Pub Date : 2019-10-01DOI: 10.17969/rtp.v12i2.14721
M. I. Lubis, Renny Eka Putri, Ashadi Hasan, Feri Arlius, Santosa Santosa
Abstrak. Teknik penyemprotan adalah salah satu aktivitas yang berperan dalam mengoptimalkan pertumbuhan padi. Penyemprotan dilaksanakan petani untuk melindungi padi dari hama, penyakit, dan juga untuk menstimulasi pertumbuhan padi dan biasanya dilakukan pada 15 HST. Selama kegiatan produksi pertanian, energi input selama kegiatan berlangsung dapat diketahui berdasarkan beberapa parameter energi. Beberapa input energi yang dievaluasi pada aktivitas penyemprotan adalah energi pestisida dan energi operator (manusia). Tujuan dari penelitian ini mengevaluasi energi dari aktivitas penyemprotan, analisis teknis kerja, dan membandingkan energi manusia yang dihitung dengan alat (Garmin forerunner 35) dan faktor konversi. Aktivitas penyemprotan pada penelitian ini dianalisis pada 5 petak sawah pada 15 HST. Total pestisida yang digunakan dan rata-rata energi pestisida adalah 0,3419 kg/ha dan 67,6612 MJ/ha. Pada saat penyemprotan operator menggunakan knapsack manual (kap. 16 liter). Kapasitas kerja efektif untuk penyemprotan adalah 51,9759 l/ha. Energi operator yang dihitung menggunakan alat dan faktor konversi adalah 5,2480 dan 2,4243 MJ/ha. Hal ini menunjukkan bahwa energi terbesar pada aktivitas penyemprotan terdapat pada energi pestisida dan yang paling kecil adalah energi manusia.Energy and Performance Evaluation on Spraying Activity Paddy in Sumatera BaratAbstract. Spraying technique is one of the activities in optimize the growth of rice plants. Spraying is doing by farmers to protecting paddy from pest, disease, and also to stimulate growth up of the paddy usually since paddy at 15 DAP. In the process of agricultural production, input production facilities can be assessed as an energy parameter. Some energy input which evaluating in spraying activities are pesticides and labor energy. The objectives of this study are evaluated energy of spraying activity, analyzed technical performance, and compared between labor energy analyzed by tools (Garmin forerunner 35) and conversion factor. The spraying activity in this study has analyzed on five plots of the paddy field at 15 DAP. The results showed 0.3419 kg/ha and 67.6612 MJ/ha for pesticides used and the average of pesticide energy. respectively. For spraying activity, the labor used manual knapsack (cap. 16 liters). The effective work capacity for spraying is 51.9759 l/h. The labor energy which calculated by tools and conversion factor are 5.2480 and 2.4243 MJ/ha. It means which on spraying activity the largest input energy came from pesticides and the lowest one is labor energy.
{"title":"Evaluasi Kinerja dan Energi pada Aktivitas Penyemprotan Padi di Sumatera Barat","authors":"M. I. Lubis, Renny Eka Putri, Ashadi Hasan, Feri Arlius, Santosa Santosa","doi":"10.17969/rtp.v12i2.14721","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/rtp.v12i2.14721","url":null,"abstract":"Abstrak. Teknik penyemprotan adalah salah satu aktivitas yang berperan dalam mengoptimalkan pertumbuhan padi. Penyemprotan dilaksanakan petani untuk melindungi padi dari hama, penyakit, dan juga untuk menstimulasi pertumbuhan padi dan biasanya dilakukan pada 15 HST. Selama kegiatan produksi pertanian, energi input selama kegiatan berlangsung dapat diketahui berdasarkan beberapa parameter energi. Beberapa input energi yang dievaluasi pada aktivitas penyemprotan adalah energi pestisida dan energi operator (manusia). Tujuan dari penelitian ini mengevaluasi energi dari aktivitas penyemprotan, analisis teknis kerja, dan membandingkan energi manusia yang dihitung dengan alat (Garmin forerunner 35) dan faktor konversi. Aktivitas penyemprotan pada penelitian ini dianalisis pada 5 petak sawah pada 15 HST. Total pestisida yang digunakan dan rata-rata energi pestisida adalah 0,3419 kg/ha dan 67,6612 MJ/ha. Pada saat penyemprotan operator menggunakan knapsack manual (kap. 16 liter). Kapasitas kerja efektif untuk penyemprotan adalah 51,9759 l/ha. Energi operator yang dihitung menggunakan alat dan faktor konversi adalah 5,2480 dan 2,4243 MJ/ha. Hal ini menunjukkan bahwa energi terbesar pada aktivitas penyemprotan terdapat pada energi pestisida dan yang paling kecil adalah energi manusia.Energy and Performance Evaluation on Spraying Activity Paddy in Sumatera BaratAbstract. Spraying technique is one of the activities in optimize the growth of rice plants. Spraying is doing by farmers to protecting paddy from pest, disease, and also to stimulate growth up of the paddy usually since paddy at 15 DAP. In the process of agricultural production, input production facilities can be assessed as an energy parameter. Some energy input which evaluating in spraying activities are pesticides and labor energy. The objectives of this study are evaluated energy of spraying activity, analyzed technical performance, and compared between labor energy analyzed by tools (Garmin forerunner 35) and conversion factor. The spraying activity in this study has analyzed on five plots of the paddy field at 15 DAP. The results showed 0.3419 kg/ha and 67.6612 MJ/ha for pesticides used and the average of pesticide energy. respectively. For spraying activity, the labor used manual knapsack (cap. 16 liters). The effective work capacity for spraying is 51.9759 l/h. The labor energy which calculated by tools and conversion factor are 5.2480 and 2.4243 MJ/ha. It means which on spraying activity the largest input energy came from pesticides and the lowest one is labor energy.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43441255","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-01DOI: 10.17969/rtp.v12i2.10112
Yunilas Yunilas, L. Warly, Y. Marlida, I. Ryanto
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakteristik fungi lignoselulolitik dari limbah sawit sebagai pendegradasi serat (senyawa polisakarida). Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi melalui isolasi, karakteristik, uji degradasi lignoselulosa dan identifikasi. Isolasi menggunakan medium selektif yang dimodifikasi mengandung carboxy methyl cellulose (CMC), xylan, lignin dan manan. Dari hasil isolasi diperoleh 16 isolat fungi lignoselulolitik dan 4 diantaranya memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi lignoselulosa yaitu isolate fungi YLF2, YLF3, YLF4 dan YLF8. Isolat fungi yang diperoleh memiliki karakteristik yang bervariasi meliputi bentuk, permukaan, tepi dan warna koloni. Hasil uji degradasi (hidrolitik) menunjukkan bahwa isolat fungi YLF8 menghasilkan indeks hidrolitik lebih tinggi dibanding fungi lainnya. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa isolat fungi YLF8 termasuk pada strain Trichoderma sp berpotensi sebagai isolat pendegradasi serat dan dapat digunakan sebagai bioktivator dalam fermentasi pakan berserat.Isolation And Characteristic Of Lignocellulolitic Fungi Of Palm Waste As a Fiber Feed Degrading AgentAbstract. This study aims to isolate and characterize lignocellulolytic fungi from palm wastes as fiber degradation (polysaccharide compounds). This research uses exploration method through isolation, characteristic, lignocellulosic degradation test and identification. Isolation using modified selective medium contains carboxy methyl cellulose (CMC), xylan, lignin and manan. From isolation result obtained 16 isolates of lignocellulolytic fungi and 4 of them have high ability in degrading lignocellulose that is fungi YLF2, YLF3, YLF4 and YLF8. The obtained fungi isolates have varying characteristics including shape, surface, edges and colony color. The result of degradation test (hydrolytic) showed that YLF8 fungi isolates yielded higher hydrolytic index than other fungi. Based on the results it can be concluded that the isolates of YLF8 fungi belong to the Trichoderma sp strain potentially as fiber degrading isolates and can be used as bioctivators in fibrous fermentation feed.
{"title":"Isolasi Dan Karakteristik Fungi Lignoselulolitik Dari Limbah Sawit Sebagai Agen Pendegradasi Pakan Berserat","authors":"Yunilas Yunilas, L. Warly, Y. Marlida, I. Ryanto","doi":"10.17969/rtp.v12i2.10112","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/rtp.v12i2.10112","url":null,"abstract":"Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakteristik fungi lignoselulolitik dari limbah sawit sebagai pendegradasi serat (senyawa polisakarida). Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi melalui isolasi, karakteristik, uji degradasi lignoselulosa dan identifikasi. Isolasi menggunakan medium selektif yang dimodifikasi mengandung carboxy methyl cellulose (CMC), xylan, lignin dan manan. Dari hasil isolasi diperoleh 16 isolat fungi lignoselulolitik dan 4 diantaranya memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi lignoselulosa yaitu isolate fungi YLF2, YLF3, YLF4 dan YLF8. Isolat fungi yang diperoleh memiliki karakteristik yang bervariasi meliputi bentuk, permukaan, tepi dan warna koloni. Hasil uji degradasi (hidrolitik) menunjukkan bahwa isolat fungi YLF8 menghasilkan indeks hidrolitik lebih tinggi dibanding fungi lainnya. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa isolat fungi YLF8 termasuk pada strain Trichoderma sp berpotensi sebagai isolat pendegradasi serat dan dapat digunakan sebagai bioktivator dalam fermentasi pakan berserat.Isolation And Characteristic Of Lignocellulolitic Fungi Of Palm Waste As a Fiber Feed Degrading AgentAbstract. This study aims to isolate and characterize lignocellulolytic fungi from palm wastes as fiber degradation (polysaccharide compounds). This research uses exploration method through isolation, characteristic, lignocellulosic degradation test and identification. Isolation using modified selective medium contains carboxy methyl cellulose (CMC), xylan, lignin and manan. From isolation result obtained 16 isolates of lignocellulolytic fungi and 4 of them have high ability in degrading lignocellulose that is fungi YLF2, YLF3, YLF4 and YLF8. The obtained fungi isolates have varying characteristics including shape, surface, edges and colony color. The result of degradation test (hydrolytic) showed that YLF8 fungi isolates yielded higher hydrolytic index than other fungi. Based on the results it can be concluded that the isolates of YLF8 fungi belong to the Trichoderma sp strain potentially as fiber degrading isolates and can be used as bioctivators in fibrous fermentation feed. ","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44506636","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan organik dan kapur berbagai dosis terhadap kapasitas kerja dan efisiensi traktor pada lahan kering. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu bahan organik pada taraf 0, 6, dan 12 ton/ha sedangkan kapur pada taraf 0, 0,8 dan 1,6 ton/ha dengan 3 (tiga) kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan bahan organik 12 ton/ha menghasilkan kapasitas lapang, efisiensi lebih tinggi serta slip roda dan kebisingan traktor yang lebih rendah dibandingkan dengan tanpa pemberian bahan organik.The Influence Of Organic And Lime Materials On Working Capacity And Efficiency Of Tractors In Dry Land Abstract. This study aims to determine the effect of giving organic material and various doses of lime on the working capacity and efficiency of tractors on dry land. This study used a factorial randomized block design (RCBD) consisting of 2 (two) factors, namely organic matter at levels 0, 6, and 12 tons/ha while lime at levels 0, 0.8 and 1.6 tons/ha with 3 (three) repetitions. The results showed that the treatment of 12 tons/ha of organic material resulted in roomy capacity, higher efficiency and lower wheel slip and tractor noise compared to without the provision of organic material.
{"title":"Pengaruh Pemberian Bahan Organik Dan Kapur Terhadap Kapasitas Kerja Dan Efisiensi Traktor Pada Lahan Kering","authors":"Zulfakri Zulfakri, Fachruddin Fachruddin, Angga Defrian","doi":"10.17969/RTP.V12I2.15452","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V12I2.15452","url":null,"abstract":"Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan organik dan kapur berbagai dosis terhadap kapasitas kerja dan efisiensi traktor pada lahan kering. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu bahan organik pada taraf 0, 6, dan 12 ton/ha sedangkan kapur pada taraf 0, 0,8 dan 1,6 ton/ha dengan 3 (tiga) kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan bahan organik 12 ton/ha menghasilkan kapasitas lapang, efisiensi lebih tinggi serta slip roda dan kebisingan traktor yang lebih rendah dibandingkan dengan tanpa pemberian bahan organik.The Influence Of Organic And Lime Materials On Working Capacity And Efficiency Of Tractors In Dry Land Abstract. This study aims to determine the effect of giving organic material and various doses of lime on the working capacity and efficiency of tractors on dry land. This study used a factorial randomized block design (RCBD) consisting of 2 (two) factors, namely organic matter at levels 0, 6, and 12 tons/ha while lime at levels 0, 0.8 and 1.6 tons/ha with 3 (three) repetitions. The results showed that the treatment of 12 tons/ha of organic material resulted in roomy capacity, higher efficiency and lower wheel slip and tractor noise compared to without the provision of organic material. ","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48775114","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-01DOI: 10.17969/rtp.v12i2.14612
Dewi Ermaya, Anshar Patria, Fadlan Hidayat, Fachrul Razi
Abstrak. Aromaterapi adalah suatu bentuk terapi atau pengobatan menggunakan bahan tanaman volatil, yang bertujuan untuk mengatur fungsi kognitif, mood, dan kesehatan. Tanaman volatil dikenal juga minyak atsiri. Minyak atsiri biasa diperoleh dari tanaman dengan berbagai cara yang berbeda-beda seperti ekstraksi, penyulingan dan distilasi fraksinasi. Salah satu minyak atsiri adalah minyak nilam. Kandungan minyak nilam yang utama yaitu patchouli alcohol (40-50%) digunakan sebagai bahan baku, bahan pencampur dan fixative (pengikat wangi-wangian) dalam industri parfum, kosmetik, dan obat-obatan. Pengembangan minyak atsiri sebagai aromaterapi perlu dilakukan sebagai upaya peningkatan pemanfaatan dari produk minyak atsiri. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur aktifitas lokomotor pada mencit untuk melihat efek yang ditimbulkan setelah di inhalasi dengan minyak nilam. Hasil menunjukkan adanya penurunan aktifitas setelah diinhalasi dengan minyak nilam. Ini menunjukkan minyak nilam memberikan efek depresi sistem syaraf pusat terhadap mencit. Persentase penurunan aktifitas gerak terbesar pada dosis 0,5 ml.Development of Patchouli Oil as Aromatherapy and Its Potential as Medicinal ProductsAbstract. Aromatherapy is a form of therapy or treatment using material from a volatile plant, intended to regulate cognitive, mood, and health function. Volati is also known for essential oil. Essential oil is often obtained from plants in various ways such as extraction, distillation and distillation of fractures. One essential oil is patchouli oil. The primary patchouli oil content is alcohol (40-50%), which is used as a ingredient, mixative and fixative in the perfume, cosmetics, and drugs industry. Commercial loans grew by 14 percent to RPM from the same period last year. Essential oil scent components must interact quickly when inhaled. The study was done to measure the locomotive activities of er er er to see the effect that was caused after inhalation with patouli oil. Results indicate a decrease in activity following inhalation with sapphire oil. This suggests patchouli oil, giving a depressed effect of the central nervous system on chiming. It's the largest drop in activity at a 0.5 ml dose.
{"title":"Pengembangan Minyak Nilam Sebagai Aromaterapi Dan Potensinya Sebagai Produk Obat","authors":"Dewi Ermaya, Anshar Patria, Fadlan Hidayat, Fachrul Razi","doi":"10.17969/rtp.v12i2.14612","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/rtp.v12i2.14612","url":null,"abstract":"Abstrak. Aromaterapi adalah suatu bentuk terapi atau pengobatan menggunakan bahan tanaman volatil, yang bertujuan untuk mengatur fungsi kognitif, mood, dan kesehatan. Tanaman volatil dikenal juga minyak atsiri. Minyak atsiri biasa diperoleh dari tanaman dengan berbagai cara yang berbeda-beda seperti ekstraksi, penyulingan dan distilasi fraksinasi. Salah satu minyak atsiri adalah minyak nilam. Kandungan minyak nilam yang utama yaitu patchouli alcohol (40-50%) digunakan sebagai bahan baku, bahan pencampur dan fixative (pengikat wangi-wangian) dalam industri parfum, kosmetik, dan obat-obatan. Pengembangan minyak atsiri sebagai aromaterapi perlu dilakukan sebagai upaya peningkatan pemanfaatan dari produk minyak atsiri. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur aktifitas lokomotor pada mencit untuk melihat efek yang ditimbulkan setelah di inhalasi dengan minyak nilam. Hasil menunjukkan adanya penurunan aktifitas setelah diinhalasi dengan minyak nilam. Ini menunjukkan minyak nilam memberikan efek depresi sistem syaraf pusat terhadap mencit. Persentase penurunan aktifitas gerak terbesar pada dosis 0,5 ml.Development of Patchouli Oil as Aromatherapy and Its Potential as Medicinal ProductsAbstract. Aromatherapy is a form of therapy or treatment using material from a volatile plant, intended to regulate cognitive, mood, and health function. Volati is also known for essential oil. Essential oil is often obtained from plants in various ways such as extraction, distillation and distillation of fractures. One essential oil is patchouli oil. The primary patchouli oil content is alcohol (40-50%), which is used as a ingredient, mixative and fixative in the perfume, cosmetics, and drugs industry. Commercial loans grew by 14 percent to RPM from the same period last year. Essential oil scent components must interact quickly when inhaled. The study was done to measure the locomotive activities of er er er to see the effect that was caused after inhalation with patouli oil. Results indicate a decrease in activity following inhalation with sapphire oil. This suggests patchouli oil, giving a depressed effect of the central nervous system on chiming. It's the largest drop in activity at a 0.5 ml dose.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41884043","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-01DOI: 10.17969/rtp.v12i2.13524
Feby Nopriandy, Suhendra Suhendra, Ari Rianto
Metode pengeringan menggunakan surya sebagai sumber energi panas adalah metode pengeringan yang banyak digunakan. Besarnya panas yang dihasilkan tergantung dari jumlah radiasi matahari yang dapat ditangkap oleh kolektor surya. Tangkapan radiasi matahari dapat dioptimalkan dengan merekayasa kolektor surya yang dapat bergerak mengikuti posisi matahari. Kualitas produk pangan yang dikeringkan sangat dipengaruhi oleh aliran udara panas pada proses pengeringan. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan kajian tentang aliran udara panas pada kolektor surya yang bergerak mengikuti posisi matahari. Penelitian menggunakan 2 buah kolektor surya yang direkayasa dengan ukuran, bentuk dan bahan yang sama dimana salah satu kolektor berada dalam kondisi tetap dan kolektor lainnya dapat bergerak mengikuti posisi matahari. Kecepatan aliran udara panas yang keluar dari saluran keluar (outlet) kolektor surya divariasikan menjadi 3 perlakuan yaitu 2 m/s, 4 m/s dan 6 m/s. Pengambilan data dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00 dengan selang waktu pengambilan data adalah setiap 30 menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa kecepatan udara panas pada outlet kolektor surya sangat berbeda nyata pengaruhnya terhadap nilai temperatur udara panas di dalam dan outlet kolektor surya. Kolektor surya yang bergerak mengikuti posisi matahari dapat meningkatkan performansi temperatur di dalam dan outlet kolektor surya pada berbagai kondisi kecepatan udara outlet berbanding kolektor surya tetap. Kenaikan performansi tertinggi di dalam dan outlet kolektor surya diperoleh pada kecepatan udara outlet 2 m/s masing-masing sebesar 16,29% dan 3,98%.
{"title":"Analisis Kecepatan Aliran Fluida terhadap Kinerja Kolektor Surya Yang Bergerak Mengikuti Posisi Matahari Kandungan","authors":"Feby Nopriandy, Suhendra Suhendra, Ari Rianto","doi":"10.17969/rtp.v12i2.13524","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/rtp.v12i2.13524","url":null,"abstract":"Metode pengeringan menggunakan surya sebagai sumber energi panas adalah metode pengeringan yang banyak digunakan. Besarnya panas yang dihasilkan tergantung dari jumlah radiasi matahari yang dapat ditangkap oleh kolektor surya. Tangkapan radiasi matahari dapat dioptimalkan dengan merekayasa kolektor surya yang dapat bergerak mengikuti posisi matahari. Kualitas produk pangan yang dikeringkan sangat dipengaruhi oleh aliran udara panas pada proses pengeringan. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan kajian tentang aliran udara panas pada kolektor surya yang bergerak mengikuti posisi matahari. Penelitian menggunakan 2 buah kolektor surya yang direkayasa dengan ukuran, bentuk dan bahan yang sama dimana salah satu kolektor berada dalam kondisi tetap dan kolektor lainnya dapat bergerak mengikuti posisi matahari. Kecepatan aliran udara panas yang keluar dari saluran keluar (outlet) kolektor surya divariasikan menjadi 3 perlakuan yaitu 2 m/s, 4 m/s dan 6 m/s. Pengambilan data dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00 dengan selang waktu pengambilan data adalah setiap 30 menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa kecepatan udara panas pada outlet kolektor surya sangat berbeda nyata pengaruhnya terhadap nilai temperatur udara panas di dalam dan outlet kolektor surya. Kolektor surya yang bergerak mengikuti posisi matahari dapat meningkatkan performansi temperatur di dalam dan outlet kolektor surya pada berbagai kondisi kecepatan udara outlet berbanding kolektor surya tetap. Kenaikan performansi tertinggi di dalam dan outlet kolektor surya diperoleh pada kecepatan udara outlet 2 m/s masing-masing sebesar 16,29% dan 3,98%.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42171178","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak. Informasi umur simpan tomat sangat penting untuk proses penanganan pasca panennya sehingga dapat mengurangi resiko kerugian yang dihadapi oleh para petani dan pedagang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model Arrhenius dan Q10 dapat digunakan untuk menduga umur simpan tomat berdasarkan nilai total padatan terlarut (TPT). Tomat segar terbaik yang diperoleh dari pasar induk disimpan dengan 3 variasi suhu ekstrim yaitu 50˚C, 60˚C dan 70 ˚C. Selama penyimpanan tersebut dilakukan pengamatan nilai TPT setiap 1 jam sekali, sampai keadaan tomat sudah tidak layak untuk dikonsumsikan lagi. Peralatan yang digunakan adalah refraktometer digital. Analisis model Arrhenius dilakukan dengan pendekatan persamaan linier. Pendugaan umur simpan dilakukan dengan metode Q10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Arrhenius perubahan TPT tomat adalah k = 7,46x1012. e -8666/T . Energi aktivasi perubahan TPT buah tomat adalah 17.158 kal/mol. Nilai Q10 diperoleh sebesar 2,18. Pendugaan umur simpan dapat dilakukan dengan pendekatan ini baik menggunakan basis suhu penyimpanan 10 maupun 30 °C. Umur simpan tomat pada suhu 30 °C adalah 4,4 dan 5 hari, sedangkan umur simpan tomat pada suhu 10 °C adalah 21 dan 23,8 hari. Perlu penelitian lanjutan untuk menduga umur simpan tomat menggunakan parameter mutu lain seperti vitamin C dan kekerasan untuk meningkatkan validitas hasil pendugaan umur simpannya. The prediction of Tomato shelf life Based on Its Total Soluble Solid by Using Arrhenius and Q10 Model Abstract. The information about shelf life of tomato is necessary for its post harvest handling to reduce the loss facing by farmers and sellers. The study aimed to observe that the Arrhenius model and Q10 can be used to estimate the shelf life of tomatoes based on its total soluble solid (TSS). The fresh tomatoes obtained from the market were stored at three extreme temperatures i.e. 50˚C, 60 ˚C, and 70 ˚C. During the storing, the TSS was analyzed every hour, until the tomatoes quality was decreased. The TSS was observed by using refractometer. The Arrhenius model were evaluate through the TSS model in linier model. The shelf life estimation were calculated by Q10 method. Results showed that the Arrhenius model of TSS changes in tomatoes was k = k = 7.46x1012. e -8,666/T. The energy activation of TSS changes was about 17,158 kal/mol. The Q10 value was 2.18. The estimation of tomato shelf life can be run successfully by using the Arrhenius and Q10 approach, both at storage temperature basis of 10 and 30 °C. The shelf life of tomatoes at storage temperature 30 were 4.4 and 5 days, respectively, whereas at storage temperature 10 °C were 21 and 23.8 days, respectively. Therefore it is recommended for the further study to evaluate the other quality parameter changes such as vitamin C and hardness to improve the model.
{"title":"Pendugaan Umur Simpan Tomat (Lycopersium esculentum Mill) berdasarkan Kandungan Total Padatan Terlarut dengan Model Arrhenius dan Q10","authors":"Rita Khathir, Sarmedi Sarmedi, Bambang Sukarno Putra, Raida Agustina","doi":"10.17969/RTP.V12I1.12605","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V12I1.12605","url":null,"abstract":"Abstrak. Informasi umur simpan tomat sangat penting untuk proses penanganan pasca panennya sehingga dapat mengurangi resiko kerugian yang dihadapi oleh para petani dan pedagang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model Arrhenius dan Q10 dapat digunakan untuk menduga umur simpan tomat berdasarkan nilai total padatan terlarut (TPT). Tomat segar terbaik yang diperoleh dari pasar induk disimpan dengan 3 variasi suhu ekstrim yaitu 50˚C, 60˚C dan 70 ˚C. Selama penyimpanan tersebut dilakukan pengamatan nilai TPT setiap 1 jam sekali, sampai keadaan tomat sudah tidak layak untuk dikonsumsikan lagi. Peralatan yang digunakan adalah refraktometer digital. Analisis model Arrhenius dilakukan dengan pendekatan persamaan linier. Pendugaan umur simpan dilakukan dengan metode Q10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Arrhenius perubahan TPT tomat adalah k = 7,46x1012. e -8666/T . Energi aktivasi perubahan TPT buah tomat adalah 17.158 kal/mol. Nilai Q10 diperoleh sebesar 2,18. Pendugaan umur simpan dapat dilakukan dengan pendekatan ini baik menggunakan basis suhu penyimpanan 10 maupun 30 °C. Umur simpan tomat pada suhu 30 °C adalah 4,4 dan 5 hari, sedangkan umur simpan tomat pada suhu 10 °C adalah 21 dan 23,8 hari. Perlu penelitian lanjutan untuk menduga umur simpan tomat menggunakan parameter mutu lain seperti vitamin C dan kekerasan untuk meningkatkan validitas hasil pendugaan umur simpannya. The prediction of Tomato shelf life Based on Its Total Soluble Solid by Using Arrhenius and Q10 Model Abstract. The information about shelf life of tomato is necessary for its post harvest handling to reduce the loss facing by farmers and sellers. The study aimed to observe that the Arrhenius model and Q10 can be used to estimate the shelf life of tomatoes based on its total soluble solid (TSS). The fresh tomatoes obtained from the market were stored at three extreme temperatures i.e. 50˚C, 60 ˚C, and 70 ˚C. During the storing, the TSS was analyzed every hour, until the tomatoes quality was decreased. The TSS was observed by using refractometer. The Arrhenius model were evaluate through the TSS model in linier model. The shelf life estimation were calculated by Q10 method. Results showed that the Arrhenius model of TSS changes in tomatoes was k = k = 7.46x1012. e -8,666/T. The energy activation of TSS changes was about 17,158 kal/mol. The Q10 value was 2.18. The estimation of tomato shelf life can be run successfully by using the Arrhenius and Q10 approach, both at storage temperature basis of 10 and 30 °C. The shelf life of tomatoes at storage temperature 30 were 4.4 and 5 days, respectively, whereas at storage temperature 10 °C were 21 and 23.8 days, respectively. Therefore it is recommended for the further study to evaluate the other quality parameter changes such as vitamin C and hardness to improve the model.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49468561","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-04-01DOI: 10.17969/RTP.V12I1.13287
Ruka Yulia, A. Hidayat, Amri Amin, Sholihati Sholihati
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi ragi, lama fermentasi dan interaksi antara konsentrasi dan lama fermentasi terhadap mutu tempe biji melinjo. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor yang terdiri dari 3 level dengan 2 kali ulangan. Konsentrasi ragi (R) sebanyak 3 level R1 = 1%, R2 = 2%, R3 = 3%. Lama fermentasi (F) sebanyak 3 level F1 = 18 jam, F2 = 24 jam, dan F3 = 36 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ragi berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap warna dan tidak berpengaruh (P 0,05) nyata terhadap kadar air, kadar protein, rasa, aroma dan tekstur tempe biji melinjo. Lama fermentasi berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap kadar air dan kadar protein tidak berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur tempe biji melinjo. Interaksi antara konsentrasi ragi dan lama fermentasi (RF) tidak berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap kadar air, kadar protein, warna, aroma, rasa dan tekstur tempe biji melinjo. Perlakuan terbaik pada konsentrasi ragi 1% dan lama fermentasi 24 jam (R1F2) dengan kadar air 69,72%, kadar protein 4,69%, warna 3,90 (suka), rasa 4,08 (suka), aroma 4,03 (suka) dan tekstur 3,95 (suka). The Influence of Yeast Concentration and Fermentation Time on Moisture Content, Protein Content and Organoleptic on Tempeh from Melinjo Seeds (Gnetum Gnemon L) Abstract. The aim of this study was to determine the effect of yeast concentration, fermentation time and interaction between concentration and fermentation time on the quality of melinjo seed tempeh. This study uses factorial completely randomized design (RAL) consisting of two factors and three levels with two replications. Yeast concentrations (R) are R1 = 1%, R2 = 2%, R3 = 3%. The fermentation times (F) are F1 = 18 hours, F2 = 24 hours, and F3 = 36 hours. The results showed that the yeast concentration had a significant effect (P 0.05) on the color and had no effect (P 0.05) on moisture content, protein content, taste, aroma and texture of melinjo seed tempeh. The fermentation time had a significant effect (P 0.05) on the moisture and protein content and had no effect (P 0.05) on the color, aroma, taste and texture of melinjo seed tempeh. The interaction between yeast concentration and fermentation time (RF) did not have a significant effect (P 0.05) on moisture content, protein content, color, aroma, taste and texture of melinjo seed tempeh. The best treatment was obtained at yeast concentration of 1% and 24-hour fermentation time (R1F2) with a moisture content of 69.72%, protein content 4.69%, color 3.90 (likes), taste 4.08 (likes), aroma 4.03 (likes) and texture 3.95 (likes).
{"title":"Pengaruh Konsentrasi Ragi dan Lama Fermentasi terhadap Kadar Air, Kadar Protein dan Organoleptik pada Tempe dari Biji Melinjo (Gnetum gnemon L)","authors":"Ruka Yulia, A. Hidayat, Amri Amin, Sholihati Sholihati","doi":"10.17969/RTP.V12I1.13287","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V12I1.13287","url":null,"abstract":"Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi ragi, lama fermentasi dan interaksi antara konsentrasi dan lama fermentasi terhadap mutu tempe biji melinjo. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor yang terdiri dari 3 level dengan 2 kali ulangan. Konsentrasi ragi (R) sebanyak 3 level R1 = 1%, R2 = 2%, R3 = 3%. Lama fermentasi (F) sebanyak 3 level F1 = 18 jam, F2 = 24 jam, dan F3 = 36 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ragi berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap warna dan tidak berpengaruh (P 0,05) nyata terhadap kadar air, kadar protein, rasa, aroma dan tekstur tempe biji melinjo. Lama fermentasi berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap kadar air dan kadar protein tidak berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur tempe biji melinjo. Interaksi antara konsentrasi ragi dan lama fermentasi (RF) tidak berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap kadar air, kadar protein, warna, aroma, rasa dan tekstur tempe biji melinjo. Perlakuan terbaik pada konsentrasi ragi 1% dan lama fermentasi 24 jam (R1F2) dengan kadar air 69,72%, kadar protein 4,69%, warna 3,90 (suka), rasa 4,08 (suka), aroma 4,03 (suka) dan tekstur 3,95 (suka). The Influence of Yeast Concentration and Fermentation Time on Moisture Content, Protein Content and Organoleptic on Tempeh from Melinjo Seeds (Gnetum Gnemon L) Abstract. The aim of this study was to determine the effect of yeast concentration, fermentation time and interaction between concentration and fermentation time on the quality of melinjo seed tempeh. This study uses factorial completely randomized design (RAL) consisting of two factors and three levels with two replications. Yeast concentrations (R) are R1 = 1%, R2 = 2%, R3 = 3%. The fermentation times (F) are F1 = 18 hours, F2 = 24 hours, and F3 = 36 hours. The results showed that the yeast concentration had a significant effect (P 0.05) on the color and had no effect (P 0.05) on moisture content, protein content, taste, aroma and texture of melinjo seed tempeh. The fermentation time had a significant effect (P 0.05) on the moisture and protein content and had no effect (P 0.05) on the color, aroma, taste and texture of melinjo seed tempeh. The interaction between yeast concentration and fermentation time (RF) did not have a significant effect (P 0.05) on moisture content, protein content, color, aroma, taste and texture of melinjo seed tempeh. The best treatment was obtained at yeast concentration of 1% and 24-hour fermentation time (R1F2) with a moisture content of 69.72%, protein content 4.69%, color 3.90 (likes), taste 4.08 (likes), aroma 4.03 (likes) and texture 3.95 (likes).","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41634321","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-04-01DOI: 10.17969/RTP.V12I1.13003
M. Lutfi, Alin Rosyidatul Afidah, Sandra Malin Sutan, Gunomo Djoyowasito
Abstrak. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor usaha di Indonesia yang banyak menghasilkan produk makanan untuk kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Salah satu bagian organ tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah umbi. Kategori tanaman untuk jenis umbi-umbian ini sangat beragam. Salah satunya adalah umbi talas. Talas merupakan tanaman yang mengandung kadar pati tinggi yaitu 80%. Pati yang ada pada umbi talas ini sangat potensial untuk dijadikan bahan pembuatan bioplastik. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kadar pati pada bubuk talas yang memiliki variasi suhu dan waktu pada pengeringannya. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang terdiri dari dua faktor, yaitu: Faktor I : Waktu pengeringan (T) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu T1 = 3 jam, T2 = 4 jam, T3 = 5 jam, dan T4 = 6 jam. Faktor II : Suhu Pengeringan (P) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu P1 = 40°C, P2 = 50°C, dan P3 = 60°C. Berdasarkan hasil penelitian waktu dan suhu pengeringan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar pati yang diperoleh. Semakin tinggi suhu dan waktu pengeringan maka kadar pati bubuk umbi talas akan semakin rendah. Perlakuan yang paling optimal dan terbaik dalam penelitian adalah perlakuan suhu 40oC waktu 4 jam. Pada perlakuan tersebut diperoleh kadar pati yang tinggi yaitu 76,89%, selain itu pada perlakuan tersebut dapat memperoleh rendemen bubuk umbi talas yang tinggi dalam waktu yang singkat. The Effect of Time and Temperature of Drying on Starch Content in The Making of Taro Tuber Powder (Colocasia esculenta L. Schott) for Bioplastics Abstract. The agricultural sector is one of the business sectors in Indonesia that produces a lot of food products for the food needs of the Indonesian people. One part of the plant organ that can be used is tuber. The plant categories for these types of tubers are very diverse. One of them is taro tuber. Taro is a plant that contains a high starch content of 80%. Starch in taro tubers is very potential to be used as a material for making bioplastics. This research was conducted to test the starch content of taro powder which has variations in temperature and time on drying. This research method uses a randomized block design (RBD), which consists of two factors, namely: Factor I: Drying time (T) consisting of 4 levels, namely T1 = 3 hours, T2 = 4 hours, T3 = 5 hours, and T4 = 6 hours. Factor II: Drying Temperature (P) which consists of 3 levels, namely P1 = 40 ° C, P2 = 50 ° C, and P3 = 60 ° C. Based on the results of the research the drying time and temperature gave a significant effect on the starch content obtained. The higher the temperature and time of drying, the lower the starch content of powdered taro tuber. The most optimal and best treatment in the study was a treatment temperature of 40oC for 4 hours. In the treatment obtained a high starch content that is 76.89%, in addition to that the treatment can obtain a high yield of taro tuber powder in a short time.
{"title":"Pengaruh Waktu dan Suhu Pengeringan terhadap Kandungan Pati pada Pembuatan Bubuk Umbi Talas (Colocasia esculenta L. Schott) untuk Bioplastik","authors":"M. Lutfi, Alin Rosyidatul Afidah, Sandra Malin Sutan, Gunomo Djoyowasito","doi":"10.17969/RTP.V12I1.13003","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V12I1.13003","url":null,"abstract":"Abstrak. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor usaha di Indonesia yang banyak menghasilkan produk makanan untuk kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Salah satu bagian organ tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah umbi. Kategori tanaman untuk jenis umbi-umbian ini sangat beragam. Salah satunya adalah umbi talas. Talas merupakan tanaman yang mengandung kadar pati tinggi yaitu 80%. Pati yang ada pada umbi talas ini sangat potensial untuk dijadikan bahan pembuatan bioplastik. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kadar pati pada bubuk talas yang memiliki variasi suhu dan waktu pada pengeringannya. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang terdiri dari dua faktor, yaitu: Faktor I : Waktu pengeringan (T) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu T1 = 3 jam, T2 = 4 jam, T3 = 5 jam, dan T4 = 6 jam. Faktor II : Suhu Pengeringan (P) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu P1 = 40°C, P2 = 50°C, dan P3 = 60°C. Berdasarkan hasil penelitian waktu dan suhu pengeringan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar pati yang diperoleh. Semakin tinggi suhu dan waktu pengeringan maka kadar pati bubuk umbi talas akan semakin rendah. Perlakuan yang paling optimal dan terbaik dalam penelitian adalah perlakuan suhu 40oC waktu 4 jam. Pada perlakuan tersebut diperoleh kadar pati yang tinggi yaitu 76,89%, selain itu pada perlakuan tersebut dapat memperoleh rendemen bubuk umbi talas yang tinggi dalam waktu yang singkat. The Effect of Time and Temperature of Drying on Starch Content in The Making of Taro Tuber Powder (Colocasia esculenta L. Schott) for Bioplastics Abstract. The agricultural sector is one of the business sectors in Indonesia that produces a lot of food products for the food needs of the Indonesian people. One part of the plant organ that can be used is tuber. The plant categories for these types of tubers are very diverse. One of them is taro tuber. Taro is a plant that contains a high starch content of 80%. Starch in taro tubers is very potential to be used as a material for making bioplastics. This research was conducted to test the starch content of taro powder which has variations in temperature and time on drying. This research method uses a randomized block design (RBD), which consists of two factors, namely: Factor I: Drying time (T) consisting of 4 levels, namely T1 = 3 hours, T2 = 4 hours, T3 = 5 hours, and T4 = 6 hours. Factor II: Drying Temperature (P) which consists of 3 levels, namely P1 = 40 ° C, P2 = 50 ° C, and P3 = 60 ° C. Based on the results of the research the drying time and temperature gave a significant effect on the starch content obtained. The higher the temperature and time of drying, the lower the starch content of powdered taro tuber. The most optimal and best treatment in the study was a treatment temperature of 40oC for 4 hours. In the treatment obtained a high starch content that is 76.89%, in addition to that the treatment can obtain a high yield of taro tuber powder in a short time.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45143776","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-04-01DOI: 10.17969/RTP.V12I1.12508
Furqon Furqon, Arief Kelik Nugroho, Muhammad Kholid Anshorulloh
Abstrak. Biodiesel terbuat dari minyak nabati melalui proses transesterifikasi. Salah satu faktor untuk memudahkan transesterifikasi adalah penggunaan katalis dalam proses reaksinya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan konsentrasi katalis KOH (0,1%; 0,3%; 0,5%) pada suhu reaksi 450C dengan menggunakan reverse flow biodiesel reactor secara batch. Percobaan pada setiap konsentrasi dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi kualitas biodiesel yang dihasilkan yang terdiri dari: kadar metil ester, angka penyabunan, angka asam, dan gliserol total. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan angka asam, gliserol total pada konsentrasi KOH 0,5% dan angka penyabunan metil ester (biodiesel) memenuhi syarat SNI biodiesel. Kadar metil ester pada masing-masing konsentrasi katalis KOH didapatkan berturut-turut adalah 96,6%, 96,6%, dan 97,5% sehingga memenuhi yang dipersyaratkan dalam SNI-04-7182-2015 yaitu sebesar 96,5%. Study of Using KOH Catalyst on Biodiesel Production Using Reverse Flow Biodiesel Batch Reactor Abstract. Biodiesel is made from vegetable oil through a transesterification process. Presence of catalyst is one of factor to succeed the transesterification process The purpose of this study was to determine the effect of KOH catalyst concentration (0.1%; 0.3%; 0.5%) with reaction temperature 450C by using reverse flow biodiesel batch reactor. Experiments at each concentration were carried out 3 times. The variables measured in this study include the resulting biodiesel quality which consist of: methyl ester content, saponification number, acid number, and total glycerol. Obtained data were then analyzed with descriptive analysis. The results showed the acid number, total glycerol at 0.5% KOH concentration and saponification number fulfilled the SNI biodiesel requirements. Methyl ester contents at each KOH catalyst concentration were obtained 96.6%, 96.6%, and 97.5% respectively, so that it fulfills what is required in SNI-04-7182-2015 which is equal to 96.5%.
{"title":"Kajian Penggunaan Katalis KOH pada Pembuatan Biodiesel Menggunakan Reverse Flow Biodiesel Reactor secara Batch","authors":"Furqon Furqon, Arief Kelik Nugroho, Muhammad Kholid Anshorulloh","doi":"10.17969/RTP.V12I1.12508","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V12I1.12508","url":null,"abstract":"Abstrak. Biodiesel terbuat dari minyak nabati melalui proses transesterifikasi. Salah satu faktor untuk memudahkan transesterifikasi adalah penggunaan katalis dalam proses reaksinya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan konsentrasi katalis KOH (0,1%; 0,3%; 0,5%) pada suhu reaksi 450C dengan menggunakan reverse flow biodiesel reactor secara batch. Percobaan pada setiap konsentrasi dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi kualitas biodiesel yang dihasilkan yang terdiri dari: kadar metil ester, angka penyabunan, angka asam, dan gliserol total. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan angka asam, gliserol total pada konsentrasi KOH 0,5% dan angka penyabunan metil ester (biodiesel) memenuhi syarat SNI biodiesel. Kadar metil ester pada masing-masing konsentrasi katalis KOH didapatkan berturut-turut adalah 96,6%, 96,6%, dan 97,5% sehingga memenuhi yang dipersyaratkan dalam SNI-04-7182-2015 yaitu sebesar 96,5%. Study of Using KOH Catalyst on Biodiesel Production Using Reverse Flow Biodiesel Batch Reactor Abstract. Biodiesel is made from vegetable oil through a transesterification process. Presence of catalyst is one of factor to succeed the transesterification process The purpose of this study was to determine the effect of KOH catalyst concentration (0.1%; 0.3%; 0.5%) with reaction temperature 450C by using reverse flow biodiesel batch reactor. Experiments at each concentration were carried out 3 times. The variables measured in this study include the resulting biodiesel quality which consist of: methyl ester content, saponification number, acid number, and total glycerol. Obtained data were then analyzed with descriptive analysis. The results showed the acid number, total glycerol at 0.5% KOH concentration and saponification number fulfilled the SNI biodiesel requirements. Methyl ester contents at each KOH catalyst concentration were obtained 96.6%, 96.6%, and 97.5% respectively, so that it fulfills what is required in SNI-04-7182-2015 which is equal to 96.5%.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45896004","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-04-01DOI: 10.17969/RTP.V12I1.12229
Feby Nopriandy, Suhendra Suhendra
Abstrak. Metode pengeringan menggunakan surya sebagai sumber energi panas adalah metode pengeringan yang banyak digunakan. Besarnya panas yang dihasilkan tergantung dari jumlah radiasi matahari yang dapat ditangkap oleh kolektor surya. Tangkapan radiasi matahari dapat dioptimalkan dengan merekayasa kolektor surya yang dapat bergerak mengikuti posisi matahari. Kualitas produk pangan yang dikeringkan sangat dipengaruhi oleh aliran udara panas pada proses pengeringan. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan kajian tentang aliran udara panas pada kolektor surya yang bergerak mengikuti posisi matahari. Penelitian menggunakan 2 buah kolektor surya yang direkayasa dengan ukuran, bentuk dan bahan yang sama dimana salah satu kolektor berada dalam kondisi tetap dan kolektor lainnya dapat bergerak mengikuti posisi matahari. Kecepatan aliran udara panas yang keluar dari saluran keluar (outlet) kolektor surya divariasikan menjadi 3 perlakuan yaitu 2 m/s, 4 m/s dan 6 m/s. Pengambilan data dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00 dengan selang waktu pengambilan data adalah setiap 30 menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa kecepatan udara panas pada outlet kolektor surya sangat berbeda nyata pengaruhnya terhadap nilai temperatur udara panas di dalam dan outlet kolektor surya. Kolektor surya yang bergerak mengikuti posisi matahari dapat meningkatkan performansi temperatur di dalam dan outlet kolektor surya pada berbagai kondisi kecepatan udara outlet berbanding kolektor surya tetap. Kenaikan performansi tertinggi di dalam dan outlet kolektor surya diperoleh pada kecepatan udara outlet 2 m/s masing-masing sebesar 16,29% dan 3,98%. Analysis of Fluid Flow Speed on Solar Collector Performance which Moves to follow the Position of the Sun Abstract. The drying method using solar as a source of heat energy is a widely used drying method. The amount of heat produced depends on the amount of solar radiation that can be collected by solar collector. The capture of solar radiation can be optimized by construction the solar collector that can move in the sun's position. The quality of dried food products is strongly influenced by the flow of hot air in the drying process. Based on these problems, it is necessary to study the flow of hot air in solar collectors that move in the sun's position. The study used 2 units of solar collector that construction with the same size, shape and material where one of the collectors is in a fixed condition and the other collector can move in the sun's position. The velocity of hot air flowing out of the outlet of the solar collector was varied into 3 treatments, namely 2 m/s, 4 m/s and 6 m/s. Data collection starts at 8:00 a.m. until 16:00 p.m. with an interval of data collection is every 30 minutes. The results of the analysis show that the hot air velocity at the solar collector outlet has a very different effect on the temperature value of hot air inside and the solar collector outlet. Solar collector that move in the sun'
{"title":"Analisis Kecepatan Aliran Fluida terhadap Kinerja Kolektor Surya yang Bergerak Mengikuti Posisi Matahari","authors":"Feby Nopriandy, Suhendra Suhendra","doi":"10.17969/RTP.V12I1.12229","DOIUrl":"https://doi.org/10.17969/RTP.V12I1.12229","url":null,"abstract":"Abstrak. Metode pengeringan menggunakan surya sebagai sumber energi panas adalah metode pengeringan yang banyak digunakan. Besarnya panas yang dihasilkan tergantung dari jumlah radiasi matahari yang dapat ditangkap oleh kolektor surya. Tangkapan radiasi matahari dapat dioptimalkan dengan merekayasa kolektor surya yang dapat bergerak mengikuti posisi matahari. Kualitas produk pangan yang dikeringkan sangat dipengaruhi oleh aliran udara panas pada proses pengeringan. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan kajian tentang aliran udara panas pada kolektor surya yang bergerak mengikuti posisi matahari. Penelitian menggunakan 2 buah kolektor surya yang direkayasa dengan ukuran, bentuk dan bahan yang sama dimana salah satu kolektor berada dalam kondisi tetap dan kolektor lainnya dapat bergerak mengikuti posisi matahari. Kecepatan aliran udara panas yang keluar dari saluran keluar (outlet) kolektor surya divariasikan menjadi 3 perlakuan yaitu 2 m/s, 4 m/s dan 6 m/s. Pengambilan data dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00 dengan selang waktu pengambilan data adalah setiap 30 menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa kecepatan udara panas pada outlet kolektor surya sangat berbeda nyata pengaruhnya terhadap nilai temperatur udara panas di dalam dan outlet kolektor surya. Kolektor surya yang bergerak mengikuti posisi matahari dapat meningkatkan performansi temperatur di dalam dan outlet kolektor surya pada berbagai kondisi kecepatan udara outlet berbanding kolektor surya tetap. Kenaikan performansi tertinggi di dalam dan outlet kolektor surya diperoleh pada kecepatan udara outlet 2 m/s masing-masing sebesar 16,29% dan 3,98%. Analysis of Fluid Flow Speed on Solar Collector Performance which Moves to follow the Position of the Sun Abstract. The drying method using solar as a source of heat energy is a widely used drying method. The amount of heat produced depends on the amount of solar radiation that can be collected by solar collector. The capture of solar radiation can be optimized by construction the solar collector that can move in the sun's position. The quality of dried food products is strongly influenced by the flow of hot air in the drying process. Based on these problems, it is necessary to study the flow of hot air in solar collectors that move in the sun's position. The study used 2 units of solar collector that construction with the same size, shape and material where one of the collectors is in a fixed condition and the other collector can move in the sun's position. The velocity of hot air flowing out of the outlet of the solar collector was varied into 3 treatments, namely 2 m/s, 4 m/s and 6 m/s. Data collection starts at 8:00 a.m. until 16:00 p.m. with an interval of data collection is every 30 minutes. The results of the analysis show that the hot air velocity at the solar collector outlet has a very different effect on the temperature value of hot air inside and the solar collector outlet. Solar collector that move in the sun'","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45334949","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}