Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar muatan IPA peserta didik kelas V di SDN 1 Dermolo. Jenis penelitian ini adalah PTK dengan model Kemmis dan Mc.Taggart yang setiap siklusnya terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan dan observasi, dan (3) refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes hasil belajar dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk langkah-langkah model discovery learning. Penelitian ini menggunakan analisis ketuntasan dan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai pra siklus, siklus I dan siklus II. Penggunaan pembelajaran dengan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar muatan Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) kelas V SDN 1 Dermolo Semester I Tahun Pelajaran 2022/2023. Model ini menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap suatu konsep dalam pembelajaran melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari ketuntasan hasil belajar peserta didik yang mulanya pada pra siklus sebesar 48%. Pada pembelajaran siklus I meningkat dengan tingkat ketuntasan sebesar 70%. Kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 89% dari keseluruhan peserta didik.
本研究旨在提高V班学生在SDN 1 Dermolo的研究结果。这种研究是PTK,有Kemmis模型和Mc.Taggart,每个周期由(1)计划、(2)行动和观察以及(3)反射组成。所使用的数据收集技术包括观察、学习测试和文档。本研究使用的工具是探索学习模式的步骤观察表。本研究采用对照性分析和比较周期前、周期一和周期二的值。用发现学习模式学习可以提高V SDN 1 Dermolo学期I年2022/2023课的学习成绩。这个模型强调了通过学生积极参与学习过程来理解学习中的概念的重要性。这可以从初等周期前学习者的研究结果中看出。第一个循环的学习速度增加了70%。然后在第二次循环中又增加了89%的学习者。
{"title":"Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik melalui Model Discovery learning Pada Muatan Pembelajaran IPA Kelas V","authors":"Lutfi Andi Darmawan","doi":"10.26877/wp.v3i1.13274","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/wp.v3i1.13274","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar muatan IPA peserta didik kelas V di SDN 1 Dermolo. Jenis penelitian ini adalah PTK dengan model Kemmis dan Mc.Taggart yang setiap siklusnya terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan dan observasi, dan (3) refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes hasil belajar dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk langkah-langkah model discovery learning. Penelitian ini menggunakan analisis ketuntasan dan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai pra siklus, siklus I dan siklus II. Penggunaan pembelajaran dengan model discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar muatan Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) kelas V SDN 1 Dermolo Semester I Tahun Pelajaran 2022/2023. Model ini menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap suatu konsep dalam pembelajaran melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari ketuntasan hasil belajar peserta didik yang mulanya pada pra siklus sebesar 48%. Pada pembelajaran siklus I meningkat dengan tingkat ketuntasan sebesar 70%. Kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 89% dari keseluruhan peserta didik.","PeriodicalId":110768,"journal":{"name":"Wawasan Pendidikan","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125290789","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Language is a tool for communication. This means that apart from being a communication tool, it is also a channel for formulating intentions, ideas, opinions, giving birth to feelings and making a collaboration. Communication as an opening to extend far beyond the domain of words. Illocutionary acts are actions that are difficult to identify. Not only imparting knowledge to someone, but also doing something. Permissions, requests, offers, promises and other illocutionary behavior are common. Therefore, the writer is interested in conducting a study on the film Sonic the Hedgehoc, and wants to explore the utterances and illocutionary acts contained in the film Sonic The Hedgehog. Sonic the Hedgehoc was produced in 2020. This film is an animated film adapted from a game. The research was conducted using a qualitative descriptive method. The author investigates and evaluates the conversations of the main character Sonic in the film Sonic The Hedgehog. The findings show that, the type of illocutionary act that is often used by Sonic is the type of expressive illocutionary act with a value of 56% with 156 utterances. It can be concluded that the most use of illusion acts in the film "Sonic The Hedgehoc" is expressive.
{"title":"AN ANALYSIS ON ILLOCUTIONARY ACTS AS USED BY “SONIC” IN SONIC THE HEDGEHOC MOVIE","authors":"Rigel Kurniawan Prakasa, Arso Setiaji, Rahmawati Sukmaningrum","doi":"10.26877/wp.v3i1.12123","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/wp.v3i1.12123","url":null,"abstract":"Language is a tool for communication. This means that apart from being a communication tool, it is also a channel for formulating intentions, ideas, opinions, giving birth to feelings and making a collaboration. Communication as an opening to extend far beyond the domain of words. Illocutionary acts are actions that are difficult to identify. Not only imparting knowledge to someone, but also doing something. Permissions, requests, offers, promises and other illocutionary behavior are common. Therefore, the writer is interested in conducting a study on the film Sonic the Hedgehoc, and wants to explore the utterances and illocutionary acts contained in the film Sonic The Hedgehog. Sonic the Hedgehoc was produced in 2020. This film is an animated film adapted from a game. The research was conducted using a qualitative descriptive method. The author investigates and evaluates the conversations of the main character Sonic in the film Sonic The Hedgehog. The findings show that, the type of illocutionary act that is often used by Sonic is the type of expressive illocutionary act with a value of 56% with 156 utterances. It can be concluded that the most use of illusion acts in the film \"Sonic The Hedgehoc\" is expressive.","PeriodicalId":110768,"journal":{"name":"Wawasan Pendidikan","volume":"182 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134432715","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang penelitian adalah kendala siswa SD N 05 Tegalsari Pemalang menciptakan produk kreatif dalam media pengembangan karakter masih mengalami kesulitan siswa cenderung meniru hasil karya teman sehingga hasil kreativitas siswa menciptakan produk menjadi kurang beraneka ragam Permasalahan yang diungkap pada penelitian ini adalah bagaimanakah produk kreatif pada pembelajaran SBdP sebagai media penguatan karakter siswa kelas IV SD N 05 Tegalsari Pemalang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produk kreatif pada pembelajaran SBdP sebagai media penguatan karakter siswa kelas IV SD N 05 Tegalsari Pemalang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan menguraikan fakta-fakta dan data-data yang diperoleh dari sumber data Pengambilan data melalui observasi, wawancaradan dokumentasi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Proses pembelajaran pada karya kolase ini lebih menekankan pada kreativitas siswa untuk menggunakan hal baru dan mendapatkan ilmu pengetahuan baru, Berbagai cara dilakukan oleh Kepala sekolah sebagai bentuk meningkatkan upaya untuk keberhasilan program tersebut seperti mensosialisasikan kepada guru.
{"title":"PRODUK KREATIF PADA PEMBELAJARAN SBDP SEBAGAI MEDIA PENGUATAN KARAKTER SISWA KELAS IV SD N 05 TEGALSARI PEMALANG","authors":"Fike Fitri Febriyanti, D. Handayani","doi":"10.26877/wp.v3i1.11805","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/wp.v3i1.11805","url":null,"abstract":"Latar Belakang penelitian adalah kendala siswa SD N 05 Tegalsari Pemalang menciptakan produk kreatif dalam media pengembangan karakter masih mengalami kesulitan siswa cenderung meniru hasil karya teman sehingga hasil kreativitas siswa menciptakan produk menjadi kurang beraneka ragam Permasalahan yang diungkap pada penelitian ini adalah bagaimanakah produk kreatif pada pembelajaran SBdP sebagai media penguatan karakter siswa kelas IV SD N 05 Tegalsari Pemalang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produk kreatif pada pembelajaran SBdP sebagai media penguatan karakter siswa kelas IV SD N 05 Tegalsari Pemalang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan menguraikan fakta-fakta dan data-data yang diperoleh dari sumber data Pengambilan data melalui observasi, wawancaradan dokumentasi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Proses pembelajaran pada karya kolase ini lebih menekankan pada kreativitas siswa untuk menggunakan hal baru dan mendapatkan ilmu pengetahuan baru, Berbagai cara dilakukan oleh Kepala sekolah sebagai bentuk meningkatkan upaya untuk keberhasilan program tersebut seperti mensosialisasikan kepada guru.","PeriodicalId":110768,"journal":{"name":"Wawasan Pendidikan","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132843779","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AbstrakRumusan masalah dari penelitian ini adalah adanya virus yang bernama Covid-19 dan menyerang hewan maupun manusia sehingga menyebabkan pandemi yang terjadi di Indonesia. Pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi dilaksanakan secara daring dan mengharuskan guru untuk menggunakan media atau teknologi yang mampu mendukung terlaksananya proses pembelajaran dalam bentuk daring. Tujuan dari terlaksananya penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan kegiatan pembelajaran daring dan apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring sekolah dasar di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Penentuan tempat penelitian ini ditentukan dengan metode sampling sedangkan data dari penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara kepala sekolah dan guru kelas IV, angket siswa kelas IV, serta dokumentasi. Pelaksanaan sistem pembelajaran secara daring siswa kelas IV di Kecamatan Margoyoso terlaksana menggunakan beberapa aplikasi karena dirasa lebih praktis dan mudah dijangkau oleh siswa juga memudahkan guru untuk mengirimkan materi dan menjelaskan materi. Namun terdapat pula kekurangannya yaitu materi yang dikirimkan terlalu banyak sehingga menghabiskan memori dan juga kuota di handphone siswa maupun guru. Saran yang dapat disampaikan adalah guru diharapkan lebih memperhatikan tingkah laku siswa dan siswa diharapkan mendapatkan pengalaman pembelajaran secara daring.Kata Kunci: Covid-19, kelebihan, kekurangan, pembelajaran daring.
{"title":"Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Siswa Sekolah Dasar Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati","authors":"Rahajeng Oktavia Anggarita, I. Listyarini","doi":"10.26877/wp.v3i1.10409","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/wp.v3i1.10409","url":null,"abstract":"AbstrakRumusan masalah dari penelitian ini adalah adanya virus yang bernama Covid-19 dan menyerang hewan maupun manusia sehingga menyebabkan pandemi yang terjadi di Indonesia. Pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi dilaksanakan secara daring dan mengharuskan guru untuk menggunakan media atau teknologi yang mampu mendukung terlaksananya proses pembelajaran dalam bentuk daring. Tujuan dari terlaksananya penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan kegiatan pembelajaran daring dan apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring sekolah dasar di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Penentuan tempat penelitian ini ditentukan dengan metode sampling sedangkan data dari penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara kepala sekolah dan guru kelas IV, angket siswa kelas IV, serta dokumentasi. Pelaksanaan sistem pembelajaran secara daring siswa kelas IV di Kecamatan Margoyoso terlaksana menggunakan beberapa aplikasi karena dirasa lebih praktis dan mudah dijangkau oleh siswa juga memudahkan guru untuk mengirimkan materi dan menjelaskan materi. Namun terdapat pula kekurangannya yaitu materi yang dikirimkan terlalu banyak sehingga menghabiskan memori dan juga kuota di handphone siswa maupun guru. Saran yang dapat disampaikan adalah guru diharapkan lebih memperhatikan tingkah laku siswa dan siswa diharapkan mendapatkan pengalaman pembelajaran secara daring.Kata Kunci: Covid-19, kelebihan, kekurangan, pembelajaran daring.","PeriodicalId":110768,"journal":{"name":"Wawasan Pendidikan","volume":"104 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128211220","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This research is aimed to identify the types of conversational implicature in the dialogue of characters in The Croods movie and interpret the meaning of each conversational implicatures that found in the dialogue of characters in The Croods movie. In conducting this research, the writer uses descriptive qualitative research as a method to analyze the data. The writer uses the theory proposed by Grice to analyze and interpret the types of conversational implicature occur in The Croods movie. The data in this research are collected by watching the movie and reading the script of the movie, which then selects the dialogues that identified as a conversational implicature. In analyzing the data, the writer uses several steps; First identifying the types of conversational implicature, Second classifying the types of conversational implicature, third describing the meaning of each utterance that is identified as a conversational implicature based on the context of the movie, and last making a conclusion. After analyzing the data, it was found that there were 20 utterances that were identified as conversational implicatures, i.g. generalized conversational implicature and particularized conversational implicature. There were 15 utterances identified as particularized conversational implicatures and 5 utterances identified as generalized conversational implicatures. Which can be percentages, particularized conversational implicature 75% occurred and generalized conversational implicature 15%. It can be concluded that particularized conversational implicature is the most prominent appearing in the movie.
{"title":"Conversational Implicature in The Croods movie","authors":"Rahma Niah, S. Senowarsito, Arso Setyaji","doi":"10.26877/wp.v3i1.10250","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/wp.v3i1.10250","url":null,"abstract":"This research is aimed to identify the types of conversational implicature in the dialogue of characters in The Croods movie and interpret the meaning of each conversational implicatures that found in the dialogue of characters in The Croods movie. In conducting this research, the writer uses descriptive qualitative research as a method to analyze the data. The writer uses the theory proposed by Grice to analyze and interpret the types of conversational implicature occur in The Croods movie. The data in this research are collected by watching the movie and reading the script of the movie, which then selects the dialogues that identified as a conversational implicature. In analyzing the data, the writer uses several steps; First identifying the types of conversational implicature, Second classifying the types of conversational implicature, third describing the meaning of each utterance that is identified as a conversational implicature based on the context of the movie, and last making a conclusion. After analyzing the data, it was found that there were 20 utterances that were identified as conversational implicatures, i.g. generalized conversational implicature and particularized conversational implicature. There were 15 utterances identified as particularized conversational implicatures and 5 utterances identified as generalized conversational implicatures. Which can be percentages, particularized conversational implicature 75% occurred and generalized conversational implicature 15%. It can be concluded that particularized conversational implicature is the most prominent appearing in the movie. ","PeriodicalId":110768,"journal":{"name":"Wawasan Pendidikan","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134302587","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat keaktifan peserta didik selaama proses pembelajaran, khususnya pada aspek berbicara dalam hal ini menanya dan menanggapi/ menjawab, dan keberanian peserta didik untuk maju presetasi dihadapan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan proses belajar peserta didik di kelas IV SD Negeri 012 Pasir Emasdengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV SD Negeri 012 Pasir Emas yang berjumlah 22 peserta didik. Sumber data berasal dari guru dan peserta didik. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan proses belajar peserta didik dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus IV. Keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran pada prasiklus bersifat dengan prosentase 23% atau hanya 5 peserta didik. Peningkatan terjadi pada siklus I. Keaktifan belajar peserta didik meningkat walaupun belum optimal yaitu 54% atau 12 peserta didik. Pelaksanaan siklus IV menyebabkan keaktifan belajar meningkat menjadi 81% atau sebanyak 18 peserta didik aktif dari jumlah keseluruhan 22 peserta didik. sehingga bisa mendukung suatu pembelajaran yang berkualitas. Simpulan penelitian ini adalah penerapkan model pembelajaran Problem Based Learning meningkatkan keaktifan proses belajar dengan materi Bunyi di SD Negeri 012 Pasir Emas.
{"title":"UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING(PBL) DI KELAS IV MATERI BUNYI SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2022/2023 DI SD NEGERI 012 PASIR EMAS","authors":"N. Zulfa","doi":"10.26877/wp.v3i1.13459","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/wp.v3i1.13459","url":null,"abstract":"Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat keaktifan peserta didik selaama proses pembelajaran, khususnya pada aspek berbicara dalam hal ini menanya dan menanggapi/ menjawab, dan keberanian peserta didik untuk maju presetasi dihadapan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan proses belajar peserta didik di kelas IV SD Negeri 012 Pasir Emasdengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV SD Negeri 012 Pasir Emas yang berjumlah 22 peserta didik. Sumber data berasal dari guru dan peserta didik. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan proses belajar peserta didik dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus IV. Keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran pada prasiklus bersifat dengan prosentase 23% atau hanya 5 peserta didik. Peningkatan terjadi pada siklus I. Keaktifan belajar peserta didik meningkat walaupun belum optimal yaitu 54% atau 12 peserta didik. Pelaksanaan siklus IV menyebabkan keaktifan belajar meningkat menjadi 81% atau sebanyak 18 peserta didik aktif dari jumlah keseluruhan 22 peserta didik. sehingga bisa mendukung suatu pembelajaran yang berkualitas. Simpulan penelitian ini adalah penerapkan model pembelajaran Problem Based Learning meningkatkan keaktifan proses belajar dengan materi Bunyi di SD Negeri 012 Pasir Emas.","PeriodicalId":110768,"journal":{"name":"Wawasan Pendidikan","volume":"33 7-8 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131779545","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Siti Fatimah Yulianti, Sukamto Sukamto, E. Subekti
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara penggunaan media sosial terhadap interaksi sosial anak. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan metode deskriptif, yang ditunjang dengan penelitian lapangan dan referensi berkaitan dengan tema yang dibahas. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas dan uji hipotesis menggunakan uji T (T-test). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil uji independen t-test diatas menunjukan bahwa siswa pengguna media sosial sebanyak 29 responden dengan nilai rata-rata interaksi sosial 76,4138 lebih tinggi dibandingkan siswa yang bukan pengguna media sosial yakni sebesar 72,7619. Hal tersebut mengindikasikan interaksi sosial siswa pengguna media sosial lebih tinggi dibandingan dengan siswa yang tidak menggunakan media sosial. Dari hasil signifikansi independen t-test menunjukan nilai signifikan sebesar 0,297 > 0,05 (taraf signifikansi 5%) artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan interaksi sosial antara siswa pengguna media sosial dengan siswa non pengguna media sosial.
{"title":"ANALISIS PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL ANAK DI SD NEGERI BUGANGAN 03 SEMARANG","authors":"Siti Fatimah Yulianti, Sukamto Sukamto, E. Subekti","doi":"10.26877/wp.v3i1.11608","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/wp.v3i1.11608","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara penggunaan media sosial terhadap interaksi sosial anak. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan metode deskriptif, yang ditunjang dengan penelitian lapangan dan referensi berkaitan dengan tema yang dibahas. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan menggunakan uji validitas, uji reliabilitas dan uji hipotesis menggunakan uji T (T-test). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil uji independen t-test diatas menunjukan bahwa siswa pengguna media sosial sebanyak 29 responden dengan nilai rata-rata interaksi sosial 76,4138 lebih tinggi dibandingkan siswa yang bukan pengguna media sosial yakni sebesar 72,7619. Hal tersebut mengindikasikan interaksi sosial siswa pengguna media sosial lebih tinggi dibandingan dengan siswa yang tidak menggunakan media sosial. Dari hasil signifikansi independen t-test menunjukan nilai signifikan sebesar 0,297 > 0,05 (taraf signifikansi 5%) artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan interaksi sosial antara siswa pengguna media sosial dengan siswa non pengguna media sosial.","PeriodicalId":110768,"journal":{"name":"Wawasan Pendidikan","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127949658","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This final project studied the analysis of the errors made by the students. The background of the study errors made the students. This research focused mainly on the errors finding. The design of the research was descriptive qualitative research. The objectives of the study were (1) to find out the kinds of errors finding, (2) to explore dominant errors findings, (3) to show the students competence producing descriptive text. The object of the research were tenth grade SMA N 1 Gondong. The instruments of the study were the data from the students product. To identify the data of error analysis the researcher used the theory of James Carl (1998). This finding showed us how the errors finding. The dominant types of errors analysis is the omission 42 findings with 42,42% percentage finding from the data. Then, followed by the misinformation that found 32 errors with 32,32%. The 15 errors of addition with the percentage 15,15% findings from the data. The last one is misordering with 10 errors with 10,10%. The summaries may be concluded that there were several finding on the errors analysis. There were omission, addition, misinformation, and misordering.
{"title":"AN ERROR ANALYSIS OF USING SIMPLE PRESENT TENSE IN WRITING DESCRIPTIVE TEXT WRITTEN BY STUDENTS OF THE TENTH GRADE AT SMA N 1 GODONG","authors":"Mei Purnama Sari, S. Suwandi, D. A. Susanto","doi":"10.26877/wp.v3i1.10757","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/wp.v3i1.10757","url":null,"abstract":"This final project studied the analysis of the errors made by the students. The background of the study errors made the students. This research focused mainly on the errors finding. The design of the research was descriptive qualitative research. The objectives of the study were (1) to find out the kinds of errors finding, (2) to explore dominant errors findings, (3) to show the students competence producing descriptive text. The object of the research were tenth grade SMA N 1 Gondong. The instruments of the study were the data from the students product. To identify the data of error analysis the researcher used the theory of James Carl (1998). This finding showed us how the errors finding. The dominant types of errors analysis is the omission 42 findings with 42,42% percentage finding from the data. Then, followed by the misinformation that found 32 errors with 32,32%. The 15 errors of addition with the percentage 15,15% findings from the data. The last one is misordering with 10 errors with 10,10%. The summaries may be concluded that there were several finding on the errors analysis. There were omission, addition, misinformation, and misordering.","PeriodicalId":110768,"journal":{"name":"Wawasan Pendidikan","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121231052","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Noorma Firman Zuhdi, E. Setianingsih, Asep Ardiyanto
This research is motivated by the lack of educating films for elementary school age children which can lead to a decline in children's morale so that character education is needed. Character education is needed to equip children to face social life in order to become human beings with morals. Character education in elementary school children can be taught through film shows, but still under the supervision of parents and teachers. This research is focused on examining eighteen character values according to the 2010 Ministry of National Education, such as Religious, Honest, Tolerance, Discipline, Hard Work, Creative, Independent, Democratic, Curiosity, National Spirit, Love of the Homeland, Appreciating Achievement, Friendly/Communicative, Love of Peace. , Love to read, Care for the environment, Social care, and Responsibility, which are contained in the animated film The Spongebob Movie 2020. The type of research used is qualitative research. The purpose of using qualitative methods is to obtain in-depth data. Data obtained through observation, documentation, and note-taking methods. From the research conducted, the results obtained are that the animated film The Spongebob Movie 2020 has character values of honest, hard work, creative, democratic, curiosity, love for the homeland, respect for achievement, friendly, love peace, love to read, care for the environment, care social, and responsibility. The thirteen character values appear in each scene with a reference to eighteen character values according to the 2010 Ministry of National Education, therefore this film can be used as a vehicle for character education for elementary school students in the learning process.
{"title":"ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER PADA FILM KARTUN THE SPONGEBOB MOVIE","authors":"Noorma Firman Zuhdi, E. Setianingsih, Asep Ardiyanto","doi":"10.26877/wp.v3i1.10380","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/wp.v3i1.10380","url":null,"abstract":"This research is motivated by the lack of educating films for elementary school age children which can lead to a decline in children's morale so that character education is needed. Character education is needed to equip children to face social life in order to become human beings with morals. Character education in elementary school children can be taught through film shows, but still under the supervision of parents and teachers. This research is focused on examining eighteen character values according to the 2010 Ministry of National Education, such as Religious, Honest, Tolerance, Discipline, Hard Work, Creative, Independent, Democratic, Curiosity, National Spirit, Love of the Homeland, Appreciating Achievement, Friendly/Communicative, Love of Peace. , Love to read, Care for the environment, Social care, and Responsibility, which are contained in the animated film The Spongebob Movie 2020. The type of research used is qualitative research. The purpose of using qualitative methods is to obtain in-depth data. Data obtained through observation, documentation, and note-taking methods. From the research conducted, the results obtained are that the animated film The Spongebob Movie 2020 has character values of honest, hard work, creative, democratic, curiosity, love for the homeland, respect for achievement, friendly, love peace, love to read, care for the environment, care social, and responsibility. The thirteen character values appear in each scene with a reference to eighteen character values according to the 2010 Ministry of National Education, therefore this film can be used as a vehicle for character education for elementary school students in the learning process.","PeriodicalId":110768,"journal":{"name":"Wawasan Pendidikan","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115912993","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mind mapping merupakan salah satu metode dalam pembelajaran yang berfokus pada mencatat yang membantu kita mengingat materi serta dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi dan memberikan wawasan baru. Mind mapping ini kembangkan oleh Tony Buzan. Dengan adanya metode ini siswa menjadi lebih aktif, meningkatnya kreatifitas dan dapat menerima pelajaran dengan mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengetahui implementasi metode mind mapping pada pembelajaran tematik kelas V SD Negeri Kalikondang 4 Kecamatan Demak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Sumber data yang digunakan adalah guru dan siswa Kelas V. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: implementasi metode mind mapping pada pembelajaran kelas V SD Negeri Kalikondang 4 Kecamatan Demak telah diwujudkan dengan 3 tahap, yaitu tahap perencanaan dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus, media pendidikan serta materi yang akan disampaikan. Tahap yang kedua, yaitu tahap pelaksanaan merupakan kegiatan inti dalam membuat mind mapping ada yang individu maupun berkelompok. Jika berkelompok guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kemudian siswa mencermati/ membaca materi, berdiskusi dan siswa mempresentasikan hasil diskusinya, dan dilanjut mengerjakan soal. Jika individu siswa mengerjakan mind mapping sendiri di papan tulis ataupun buku tulis dengan mandiri. Tahap yang ketiga, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru masih mengutamakan penilaian hasil pada kognitif (pengetahuan) siswa melalui mengerjakan latihan soal di LKS atau PR sebagai tugas.
{"title":"IMPLEMENTASI METODE MIND MAPPING PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS V SD NEGERI KALIKONDANG 4 KECAMATAN DEMAK","authors":"Ayun Maula Mardikani, E. Subekti, Sukamto Sukamto","doi":"10.26877/wp.v3i1.11631","DOIUrl":"https://doi.org/10.26877/wp.v3i1.11631","url":null,"abstract":"Mind mapping merupakan salah satu metode dalam pembelajaran yang berfokus pada mencatat yang membantu kita mengingat materi serta dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi dan memberikan wawasan baru. Mind mapping ini kembangkan oleh Tony Buzan. Dengan adanya metode ini siswa menjadi lebih aktif, meningkatnya kreatifitas dan dapat menerima pelajaran dengan mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengetahui implementasi metode mind mapping pada pembelajaran tematik kelas V SD Negeri Kalikondang 4 Kecamatan Demak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Sumber data yang digunakan adalah guru dan siswa Kelas V. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: implementasi metode mind mapping pada pembelajaran kelas V SD Negeri Kalikondang 4 Kecamatan Demak telah diwujudkan dengan 3 tahap, yaitu tahap perencanaan dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus, media pendidikan serta materi yang akan disampaikan. Tahap yang kedua, yaitu tahap pelaksanaan merupakan kegiatan inti dalam membuat mind mapping ada yang individu maupun berkelompok. Jika berkelompok guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kemudian siswa mencermati/ membaca materi, berdiskusi dan siswa mempresentasikan hasil diskusinya, dan dilanjut mengerjakan soal. Jika individu siswa mengerjakan mind mapping sendiri di papan tulis ataupun buku tulis dengan mandiri. Tahap yang ketiga, yaitu evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru masih mengutamakan penilaian hasil pada kognitif (pengetahuan) siswa melalui mengerjakan latihan soal di LKS atau PR sebagai tugas.","PeriodicalId":110768,"journal":{"name":"Wawasan Pendidikan","volume":"157 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-02-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122299763","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}