Abstrak, Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah (history research). Langkah-langkah dalam penelitian sejarah adalah pemilihan topik, pengumpulan sumber (heuristic), kritik (verifikasi), analisis dan sintesis (Interpretasi), dan penulisan (historiografi). Hasil penelitian menjelaskan bahwa gerakan social yang dilakukan oleh elit-elit local bersama masyaraka tradisional Donggo menuntut ketidak adilan kepada rezim pemerintahan Kabupaten Bima. Gerakan social ini dilakukan dalam bentuk perlawanan terhadap perlakuan pemerintahan Soeharmadji sebagai representasi Orde Baru dengan menanamkan system politik tataliter dan intimidasi terhadap warga Negara. Gerakan social ditandai dengan danya kesadaran kolektif oleh tokoh local untuk hidup dalam kehidupan yang layak dan keadilan yang sama di bumi (Maja labo dahu) semboyang daerah Kabupaten Bima. Gerakan protes yang dilakukan oleh arus bawah dituding sebagai agenda makar dengan melawan pemerintah yang sah. Perlawanan itu menjadi sebuah langkah massif bagi rezim militer untuk melakukan tindakan represif terhadap tokoh-tokoh penggerak dan masyarakat yang tidak berdosa. Kata Kunci: Hegemoni, Elit Lokal, Gerakan Sosial
{"title":"Hegemoni Elit-Elit Lokal Donggo dalam Membangun Gerakan Sosial di Bima Tahun 1972","authors":"Subari Subari, Anwar Anwar","doi":"10.30872/yupa.v5i2.538","DOIUrl":"https://doi.org/10.30872/yupa.v5i2.538","url":null,"abstract":"Abstrak, Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah (history research). Langkah-langkah dalam penelitian sejarah adalah pemilihan topik, pengumpulan sumber (heuristic), kritik (verifikasi), analisis dan sintesis (Interpretasi), dan penulisan (historiografi). Hasil penelitian menjelaskan bahwa gerakan social yang dilakukan oleh elit-elit local bersama masyaraka tradisional Donggo menuntut ketidak adilan kepada rezim pemerintahan Kabupaten Bima. Gerakan social ini dilakukan dalam bentuk perlawanan terhadap perlakuan pemerintahan Soeharmadji sebagai representasi Orde Baru dengan menanamkan system politik tataliter dan intimidasi terhadap warga Negara. Gerakan social ditandai dengan danya kesadaran kolektif oleh tokoh local untuk hidup dalam kehidupan yang layak dan keadilan yang sama di bumi (Maja labo dahu) semboyang daerah Kabupaten Bima. Gerakan protes yang dilakukan oleh arus bawah dituding sebagai agenda makar dengan melawan pemerintah yang sah. Perlawanan itu menjadi sebuah langkah massif bagi rezim militer untuk melakukan tindakan represif terhadap tokoh-tokoh penggerak dan masyarakat yang tidak berdosa. \u0000Kata Kunci: Hegemoni, Elit Lokal, Gerakan Sosial ","PeriodicalId":55788,"journal":{"name":"Yupa Historical Studies Journal","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41481455","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The establishment of Samarinda on January 21st, 1668 which was set out by the Regional Government of the Municipality of Samarinda in Regional Regulation Number 1 of 1988, has been a controversy. The historical milestone of the establishment was based on the arrival event of a group from Sulawesi Island to Samarinda. Selection of this event disregards the traditional historiography record of an ancient Kutai local community which where exist long before the Bugis settlement in Samarinda Seberang. This study aims to analyse the historical validity of the arrival of La Mohang Daeng Mangkona's entourage in Samarinda Seberang which is claimed to be the basis for Samarinda City's establishment. Conducted with historical research methods, the result of this study found that the story of La Mohang Daeng Mangkona as the leader of the Bugis Wajo migrants to Samarinda is not based on valid historical sources. Following the result of this research, the researcher recommends to the Government of Samarinda City to revise and reconstruct the history of Samarinda City’s establishment based on the historiography method.
{"title":"Kontroversi Sejarah La Mohang Daeng Mangkona dan Hari Jadi Kota Samarinda: Sebuah Tinjauan Kritis","authors":"Muhammad Sarip, Nabila Nandini","doi":"10.30872/yupa.v5i2.569","DOIUrl":"https://doi.org/10.30872/yupa.v5i2.569","url":null,"abstract":"The establishment of Samarinda on January 21st, 1668 which was set out by the Regional Government of the Municipality of Samarinda in Regional Regulation Number 1 of 1988, has been a controversy. The historical milestone of the establishment was based on the arrival event of a group from Sulawesi Island to Samarinda. Selection of this event disregards the traditional historiography record of an ancient Kutai local community which where exist long before the Bugis settlement in Samarinda Seberang. This study aims to analyse the historical validity of the arrival of La Mohang Daeng Mangkona's entourage in Samarinda Seberang which is claimed to be the basis for Samarinda City's establishment. Conducted with historical research methods, the result of this study found that the story of La Mohang Daeng Mangkona as the leader of the Bugis Wajo migrants to Samarinda is not based on valid historical sources. Following the result of this research, the researcher recommends to the Government of Samarinda City to revise and reconstruct the history of Samarinda City’s establishment based on the historiography method.","PeriodicalId":55788,"journal":{"name":"Yupa Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44466333","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses nasionalisasi perusahaan asing di masa Presiden Soekarno dan terhenti di masa Presiden Soeharto yang dimotori oleh pemikiran ekonom-ekonom yang mendukung Soeharto, mereka disebut mafia Berkeley. Penelitian ini menggunakan metode historis dengan tahapan heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Data yang digunakan baik primer maupun sekunder, seperti majalah sezaman, arsip undang-undang, buku dan artikel jurnal. Nasionalisasi perusahaan asing pernah dilakukan di masa Soekarno, hanya saja kebijakan tersebut tidak dapat dilanjutkan karena telah lengsernya Soekarno. Sikap anti asing dari Soekarno tidak dilanjutkan oleh penggantinya yakni, Soeharto. Masuknya investasi asing melalui peraturan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) No 1/1967 adalah bukti keberpihakan Soeharto atas asing. Hal tersebut terjadi karena adanya dorongan ekonom-ekonom Indonesia yang berafiliasi dengan Amerika Serikat atas nama perbaikan ekonomi yang morat-marit hasil peninggalan pemerintahan Soekarno. Terlepas setuju dan ketidaksetujuan atas investasi asing, pemerintah Indonesia selalu mengundang asing untuk berinvestasi.
{"title":"The Nasionalisasi-Investasi Perusahaan Asing, Mafia Berkeley dan Berakhirnya Rezim Presiden Soekarno","authors":"Asyrul Fikri, Anju Nofarof Hasudungan","doi":"10.30872/yupa.v5i2.784","DOIUrl":"https://doi.org/10.30872/yupa.v5i2.784","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses nasionalisasi perusahaan asing di masa Presiden Soekarno dan terhenti di masa Presiden Soeharto yang dimotori oleh pemikiran ekonom-ekonom yang mendukung Soeharto, mereka disebut mafia Berkeley. Penelitian ini menggunakan metode historis dengan tahapan heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Data yang digunakan baik primer maupun sekunder, seperti majalah sezaman, arsip undang-undang, buku dan artikel jurnal. Nasionalisasi perusahaan asing pernah dilakukan di masa Soekarno, hanya saja kebijakan tersebut tidak dapat dilanjutkan karena telah lengsernya Soekarno. Sikap anti asing dari Soekarno tidak dilanjutkan oleh penggantinya yakni, Soeharto. Masuknya investasi asing melalui peraturan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) No 1/1967 adalah bukti keberpihakan Soeharto atas asing. Hal tersebut terjadi karena adanya dorongan ekonom-ekonom Indonesia yang berafiliasi dengan Amerika Serikat atas nama perbaikan ekonomi yang morat-marit hasil peninggalan pemerintahan Soekarno. Terlepas setuju dan ketidaksetujuan atas investasi asing, pemerintah Indonesia selalu mengundang asing untuk berinvestasi.","PeriodicalId":55788,"journal":{"name":"Yupa Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46104129","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article discusses the Srivijaya kingdom during its golden period. The main issue raised was how the Sriwijaya Kingdom was trying to build its maritime and military power between the 7-10 century AD. In its heyday, Srivijaya was able to control most of the western region of Southeast Asia. The extent of this kingdom's power requires it to have a strong base in maritime and military aspects. Although the center of Sriwijaya in Palembang is not a coastal city, it can control the shipping network, especially around the Malacca Strait. There are at least three things that can be seen to describe the position of Srivijaya in its golden era, namely: the ability of the center to be able to control the vassal area, the ability to consolidate military power, especially the control of the sea people, and cultural ties that bind, for example in the magical aspect between kings. With all the people. This paper will use various relevant sources, including reviewing various writings and publications about Sriwijaya from the previous period.
{"title":"Hegemoni Maritim dan Militer Kerajaan Sriwijaya di Kawasan Asia Tenggara Abad 7-10 M","authors":"N. J. Utama","doi":"10.30872/yupa.v5i2.936","DOIUrl":"https://doi.org/10.30872/yupa.v5i2.936","url":null,"abstract":"This article discusses the Srivijaya kingdom during its golden period. The main issue raised was how the Sriwijaya Kingdom was trying to build its maritime and military power between the 7-10 century AD. In its heyday, Srivijaya was able to control most of the western region of Southeast Asia. The extent of this kingdom's power requires it to have a strong base in maritime and military aspects. Although the center of Sriwijaya in Palembang is not a coastal city, it can control the shipping network, especially around the Malacca Strait. There are at least three things that can be seen to describe the position of Srivijaya in its golden era, namely: the ability of the center to be able to control the vassal area, the ability to consolidate military power, especially the control of the sea people, and cultural ties that bind, for example in the magical aspect between kings. With all the people. This paper will use various relevant sources, including reviewing various writings and publications about Sriwijaya from the previous period.","PeriodicalId":55788,"journal":{"name":"Yupa Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48322428","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kerajaan pertama di Nusantara yang berpusat di Muara Kaman, Kalimantan Timur dikenal publik dengan nama Kerajaan Kutai. Tetapi, dari tujuh prasasti yupa yang dibuat pada abad V Masehi, tidak ada satu pun yang menyebutkan nama atau kata Kutai. Penelitian ini bertujuan mengungkap nama yang sebenarnya dari imperium dinasti yang didirikan Aswawarman putra Kundungga. Metode penelitian sejarah ditempuh dari tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi, hingga historiografi. Sumber utama penelitian adalah kitab Salasilah Kutai beraksara Arab Melayu yang selesai ditulis tahun 1849. Hasil penelitian menunjukkan, nama yang sebenarnya dari kerajaan dinasti Mulawarman yang runtuh pada tahun 1635 ini adalah Martapura, tanpa didahului kata Kutai.
{"title":"Kajian Etimologis Kerajaan (Kutai) Martapura di Muara Kaman, Kalimantan Timur","authors":"Muhammad Sarip","doi":"10.30872/YUPA.V4I2.264","DOIUrl":"https://doi.org/10.30872/YUPA.V4I2.264","url":null,"abstract":"Kerajaan pertama di Nusantara yang berpusat di Muara Kaman, Kalimantan Timur dikenal publik dengan nama Kerajaan Kutai. Tetapi, dari tujuh prasasti yupa yang dibuat pada abad V Masehi, tidak ada satu pun yang menyebutkan nama atau kata Kutai. Penelitian ini bertujuan mengungkap nama yang sebenarnya dari imperium dinasti yang didirikan Aswawarman putra Kundungga. Metode penelitian sejarah ditempuh dari tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi, hingga historiografi. Sumber utama penelitian adalah kitab Salasilah Kutai beraksara Arab Melayu yang selesai ditulis tahun 1849. Hasil penelitian menunjukkan, nama yang sebenarnya dari kerajaan dinasti Mulawarman yang runtuh pada tahun 1635 ini adalah Martapura, tanpa didahului kata Kutai.","PeriodicalId":55788,"journal":{"name":"Yupa Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41840703","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sultanate of Bima faces various challenges, especially in the economic and political fields of government. Trade freedom had been the main pillar of the economy, threatened by the Dutch trade monopoly. Sovereignty and territorial integrity are threatened by the " Lange Contract " ( long contract ) which was imposed by the Dutch colonial government . The agreement " Lange Contract " ( long contract ) with the Netherlands has made people's anger overflowed. Anger was manifested by the resistance of the people of N g Ali against occupation of the Netherlands in the years 1908-1909. The purpose of writing this is to examine more deeply about the background behind the constellation of politics in the Sultanate of Bima so that the P groaned Ngali , and the impact of P groaned Ngali.
{"title":"Konstelasi Politik Pasca Perang Ngali di Bima","authors":"Sukarddin Sukarddin, M. Mulyati, Faujiah Faujiah","doi":"10.30872/YUPA.V4I2.340","DOIUrl":"https://doi.org/10.30872/YUPA.V4I2.340","url":null,"abstract":"Sultanate of Bima faces various challenges, especially in the economic and political fields of government. Trade freedom had been the main pillar of the economy, threatened by the Dutch trade monopoly. Sovereignty and territorial integrity are threatened by the \" Lange Contract \" ( long contract ) which was imposed by the Dutch colonial government . The agreement \" Lange Contract \" ( long contract ) with the Netherlands has made people's anger overflowed. Anger was manifested by the resistance of the people of N g Ali against occupation of the Netherlands in the years 1908-1909. The purpose of writing this is to examine more deeply about the background behind the constellation of politics in the Sultanate of Bima so that the P groaned Ngali , and the impact of P groaned Ngali.","PeriodicalId":55788,"journal":{"name":"Yupa Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42229289","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Telah dilakukan penelitian mengenai Revolusi di Tanah Alas dan Peranan Masyarakatnya dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada saat revolusi tersebut berlangsung. Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah untuk merekonstruksinya, yang terdiri dari empat tahap, diantaranya heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa revolusi di Tanah Alas tidak hanya di pelopori oleh masyarakat yang ikut berperang secara fisik. Selain itu terdapat mayoritas masyarakat yang memiliki andil dalam persiapan perang tersebut, baik dari segi penyediaan peralatan sampai dengan kebutuhan pangan. Masa Revolusi Fisik di tanah Alas banyak melibatkan tokoh dan rakyat Tanah Alas. Selain ikut serta dalam perang fisik, mereka juga dengan gigih membantu memenuhi kebutuhan para pejuang perang. Sehingga, dapatlah dikatakan bahwa masyarakat ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka mempertahankan kemerdekaan R.I pada masa revolusi.
{"title":"Revolusi di Tanah Alas: Peranan Masyarakat dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1945-1950","authors":"H. Halimah, S. Suprayitno, Warjio Warjio","doi":"10.30872/YUPA.V4I2.268","DOIUrl":"https://doi.org/10.30872/YUPA.V4I2.268","url":null,"abstract":"Telah dilakukan penelitian mengenai Revolusi di Tanah Alas dan Peranan Masyarakatnya dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada saat revolusi tersebut berlangsung. Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah untuk merekonstruksinya, yang terdiri dari empat tahap, diantaranya heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa revolusi di Tanah Alas tidak hanya di pelopori oleh masyarakat yang ikut berperang secara fisik. Selain itu terdapat mayoritas masyarakat yang memiliki andil dalam persiapan perang tersebut, baik dari segi penyediaan peralatan sampai dengan kebutuhan pangan. Masa Revolusi Fisik di tanah Alas banyak melibatkan tokoh dan rakyat Tanah Alas. Selain ikut serta dalam perang fisik, mereka juga dengan gigih membantu memenuhi kebutuhan para pejuang perang. Sehingga, dapatlah dikatakan bahwa masyarakat ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka mempertahankan kemerdekaan R.I pada masa revolusi.","PeriodicalId":55788,"journal":{"name":"Yupa Historical Studies Journal","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41611927","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bangunan peninggalan masa kerajaan Hindu-Budha berupa petirtaan menjadi bangunan yang bernilai sejarah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterkaitan antara alam dengan aktivitas manusia (man and land relation) dalam tinjauan Geografi Sejarah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan studi literatur baik konsep, teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan. Sampel studi penelitian ini menggunakan teknik sampel wilayah dimana keseluruhan wilayah Desa Simbatan dengan luas 2,71 km2 menjadi area penelitian. Analisis data menggunakan analisis data deskriptif dengan bantuan interpretasi citra satelit yang diolah melalui ArcGIS 10.0. Hasil penelitian menggambarkan bahwa Petirtaan Dewi Sri merupakan bagian dari bentang lahan vulkanik dari lereng Gunungapi Lawu sebelah timur. Dari studi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentang lahan vulkanik tersebut secara khusus berada pada lereng fluvio vulkanik yang membentuk takik lereng (break of slope) dimana digunakan sebagai lokasi berdirinya Petirtaan Dewi Sri peninggalan masa akhir kerajaan Mataram Kuno.
{"title":"Studi Petirtaan Dewi Sri Desa Simbatan Nguntoronadi Magetan dalam Tinjauan Geografi Sejarah","authors":"Yulian Widya Saputra","doi":"10.30872/yupa.v3i1.160","DOIUrl":"https://doi.org/10.30872/yupa.v3i1.160","url":null,"abstract":"Bangunan peninggalan masa kerajaan Hindu-Budha berupa petirtaan menjadi bangunan yang bernilai sejarah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterkaitan antara alam dengan aktivitas manusia (man and land relation) dalam tinjauan Geografi Sejarah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan studi literatur baik konsep, teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan. Sampel studi penelitian ini menggunakan teknik sampel wilayah dimana keseluruhan wilayah Desa Simbatan dengan luas 2,71 km2 menjadi area penelitian. Analisis data menggunakan analisis data deskriptif dengan bantuan interpretasi citra satelit yang diolah melalui ArcGIS 10.0. Hasil penelitian menggambarkan bahwa Petirtaan Dewi Sri merupakan bagian dari bentang lahan vulkanik dari lereng Gunungapi Lawu sebelah timur. Dari studi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentang lahan vulkanik tersebut secara khusus berada pada lereng fluvio vulkanik yang membentuk takik lereng (break of slope) dimana digunakan sebagai lokasi berdirinya Petirtaan Dewi Sri peninggalan masa akhir kerajaan Mataram Kuno.","PeriodicalId":55788,"journal":{"name":"Yupa Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42820656","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Esti Setiyani, Akhmad Arif Musadad, S. Wahyuni, N. Abidin
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan dan kerja sama siswa kelas X IPS 2 SMA N 8 Surakarta dengan pendekatan 4C dan model pembelajaran Problem Posing. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber data pada penelitian ini adalah 30 siswa, guru, dan kelas X IPS 2 SMA N 8 Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan 4C dan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan keaktifan dan kerja sama siswa kelas X IPS 2 SMA N 8 Surakarta. Peningkatan keaktifan siswa dibuktikan dengan meningkatnya persentase keaktifan dan kerja sama siswa dari tahap pra-siklus sampai dengan siklus II. Peningkatan tersebut telah melampaui target yang ditentukan yaitu sebesar 75%. Simpulan dari penelitian ini yaitu pendekatan 4C dan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan keaktifan dan kerja sama pada siswa kelas X IPS 2 SMA N 8 Surakarta
{"title":"Peningkatan Keaktifan dan Kerja Sama Melalui Pendekatan 4C dan Problem Posing dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas X IPS 2 SMAN 8 Surakarta","authors":"Esti Setiyani, Akhmad Arif Musadad, S. Wahyuni, N. Abidin","doi":"10.30872/yupa.v2i2.133","DOIUrl":"https://doi.org/10.30872/yupa.v2i2.133","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan dan kerja sama siswa kelas X IPS 2 SMA N 8 Surakarta dengan pendekatan 4C dan model pembelajaran Problem Posing. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber data pada penelitian ini adalah 30 siswa, guru, dan kelas X IPS 2 SMA N 8 Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan 4C dan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan keaktifan dan kerja sama siswa kelas X IPS 2 SMA N 8 Surakarta. Peningkatan keaktifan siswa dibuktikan dengan meningkatnya persentase keaktifan dan kerja sama siswa dari tahap pra-siklus sampai dengan siklus II. Peningkatan tersebut telah melampaui target yang ditentukan yaitu sebesar 75%. Simpulan dari penelitian ini yaitu pendekatan 4C dan model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan keaktifan dan kerja sama pada siswa kelas X IPS 2 SMA N 8 Surakarta","PeriodicalId":55788,"journal":{"name":"Yupa Historical Studies Journal","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44683688","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This paper describes the background, role and impact of the involvement of Andi Selle in the throes of armed in South Sulawesi. This research is a descriptive-analytic nature by using the historical method through phases of heuristics, critique, interpretation, and historiography. The involvement of Andi Selle in the throes of armed caused by internal conflict on TNI. Andi Selle was involved in a series of conflicts with several parties from the time of independence until the period before independence. The upheaval affects ethnic hatred caused by acts of violence and the monopoly of trade in the region committed soldiers, so that hurt the people of Mandar.
{"title":"Andi Selle dalam Pergolakan Bersenjata di Sulawesi Selatan (1950-1964)","authors":"S. A.","doi":"10.30872/yupa.v1i1.88","DOIUrl":"https://doi.org/10.30872/yupa.v1i1.88","url":null,"abstract":"This paper describes the background, role and impact of the involvement of Andi Selle in the throes of armed in South Sulawesi. This research is a descriptive-analytic nature by using the historical method through phases of heuristics, critique, interpretation, and historiography. The involvement of Andi Selle in the throes of armed caused by internal conflict on TNI. Andi Selle was involved in a series of conflicts with several parties from the time of independence until the period before independence. The upheaval affects ethnic hatred caused by acts of violence and the monopoly of trade in the region committed soldiers, so that hurt the people of Mandar.","PeriodicalId":55788,"journal":{"name":"Yupa Historical Studies Journal","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45262622","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}