Pub Date : 2023-07-15DOI: 10.14710/jil.21.4.839-848
M. Mahmud, Nadya Ul-Haq Mahmud, Chairul Abdi, Nida Luthfina, A. Fatimah
Pengolahan LCS dengan koagulasi masih menggunakan koagulan anorganik dan belum memenuhi baku mutu untuk warna. Perlu alternatif koagulan organik yang murah dan ramah lingkungan. Pengolahan lanjutan setelah koagulasi yaitu proses adsorpsi juga perlu dilakukan untuk meningkatkan penyisihan warna. Kalimantan Selatan memiliki lahan gambut yang sangat luas, dan di dalamnya terdapat tanah lempung gambut (TLG) yang dapat digunakan sebagai koagulan organik dan gambut sebagai adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan koagulan TLG dan gambut pada proses gabungan koagulasi-adsorpsi dalam menurunkan warna dan organik LCS. Proses koagulasi menggunakan metode Jar-Test dan adsorpsi menggunakan metode batch. Pengujian kandungan organik (UV254) dan warna menggunakan metode spektroskopi UV-Vis, untuk warna diperlukan larutan standar PtCo. LCS diperoleh dari rumah-industri sasirangan di Pemajatan Gambut; TLG dan gambut diperoleh dari Landasan Ulin Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LCS memiliki pH 8,53 atau bersifat basa; warna sangat tinggi 392,4PtCo; bahan organik dalam LCS didominasi fraksi hidrofobik dan berat molekul relatif besar. TLG memiliki pH yang sangat asam yaitu 2,52 dengan pHPZC 2,91. Kondisi operasi terbaik untuk proses gabungan koagulasi-adsorpsi menggunakan koagulan TLG dan adsorben gambut diperoleh pada pH asli 8,35 (tanpa pengaturan), dosis terbaik 20g/L TLG dan 5g/L gambut, dengan penyisihan warna dan organik mencapai 87,5% dan 34,7%. Pada kondisi terbaik parameter pH, warna dan TSS masing-masing 6,21; 76,1PtCo dan 15mg/L dan sudah memenuhi baku mutu. Kondisi operasi terbaik untuk 3 proses gabungan koagulasi-adsorpsi yang lainnya sebagai pembanding, diperoleh pada pH koagulasi 8,53 dengan dosis 20g/L TLG+0,1g/L PAC; 0,5g/L alum+5g/L gambut dan 0,5g/L alum+0,1g/L PAC. Koagulan organik TLG dan adsorben gambut terbukti dapat digunakan untuk mengolah LCS.
{"title":"Proses Gabungan Koagulasi-Adsorpsi Menggunakan Material Lokal Tanah Lempung Gambut dan Adsorben Gambut untuk Menyisihkan Warna dan Organik pada Limbah Cair Sasirangan","authors":"M. Mahmud, Nadya Ul-Haq Mahmud, Chairul Abdi, Nida Luthfina, A. Fatimah","doi":"10.14710/jil.21.4.839-848","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.839-848","url":null,"abstract":"Pengolahan LCS dengan koagulasi masih menggunakan koagulan anorganik dan belum memenuhi baku mutu untuk warna. Perlu alternatif koagulan organik yang murah dan ramah lingkungan. Pengolahan lanjutan setelah koagulasi yaitu proses adsorpsi juga perlu dilakukan untuk meningkatkan penyisihan warna. Kalimantan Selatan memiliki lahan gambut yang sangat luas, dan di dalamnya terdapat tanah lempung gambut (TLG) yang dapat digunakan sebagai koagulan organik dan gambut sebagai adsorben. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan koagulan TLG dan gambut pada proses gabungan koagulasi-adsorpsi dalam menurunkan warna dan organik LCS. Proses koagulasi menggunakan metode Jar-Test dan adsorpsi menggunakan metode batch. Pengujian kandungan organik (UV254) dan warna menggunakan metode spektroskopi UV-Vis, untuk warna diperlukan larutan standar PtCo. LCS diperoleh dari rumah-industri sasirangan di Pemajatan Gambut; TLG dan gambut diperoleh dari Landasan Ulin Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa LCS memiliki pH 8,53 atau bersifat basa; warna sangat tinggi 392,4PtCo; bahan organik dalam LCS didominasi fraksi hidrofobik dan berat molekul relatif besar. TLG memiliki pH yang sangat asam yaitu 2,52 dengan pHPZC 2,91. Kondisi operasi terbaik untuk proses gabungan koagulasi-adsorpsi menggunakan koagulan TLG dan adsorben gambut diperoleh pada pH asli 8,35 (tanpa pengaturan), dosis terbaik 20g/L TLG dan 5g/L gambut, dengan penyisihan warna dan organik mencapai 87,5% dan 34,7%. Pada kondisi terbaik parameter pH, warna dan TSS masing-masing 6,21; 76,1PtCo dan 15mg/L dan sudah memenuhi baku mutu. Kondisi operasi terbaik untuk 3 proses gabungan koagulasi-adsorpsi yang lainnya sebagai pembanding, diperoleh pada pH koagulasi 8,53 dengan dosis 20g/L TLG+0,1g/L PAC; 0,5g/L alum+5g/L gambut dan 0,5g/L alum+0,1g/L PAC. Koagulan organik TLG dan adsorben gambut terbukti dapat digunakan untuk mengolah LCS.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"56 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359087","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-15DOI: 10.14710/jil.21.4.735-739
Aprilia Citra Lestari, V. I. Meitiniarti
Kromium heksavalen memiliki tingkat toksisitas yang lebih tinggi daripada Cr(III). Penanganan tanah yang tercamer krom dapat dilakukan melalui bioremediasi dengan memanfaatkan proses metabolism mikroorganisme. Dalam pemanfaatan mikroorganisme untuk bioremediasi lingkungan tercemar Cr(VI), diperlukan bahan pembawa sebagai habitat sementara. Vermikompos dapat digunakan sebagai bahan pembawa karena mengandung nutrisi yang tinggi. Beberapa penelitian bioremediasi dengan kombinasi beberapa isolate terbukti meningkatkan kemampuan dalam mereduksi polutan. Microbacterium sp. Stain SpR3 diketahui mampu mereduksi krom, namun isolat RT-9 merupakan rhizobakteri yang berlum diketahui kemampuannya dalam mereduksi krom. Kemampuan dan viablitias kultur isolat RT-9 dan kultur campuran dengan SpR3 pada vermikompos belum diteliti. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis kemampuan Microbacterium sp. Strain SpR3 dan RT-9 dalam kultur tunggal atai campuran dalam vermikompos sebagai bahan pembawa untuk mereduksi Cr(VI) dalam tanah. Dalam penelitian ini, uji viabilitas dianalisis dengan metode Total Plate Count dan reduksi Cr(VI) secara spektrofotometri. Isolat SpR3 dan RT-9 mampu tumbuh dalam kultur tunggal dan campuran. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kultur murni RT-9 dan kultur campur Microbacterium sp. SpR3 mampu menggunakan vermikompos sebagai bahan pembawa dan laju reduksi Cr(VI) pada hari ke-7 dan 14 berturut-turut adalah 0,177 ppm.hr-1 and 0,240 ppm.hr-1
{"title":"Kemampuan Microbacterium sp. strain SpR3 dan Isolat RT-9 pada Bahan Pembawa untuk Mereduksi Cr(VI) di Tanah","authors":"Aprilia Citra Lestari, V. I. Meitiniarti","doi":"10.14710/jil.21.4.735-739","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.735-739","url":null,"abstract":"Kromium heksavalen memiliki tingkat toksisitas yang lebih tinggi daripada Cr(III). Penanganan tanah yang tercamer krom dapat dilakukan melalui bioremediasi dengan memanfaatkan proses metabolism mikroorganisme. Dalam pemanfaatan mikroorganisme untuk bioremediasi lingkungan tercemar Cr(VI), diperlukan bahan pembawa sebagai habitat sementara. Vermikompos dapat digunakan sebagai bahan pembawa karena mengandung nutrisi yang tinggi. Beberapa penelitian bioremediasi dengan kombinasi beberapa isolate terbukti meningkatkan kemampuan dalam mereduksi polutan. Microbacterium sp. Stain SpR3 diketahui mampu mereduksi krom, namun isolat RT-9 merupakan rhizobakteri yang berlum diketahui kemampuannya dalam mereduksi krom. Kemampuan dan viablitias kultur isolat RT-9 dan kultur campuran dengan SpR3 pada vermikompos belum diteliti. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis kemampuan Microbacterium sp. Strain SpR3 dan RT-9 dalam kultur tunggal atai campuran dalam vermikompos sebagai bahan pembawa untuk mereduksi Cr(VI) dalam tanah. Dalam penelitian ini, uji viabilitas dianalisis dengan metode Total Plate Count dan reduksi Cr(VI) secara spektrofotometri. Isolat SpR3 dan RT-9 mampu tumbuh dalam kultur tunggal dan campuran. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kultur murni RT-9 dan kultur campur Microbacterium sp. SpR3 mampu menggunakan vermikompos sebagai bahan pembawa dan laju reduksi Cr(VI) pada hari ke-7 dan 14 berturut-turut adalah 0,177 ppm.hr-1 and 0,240 ppm.hr-1","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"176 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359158","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-15DOI: 10.14710/jil.21.4.796-806
Hendra Pribadi, Abdul Rahman, Syukur Umar, Andi Sahri Alam, B. Setiawan, Munira Fathan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai tambah dari segi lingkungan dan ekonomi, hasil penelitian dapat diambil kebijakan yang tepat untuk melestarikan lingkungan secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar daerah penyangga Taman Nasional Lore Lindu. Hasil penelitian ini menyajikan nilai biodiversitas sebagai nilai kompensasi yang akan didapat dari penurunan eksploitasi lahan atau penggarapan lahan menjadi lahan pertanian pohon kemiri, dengan tidak melakukan pengelolaan secara berkelanjutan pada hutan kemiri tersebut, maka nilai biodiversitas akan meningkat. Hal ini tentu akan mengembalikan fungsi utama kedua desa tersebut sebagai daerah penyangga kawasan Taman Nasional dari gangguan-gangguan luar serta sebagai penyangga kehidupan bagi manusia maupun hutan itu sendiri. Pendapatan rata-rata petani kemiri Desa Sigimpu dan Desa Bakubakulu dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu berada pada kisaran angka >Rp.1.500.000 sampai dengan Rp. 2.500.000/Bulan. Sedangkan Nilai rataan WTA/nilai kompensasi yang diinginkan responden, pada Desa Sigimpu yaitu Rp.4.450.000/Ha/Bulan dan Rp.5.293.717/Ha/Bulan untuk Desa Bakubakulu. Nilai tambah ekonomi yang mampu diidentifikasi yang cukup tinggi yaitu sebesar ±Rp.11.280.000/bulan. nilai tambah dari segi lainnya berupa, meningkatnya nilai biodiversitas hutan, berkurangnya kerusakan lingkungan seperti hilangnya habitat flora maupun fauna, menurunnya angka penebangan liar, dan secara tidak langsung kita akan memperoleh nilai tambah pada keseluruhan nilai ekonomi total.
{"title":"Nilai Ekonomi Biodiversitas Pada Rotasi Pengelolaan Hutan Kemiri (Aleurites Moluccana L. Willd.) di Daerah Penyangga Taman Nasional Lore Lindu","authors":"Hendra Pribadi, Abdul Rahman, Syukur Umar, Andi Sahri Alam, B. Setiawan, Munira Fathan","doi":"10.14710/jil.21.4.796-806","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.796-806","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai tambah dari segi lingkungan dan ekonomi, hasil penelitian dapat diambil kebijakan yang tepat untuk melestarikan lingkungan secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar daerah penyangga Taman Nasional Lore Lindu. Hasil penelitian ini menyajikan nilai biodiversitas sebagai nilai kompensasi yang akan didapat dari penurunan eksploitasi lahan atau penggarapan lahan menjadi lahan pertanian pohon kemiri, dengan tidak melakukan pengelolaan secara berkelanjutan pada hutan kemiri tersebut, maka nilai biodiversitas akan meningkat. Hal ini tentu akan mengembalikan fungsi utama kedua desa tersebut sebagai daerah penyangga kawasan Taman Nasional dari gangguan-gangguan luar serta sebagai penyangga kehidupan bagi manusia maupun hutan itu sendiri. Pendapatan rata-rata petani kemiri Desa Sigimpu dan Desa Bakubakulu dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu berada pada kisaran angka >Rp.1.500.000 sampai dengan Rp. 2.500.000/Bulan. Sedangkan Nilai rataan WTA/nilai kompensasi yang diinginkan responden, pada Desa Sigimpu yaitu Rp.4.450.000/Ha/Bulan dan Rp.5.293.717/Ha/Bulan untuk Desa Bakubakulu. Nilai tambah ekonomi yang mampu diidentifikasi yang cukup tinggi yaitu sebesar ±Rp.11.280.000/bulan. nilai tambah dari segi lainnya berupa, meningkatnya nilai biodiversitas hutan, berkurangnya kerusakan lingkungan seperti hilangnya habitat flora maupun fauna, menurunnya angka penebangan liar, dan secara tidak langsung kita akan memperoleh nilai tambah pada keseluruhan nilai ekonomi total.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359072","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-15DOI: 10.14710/jil.21.4.881-887
Farida Afriani Astuti, S. Syafrudin, I. Susilowati
This research was conducted along a tributary that empties into the Opak River in Piyungan District. This study aimed to examine the characteristics of leachate from the Piyungan landfill, river water quality, and the status of river water quality due to the discharge of leachate from the Piyungan landfill. The research method used is a survey method with sampling and field observations. Purposive sampling is used to take river sample points. There are five sample points taken with 15 test parameters used to analyze river water quality, including COD, BOD, TSS, TDS, Zinc (Zn), Iron (Fe), Chromium, Copper (Cu), Lead (Pb), Mercury (Hg), pH, temperature, turbidity, color, and total coliform. River water quality status is obtained by calculating the Pollution Index (IP) of class II quality standard, Governor of DIY Regulation Number 20 of 2008, without the total coliform parameter. Based on the analysis results, the characteristics of the leachate water of the Piyungan TPA have concentrations of BOD, COD, TSS, TDS, and Iron (Fe), which exceed the quality standards of Yogyakarta Special Region Regulation Number 7 of 2016. River water quality shows that parameters BOD, COD, TSS, TDS, Zinc (Zn), Iron (Fe), turbidity, color, and total coliform exceed class II water quality standards regulation of the Governor of the Special Region of Yogyakarta Number 20 of 2008. The highest pollution load in rivers is Total Coliform, BOD, and COD. The status of river water quality from all sample point locations has the status of heavily polluted water (Point S1), moderately polluted (Point S2, S3, S4), and lightly polluted (Point S5). Thus, river water quality around the Piyungan landfill has decreased due to the discharge of leachate from the Piyungan landfill and community activities around the river.
{"title":"Kajian Status Mutu Air Sungai Akibat Buangan Air Lindi TPA Piyungan di Kabupaten Bantul","authors":"Farida Afriani Astuti, S. Syafrudin, I. Susilowati","doi":"10.14710/jil.21.4.881-887","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.881-887","url":null,"abstract":"This research was conducted along a tributary that empties into the Opak River in Piyungan District. This study aimed to examine the characteristics of leachate from the Piyungan landfill, river water quality, and the status of river water quality due to the discharge of leachate from the Piyungan landfill. The research method used is a survey method with sampling and field observations. Purposive sampling is used to take river sample points. There are five sample points taken with 15 test parameters used to analyze river water quality, including COD, BOD, TSS, TDS, Zinc (Zn), Iron (Fe), Chromium, Copper (Cu), Lead (Pb), Mercury (Hg), pH, temperature, turbidity, color, and total coliform. River water quality status is obtained by calculating the Pollution Index (IP) of class II quality standard, Governor of DIY Regulation Number 20 of 2008, without the total coliform parameter. Based on the analysis results, the characteristics of the leachate water of the Piyungan TPA have concentrations of BOD, COD, TSS, TDS, and Iron (Fe), which exceed the quality standards of Yogyakarta Special Region Regulation Number 7 of 2016. River water quality shows that parameters BOD, COD, TSS, TDS, Zinc (Zn), Iron (Fe), turbidity, color, and total coliform exceed class II water quality standards regulation of the Governor of the Special Region of Yogyakarta Number 20 of 2008. The highest pollution load in rivers is Total Coliform, BOD, and COD. The status of river water quality from all sample point locations has the status of heavily polluted water (Point S1), moderately polluted (Point S2, S3, S4), and lightly polluted (Point S5). Thus, river water quality around the Piyungan landfill has decreased due to the discharge of leachate from the Piyungan landfill and community activities around the river.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"23 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359041","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-15DOI: 10.14710/jil.21.4.807-818
Arif Setiajaya, Firman Aldi Lewis H, Sillak Hasiany, Annisaa Siti Zulaicha
Pertumbuhan yang meningkat memiliki dampak terhadap lingkungan. Salah satunya adalah sampah tidak terkelola dengan baik dan mencemari lingkungan sekitar. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah di lingkungan 1 kelurahan Sukaraja belum terlaksana dengan baik sehingga terdapat sampah yang berserakan di beberapa wilayah. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah menjadi salah satu penyebabnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa kondisi eksisting dan menyusun strategi pengelolaan sampah serta merancang alternatif pengolahan sampah organik rumah tangga. Metode yang digunakan terdiri dari analisis akar masalah menggunakan analisis fishbone, kemudian dilakukan penyusunan strategi dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats) dan pemilihan alternatif pengolahan. Analisis SWOT digunakan untuk menyusun strategi yang sesuai dengan kondisi permasalahan sampah di wilayah studi kasus kelurahan Sukaraja. Penentuan faktor strategi diperlukan untuk menentukan strategi yang direkomendasikan pada penelitian. Analisis kondisi eksisting pengelolaan sampah pada penelitian ini terdiri dari aspek pembiayaan dan retribusi, aspek peran serta masyarakat dan aspek pengolahan dengan penilaian rata-rata 38,6% kategori buruk. Strategi yang dihasilkan berada pada kuadran III (weakness-opportunity) yaitu dengan menggunakan peran stakeholder atau suatu lembaga untuk melakukan sosialisasi terkait pengelolaan dan pemanfaatan sampah sehingga dapat mengubah persepsi dan pengetahuan masyarakat terhadap sampah dan dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan nilai ekonomi dan pendapatan masyarakat. Berdasarkan analisis maka diperoleh pemilihan alternatif didasarkan pada faktor kelemahan dan peluang yang ada serta kelebihan dan kekurangan dari alternatif yang akan digunakan. Alternatif yang akan disosialisasikan adalah menggunakan tong komposter dengan luas kebutuhan lahan yaitu 28,32 m2.
{"title":"Strategi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Kota Bandar Lampung (Studi Kasus: Kelurahan Sukaraja)","authors":"Arif Setiajaya, Firman Aldi Lewis H, Sillak Hasiany, Annisaa Siti Zulaicha","doi":"10.14710/jil.21.4.807-818","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.807-818","url":null,"abstract":"Pertumbuhan yang meningkat memiliki dampak terhadap lingkungan. Salah satunya adalah sampah tidak terkelola dengan baik dan mencemari lingkungan sekitar. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah di lingkungan 1 kelurahan Sukaraja belum terlaksana dengan baik sehingga terdapat sampah yang berserakan di beberapa wilayah. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah menjadi salah satu penyebabnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa kondisi eksisting dan menyusun strategi pengelolaan sampah serta merancang alternatif pengolahan sampah organik rumah tangga. Metode yang digunakan terdiri dari analisis akar masalah menggunakan analisis fishbone, kemudian dilakukan penyusunan strategi dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats) dan pemilihan alternatif pengolahan. Analisis SWOT digunakan untuk menyusun strategi yang sesuai dengan kondisi permasalahan sampah di wilayah studi kasus kelurahan Sukaraja. Penentuan faktor strategi diperlukan untuk menentukan strategi yang direkomendasikan pada penelitian. Analisis kondisi eksisting pengelolaan sampah pada penelitian ini terdiri dari aspek pembiayaan dan retribusi, aspek peran serta masyarakat dan aspek pengolahan dengan penilaian rata-rata 38,6% kategori buruk. Strategi yang dihasilkan berada pada kuadran III (weakness-opportunity) yaitu dengan menggunakan peran stakeholder atau suatu lembaga untuk melakukan sosialisasi terkait pengelolaan dan pemanfaatan sampah sehingga dapat mengubah persepsi dan pengetahuan masyarakat terhadap sampah dan dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan nilai ekonomi dan pendapatan masyarakat. Berdasarkan analisis maka diperoleh pemilihan alternatif didasarkan pada faktor kelemahan dan peluang yang ada serta kelebihan dan kekurangan dari alternatif yang akan digunakan. Alternatif yang akan disosialisasikan adalah menggunakan tong komposter dengan luas kebutuhan lahan yaitu 28,32 m2.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"302 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359057","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-15DOI: 10.14710/jil.21.4.772-780
Muhammad Arsyad, Fitriani Fitriani, V. A. Tiwow, P. Palloan, Sulistiawaty Sulistiawaty, Agus Susanto
The aims of this study were to describe rainfall profiles, to analyze the effect of the El Nino Southern Oscillation (ENSO) on rainfall and its impact on flood disasters in the karst area of Maros, National Park Bantimurung Bulusaraung South Sulawesi. The data used were monthly data of ENSO parameters and monthly data on rainfall of Karst Maros TN Babul area in the range of 2011-2020. The monthly data of ENSO parameters consist of Oceanic Nino Index (ONI) data, namely Nino Index 3.4 and Southern Oscillation Index (SOI) obtained from the official website of NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) and from the official website of BOM (Bureau of Meteorology), respectively. Whereas, the monthly data of rainfall of Karst Maros TN Babul area was obtained from Maros Climatology Station, South Sulawesi. The data was analyzed (i.e. graph analysis and simple linear regression) using Microsoft Excel 2010 Software and ArcGIS Software for map creation. The results showed that the rainfall profile of the karst Maros TN Babul region for the period 2011-2020 has a monsoon rainfall pattern with the highest rainfall in December, January, and February, while the lowest rainfall occurs in June, July, and August. The significant effect of ENSO on rainfall in the Karst Maros TN Babul Area for the period 2011-2020 was categorized as a moderate with an ONI correlation coefficient value of 0.521 and SOI of 0.465. The effect of ENSO on rainfall is in the range from 25.9 to 33.1% which result in flood disasters in the karst Maros TN Babul area such as Bantimurung, Tompobulu, Camba, and Simbang districts. The flood disasters mostly occurs in January and December with rainfall intensity from high to very high category.
{"title":"The Effects of El Nino Southern Oscillation on Rainfall in the Karst Area of Maros, National Park Bantimurung Bulusaraung South Sulawesi and its Impact on Flood Disasters","authors":"Muhammad Arsyad, Fitriani Fitriani, V. A. Tiwow, P. Palloan, Sulistiawaty Sulistiawaty, Agus Susanto","doi":"10.14710/jil.21.4.772-780","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.772-780","url":null,"abstract":"The aims of this study were to describe rainfall profiles, to analyze the effect of the El Nino Southern Oscillation (ENSO) on rainfall and its impact on flood disasters in the karst area of Maros, National Park Bantimurung Bulusaraung South Sulawesi. The data used were monthly data of ENSO parameters and monthly data on rainfall of Karst Maros TN Babul area in the range of 2011-2020. The monthly data of ENSO parameters consist of Oceanic Nino Index (ONI) data, namely Nino Index 3.4 and Southern Oscillation Index (SOI) obtained from the official website of NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) and from the official website of BOM (Bureau of Meteorology), respectively. Whereas, the monthly data of rainfall of Karst Maros TN Babul area was obtained from Maros Climatology Station, South Sulawesi. The data was analyzed (i.e. graph analysis and simple linear regression) using Microsoft Excel 2010 Software and ArcGIS Software for map creation. The results showed that the rainfall profile of the karst Maros TN Babul region for the period 2011-2020 has a monsoon rainfall pattern with the highest rainfall in December, January, and February, while the lowest rainfall occurs in June, July, and August. The significant effect of ENSO on rainfall in the Karst Maros TN Babul Area for the period 2011-2020 was categorized as a moderate with an ONI correlation coefficient value of 0.521 and SOI of 0.465. The effect of ENSO on rainfall is in the range from 25.9 to 33.1% which result in flood disasters in the karst Maros TN Babul area such as Bantimurung, Tompobulu, Camba, and Simbang districts. The flood disasters mostly occurs in January and December with rainfall intensity from high to very high category.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"214 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359086","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-15DOI: 10.14710/jil.21.4.740-754
Iqbal Abdul Muqsith, Rina Mardiana, A. H. Dharmawan
Penelitian ini menganalisis keberlanjutan ekowisata di kawasan TNGGP, berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Pengembangan ekowisata memiliki potensi besar didalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu indikator keberlanjutan ekowisata ditelaah berdasarkan indikator yang tertuang dalam SDGs. salah satu cara mengukur keberhasilan ekowisata adalah dengan menerapkan SDGs. Analisis tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) pada kawasan ekowisata ini, dilakukan di wilayah ekowisata Situ Gunung, Desa Gede Panggrango Kecamatan Kadudampit Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Sustainable Development Goals (SDGs) pada kawasan ekowisata. Analisis keberlanjutan Ekowisata Situ Gunung menggunakan teori politik berkelanjutan dari Ian Scoones dengan menggunakan empat faktor transformasi politik berkelanjutan yaitu: Teknologi, Pasar, Negara, dan Masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif dan metode analytical hierarchy process (AHP) yaitu metode kualitatif bersifat numerik dari Thomas L Saati. Metode ini membandingkan kriteria dengan kriteria yang kemudian akan meghasilkan prioritas utama. Hasil Penelitian menunjukan peran masing-masing aktor memiliki kepentingan dan pandangan masing-masing terhadap SDGs. Berdasarkan AHP Masyarakat desa lebih berorientasi kepada ekonomi dalam memandang SDGs; kurangnya kolaborasi antara pengelola, masyarakat lokal, dan swasta menjadi permasalahan ekowisata Situ Gunung. Hasil prioritas aktor dengan menggunakan AHP menunjukan Kriteria Ekonomi menjadi prioritas utama dengan skor 0.55426, Kriteria Sosial 0.27016. Lingkungan 0.16904. Sedangkan Alternatif yakni; kerjasama Stakeholders 0.503, mengurangi kemiskinan 0.466, pengembangan UMKM 0.185, Infrastruktur 0.166, dan lembaga peduli lingkungan 0.101. Hasil tersebut sejalan dengan kondisi di lapangan yang membuktikan bahwa pencapaian di bidang lingkungan masih kurang dilakukan dan diprioritaskan oleh para aktor.
本研究从社会、经济和环境方面分析了印尼 TNGGP 地区生态旅游的可持续性。 生态旅游的发展在印度尼西亚的扶贫工作中具有巨大潜力。因此,根据可持续发展目标中包含的指标对生态旅游可持续性指标进行了研究。衡量生态旅游成功与否的方法之一就是应用可持续发展目标。对该生态旅游区可持续发展目标(SDGs)的分析是在苏卡布米县卡杜丹比区 Gede Panggrango 村 Situ Gunung 生态旅游区进行的。 本研究旨在分析该生态旅游区的可持续发展目标(SDGs)。在分析 Situ Gunung 生态旅游的可持续性时,使用了伊恩-斯考恩斯(Ian Scoones)的可持续政治理论,即可持续政治变革的四个因素:技术、市场、国家和社会。 本研究采用的方法是描述性定性方法和分析层次过程(AHP)方法,后者是托马斯-L-萨蒂(Thomas L Saati)提出的一种数字定性方法。这种方法将标准与标准进行比较,然后得出主要优先事项。结果表明,每个行动者的角色对可持续发展目标都有自己的兴趣和看法。根据 AHP,乡村社区在看待可持续发展目标时更注重经济效益;管理者、当地社区和私营部门之间缺乏合作是 Situ Gunung 生态旅游的一个问题。使用 AHP 对行为主体进行优先排序的结果显示,经济标准的优先级最高,得分为 0.55426,社会标准为 0.27016,环境为 0.16904。环境 0.16904。而替代标准是:利益相关者合作 0.503、减贫 0.466、中小微企业发展 0.185、基础设施 0.166 和环境护理机构 0.101。这些结果与实地情况相符,证明在环境领域取得的成就仍未得到行动者的执行和优先考虑。
{"title":"Pencapaian SDGs Pada Kawasan Ekowisata (Studi Kasus: Situ Gunung Kabupaten Sukabumi)","authors":"Iqbal Abdul Muqsith, Rina Mardiana, A. H. Dharmawan","doi":"10.14710/jil.21.4.740-754","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.740-754","url":null,"abstract":"Penelitian ini menganalisis keberlanjutan ekowisata di kawasan TNGGP, berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Pengembangan ekowisata memiliki potensi besar didalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Oleh karena itu indikator keberlanjutan ekowisata ditelaah berdasarkan indikator yang tertuang dalam SDGs. salah satu cara mengukur keberhasilan ekowisata adalah dengan menerapkan SDGs. Analisis tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) pada kawasan ekowisata ini, dilakukan di wilayah ekowisata Situ Gunung, Desa Gede Panggrango Kecamatan Kadudampit Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Sustainable Development Goals (SDGs) pada kawasan ekowisata. Analisis keberlanjutan Ekowisata Situ Gunung menggunakan teori politik berkelanjutan dari Ian Scoones dengan menggunakan empat faktor transformasi politik berkelanjutan yaitu: Teknologi, Pasar, Negara, dan Masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif dan metode analytical hierarchy process (AHP) yaitu metode kualitatif bersifat numerik dari Thomas L Saati. Metode ini membandingkan kriteria dengan kriteria yang kemudian akan meghasilkan prioritas utama. Hasil Penelitian menunjukan peran masing-masing aktor memiliki kepentingan dan pandangan masing-masing terhadap SDGs. Berdasarkan AHP Masyarakat desa lebih berorientasi kepada ekonomi dalam memandang SDGs; kurangnya kolaborasi antara pengelola, masyarakat lokal, dan swasta menjadi permasalahan ekowisata Situ Gunung. Hasil prioritas aktor dengan menggunakan AHP menunjukan Kriteria Ekonomi menjadi prioritas utama dengan skor 0.55426, Kriteria Sosial 0.27016. Lingkungan 0.16904. Sedangkan Alternatif yakni; kerjasama Stakeholders 0.503, mengurangi kemiskinan 0.466, pengembangan UMKM 0.185, Infrastruktur 0.166, dan lembaga peduli lingkungan 0.101. Hasil tersebut sejalan dengan kondisi di lapangan yang membuktikan bahwa pencapaian di bidang lingkungan masih kurang dilakukan dan diprioritaskan oleh para aktor.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"364 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139359130","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Potensi tumbuhan kelor yang ada di Kabupaten pemalang dengan tiga kondisi lingkungsn berbeda masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang potensi tumbuhan Kelor di tiga lokasi Kabupaten pemlang dengan kondisi lingkungan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode survei yang meliputi: studi literatur,observasi lapangan, wawancara menggunakan kuesioner, teknik wawancara semistruktur dan menggunakan random sampling teknik dan purposive sampling. Pengambilan sampel secara random sampling dari masyarakat diambil secara acak, sedangkan purposif sampling sampling dari tokoh masyarakat seperti informan kepala desa, dukun pengantin dll. Dari hasil yang diperoleh masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan tumbuhan kelor tertinggi sebanyak 70% sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan tumbuhan kelor. Masyarakat yang berada pada lokasi pesisir dataran rendah lebih luas dalam memanfaatkan tumbuhan kelor dibandingkan masyarakat yang berada di pegunungan hasil ini di dapatkan dari wawancara dengan persepsi masyarakat terhadap tanaman kelor.
{"title":"Etnobotani Tanaman Kelor (Moringa oleifera L. ) di Kabupaten Pemalang Jawa Tengah","authors":"Rizkiati Khasanah, Jumari Jumari, Yulita Nurchayati","doi":"10.14710/jil.21.4.870-880","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.4.870-880","url":null,"abstract":"Potensi tumbuhan kelor yang ada di Kabupaten pemalang dengan tiga kondisi lingkungsn berbeda masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang potensi tumbuhan Kelor di tiga lokasi Kabupaten pemlang dengan kondisi lingkungan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode survei yang meliputi: studi literatur,observasi lapangan, wawancara menggunakan kuesioner, teknik wawancara semistruktur dan menggunakan random sampling teknik dan purposive sampling. Pengambilan sampel secara random sampling dari masyarakat diambil secara acak, sedangkan purposif sampling sampling dari tokoh masyarakat seperti informan kepala desa, dukun pengantin dll. Dari hasil yang diperoleh masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan tumbuhan kelor tertinggi sebanyak 70% sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan tumbuhan kelor. Masyarakat yang berada pada lokasi pesisir dataran rendah lebih luas dalam memanfaatkan tumbuhan kelor dibandingkan masyarakat yang berada di pegunungan hasil ini di dapatkan dari wawancara dengan persepsi masyarakat terhadap tanaman kelor.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"58 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136017303","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-05DOI: 10.14710/jil.21.3.704-711
Nova Ulhasanah, Chiquita Priscillia, Nurulbaiti Listyendah Zahra
Banyaknya total timbulan sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang memaksa pemerintah daerah DKI Jakarta untuk merancang suatu pengolahan sampah di sumber agar dapat mereduksi timbulan sampah yang masuk ke TPST tersebut. Salah Salah satu program tersebut adalah pendirian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Reduce, Reuse, Recycle (3R) pada setiap kelurahan di DKI Jakarta. Namun tidak sedikit diantara TPST 3R tersebut yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. TPST 3R kelurahan Grogol Selatan merupakan salah satunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem pengelolaan sampah di TPST Grogol Selatan dengan menilai aspek teknis disetiap langkahnya. Hasil dari evaluasi tersebut kemudian dirancang alternatif sistem pengelolaan untuk mengoptimalkan kinerja TPST Grogol Selatan sehingga tercapai keberlanjutan ditahun-tahun mendatang. Pemilihan alternatif sistem pengelolaan dilakukan dengan metode mass balance untuk menilai dan mendapatkan rancangan sistem terbaik yang akan direkomendasikan pengaplikasiannya pada TPST 3R Grogol Selatan. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa skenario 2 dapat mengolah sampah hingga14 kali sampah terolah pada skenario 1. Jika dilihat dari aspek alur material, maka skenario 2 merupakan skenario terpilih karena bisa mereduksi sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang jauh lebih banyak dibandingkan skenario 1. Selain mereduksi sampah di sumber, skenario 2 juga dapat meningkatkan pendapatan penduduk jika dilihat dari total penjualan olahan sampah berupa kompos dan botol plastik. Penelitian ini dapat dilanjutkan pada penilaian aspek ekonomi dan lingkungannya untuk mendapatkan rancangan sistem yang sustainable.
{"title":"Optimalisasi Sistem Pengelolaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, Recycle (3R) (Studi Kasus: TPST 3R Pasar Kebayoran, Jakarta)","authors":"Nova Ulhasanah, Chiquita Priscillia, Nurulbaiti Listyendah Zahra","doi":"10.14710/jil.21.3.704-711","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.3.704-711","url":null,"abstract":"Banyaknya total timbulan sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang memaksa pemerintah daerah DKI Jakarta untuk merancang suatu pengolahan sampah di sumber agar dapat mereduksi timbulan sampah yang masuk ke TPST tersebut. Salah Salah satu program tersebut adalah pendirian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Reduce, Reuse, Recycle (3R) pada setiap kelurahan di DKI Jakarta. Namun tidak sedikit diantara TPST 3R tersebut yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. TPST 3R kelurahan Grogol Selatan merupakan salah satunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem pengelolaan sampah di TPST Grogol Selatan dengan menilai aspek teknis disetiap langkahnya. Hasil dari evaluasi tersebut kemudian dirancang alternatif sistem pengelolaan untuk mengoptimalkan kinerja TPST Grogol Selatan sehingga tercapai keberlanjutan ditahun-tahun mendatang. Pemilihan alternatif sistem pengelolaan dilakukan dengan metode mass balance untuk menilai dan mendapatkan rancangan sistem terbaik yang akan direkomendasikan pengaplikasiannya pada TPST 3R Grogol Selatan. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa skenario 2 dapat mengolah sampah hingga14 kali sampah terolah pada skenario 1. Jika dilihat dari aspek alur material, maka skenario 2 merupakan skenario terpilih karena bisa mereduksi sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang jauh lebih banyak dibandingkan skenario 1. Selain mereduksi sampah di sumber, skenario 2 juga dapat meningkatkan pendapatan penduduk jika dilihat dari total penjualan olahan sampah berupa kompos dan botol plastik. Penelitian ini dapat dilanjutkan pada penilaian aspek ekonomi dan lingkungannya untuk mendapatkan rancangan sistem yang sustainable.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135753407","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-15DOI: 10.14710/jil.21.3.503-514
Maryono Maryono, Hartuti Purnaweni, Agus Junaedi, Glory Nasarani, Lintang Noor Prassanty, Handri Setiawan, Moch Rifky Pradita, Diana Rizky, Muhammad Dzaky Tagyuddin
City branding has been explored worldwide, in both academic reserch and policy practis of regional and urban development. It is not only for attract invesment, toursm, sport but it is also to addresing identity and culturism. However, post pandemic-covid -19, and facing the climate hazard, resilience combining with healty cities need reshaping. For those, in the digital era, it is need a simple but fundamental incicators. This study examine citizen’s understanding, attitude and behavioral on the spesific waste management to deal with, as the entry point to analysis citizen capacity to participate on more complex action againts climate adaptation and building healty life. Four component citizen action is measured; 1) creativities in regulation,3) citizen understanding, attitude on covid-19 waste daily handling and 4) potensial environmental risk. The area of study selected in Semarang as of 100RC network. Result of study show that event the performance of indicator is not so high level, the importance founding is that the component measured is suitable for developing brand.
{"title":"City Branding Againts Climate Change and Health Disruption in Prone Region: Initial Study From Semarang Citizen’s Dealing With Specific Waste Management on Pandemic Covid-19.","authors":"Maryono Maryono, Hartuti Purnaweni, Agus Junaedi, Glory Nasarani, Lintang Noor Prassanty, Handri Setiawan, Moch Rifky Pradita, Diana Rizky, Muhammad Dzaky Tagyuddin","doi":"10.14710/jil.21.3.503-514","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jil.21.3.503-514","url":null,"abstract":"City branding has been explored worldwide, in both academic reserch and policy practis of regional and urban development. It is not only for attract invesment, toursm, sport but it is also to addresing identity and culturism. However, post pandemic-covid -19, and facing the climate hazard, resilience combining with healty cities need reshaping. For those, in the digital era, it is need a simple but fundamental incicators. This study examine citizen’s understanding, attitude and behavioral on the spesific waste management to deal with, as the entry point to analysis citizen capacity to participate on more complex action againts climate adaptation and building healty life. Four component citizen action is measured; 1) creativities in regulation,3) citizen understanding, attitude on covid-19 waste daily handling and 4) potensial environmental risk. The area of study selected in Semarang as of 100RC network. Result of study show that event the performance of indicator is not so high level, the importance founding is that the component measured is suitable for developing brand.","PeriodicalId":53112,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Lingkungan","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135187905","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}