berpengaruh terhadap data kejadian penyakit DBD di Kota Pekanbaru pada taraf kepercayaan 95% sebanyak 13 kelurahan yang signifikan terhadap faktor fasilitas kesehatan, kemudian variabel penduduk berusia <15 tahun berpengaruh terhadap data kejadian kasus DBD di 5 kelurahan, dan untuk variabel ketinggian terdapat pada 13 kelurahan. Diharapkan untuk studi selanjutya dapat mempertimbangkan aspek pengendalian dan sosial ekonomi dalam melakukan pengelolaan skala mikro sehingga mampu meningkatkan pengawasan surveilans
{"title":"Analisis Faktor Spasial Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Menggunakan Pendekatan Geographically Weighted Regression di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau","authors":"E. Giofandi, Purwantiningrum Purwantiningrum, Firson Madino, Agape Lumbantobing","doi":"10.14710/jil.22.1.50-59","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.22.1.50-59","url":null,"abstract":"Permasalahan penyakit menular menjadi salah satu wabah endemik yang belum terselesaikan, dimana nyamuk aedes aegypti menjadi salah satu vektor dalam melakukan transmisi ke manusia. Kondisi ini menjadi salah satu landasan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh penularan demam berdarah dengue. Metode yang digunakan ialah Geographically Weighted Regression dengan variabel kepadatan penduduk, fasilitas kesehatan, kepadatan bangunan, usia <15 tahun, ketinggian, dan curah hujan. Temuan selama penelitian menghasilkan nilai Local R-Square 0,6503 atau 65,03%. Nilai koefisien tertinggi pada variabel Fasilitas Kesehatan mencapai 4,4375, koefisien pada variabel pengaruh Penduduk usia <15 Tahun memiliki nilai 0,0035. Sementara nilai koefisien pada variabel pengaruh Ketinggian sampai 0,1801. Hasil signifikansi faktor yang berpengaruh terhadap data kejadian penyakit DBD di Kota Pekanbaru pada taraf kepercayaan 95% sebanyak 13 kelurahan yang signifikan terhadap faktor fasilitas kesehatan, kemudian variabel penduduk berusia <15 tahun berpengaruh terhadap data kejadian kasus DBD di 5 kelurahan, dan untuk variabel ketinggian terdapat pada 13 kelurahan. Diharapkan untuk studi selanjutya dapat mempertimbangkan aspek pengendalian dan sosial ekonomi dalam melakukan pengelolaan skala mikro sehingga mampu meningkatkan pengawasan surveilansPermasalahan penyakit menular menjadi salah satu wabah endemik yang belum terselesaikan, dimana nyamuk aedes aegypti menjadi salah satu vektor dalam melakukan transmisi ke manusia. Kondisi ini menjadi salah satu landasan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh penularan demam berdarah dengue. Metode yang digunakan ialah Geographically Weighted Regression dengan variabel kepadatan penduduk, fasilitas kesehatan, kepadatan bangunan, usia <15 tahun, ketinggian, dan curah hujan. Temuan selama penelitian menghasilkan nilai Local R-Square 0,6503 atau 65,03%. Nilai koefisien tertinggi pada variabel Fasilitas Kesehatan mencapai 4,4375, koefisien pada variabel pengaruh Penduduk usia <15 Tahun memiliki nilai 0,0035. Sementara nilai koefisien pada variabel pengaruh Ketinggian sampai 0,1801. Hasil signifikansi faktor yang berpengaruh terhadap data kejadian penyakit DBD di Kota Pekanbaru pada taraf kepercayaan 95% sebanyak 13 kelurahan yang signifikan terhadap faktor fasilitas kesehatan, kemudian variabel penduduk berusia <15 tahun berpengaruh terhadap data kejadian kasus DBD di 5 kelurahan, dan untuk variabel ketinggian terdapat pada 13 kelurahan. Diharapkan untuk studi selanjutya dapat mempertimbangkan aspek pengendalian dan sosial ekonomi dalam melakukan pengelolaan skala mikro sehingga mampu meningkatkan pengawasan surveilans","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139338201","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The teak-based agroforestry system in Gundih, Grobogan Regency, Central Java Province is potentially equivalent to a secondary forest, based on the biodiversity, carbon stock, and utility. This study is prompted by the lack of research on tree vegetation analysis in teak-based agroforestry systems. The aim of this study is to determine the composition and structure of tree vegetation in agroforestry systems within the Gundih area. The research method used plots measuring 20 x 20 m2, in a sampling area of 1 ha and with plot placement using the Purposive Sampling method. The results show that there are 12 tree species from 9 families with a total population of 341 trees/ha. The two tree species with the highest Important Value (IV) are Tectona grandis L.f (93,48) and Swietenia mahagoni (L.) Jacq (66,78). The tree diversity of teak-based agroforestry systems is classified as moderate with an H’ value of 1,81. The carbon stock of tree stands in the agroforestry system is 64,43 MgC/ha. It can be concluded that teak-based agroforestry has the potential to be an option for environmental conservation.
{"title":"The Composition, Structure, and Standing Carbon Stock of Teak Based Agroforestry Systems in Gundih, Grobogan Regency, Central Java","authors":"S. Santhyami, Annisa Katleya Isnaini","doi":"10.14710/jil.22.1.93-99","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.22.1.93-99","url":null,"abstract":"The teak-based agroforestry system in Gundih, Grobogan Regency, Central Java Province is potentially equivalent to a secondary forest, based on the biodiversity, carbon stock, and utility. This study is prompted by the lack of research on tree vegetation analysis in teak-based agroforestry systems. The aim of this study is to determine the composition and structure of tree vegetation in agroforestry systems within the Gundih area. The research method used plots measuring 20 x 20 m2, in a sampling area of 1 ha and with plot placement using the Purposive Sampling method. The results show that there are 12 tree species from 9 families with a total population of 341 trees/ha. The two tree species with the highest Important Value (IV) are Tectona grandis L.f (93,48) and Swietenia mahagoni (L.) Jacq (66,78). The tree diversity of teak-based agroforestry systems is classified as moderate with an H’ value of 1,81. The carbon stock of tree stands in the agroforestry system is 64,43 MgC/ha. It can be concluded that teak-based agroforestry has the potential to be an option for environmental conservation.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139337921","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-21DOI: 10.14710/jil.22.1.125-131
Aldila Tirta Pratiwi, Bambang Rahadi Widiatmono, Ruslan Wirosoedarmo
Minyak yang terkandung dalam oli yang digunakan termasuk komponen organik yang bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri, sedangkan timbal (Pb) memiliki sifat tidak dapat terurai secara hayati dan konsentrasinya tinggi terakumulasi di lingkungan. Pada penelitian dilakukan pengolahan air limbah bengkel dengan cara adsorpsi menggunakan adsorben bentonit dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus) yang memiliki sifat ramah lingkungan dan keberadaannya selalu ada sepanjang tahun. Proses adsorpsi yaitu memanfaatkan kemampuan zat padat untuk menjerap suatu bahan atau zat pada permukaannya. Penelitian ini menggunakan variasi jenis dan dosis adsorben dengan lama waktu pengadukan selama 60 menit dengan kecepatan 150 rpm. Jenis adsorben yang digunakan yaitu clay jenis bentonit yang telah diaktivasi dengan larutan asam HCl 1 M dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus). Faktor yang digunakan merupakan dosis bentonit dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus) yang masing-masing terdiri dari 4 (empat) perlakuan yaitu 0 gram, 5 gram, 10 gram dan 15 gram. Penelitian bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi efisiensi penurunan kadar minyak dan timbal (Pb). Adsorben bentonit dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus) memberikan pengaruh terhadap efisiensi penurunan minyak secara signifikan namun tidak pada efisiensi penurunan timbal (Pb). Perlakuan adsorben bentonit sebesar 15 gram dengan cangkang telur ayam sebesar 15 gram (B3C3) menunjukkan kadar minyak paling sedikit yaitu 3,00 mg/L dengan efisiensi penurunan minyak paling besar yaitu 88,22%. Perlakuan adsorben bentonit sebesar 15 gram dengan cangkang telur ayam sebesar 10 gram (B3C2) menunjukkan timbal (Pb) paling sedikit yaitu 1,66 mg/L dengan efisiensi penurunan timbal (Pb) paling besar yaitu 52,25%.
{"title":"Adsorpsi Minyak dan Timbal (Pb) pada Air Limbah Bengkel Mobil Menggunakan Bentonit dan Cangkang Telur Ayam (Gallus domesticus) sebagai Adsorben","authors":"Aldila Tirta Pratiwi, Bambang Rahadi Widiatmono, Ruslan Wirosoedarmo","doi":"10.14710/jil.22.1.125-131","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.22.1.125-131","url":null,"abstract":"Minyak yang terkandung dalam oli yang digunakan termasuk komponen organik yang bersifat tetap dan sukar diuraikan bakteri, sedangkan timbal (Pb) memiliki sifat tidak dapat terurai secara hayati dan konsentrasinya tinggi terakumulasi di lingkungan. Pada penelitian dilakukan pengolahan air limbah bengkel dengan cara adsorpsi menggunakan adsorben bentonit dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus) yang memiliki sifat ramah lingkungan dan keberadaannya selalu ada sepanjang tahun. Proses adsorpsi yaitu memanfaatkan kemampuan zat padat untuk menjerap suatu bahan atau zat pada permukaannya. Penelitian ini menggunakan variasi jenis dan dosis adsorben dengan lama waktu pengadukan selama 60 menit dengan kecepatan 150 rpm. Jenis adsorben yang digunakan yaitu clay jenis bentonit yang telah diaktivasi dengan larutan asam HCl 1 M dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus). Faktor yang digunakan merupakan dosis bentonit dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus) yang masing-masing terdiri dari 4 (empat) perlakuan yaitu 0 gram, 5 gram, 10 gram dan 15 gram. Penelitian bertujuan untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi efisiensi penurunan kadar minyak dan timbal (Pb). Adsorben bentonit dan cangkang telur ayam (Gallus domesticus) memberikan pengaruh terhadap efisiensi penurunan minyak secara signifikan namun tidak pada efisiensi penurunan timbal (Pb). Perlakuan adsorben bentonit sebesar 15 gram dengan cangkang telur ayam sebesar 15 gram (B3C3) menunjukkan kadar minyak paling sedikit yaitu 3,00 mg/L dengan efisiensi penurunan minyak paling besar yaitu 88,22%. Perlakuan adsorben bentonit sebesar 15 gram dengan cangkang telur ayam sebesar 10 gram (B3C2) menunjukkan timbal (Pb) paling sedikit yaitu 1,66 mg/L dengan efisiensi penurunan timbal (Pb) paling besar yaitu 52,25%.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"194 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139338134","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peningkatan kawasan ISA (Impervious Surface Area) di Kecamatan Sungai Raya dalam 30 tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Satelit Landsat dan indeks wilayah terbangun, mampu mendeteksi perubahan tutupan lahan ISA di Kecamatan Sungai Raya. Satelit Landsat mampu mendeteksi perubahan tutupan lahan di Kecamatan Sungai Raya secara temporal dengan menggunakan beberapa generasi, yaitu Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+, dan Landsat 8 OLI/TIRS. Untuk mengetahui ISA, digunakan indeks wilayah terbangun IBI (Index Based Built-Up Index), NDBI (Normalized Difference Built-Up Index), dan UI (Urban Index). Ketiga indeks ini dapat membantu untuk mengetahui persebaran ISA di Kecamatan Sungai Raya dalam 4 titik tahun, yaitu 1990, 2000, 2010, dan 2020. ISA yang terdeteksi menggunakan indeks wilayah terbangun, memiliki nilai <1. Selama 30 tahun terakhir, ISA di Kecamatan Sungai Raya mengalami peningkatan, khususnya pada tahun 2020, ISA yang dideteksi naik hinggi 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Uji keakuratan indeks wilayah terbangun digunakan confusion matrix overall accuracy, hasil yang dieproleh menunjukkan indeks NDBI memiliki nilai akurasi 83%, kemudian UI 81%, dan IBI 79%. Selain menggunakan confusion matrix, perbandingan menggunakan citra resolusi tinggi juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat akurasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan, indeks NDBI dan UI mampu mendeteksi 6 training point yang ditentukan dengan benar, sedangkan IBI hanya mampu mendeteksi 5 training point dengan benar. ISA dapat menimbulkan dampak lingkungan, khususnya gangguan pada saat infiltrasi ke dalam tanah. ISA dapat mengubah karakteristik fisik tanah, sehingga menghambat proses infiltrasi ke dalam tanah. Jenis tanah di Kecamatan Sungai Raya terdiri atas tanah organosol, aluvial-gley humus, dan podsolik-kambisol, sedangkan ISA banyak ditemukan pada jenis tanah aluvial-gley humus. Jenis tanah ini lebih stabil dibandingkan tanah organosol, namun jenis tanah ini memiliki permeabilitas yang buruk. ISA pada jenis tanah ini, memiliki tingkat kerawanan banjir sangat rawan berdasarkan Peta Kerawanan Banjir Kabupaten Kubu Raya.
在过去的 30 年中,双溪拉亚分区的不透水表面积(ISA)迅速增加。大地遥感卫星和建成区指数能够探测到双溪拉亚分区不透水地表面积(ISA)的变化。利用几代 Landsat 卫星,即 Landsat 5 TM、Landsat 7 ETM+ 和 Landsat 8 OLI/TIRS,Landsat 卫星能够在时间上探测到 Sungai Raya 分区的土地覆被变化。为确定 ISA,使用了建成区指数 IBI(基于指数的建成区指数)、NDBI(归一化差异建成区指数)和 UI(城市指数)。这三个指数可以帮助确定双溪拉亚分区在 1990、2000、2010 和 2020 年四个年份点的 ISA 分布情况。使用建成区指数检测的 ISA 值小于 1。在过去的 30 年中,双溪拉亚分区的 ISA 不断增加,特别是在 2020 年,过去 10 年中检测到的 ISA 增加了一倍。对建成区指数的准确性测试使用了混淆矩阵总体准确性,得到的结果显示,NDBI 指数的准确性值为 83%,然后是 UI 81%,IBI 79%。除了使用混淆矩阵外,还可以使用高分辨率图像进行比较,以确定准确度水平。结果显示,NDBI 和 UI 指数能够正确检测出 6 个训练点,而 IBI 只能正确检测出 5 个训练点。国际海底管理局会对环境造成影响,尤其是在渗入土壤的过程中造成的干扰。室内空气污染会改变土壤的物理特性,阻碍土壤的渗透过程。双溪拉亚分区的土壤类型包括有机质土壤、冲积砾质腐殖土和豆荚土,而 ISA 主要出现在冲积砾质腐殖土类型中。这种土壤类型比有机质土壤更稳定,但透水性差。根据库布拉亚地区洪水脆弱性地图,这种土壤类型的 ISA 在洪水时非常脆弱。
{"title":"Pendeteksian ISA (Impervious Surface Area) Sebagai Analisis Dampak Lingkungan di Daerah Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya","authors":"Hairun Nissa, Robby Irsan, Muhammad Pramulya","doi":"10.14710/jil.22.1.1-10","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.22.1.1-10","url":null,"abstract":"Peningkatan kawasan ISA (Impervious Surface Area) di Kecamatan Sungai Raya dalam 30 tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Satelit Landsat dan indeks wilayah terbangun, mampu mendeteksi perubahan tutupan lahan ISA di Kecamatan Sungai Raya. Satelit Landsat mampu mendeteksi perubahan tutupan lahan di Kecamatan Sungai Raya secara temporal dengan menggunakan beberapa generasi, yaitu Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+, dan Landsat 8 OLI/TIRS. Untuk mengetahui ISA, digunakan indeks wilayah terbangun IBI (Index Based Built-Up Index), NDBI (Normalized Difference Built-Up Index), dan UI (Urban Index). Ketiga indeks ini dapat membantu untuk mengetahui persebaran ISA di Kecamatan Sungai Raya dalam 4 titik tahun, yaitu 1990, 2000, 2010, dan 2020. ISA yang terdeteksi menggunakan indeks wilayah terbangun, memiliki nilai <1. Selama 30 tahun terakhir, ISA di Kecamatan Sungai Raya mengalami peningkatan, khususnya pada tahun 2020, ISA yang dideteksi naik hinggi 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Uji keakuratan indeks wilayah terbangun digunakan confusion matrix overall accuracy, hasil yang dieproleh menunjukkan indeks NDBI memiliki nilai akurasi 83%, kemudian UI 81%, dan IBI 79%. Selain menggunakan confusion matrix, perbandingan menggunakan citra resolusi tinggi juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat akurasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan, indeks NDBI dan UI mampu mendeteksi 6 training point yang ditentukan dengan benar, sedangkan IBI hanya mampu mendeteksi 5 training point dengan benar. ISA dapat menimbulkan dampak lingkungan, khususnya gangguan pada saat infiltrasi ke dalam tanah. ISA dapat mengubah karakteristik fisik tanah, sehingga menghambat proses infiltrasi ke dalam tanah. Jenis tanah di Kecamatan Sungai Raya terdiri atas tanah organosol, aluvial-gley humus, dan podsolik-kambisol, sedangkan ISA banyak ditemukan pada jenis tanah aluvial-gley humus. Jenis tanah ini lebih stabil dibandingkan tanah organosol, namun jenis tanah ini memiliki permeabilitas yang buruk. ISA pada jenis tanah ini, memiliki tingkat kerawanan banjir sangat rawan berdasarkan Peta Kerawanan Banjir Kabupaten Kubu Raya.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139337953","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-21DOI: 10.14710/jil.22.1.109-124
Ikha Safitri, A. A. Kushadiwijayanto, S. Nurdiansyah, Mega Sari Juane Sofiana, Andrean Andreani
Desa Sungai Nibung merupakan salah satu wilayah pesisir di Kabupaten Kubu Raya, yang telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan konservasi di Kubu Raya. Pesisir Desa Sungai Nibung memiliki potensi sumberdaya alam dengan tingkat keanekaragaman tinggi, salah satunya mangrove. Mangrove memiliki peran penting secara ekologi dan ekonomi. Namun, pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akan dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem, dan berdampak negatif pada keberadaan dan kelimpahan organisme. Keterbatasan data dan informasi mengenai potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan merupakan kendala utama dalam menentukan pola pengelolaan yang tepat untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis mangrove di wilayah pesisir Desa Sungai Nibung, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - November 2022. Pengambilan data keanekaragaman jenis mangrove dilakukan menggunakan metode eksploratif dengan mencatat semua jenis mangrove yang ditemui di lokasi penelitian. Sampel mangrove diambil bagian akar, batang, daun, bunga, dan buah untuk selanjutnya dilakukan identifikasi. Hasil penelitian menemukan delapan belas spesies mangrove di wilayah pesisir Desa Sungai Nibung, dimana jenis yang paling dominan adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Sonneratia, dan Nypa. Berdasarkan kriteria Red List IUCN, B. hainesii masuk dalam status Critically Endangered (CR) atau terancam punah, sehingga masuk ke dalam prioritas konservasi. Inventarisasi potensi bioekologi dapat dijadikan baseline data dalam mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (ICZM) dan mendukung rencana pengelolaan dan zonasi KKP3K Kubu Raya.
双溪尼榜村(Sungai Nibung Village)是库布拉亚县(Kubu Raya Regency)的沿海地区之一,已被指定为库布拉亚县的保护区之一。Sungai Nibung 村的沿海地区拥有丰富多样的自然资源,其中之一就是红树林。红树林具有重要的生态和经济作用。然而,不考虑环境承载能力的潜在自然资源利用将影响生态系统的平衡,并对生物的生存和数量产生负面影响。有关自然资源和环境服务潜力的数据和信息有限,是确定正确管理模式的主要障碍。本研究旨在识别西加里曼丹省库布拉亚县 Sungai Nibung 村沿海地区的红树林物种。研究于 2022 年 10 月至 11 月进行。红树林物种多样性的数据收集采用探索性方法,记录研究地点遇到的所有类型的红树林。红树林样本包括根、茎、叶、花和果实,以便进一步鉴定。结果发现,在 Sungai Nibung 村沿海地区有 18 种红树林物种,其中最主要的物种是 Avicennia、Rhizophora、Bruguiera、Sonneratia 和 Nypa。根据世界自然保护联盟(IUCN)红色名录的标准,海涅藻被列为极度濒危物种(CR),因此是优先保护对象。生物生态潜力清单可用作实现沿海综合管理 (ICZM) 的基准数据,并为 KKP3K Kubu Raya 的管理和分区规划提供支持。
{"title":"Inventarisasi Jenis Mangrove di Wilayah Pesisir Desa Sungai Nibung, Kalimantan Barat","authors":"Ikha Safitri, A. A. Kushadiwijayanto, S. Nurdiansyah, Mega Sari Juane Sofiana, Andrean Andreani","doi":"10.14710/jil.22.1.109-124","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.22.1.109-124","url":null,"abstract":"Desa Sungai Nibung merupakan salah satu wilayah pesisir di Kabupaten Kubu Raya, yang telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan konservasi di Kubu Raya. Pesisir Desa Sungai Nibung memiliki potensi sumberdaya alam dengan tingkat keanekaragaman tinggi, salah satunya mangrove. Mangrove memiliki peran penting secara ekologi dan ekonomi. Namun, pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akan dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem, dan berdampak negatif pada keberadaan dan kelimpahan organisme. Keterbatasan data dan informasi mengenai potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan merupakan kendala utama dalam menentukan pola pengelolaan yang tepat untuk dikembangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis mangrove di wilayah pesisir Desa Sungai Nibung, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - November 2022. Pengambilan data keanekaragaman jenis mangrove dilakukan menggunakan metode eksploratif dengan mencatat semua jenis mangrove yang ditemui di lokasi penelitian. Sampel mangrove diambil bagian akar, batang, daun, bunga, dan buah untuk selanjutnya dilakukan identifikasi. Hasil penelitian menemukan delapan belas spesies mangrove di wilayah pesisir Desa Sungai Nibung, dimana jenis yang paling dominan adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Sonneratia, dan Nypa. Berdasarkan kriteria Red List IUCN, B. hainesii masuk dalam status Critically Endangered (CR) atau terancam punah, sehingga masuk ke dalam prioritas konservasi. Inventarisasi potensi bioekologi dapat dijadikan baseline data dalam mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (ICZM) dan mendukung rencana pengelolaan dan zonasi KKP3K Kubu Raya.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139338004","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Neneng Nuryati, Kasni Sumeru, Andriyanto Setyawan, Yudi Prana Hikmat, Husain Akbar Sumeru, Mohamad Firdaus bin Sukri
Udara bersih adalah kebutuhan dasar untuk menjamin kesehatan bagi penghuni rumah. Asap rokok adalah salah satu polutan yang sering berada di rumah. Efek negatif dari asap rokok pada kesehatan telah dilaporkan oleh beberapa ahli. Namun, hingga saat ini, masih banyak dijumpai perokok yang merokok di tempat sembarang di sekitar rumah, seperti di teras, di dalam ruang tamu dan di kamar mandi. Perilaku ini akan berdampak buruk bagi kualitas udara di dalam rumah. Partikulat berdiameter kurang dari 2.5 µm (PM2.5) dan kurang dari 10 µm (PM10) adalah salah satu polutan utama yang dihasilkan oleh asap rokok. Berdasarkan beberapa penelitian, melaporkan bahwa selain akan mengendap di paru-paru, PM2.5 dan PM10 dapat menyebabkan beberapa penyakit, antara lain asma, ISPA (infeksi saluran pernafasan akut), kanker paru-paru dan meningkatkan tingkat mortalitas. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran PM2.5 dan PM10 di dalam ruang tamu akibat perokok yang merokok di kamar mandi, di dalam ruang tamu dan di teras. Pengukuran konsentrasi PM2.5 dan PM10 dilakukan di rumah dengan luas sekitar 45 m2. Pengambilan data dilakukan sebelum merokok, 15 menit setelah rokok dinyalakan, 30 dan 60 menit setelah rokok dimatikan. Berdasarkan pengukuran didapat bahwa konsetrasi PM2.5 dan PM10 di ruang tamu akan meningkat di atas baku mutu untuk semua lokasi merokok di area rumah. Meskipun perokok merokok di teras dengan pintu ruang tamu tertutup, konsentrasi PM2.5 dan PM10 di ruang tamu tetap meningkat, dari yang sebelumya 27 dan 68 µg/m3 menjadi 63 dan 127 µg/m3. Dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa meskipun merokok di luar rumah, dengan pintu tertutup, tetap dapat meningkatkan konsentrasi PM2.5 dan PM10 di ruang tamu jauh di atas di atas baku mutu. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk bagi seluruh penghuni rumah.
{"title":"Pengaruh Asap Rokok pada Peningkatan Konsentrasi PM2.5 dan PM10 di Ruang Tamu Akibat Merokok di Dalam dan di Luar Rumah","authors":"Neneng Nuryati, Kasni Sumeru, Andriyanto Setyawan, Yudi Prana Hikmat, Husain Akbar Sumeru, Mohamad Firdaus bin Sukri","doi":"10.14710/jil.22.1.85-92","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.22.1.85-92","url":null,"abstract":"Udara bersih adalah kebutuhan dasar untuk menjamin kesehatan bagi penghuni rumah. Asap rokok adalah salah satu polutan yang sering berada di rumah. Efek negatif dari asap rokok pada kesehatan telah dilaporkan oleh beberapa ahli. Namun, hingga saat ini, masih banyak dijumpai perokok yang merokok di tempat sembarang di sekitar rumah, seperti di teras, di dalam ruang tamu dan di kamar mandi. Perilaku ini akan berdampak buruk bagi kualitas udara di dalam rumah. Partikulat berdiameter kurang dari 2.5 µm (PM2.5) dan kurang dari 10 µm (PM10) adalah salah satu polutan utama yang dihasilkan oleh asap rokok. Berdasarkan beberapa penelitian, melaporkan bahwa selain akan mengendap di paru-paru, PM2.5 dan PM10 dapat menyebabkan beberapa penyakit, antara lain asma, ISPA (infeksi saluran pernafasan akut), kanker paru-paru dan meningkatkan tingkat mortalitas. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran PM2.5 dan PM10 di dalam ruang tamu akibat perokok yang merokok di kamar mandi, di dalam ruang tamu dan di teras. Pengukuran konsentrasi PM2.5 dan PM10 dilakukan di rumah dengan luas sekitar 45 m2. Pengambilan data dilakukan sebelum merokok, 15 menit setelah rokok dinyalakan, 30 dan 60 menit setelah rokok dimatikan. Berdasarkan pengukuran didapat bahwa konsetrasi PM2.5 dan PM10 di ruang tamu akan meningkat di atas baku mutu untuk semua lokasi merokok di area rumah. Meskipun perokok merokok di teras dengan pintu ruang tamu tertutup, konsentrasi PM2.5 dan PM10 di ruang tamu tetap meningkat, dari yang sebelumya 27 dan 68 µg/m3 menjadi 63 dan 127 µg/m3. Dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa meskipun merokok di luar rumah, dengan pintu tertutup, tetap dapat meningkatkan konsentrasi PM2.5 dan PM10 di ruang tamu jauh di atas di atas baku mutu. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk bagi seluruh penghuni rumah.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139337958","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-24DOI: 10.14710/jil.22.1.163-174
Lailatul Fitria, Kurniawan Sigit Wicaksono, S. Soemarno
Coffee is one of the primary sources of foreign exchange in Indonesia. The factors causing fluctuations in coffee production are climate change, high soil density, less organic material, which causes coffee roots to be unable to absorb water and nutrients optimally. The soil water movement measured by saturated hydraulic conductivity which represents the soil ability to transmit water. The application of compost and manure in the biopore infiltration hole (BIH) is an effective technology in reducing surface-runoff and organic wastes management, as well as soil characteristics improvement. This study was conducted using a Randomized Block Design with four treatments and four replications. The treatments were P1 as control (without BIH), P2 (BIH without compost), P3 (BIH+compost), and P4 (BIH+goat manure). Data analysis was carried out using the Ftest (ANOVA), and continued with Least Significant Difference (LSD) test at 5% level, when there was a significant difference. Observations of soil characteristics were carried out every two months in three depth of root zone, 0-20 cm, 20-40 cm, and 40-60 cm. While the observation of the Auger hole at a depth of 0-30 cm and 0-60 cm. Research variables include soil texture, soil bulk density, Saturated Hydraulic Conductivity of soil by Auger-Hole, Soil Organic Matter (SOC), pH, Cation Exchange Capasity (CEC), and coffee yield. Results showed that treatment of BIH+goat manure gave the best results, measured by improving soil hydraulic conductivity up to 40%. The highest coffee yield was found in the BIH+manure treatment to 3.29 t ha-1.
{"title":"Application of Compost and Manure in the Biopore Infiltration Hole to Improve Saturated Hydraulic Conductivity (Shc) of Soil in the Coffee Root Zone","authors":"Lailatul Fitria, Kurniawan Sigit Wicaksono, S. Soemarno","doi":"10.14710/jil.22.1.163-174","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.22.1.163-174","url":null,"abstract":"Coffee is one of the primary sources of foreign exchange in Indonesia. The factors causing fluctuations in coffee production are climate change, high soil density, less organic material, which causes coffee roots to be unable to absorb water and nutrients optimally. The soil water movement measured by saturated hydraulic conductivity which represents the soil ability to transmit water. The application of compost and manure in the biopore infiltration hole (BIH) is an effective technology in reducing surface-runoff and organic wastes management, as well as soil characteristics improvement. This study was conducted using a Randomized Block Design with four treatments and four replications. The treatments were P1 as control (without BIH), P2 (BIH without compost), P3 (BIH+compost), and P4 (BIH+goat manure). Data analysis was carried out using the Ftest (ANOVA), and continued with Least Significant Difference (LSD) test at 5% level, when there was a significant difference. Observations of soil characteristics were carried out every two months in three depth of root zone, 0-20 cm, 20-40 cm, and 40-60 cm. While the observation of the Auger hole at a depth of 0-30 cm and 0-60 cm. Research variables include soil texture, soil bulk density, Saturated Hydraulic Conductivity of soil by Auger-Hole, Soil Organic Matter (SOC), pH, Cation Exchange Capasity (CEC), and coffee yield. Results showed that treatment of BIH+goat manure gave the best results, measured by improving soil hydraulic conductivity up to 40%. The highest coffee yield was found in the BIH+manure treatment to 3.29 t ha-1.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"27 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139349315","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-17DOI: 10.14710/jil.21.4.974-979
Gyan Prameswara, Sri Diana, Rezki Amalia
Padi merupakan sumber dari pangan utama masyarakat Indonesia. Peningkatan populasi penduduk mengakibatkan peningkatan sumber pangan ini. Namun, produksi padi menimbulkan produk samping seperti sekam padi yang belum dimanfaatkan bahkan dibiarkan menumpuk menjadi limbah padat hasil penggilingan padi. Sekam padi mengandung kadar silika yang tinggi, bervariasi untuk lokasi yang berbeda. Kadar silika yang tinggi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama sintesis produk yang memerlukan bahan utama silika seperti zeolit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap ekstraksi silika dari abu sekam padi. Preparasi sampel dilakukan dengan proses pengarangan dan pengabuan pada temperatur 750 oC selama 4 jam yang bertujuan untuk mereduksi material organik dan volatil. Abu sekam padi diekstraksi menggunakan larutan NaOH untuk menghasilkan filtrat Na2SiO3. Rekoveri silika paling tinggi tercatat sebesar 95.59 % pada NaOH 2 N, rasio S/L 10 gram/100 mL, 90 oC dan 200 rpm selama 120 menit. Shrinking core model digunakan untuk mengevaluasi kinetika proses ekstraksi. Didapatkan bahwa model reaksi pada permukaan inti mengontrol proses ekstraksi dengan energi aktivasi sebesar 40.11 kJ/mol. Persamaan kinetika dari proses ekstraksi silika dari abu sekam padi menggunakan NaOH adalah 4907.01 exp (-40.11 kJ/mol / (R.T))t = 1-(1-X)^(1/3).
{"title":"Studi Kinetika Esktraksi Silika dari Abu Sekam Limbah Penggilingan Padi pada Kabupaten Gowa","authors":"Gyan Prameswara, Sri Diana, Rezki Amalia","doi":"10.14710/jil.21.4.974-979","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.974-979","url":null,"abstract":"Padi merupakan sumber dari pangan utama masyarakat Indonesia. Peningkatan populasi penduduk mengakibatkan peningkatan sumber pangan ini. Namun, produksi padi menimbulkan produk samping seperti sekam padi yang belum dimanfaatkan bahkan dibiarkan menumpuk menjadi limbah padat hasil penggilingan padi. Sekam padi mengandung kadar silika yang tinggi, bervariasi untuk lokasi yang berbeda. Kadar silika yang tinggi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama sintesis produk yang memerlukan bahan utama silika seperti zeolit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap ekstraksi silika dari abu sekam padi. Preparasi sampel dilakukan dengan proses pengarangan dan pengabuan pada temperatur 750 oC selama 4 jam yang bertujuan untuk mereduksi material organik dan volatil. Abu sekam padi diekstraksi menggunakan larutan NaOH untuk menghasilkan filtrat Na2SiO3. Rekoveri silika paling tinggi tercatat sebesar 95.59 % pada NaOH 2 N, rasio S/L 10 gram/100 mL, 90 oC dan 200 rpm selama 120 menit. Shrinking core model digunakan untuk mengevaluasi kinetika proses ekstraksi. Didapatkan bahwa model reaksi pada permukaan inti mengontrol proses ekstraksi dengan energi aktivasi sebesar 40.11 kJ/mol. Persamaan kinetika dari proses ekstraksi silika dari abu sekam padi menggunakan NaOH adalah 4907.01 exp (-40.11 kJ/mol / (R.T))t = 1-(1-X)^(1/3).","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136337762","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-13DOI: 10.14710/jil.21.4.987-991
Mohammad Sulthon Neagara, Fuad Muhammad, Maryono Maryono
Hutan Lindung Kasinan merupakan hutan yang terletak di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu yang telah ditetapkan sebagai hutan konservasi. Hutan ini banyak ditumbuhi vegetasi jenis pohon Johar (Senna siamea) dan Gaharu (Aquilaria malaccensis). Hutan ini juga menjadi salah satu sumber air bagi masyarakat sekitar Pesanggrahan sehingga perlu dijaga kesehatan dan kelestariannya. Namun, beberapa aktivitas terakhir seperti pembukaan wisata alam Alas Kasinan (Alaska) berpotensi mengganggu habitat flora dan fauna mengingat banyak spesies tumbuhan yang dieksploitasi. Flora dan fauna yang ada disekitar wisata dapat terganggu, sehingga perlu adanya studi untuk menilai keadaan kenakeragaman hayati yang ada di dalam Hutan Lindung Kasinan. Studi ini bertujuan untuk menginventarisasi keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di dalam Hutan Lindung Kasinan. Metode yang digunakan dalam studi ini yaitu observasi dan wawancara masyarakat serta literasi digital guna mendapatkan data. Hasil studi menunjukkan 29 spesies dari 27 famili telah teridentifikasi. Spesies flora Fabaceae dan banyak spesies burung hidup di Kawasan Hutan Lindung Kasinan. Spesies Pohon Johar (Senna siamea) menjadi spesies penting yang hidup karena memiliki nilai Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu 74,80% yang dapat mengendalikan proses ekologis pada ekosistem Hutan Lindung Kasinan. Terdapat spesies yang menjadi pertanda baik bagi kondisi hutan yaitu adanya spesies Burung Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) sebagai predator, Burung Cekakak Jawa (Javan kingfisher) sebagai indikator lingkungan yang asri, Capung Jarum (Ebony jewelwing) sebagai indikator kebersihan sumber air dan Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularas) yang dapat membantu proses perkembangbiakan tumbuhan.
{"title":"Kajian Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Flora dan Fauna Hutan Lindung Kasinan Kota Batu","authors":"Mohammad Sulthon Neagara, Fuad Muhammad, Maryono Maryono","doi":"10.14710/jil.21.4.987-991","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.987-991","url":null,"abstract":"Hutan Lindung Kasinan merupakan hutan yang terletak di Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu Kota Batu yang telah ditetapkan sebagai hutan konservasi. Hutan ini banyak ditumbuhi vegetasi jenis pohon Johar (Senna siamea) dan Gaharu (Aquilaria malaccensis). Hutan ini juga menjadi salah satu sumber air bagi masyarakat sekitar Pesanggrahan sehingga perlu dijaga kesehatan dan kelestariannya. Namun, beberapa aktivitas terakhir seperti pembukaan wisata alam Alas Kasinan (Alaska) berpotensi mengganggu habitat flora dan fauna mengingat banyak spesies tumbuhan yang dieksploitasi. Flora dan fauna yang ada disekitar wisata dapat terganggu, sehingga perlu adanya studi untuk menilai keadaan kenakeragaman hayati yang ada di dalam Hutan Lindung Kasinan. Studi ini bertujuan untuk menginventarisasi keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di dalam Hutan Lindung Kasinan. Metode yang digunakan dalam studi ini yaitu observasi dan wawancara masyarakat serta literasi digital guna mendapatkan data. Hasil studi menunjukkan 29 spesies dari 27 famili telah teridentifikasi. Spesies flora Fabaceae dan banyak spesies burung hidup di Kawasan Hutan Lindung Kasinan. Spesies Pohon Johar (Senna siamea) menjadi spesies penting yang hidup karena memiliki nilai Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu 74,80% yang dapat mengendalikan proses ekologis pada ekosistem Hutan Lindung Kasinan. Terdapat spesies yang menjadi pertanda baik bagi kondisi hutan yaitu adanya spesies Burung Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) sebagai predator, Burung Cekakak Jawa (Javan kingfisher) sebagai indikator lingkungan yang asri, Capung Jarum (Ebony jewelwing) sebagai indikator kebersihan sumber air dan Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularas) yang dapat membantu proses perkembangbiakan tumbuhan.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135310180","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}