Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.104-114
Nia Nur Insani, Sri Darmanti, Endang Saptiningsih
Cabai merah keriting (C. annum L.) merupakan salah satu komoditas holtikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Musim penghujan di Indonesia menyebabkan lahan pertanian tergenang sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen cabai. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh durasi penggenangan terhadap pertumbuhan vegetatif dan waktu berbunga cabai merah keriting (C. annum L.) varietas Jacko. Perlakuan terdiri dari kontrol, penggenangan durasi 1 hari, 3 hari, dan 10 hari. Masing-masing perlakuan menggunakan 5 ulangan. Desain penelitian menggunakan RAL satu faktor yaitu durasi penggenangan. Analisis data setelah perlakuan penggenangan menggunakan uji T taraf signifikansi 5% dan analisis data setelah periode pemulihan 30 hari menggunakan one-way ANOVA yang dilanjutkan ke uji LSD taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan panjang akar, jumlah daun, ukuran daun, perubahan warna daun, tinggi tanaman, bobot segar akar, dan bobot segar tajuk tanaman setelah perlakuan penggenangan. Diakhir periode pemulihan terjadi peningkatan pertumbuhan vegetatif pada semua perlakuan. Peningkatan durasi penggenangan menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan menunda waktu pembentukan tunas bunga. Pertumbuhan akar dan jumlah daun selama periode pemulihan merupakan faktor penting dalam adaptasi tanaman terhadap penggenangan. Capsicum annum L. is a horticultural commodity that has high economic value. The rainy season in Indonesia caused agricultural land to be flooded, which affected chili pepper's growth and yield. The purpose of this study was to examine the effect of flooding duration on vegetative growth and flowering time of C. annum L. var. Jacko. The treatments consisted of control, flooding duration of 1 day, three days, and ten days. Each treatment used five replications. The research design used one-factor RAL, namely the duration of flooding. Data analysis after flooding treatment used the T-test with a significance level of 5%, and data analysis after the recovery period used one-way ANOVA followed by the LSD test with a significance level of 5%. The results showed a decrease in root length, leaf number, leaf size, leaf color change, plant height, root fresh weight, and shoot fresh weight after flooding treatment. At the end of the recovery period, there was an increase in vegetative growth in all treatments. Increasing the duration of flooding reduces the vegetative growth of plants and delays the time of flower bud formation. Root growth and number of leaves during the recovery period are important factors in plant adaptation to flooding.
卷辣椒(C. annum L)是一种具有高经济价值的园艺商品。印度尼西亚的季风导致农田过度耕作,影响了辣椒的生长和收获。本研究的目的是研究黄辣椒品种植物人的生长和开花时间的影响。治疗包括控制、持续时间1天、3天和10天。每一次治疗都要重复5次。研究设计是使用固态因子之一,即停滞持续时间。数据分析是在采用5%的T - sipi测试和30天恢复时间后的数据分析,使用一种方法的ANOVA进行LSD测试后的分析。研究结果表明,根系的长度、叶子的数量、叶子的大小、叶子的颜色变化、植物的高度、树根的新鲜重量和在积水后的树冠的新鲜重量。复辟时期结束时,所有治疗方法都增加了营养。久坐不动的积水长短会降低植物的营养生长,并延缓花芽的形成。在复辟时期,根的生长和叶子的数量是植物适应水坑的重要因素。L. Capsicum是一种具有高经济价值的horticulty商品。印尼农业季的降雨使土地漂浮,这影响了辣椒的生长和获得。这项研究的目的是研究植物生长的影响,以及C. annum L var的流动时间。治疗被认为是控制的,三天,十天的浮动。每个元素都使用了五个复制品。研究设计只用于物质,namely漂浮的二元性。数据分析是在洪水进行了5%的意味深长的测试后,数据分析是在恢复的最后一种方式替代品在根数、立叶数、立叶数、植物颜色变化、根增重量、根增分量后向新鲜分量喷射。在康复期的最后,在所有的治疗中,植被的生长都在增加。增加漂浮减少的植物生长和花朵形成的时间。在复苏过程中,根生长和叶子的数量是植物适应漂浮的重要因素。
{"title":"Pengaruh Durasi Penggenangan terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Waktu Berbunga Cabai Merah Keriting Capsicum annum (L.) Varietas Jacko","authors":"Nia Nur Insani, Sri Darmanti, Endang Saptiningsih","doi":"10.14710/baf.6.2.2021.104-114","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.104-114","url":null,"abstract":"Cabai merah keriting (C. annum L.) merupakan salah satu komoditas holtikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Musim penghujan di Indonesia menyebabkan lahan pertanian tergenang sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen cabai. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh durasi penggenangan terhadap pertumbuhan vegetatif dan waktu berbunga cabai merah keriting (C. annum L.) varietas Jacko. Perlakuan terdiri dari kontrol, penggenangan durasi 1 hari, 3 hari, dan 10 hari. Masing-masing perlakuan menggunakan 5 ulangan. Desain penelitian menggunakan RAL satu faktor yaitu durasi penggenangan. Analisis data setelah perlakuan penggenangan menggunakan uji T taraf signifikansi 5% dan analisis data setelah periode pemulihan 30 hari menggunakan one-way ANOVA yang dilanjutkan ke uji LSD taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan panjang akar, jumlah daun, ukuran daun, perubahan warna daun, tinggi tanaman, bobot segar akar, dan bobot segar tajuk tanaman setelah perlakuan penggenangan. Diakhir periode pemulihan terjadi peningkatan pertumbuhan vegetatif pada semua perlakuan. Peningkatan durasi penggenangan menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan menunda waktu pembentukan tunas bunga. Pertumbuhan akar dan jumlah daun selama periode pemulihan merupakan faktor penting dalam adaptasi tanaman terhadap penggenangan. Capsicum annum L. is a horticultural commodity that has high economic value. The rainy season in Indonesia caused agricultural land to be flooded, which affected chili pepper's growth and yield. The purpose of this study was to examine the effect of flooding duration on vegetative growth and flowering time of C. annum L. var. Jacko. The treatments consisted of control, flooding duration of 1 day, three days, and ten days. Each treatment used five replications. The research design used one-factor RAL, namely the duration of flooding. Data analysis after flooding treatment used the T-test with a significance level of 5%, and data analysis after the recovery period used one-way ANOVA followed by the LSD test with a significance level of 5%. The results showed a decrease in root length, leaf number, leaf size, leaf color change, plant height, root fresh weight, and shoot fresh weight after flooding treatment. At the end of the recovery period, there was an increase in vegetative growth in all treatments. Increasing the duration of flooding reduces the vegetative growth of plants and delays the time of flower bud formation. Root growth and number of leaves during the recovery period are important factors in plant adaptation to flooding. ","PeriodicalId":127406,"journal":{"name":"Buletin Anatomi dan Fisiologi","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131932458","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.175-182
Tia Bela Aprilliana, Munifatul Izzati, Sri Darmanti, Endah Dwi Hastuti
Avicennia marina merupakan mangrove mayor yang mampu bertahan hidup di kondisi ekstrim seperti intensitas cahaya, suhu dan kadar garam tinggi. Kondisi ekstrim berpengaruh terhadap sintesis dan reduksi pigmen fotosintetik. Cekaman intensitas cahaya dan salinitas memicu A. marina membentuk fenol sebagai senyawa pertahanan pada kondisi kurang menguntungkan. A. marina pada kawasan Mangunharjo tumbuh baik pada lingkungan pantai dan tambak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lingkungan pantai dan tambak terhadap kandungan pigmen fotosintetik dan total fenol daun A. marina. Penelitian dilakukan dengan metode observasi dengan melibatkan lokasi pantai dan tambak. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor organ daun A. marina yang hidup di lingkungan pantai dan tambak. Daerah pengamatan dibagi menjadi 6 titik pengambilan sampel. Parameter penelitian yang diamati adalah intensitas cahaya, suhu, salinitas, pigmen fotosintetik (klorofil a, klorofil b, karotenoid) dan total fenol daun A. marina. Analisis data menggunakan Uji T dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun A. marina di pantai memiliki kandungan pigmen fotosintetik dan total fenol lebih rendah dibanding tambak. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan pantai dan tambak berpengaruh nyata terhadap kandungan pigmen fotosintetik dan fenol. Intensitas cahaya dan salinitas tinggi di pantai mengganggu pembentukan klorofil dan Phenylalanine Ammonia Lyase(PAL). Avicennia marina is a major mangrove that is able to survive in extreme conditions such as light intensity, temperature and high salt content. Extreme conditions affect the synthesis and reduction of photosynthetic pigments. The stress of light intensity and salinity triggered A. marina to form phenol as a defense compound under unfavorable conditions. A. marina in the Mangunharjo area grows well in coastal and pond environments. The purpose of this study was to determine the effect of the coastal and pond environment on the content of photosynthetic pigments and total phenol in the leaves of A. marina. The study was conducted using the observation method involving the location of the beach and ponds. The study used a Completely Randomized Design (CRD) with one factor of A. marina leaf organ that lives in the coastal and pond environment. The observation area are divided into 6 sampling points. Parameters observed were light intensity, temperature, salinity, photosynthetic pigments (chlorophyll a, chlorophyll b, carotenoids) and total phenol of A. marina leaves. Data analysis used T test with 95% confidence level. The results showed that the leaves of A. marina on the beach had lower photosynthetic pigments and total phenol content than those in ponds. This shows that the coastal environment and ponds have a significant effect on the content of photosynthetic pigments and phenols. Light intensity and high salinity on the beach interfere with the formation of chlorophyll and Phenylalanine Ammo
Avicennia marina是一名大型红树林,能够在极端条件下生存,比如光、温度和盐度。极端情况会影响光合色素的合成和还原。强度的破坏和盐度触发A. marina在不利条件下形成苯酚作为一种化合物。曼肯哈约地区的A. marina on Mangunharjo area生长在海滩和池塘环境中。这项研究的目的是确定沿海和池塘环境对光合色素含量的影响以及滨海湾的总苯酚的影响。这项研究是通过观察方法进行的,包括海滩和池塘的位置。研究使用的是一个生活在海滩和池塘环境中的生物的器官样本。观察区域被分成六个样本提取点。观察到的研究参数包括光、温度、盐度、光合色素(叶绿素a、叶绿素b、胡萝卜素)和苯酚的总叶a. marina。数据分析使用T测试的可靠性为95%。研究表明,滨海湾的叶子含有光合色素,苯酚的含量比池塘低。这表明,海滩和池塘环境对光合色素和苯酚的含量有着明显的影响。海滩上光的强度和高盐度会干扰叶绿素和苯乙胺(PAL)的形成。阿维森尼亚码头是一种大型红树林,可以在这样的极端条件下生存,温度和高盐质。极端的条件影响了照相色素的合成和还原。光强度和盐度的压力,玛丽娜以一种不受帮助的化合物为例。Mangunharjo地区的A. marina在海边和池塘环境中成长得很好。这项研究的目的是确定相位色素和总苯酚在码头叶子中的效果。研究是利用观察方法影响海滩和ponds的位置进行的。研究人员使用了一个完整的兰德尔·利夫器官的一个因素,她的生命在海岸和池塘环境中。天文台将分成6个样本点。我们观察到光的强度,温度,盐度,光合作用色素,叶绿素b,卡罗尔蒂诺兹和玛丽娜树叶的总苯酚。数据分析进行了95%的自信级别测试。据推测,海滩上的码头的树叶中含有低光合色素,总苯酚比那些农场里的动物更容易合成。这个展览表明,珊瑚环境和ponds对相合性色素和现象有很大的影响。海滩上的强度和高度盐碱化与氯氟化和苯甲胺的形成。
{"title":"Kandungan Pigmen Fotosintetik dan Total Fenol Daun Mangrove Api-Api [Avicennia marina (Forsk.) Vierh] pada Tambak dan Pantai Mangunharjo Semarang","authors":"Tia Bela Aprilliana, Munifatul Izzati, Sri Darmanti, Endah Dwi Hastuti","doi":"10.14710/baf.6.2.2021.175-182","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.175-182","url":null,"abstract":"Avicennia marina merupakan mangrove mayor yang mampu bertahan hidup di kondisi ekstrim seperti intensitas cahaya, suhu dan kadar garam tinggi. Kondisi ekstrim berpengaruh terhadap sintesis dan reduksi pigmen fotosintetik. Cekaman intensitas cahaya dan salinitas memicu A. marina membentuk fenol sebagai senyawa pertahanan pada kondisi kurang menguntungkan. A. marina pada kawasan Mangunharjo tumbuh baik pada lingkungan pantai dan tambak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lingkungan pantai dan tambak terhadap kandungan pigmen fotosintetik dan total fenol daun A. marina. Penelitian dilakukan dengan metode observasi dengan melibatkan lokasi pantai dan tambak. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor organ daun A. marina yang hidup di lingkungan pantai dan tambak. Daerah pengamatan dibagi menjadi 6 titik pengambilan sampel. Parameter penelitian yang diamati adalah intensitas cahaya, suhu, salinitas, pigmen fotosintetik (klorofil a, klorofil b, karotenoid) dan total fenol daun A. marina. Analisis data menggunakan Uji T dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun A. marina di pantai memiliki kandungan pigmen fotosintetik dan total fenol lebih rendah dibanding tambak. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan pantai dan tambak berpengaruh nyata terhadap kandungan pigmen fotosintetik dan fenol. Intensitas cahaya dan salinitas tinggi di pantai mengganggu pembentukan klorofil dan Phenylalanine Ammonia Lyase(PAL). Avicennia marina is a major mangrove that is able to survive in extreme conditions such as light intensity, temperature and high salt content. Extreme conditions affect the synthesis and reduction of photosynthetic pigments. The stress of light intensity and salinity triggered A. marina to form phenol as a defense compound under unfavorable conditions. A. marina in the Mangunharjo area grows well in coastal and pond environments. The purpose of this study was to determine the effect of the coastal and pond environment on the content of photosynthetic pigments and total phenol in the leaves of A. marina. The study was conducted using the observation method involving the location of the beach and ponds. The study used a Completely Randomized Design (CRD) with one factor of A. marina leaf organ that lives in the coastal and pond environment. The observation area are divided into 6 sampling points. Parameters observed were light intensity, temperature, salinity, photosynthetic pigments (chlorophyll a, chlorophyll b, carotenoids) and total phenol of A. marina leaves. Data analysis used T test with 95% confidence level. The results showed that the leaves of A. marina on the beach had lower photosynthetic pigments and total phenol content than those in ponds. This shows that the coastal environment and ponds have a significant effect on the content of photosynthetic pigments and phenols. Light intensity and high salinity on the beach interfere with the formation of chlorophyll and Phenylalanine Ammo","PeriodicalId":127406,"journal":{"name":"Buletin Anatomi dan Fisiologi","volume":"70 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121490509","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.183-192
Kencana Ayudya Prabahandari, Kasiyati Kasiyati, M. Djaelani, S. Sunarno
Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan bagian tanaman yang mengandung nutrisi pendukung pertumbuhan tulang ekstremitas ayam jantan, meliputi protein dan mineral kalsium. Atas dasar potensi tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pakan tambahan tepung daun kelor pada pertumbuhan tulang ekstremitas ayam jantan. Parameter uji penelitian ini meliputi panjang sayap, panjang tibiotarsus, panjang tarsometatarsus, panjang badan, dan panjang paruh. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan meliputi P0 (pakan standar 100%), P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut mendapat tambahan tepung daun kelor 1%, 2%, 3%, dan 4% dengan pakan standar 99%, 98, 97%, dan 96%, tiap perlakuan diulang 3 kali. Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan uji lanjut Duncan Multi Range Test(DMRT) (P<0,05). Hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian tepung daun kelor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan panjang sayap dan panjang tarsometararsus, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan panjang tibiotarsus, panjang badan, dan panjang paruh. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan tepung daun kelor pada pakan berpotensi meningkatkan panjang tulang sayap dan tulang tarsometatarsus yang merupakan bagian dari tulang ekstremitas ayam jantan Moringa leaf (Moringa oleifera) is part of plant that contains nutrients that support rooster extremity bone growth, including protein and calcium minerals. Base on this potential, doing research to analyzing effect of supplemented Moringa meal on growth of rooster extremity bones. The test parameters of this study include wing length, tibiotarsus length, tarsometatarsus length, body length, and beak length. The research used completely randomized design (CRD) which consisted of 5 treatments including P0 (standard feed 100%), P1, P2, P3, and P4, respectively, received moringa leaf additions of 1%, 2%, 3%, and 4% with standard feed of 99%, 98, 97%, and 96%, each treatment was repeated 3 times. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan Multi Range Test (DMRT) advanced test (P <0.05). The results showed that supplementation of Moringa meal was significantly different (P<0.05) of the wing and tarsometatarsal length. However, it was not significantly different (P>0.05) in tibiotarsal length, body length, and beak length. Supplementation of Moringa leaf meal on the diet of rooster did not increase extremity bones at grower phase. The conclusion was addition of Moringa leaf meal in diet potentially increase wing and tarsometatarsal bone length which are part of rooster extremity bones.
柳叶是一种植物的一部分,其营养物质支撑着鸡四肢的生长,包括蛋白质和钙矿物质。在这种潜力的基础上,进行了一项研究,旨在分析鸡四肢生长中多余的柳叶淀粉。这项研究的测试参数包括机翼的长度、t -大数的长度、tarsome-大数的长度、身体的长度和喙的长度。研究使用由5种治疗方法组成的随机设计研究包括P0(标准喂养100%)、P1、P2、P3和P4连续获得额外的淀粉1%、2%、3%和4%,标准喂养99%、98、97%和96%。分析数据使用变量分析(ANOVA)和测试邓肯多程测试(pmrt)在tibiotarsal length, body length和beak length。公鸡的饮食中摩林叶子的补充并没有在grower阶段增加极端的骨头。甜点是一种潜在饮食中的落叶食品的补充,包括翅膀和鸡骨结构,这是公鸡极端骨头的一部分。
{"title":"Somatometri Tulang Ekstremitas Ayam Jantan Setelah Pemberian Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Pakan Tambahan","authors":"Kencana Ayudya Prabahandari, Kasiyati Kasiyati, M. Djaelani, S. Sunarno","doi":"10.14710/baf.6.2.2021.183-192","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.183-192","url":null,"abstract":" Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan bagian tanaman yang mengandung nutrisi pendukung pertumbuhan tulang ekstremitas ayam jantan, meliputi protein dan mineral kalsium. Atas dasar potensi tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pakan tambahan tepung daun kelor pada pertumbuhan tulang ekstremitas ayam jantan. Parameter uji penelitian ini meliputi panjang sayap, panjang tibiotarsus, panjang tarsometatarsus, panjang badan, dan panjang paruh. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan meliputi P0 (pakan standar 100%), P1, P2, P3 dan P4 berturut-turut mendapat tambahan tepung daun kelor 1%, 2%, 3%, dan 4% dengan pakan standar 99%, 98, 97%, dan 96%, tiap perlakuan diulang 3 kali. Data dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan uji lanjut Duncan Multi Range Test(DMRT) (P<0,05). Hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian tepung daun kelor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan panjang sayap dan panjang tarsometararsus, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan panjang tibiotarsus, panjang badan, dan panjang paruh. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan tepung daun kelor pada pakan berpotensi meningkatkan panjang tulang sayap dan tulang tarsometatarsus yang merupakan bagian dari tulang ekstremitas ayam jantan Moringa leaf (Moringa oleifera) is part of plant that contains nutrients that support rooster extremity bone growth, including protein and calcium minerals. Base on this potential, doing research to analyzing effect of supplemented Moringa meal on growth of rooster extremity bones. The test parameters of this study include wing length, tibiotarsus length, tarsometatarsus length, body length, and beak length. The research used completely randomized design (CRD) which consisted of 5 treatments including P0 (standard feed 100%), P1, P2, P3, and P4, respectively, received moringa leaf additions of 1%, 2%, 3%, and 4% with standard feed of 99%, 98, 97%, and 96%, each treatment was repeated 3 times. Data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan Multi Range Test (DMRT) advanced test (P <0.05). The results showed that supplementation of Moringa meal was significantly different (P<0.05) of the wing and tarsometatarsal length. However, it was not significantly different (P>0.05) in tibiotarsal length, body length, and beak length. Supplementation of Moringa leaf meal on the diet of rooster did not increase extremity bones at grower phase. The conclusion was addition of Moringa leaf meal in diet potentially increase wing and tarsometatarsal bone length which are part of rooster extremity bones.","PeriodicalId":127406,"journal":{"name":"Buletin Anatomi dan Fisiologi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129912685","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.161-166
Savira Amelia Putri, Riche Hariyati, Tri Retnaninggsih Soeprobowati
Pertumbuhan mikroalga Botryococcus braunii Kutzing dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut (DO), intensitas cahaya dan nutrisi pada media kultivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh salinitas dan limbah cair tahu terhadap pertumbuhan mikroalga B. braunii. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu konsentrasi limbah cair tahu 10% dengan salinitas 15‰ (L10S15); limbah cair tahu 10% dengan salinitas 20‰ (L10S20); limbah cair tahu 10% dengan salinitas 25‰ (L10S25); limbah cair tahu 20% dengan salinitas 15‰ (L20S15); limbah cair tahu 20% dengan salinitas 20‰ (L20S20); limbah cair tahu 20% dengan salinitas 25‰ (L20S25); limbah cair tahu 30% dengan salinitas 15‰ (L30S15); limbah cair tahu 30% dengan salinitas 20‰ (L30S20); dan limbah cair tahu 30% dengan salinitas 25‰ (L30S25). Pengamatan yang dilakukan meliputi kepadatan sel dan faktor lingkungan berupa salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut, serta kadar N dan P total. Data yang diperoleh diolah menggunakan metode analisis sidik ragam (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan kepadatan sel tertinggi didapatkan pada perlakuan L10S25 dengan rata-rata kepadatan sel 313x104sel/ml. Secara umum, semakin tinggi limbah cair tahu yang diberikan maka kepadatan sel mikroalga akan semakin rendah.
{"title":"Pengaruh Salinitas dan Limbah Cair Tahu pada Konsentrasi yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Mikroalga Botryococcus braunii Kutzing","authors":"Savira Amelia Putri, Riche Hariyati, Tri Retnaninggsih Soeprobowati","doi":"10.14710/baf.6.2.2021.161-166","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.161-166","url":null,"abstract":"Pertumbuhan mikroalga Botryococcus braunii Kutzing dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut (DO), intensitas cahaya dan nutrisi pada media kultivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh salinitas dan limbah cair tahu terhadap pertumbuhan mikroalga B. braunii. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu konsentrasi limbah cair tahu 10% dengan salinitas 15‰ (L10S15); limbah cair tahu 10% dengan salinitas 20‰ (L10S20); limbah cair tahu 10% dengan salinitas 25‰ (L10S25); limbah cair tahu 20% dengan salinitas 15‰ (L20S15); limbah cair tahu 20% dengan salinitas 20‰ (L20S20); limbah cair tahu 20% dengan salinitas 25‰ (L20S25); limbah cair tahu 30% dengan salinitas 15‰ (L30S15); limbah cair tahu 30% dengan salinitas 20‰ (L30S20); dan limbah cair tahu 30% dengan salinitas 25‰ (L30S25). Pengamatan yang dilakukan meliputi kepadatan sel dan faktor lingkungan berupa salinitas, suhu, pH, oksigen terlarut, serta kadar N dan P total. Data yang diperoleh diolah menggunakan metode analisis sidik ragam (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan kepadatan sel tertinggi didapatkan pada perlakuan L10S25 dengan rata-rata kepadatan sel 313x104sel/ml. Secara umum, semakin tinggi limbah cair tahu yang diberikan maka kepadatan sel mikroalga akan semakin rendah.","PeriodicalId":127406,"journal":{"name":"Buletin Anatomi dan Fisiologi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122498236","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.167-174
Muhammad Alvin Gibran, Muhammad Anwar Djaelani, Kasiyati Kasiyati, Sunarno Sunarno
Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman fungsional yang mengandung nutrisi dan antioksidan. Daun tanaman ini digunakan sebagai bahan pakan karena nutriennya yang lengkap. Tujuan penelitian adalah mengkaji pengaruh substitusi tepung daun kelor dalam pakan itik pengging periode layer pada bobot karkas dan ukuran serabut muskulus pektoralis. Rancangan penelitian menggunakan 60 ekor itik dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan. Pengulangan tiap perlakuan dilakukan 3 kali dengan 4 ekor itik setiap ulangan. Kelompok perlakuan terdiri atas kontrol (K0) menggunakan pakan standar; K1 menggunakan 97,5% pakan standar dan 2,5% tepung daun kelor; K2 menggunakan 95% pakan standar dan 5% tepung daun kelor; K3 menggunakan 92,5% pakan standar dan 7,5% tepung daun kelor; K4 menggunakan 90% pakan standar dan 10% tepung daun kelor. Analisis data menggunakan one-way Analysis of Variance (ANOVA). Hasil penelitian didapatkan bahwa substitusi pakan dengan tepung daun kelor tidak memberikan pengaruh yang signifikan (P>0,05) terhadap bobot karkas, bobot muskuli pektoralis, dan ukuran serabut. Kesimpulan penelitian ini adalah substitusi tepung daun kelor pada pakan itik pengging periode bertelur tidak memberikan dampak pada bobot karkas, muskulus pektoralis, dan diameter serabut otot. Nutrien lebih banyak diarahkan untuk produksi telur daripada sintesis karkas.Moringa (Moringa oleifera) is a functional plant that contains lots of nutrients and antioxidants. The leaves on this plant are often used as a feed ingredient because of their potential to increase growth and cells development. The objective of the study is to examine moringa leaf inclusion meal on carcass weight and size of pectoral musculus fibrils of sexually mature laying ducks. The study used a completely randomized design (CRD) consisting of 5 treatments. Treatment was repeated 3 times. Feeding were carried out at 07.00 WIB and 16.00 WIB. Treatment Control (K0) used standard feed; treatment 1 (K1) used 97.5% standard feed and 2.5% moringa leaf meal; treatment 2 (K2) used 95% standard feed and 5% Moringa leaf meal; treatment 3 (K3) used 92.5% standard feed and 7.5% Moringa leaf meal; treatment 4 (K4) used 90% standard feed and 10% moringa leaf meal. Data analysis used Analysis of Variance (ANOVA) and regression test using SPSS version 25. The results showed that feed substitution on Moringa leaves did not have a significant effect on carcass weight and fibril size of treated and control ducks. In conclusion, substitution of Moringa leaf meal in pengging ducks feed on layer period had no impact of carcass and pectoral muscles weight, and could not change the diameter of pectoral muscles fibril. Nutrient and energy leads to egg production than carcass synthesis.
球菌是一种具有营养和抗氧化剂功能的植物。这种植物的叶子由于营养丰富而被用作饲料材料。研究的目的是研究鸭绒淀粉在凝胶重量和pektoralis上的替代方法。研究用60只鸭子进行由5种治疗组成的随机设计的研究。每次治疗重复3次,每次重复4只鸭子。处理组包括使用标准的饲料的控制(K0);K1使用97.5%的标准饲料和2.5%的kelor淀粉;乔戈里氏95%的标准饲料和5%的白叶淀粉;K3使用标准的92.5%的饲料和7.5%的kelor淀粉;K4使用标准90%的饲料和10%的酵母淀粉。使用单路变量分析分析数据。研究发现,用牛叶粉代替母乳对卡壳、木颈和纤维的大小没有显著影响(P> 0.05)。这项研究的结论是面粉罗尔叶子在鸭饲料替换pengging产卵时期不施加影响重量块肉,muskulus pektoralis,肌肉纤维的直径。营养比合成许多旨在生产鸡蛋块肉。这是一种能接触到营养和抗氧化剂的功能植物。树叶在这个工厂是经常过去美国ingredient的饲料,因为他们的潜在发展到增加增长和细胞。研究的对象是研究一种针对carcass重量和pecculus性乳房的小球。研究人员使用了一个完整的兰德尔设计,列出了五次试验。治疗是重复3时报。在喂养carried out at 7点和16点。治疗控制(K0)使用标准feed;治疗1 (K1)过去97。5%的标准版和2。5%的饲料moringa叶餐;治疗2 (K2)过去95%的标准版和5%的饲料Moringa叶餐;治疗3 (K3)以前92。5%的标准版和7。5%的饲料Moringa叶餐;治疗4 (K4)使用90%的标准饲料和10%的吗啡片。使用变量分析(ANOVA)和回归测试使用SPSS版本25。结果表明,这种以尸体为食的替代方法在尸体重量和受害者体重的大小上没有明显的影响。在conclusion中,以层状层为食的多层鸭子的替代替代没有影响汽车和胸肌的重量,也不能改变胸肌的直径。营养和能量导致蛋生产而不是碳合成。
{"title":"Bobot Karkas dan Morfometri Serabut Muskulus Pektoralis Itik Pengging Periode Layer Setelah Pemberian Tepung Daun Kelor Dalam Pakan","authors":"Muhammad Alvin Gibran, Muhammad Anwar Djaelani, Kasiyati Kasiyati, Sunarno Sunarno","doi":"10.14710/baf.6.2.2021.167-174","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.167-174","url":null,"abstract":"Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman fungsional yang mengandung nutrisi dan antioksidan. Daun tanaman ini digunakan sebagai bahan pakan karena nutriennya yang lengkap. Tujuan penelitian adalah mengkaji pengaruh substitusi tepung daun kelor dalam pakan itik pengging periode layer pada bobot karkas dan ukuran serabut muskulus pektoralis. Rancangan penelitian menggunakan 60 ekor itik dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan. Pengulangan tiap perlakuan dilakukan 3 kali dengan 4 ekor itik setiap ulangan. Kelompok perlakuan terdiri atas kontrol (K0) menggunakan pakan standar; K1 menggunakan 97,5% pakan standar dan 2,5% tepung daun kelor; K2 menggunakan 95% pakan standar dan 5% tepung daun kelor; K3 menggunakan 92,5% pakan standar dan 7,5% tepung daun kelor; K4 menggunakan 90% pakan standar dan 10% tepung daun kelor. Analisis data menggunakan one-way Analysis of Variance (ANOVA). Hasil penelitian didapatkan bahwa substitusi pakan dengan tepung daun kelor tidak memberikan pengaruh yang signifikan (P>0,05) terhadap bobot karkas, bobot muskuli pektoralis, dan ukuran serabut. Kesimpulan penelitian ini adalah substitusi tepung daun kelor pada pakan itik pengging periode bertelur tidak memberikan dampak pada bobot karkas, muskulus pektoralis, dan diameter serabut otot. Nutrien lebih banyak diarahkan untuk produksi telur daripada sintesis karkas.Moringa (Moringa oleifera) is a functional plant that contains lots of nutrients and antioxidants. The leaves on this plant are often used as a feed ingredient because of their potential to increase growth and cells development. The objective of the study is to examine moringa leaf inclusion meal on carcass weight and size of pectoral musculus fibrils of sexually mature laying ducks. The study used a completely randomized design (CRD) consisting of 5 treatments. Treatment was repeated 3 times. Feeding were carried out at 07.00 WIB and 16.00 WIB. Treatment Control (K0) used standard feed; treatment 1 (K1) used 97.5% standard feed and 2.5% moringa leaf meal; treatment 2 (K2) used 95% standard feed and 5% Moringa leaf meal; treatment 3 (K3) used 92.5% standard feed and 7.5% Moringa leaf meal; treatment 4 (K4) used 90% standard feed and 10% moringa leaf meal. Data analysis used Analysis of Variance (ANOVA) and regression test using SPSS version 25. The results showed that feed substitution on Moringa leaves did not have a significant effect on carcass weight and fibril size of treated and control ducks. In conclusion, substitution of Moringa leaf meal in pengging ducks feed on layer period had no impact of carcass and pectoral muscles weight, and could not change the diameter of pectoral muscles fibril. Nutrient and energy leads to egg production than carcass synthesis.","PeriodicalId":127406,"journal":{"name":"Buletin Anatomi dan Fisiologi","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115517331","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.115-123
Nunuk Shofiati, Siti Muflichatun Mardiati, Agung Janika Sitasiwi, Sri Isdadiyanto
Indikator klinis penyakit Diabetes Melitus adalah hiperglikemia. Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai alternatif obat herbal hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ekstrak etanol daun mimba terhadap struktur histologis pankreas pada tikus hiperglikemia. Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah tikus 24 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan dan 4 kali ulangan. P0 (kontrol normal) adalah kelompok tikus normal yang diberi akuades, P1 (kontrol negatif) adalah tikus hiperglikemia yang diberi akuades. P2 (kontrol positif) adalah kelompok tikus hiperglikemia yang diberi glibenklamid dosis 2,25 mg/kg BB. P3, P4, dan P5 adalah kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol daun mimba dosis 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Data dianalisis dengan ANOVA pada signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak etanol daun mimba dosis 100, 200, dan 400 mg/kg BB tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot pankreas, diameter, luas, dan densitas pulau Langerhans (P>0,05). Skoring struktur pulau Langerhans berdasarkan uji Mann-Whitneymenunjukkan hasil beda nyata pada kelompok tikus yang diberi daun mimba (P≤0,05). Kesimpulan dari penelitian ini, pemberian ekstrak daun mimba dosis 400mg/kg BB menunjukkan adanya perbaikan morfologi pulau Langerhans. The clinical indicator of Diabetes mellitus was hyperglycemia. Azadirachta indica A. Juss was a plant has the potential to alternative medicine for hyperglycemia. The study was to analyze the ethanol neem leaf extract effect on histological structure of hyperglycemic rat pancreas. This study used a completely randomized design (CRD) with 24 rats were divided into 6 treatment groups and 4 replications. P0 (control) was a normal rats group were given distilled water, P1 (negative control) was a hyperglycemic rats group were given distilled water. P2 (positive control) was a hyperglycemic rats were given 2.25 mg/kg BW of glibenclamide. P3, P4, and P5 were rats were given 100, 200, and 400 mg/kg BW of ethanolic neem leaf extract.The data analyzed by ANOVA at 95% significance showed the treatment of 100, 200, and 400 mg/kg BW ethanolic neem leaf extract had no significant effect on the pancreatic weight, diameter, area, and density of Langerhans islet (P> 0.05). The score of Langerhans islet structure based on the Mann-Whitney test showed significant differences in the groups of mice given neem leaves (P≤0.05). Treatment of 400mg/Kg BW neem leaf extract showed an improvement in the morphology of the islets of Langerhans.
{"title":"Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap Struktur Histologis Pankreas Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemia","authors":"Nunuk Shofiati, Siti Muflichatun Mardiati, Agung Janika Sitasiwi, Sri Isdadiyanto","doi":"10.14710/baf.6.2.2021.115-123","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.115-123","url":null,"abstract":"Indikator klinis penyakit Diabetes Melitus adalah hiperglikemia. Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai alternatif obat herbal hiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ekstrak etanol daun mimba terhadap struktur histologis pankreas pada tikus hiperglikemia. Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah tikus 24 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan dan 4 kali ulangan. P0 (kontrol normal) adalah kelompok tikus normal yang diberi akuades, P1 (kontrol negatif) adalah tikus hiperglikemia yang diberi akuades. P2 (kontrol positif) adalah kelompok tikus hiperglikemia yang diberi glibenklamid dosis 2,25 mg/kg BB. P3, P4, dan P5 adalah kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol daun mimba dosis 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Data dianalisis dengan ANOVA pada signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak etanol daun mimba dosis 100, 200, dan 400 mg/kg BB tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot pankreas, diameter, luas, dan densitas pulau Langerhans (P>0,05). Skoring struktur pulau Langerhans berdasarkan uji Mann-Whitneymenunjukkan hasil beda nyata pada kelompok tikus yang diberi daun mimba (P≤0,05). Kesimpulan dari penelitian ini, pemberian ekstrak daun mimba dosis 400mg/kg BB menunjukkan adanya perbaikan morfologi pulau Langerhans. The clinical indicator of Diabetes mellitus was hyperglycemia. Azadirachta indica A. Juss was a plant has the potential to alternative medicine for hyperglycemia. The study was to analyze the ethanol neem leaf extract effect on histological structure of hyperglycemic rat pancreas. This study used a completely randomized design (CRD) with 24 rats were divided into 6 treatment groups and 4 replications. P0 (control) was a normal rats group were given distilled water, P1 (negative control) was a hyperglycemic rats group were given distilled water. P2 (positive control) was a hyperglycemic rats were given 2.25 mg/kg BW of glibenclamide. P3, P4, and P5 were rats were given 100, 200, and 400 mg/kg BW of ethanolic neem leaf extract.The data analyzed by ANOVA at 95% significance showed the treatment of 100, 200, and 400 mg/kg BW ethanolic neem leaf extract had no significant effect on the pancreatic weight, diameter, area, and density of Langerhans islet (P> 0.05). The score of Langerhans islet structure based on the Mann-Whitney test showed significant differences in the groups of mice given neem leaves (P≤0.05). Treatment of 400mg/Kg BW neem leaf extract showed an improvement in the morphology of the islets of Langerhans. ","PeriodicalId":127406,"journal":{"name":"Buletin Anatomi dan Fisiologi","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126424710","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.154-160
Helena Chika Valencia Hanisa, Tyas Rini Saraswati, S. Tana
Kunyit mengandung senyawa kurkumin yang dapat digunakan sebagai zat antiinflamasi dan membantu memperbaiki sel-sel yang rusak. Tujuan dari penelitian ini menganalisis pengaruh serbuk kunyit dan kurkumin pada jumlah dan ukuran sel spermatogonium; spermatosit primer; dan spermatosit sekunder; bobot testis serta diameter tubulus seminiferus Mus musculus yang diberi minuman beralkohol. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan 12 ekor Mus musculus jantan yang dibagi kedalam 4 kelompok perlakuan dan 3 kali ulangan. R0 merupakan kontrol, R1 kontrol alkohol, R2 pemberian serbuk kunyit sebanyak 0,1 mg/hari, R3 pemberian kurkumin sebanyak 0,01 mg/hari. Perlakuan diberikan selama 30 hari. Data penelitian dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0.05) pada jumlah spermatogonium dan ukuran sel (spermatogonium, spermatosit primer, dan spermatosit sekunder), namun terdapat perbedaan bermakna pada (P<0,05) pada bobot testis, diameter tubulus seminiferus dan jumlah sel (spermatosit primer, dan spermatosit sekunder). Turmeric contains curcumin compounds that can be used as anti-inflammatory substances and help repair damaged cells. The purpose of this study was to analyze the effect of turmeric powder and curcumin on the number and size of spermatogonia cells; primary spermatocytes; and secondary spermatocytes; testicular weight and diameter of the seminiferous tubules of Mus musculus given alcoholic beverages. This study is an experimental study with a completely randomized design (CRD), using 12 male Mus musculus which were divided into 4 treatment groups and 3 replications. R0 is control, R1 is alcohol control, R2 is 0.1 mg/day of turmeric powder, R3 is 0.01 mg/day of curcumin. The treatment was given for 30 days. The research data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) at the 95% confidence level. Based on the results obtained, it can be concluded that there is no significant difference (p>0.05) in the number of spermatogonia and cell size (spermatogonia, primary spermatocytes, and secondary spermatocytes), but there is a significant difference (P<0.05) in testicular weight, diameter of the seminiferous tubules and the number of cells (primary spermatocytes, and secondary spermatocytes).
{"title":"Efek Serbuk Kunyit dan Kurkumin pada Spermatogenesis Mencit (Mus musculus) yang Diberi Minuman Beralkohol","authors":"Helena Chika Valencia Hanisa, Tyas Rini Saraswati, S. Tana","doi":"10.14710/baf.6.2.2021.154-160","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.154-160","url":null,"abstract":"Kunyit mengandung senyawa kurkumin yang dapat digunakan sebagai zat antiinflamasi dan membantu memperbaiki sel-sel yang rusak. Tujuan dari penelitian ini menganalisis pengaruh serbuk kunyit dan kurkumin pada jumlah dan ukuran sel spermatogonium; spermatosit primer; dan spermatosit sekunder; bobot testis serta diameter tubulus seminiferus Mus musculus yang diberi minuman beralkohol. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan 12 ekor Mus musculus jantan yang dibagi kedalam 4 kelompok perlakuan dan 3 kali ulangan. R0 merupakan kontrol, R1 kontrol alkohol, R2 pemberian serbuk kunyit sebanyak 0,1 mg/hari, R3 pemberian kurkumin sebanyak 0,01 mg/hari. Perlakuan diberikan selama 30 hari. Data penelitian dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0.05) pada jumlah spermatogonium dan ukuran sel (spermatogonium, spermatosit primer, dan spermatosit sekunder), namun terdapat perbedaan bermakna pada (P<0,05) pada bobot testis, diameter tubulus seminiferus dan jumlah sel (spermatosit primer, dan spermatosit sekunder). Turmeric contains curcumin compounds that can be used as anti-inflammatory substances and help repair damaged cells. The purpose of this study was to analyze the effect of turmeric powder and curcumin on the number and size of spermatogonia cells; primary spermatocytes; and secondary spermatocytes; testicular weight and diameter of the seminiferous tubules of Mus musculus given alcoholic beverages. This study is an experimental study with a completely randomized design (CRD), using 12 male Mus musculus which were divided into 4 treatment groups and 3 replications. R0 is control, R1 is alcohol control, R2 is 0.1 mg/day of turmeric powder, R3 is 0.01 mg/day of curcumin. The treatment was given for 30 days. The research data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) at the 95% confidence level. Based on the results obtained, it can be concluded that there is no significant difference (p>0.05) in the number of spermatogonia and cell size (spermatogonia, primary spermatocytes, and secondary spermatocytes), but there is a significant difference (P<0.05) in testicular weight, diameter of the seminiferous tubules and the number of cells (primary spermatocytes, and secondary spermatocytes).","PeriodicalId":127406,"journal":{"name":"Buletin Anatomi dan Fisiologi","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126476456","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.203-211
Muhammad Ni'amul Albab
Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Eksploitasi tanpa pembudidayaan menyebabkan penurunan potensi anggrek alam sebagai tetua persilangan. Selain itu, pengetahuan mengenai sifat-sifat penurunan karakter anggrek alam masih sedikit diulas dan diketahui sehingga pemanfaatan anggrek spesies sebagai induk persilangan belum maksimal. Peningkatan mutu pada tanaman anggrek juga terkendala pada teknik persilangan dan perbanyakan biji hasil persilangan. Kegiatan persilangan banyak menggunakan varietas-varietas dengan tetua yang sama sehingga menyebabkan variasi genetik pada hibrida yang terbentuk menjadi terbatas. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengetahui karakteristik bunga tetua anggrek dengan variasi berbeda serta bunga pada anggrek hibrida hasil persilangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara morfologi melalui pengamatan langsung kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Batasan penelitian ini menggunakan anggrek spesies dari genus Dendrobium yang digunakan sebagai indukan dan anggrek hibrida hasil persilangan yang telah berbunga kemudian diamati bentuk bunga, warna bunga, bentuk dan warna sepal serta petal. Hasil yang diperoleh adalah anggrek hibrida hasil persilangan yang telah berbunga memiliki morfologi bunga yang mirip seperti kedua tetua persilangannya seperti ukuran bunga, warna bunga, bentuk dan warna sepal maupun petal, dan warna dari labellum tergantung dari karakteristik bunga yang terdapat pada kedua tetua persilangannya.
{"title":"Karakteristik Bunga Tetua Anggrek Dendrobium dalam Menghasilkan Variasi Fenotipe Baru Melalui Teknik Hibridisasi","authors":"Muhammad Ni'amul Albab","doi":"10.14710/baf.6.2.2021.203-211","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.203-211","url":null,"abstract":"Anggrek dikenal sebagai tanaman hias populer yang dimanfaatkan bunganya. Bunga anggrek sangat indah dan variasinya hampir tidak terbatas. Eksploitasi tanpa pembudidayaan menyebabkan penurunan potensi anggrek alam sebagai tetua persilangan. Selain itu, pengetahuan mengenai sifat-sifat penurunan karakter anggrek alam masih sedikit diulas dan diketahui sehingga pemanfaatan anggrek spesies sebagai induk persilangan belum maksimal. Peningkatan mutu pada tanaman anggrek juga terkendala pada teknik persilangan dan perbanyakan biji hasil persilangan. Kegiatan persilangan banyak menggunakan varietas-varietas dengan tetua yang sama sehingga menyebabkan variasi genetik pada hibrida yang terbentuk menjadi terbatas. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengetahui karakteristik bunga tetua anggrek dengan variasi berbeda serta bunga pada anggrek hibrida hasil persilangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara morfologi melalui pengamatan langsung kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Batasan penelitian ini menggunakan anggrek spesies dari genus Dendrobium yang digunakan sebagai indukan dan anggrek hibrida hasil persilangan yang telah berbunga kemudian diamati bentuk bunga, warna bunga, bentuk dan warna sepal serta petal. Hasil yang diperoleh adalah anggrek hibrida hasil persilangan yang telah berbunga memiliki morfologi bunga yang mirip seperti kedua tetua persilangannya seperti ukuran bunga, warna bunga, bentuk dan warna sepal maupun petal, dan warna dari labellum tergantung dari karakteristik bunga yang terdapat pada kedua tetua persilangannya.","PeriodicalId":127406,"journal":{"name":"Buletin Anatomi dan Fisiologi","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125858581","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.193-202
Fani Fahriyansyah, Sri Isdadiyanto, Siti Muflichatun Mardiati, Agung Janika Sitasiwi
Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolic yang ditandai dengan hiperglikemia kronis yang disebabkan tidak cukupnya produksi insulin dan resistensi insulin. Diabetes telah diketahui dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan pada jaringan ginjal. Mimba (Azadirachta indica A.Juss) memiliki kandungan antioksidan flavonoid yang mampu menangkal radikal bebas dan memperbaiki jaringan ginjal yang rusak akibat diabetes. Penelitian ini menggunakan 18 tikus putih yang menjadi 6 kelompok perlakuan. P0 (kontrol normal) merupakan tukus normal diberi aquades. P1(Kontrol negatif) merupakan tikus hiperglikemia diberi aquades. P2 (kontrol positif) merupakan tikus hiperglikemia diberi glibenklamid dosis 2,25 mg/ kg BB. P3, P4, dan P5 merupakan tikus hiperglikemia yang diberi ekstrak etanol daun mimba dosis 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Data penelitian kemudian dianalisis dengan uji Anova. Untuk data yang tidak terdistribusi normal diuji dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun mimba tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot ginjal, konsumsi air minum, diameter glomerulus, ruang kapsula bowman, tebal sel epitel tubulus proksimal, dan tebal sel epitel tubulus distal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun mimba mampu melindungi jaringan ginjal tikus putih dari paparan hiperglikemia Diabetes is a metabolic disorder that treats chronic hyperglycemia caused by insufficient insulin production and insulin resistance. Diabetes has been known to cause complications in the form of damage to kidney tissue. Neem (Azadirachta indica A.Juss) has flavonoid antioxidants that can ward off free radicals and repair kidney tissue damaged by diabetes. The purpose of the study was to examine the ethanol extract of neem leaves repairing kidney tissue. The study used 18 albino rats were divided into 6 treatment groups. P1 (negative control) was a hyperglycemic rats group were given distilled water. P2 (positive control) was a hyperglycemic rats were given 2.25 mg/kg BW of glibenclamide. P3, P4, and P5 were rats were given 100, 200, and 400 mg/kg BW of ethanolic neem leaf extract The research data were analyzed by ANOVA. The non-normally distributed data were analyzed by Kruskal-Wallis. The results showed that the ethanol extract of neem leaves had no significant effect on kidney weight, water consumption, glomerular diameter, bowman's capsule space, proximal tubular epithelial cell thickness, and distal tubular epithelial cell thickness. The conclusion of this study was the ethanol extract of neem leaves was able to protect the kidney tissue of white rats from hyperglycemia.
{"title":"Gambaran Histologi Ren Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemia Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta Indica A. Juss)","authors":"Fani Fahriyansyah, Sri Isdadiyanto, Siti Muflichatun Mardiati, Agung Janika Sitasiwi","doi":"10.14710/baf.6.2.2021.193-202","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.193-202","url":null,"abstract":"Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolic yang ditandai dengan hiperglikemia kronis yang disebabkan tidak cukupnya produksi insulin dan resistensi insulin. Diabetes telah diketahui dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan pada jaringan ginjal. Mimba (Azadirachta indica A.Juss) memiliki kandungan antioksidan flavonoid yang mampu menangkal radikal bebas dan memperbaiki jaringan ginjal yang rusak akibat diabetes. Penelitian ini menggunakan 18 tikus putih yang menjadi 6 kelompok perlakuan. P0 (kontrol normal) merupakan tukus normal diberi aquades. P1(Kontrol negatif) merupakan tikus hiperglikemia diberi aquades. P2 (kontrol positif) merupakan tikus hiperglikemia diberi glibenklamid dosis 2,25 mg/ kg BB. P3, P4, dan P5 merupakan tikus hiperglikemia yang diberi ekstrak etanol daun mimba dosis 100, 200, dan 400 mg/kg BB. Data penelitian kemudian dianalisis dengan uji Anova. Untuk data yang tidak terdistribusi normal diuji dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun mimba tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot ginjal, konsumsi air minum, diameter glomerulus, ruang kapsula bowman, tebal sel epitel tubulus proksimal, dan tebal sel epitel tubulus distal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun mimba mampu melindungi jaringan ginjal tikus putih dari paparan hiperglikemia Diabetes is a metabolic disorder that treats chronic hyperglycemia caused by insufficient insulin production and insulin resistance. Diabetes has been known to cause complications in the form of damage to kidney tissue. Neem (Azadirachta indica A.Juss) has flavonoid antioxidants that can ward off free radicals and repair kidney tissue damaged by diabetes. The purpose of the study was to examine the ethanol extract of neem leaves repairing kidney tissue. The study used 18 albino rats were divided into 6 treatment groups. P1 (negative control) was a hyperglycemic rats group were given distilled water. P2 (positive control) was a hyperglycemic rats were given 2.25 mg/kg BW of glibenclamide. P3, P4, and P5 were rats were given 100, 200, and 400 mg/kg BW of ethanolic neem leaf extract The research data were analyzed by ANOVA. The non-normally distributed data were analyzed by Kruskal-Wallis. The results showed that the ethanol extract of neem leaves had no significant effect on kidney weight, water consumption, glomerular diameter, bowman's capsule space, proximal tubular epithelial cell thickness, and distal tubular epithelial cell thickness. The conclusion of this study was the ethanol extract of neem leaves was able to protect the kidney tissue of white rats from hyperglycemia.","PeriodicalId":127406,"journal":{"name":"Buletin Anatomi dan Fisiologi","volume":"739 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134026169","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-31DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.124-130
Rasyid Abdulaziz, Sri Widodo Agung Suedy, Munifatul Izzati
Selasih (Ocimum basilicum L.) memiliki kandungan minyak atsiri yang dapat digunakan dalam industri kosmetik, parfum, dan medis. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan usia panen dengan biomassa dan produksi minyak atsiri pada organ daun serta batang selasih. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, dengan faktor pertama usia panen (1; 1,5; dan 2 bulan), dan faktor kedua organ tanaman (daun dan batang). Media tanam menggunakan tanah dan kompos (1:1) yang dimasukkan dalam polibag ukuran 30cm x 30cm, dan diberi naungan paranet 25%. Parameter yang diamati: data pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun dan cabang primer), biomassa, dan produksi minyak atsiri. Analisis data menggunakan Anaylysis of Variance (ANOVA) dan Duncan's Multiple Range Test(DMRT) pada taraf kepercayaan 95 %. Penelitian menunjukkan hasil bahwa tanaman yang dipanen pada umur lebih tua menunjukkan pertumbuhan, biomassa dan produksi minyak atsiri yang lebih tinggi. Pada usia 1,5 bulan, biomassa meningkat 114,485% dibanding usia 1 bulan, sedangkan pada usia 2 bulan, peningkatan biomasa 91,410% dibanding usia1,5 bulan. Produksi minyak atsiri tertinggi dihasilkan oleh organ daun pada usia panen 2 bulan sebesar 0,273g, dan 0,023g pada organ batang. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa usia panen berbeda berpengaruh nyata terhadap biomassa dan produksi minyak atsiri tanaman selasih. Basil (Ocimum basilicum L.) contains essential oils that can be used in the cosmetic, perfume, medical industries. This study aims to determine the relationship between harvest age and biomass and essential oil production in basil leaves and stems. The study used a completely randomized design (CRD) with a factorial pattern, with the first factor being harvest age (1; 1.5; and 2 months), and the second factor being plant organs (leaves and stems). The planting medium used soil and compost (1:1) which was put in 30cm x 30cm polybags and was given a 25% para net shade. Parameters observed: growth data (plant height, number of leaves, and primary branches), biomass, and essential oil production. Data analysis used Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at a 95% confidence level. Research shows that plants harvested at an older age show higher growth, biomass, and essential oil production. At the age of 1.5 months, biomass increased by 114.485% compared to the age of 1 month, while at the age of 2 months, the increase in biomass was 91.410% compared to the age of 1.5 months. The highest essential oil production was produced by leaf organs at 2 months of harvesting at 0.273g, and 0.023g in stem organs. The conclusion of this study showed that different harvest ages had a significant effect on the biomass and essential oil production of basil plants.
{"title":"Pertambahan Biomassa dan Produksi Minyak Atsiri Tanaman Selasih (Ocimum basilicum L.) pada Usia Panen yang Berbeda","authors":"Rasyid Abdulaziz, Sri Widodo Agung Suedy, Munifatul Izzati","doi":"10.14710/baf.6.2.2021.124-130","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/baf.6.2.2021.124-130","url":null,"abstract":"Selasih (Ocimum basilicum L.) memiliki kandungan minyak atsiri yang dapat digunakan dalam industri kosmetik, parfum, dan medis. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan usia panen dengan biomassa dan produksi minyak atsiri pada organ daun serta batang selasih. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial, dengan faktor pertama usia panen (1; 1,5; dan 2 bulan), dan faktor kedua organ tanaman (daun dan batang). Media tanam menggunakan tanah dan kompos (1:1) yang dimasukkan dalam polibag ukuran 30cm x 30cm, dan diberi naungan paranet 25%. Parameter yang diamati: data pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah daun dan cabang primer), biomassa, dan produksi minyak atsiri. Analisis data menggunakan Anaylysis of Variance (ANOVA) dan Duncan's Multiple Range Test(DMRT) pada taraf kepercayaan 95 %. Penelitian menunjukkan hasil bahwa tanaman yang dipanen pada umur lebih tua menunjukkan pertumbuhan, biomassa dan produksi minyak atsiri yang lebih tinggi. Pada usia 1,5 bulan, biomassa meningkat 114,485% dibanding usia 1 bulan, sedangkan pada usia 2 bulan, peningkatan biomasa 91,410% dibanding usia1,5 bulan. Produksi minyak atsiri tertinggi dihasilkan oleh organ daun pada usia panen 2 bulan sebesar 0,273g, dan 0,023g pada organ batang. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa usia panen berbeda berpengaruh nyata terhadap biomassa dan produksi minyak atsiri tanaman selasih. Basil (Ocimum basilicum L.) contains essential oils that can be used in the cosmetic, perfume, medical industries. This study aims to determine the relationship between harvest age and biomass and essential oil production in basil leaves and stems. The study used a completely randomized design (CRD) with a factorial pattern, with the first factor being harvest age (1; 1.5; and 2 months), and the second factor being plant organs (leaves and stems). The planting medium used soil and compost (1:1) which was put in 30cm x 30cm polybags and was given a 25% para net shade. Parameters observed: growth data (plant height, number of leaves, and primary branches), biomass, and essential oil production. Data analysis used Analysis of Variance (ANOVA) and Duncan's Multiple Range Test (DMRT) at a 95% confidence level. Research shows that plants harvested at an older age show higher growth, biomass, and essential oil production. At the age of 1.5 months, biomass increased by 114.485% compared to the age of 1 month, while at the age of 2 months, the increase in biomass was 91.410% compared to the age of 1.5 months. The highest essential oil production was produced by leaf organs at 2 months of harvesting at 0.273g, and 0.023g in stem organs. The conclusion of this study showed that different harvest ages had a significant effect on the biomass and essential oil production of basil plants.","PeriodicalId":127406,"journal":{"name":"Buletin Anatomi dan Fisiologi","volume":"133 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124273689","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}