Indonesia termasuk negara yang memerlukan penanganan khusus terhadap kecacingan. penyakit kecacingan adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi cacing dari kelompok Soil Transmitted Helminths (STH) yang termasuk dalam kelompok cacing dengan siklus hidup dan penularan melalui tanah. Petugas pengangkut sampah merupakan golongan pekerja yang lebih sering melakukan kontak dengan tanah, sampah dan lebih sering berada di lingkungan yang kotor. Personal Hygiene yang buruk seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak menggunakan alas kaki saat bekerja, kebiasaan buang air besar sembarangan, merupakan faktor pendukung seseorang dapat terkontaminasi Soil Transmitted Helminths (STH). Oleh karena itu petugas pengangkut sampah sangat rentan terkena penyakit-penyakit yang penularannya melalui tanah salah satunya adalah kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai adanya kontaminasi telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada petugas sampah di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan teknik purposive sampling. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan menggunakan metode indirect tinja dengan pengendapan formalin eter. Pemeriksaan feses memberikan hasil bahwa sebanyak 6,7% atau sebanyak 2 orang responden positif terdapat telur cacing STH pada feses dengan Trichuris trichiura dan Ascaris lumbricoides. Sehingga penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat infeksi STH pada petugas sampah di Kecamatan ciputat, Kota Tangerang Selatan.
{"title":"Identifikasi Soil Transmitted Helminth (STH) Pada Petugas Sampah Di Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan","authors":"Rianda Miftahul Jannah, Dwi Haryatmi","doi":"10.36760/jp.v6i2.588","DOIUrl":"https://doi.org/10.36760/jp.v6i2.588","url":null,"abstract":"Indonesia termasuk negara yang memerlukan penanganan khusus terhadap kecacingan. penyakit kecacingan adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi cacing dari kelompok Soil Transmitted Helminths (STH) yang termasuk dalam kelompok cacing dengan siklus hidup dan penularan melalui tanah. Petugas pengangkut sampah merupakan golongan pekerja yang lebih sering melakukan kontak dengan tanah, sampah dan lebih sering berada di lingkungan yang kotor. Personal Hygiene yang buruk seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak menggunakan alas kaki saat bekerja, kebiasaan buang air besar sembarangan, merupakan faktor pendukung seseorang dapat terkontaminasi Soil Transmitted Helminths (STH). Oleh karena itu petugas pengangkut sampah sangat rentan terkena penyakit-penyakit yang penularannya melalui tanah salah satunya adalah kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai adanya kontaminasi telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada petugas sampah di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan teknik purposive sampling. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan menggunakan metode indirect tinja dengan pengendapan formalin eter. Pemeriksaan feses memberikan hasil bahwa sebanyak 6,7% atau sebanyak 2 orang responden positif terdapat telur cacing STH pada feses dengan Trichuris trichiura dan Ascaris lumbricoides. Sehingga penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat infeksi STH pada petugas sampah di Kecamatan ciputat, Kota Tangerang Selatan.","PeriodicalId":125640,"journal":{"name":"Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian","volume":"71 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139783778","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Laboratorium klinis memiliki peran penting dalam penegakan diagnosis, serta pencegahan terhadap penyakit dan pengobatan terhadap penyakit. Salah satu pemeriksaan laboratorium klinis diantaranya pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan untuk mengetahui konsentrasi glukosa dalam darah. Pemeriksaan glukosa darah dapat menggunakan specimen darah utuh, serum atau plasma dengan antikoagulan EDTA, heparin, Natrium sitrate dan Natrium Florida. Pemeriksaan sampel dengan penundaan perlu ditambahkan bahan pengawet. Perbedaan penggunaan antikoagulan EDTA dan NaF terjadi karena antikoagulan EDTA tidak terdapat zat yang menghambat proses glikolisis, hanya dapat mencegah koagulasi, dan antikoagulan NaF dapat menghambat proses glikolisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan antikoagulan dan waktu penundaan pemeriksaan terhadap kadar glukosa darah. Jenis penelitian ini adalah pendekatan Cross sectional. Sampel adalah darah vena dari 15 orang siswa SMK Semesta Bumiayu dengan tidak memperhatikan riwayat status glukosa darah sebelumnya yang dimasukkan dalam 2 tabung berbeda, plasma EDTA dan Plasma Natrium Fluorida (NaF). Kadar glukosa sampel diperiksa dengan metode glukosa oksidase (GOD) dengan variasi penundaan waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Uji statistik menggunakan independent T-test, One way Anova dan Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil penelitian menunjukan nilai α = 0,000 (pemeriksaan menggunakan EDTA dan NaF dengan variasi penundaan waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam). Terdapat pebedaan yang bermakna antara pemeriksaan glukosa darah menggunakan antikoagulan EDTA dan antikoagulan NaF dengan variasi penundaan waktu pemeriksaan 1 jam, 2 jam dan 3 jam
{"title":"Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Menggunakan Antikoagulan Ethylene Diamine Terta Acetic Acid (EDTA) Dan Natrium Florida (NAF) Dengan Variasi Penundaan Waktu Pemeriksaan Pada Siswa Smk Semesta Bumiayu","authors":"Eti Mulyani, Ira Pangesti, Meka Faizal Farabi","doi":"10.36760/jp.v6i2.607","DOIUrl":"https://doi.org/10.36760/jp.v6i2.607","url":null,"abstract":"Laboratorium klinis memiliki peran penting dalam penegakan diagnosis, serta pencegahan terhadap penyakit dan pengobatan terhadap penyakit. Salah satu pemeriksaan laboratorium klinis diantaranya pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan untuk mengetahui konsentrasi glukosa dalam darah. Pemeriksaan glukosa darah dapat menggunakan specimen darah utuh, serum atau plasma dengan antikoagulan EDTA, heparin, Natrium sitrate dan Natrium Florida. Pemeriksaan sampel dengan penundaan perlu ditambahkan bahan pengawet. Perbedaan penggunaan antikoagulan EDTA dan NaF terjadi karena antikoagulan EDTA tidak terdapat zat yang menghambat proses glikolisis, hanya dapat mencegah koagulasi, dan antikoagulan NaF dapat menghambat proses glikolisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan antikoagulan dan waktu penundaan pemeriksaan terhadap kadar glukosa darah. Jenis penelitian ini adalah pendekatan Cross sectional. Sampel adalah darah vena dari 15 orang siswa SMK Semesta Bumiayu dengan tidak memperhatikan riwayat status glukosa darah sebelumnya yang dimasukkan dalam 2 tabung berbeda, plasma EDTA dan Plasma Natrium Fluorida (NaF). Kadar glukosa sampel diperiksa dengan metode glukosa oksidase (GOD) dengan variasi penundaan waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Uji statistik menggunakan independent T-test, One way Anova dan Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil penelitian menunjukan nilai α = 0,000 (pemeriksaan menggunakan EDTA dan NaF dengan variasi penundaan waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam). Terdapat pebedaan yang bermakna antara pemeriksaan glukosa darah menggunakan antikoagulan EDTA dan antikoagulan NaF dengan variasi penundaan waktu pemeriksaan 1 jam, 2 jam dan 3 jam","PeriodicalId":125640,"journal":{"name":"Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian","volume":"62 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139784710","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Indonesia termasuk negara yang memerlukan penanganan khusus terhadap kecacingan. penyakit kecacingan adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi cacing dari kelompok Soil Transmitted Helminths (STH) yang termasuk dalam kelompok cacing dengan siklus hidup dan penularan melalui tanah. Petugas pengangkut sampah merupakan golongan pekerja yang lebih sering melakukan kontak dengan tanah, sampah dan lebih sering berada di lingkungan yang kotor. Personal Hygiene yang buruk seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak menggunakan alas kaki saat bekerja, kebiasaan buang air besar sembarangan, merupakan faktor pendukung seseorang dapat terkontaminasi Soil Transmitted Helminths (STH). Oleh karena itu petugas pengangkut sampah sangat rentan terkena penyakit-penyakit yang penularannya melalui tanah salah satunya adalah kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai adanya kontaminasi telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada petugas sampah di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan teknik purposive sampling. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan menggunakan metode indirect tinja dengan pengendapan formalin eter. Pemeriksaan feses memberikan hasil bahwa sebanyak 6,7% atau sebanyak 2 orang responden positif terdapat telur cacing STH pada feses dengan Trichuris trichiura dan Ascaris lumbricoides. Sehingga penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat infeksi STH pada petugas sampah di Kecamatan ciputat, Kota Tangerang Selatan.
{"title":"Identifikasi Soil Transmitted Helminth (STH) Pada Petugas Sampah Di Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan","authors":"Rianda Miftahul Jannah, Dwi Haryatmi","doi":"10.36760/jp.v6i2.588","DOIUrl":"https://doi.org/10.36760/jp.v6i2.588","url":null,"abstract":"Indonesia termasuk negara yang memerlukan penanganan khusus terhadap kecacingan. penyakit kecacingan adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi cacing dari kelompok Soil Transmitted Helminths (STH) yang termasuk dalam kelompok cacing dengan siklus hidup dan penularan melalui tanah. Petugas pengangkut sampah merupakan golongan pekerja yang lebih sering melakukan kontak dengan tanah, sampah dan lebih sering berada di lingkungan yang kotor. Personal Hygiene yang buruk seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, tidak menggunakan alas kaki saat bekerja, kebiasaan buang air besar sembarangan, merupakan faktor pendukung seseorang dapat terkontaminasi Soil Transmitted Helminths (STH). Oleh karena itu petugas pengangkut sampah sangat rentan terkena penyakit-penyakit yang penularannya melalui tanah salah satunya adalah kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai adanya kontaminasi telur Soil Transmitted Helminths (STH) pada petugas sampah di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan teknik purposive sampling. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan menggunakan metode indirect tinja dengan pengendapan formalin eter. Pemeriksaan feses memberikan hasil bahwa sebanyak 6,7% atau sebanyak 2 orang responden positif terdapat telur cacing STH pada feses dengan Trichuris trichiura dan Ascaris lumbricoides. Sehingga penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat infeksi STH pada petugas sampah di Kecamatan ciputat, Kota Tangerang Selatan.","PeriodicalId":125640,"journal":{"name":"Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian","volume":"223 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139843470","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Laboratorium klinis memiliki peran penting dalam penegakan diagnosis, serta pencegahan terhadap penyakit dan pengobatan terhadap penyakit. Salah satu pemeriksaan laboratorium klinis diantaranya pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan untuk mengetahui konsentrasi glukosa dalam darah. Pemeriksaan glukosa darah dapat menggunakan specimen darah utuh, serum atau plasma dengan antikoagulan EDTA, heparin, Natrium sitrate dan Natrium Florida. Pemeriksaan sampel dengan penundaan perlu ditambahkan bahan pengawet. Perbedaan penggunaan antikoagulan EDTA dan NaF terjadi karena antikoagulan EDTA tidak terdapat zat yang menghambat proses glikolisis, hanya dapat mencegah koagulasi, dan antikoagulan NaF dapat menghambat proses glikolisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan antikoagulan dan waktu penundaan pemeriksaan terhadap kadar glukosa darah. Jenis penelitian ini adalah pendekatan Cross sectional. Sampel adalah darah vena dari 15 orang siswa SMK Semesta Bumiayu dengan tidak memperhatikan riwayat status glukosa darah sebelumnya yang dimasukkan dalam 2 tabung berbeda, plasma EDTA dan Plasma Natrium Fluorida (NaF). Kadar glukosa sampel diperiksa dengan metode glukosa oksidase (GOD) dengan variasi penundaan waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Uji statistik menggunakan independent T-test, One way Anova dan Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil penelitian menunjukan nilai α = 0,000 (pemeriksaan menggunakan EDTA dan NaF dengan variasi penundaan waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam). Terdapat pebedaan yang bermakna antara pemeriksaan glukosa darah menggunakan antikoagulan EDTA dan antikoagulan NaF dengan variasi penundaan waktu pemeriksaan 1 jam, 2 jam dan 3 jam
{"title":"Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Menggunakan Antikoagulan Ethylene Diamine Terta Acetic Acid (EDTA) Dan Natrium Florida (NAF) Dengan Variasi Penundaan Waktu Pemeriksaan Pada Siswa Smk Semesta Bumiayu","authors":"Eti Mulyani, Ira Pangesti, Meka Faizal Farabi","doi":"10.36760/jp.v6i2.607","DOIUrl":"https://doi.org/10.36760/jp.v6i2.607","url":null,"abstract":"Laboratorium klinis memiliki peran penting dalam penegakan diagnosis, serta pencegahan terhadap penyakit dan pengobatan terhadap penyakit. Salah satu pemeriksaan laboratorium klinis diantaranya pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan untuk mengetahui konsentrasi glukosa dalam darah. Pemeriksaan glukosa darah dapat menggunakan specimen darah utuh, serum atau plasma dengan antikoagulan EDTA, heparin, Natrium sitrate dan Natrium Florida. Pemeriksaan sampel dengan penundaan perlu ditambahkan bahan pengawet. Perbedaan penggunaan antikoagulan EDTA dan NaF terjadi karena antikoagulan EDTA tidak terdapat zat yang menghambat proses glikolisis, hanya dapat mencegah koagulasi, dan antikoagulan NaF dapat menghambat proses glikolisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan antikoagulan dan waktu penundaan pemeriksaan terhadap kadar glukosa darah. Jenis penelitian ini adalah pendekatan Cross sectional. Sampel adalah darah vena dari 15 orang siswa SMK Semesta Bumiayu dengan tidak memperhatikan riwayat status glukosa darah sebelumnya yang dimasukkan dalam 2 tabung berbeda, plasma EDTA dan Plasma Natrium Fluorida (NaF). Kadar glukosa sampel diperiksa dengan metode glukosa oksidase (GOD) dengan variasi penundaan waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Uji statistik menggunakan independent T-test, One way Anova dan Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil penelitian menunjukan nilai α = 0,000 (pemeriksaan menggunakan EDTA dan NaF dengan variasi penundaan waktu 1 jam, 2 jam dan 3 jam). Terdapat pebedaan yang bermakna antara pemeriksaan glukosa darah menggunakan antikoagulan EDTA dan antikoagulan NaF dengan variasi penundaan waktu pemeriksaan 1 jam, 2 jam dan 3 jam","PeriodicalId":125640,"journal":{"name":"Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian","volume":"60 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139844476","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular dengan angka kematian sebesar 34per 100.000 penduduk atau atau setara dengan 11 kematian/jam dan merupakansalah satu ancaman yang mematikan yang disebabkan oleh bakteriMycrobacterium tuberculosis. Salah satu pengendalian TB Paru adalah mampumendeteksi kasus TB secara dini. Saat ini pemeriksaan Mikroskopis BTA (BakteriTehan Asam) yang banyak digunakan masih memiliki kelemahan dalammendeteksi yang efektif. Perkembangan teknologi telah mampu mendeteksiTuberkulosis (TB) dengan pemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler) GeneXpert®MTB/RIF. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat perbedaan hasilpemeriksaan Tuberkulosis (TB) metode Mikroskopis dibandingkan dengan hasilpemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler) GeneXpert® MTB/RIF berdasarkanuji deoxyribonucleic acid (DNA) untuk mendeteksi bakteri Tuberkulosis (TB).Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analitikeksperimental dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian inisebanyak 30 sampel diambil secara kuota sampling. Sampel diperiksamenggunakan metode Mikroskopis dan TCM. Dari hasil penelitian menunjukkantidak ada perbedaan interpretasi hasil pemeriksaan Bakteri Tahan Asam metodeMikroskopis dengan TCM (Tes Cepat Molekuler) GeneXpert® MTB/RIF, adaperbedaan hasil mikroskopis berdasar Konsistensi sampel.
{"title":"Perbedaan Interpretasi Hasil Bakteri Tahan Asam Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan di Puskesmas Bandar Lampung","authors":"Aprilia Sari, Yusianti Silviani","doi":"10.36760/jp.v6i2.611","DOIUrl":"https://doi.org/10.36760/jp.v6i2.611","url":null,"abstract":"Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular dengan angka kematian sebesar 34per 100.000 penduduk atau atau setara dengan 11 kematian/jam dan merupakansalah satu ancaman yang mematikan yang disebabkan oleh bakteriMycrobacterium tuberculosis. Salah satu pengendalian TB Paru adalah mampumendeteksi kasus TB secara dini. Saat ini pemeriksaan Mikroskopis BTA (BakteriTehan Asam) yang banyak digunakan masih memiliki kelemahan dalammendeteksi yang efektif. Perkembangan teknologi telah mampu mendeteksiTuberkulosis (TB) dengan pemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler) GeneXpert®MTB/RIF. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat perbedaan hasilpemeriksaan Tuberkulosis (TB) metode Mikroskopis dibandingkan dengan hasilpemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler) GeneXpert® MTB/RIF berdasarkanuji deoxyribonucleic acid (DNA) untuk mendeteksi bakteri Tuberkulosis (TB).Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analitikeksperimental dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian inisebanyak 30 sampel diambil secara kuota sampling. Sampel diperiksamenggunakan metode Mikroskopis dan TCM. Dari hasil penelitian menunjukkantidak ada perbedaan interpretasi hasil pemeriksaan Bakteri Tahan Asam metodeMikroskopis dengan TCM (Tes Cepat Molekuler) GeneXpert® MTB/RIF, adaperbedaan hasil mikroskopis berdasar Konsistensi sampel.","PeriodicalId":125640,"journal":{"name":"Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian","volume":"8 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139782335","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dian Mustika Dewi, Mika Tri Kumala Swandari, Tatang Tajudin
Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu pelayanan yang berkaitan dengan informasi obat, khususnya dari tenaga kefarmasian untuk obat-obatan yang diresepkan oleh dokter. Kepuasan pasien merupakan hal yang penting karena kepuasan konsumen yang tinggi dapat menggambarkan PIO yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian sudah baik dan cenderung membuat pasien lebih baik dalam mengkonsumsi obat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap pemberian informasi obat di apotek dengan menggunakan metode SERVQUAL yang membagi atas dimensi kehandalan, dimensi bukti fisik, dimensi daya tanggap, dimensi jaminan, dan dimensi empati. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 132 responden. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Excell. Populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen yang datang ke Apotek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai dimensi kehandalan -0,02, nilai dimensi bukti fisik -0,09, nilai dimensi daya tanggap 0,13, nilai dimensi jaminan 0,07, dan nilai dimensi empati 0,51. Kesimpulan dari penelitian secara keseluruhan dimensi diperoleh nilai 0.12. Nilai ini menunjukkan bahwa konsumen lebih puas banding harapan dengan pelayanan informasi obat di Apotek Prembun
{"title":"Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Pelayanan Informasi Obat di Apotek Prembun Periode November 2022","authors":"Dian Mustika Dewi, Mika Tri Kumala Swandari, Tatang Tajudin","doi":"10.36760/jp.v6i2.577","DOIUrl":"https://doi.org/10.36760/jp.v6i2.577","url":null,"abstract":"Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu pelayanan yang berkaitan dengan informasi obat, khususnya dari tenaga kefarmasian untuk obat-obatan yang diresepkan oleh dokter. Kepuasan pasien merupakan hal yang penting karena kepuasan konsumen yang tinggi dapat menggambarkan PIO yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian sudah baik dan cenderung membuat pasien lebih baik dalam mengkonsumsi obat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap pemberian informasi obat di apotek dengan menggunakan metode SERVQUAL yang membagi atas dimensi kehandalan, dimensi bukti fisik, dimensi daya tanggap, dimensi jaminan, dan dimensi empati. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 132 responden. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software Excell. Populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen yang datang ke Apotek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai dimensi kehandalan -0,02, nilai dimensi bukti fisik -0,09, nilai dimensi daya tanggap 0,13, nilai dimensi jaminan 0,07, dan nilai dimensi empati 0,51. Kesimpulan dari penelitian secara keseluruhan dimensi diperoleh nilai 0.12. Nilai ini menunjukkan bahwa konsumen lebih puas banding harapan dengan pelayanan informasi obat di Apotek Prembun","PeriodicalId":125640,"journal":{"name":"Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian","volume":"63 9","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139843560","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wahyu Aji Suhada, Akhmad Mubarok, Yusuf Eko Nugroho
Seseorang dengan penyakit penyerta atau komorbid seperti diabetes melitus mempunyai risiko lebih besar tertular virus selama terjadinya wabah COVID-19. Kadar IL-6 dapat meningkat sampai ribuan kali lipat ketika mengalami stres seluler serta membantu dalam mengkoordinasikan respon terhadap disregulasi homeostasis jaringan. IL-6 digunakan sebagai prediktor prognosis pasien COVID-19 terkonfirmasi. Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaah hasil pemeriksaan IL-6 pada pasien COVID-19 dengan Diabetes Melitus dan tanpa Diabetes Melitus. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di RSUD Cilacap dengan populasi sampel yaitu data pasien COVID-19 yang dilakukan pemeriksaan IL-6. Data dianalisis dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-smirnof. Dan dilanjutkan dengan uji T-Test. Hasil IL-6 pada pasien COVID dengan DM tertinggi yaitu 5000 COI, sedangkan tanpa DM tertinggi 72,6 COI. Ada perbedaan hasil IL-6 pada pasien COVID-19 dengan DM dan tanpa DM dimana hasil IL-6 pasien COVID-19 dengan DM lebih tinggi.
{"title":"Perbandingan Hasil IL-6 Pada Pasien Covid-19 Dengan Diabetes Melitus Dan Tanpa Diabetes Melitus","authors":"Wahyu Aji Suhada, Akhmad Mubarok, Yusuf Eko Nugroho","doi":"10.36760/jp.v6i2.613","DOIUrl":"https://doi.org/10.36760/jp.v6i2.613","url":null,"abstract":"Seseorang dengan penyakit penyerta atau komorbid seperti diabetes melitus mempunyai risiko lebih besar tertular virus selama terjadinya wabah COVID-19. Kadar IL-6 dapat meningkat sampai ribuan kali lipat ketika mengalami stres seluler serta membantu dalam mengkoordinasikan respon terhadap disregulasi homeostasis jaringan. IL-6 digunakan sebagai prediktor prognosis pasien COVID-19 terkonfirmasi. Peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaah hasil pemeriksaan IL-6 pada pasien COVID-19 dengan Diabetes Melitus dan tanpa Diabetes Melitus. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di RSUD Cilacap dengan populasi sampel yaitu data pasien COVID-19 yang dilakukan pemeriksaan IL-6. Data dianalisis dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-smirnof. Dan dilanjutkan dengan uji T-Test. Hasil IL-6 pada pasien COVID dengan DM tertinggi yaitu 5000 COI, sedangkan tanpa DM tertinggi 72,6 COI. Ada perbedaan hasil IL-6 pada pasien COVID-19 dengan DM dan tanpa DM dimana hasil IL-6 pasien COVID-19 dengan DM lebih tinggi.","PeriodicalId":125640,"journal":{"name":"Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian","volume":"62 20","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-02-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139783742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Pada maret 2020 WHO mengumumkan menjadi wabah global di dunia. Pemerintah Indonesia merespon kejadian itu tersebut dengan berbagai kebijakan. penerapan protokol kesehatan, pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), serta kebijakan lainya. Pemerintah juga mengalakkan vaksin covid-19 untuk mengecegah penularan dan mengurangi resiko sakit. Vaksin merupakan produk biologi yang berfungsi membentuk antibodi spesifik terhadap penyakit tertentu. Vaksin covid yang galakkan pemerintah ada vaksin covid-19 tahap 1, tahap 2 , tahap 3 (booster). Vaksin booster diharapkan mampu meregenerasi antibody dan memperpanjang imunitas. limfosit merupakan bagian dari leukosit agranulosit untuk membentuk antibody. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran dari limfosit pasca vaksinasi booster. Metode yang digunakan yaitu diskriptif dengan purposive sampling. Hasil penelitian dari 30 responden didapatkan limfosit menurun 2 responden, normal 22 responden, meningkat 6 responden. Dapat disimpulkan bahwa gambaran limfosit pasca vaksinasi covid-19 ada yang menurun, normal dan meningkat.
{"title":"Gambaran Limfosit Pasca Vaksin Covid-19 Booster","authors":"Sri Wahyuni, Fathul Hidayatul Hasanah","doi":"10.36760/jp.v6i2.608","DOIUrl":"https://doi.org/10.36760/jp.v6i2.608","url":null,"abstract":"Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Pada maret 2020 WHO mengumumkan menjadi wabah global di dunia. Pemerintah Indonesia merespon kejadian itu tersebut dengan berbagai kebijakan. penerapan protokol kesehatan, pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), serta kebijakan lainya. Pemerintah juga mengalakkan vaksin covid-19 untuk mengecegah penularan dan mengurangi resiko sakit. Vaksin merupakan produk biologi yang berfungsi membentuk antibodi spesifik terhadap penyakit tertentu. Vaksin covid yang galakkan pemerintah ada vaksin covid-19 tahap 1, tahap 2 , tahap 3 (booster). Vaksin booster diharapkan mampu meregenerasi antibody dan memperpanjang imunitas. limfosit merupakan bagian dari leukosit agranulosit untuk membentuk antibody. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran dari limfosit pasca vaksinasi booster. Metode yang digunakan yaitu diskriptif dengan purposive sampling. Hasil penelitian dari 30 responden didapatkan limfosit menurun 2 responden, normal 22 responden, meningkat 6 responden. Dapat disimpulkan bahwa gambaran limfosit pasca vaksinasi covid-19 ada yang menurun, normal dan meningkat.","PeriodicalId":125640,"journal":{"name":"Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian","volume":"5 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139445396","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Anemia caused by a deficiency of erythropoietin can occur in patients with chronic kidney disease. Kidney function refuses to produce erythropoietin in equal measure, as a result there is a tendency for a linear relationship between hemoglobin level and glomerular filtration rate in patients with kidney disease. One way to diagnose kidney failure is by assessing or measuring serum urea and creatinine levels, because these two compounds can only be excreted by the kidneys. The aim of the study was to determine the correlation between urea and creatinine levels in anemic patients at Duta Mulya Majenang Hospital. This type of research was descriptive with a cross-sectional study design, with a sample of all anemic patients who were examined for urea and creatinine at Duta Mulya Majenang Hospital in January - March 2023 according to the inclusion and exclusion criteria, a total of 66 samples. The results showed that the majority of patients with chronic kidney failure were elderly, namely aged 46-65 years with a total sample of 43 patients (65.2%) and mostly suffered by women as many as 35 patients (53.0%). The correlation between urea and creatinine levels in all samples showed results that exceeded normal values. The conclusion of this study is that there is a correlation between serum urea and creatinine levels in anemic patients at Duta Mulya Majenang Hospital.
{"title":"Korelasi Kadar Ureum Dan Kreatinin Pada Pasien Anemia Di RSU Duta Mulya Majenang","authors":"Budi Yanto, Meka Faizal Farabi, Imam Agus Faizal","doi":"10.36760/jp.v6i2.598","DOIUrl":"https://doi.org/10.36760/jp.v6i2.598","url":null,"abstract":"Anemia caused by a deficiency of erythropoietin can occur in patients with chronic kidney disease. Kidney function refuses to produce erythropoietin in equal measure, as a result there is a tendency for a linear relationship between hemoglobin level and glomerular filtration rate in patients with kidney disease. One way to diagnose kidney failure is by assessing or measuring serum urea and creatinine levels, because these two compounds can only be excreted by the kidneys. The aim of the study was to determine the correlation between urea and creatinine levels in anemic patients at Duta Mulya Majenang Hospital. This type of research was descriptive with a cross-sectional study design, with a sample of all anemic patients who were examined for urea and creatinine at Duta Mulya Majenang Hospital in January - March 2023 according to the inclusion and exclusion criteria, a total of 66 samples. The results showed that the majority of patients with chronic kidney failure were elderly, namely aged 46-65 years with a total sample of 43 patients (65.2%) and mostly suffered by women as many as 35 patients (53.0%). The correlation between urea and creatinine levels in all samples showed results that exceeded normal values. The conclusion of this study is that there is a correlation between serum urea and creatinine levels in anemic patients at Duta Mulya Majenang Hospital.","PeriodicalId":125640,"journal":{"name":"Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian","volume":"14 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139445741","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ratna Dwi Saputri, Imam Agus Faizal, Dini Puspodewi
Dengue merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue. Diagnosa penyakit ini sering sulit ditegakkan jika hanya melihat dari gejala. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk penegakkan diagnosis salah satunya adalah pemeriksaan AST dan ALT. Disfungsi hepar adalah salah satu akibat dari infeksi demam berdarah dengue yang sering muncul dalam bentuk hepatomegaly dan peningkatan ringan-sedang kadar enzim aminotransferase (AST & ALT). Enzim aminotransferase cenderung lebih tinggi seiring dengan beratnya penyakit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar AST dan ALT pada penderita DBD. Metode penelitian ini menggunakan observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah subjek penelitian sebanyak 53 sampel dipilih dengan menggunakan teknik random sampling. Kadar tertinggi pada AST yaitu 1.423 μ/L dan kadar tertinggi ALT yaitu 523 μ/L. Data penelitian dianalisis dengan uji korelasi spearman. Hasil penelitian dari 53 sampel didapat 66% (35 sampel) mengalami kenaikan kadar AST dan 57% (30 sampel) mengalami kenaikan kadar ALT. Nilai rata – rata kadar AST yang diperoleh 142,62 μ/L dan kadar ALT 85,00 μ/L. Pada uji korelasi spearman menunjukkan adanya korelasi sangat kuat dengan kadar AST p=0,000 dan ALT p=0,000. Dari data tersebut dapat disimpulkan adanya hubungan kadar AST dan ALT pada pasien DBD dengan kadar AST lebih tinggi dari kadar ALT pada pasien DBD.
{"title":"Hubungan Kadar Aspartate Aminotransferase (Ast) Dan Alanine Aminotransferase (Alt) Pada Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap","authors":"Ratna Dwi Saputri, Imam Agus Faizal, Dini Puspodewi","doi":"10.36760/jp.v6i2.597","DOIUrl":"https://doi.org/10.36760/jp.v6i2.597","url":null,"abstract":"Dengue merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue. Diagnosa penyakit ini sering sulit ditegakkan jika hanya melihat dari gejala. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk penegakkan diagnosis salah satunya adalah pemeriksaan AST dan ALT. Disfungsi hepar adalah salah satu akibat dari infeksi demam berdarah dengue yang sering muncul dalam bentuk hepatomegaly dan peningkatan ringan-sedang kadar enzim aminotransferase (AST & ALT). Enzim aminotransferase cenderung lebih tinggi seiring dengan beratnya penyakit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar AST dan ALT pada penderita DBD. Metode penelitian ini menggunakan observasional dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah subjek penelitian sebanyak 53 sampel dipilih dengan menggunakan teknik random sampling. Kadar tertinggi pada AST yaitu 1.423 μ/L dan kadar tertinggi ALT yaitu 523 μ/L. Data penelitian dianalisis dengan uji korelasi spearman. Hasil penelitian dari 53 sampel didapat 66% (35 sampel) mengalami kenaikan kadar AST dan 57% (30 sampel) mengalami kenaikan kadar ALT. Nilai rata – rata kadar AST yang diperoleh 142,62 μ/L dan kadar ALT 85,00 μ/L. Pada uji korelasi spearman menunjukkan adanya korelasi sangat kuat dengan kadar AST p=0,000 dan ALT p=0,000. Dari data tersebut dapat disimpulkan adanya hubungan kadar AST dan ALT pada pasien DBD dengan kadar AST lebih tinggi dari kadar ALT pada pasien DBD.","PeriodicalId":125640,"journal":{"name":"Pharmaqueous : Jurnal Ilmiah Kefarmasian","volume":"54 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139447208","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}