Artikel ini bertujuan mengkaji baju kurung tradisional sebagai citra diri perempuan Melayu Riau dan bukti bahwa perempuan Melayu Riau memiliki kearifan lokal budaya yang masih bertahan hingga kini. Hal ini disebabkan oleh visi Riau yang termaktub dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Riau Nomor 36 Tahun 2001 dan Perda Kota Pekanbaru Nomor 12 Tahun 2001 tentang pemakaian busana Melayu dilingkungan pendidikan, pegawai negeri sipil, swasta, badan usaha milik daerah, siswa yang ada di Riau. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Kajian ini menemukan bahwa (1) baju kurung tradisional merupakan ekspresi dari identitas perempuan Melayu Riau yang berlandaskan syariat Islam dan dinyatakan dalam Visi Riau yakni Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Adanya landasan hukum tersebut, maka baju kurung tradisional menjadi kokoh sebagai citra diri perempuan Melayu Riau; (2) Model dan bentuk baju kurung tradisional adalah dengan menutup seluruh tubuh sebagaimana syariat Islam yang menjadi keyakinan masyarakat Riau. Desain baju kurung tradisional yang digunakan oleh masyarakat Melayu sekarang merupakan warisan dari kearifan lokal dalam bentuk budaya masyarakat masa lalu. Kesimpulannya rancangan pola baju kurung tradisional terlihat unsur pengaruh agama Islam dari segala aspek, baik pada baju bagian atas maupun baju bagian bawah atau yang dikenal dengan sebutan rok.
{"title":"BAJU KURUNG TRADISIONAL: CITRA DIRI PEREMPUAN MELAYU RIAU BERKEARIFAN LOKAL BUDAYA","authors":"Ellya Roza, Sindi Ayudia Pama, Sukma Erni, Violeta Inayah Pama","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v20i1.23816","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v20i1.23816","url":null,"abstract":"Artikel ini bertujuan mengkaji baju kurung tradisional sebagai citra diri perempuan Melayu Riau dan bukti bahwa perempuan Melayu Riau memiliki kearifan lokal budaya yang masih bertahan hingga kini. Hal ini disebabkan oleh visi Riau yang termaktub dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Riau Nomor 36 Tahun 2001 dan Perda Kota Pekanbaru Nomor 12 Tahun 2001 tentang pemakaian busana Melayu dilingkungan pendidikan, pegawai negeri sipil, swasta, badan usaha milik daerah, siswa yang ada di Riau. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Kajian ini menemukan bahwa (1) baju kurung tradisional merupakan ekspresi dari identitas perempuan Melayu Riau yang berlandaskan syariat Islam dan dinyatakan dalam Visi Riau yakni Riau sebagai pusat kebudayaan Melayu di Asia Tenggara. Adanya landasan hukum tersebut, maka baju kurung tradisional menjadi kokoh sebagai citra diri perempuan Melayu Riau; (2) Model dan bentuk baju kurung tradisional adalah dengan menutup seluruh tubuh sebagaimana syariat Islam yang menjadi keyakinan masyarakat Riau. Desain baju kurung tradisional yang digunakan oleh masyarakat Melayu sekarang merupakan warisan dari kearifan lokal dalam bentuk budaya masyarakat masa lalu. Kesimpulannya rancangan pola baju kurung tradisional terlihat unsur pengaruh agama Islam dari segala aspek, baik pada baju bagian atas maupun baju bagian bawah atau yang dikenal dengan sebutan rok.","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132371324","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perkembangan dunia saat ini dipengaruhi oleh globalisasi atau peradaban dunia. Sejak abad ke-19 Indonesia juga sudah mulai mengenal dunia luar, ditandai dengan perdagangan dan industri luar negeri yang masuk ke dalam wilayah Nusantara. Globalisasi sudah mengakar pada diri Nusantara sejak dahulu, bahkan budaya Nusantara juga terkena dampak globalisasi baik itu yang positif maupun negatif. Budaya tasawuf yang sudah ada di Nusantara sejak masa wali berdakwah juga dewasa ini sudah mendapatkan pembaharuan di bidang teknologi dan informasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis arah gerak globalisasi dan pengaruhnya terhadap budaya tasawuf Nusantara sebagai budaya yang mengakar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data menggunakan studi literatur. Data yang didapatkan oleh penulis akan direduksi dan ditarik kesimpulan dari data yang relevan dengan penelitian saat ini. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa globalisasi telah mengadopsi sistem global di Indonesia secara menyeluruh di semua bidang. Tasawuf modern adalah hasil nyata dari modernisasi budaya dimana ajaran tasawuf diimplementasikan pada abad modern tanpa mengurangi atau menambahkan konsep tetapi lebih kepada pembaharuan kondisi sesuai dengan zaman.
{"title":"TASAWUF MELAYU NUSANTARA","authors":"Dedi Kuswandi, Rozib Sulistiyo, Mohamad Syawaludin","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v20i1.23689","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v20i1.23689","url":null,"abstract":"Perkembangan dunia saat ini dipengaruhi oleh globalisasi atau peradaban dunia. Sejak abad ke-19 Indonesia juga sudah mulai mengenal dunia luar, ditandai dengan perdagangan dan industri luar negeri yang masuk ke dalam wilayah Nusantara. Globalisasi sudah mengakar pada diri Nusantara sejak dahulu, bahkan budaya Nusantara juga terkena dampak globalisasi baik itu yang positif maupun negatif. Budaya tasawuf yang sudah ada di Nusantara sejak masa wali berdakwah juga dewasa ini sudah mendapatkan pembaharuan di bidang teknologi dan informasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis arah gerak globalisasi dan pengaruhnya terhadap budaya tasawuf Nusantara sebagai budaya yang mengakar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data menggunakan studi literatur. Data yang didapatkan oleh penulis akan direduksi dan ditarik kesimpulan dari data yang relevan dengan penelitian saat ini. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa globalisasi telah mengadopsi sistem global di Indonesia secara menyeluruh di semua bidang. Tasawuf modern adalah hasil nyata dari modernisasi budaya dimana ajaran tasawuf diimplementasikan pada abad modern tanpa mengurangi atau menambahkan konsep tetapi lebih kepada pembaharuan kondisi sesuai dengan zaman.","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"28 19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133154176","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-17DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v20i1.24081
Johan Septian Putra, Nia Ardianti Putri
Penelitian ini bertujuan untuk menginterpretasikan nilai simbolik tradisi Mandoa Pusaro masyarakat Sungai Sarik, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Data-data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan konklusi. Hasil penelitian dapat diberikan kesimpulan yaitu: Pertama, ritual tradisi Mandoa Pusaro memiliki makna nilai sakralitas dan nilai religiusitas yang tinggi terhadap kepercayaan bagi masyarakat yang melaksanakannya, khususnya memberikan nilai keberkahan hidup dengan limpahan rezeki. Kedua, makam memiliki fungsi sebagai pembangkit spiritual mereka dalam menjalankan kehidupan mereka, sekaligus fungsi nilai kekerabatan bagi mereka.
{"title":"KEARIFAN LOKAL TRADISI MANDO’A PUSARO DI KECAMATAN SUNGAI SARIK, KABUPATEN PADANG PARIAMAN, SUMATRA BARAT","authors":"Johan Septian Putra, Nia Ardianti Putri","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v20i1.24081","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v20i1.24081","url":null,"abstract":" Penelitian ini bertujuan untuk menginterpretasikan nilai simbolik tradisi Mandoa Pusaro masyarakat Sungai Sarik, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Data-data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan konklusi. Hasil penelitian dapat diberikan kesimpulan yaitu: Pertama, ritual tradisi Mandoa Pusaro memiliki makna nilai sakralitas dan nilai religiusitas yang tinggi terhadap kepercayaan bagi masyarakat yang melaksanakannya, khususnya memberikan nilai keberkahan hidup dengan limpahan rezeki. Kedua, makam memiliki fungsi sebagai pembangkit spiritual mereka dalam menjalankan kehidupan mereka, sekaligus fungsi nilai kekerabatan bagi mereka.","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129347497","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tulisan ini bertujuan menggali sejarah perkembangan ilmu falak sebelum Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Rasul hingga era kontemporer, di antaranya beberapa temuan peradaban di kawasan Mesopotamia Mesir Kuno, Yunani Kuno, Cina, Persia, India, dan Arab yang memberikan sumbangan besar terhadap Ilmu Falak, yang kemudian dikembangkan oleh Al-Khawarizmi, Al-Biruni, dan Al-Khuzandi. Dalam khazanah intelektual klasik, ilmu falak merupakan salah satu ciri kemajuan peradaban Islam. Al-Khawarizmi dengan magnum opus-nya Al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah, memengaruhi pemikiran cendekiawan-cendekiawan Eropa. Salah satu contoh hal tersebut adalah Gerard dari Gemona menerjemahkannya ke dalam bahasa latin, dipakai sebagai buku pegangan utama dalam ilmu pasti pada perguruan-perguruan tinggi di Eropa abad ke-16 M. Perkembangan Ilmu Falak di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kehadiran beberapa Ulama Timur Tengah ke Nusantara, seperti Syeikh Abdurrahman bin Ahmad pada tahun 1314 H/1896 M yang datang dari Mesir berkunjung ke Betawi. Catatan astronomi Zij Sulthany yang dibawanya diajarkan kepada sejumlah ulama Betawi. Di antara muridnya adalah Ahmad Dahlan dari Semarang-Termas (1329 H/1911 M) dan Habib Utsman bin Abdillah bin Aqil bin Yahya. Perkembangan selanjutnya karya-karya Ilmu Falak yang dihasilkan di Indonesia bersifat repetisi dominan dari karya sebelumnya, seperti Al-Khulashah al-Wafiyah (1354 H/1935 M), Al-Qowaid Al-Falakiyah (1351 H/1933 M), Al-Maksyuf dan Ittifaq Dzat al-Bain (1986). Penulisan literatur-literatur Ilmu Falak setidaknya memiliki tiga motivasi, pemenuhan kebutuhan mendasar berkaitan waktu shalat, awal bulan, dan arah kiblat. Adanya kekhawatiran hilangnya ilmu falak oleh zaman dan guna melengkapi persoalan keagamaan yang berkaitan dengan ilmu hitung (hisab), yaitu fara’idh.
本文旨在挖掘历史之前天文学家发展当代先知时代作为使徒被派到美索不达米亚地区的文明,在其中一些发现古埃及、古希腊、中国、波斯、印度和阿拉伯对天文学的贡献大的,然后由花剌子模、比鲁尼Al-Khuzandi。在古典知识分子的宝库中,天文学是伊斯兰文明进步的标志之一。al- khtashar fi Hisab al-Jabr wa al- muqabami的大代代子影响了欧洲学者的思想。Gemona中的一个例子这是杰拉德翻译成拉丁文,主要用作手册中科学一定是公元16世纪欧洲学院高。天文学家在印尼的发展不能脱离存在一些中东学者到群岛,比如谢赫艾哈迈德阿布杜·本·H 1314年-公元1896年阿拉维来自埃及的访问。他带来的关于Betawi一些学者的天文记录。他的门徒中有来自三马-特马斯的艾哈迈德·达兰(公元1329年H/1911年)和哈比卜·乌特曼·本·阿布迪拉·本·亚基耶亚。在印度尼西亚,天文学家后来的发展占主导地位,如前一部著作《khulashah al-Wafiyah》(公元1354年H/1935年)、《qowaid Al-Falakiyah》(公元1351年H/1933年)、《Al-Maksyuf》和《Ittifaq Dzat al-Bain)(1986年)。书写天文学文献至少有三个动机,满足了有关祈祷时间、每月初和麦加方向的基本需要。当时人们对天文学家消失的担忧,以及试图补充与信道有关的宗教问题。
{"title":"DINAMIKA DAN PERKEMBANGAN ILMU FALAK DARI ERA PRA ISLAM HINGGA ERA KONTEMPORER","authors":"Pepep Puad Muslim, Tatang Farhanul Hakim, Suparman Jassin","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v20i1.27243","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v20i1.27243","url":null,"abstract":"Tulisan ini bertujuan menggali sejarah perkembangan ilmu falak sebelum Nabi Muhammad SAW diutus sebagai Rasul hingga era kontemporer, di antaranya beberapa temuan peradaban di kawasan Mesopotamia Mesir Kuno, Yunani Kuno, Cina, Persia, India, dan Arab yang memberikan sumbangan besar terhadap Ilmu Falak, yang kemudian dikembangkan oleh Al-Khawarizmi, Al-Biruni, dan Al-Khuzandi. Dalam khazanah intelektual klasik, ilmu falak merupakan salah satu ciri kemajuan peradaban Islam. Al-Khawarizmi dengan magnum opus-nya Al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah, memengaruhi pemikiran cendekiawan-cendekiawan Eropa. Salah satu contoh hal tersebut adalah Gerard dari Gemona menerjemahkannya ke dalam bahasa latin, dipakai sebagai buku pegangan utama dalam ilmu pasti pada perguruan-perguruan tinggi di Eropa abad ke-16 M. Perkembangan Ilmu Falak di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kehadiran beberapa Ulama Timur Tengah ke Nusantara, seperti Syeikh Abdurrahman bin Ahmad pada tahun 1314 H/1896 M yang datang dari Mesir berkunjung ke Betawi. Catatan astronomi Zij Sulthany yang dibawanya diajarkan kepada sejumlah ulama Betawi. Di antara muridnya adalah Ahmad Dahlan dari Semarang-Termas (1329 H/1911 M) dan Habib Utsman bin Abdillah bin Aqil bin Yahya. Perkembangan selanjutnya karya-karya Ilmu Falak yang dihasilkan di Indonesia bersifat repetisi dominan dari karya sebelumnya, seperti Al-Khulashah al-Wafiyah (1354 H/1935 M), Al-Qowaid Al-Falakiyah (1351 H/1933 M), Al-Maksyuf dan Ittifaq Dzat al-Bain (1986). Penulisan literatur-literatur Ilmu Falak setidaknya memiliki tiga motivasi, pemenuhan kebutuhan mendasar berkaitan waktu shalat, awal bulan, dan arah kiblat. Adanya kekhawatiran hilangnya ilmu falak oleh zaman dan guna melengkapi persoalan keagamaan yang berkaitan dengan ilmu hitung (hisab), yaitu fara’idh.","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121385958","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-17DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v20i1.23432
Aang Gunaepi, Abdullah Idi, Ryan Bianda
Penelitian ini mengkaji simbol dan makna dari ngeyeuk sereuh yang merupakan salah satu upacara adat dalam pernikahan Sunda. Pertanyaan penelitian, apa simbol dan makna ngeyeuk sereuh bagi masyarakat Sunda serta fungsi dari upacara tersebut bagi masyarakat Sunda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan focus penelitian pada studi pustaka. Data dikumpulkan dari berbagai sumber yang relevan seperti buku, jurnal, dan beberapa artikel yang diterbitkan di media online. Analisa upacara tradisional ini dilakukan dengan teori Semiotika Roland Barthes. Temuan penelitian ngeyeuk sereuh yang merupakan salah satu upacara adat dalam pernikahan Sunda setidaknya memiliki simbol dan makna yang sarat akan nilai-nilai luhur.
{"title":"SIMBOL DAN MAKNA UPACARA NGEUYEUK SEUREUH DALAM PERNIKAHAN ADAT SUNDA","authors":"Aang Gunaepi, Abdullah Idi, Ryan Bianda","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v20i1.23432","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v20i1.23432","url":null,"abstract":"Penelitian ini mengkaji simbol dan makna dari ngeyeuk sereuh yang merupakan salah satu upacara adat dalam pernikahan Sunda. Pertanyaan penelitian, apa simbol dan makna ngeyeuk sereuh bagi masyarakat Sunda serta fungsi dari upacara tersebut bagi masyarakat Sunda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan focus penelitian pada studi pustaka. Data dikumpulkan dari berbagai sumber yang relevan seperti buku, jurnal, dan beberapa artikel yang diterbitkan di media online. Analisa upacara tradisional ini dilakukan dengan teori Semiotika Roland Barthes. Temuan penelitian ngeyeuk sereuh yang merupakan salah satu upacara adat dalam pernikahan Sunda setidaknya memiliki simbol dan makna yang sarat akan nilai-nilai luhur.","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122677031","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-07-17DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v20i1.22969
Fikri Surya Pratama Pratama
Musik dalam sejarah perkembangan peradaban Islam memiliki ragam legalitasnya, baik pelarangan oleh kaum Islam ortodoks, atau diperbolehkan oleh kaum sufi dan ulama lain selama tak ada unsur kemaksiatan. Perbedaan sudut pandang ini mengindikasikan besarnya peran seni musik dalam perkembangan peradaban Islam, sehingga perlu adanya pengawasan ketat atas musik dari masa peradaban Islam klasik hingga kontemporer. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan transformasi perkembangan musik dalam sejarah peradaban Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah dengan tahapannya: 1) Heuristik, sumber data penelitian dikumpulkan lewat studi pustaka; 2) Kritik Sumber, menyeleksi kevaliditas sumber data penelitian; 3) Interpretasi atau tahap analisis; 4) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan pada masa klasik hingga abad pertengahan peradaban Islam, musik identik dengan musif sufistik yang diperuntukkan sebagai media mendekatkan diri pada Tuhan. Praktik ini juga menghasilkan snei musik seperti nasyid dan qasidah. Eksistensi musik sufistik tergeser seiring modernisasi dan pengaruh budaya musik populer dari Barat. Pada umumnya pelaku musik pop religi identik dengan profesi ketimbang sebagai pihak yang menjadikan musik sebagai sarana meningkatkan gairah spiritual kepada Tuhan. Terdapat pergeseran posisi musik, dahulu sebagai wadah mencari kepuasan bathin dalam konteks religius, sekarang cenderung menjadi wadah konsumerisme yang kental ketimbang nilai religius dalam bermusik.
{"title":"DARI SUFISTIK KE POP RELIGI: SEJARAH TRANSFORMASI MUSIK DALAM PERADABAN ISLAM","authors":"Fikri Surya Pratama Pratama","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v20i1.22969","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v20i1.22969","url":null,"abstract":"Musik dalam sejarah perkembangan peradaban Islam memiliki ragam legalitasnya, baik pelarangan oleh kaum Islam ortodoks, atau diperbolehkan oleh kaum sufi dan ulama lain selama tak ada unsur kemaksiatan. Perbedaan sudut pandang ini mengindikasikan besarnya peran seni musik dalam perkembangan peradaban Islam, sehingga perlu adanya pengawasan ketat atas musik dari masa peradaban Islam klasik hingga kontemporer. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan transformasi perkembangan musik dalam sejarah peradaban Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah dengan tahapannya: 1) Heuristik, sumber data penelitian dikumpulkan lewat studi pustaka; 2) Kritik Sumber, menyeleksi kevaliditas sumber data penelitian; 3) Interpretasi atau tahap analisis; 4) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan pada masa klasik hingga abad pertengahan peradaban Islam, musik identik dengan musif sufistik yang diperuntukkan sebagai media mendekatkan diri pada Tuhan. Praktik ini juga menghasilkan snei musik seperti nasyid dan qasidah. Eksistensi musik sufistik tergeser seiring modernisasi dan pengaruh budaya musik populer dari Barat. Pada umumnya pelaku musik pop religi identik dengan profesi ketimbang sebagai pihak yang menjadikan musik sebagai sarana meningkatkan gairah spiritual kepada Tuhan. Terdapat pergeseran posisi musik, dahulu sebagai wadah mencari kepuasan bathin dalam konteks religius, sekarang cenderung menjadi wadah konsumerisme yang kental ketimbang nilai religius dalam bermusik.","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126189683","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-30DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v20i1.28181
Resa Restu Pauji, Miftahul Malik, Yoga Sudarisman
Penelitian ini membahas tentang kajian formula bunyi dalam mantra mantra Ngukus dan mantra Mitembeyan Meuseul pernikahan adat di Rancakalong Sumedang. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran data mengenai pola dan struktur mantra berupa rima, asonansi, dan aliterasi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif berbasis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, kajian mantra ini menunjukkan adanya pola rima yang tersusun secara ritmis dan bernada bahagia. Asonansi lebih dominan dibandingkan aliterasi. Hal tersebut yang menggambarkan bahwa mantra Ngkus dan Mitembeyan Meuseul berfungsi sebagai mantar pembuka dalam hal yang membahagiakan.
{"title":"FORMULA BUNYI SERTA FUNGSI DALAM PUISI MANTRA PERNIKAHAN ADAT DI RANCAKALONG SUMEDANG","authors":"Resa Restu Pauji, Miftahul Malik, Yoga Sudarisman","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v20i1.28181","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v20i1.28181","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas tentang kajian formula bunyi dalam mantra mantra Ngukus dan mantra Mitembeyan Meuseul pernikahan adat di Rancakalong Sumedang. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran data mengenai pola dan struktur mantra berupa rima, asonansi, dan aliterasi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif berbasis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, kajian mantra ini menunjukkan adanya pola rima yang tersusun secara ritmis dan bernada bahagia. Asonansi lebih dominan dibandingkan aliterasi. Hal tersebut yang menggambarkan bahwa mantra Ngkus dan Mitembeyan Meuseul berfungsi sebagai mantar pembuka dalam hal yang membahagiakan.","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115491126","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tradisi Mamaca Madura adalah tradisi yang mempunyai banyak hal menarik untuk dikaji dari berbagai sudut pandang. Artikel ini bertujuan untuk memahami hakikat tradisi tersebut ditinjau dari falsafah dan teori peradaban Islam. Metode yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah kualitatif deskriptif analitik, Sedangkan dalam mengumpulkan data sebagai obyek penelitian adalah kajian literasi pustaka. Sebagai pisau analisis kami menggunakan beberapa teori falsafah peradaban seperti teori ashabiyah dan teori siklus . Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa dalam tinjauan falsafah tradisi Mamaca tidak jauh dari sejarahnya yang memiliki kekuatan nilai-nilai ajaran agama bagi masyarakat Madura sehingga dengan hal tersebut mampu menguatkan rasa solidaritas. Sedangkan menurut teori peradaban Islam, tradisi Mamaca sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun dan Arnold Joseph Toynbee bahwasanya peradaban bisa dibentuk karena budaya yang terus berkembang. Menurut Ibnu Khaldun dalam teori Ashabiyahnya, peradaban terbentuk karena solidaritas yang tinggi dan Ashabiyah bisa dibentuk karena terpautnya jiwa masyarakat terhadap agama dan budaya yang legal. Dari segi eksistensinya, seperti yang dikemukakan Arnold J. Toynbee, suatu peradaban akan menemukan kehancurannya seiring pudarnya kebudayaan, karena siklus budaya adalah setiap kebudayaan yang dewasa memiliki empat tahap hidup: lahir, tumbuh, runtuh, dan silam. Tradisi Mamaca pun telah menjumpai tantangan di era berkembangnya teknologi, ia kurang diminati oleh generasi zaman sekarang bahkan mereka tidak mengerti tentang tradisi lisan ini.The Mamaca Madura tradition is a tradition that has many interesting things to study from various perspectives. This article aims to understand the nature of this tradition in terms of Islamic philosophy and theory of civilization. The method in this study uses a qualitative approach with a descriptive type. The technique used to collect the data is a literature review. Meanwhile, researchers used data description techniques to analyze the data. Research results show that the Mamaca tradition is not far from its history in terms of philosophy that this can strengthen a sense of solidarity as philosophy has a strong religious value for the Madurese. Meanwhile, according to the theory of Islamic civilization, the Mamaca tradition, as expressed by Ibn Khaldun and Arnold Joseph Toynbee, states that civilization can be formed because culture continues to develop. According to Ibn Khaldun in his theory of Ashabiyah, civilization is formed because of high solidarity and Ashabiyah can be formed because the people's soul is attached to religion and legal culture. In terms of its existence, as stated by Arnold J. Toynbee, a civilization will find its destruction as culture fades, because the cultural cycle is that every mature culture has four life stages: birth, growth, collapse, and past. The Mamaca tradition has also faced challenges in the era of technological development,
Mamaca Madura传统是一个有很多有趣的观点来研究的传统。本文旨在了解这一传统的本质,即伊斯兰文明的哲学和理论。本研究过程中使用的方法是分析性描述性描述性,而作为研究对象收集数据的方法是对库素养的研究。作为分析之刃,我们使用一些文明的哲学理论,如ashabiyah理论和周期理论。这项研究的结果表明,在对马马卡传统的哲学回顾中,马马卡传统的历史与马杜拉社会具有强大的宗教教义价值,从而加强了团结。另一方面,根据伊斯兰文明理论,伊本·哈尔顿和阿诺德·约瑟夫·汤因比所揭示的马马卡传统是由不断发展的文化形成的。根据伊本·赫勒顿的ashabidun理论,在他的ashabidun理论中,文明的建立是由高度的团结和阿萨哈德形成的,这是由于社会对合法宗教和文化的重视。正如阿诺德·J·汤因比(Arnold J. Toynbee)所指出的那样,文化的存在本身就会导致社会崩溃,因为文化的循环是每一种成熟文化的四个阶段:出生、成长、崩溃和衰老。马马卡的传统在技术发达的时代也面临着挑战,如今的人们对他的兴趣不足,甚至对这些口头传统一无所知。《马玛卡·马杜拉传统》是一个传统,它有很多有趣的东西来研究不同的视角。这篇文章揭示了伊斯兰哲学和文明理论传统的本质。本研究中的方法具有可行性,有一个定义类型。技术过去收集数据是一篇文学评论。意思是,researchers使用数据解析数据。研究结果表明,《玛玛卡传统》的历史并没有那么远的历史意义,它可以巩固像哲学一样强大的宗教价值。虽然,根据伊本·哈尔顿和阿诺德·托姆比的研究,关于伊斯兰文明的理论,这种文明可以被根除,因为文化不断发展。根据伊本·查尔顿在他的亚述人理论中,文明被赋予了高度的团结和荣誉,因为人们的灵魂受到宗教和合法文化的影响。按照阿诺德·J·托因比(Arnold J. Toynbee)的描述,文明会在文化逐渐消失的过程中发现它的破坏性,因为文化周期是每一种成熟的文化等级的四种:出生、成长、崩溃和过去。玛玛卡传统在技术发展的时代也面临着挑战,他们对今天的一代缺乏吸引力,他们甚至不理解这个口头传统。
{"title":"TRADISI MAMACA MADURA DALAM TINJAUAN FALSAFAH DAN TEORI PERADABAN ISLAM","authors":"Imam Arifin, Amin Suyitno, Endang Rochmiatun, Choliliyah Thoha","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v20i1.23848","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v20i1.23848","url":null,"abstract":" Tradisi Mamaca Madura adalah tradisi yang mempunyai banyak hal menarik untuk dikaji dari berbagai sudut pandang. Artikel ini bertujuan untuk memahami hakikat tradisi tersebut ditinjau dari falsafah dan teori peradaban Islam. Metode yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah kualitatif deskriptif analitik, Sedangkan dalam mengumpulkan data sebagai obyek penelitian adalah kajian literasi pustaka. Sebagai pisau analisis kami menggunakan beberapa teori falsafah peradaban seperti teori ashabiyah dan teori siklus . Hasil penelitian ini memberi indikasi bahwa dalam tinjauan falsafah tradisi Mamaca tidak jauh dari sejarahnya yang memiliki kekuatan nilai-nilai ajaran agama bagi masyarakat Madura sehingga dengan hal tersebut mampu menguatkan rasa solidaritas. Sedangkan menurut teori peradaban Islam, tradisi Mamaca sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun dan Arnold Joseph Toynbee bahwasanya peradaban bisa dibentuk karena budaya yang terus berkembang. Menurut Ibnu Khaldun dalam teori Ashabiyahnya, peradaban terbentuk karena solidaritas yang tinggi dan Ashabiyah bisa dibentuk karena terpautnya jiwa masyarakat terhadap agama dan budaya yang legal. Dari segi eksistensinya, seperti yang dikemukakan Arnold J. Toynbee, suatu peradaban akan menemukan kehancurannya seiring pudarnya kebudayaan, karena siklus budaya adalah setiap kebudayaan yang dewasa memiliki empat tahap hidup: lahir, tumbuh, runtuh, dan silam. Tradisi Mamaca pun telah menjumpai tantangan di era berkembangnya teknologi, ia kurang diminati oleh generasi zaman sekarang bahkan mereka tidak mengerti tentang tradisi lisan ini.The Mamaca Madura tradition is a tradition that has many interesting things to study from various perspectives. This article aims to understand the nature of this tradition in terms of Islamic philosophy and theory of civilization. The method in this study uses a qualitative approach with a descriptive type. The technique used to collect the data is a literature review. Meanwhile, researchers used data description techniques to analyze the data. Research results show that the Mamaca tradition is not far from its history in terms of philosophy that this can strengthen a sense of solidarity as philosophy has a strong religious value for the Madurese. Meanwhile, according to the theory of Islamic civilization, the Mamaca tradition, as expressed by Ibn Khaldun and Arnold Joseph Toynbee, states that civilization can be formed because culture continues to develop. According to Ibn Khaldun in his theory of Ashabiyah, civilization is formed because of high solidarity and Ashabiyah can be formed because the people's soul is attached to religion and legal culture. In terms of its existence, as stated by Arnold J. Toynbee, a civilization will find its destruction as culture fades, because the cultural cycle is that every mature culture has four life stages: birth, growth, collapse, and past. The Mamaca tradition has also faced challenges in the era of technological development, ","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124895243","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-01-02DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v19i2.19253
Hartono Hartono
ABSTRAKAceh and Turkey are kingdoms that have carried out diplomacy for a long time. The diplomacy is a collaborative effort between the two kingdoms. Diplomacy is built in harmony, which is proven by helping each other like brothers. In this established diplomacy, it focuses on the political, religious and economic fields. This article aims to examine the diplomacy carried out by Aceh and Turkey, especially in preaching Islam in the Malay region and in the trade sector. This article uses a literature review research method, by examining existing sources. The result of this study is that the diplomacy carried out by Aceh and Turkey is very important in efforts to preach Islam and trade safety. With this diplomacy, Islam can spread throughout the Kingdom of Aceh and can be accepted by the wider community.Kata Kunci : Aceh, Diplomasi, Dakwah Islam, Turki. ABSTRAK Aceh dan Turki merupakan kerajaan yang telah melakukan diplomasi dalam jangka waktu yang lama. Diplomasi tersebut merupakan upaya kerja sama di antara kedua kerajaan. Diplomasi dibangun dengan harmonis, yang dibuktikan dengan saling membantu di antara keduanya. Dalam diplomasi yang terjalin ini fokus pada bidang politik, keagamaan dan ekonomi. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji tentang diplomasi yang dilakukan oleh Aceh dan Turki khusunya dalam mendakwahkan agama Islam di wilayah Melayu dan dalam bidang perdagangan. Artikel ini menggunakan metode penelitian kajian pustaka, dengan mengkaji sumber-sumber yang telah ada. Hasil dari kajian ini yakni diplomasi yang dilakukan oleh Aceh dan Turki sangat penting dalam upaya dakwah Islam dan keselamatan perdagangan. Kata Kunci: Aceh, Diplomasi, Dakwah Islam, Turki .
【摘要】亚齐和土耳其是两个长期开展外交活动的国家。外交是两个王国之间的共同努力。外交是建立在和谐的基础上的,像兄弟一样互相帮助就是证明。在这种既定的外交中,它侧重于政治、宗教和经济领域。本文旨在研究亚齐和土耳其的外交,特别是在马来地区和贸易部门宣传伊斯兰教。本文采用文献综述的研究方法,通过对现有资料的考察。本研究的结果是,亚齐和土耳其开展的外交在宣传伊斯兰教和贸易安全的努力中非常重要。通过这种外交手段,伊斯兰教可以在整个亚齐王国传播,并可以被更广泛的社会所接受。Kata Kunci:亚齐,外交,Dakwah伊斯兰,突厥语。【摘要】亚齐、突厥语、亚齐语、亚齐语、亚齐语、亚齐语、亚齐语、亚齐语、亚齐语。外交官们都是这么说的,但他们都是这么说的。外交dibangundengan harmonis,阳dibuktikan dengan销售membantu diantara keduanya。Dalam外交官yang terjalin将重点放在政治上,经济上。Artikel ini bertujuan untuk mengkaji tentang diplomasi yang dilakukan oleh tureh khusunya dalam mendakwahkan agama Islam di wilayah Melayu dan dalam bidang perdagangan。阿蒂克尔尼蒙古纳坎方法penelitian kajian pustaka,登安蒙古纳坎sumo - sumo yang telah ada。Hasil dari kajian ini yakni外交官yang dilakukan oleh, Aceh dan Turki sangat penting dalam upaya dakwah伊斯兰教dan keselamatan perdagangan。Kata Kunci:亚齐,外交,Dakwah伊斯兰,突厥语。
{"title":"DIPLOMASI ACEH DAN TURKI UTSMANI: KERJA SAMA DAKWAH ISLAM DALAM BINGKAI PERDAGANGAN ABAD XVI-XIX MASEHI","authors":"Hartono Hartono","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v19i2.19253","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v19i2.19253","url":null,"abstract":"ABSTRAKAceh and Turkey are kingdoms that have carried out diplomacy for a long time. The diplomacy is a collaborative effort between the two kingdoms. Diplomacy is built in harmony, which is proven by helping each other like brothers. In this established diplomacy, it focuses on the political, religious and economic fields. This article aims to examine the diplomacy carried out by Aceh and Turkey, especially in preaching Islam in the Malay region and in the trade sector. This article uses a literature review research method, by examining existing sources. The result of this study is that the diplomacy carried out by Aceh and Turkey is very important in efforts to preach Islam and trade safety. With this diplomacy, Islam can spread throughout the Kingdom of Aceh and can be accepted by the wider community.Kata Kunci : Aceh, Diplomasi, Dakwah Islam, Turki. ABSTRAK Aceh dan Turki merupakan kerajaan yang telah melakukan diplomasi dalam jangka waktu yang lama. Diplomasi tersebut merupakan upaya kerja sama di antara kedua kerajaan. Diplomasi dibangun dengan harmonis, yang dibuktikan dengan saling membantu di antara keduanya. Dalam diplomasi yang terjalin ini fokus pada bidang politik, keagamaan dan ekonomi. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji tentang diplomasi yang dilakukan oleh Aceh dan Turki khusunya dalam mendakwahkan agama Islam di wilayah Melayu dan dalam bidang perdagangan. Artikel ini menggunakan metode penelitian kajian pustaka, dengan mengkaji sumber-sumber yang telah ada. Hasil dari kajian ini yakni diplomasi yang dilakukan oleh Aceh dan Turki sangat penting dalam upaya dakwah Islam dan keselamatan perdagangan. Kata Kunci: Aceh, Diplomasi, Dakwah Islam, Turki .","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122001280","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-01-02DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v19i2.20848
Ece Sukmana
Penelitian ini memaparkan nilai kearifan lokal dalam kepemimpinan dalam cerita rakyat Sasakala Gunung Tampomas. Cerita rakyat Sasakala Gunung Tampomas dalam penelitian ini ditelaah untuk memeriksa nilai kearifan lokal yang merepresentasikan kepemimpinan masyarakat Sumedang. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini menganalisis objek menggunakan teori analisis naratif Vladimir Propp untuk mengupas struktur cerita dan fungsi cerita. Semiotika Roland Barthes untuk mengupas nilai-nilai kearifan lokal berdasarkan tanda dan makna, kemudian menggunakan teori Representasi Stuart Hall untuk melihat representasi kepemimpinan. Hasil analisis dari penelitian ini, yaitu: 1) terdapat delapan fungsi cerita dan tindakan setiap karakter mengartikulasikan nilai-nilai kepemimpinan, 2) tanda-tanda dalam Sasakala Gunung Tampomas berkaitan dengan nilai kepemimpinan menurut kearifan lokal; dan 3) kebijakan yang dikeluarkan pemimpin Sumedang dalam sejarah kepemimpinan ditampilkan dalam cerita rakyat Sasakala Gunung Tampomas.
{"title":"REPRESENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM KEPEMIMPINAN PADA CERITA RAKYAT SASAKALA GUNUNG TAMPOMAS","authors":"Ece Sukmana","doi":"10.15575/al-tsaqafa.v19i2.20848","DOIUrl":"https://doi.org/10.15575/al-tsaqafa.v19i2.20848","url":null,"abstract":"Penelitian ini memaparkan nilai kearifan lokal dalam kepemimpinan dalam cerita rakyat Sasakala Gunung Tampomas. Cerita rakyat Sasakala Gunung Tampomas dalam penelitian ini ditelaah untuk memeriksa nilai kearifan lokal yang merepresentasikan kepemimpinan masyarakat Sumedang. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini menganalisis objek menggunakan teori analisis naratif Vladimir Propp untuk mengupas struktur cerita dan fungsi cerita. Semiotika Roland Barthes untuk mengupas nilai-nilai kearifan lokal berdasarkan tanda dan makna, kemudian menggunakan teori Representasi Stuart Hall untuk melihat representasi kepemimpinan. Hasil analisis dari penelitian ini, yaitu: 1) terdapat delapan fungsi cerita dan tindakan setiap karakter mengartikulasikan nilai-nilai kepemimpinan, 2) tanda-tanda dalam Sasakala Gunung Tampomas berkaitan dengan nilai kepemimpinan menurut kearifan lokal; dan 3) kebijakan yang dikeluarkan pemimpin Sumedang dalam sejarah kepemimpinan ditampilkan dalam cerita rakyat Sasakala Gunung Tampomas.","PeriodicalId":119438,"journal":{"name":"Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam","volume":"25 4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125676832","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}