Pub Date : 2022-08-10DOI: 10.54471/tarbiyatuna.v15i2.2298
Imas Maesaroh, Dalilah Ayu Permatasari, Nur Kholis
Leadership must ensure all employees have equal tasks and responsibilities. This study aimed to explore (1) the workload of employees in the MoRA office and (2) the strategies leaders take to overcome employee work overload. This study employed three methods of data collection: observation, interviews, and documentation. The informants include the Head Section and the staff working at the Ministry of Religious Affairs Office of Gresik Regency. Data were analyzed using the stages offered by Miles and Huberman, including data reduction, data presentation, and conclusion. The results show that the division’s staff workload was relatively heavy. The Head Section applied a leadership strategy to overcome work overload by offering work cooperation and mutual assistance among employees. In addition, leadership strategy was applied using an analysis of organizational structures, appropriate leadership styles, and the evaluation process. This study implies that reducing work overload is critical to maintaining employees’ ongoing health and strengthening work efficiency and effectiveness.
{"title":"Leadership Approach to Distribute Employee Workload in The Office of The Ministry of Religious Affairs","authors":"Imas Maesaroh, Dalilah Ayu Permatasari, Nur Kholis","doi":"10.54471/tarbiyatuna.v15i2.2298","DOIUrl":"https://doi.org/10.54471/tarbiyatuna.v15i2.2298","url":null,"abstract":"Leadership must ensure all employees have equal tasks and responsibilities. This study aimed to explore (1) the workload of employees in the MoRA office and (2) the strategies leaders take to overcome employee work overload. This study employed three methods of data collection: observation, interviews, and documentation. The informants include the Head Section and the staff working at the Ministry of Religious Affairs Office of Gresik Regency. Data were analyzed using the stages offered by Miles and Huberman, including data reduction, data presentation, and conclusion. The results show that the division’s staff workload was relatively heavy. The Head Section applied a leadership strategy to overcome work overload by offering work cooperation and mutual assistance among employees. In addition, leadership strategy was applied using an analysis of organizational structures, appropriate leadership styles, and the evaluation process. This study implies that reducing work overload is critical to maintaining employees’ ongoing health and strengthening work efficiency and effectiveness.","PeriodicalId":115024,"journal":{"name":"Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123667624","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-15DOI: 10.36835/tarbiyatuna.v15i1.1454
Mila Roza, Sedya Sentosa
Pendidikan agama Islam merupakan proses pembentukan kepribadian muslim yaitu manusia yang beriman dan beramal shaleh serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam. Berbagai kurikulum telah dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara komprehensif. Melihat kemajuan manusia dari segi perekonomian yang semakin digalakkan dengan program ‘ayo berwirausaha’ yang banyak melahirkan wirausahawan muda millenial. Tentunya hal ini menjadi sebuah pertanyaan besar bagi penulis apakah pada penyampain materi PAI yang bersifat menyeluruh ini sudah memuat kebutuhan materi sesuai dengan perkembangan zamannya serta membina siswa secara direct ataupun indirect learning atas nilai-nilai dasar kewirausahaan yang mereka punya melalui program-program pembelajaran yang dapat di relevankan dengan mata pelajaran PAI. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan. Dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian dan menguraikan secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh para pembaca. Hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa adanya indikasi penyampaian nilai-nilai pendidikan kewirausahaan pada muatan materi PAI yang di rangkum sesuai dengan kurikulum pendidikan Islam yang diajarkan oleh guru kepada peserta didik sejak dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar hingga mencapai Perguruan Tinggi. Kata Kunci: Materi PAI, Kewirausahaan dan Kurikulum
{"title":"ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MATERI PAI DARI SEKOLAH DASAR SAMPAI PERGURUAN TINGGI","authors":"Mila Roza, Sedya Sentosa","doi":"10.36835/tarbiyatuna.v15i1.1454","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/tarbiyatuna.v15i1.1454","url":null,"abstract":"Pendidikan agama Islam merupakan proses pembentukan kepribadian muslim yaitu manusia yang beriman dan beramal shaleh serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam. Berbagai kurikulum telah dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara komprehensif. Melihat kemajuan manusia dari segi perekonomian yang semakin digalakkan dengan program ‘ayo berwirausaha’ yang banyak melahirkan wirausahawan muda millenial. Tentunya hal ini menjadi sebuah pertanyaan besar bagi penulis apakah pada penyampain materi PAI yang bersifat menyeluruh ini sudah memuat kebutuhan materi sesuai dengan perkembangan zamannya serta membina siswa secara direct ataupun indirect learning atas nilai-nilai dasar kewirausahaan yang mereka punya melalui program-program pembelajaran yang dapat di relevankan dengan mata pelajaran PAI. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan. Dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian dan menguraikan secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh para pembaca. Hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa adanya indikasi penyampaian nilai-nilai pendidikan kewirausahaan pada muatan materi PAI yang di rangkum sesuai dengan kurikulum pendidikan Islam yang diajarkan oleh guru kepada peserta didik sejak dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar hingga mencapai Perguruan Tinggi. \u0000 \u0000Kata Kunci: Materi PAI, Kewirausahaan dan Kurikulum","PeriodicalId":115024,"journal":{"name":"Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122270405","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-15DOI: 10.36835/tarbiyatuna.v15i1.1182
Ahmad Tarmizi Hasibuan, Ely Rahmawati
Penelitian ini menjelaskan kajian pendidikan Islam dalam setting informal, korespondensi dengan pengembangan sumber daya manusia dan peran pengembangannya untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan seimbang dalam masyarakat dengan nilai moral dan spiritual. Pendidikan islam tidak hanya berfokus dalam pendidikan yang bersifat formal saja, namuan nonformal serta informal juga perlu menjadi pusat perhatian. Pendidikan islam informal memberikan kontribusinya dalam dunia pendidikan dalam islam, namun perlu adanya sebuah evaluasi dalam sisitem dan implementasinya, supaya mampu berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia dalam masyarakat. Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Library Research. kemudian datanya dituangkan dengan cara mendeskripsikan hasil analisis. Hasil dalam penelitian berisi dua kajian yaitu, Pertama membahas pendidikan dan fungsinya secara umum dan kemudian pendidikan dari perspektif Islam. Kedua, membahas tentang karakter pendidikan Islam informal, para pemain peran di lapangan pendidikan Islam informal, statusnya sebagai guru, peran guru, kompetensi guru, dan hubungan guru-peserta didik dalam terang budaya dan warisan Islam. Kata kunci: Pendidikan Islam, Sumber Daya Manusia.
{"title":"PENDIDIKAN ISLAM INFORMAL DAN PERAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT: STUDI EVALUASI TEORETIS","authors":"Ahmad Tarmizi Hasibuan, Ely Rahmawati","doi":"10.36835/tarbiyatuna.v15i1.1182","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/tarbiyatuna.v15i1.1182","url":null,"abstract":"Penelitian ini menjelaskan kajian pendidikan Islam dalam setting informal, korespondensi dengan pengembangan sumber daya manusia dan peran pengembangannya untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan seimbang dalam masyarakat dengan nilai moral dan spiritual. Pendidikan islam tidak hanya berfokus dalam pendidikan yang bersifat formal saja, namuan nonformal serta informal juga perlu menjadi pusat perhatian. Pendidikan islam informal memberikan kontribusinya dalam dunia pendidikan dalam islam, namun perlu adanya sebuah evaluasi dalam sisitem dan implementasinya, supaya mampu berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia dalam masyarakat. Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Library Research. kemudian datanya dituangkan dengan cara mendeskripsikan hasil analisis. Hasil dalam penelitian berisi dua kajian yaitu, Pertama membahas pendidikan dan fungsinya secara umum dan kemudian pendidikan dari perspektif Islam. Kedua, membahas tentang karakter pendidikan Islam informal, para pemain peran di lapangan pendidikan Islam informal, statusnya sebagai guru, peran guru, kompetensi guru, dan hubungan guru-peserta didik dalam terang budaya dan warisan Islam. Kata kunci: Pendidikan Islam, Sumber Daya Manusia.","PeriodicalId":115024,"journal":{"name":"Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam","volume":"72 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123194839","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-15DOI: 10.36835/tarbiyatuna.v14i2.1111
Intan Budiana Putri, Abdul Muhid
Dalam pendidikan Islam, keteladanan merupakan metode yang paling banyak terlihat hasilnya dan terbukti bersifat influentif di dalam membentuk moral, spiritual maupun sosial seorang anak. Qashidah Burdah melalui sya’ir-sya’ir nya yang begitu indah, yang menceritakan kisah Rasulullah yang terpilih, ditulis oleh seorang penyair yang alim. Merujuk pada teori social learning, perilaku dibentuk oleh hubungan interaksi klien dengan lingkungannya. Teknik modeling adalah salah satu teknik yang disusun oleh Albert Bandura. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan keteladanan dalam syair-syair qasidah burdah dan relevansinya terhadap teori belajar sosial Albert Bandura. Harapan dari penelitian ini adalah agar dapat dijadikan sebagai gagasan pendekatan dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kapasitas belajar dengan metode keteladanan. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan prosedur penelitian pustaka (Library Research). Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa di dalam qasidah burdah terdapat kisah-kisah Rasulullah yang dapat kita jadikan sebagai salah satu metode pembelajaran, yaitu metode keteladanan.
{"title":"The Metode Pendidikan Keteladanan Relevansi antara Qasidah Burdah dengan Teori Belajar Sosial Albert Bandura","authors":"Intan Budiana Putri, Abdul Muhid","doi":"10.36835/tarbiyatuna.v14i2.1111","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/tarbiyatuna.v14i2.1111","url":null,"abstract":"Dalam pendidikan Islam, keteladanan merupakan metode yang paling banyak terlihat hasilnya dan terbukti bersifat influentif di dalam membentuk moral, spiritual maupun sosial seorang anak. Qashidah Burdah melalui sya’ir-sya’ir nya yang begitu indah, yang menceritakan kisah Rasulullah yang terpilih, ditulis oleh seorang penyair yang alim. Merujuk pada teori social learning, perilaku dibentuk oleh hubungan interaksi klien dengan lingkungannya. Teknik modeling adalah salah satu teknik yang disusun oleh Albert Bandura. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan keteladanan dalam syair-syair qasidah burdah dan relevansinya terhadap teori belajar sosial Albert Bandura. Harapan dari penelitian ini adalah agar dapat dijadikan sebagai gagasan pendekatan dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan kapasitas belajar dengan metode keteladanan. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan prosedur penelitian pustaka (Library Research). Di dalam penelitian ini ditemukan bahwa di dalam qasidah burdah terdapat kisah-kisah Rasulullah yang dapat kita jadikan sebagai salah satu metode pembelajaran, yaitu metode keteladanan.","PeriodicalId":115024,"journal":{"name":"Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129509118","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-15DOI: 10.36835/tarbiyatuna.v14i2.1094
Ilma Kharismatunisa', Mohammad Darwis
Artikel ini hendak menjelaskan tentang penanaman nilai-nilai pendidikan Aswaja untuk melihat tumbuh kembangnya kehidupan keberagamaan. Proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam Aswaja sejatinya tidak hanya terjadi di lingkungan pendidikan formal saja. Lebih dari itu, nilai-nilai pendididikan aswaja sudah menjadi tradisi kuat yang terus dipertahankan masyarakat Nahdlatul Ulama. Artikel ini ditulis dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan lokasi penelitian di Kecamatan Senduro Lumajang. Kesimpulan menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Aswaja An-nahdliyyah yang ditanamkan pada masyarakat plural di Kecamatan Senduro mencakup beberapa aspek yaitu tawasuth, tasamuh, i'tidal dan tawazun. Peran Nahdlatul Ulama dalam proses penanaman nilai-nilai tawasuth dilakukan dengan metode pemahaman dan metode pembiasaan. Sedangkan penanaman nilai-nilai tasamuh dilakukan melalui program-program kegiatan MWCNU Senduro dengan metode pemahaman. Untuk penanaman nilai-nilai i’tidal dilakukan dengan metode pemahaman dan metode pembiasaan dan nilai-nilai tawazun dikemas dengan metode pemahaman dan metode pembiasaan.
{"title":"Nahdlatul Ulama dan Perannya dalam Menyebarkan Nilai-Nilai Pendidikan Aswaja An-Nahdliyah pada Masyarakat Plural","authors":"Ilma Kharismatunisa', Mohammad Darwis","doi":"10.36835/tarbiyatuna.v14i2.1094","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/tarbiyatuna.v14i2.1094","url":null,"abstract":"Artikel ini hendak menjelaskan tentang penanaman nilai-nilai pendidikan Aswaja untuk melihat tumbuh kembangnya kehidupan keberagamaan. Proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam Aswaja sejatinya tidak hanya terjadi di lingkungan pendidikan formal saja. Lebih dari itu, nilai-nilai pendididikan aswaja sudah menjadi tradisi kuat yang terus dipertahankan masyarakat Nahdlatul Ulama. Artikel ini ditulis dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan lokasi penelitian di Kecamatan Senduro Lumajang. Kesimpulan menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Aswaja An-nahdliyyah yang ditanamkan pada masyarakat plural di Kecamatan Senduro mencakup beberapa aspek yaitu tawasuth, tasamuh, i'tidal dan tawazun. Peran Nahdlatul Ulama dalam proses penanaman nilai-nilai tawasuth dilakukan dengan metode pemahaman dan metode pembiasaan. Sedangkan penanaman nilai-nilai tasamuh dilakukan melalui program-program kegiatan MWCNU Senduro dengan metode pemahaman. Untuk penanaman nilai-nilai i’tidal dilakukan dengan metode pemahaman dan metode pembiasaan dan nilai-nilai tawazun dikemas dengan metode pemahaman dan metode pembiasaan.","PeriodicalId":115024,"journal":{"name":"Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129316018","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-15DOI: 10.36835/tarbiyatuna.v14i2.1043
Muhammad Arief Nugroho, Ashif Az Zafi
The purpose of this article is to find out how Islamic education in the area around the Kudus Tower is influenced religious community, as well as to find out the influence in Islamic education. The process of compiling this study used a qualitative approach. The data collection was done by conducting a literature study. It is known that the influence of a religious community for Islamic education in the area around the Kudus tower includes making students more familiar with Islam, as well as the special attitude of Islamic education institutions in educating their students. The results obtained from this study are Islamic educational institutions around the Kudus tower are growing rapidly and these educational institutions form students who excel in academics and have noble character. The main factor in the formation of the noble character of students is caused by the kiai who become teachers in educational institutions, a religious community environment, upholding the teachings of Islam and also side by side with the tomb of Sunan Kudus which is its own value.
{"title":"Society's Diversity in Influencing Education (Kudus Tower Case Study in Influencing Islamic Education)","authors":"Muhammad Arief Nugroho, Ashif Az Zafi","doi":"10.36835/tarbiyatuna.v14i2.1043","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/tarbiyatuna.v14i2.1043","url":null,"abstract":"The purpose of this article is to find out how Islamic education in the area around the Kudus Tower is influenced religious community, as well as to find out the influence in Islamic education. The process of compiling this study used a qualitative approach. The data collection was done by conducting a literature study. It is known that the influence of a religious community for Islamic education in the area around the Kudus tower includes making students more familiar with Islam, as well as the special attitude of Islamic education institutions in educating their students. The results obtained from this study are Islamic educational institutions around the Kudus tower are growing rapidly and these educational institutions form students who excel in academics and have noble character. The main factor in the formation of the noble character of students is caused by the kiai who become teachers in educational institutions, a religious community environment, upholding the teachings of Islam and also side by side with the tomb of Sunan Kudus which is its own value.","PeriodicalId":115024,"journal":{"name":"Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124655812","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-15DOI: 10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.401
Zainil Ghulam, A. Farid
Artikel ini mengulas tentang upaya yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdaltul Ulama (NU) Lumajang dalam membumikan identitas Aswaja An-Nahdliyah. Secara khusus, penanaman identitas Aswaja An-Nahdliyah dilakukan untuk menangkal gerakan Islam Transnasional yang sedang marak terjadi di Lumajang terutama di lingkungan lembaga pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Penelitian dilakukan di lembaga pendidikan Ma’arif di beberapa daerah di Lumajang. Kesimpulan penelitian ini menyebutkan bahwa proses yang dilakukan oleh LP Ma’arif dan seluruh lembaga pendidikan di lokasi penelitian memiliki iklim dan kebudayaan Nahdlatul Ulama itu sendiri. Selain itu, amaliyah dan tradisi kegamaan Nahdlatul Ulama dijadikan sebagai kegiatan rutinan. Antara lain tahlil, istighotsah, ziarah kubur dengan melibatkan stakeholder lain baik dari unsur wali murid maupun masyarakat pada umumnya. Selain kegiatan rutin, literasi tentang ke-NU-an juga dilakukan dengan menjadikan majalah AULA PWNU Jawa Timur sebagai pedoman penerimaan berita dan informasi terkini tentang NU.
{"title":"Ideologisasi Identitas Aswaja An-Nahdliyah di LP. Ma’arif NU Lumajang dalam Menangkal Gerakan Islam Transnasional","authors":"Zainil Ghulam, A. Farid","doi":"10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.401","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.401","url":null,"abstract":"Artikel ini mengulas tentang upaya yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdaltul Ulama (NU) Lumajang dalam membumikan identitas Aswaja An-Nahdliyah. Secara khusus, penanaman identitas Aswaja An-Nahdliyah dilakukan untuk menangkal gerakan Islam Transnasional yang sedang marak terjadi di Lumajang terutama di lingkungan lembaga pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Penelitian dilakukan di lembaga pendidikan Ma’arif di beberapa daerah di Lumajang. Kesimpulan penelitian ini menyebutkan bahwa proses yang dilakukan oleh LP Ma’arif dan seluruh lembaga pendidikan di lokasi penelitian memiliki iklim dan kebudayaan Nahdlatul Ulama itu sendiri. Selain itu, amaliyah dan tradisi kegamaan Nahdlatul Ulama dijadikan sebagai kegiatan rutinan. Antara lain tahlil, istighotsah, ziarah kubur dengan melibatkan stakeholder lain baik dari unsur wali murid maupun masyarakat pada umumnya. Selain kegiatan rutin, literasi tentang ke-NU-an juga dilakukan dengan menjadikan majalah AULA PWNU Jawa Timur sebagai pedoman penerimaan berita dan informasi terkini tentang NU.","PeriodicalId":115024,"journal":{"name":"Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128234942","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-15DOI: 10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.399
Aminatuz Zahroh
Tulisan ini akan melihat pesantren sebagai lembaga pendidikan indegenious dari sudut pandang kepemimpinan. Sejatinya, penelitian tentang hal tersebut sudah lazim dilakukan. Tetapi koneksi antara kepemimpinan dengan perubahan sosial di dalam pesantren tidak banyak dilakukan, karena sejak awal pesantren selalu melakukan perubahan dengan sangat selektif dan adaptif. Selain itu, acapkali perubahan kepemimpinan di pesantren menyebabkan disparitas baru antara pesantren dengan pemangku kepentingan yang lain. Kesimpulan dari penelitian ini menyebutkan bahwa seorang pemimpin di pesantren harus menerapkan the spiritual leadership yang secara garis besar adalah berkenaan dengan upaya konsolidasi dengan niat yang suci yaitu dengan memulai dari niat diri sendiri, membangun niat secara bersama, mempertahankan niat, budaya organisasi, membangun persaudaraan dan kolaborasi serta membangun integritas yaitu dengan cara membangun integritas budaya organisasi yang sehat.
{"title":"Kepemimpinan Pesantren dan Perubahan Sosial","authors":"Aminatuz Zahroh","doi":"10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.399","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.399","url":null,"abstract":"Tulisan ini akan melihat pesantren sebagai lembaga pendidikan indegenious dari sudut pandang kepemimpinan. Sejatinya, penelitian tentang hal tersebut sudah lazim dilakukan. Tetapi koneksi antara kepemimpinan dengan perubahan sosial di dalam pesantren tidak banyak dilakukan, karena sejak awal pesantren selalu melakukan perubahan dengan sangat selektif dan adaptif. Selain itu, acapkali perubahan kepemimpinan di pesantren menyebabkan disparitas baru antara pesantren dengan pemangku kepentingan yang lain. Kesimpulan dari penelitian ini menyebutkan bahwa seorang pemimpin di pesantren harus menerapkan the spiritual leadership yang secara garis besar adalah berkenaan dengan upaya konsolidasi dengan niat yang suci yaitu dengan memulai dari niat diri sendiri, membangun niat secara bersama, mempertahankan niat, budaya organisasi, membangun persaudaraan dan kolaborasi serta membangun integritas yaitu dengan cara membangun integritas budaya organisasi yang sehat.","PeriodicalId":115024,"journal":{"name":"Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam","volume":"88 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126202547","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-15DOI: 10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.398
Ahmad Halid
Artikel ini berupaya melihat hal yang “istimewa” di dalam pesantren. Salah satu aspek yang selalu menjadi sorotan para peneliti dalam setiap diskursus adalah keistimewaan pesantren yang terus eksis di setiap lini masa. Salah satunya adalah keberadaan kurikulum “tersembunyi” yang sering disebut hidden curriculum. Hidden curriculum pesantren adalah ngaji nilai-nilai, karakter, sikap, perilaku dan tindakan kiai sehari-hari sebagai modal para santri ketika mereka kembali ke halaman rumahnya masing-masing. Model kajian ini adalah menggunakan model kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data kepustakaan dan contoh-contoh aktual pelaksanaan hidden curriculum pesantren. Hasil pembahasannya dikontrol dengan membandingkan dengan hasil penelitian orang-orang terdahulu dengan kasus yang sama. pesantren adalah seperangkat kegiatan edukatif untuk transmisi ilmu, budaya, tradisi, norma, nilai, dan keyakinan, asumsi yang disampaikan di ruang belajar dan lingkungan sosial pesantren namun tidak direncanakan dan tidak terstruktur secara formal dan non formal, sangat diharapkan (expected messages) dan pendidikan itu berjalan secara alamiah dan mengikuti kemauan kyai atau ustadz. Hidden curriculum pesantren memperdalam ngaji nilai-nilai, karakter, sikap, perilaku dan tindakan kyai sehari-hari sebagai modal dipraktikkan ketika para santri kembali kehalam rumahnya masing-masing.
{"title":"Hidden Curriculum Pesantren: Urgensi, Keberadaan dan Capaiannya","authors":"Ahmad Halid","doi":"10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.398","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.398","url":null,"abstract":"Artikel ini berupaya melihat hal yang “istimewa” di dalam pesantren. Salah satu aspek yang selalu menjadi sorotan para peneliti dalam setiap diskursus adalah keistimewaan pesantren yang terus eksis di setiap lini masa. Salah satunya adalah keberadaan kurikulum “tersembunyi” yang sering disebut hidden curriculum. Hidden curriculum pesantren adalah ngaji nilai-nilai, karakter, sikap, perilaku dan tindakan kiai sehari-hari sebagai modal para santri ketika mereka kembali ke halaman rumahnya masing-masing. Model kajian ini adalah menggunakan model kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data kepustakaan dan contoh-contoh aktual pelaksanaan hidden curriculum pesantren. Hasil pembahasannya dikontrol dengan membandingkan dengan hasil penelitian orang-orang terdahulu dengan kasus yang sama. pesantren adalah seperangkat kegiatan edukatif untuk transmisi ilmu, budaya, tradisi, norma, nilai, dan keyakinan, asumsi yang disampaikan di ruang belajar dan lingkungan sosial pesantren namun tidak direncanakan dan tidak terstruktur secara formal dan non formal, sangat diharapkan (expected messages) dan pendidikan itu berjalan secara alamiah dan mengikuti kemauan kyai atau ustadz. Hidden curriculum pesantren memperdalam ngaji nilai-nilai, karakter, sikap, perilaku dan tindakan kyai sehari-hari sebagai modal dipraktikkan ketika para santri kembali kehalam rumahnya masing-masing.","PeriodicalId":115024,"journal":{"name":"Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam","volume":"82 21","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114088148","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-15DOI: 10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.400
Siti Aimah
Kurikulum sebagai sebuah konsep pendidikan di perguruan tinggi khususnya harus mampu mengakomodir perkembangan ilmu pengetahuan (scientific vision), kebutuhan masyarakat (societal needs) dan tentu saja kebutuhan pengguna lulusan (stakeholder needs). Tanpa meninggalkan ciri khas, masing-masing negara memiliki kurikulum terstuktur dan sistematis yang menjadi panduan dalam pelaksanaan pendidikan yang dikembangkannya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Meskipun secara umum kurikulum pada setiap negara memiliki persamaan akan tetapi secara spesifik masing-masing negara memiliki keunikan yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Diantara Empat negara; Indonesia, India, Irak dan Turki, persamaannya adalah sama-sama fokus mengkaji dan mengembangkan teori-teori Islam klasik yang terdapat pada kitab-kitab salaf menggunakan sistem-sistem modern dengan mengadopsi pola pendidikan barat, meskipun dengan tetap mempertahankan ciri khas dari pola pendidikan Islam yang cenderung berorientasi pada pembinaan karakter dan budi pekerti yang mulia. Sedangkan perbedaannya yaitu pada orientasi mutu pembelajaran seperti yang terjadi di Indonesia dan India, perbedaan pada otoritas pelaksanaan kurikulum seperti yang ada di Indonesia dan Irak, dan perbedaan pada otonomi akademik seperti yang terdapat di Indonesia dan Turki.
{"title":"Kurikulum Pendidikan Tinggi Empat Negara Indonesia, India, Irak dan Turki","authors":"Siti Aimah","doi":"10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.400","DOIUrl":"https://doi.org/10.36835/TARBIYATUNA.V12I2.400","url":null,"abstract":"Kurikulum sebagai sebuah konsep pendidikan di perguruan tinggi khususnya harus mampu mengakomodir perkembangan ilmu pengetahuan (scientific vision), kebutuhan masyarakat (societal needs) dan tentu saja kebutuhan pengguna lulusan (stakeholder needs). Tanpa meninggalkan ciri khas, masing-masing negara memiliki kurikulum terstuktur dan sistematis yang menjadi panduan dalam pelaksanaan pendidikan yang dikembangkannya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Meskipun secara umum kurikulum pada setiap negara memiliki persamaan akan tetapi secara spesifik masing-masing negara memiliki keunikan yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Diantara Empat negara; Indonesia, India, Irak dan Turki, persamaannya adalah sama-sama fokus mengkaji dan mengembangkan teori-teori Islam klasik yang terdapat pada kitab-kitab salaf menggunakan sistem-sistem modern dengan mengadopsi pola pendidikan barat, meskipun dengan tetap mempertahankan ciri khas dari pola pendidikan Islam yang cenderung berorientasi pada pembinaan karakter dan budi pekerti yang mulia. Sedangkan perbedaannya yaitu pada orientasi mutu pembelajaran seperti yang terjadi di Indonesia dan India, perbedaan pada otoritas pelaksanaan kurikulum seperti yang ada di Indonesia dan Irak, dan perbedaan pada otonomi akademik seperti yang terdapat di Indonesia dan Turki.","PeriodicalId":115024,"journal":{"name":"Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam","volume":"62 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117022237","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}