Penilaian terhadap Jasa Ekosistem Pencegahan dan Penanggulangan Bencana merupakan hal yang penting untuk dilakukan berkaitan dengan upaya mencegah dan mengurangi dampak yang ditimbulkan dari terjadinya bencana di suatu daerah. Setiap daerah memiliki kondisi ekoregion dan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Perbedaan kondisi ekoregion serta penggunaan lahan tersebut mengakibatkan adanya potensi bencana yang berbeda pula. DAS Blukar yang termasuk dalam administrasi kabupaten kendal memiliki kondisi bentanglahan yang beragam mulai dari bentanglahan proses marine hingga vulkanik, sehingga memiliki potensi bencana berupa banjir dan tanah longsor. Penelitian ini menilai jasa ekosistem pencegahan dan penanggulangan bencana banjir di DAS Blukar Kabupaten kendal dengan menggunakan asumsi semakin jarang terjadi bencana banjir di wilayah tersebut maka memiliki nilai yang tinggi terhadap JE pencegahan dan penanggulangan bencana. Klasifikasi JE yang dilakukan dengan proses skoring dan menggolongkan kedalam 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui jasa ekosistem pencegahan dan penanggulangan bencana banjir di kawasan DAS Blukar Kabupaten Kendal.Kata Kunci : Bencana, Pencegahan, Ekoregion, Banjir, Jasa Ekosistem, DAS.
{"title":"Analisis Jasa Ekosistem Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Banjir di DAS Blukar Kabupaten Kendal","authors":"Ika Karunia Fatmala, Calvina Izumi Bunga Pratiwi, Kiesha Arundya Setiyono, Merlina Merlina, Erlangga Jati Dewantara, Luthfiyy Fauziyyah, Muhammad Lutfi Rais, Dyah Rahmawati Hizbaron","doi":"10.14710/jil.21.4.965-973","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.965-973","url":null,"abstract":"Penilaian terhadap Jasa Ekosistem Pencegahan dan Penanggulangan Bencana merupakan hal yang penting untuk dilakukan berkaitan dengan upaya mencegah dan mengurangi dampak yang ditimbulkan dari terjadinya bencana di suatu daerah. Setiap daerah memiliki kondisi ekoregion dan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Perbedaan kondisi ekoregion serta penggunaan lahan tersebut mengakibatkan adanya potensi bencana yang berbeda pula. DAS Blukar yang termasuk dalam administrasi kabupaten kendal memiliki kondisi bentanglahan yang beragam mulai dari bentanglahan proses marine hingga vulkanik, sehingga memiliki potensi bencana berupa banjir dan tanah longsor. Penelitian ini menilai jasa ekosistem pencegahan dan penanggulangan bencana banjir di DAS Blukar Kabupaten kendal dengan menggunakan asumsi semakin jarang terjadi bencana banjir di wilayah tersebut maka memiliki nilai yang tinggi terhadap JE pencegahan dan penanggulangan bencana. Klasifikasi JE yang dilakukan dengan proses skoring dan menggolongkan kedalam 5 kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui jasa ekosistem pencegahan dan penanggulangan bencana banjir di kawasan DAS Blukar Kabupaten Kendal.Kata Kunci : Bencana, Pencegahan, Ekoregion, Banjir, Jasa Ekosistem, DAS.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135309959","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Keberadaan penambangan pasir dan batuan Sub Das Hulu Luk Ulo di kawasan Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong di Kebumen sudah berlangsung lama, sehingga kerusakan lingkungan dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerusakan lingkungan Sub DAS Hulu Luk Ulo pada Kawasan Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong di Kebumen. Penelitian dilakukan secara kuantitatif. Teknik pengumpulan data penelitian berdasarkan kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah penelitian dari aspek abiotik, biotik, dan sosial. Metode yang dilakukan berdasarkan observasi lapangan, citra satelit landsat 8, dan pengisian kuesioner dengan sampel sebagian dari populasi sebagai sumber data yang dapat mewakili seluruh populasi untuk data primer. Data sekunder diperoleh dari literatur yang terkait dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh lokasi penambangan pasir dan batuan mengalami kerusakan lingkungan terutama pada aspek abiotik. Berdasarkan hasil pengskoran, Desa Karangsambung termasuk dalam kategori rusak berat dengan nilai total skor total kerusakan lingkungan sebesar 26, Desa Totogan masuk ke dalam kategori rusak ringan dengan skor sebesar 17, sedangkan Desa Banioro dan Desa Kaligending termasuk dalam kategori ringan dengan masing-masing skor sebesar 21 dan 24 secara berutan. Berdasarkan hasil analisis SWOT, skor faktor analisis internal sebesar 0,9 dan analisis faktor eksternal sebesar -0,45 sehingga strategi mengarah pada kuadran dua. Dengan demikian, strategi yang baik dalam upaya konservasi Sub DAS Luk Ulo yakni menggunakan strategi diversifikasi dengan memanfaatkan kekuatan untuk meminimalisir ancaman.
{"title":"Kajian Kerusakan Lingkungan dan Upaya Konservasi Sub DAS Hulu Luk Ulo pada Kawasan Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong di Kebumen","authors":"Imam Aminudin, Imam Santosa, Moh. Husein Sastranegara","doi":"10.14710/jil.21.4.992-1001","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.992-1001","url":null,"abstract":"Keberadaan penambangan pasir dan batuan Sub Das Hulu Luk Ulo di kawasan Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong di Kebumen sudah berlangsung lama, sehingga kerusakan lingkungan dapat terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kerusakan lingkungan Sub DAS Hulu Luk Ulo pada Kawasan Geopark Nasional Karangsambung-Karangbolong di Kebumen. Penelitian dilakukan secara kuantitatif. Teknik pengumpulan data penelitian berdasarkan kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah penelitian dari aspek abiotik, biotik, dan sosial. Metode yang dilakukan berdasarkan observasi lapangan, citra satelit landsat 8, dan pengisian kuesioner dengan sampel sebagian dari populasi sebagai sumber data yang dapat mewakili seluruh populasi untuk data primer. Data sekunder diperoleh dari literatur yang terkait dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh lokasi penambangan pasir dan batuan mengalami kerusakan lingkungan terutama pada aspek abiotik. Berdasarkan hasil pengskoran, Desa Karangsambung termasuk dalam kategori rusak berat dengan nilai total skor total kerusakan lingkungan sebesar 26, Desa Totogan masuk ke dalam kategori rusak ringan dengan skor sebesar 17, sedangkan Desa Banioro dan Desa Kaligending termasuk dalam kategori ringan dengan masing-masing skor sebesar 21 dan 24 secara berutan. Berdasarkan hasil analisis SWOT, skor faktor analisis internal sebesar 0,9 dan analisis faktor eksternal sebesar -0,45 sehingga strategi mengarah pada kuadran dua. Dengan demikian, strategi yang baik dalam upaya konservasi Sub DAS Luk Ulo yakni menggunakan strategi diversifikasi dengan memanfaatkan kekuatan untuk meminimalisir ancaman.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135310179","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-08-13DOI: 10.14710/jil.21.4.1002-1008
Gabriel Otan Apelabi, Daniel Putra Pardamean Mbarep, Ratih Nurjayati, Iman Harisma Saleh Sasto, Yovita Yasintha Bolly
TThe dynamics in access to improved drinking water in East Nusa Tenggara province from 2017 to 2021 can also happen to the people's conditions. This study aims to determine the potential dynamics in people's conditions from socioeconomic (education and poverty rates) and health (diarrheal disease rate) aspects and their relationship with access to improved drinking water. The dynamics of people's conditions are analyzed based on the calculation of the annual average percentage of the education, poverty, and diarrheal disease rates using a comparative descriptive analysis method. Then to access improved drinking water, it is calculated and analyzed using the linear regression analysis method. The first result is an increase in the education rate of the people as has occurred in access to improved drinking water, but there has been a decrease in poverty and diarrheal disease rates. Other results also show a significant relationship with access to improved drinking water, as evidenced by a significance F-value of 0.0315. This shows the dynamics in people's conditions and interrelated/mutually impacting each other with access to improved drinking water.
{"title":"People Conditions from Socio-economic and Health Aspects on Access to Improved Drinking Water in East Nusa Tenggara Province","authors":"Gabriel Otan Apelabi, Daniel Putra Pardamean Mbarep, Ratih Nurjayati, Iman Harisma Saleh Sasto, Yovita Yasintha Bolly","doi":"10.14710/jil.21.4.1002-1008","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.1002-1008","url":null,"abstract":"TThe dynamics in access to improved drinking water in East Nusa Tenggara province from 2017 to 2021 can also happen to the people's conditions. This study aims to determine the potential dynamics in people's conditions from socioeconomic (education and poverty rates) and health (diarrheal disease rate) aspects and their relationship with access to improved drinking water. The dynamics of people's conditions are analyzed based on the calculation of the annual average percentage of the education, poverty, and diarrheal disease rates using a comparative descriptive analysis method. Then to access improved drinking water, it is calculated and analyzed using the linear regression analysis method. The first result is an increase in the education rate of the people as has occurred in access to improved drinking water, but there has been a decrease in poverty and diarrheal disease rates. Other results also show a significant relationship with access to improved drinking water, as evidenced by a significance F-value of 0.0315. This shows the dynamics in people's conditions and interrelated/mutually impacting each other with access to improved drinking water.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135309962","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perubahan iklim adalah peristiwa berubahnya komponen atau variabel iklim akibat pemanasan global. Perubahan iklim dapat berakibat timbulnya cuaca ekstrem. Oleh karena itu, diperlukan upaya mitigasi dan adaptasi dampak dari cuaca ekstrem akibat perubahan iklim salah satunya adalah dengan pemodelan dan proyeksi iklim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi kejadian curah hujan ekstrem di masa mendatang sebagai dampak dari perubahan iklim di Pulau Jawa dengan menggunakan model iklim regional CCAM (Conformal Cubic Atmospheric Model). CCAM digunakan untuk downscaling data GCM ACCESS 1-3 hingga resolusinya mencapai 25 km. Skenario yang digunakan adalah RCP 4.5 dengan resolusi temporal data harian. Sebelum digunakan, data CCAM dikoreksi menggunakan metode linear scaling. Hasilnya, data CCAM yang telah dikoreksi terbukti cukup mampu menggambarkan kondisi sebenarnya curah hujan di Pulau Jawa. Pulau Jawa diproyeksikan akan mengalami peningkatan curah hujan bulanan pada tahun 2021-2050 dibandingkan tahun 1991-2020. Hampir keseluruhan daerah di Jawa mengalami kenaikan curah hujan bulanan meskipun nilainya tidak signifikan dan hanya sekitar 1,7-5,3 mm. Peningkatan paling tinggi terjadi di daratan Jawa Timur dengan nilai mencapai 15,1-22,4 mm. Beberapa daerah diproyeksikan akan mengalami penurunan nilai RX1day (nilai curah hujan maksimum harian dalam satu tahun). Penurunan paling tinggi terjadi di selatan perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan nilai mencapai 6,2-15,4 %. Sementara DKI Jakarta diproyeksikan akan mengalami peningkatan nilai RX1day pada periode 2021-2050 senilai 0,1-6,6%. Peningkatan nilai R50mm (jumlah hari dalam satu tahun dengan curah hujan diatas 50 mm) terjadi di hampir seluruh wilayah di Jawa pada periode 2021-2050 dibandingkan dengan periode 1991-2020 dengan presentase sekitar 15,9-52,7%.
{"title":"Analisis Potensi Kejadian Curah Hujan Ekstrem di Masa Mendatang Sebagai Dampak dari Perubahan Iklim di Pulau Jawa Berbasis Model Iklim Regional CCAM","authors":"Amalia Nurlatifah, Rahaden Bagas Hatmaja, Aulia Arip Rakhman","doi":"10.14710/jil.21.4.980-986","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.980-986","url":null,"abstract":"Perubahan iklim adalah peristiwa berubahnya komponen atau variabel iklim akibat pemanasan global. Perubahan iklim dapat berakibat timbulnya cuaca ekstrem. Oleh karena itu, diperlukan upaya mitigasi dan adaptasi dampak dari cuaca ekstrem akibat perubahan iklim salah satunya adalah dengan pemodelan dan proyeksi iklim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi kejadian curah hujan ekstrem di masa mendatang sebagai dampak dari perubahan iklim di Pulau Jawa dengan menggunakan model iklim regional CCAM (Conformal Cubic Atmospheric Model). CCAM digunakan untuk downscaling data GCM ACCESS 1-3 hingga resolusinya mencapai 25 km. Skenario yang digunakan adalah RCP 4.5 dengan resolusi temporal data harian. Sebelum digunakan, data CCAM dikoreksi menggunakan metode linear scaling. Hasilnya, data CCAM yang telah dikoreksi terbukti cukup mampu menggambarkan kondisi sebenarnya curah hujan di Pulau Jawa. Pulau Jawa diproyeksikan akan mengalami peningkatan curah hujan bulanan pada tahun 2021-2050 dibandingkan tahun 1991-2020. Hampir keseluruhan daerah di Jawa mengalami kenaikan curah hujan bulanan meskipun nilainya tidak signifikan dan hanya sekitar 1,7-5,3 mm. Peningkatan paling tinggi terjadi di daratan Jawa Timur dengan nilai mencapai 15,1-22,4 mm. Beberapa daerah diproyeksikan akan mengalami penurunan nilai RX1day (nilai curah hujan maksimum harian dalam satu tahun). Penurunan paling tinggi terjadi di selatan perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan nilai mencapai 6,2-15,4 %. Sementara DKI Jakarta diproyeksikan akan mengalami peningkatan nilai RX1day pada periode 2021-2050 senilai 0,1-6,6%. Peningkatan nilai R50mm (jumlah hari dalam satu tahun dengan curah hujan diatas 50 mm) terjadi di hampir seluruh wilayah di Jawa pada periode 2021-2050 dibandingkan dengan periode 1991-2020 dengan presentase sekitar 15,9-52,7%.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135309965","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Permasalahan yang terjadi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan, berdampak pada meningkatnya limpasan langsung, perubahan kebutuhan air, serta menurunnya kualitas air yang disebabkan oleh limbah rumah tangga, perkotaan, dan limbah industri. Hal ini mendorong Pemerintah untuk memindahkan Ibukota Negara ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur sebagai Ibukota Negara (IKN) baru. Pada pembangunan IKN baru dilakukan penelitian atau analisis kualitas air yang tujuannya diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kualitas air di Kawasan Ibukota Negara baru, sehingga pada akhirnya akan diketahui rumusan strategi pengendalian pencemaran air. Lokasi penelitian berada di DAS Sanggai atau Sepaku. Metode pengambilan sampel berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Sampel air kemudian dianalisis di lapangan dan di laboratorium serta hasil pengujian dibandingkan dengan baku mutu air nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021. Selanjutnya dilakukan penentuan status mutu air sungai dengan menggunakan rumus perhitungan Indeks Pencemaran (IP). Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Pencemaran jika dibandingkan dengan baku mutu kelas I dan kelas II, status mutu air sungai masuk dalam kategori tercemar ringan. Kemudian berdasarkan hasil analisis, 10 parameter memenuhi baku mutu kelas I dan kelas II, dan 5 parameter tidak memenuhi baku mutu kelas I dan kelas II, kelima parameter ini menjadi kontaminan utama penurunan kualitas air, dan dapat disimpulkan bahwa penyebab status mutu air sungai masuk dalam kategori tercemar ringan adalah adanya limbah domestik dan limbah industri pengolahan kayu. Strategi pencegahan dan pengendalian pencemaran air dirumuskan untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran air akibat adanya limbah domestik dan limbah industri.
{"title":"Status Kualitas Air DAS Sanggai di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Perumusan Strategi Pencegahan serta Pengendalian Pencemaran Air","authors":"Devita Satya Lestari, Yunitta Chandra Sari, Suharyanto Suharyanto","doi":"10.14710/jil.21.4.914-932","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.914-932","url":null,"abstract":"Permasalahan yang terjadi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan, berdampak pada meningkatnya limpasan langsung, perubahan kebutuhan air, serta menurunnya kualitas air yang disebabkan oleh limbah rumah tangga, perkotaan, dan limbah industri. Hal ini mendorong Pemerintah untuk memindahkan Ibukota Negara ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur sebagai Ibukota Negara (IKN) baru. Pada pembangunan IKN baru dilakukan penelitian atau analisis kualitas air yang tujuannya diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kualitas air di Kawasan Ibukota Negara baru, sehingga pada akhirnya akan diketahui rumusan strategi pengendalian pencemaran air. Lokasi penelitian berada di DAS Sanggai atau Sepaku. Metode pengambilan sampel berdasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Sampel air kemudian dianalisis di lapangan dan di laboratorium serta hasil pengujian dibandingkan dengan baku mutu air nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021. Selanjutnya dilakukan penentuan status mutu air sungai dengan menggunakan rumus perhitungan Indeks Pencemaran (IP). Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Pencemaran jika dibandingkan dengan baku mutu kelas I dan kelas II, status mutu air sungai masuk dalam kategori tercemar ringan. Kemudian berdasarkan hasil analisis, 10 parameter memenuhi baku mutu kelas I dan kelas II, dan 5 parameter tidak memenuhi baku mutu kelas I dan kelas II, kelima parameter ini menjadi kontaminan utama penurunan kualitas air, dan dapat disimpulkan bahwa penyebab status mutu air sungai masuk dalam kategori tercemar ringan adalah adanya limbah domestik dan limbah industri pengolahan kayu. Strategi pencegahan dan pengendalian pencemaran air dirumuskan untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran air akibat adanya limbah domestik dan limbah industri.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135315220","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-31DOI: 10.14710/jil.21.4.946-955
Enni Dwi Wahjunie, Yayat Hidayat, Kardina Yulia Dewanti, Wahyu Purwakusuma
ABSTRAKDebit puncak aliran sungai Ciliwung bagian hulu dalam periode ulang tertentu merupakan informasi yang sangat penting dalam perencanaan pengendalian banjir maupun pemanfaatan sumberdaya air. Debit puncak aliran sungai utama tersebut dipengaruhi oleh debit aliran sungai dari setiap subDAS yang masuk ke sungai utama. Namun, Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) sebagai sarana pengukur debit tidak tersedia di setiap Sub DAS. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji akurasi Model Rasional dalam memprediksi debit puncak dan melakukan pendugaan debit puncak pada tiap Sub DAS Ciliwung Hulu. Pendugaan debit puncak dilakukan dengan metode Rasional menggunakan distribusi peluang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi debit puncak menggunakan metode Rasional dengan periode ulang T1 hingga T10 tahun memiliki akurasi yang baik dengan R2 = 0,98 dan Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE) = 0,14 pada distribusi Gumbel, sementara pada distribusi Log Pearson tipe III dengan R2 = 0,99 dan NSE = 0,86. Dengan demikian, model Rational dengan distribusi Log Pearson tipe III lebih layak digunakan sebagai prediksi debit puncak pada periode ulang T1 hingga T10, T25, T50 dan T100 tahun. Selanjutnya model Rational dengan distribusi Log Pearson tipe III dapat digunakan untuk memprediksi debit puncak aliran sungai di tiap sub DAS Ciliwung Hulu, yaitu Sub DAS Cibalok, Ciesek, Ciliwung Hulu, Cisarua, Ciseuseupan, Cisukabiru, dan Cisuren. Berdasarkan pendugaan dengan metode Rational, nilai debit puncak prediksi terendah pada periode ulang 1 tahun terjadi di Sub DAS Cibalok sebesar 8,67 m³/detik dan tertinggi di Sub DAS Ciliwung Hulu sebesar 42,16 m³/detik. Data prediksi debit puncak dari tiap subDAS Ciliwung hulu ini dapat menjadi informasi yang sangat penting dalam pengendalian sumberdaya air di DAS Ciliwung Hulu.Kata kunci: Debit puncak, distribusi Gumbel, distribusi Log Pearson Tipe III, metode Rasional, periode ulangABSTRACTThe peak discharge of the Upstream Ciliwung in certain period is very important information in flood control planning and utilization of water resources. The peak discharge of the main river is influenced by the discharge of the river flow from each sub watershed that enters the main river. However, the Stream Flow Observer Station (SPAS) as a means of measuring discharge in every sub-watershed is not available. The purpose of this study was to examine the accuracy of the Rational Model in predicting peak discharge in each of the Upper Ciliwung Sub-Watershed. The Peak discharge estimation was carried out using the Rational method with a probability distribution. The result showed that the prediction of peak discharge using the Rational method with a return period of T1 to T10 years had a good accuracy with R2 = 0,98 and Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE) = 0,14 in the Gumbel distribution, while in the Log Pearson type III distribution with R2 = 0,99 and NSE = 0,86. Thus, the Rational model with Log Pearson Type III distribution is more suitable to be used as
{"title":"Prediksi Debit Puncak DAS Ciliwung Hulu sebagai Pengendali Jasa Lingkungan Hidrologi","authors":"Enni Dwi Wahjunie, Yayat Hidayat, Kardina Yulia Dewanti, Wahyu Purwakusuma","doi":"10.14710/jil.21.4.946-955","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.946-955","url":null,"abstract":"ABSTRAKDebit puncak aliran sungai Ciliwung bagian hulu dalam periode ulang tertentu merupakan informasi yang sangat penting dalam perencanaan pengendalian banjir maupun pemanfaatan sumberdaya air. Debit puncak aliran sungai utama tersebut dipengaruhi oleh debit aliran sungai dari setiap subDAS yang masuk ke sungai utama. Namun, Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) sebagai sarana pengukur debit tidak tersedia di setiap Sub DAS. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji akurasi Model Rasional dalam memprediksi debit puncak dan melakukan pendugaan debit puncak pada tiap Sub DAS Ciliwung Hulu. Pendugaan debit puncak dilakukan dengan metode Rasional menggunakan distribusi peluang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi debit puncak menggunakan metode Rasional dengan periode ulang T1 hingga T10 tahun memiliki akurasi yang baik dengan R2 = 0,98 dan Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE) = 0,14 pada distribusi Gumbel, sementara pada distribusi Log Pearson tipe III dengan R2 = 0,99 dan NSE = 0,86. Dengan demikian, model Rational dengan distribusi Log Pearson tipe III lebih layak digunakan sebagai prediksi debit puncak pada periode ulang T1 hingga T10, T25, T50 dan T100 tahun. Selanjutnya model Rational dengan distribusi Log Pearson tipe III dapat digunakan untuk memprediksi debit puncak aliran sungai di tiap sub DAS Ciliwung Hulu, yaitu Sub DAS Cibalok, Ciesek, Ciliwung Hulu, Cisarua, Ciseuseupan, Cisukabiru, dan Cisuren. Berdasarkan pendugaan dengan metode Rational, nilai debit puncak prediksi terendah pada periode ulang 1 tahun terjadi di Sub DAS Cibalok sebesar 8,67 m³/detik dan tertinggi di Sub DAS Ciliwung Hulu sebesar 42,16 m³/detik. Data prediksi debit puncak dari tiap subDAS Ciliwung hulu ini dapat menjadi informasi yang sangat penting dalam pengendalian sumberdaya air di DAS Ciliwung Hulu.Kata kunci: Debit puncak, distribusi Gumbel, distribusi Log Pearson Tipe III, metode Rasional, periode ulangABSTRACTThe peak discharge of the Upstream Ciliwung in certain period is very important information in flood control planning and utilization of water resources. The peak discharge of the main river is influenced by the discharge of the river flow from each sub watershed that enters the main river. However, the Stream Flow Observer Station (SPAS) as a means of measuring discharge in every sub-watershed is not available. The purpose of this study was to examine the accuracy of the Rational Model in predicting peak discharge in each of the Upper Ciliwung Sub-Watershed. The Peak discharge estimation was carried out using the Rational method with a probability distribution. The result showed that the prediction of peak discharge using the Rational method with a return period of T1 to T10 years had a good accuracy with R2 = 0,98 and Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE) = 0,14 in the Gumbel distribution, while in the Log Pearson type III distribution with R2 = 0,99 and NSE = 0,86. Thus, the Rational model with Log Pearson Type III distribution is more suitable to be used as","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"97 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135315232","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-31DOI: 10.14710/jil.21.4.956-964
Adiet Try Waluyo, Lukman Hakim, Siti Aisyah Tri Rahayu
This research to critically review the influence of the dimensions of financial sector development on carbon dioxide emissions in ASEAN-5 developing countries, namely Indonesia, Malaysia, Thailand, the Philippines. The development cycle of the financial sector can increase and decrease environmental quality. We use the Panel Least Square (PLS) model to analyze the dynamics of the financial sector on environmental quality in annual data for 1983 - 2020 in five ASEAN-5 countries. The results of this study found that economic growth, foreign direct investment, and financial development have a positive effect on carbon dioxide emissions. However, interest rates have a negative effect on carbon dioxide emissions. Moreover, this study found that the development of the financial sector has a negative effect on environmental quality. This means that every increase in economic growth, FDI, and financial development has an effect on a decrease in environmental quality. Therefore, this finding is important for policy makers in ASEAN-5 countries to reduce dependence on investment that is not environmentally friendly as a factor of production and increase green financing in every activity in the financial sector.
{"title":"Studi Sektor Keuangan terhadap Kualitas Lingkungan di ASEAN-5","authors":"Adiet Try Waluyo, Lukman Hakim, Siti Aisyah Tri Rahayu","doi":"10.14710/jil.21.4.956-964","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.956-964","url":null,"abstract":"This research to critically review the influence of the dimensions of financial sector development on carbon dioxide emissions in ASEAN-5 developing countries, namely Indonesia, Malaysia, Thailand, the Philippines. The development cycle of the financial sector can increase and decrease environmental quality. We use the Panel Least Square (PLS) model to analyze the dynamics of the financial sector on environmental quality in annual data for 1983 - 2020 in five ASEAN-5 countries. The results of this study found that economic growth, foreign direct investment, and financial development have a positive effect on carbon dioxide emissions. However, interest rates have a negative effect on carbon dioxide emissions. Moreover, this study found that the development of the financial sector has a negative effect on environmental quality. This means that every increase in economic growth, FDI, and financial development has an effect on a decrease in environmental quality. Therefore, this finding is important for policy makers in ASEAN-5 countries to reduce dependence on investment that is not environmentally friendly as a factor of production and increase green financing in every activity in the financial sector.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"141 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135315229","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Serangan rayap pada gedung dan bangunan di Kota Bogor sebagai salah satu kota besar merupakan ancaman yang serius mengingat angka kerugian yang ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis dan sebaran rayap tanah, menganalisis hubungan antara karakteristik tanah dengan intensitas kerusakan dan frekuensi serangan rayap tanah, serta menentukan kelas bahaya serangan rayap di Kota Bogor. Penelitian dilakukan di 12 kelurahan di Kota Bogor yang dipilih secara acak. Setiap kelurahan ditanam 25 sampel kayu pinus (Pinus merkusii) selama tiga bulan dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 46 cm (ASTM D 1758-06) sebagai kayu umpan yang sebelumnya telah diberi perlakuan tekanan uap air (105 ℃, 1 bar, 5 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan di permukiman Kota Bogor terdapat tiga jenis yaitu Microtermes sp., Macrotermes sp., dan Schedorhinotermes sp. Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah terhadap kayu umpan sebesar 70% (sangat tinggi) dan nilai intensitas serangan 6. Hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pH tanah dan kadar liat tanah dengan intensitas kerusakan masing-masing sebesar 23.7%. Kota Bogor memiliki rata-rata serangan rayap tanah yang tinggi. Luas kelas bahaya rendah ±3.74 km2, luas kelas bahaya sedang ±52.88 km2 dan luas kelas bahaya tinggi ±59.9 km2.
{"title":"Kelas Bahaya Serangan Rayap Tanah di Kota Bogor, Jawa Barat","authors":"Arinana Arinana, Miftah Adhi Yuwono, Priyanto Priyanto","doi":"10.14710/jil.21.4.1009-1020","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.1009-1020","url":null,"abstract":"Serangan rayap pada gedung dan bangunan di Kota Bogor sebagai salah satu kota besar merupakan ancaman yang serius mengingat angka kerugian yang ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis dan sebaran rayap tanah, menganalisis hubungan antara karakteristik tanah dengan intensitas kerusakan dan frekuensi serangan rayap tanah, serta menentukan kelas bahaya serangan rayap di Kota Bogor. Penelitian dilakukan di 12 kelurahan di Kota Bogor yang dipilih secara acak. Setiap kelurahan ditanam 25 sampel kayu pinus (Pinus merkusii) selama tiga bulan dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 46 cm (ASTM D 1758-06) sebagai kayu umpan yang sebelumnya telah diberi perlakuan tekanan uap air (105 ℃, 1 bar, 5 jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan di permukiman Kota Bogor terdapat tiga jenis yaitu Microtermes sp., Macrotermes sp., dan Schedorhinotermes sp. Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah terhadap kayu umpan sebesar 70% (sangat tinggi) dan nilai intensitas serangan 6. Hasil analisis korelasi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pH tanah dan kadar liat tanah dengan intensitas kerusakan masing-masing sebesar 23.7%. Kota Bogor memiliki rata-rata serangan rayap tanah yang tinggi. Luas kelas bahaya rendah ±3.74 km2, luas kelas bahaya sedang ±52.88 km2 dan luas kelas bahaya tinggi ±59.9 km2.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135315230","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses dan dinamika pembentukan Kebijkan Provinsi Konservasi sejak tahun 2009-2020, mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam proses perumusan Kebijakan Provinsi Konservasi. Penelitian berlangsung selama 2 bulan yakni 10 April-10 Juni 2022 di Kabupaten Manokwari. Data dikumpulkan menggunakan metode wawancara dan analisis dokumen. Jumlah informant dalam kajian ini sebanyak 15 orang. Hasil studi mencatat bahwa kebijakan Provinsi Konservasi awalnya diinisiasi oleh Mantan Gubernur Papua Barat, Abraham O. Ataruri dari tahun 2009-2010 atas dukungan dari lembaga non pemerintah seperti WWF, TNC dan CII. Pembentukan provinsi konservasi terbagi menjadi 3 periode waktu yakni: Periode I- tahun 2010-2015, Periode II-tahun 2016-2017 dan periode III tahun 2018-2020. Tahun 2015, Papua Barat dideklarasikan sebagai provinsi konservasi. Namun, Pasca penetapannya, terjadi kevakuman selama 2 tahun (2015-2017) karena transisi kepemimpinan. Kebijakan provinsi konservasi barulah kembali mendapat dukungan ketika terjadi kepemimpinan Gubernur Papua Barat periode 2017-2022. Salah satu bentuk penguatan bagi inisiatif provinsi konservasi untuk diketahui para pihak, maka dilakukanlah konferensi internasional keanekaragaman hayati dan ekonomi kreatif tanggal 7-10 Oktober 2018. Konferensi ini menghasilkan 14 rekomendasi penting. Konferensi berhasil menghadirkan berbagai pihak termasuk aktor-aktor non pemerintah dalam mendukung pengembangan provinsi konservasi. Berdasarkan hasil pemetaan, terdapat 3 aktor pendukung utama yakni PEMDA Papua Barat, UNIPA dan Lembaga Non Pemerintah (WWF, TNC dan CII). Selanjutnya, aktor pendukung, yaitu Yayasan EcoNusa dan Bentara Papua, yang membantu di tahun 2017-2018 dalam memberikan saran perbaikan atas dokumen PERDASUS. Aktor pendukung lainnya, yaitu aktor yang hanya terlibat di akhir proses pengembangan kebijakan provinsi konservasi, yaitu Yayasan Perdu dan Mnukwar. Aktor non pemerintah diatas terlibat menggunakan sumberdaya manusia, fasilitas maupun dukungan pendanaan yang diperoleh dari mitra kerja, jejaring dan kerjasama baik tingkat nasional dan internasional.
本研究旨在描述2008年至2020年以来保护省的进展和形成的动态,确定参与保护省政策制冷进程的演员。这项研究持续了两个月,即2022年4月10日至6月10日在马诺克瓦里区进行。采用访谈法和文件分析法收集数据。这项研究的信息量为15人。研究表明,该保护省的政策最初是由2001年至2010年的前西巴布亚州长亚伯拉罕·奥塔利(Abraham O. Ataruri)发起的,是为了得到世界自然基金会(WWF)、TNC和CII等非政府机构的支持。该保护区的形成分为三个阶段:I- 202015年、2016-2017年和2017年第三期。2015年,西巴布亚宣布为保护省。然而,在确定以后,凯夫拉尔会因为领导转变而发生2年(2017年至2011年)。直到2018 -2022年担任西巴布亚州长时,省政府政策才重新获得支持。2018年10月10日至10日举行的生物多样性与创造性经济国际会议正式加强保护省倡议。这次会议提出了14项重要建议。会议成功地让包括非政府演员在内的各方参与保护省的发展。根据地图,西巴布亚、UNIPA和非政府机构(WWF、TNC和CII)的主要支持者包括三个。接下来,经济基金会和巴布亚先驱辅助行动者在2018年至2018年协助修订PERDASUS文件。另一位配角演员,即只参与保护省政策发展进程的参与者,即Perdu和Mnukwar基金会。这些非政府组织正在利用来自合作伙伴、国家和国际网络和合作关系的人力资源、资助设施和支持。
{"title":"Dinamika Kebijakan dan Aktor dalam Pembentukan Papua Barat Sebagai Provinsi Konservasi","authors":"Sepus Marten Fatem, Ade Olyvia Samber, Jonni Marwa, Melanesia B. Boseren","doi":"10.14710/jil.21.4.888-900","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.888-900","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses dan dinamika pembentukan Kebijkan Provinsi Konservasi sejak tahun 2009-2020, mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam proses perumusan Kebijakan Provinsi Konservasi. Penelitian berlangsung selama 2 bulan yakni 10 April-10 Juni 2022 di Kabupaten Manokwari. Data dikumpulkan menggunakan metode wawancara dan analisis dokumen. Jumlah informant dalam kajian ini sebanyak 15 orang. Hasil studi mencatat bahwa kebijakan Provinsi Konservasi awalnya diinisiasi oleh Mantan Gubernur Papua Barat, Abraham O. Ataruri dari tahun 2009-2010 atas dukungan dari lembaga non pemerintah seperti WWF, TNC dan CII. Pembentukan provinsi konservasi terbagi menjadi 3 periode waktu yakni: Periode I- tahun 2010-2015, Periode II-tahun 2016-2017 dan periode III tahun 2018-2020. Tahun 2015, Papua Barat dideklarasikan sebagai provinsi konservasi. Namun, Pasca penetapannya, terjadi kevakuman selama 2 tahun (2015-2017) karena transisi kepemimpinan. Kebijakan provinsi konservasi barulah kembali mendapat dukungan ketika terjadi kepemimpinan Gubernur Papua Barat periode 2017-2022. Salah satu bentuk penguatan bagi inisiatif provinsi konservasi untuk diketahui para pihak, maka dilakukanlah konferensi internasional keanekaragaman hayati dan ekonomi kreatif tanggal 7-10 Oktober 2018. Konferensi ini menghasilkan 14 rekomendasi penting. Konferensi berhasil menghadirkan berbagai pihak termasuk aktor-aktor non pemerintah dalam mendukung pengembangan provinsi konservasi. Berdasarkan hasil pemetaan, terdapat 3 aktor pendukung utama yakni PEMDA Papua Barat, UNIPA dan Lembaga Non Pemerintah (WWF, TNC dan CII). Selanjutnya, aktor pendukung, yaitu Yayasan EcoNusa dan Bentara Papua, yang membantu di tahun 2017-2018 dalam memberikan saran perbaikan atas dokumen PERDASUS. Aktor pendukung lainnya, yaitu aktor yang hanya terlibat di akhir proses pengembangan kebijakan provinsi konservasi, yaitu Yayasan Perdu dan Mnukwar. Aktor non pemerintah diatas terlibat menggunakan sumberdaya manusia, fasilitas maupun dukungan pendanaan yang diperoleh dari mitra kerja, jejaring dan kerjasama baik tingkat nasional dan internasional.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135755986","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-27DOI: 10.14710/jil.21.4.907-913
Yulia Mesak, Vincentia Irene Meitiniarti
Sumifix blue (SB) merupakan salah satu pewarna golongan azo yang terdapat dalam limbah tekstil. Pembuangan limbah yang mengandung pewarna tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat memunculkan masalah bagi lingkungan dan membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Pengolahan dengan proses lumpur aktif dalam kondisi aerob umum digunakan dalam mengatasi limbah pewarna. Proses lumpur aktif dapat ditingkatkan dengan penggunaan mikroba pengurai pewarna. Dalam penelitian ini ingin diketahui efisiensi lumpur aktif dalam pengolahan limbah pewarna dengan penambahan E. faecalis yang telah terbukti mampu mendekolorisasi pewarna jenis azo. Selain mengkombinasikan lumpur aktif dengan E. faecalis, proses juga diuji dalam kondisi yang berbeda yaitu aerob, anaerob dan campuran (anaerob-aerob). Penelitian ini didesain menggunakan limbah cair sintetik yang mengandung pewarna SB dengan konsentrasi warna yang disesuaikan dengan limbah aslinya (absorbansi warna diukur pada l 536 nm). Pengolahan dilakukan dengan proses lumpur aktif dan kombinasi lumpur aktif dengan E faecalis pada kondisi aerob, anaerob dan campuran (anaerob-aerob) dengan sistem batch. Pengambilan sampel dilakukan setiap selang waktu 24 jam selama 96 jam. Parameter yang diamati adalah konsentrasi warna, COD dan TS. Efisiensi hasil pengurangan parameter tersebut dibandingkan pada semua perlakuan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa efisiensi pengurangan konsentrasi SB terbaik diperoleh pada proses pengolahan menggunakan lumpur aktif pada kondisi anaerob dengan presentase sebesar 86%, efisiensi pengurangan COD dan TS terbaik diperoleh dari proses pengolahan menggunakan lumpur aktif pada kondisi campuran (anaerob-aerob) dengan presentase berturut-turut sebesar 80% dan 28%. Pada penelitian ini, penambahan E. faecalis tidak terbukti meningkatkan efisiensi pengolahan SB.
Sumifix blue (SB)是纺织品中发现的azo型染料之一。未经处理的染料废弃物的处理可能会给环境带来问题,危及环境环境。在aerob环境中主动泥浆处理是一种常见的对付染料废弃物的方法。活跃的泥浆过程可以通过使用染料分解微生物来增强。该研究希望了解泥浆在染料废弃物处理过程中发挥作用的效率,已被证明具有抗药性。除了将有效的泥浆与E. 0芬calis结合起来,这一过程还在各种条件下进行了测试,包括aerob、anaerob和再混和。这项研究的目的是利用一种含有SB染料的合成液体废物,其颜色浓度与原始废物相适应(在l 536 nm中测量)。该处理涉及有效的泥浆处理,以及针对批量系统的b条件、再适性和E。每隔24小时进行一次抽样,共96小时。所观察到的参数是颜色的浓度、鳕鱼和t.s.。这些参数的效率降低与所有治疗方法都比较。从这些研究结果可以得出结论,SB获得最好的浓度减少效率加工用泥活跃在氧条件最好的百分比高达86%,COD削减效率和TS取自加工使用混合泥活跃的情况(anaerob-aerob)连续百分比80%和28%。在本研究中,积极性的提高并没有证明能提高SB处理的效率。
{"title":"Efisiensi Pengolahan Limbah Pewarna Sumifix Blue Menggunakan Lumpur Aktif dengan Penambahan Enterococcus faecalis pada Kondisi Anaerob-Aerob","authors":"Yulia Mesak, Vincentia Irene Meitiniarti","doi":"10.14710/jil.21.4.907-913","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.907-913","url":null,"abstract":"Sumifix blue (SB) merupakan salah satu pewarna golongan azo yang terdapat dalam limbah tekstil. Pembuangan limbah yang mengandung pewarna tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat memunculkan masalah bagi lingkungan dan membahayakan makhluk hidup di sekitarnya. Pengolahan dengan proses lumpur aktif dalam kondisi aerob umum digunakan dalam mengatasi limbah pewarna. Proses lumpur aktif dapat ditingkatkan dengan penggunaan mikroba pengurai pewarna. Dalam penelitian ini ingin diketahui efisiensi lumpur aktif dalam pengolahan limbah pewarna dengan penambahan E. faecalis yang telah terbukti mampu mendekolorisasi pewarna jenis azo. Selain mengkombinasikan lumpur aktif dengan E. faecalis, proses juga diuji dalam kondisi yang berbeda yaitu aerob, anaerob dan campuran (anaerob-aerob). Penelitian ini didesain menggunakan limbah cair sintetik yang mengandung pewarna SB dengan konsentrasi warna yang disesuaikan dengan limbah aslinya (absorbansi warna diukur pada l 536 nm). Pengolahan dilakukan dengan proses lumpur aktif dan kombinasi lumpur aktif dengan E faecalis pada kondisi aerob, anaerob dan campuran (anaerob-aerob) dengan sistem batch. Pengambilan sampel dilakukan setiap selang waktu 24 jam selama 96 jam. Parameter yang diamati adalah konsentrasi warna, COD dan TS. Efisiensi hasil pengurangan parameter tersebut dibandingkan pada semua perlakuan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa efisiensi pengurangan konsentrasi SB terbaik diperoleh pada proses pengolahan menggunakan lumpur aktif pada kondisi anaerob dengan presentase sebesar 86%, efisiensi pengurangan COD dan TS terbaik diperoleh dari proses pengolahan menggunakan lumpur aktif pada kondisi campuran (anaerob-aerob) dengan presentase berturut-turut sebesar 80% dan 28%. Pada penelitian ini, penambahan E. faecalis tidak terbukti meningkatkan efisiensi pengolahan SB.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135756191","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}