Karsinoma sel basal (KSB) merupakan kanker kulit yang paling sering terjadi, bersifat slow growing, invasif lokal, agresif dan destruktif lokal, jarang bermetastasis, namun dapat menyebabkan kerusakan jaringan lokal dan cacat fungsional. Radioterapi sebagai terapi utama dalam kondisi tertentu mampu memberikan hasil yang baik. Begitu pula sebagai terapi adjuvan, radioterapi terbukti mampu menurunkan angka rekurensi dengan konsekuensi kosmetik minimal dan efek samping yang dapat ditoleransi. Oleh karena itu, pertimbangan radioterapi dalam tatalaksana KSB harus dimasukkan ke dalam pengambilan keputusan klinis dan manajemen multidisiplin.
{"title":"Radioterapi pada Karsinoma Sel Basal","authors":"Fatmasari, H. M Djakaria","doi":"10.32532/JORI.V8I2.68","DOIUrl":"https://doi.org/10.32532/JORI.V8I2.68","url":null,"abstract":"Karsinoma sel basal (KSB) merupakan kanker kulit yang paling sering terjadi, bersifat slow growing, invasif lokal, agresif dan destruktif lokal, jarang bermetastasis, namun dapat menyebabkan kerusakan jaringan lokal dan cacat fungsional. Radioterapi sebagai terapi utama dalam kondisi tertentu mampu memberikan hasil yang baik. Begitu pula sebagai terapi adjuvan, radioterapi terbukti mampu menurunkan angka rekurensi dengan konsekuensi kosmetik minimal dan efek samping yang dapat ditoleransi. Oleh karena itu, pertimbangan radioterapi dalam tatalaksana KSB harus dimasukkan ke dalam pengambilan keputusan klinis dan manajemen multidisiplin.","PeriodicalId":130312,"journal":{"name":"Radioterapi & Onkologi Indonesia","volume":"115 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123467943","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wilms’ tumor atau nefroblastoma merupakan keganasan ginjal tersering pada anak. Insidensinya mencapai 6% dari seluruh kasus keganasan pada anak. Gejala klinis pada mayoritas kasus Wilms’ tumor berupa asimtompatik massa pada abdomen, namun 20-30 persen dari kasus memberikan gejala nyeri abdomen, malaise, atau hematuria mikroskopik ataupun makroskopik. Gambaran umum dari Wilms’ tumor adalah adanya pseudocapsule yang mengelilingi tumor. Modalitas terapi untuk Wilms’ tumor adalah pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi. Pembedahan merupakan tatalaksana terpenting dan prosedur operasi yang dijalankan dengan akurat dapat menentukan staging Wilms’ tumor dengan tepat serta rencana tatalaksana selanjutnya. Kemoterapi merupakan terapi ajuvan utama pasca radiasi ataupun terapi preoperatif. Radiasi eksterna merupakan terapi ajuvan pada Wilms’ tumor dengan stadium lanjut. Gabungan kemoterapi dan radiasi eksterna memberikan hasil yang lebih baik. Namun demikian patut diperhatikan efek samping kombinasi kedua modalitas terapi tersebut. Mengingat toksisitas jangka panjang, peran radiasi eksterna masih terbatas dan hanya diberikan dengan dosis yang relatif rendah.
{"title":"Radioterapi pada Tatalaksana Tumor Wilms","authors":"Tirawan Sutedja, Nana Supriana","doi":"10.32532/JORI.V8I2.67","DOIUrl":"https://doi.org/10.32532/JORI.V8I2.67","url":null,"abstract":"Wilms’ tumor atau nefroblastoma merupakan keganasan ginjal tersering pada anak. Insidensinya mencapai 6% dari seluruh kasus keganasan pada anak. Gejala klinis pada mayoritas kasus Wilms’ tumor berupa asimtompatik massa pada abdomen, namun 20-30 persen dari kasus memberikan gejala nyeri abdomen, malaise, atau hematuria mikroskopik ataupun makroskopik. Gambaran umum dari Wilms’ tumor adalah adanya pseudocapsule yang mengelilingi tumor. Modalitas terapi untuk Wilms’ tumor adalah pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi. Pembedahan merupakan tatalaksana terpenting dan prosedur operasi yang dijalankan dengan akurat dapat menentukan staging Wilms’ tumor dengan tepat serta rencana tatalaksana selanjutnya. Kemoterapi merupakan terapi ajuvan utama pasca radiasi ataupun terapi preoperatif. Radiasi eksterna merupakan terapi ajuvan pada Wilms’ tumor dengan stadium lanjut. Gabungan kemoterapi dan radiasi eksterna memberikan hasil yang lebih baik. Namun demikian patut diperhatikan efek samping kombinasi kedua modalitas terapi tersebut. Mengingat toksisitas jangka panjang, peran radiasi eksterna masih terbatas dan hanya diberikan dengan dosis yang relatif rendah.","PeriodicalId":130312,"journal":{"name":"Radioterapi & Onkologi Indonesia","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130092604","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diterima Maret 2016 Disetujui Mei 2016 Stereotactic radiosurgery (SRS) merupakan teknik radioterapi lanjutan yang menggunakan prinsip navigasi stereotaktik untuk penentuan target radiasi, pencitraan 3 dimensi untuk pendefinisian target dan pemberian radiasi dosis tinggi dalam fraksi tunggal yang bersifat ablatif. Modalitas terapi ini banyak digunakan untuk tatalaksana berbagai kelainan Intrakranial karena bersifat non-invasif. SRS dapat diberikan dengan berbagai alat dan teknik. Tujuan artikel ini untuk memberikan gambaran umum berbagai teknik SRS disertai keuntungan dan kerugian dari masing-masing teknik. Kata kunci: stereotaktik, radiosurgery, teknik
{"title":"Teknik Radiosurgery","authors":"Henry Kodrat, Rima Novirianthy","doi":"10.32532/jori.v7i2.47","DOIUrl":"https://doi.org/10.32532/jori.v7i2.47","url":null,"abstract":" Diterima Maret 2016 Disetujui Mei 2016 Stereotactic radiosurgery (SRS) merupakan teknik radioterapi lanjutan yang menggunakan prinsip navigasi stereotaktik untuk penentuan target radiasi, pencitraan 3 dimensi untuk pendefinisian target dan pemberian radiasi dosis tinggi dalam fraksi tunggal yang bersifat ablatif. Modalitas terapi ini banyak digunakan untuk tatalaksana berbagai kelainan Intrakranial karena bersifat non-invasif. SRS dapat diberikan dengan berbagai alat dan teknik. Tujuan artikel ini untuk memberikan gambaran umum berbagai teknik SRS disertai keuntungan dan kerugian dari masing-masing teknik. Kata kunci: stereotaktik, radiosurgery, teknik","PeriodicalId":130312,"journal":{"name":"Radioterapi & Onkologi Indonesia","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117101935","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Optic Nerve Sheath Meningioma (ONSM) merupakan tumor primer dari jaringan pembungkus saraf optik. Metode diagnosis dan tatalaksana ONSM telah banyak berkembang pada beberapa tahun belakangan. Diagnosis ONSM dapat dilakukan dengan pendekatan klinis, radiologis dan biopsi pada kebanyakan kasus. Tatalaksana ONSM bergantung pada beberapa faktor. Pembedahan pada tatalaksana ONSM diasosiasikan dengan tingginya risiko kebutaan. Observasi dapat dilakukan pada pasien dengan defisit penglihatan yang ringan dan tidak progresif. Sedangkan pada kasus progresif dan lanjut, kombinasi pembedahan dan radioterapi untuk tujuan meningkatkan dan mempreservasi penglihatan, Fractionated Stereotactic Radiotherapy (FSRT) dapat digunakan.
{"title":"Peran Radioterapi pada Primary Optic Nerve Sheath Meningioma","authors":"E. Ekaputra, H. M. Djakaria","doi":"10.32532/JORI.V7I2.44","DOIUrl":"https://doi.org/10.32532/JORI.V7I2.44","url":null,"abstract":"Optic Nerve Sheath Meningioma (ONSM) merupakan tumor primer dari jaringan pembungkus saraf optik. Metode diagnosis dan tatalaksana ONSM telah banyak berkembang pada beberapa tahun belakangan. Diagnosis ONSM dapat dilakukan dengan pendekatan klinis, radiologis dan biopsi pada kebanyakan kasus. Tatalaksana ONSM bergantung pada beberapa faktor. Pembedahan pada tatalaksana ONSM diasosiasikan dengan tingginya risiko kebutaan. Observasi dapat dilakukan pada pasien dengan defisit penglihatan yang ringan dan tidak progresif. Sedangkan pada kasus progresif dan lanjut, kombinasi pembedahan dan radioterapi untuk tujuan meningkatkan dan mempreservasi penglihatan, Fractionated Stereotactic Radiotherapy (FSRT) dapat digunakan.","PeriodicalId":130312,"journal":{"name":"Radioterapi & Onkologi Indonesia","volume":"307 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116051978","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tumor regio pineal bertanggungjawab pada lebih kurang 0,5% dari semua tumor sistem saraf pusat pada dewasa, 1% pada dewasa muda, dan 2,7% pada anak-anak. Karena tindakan operasi dan biopsi dikaitkan dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi, banyak institusi kesehatan menggunakan radioterapi lokal tumor dengan dosis 2000 cGy sebagai radiasi ex juvantibus . Jika tumor cukup radioresponsif, maka tumor dianggap sebagai germinoma, dan selanjutnya dilakukan radiasi kraniospinal (dosis total 3000 cGy). Tetapi jika tumor relatif radioresistan, maka radiasi dilanjutkan pada lokal tumor atau operasi reseksi tumor kemudian disarankan pada beberapa kasus. Seorang anak laki-laki, usia 12 tahun dirujuk ke Departemen Radioterapi RSCM paska pemasangan VP shunt. Riwayat parestesia di kedua tangan sejak 2 bulan sebelum shunting, yang dirasakan memberat. Gejala klinis dan CT kepala menunjukkan perbaikan paska pemasangan shunting . Massa didiagnosa banding sebagai germinoma atau pineoblastoma. Saat pemeriksaan awal di Departemen Radioterapi, pasien tanpa keluhan dengan KPS 100%. Pemeriksaan neurologi tidak ditemukan kelainan objektif, dengan hasil pemeriksaan endokrinologi dalam batas normal. Hasil pemeriksaan MRI kepala 2 bulan kemudian menunjukkan pembesaran-volume tumor 2 kali ukuran sebelumnya. Tetap tidak ditemukan kelainan secara klinis. Dilakukan radiasi ex juvantibus pada lokal tumor, sebanyak 10 fraksi dengan total dosis 2000 cGy. Didapatkan pengecilan volume tumor yang signifikan berdasarkan MRI evaluasi (regresi 95%). Tumor pineal tersebut dianggap sebagai suatu jenis Germinoma, dan selanjutnya dilakukan radiasi kraniospinal.
{"title":"Terapi Radiasi Ex Juvantibus pada Tumor Regio Pineal","authors":"Arry Setyawan, Soehartati Gondhowiardjo","doi":"10.32532/JORI.V7I1.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.32532/JORI.V7I1.40","url":null,"abstract":"Tumor regio pineal bertanggungjawab pada lebih kurang 0,5% dari semua tumor sistem saraf pusat pada dewasa, 1% pada dewasa muda, dan 2,7% pada anak-anak. Karena tindakan operasi dan biopsi dikaitkan dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi, banyak institusi kesehatan menggunakan radioterapi lokal tumor dengan dosis 2000 cGy sebagai radiasi ex juvantibus . Jika tumor cukup radioresponsif, maka tumor dianggap sebagai germinoma, dan selanjutnya dilakukan radiasi kraniospinal (dosis total 3000 cGy). Tetapi jika tumor relatif radioresistan, maka radiasi dilanjutkan pada lokal tumor atau operasi reseksi tumor kemudian disarankan pada beberapa kasus. Seorang anak laki-laki, usia 12 tahun dirujuk ke Departemen Radioterapi RSCM paska pemasangan VP shunt. Riwayat parestesia di kedua tangan sejak 2 bulan sebelum shunting, yang dirasakan memberat. Gejala klinis dan CT kepala menunjukkan perbaikan paska pemasangan shunting . Massa didiagnosa banding sebagai germinoma atau pineoblastoma. Saat pemeriksaan awal di Departemen Radioterapi, pasien tanpa keluhan dengan KPS 100%. Pemeriksaan neurologi tidak ditemukan kelainan objektif, dengan hasil pemeriksaan endokrinologi dalam batas normal. Hasil pemeriksaan MRI kepala 2 bulan kemudian menunjukkan pembesaran-volume tumor 2 kali ukuran sebelumnya. Tetap tidak ditemukan kelainan secara klinis. Dilakukan radiasi ex juvantibus pada lokal tumor, sebanyak 10 fraksi dengan total dosis 2000 cGy. Didapatkan pengecilan volume tumor yang signifikan berdasarkan MRI evaluasi (regresi 95%). Tumor pineal tersebut dianggap sebagai suatu jenis Germinoma, dan selanjutnya dilakukan radiasi kraniospinal.","PeriodicalId":130312,"journal":{"name":"Radioterapi & Onkologi Indonesia","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114889657","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Toksisitas akut radiasi merupakan suatu proses yang diawali dengan kerusakan sel normal. Malondialdehyde (MDA) merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid yang merupakan biomarker stres oksidatif. Catalase (CAT) adalah antioksidan enzimatik yang mengkatalisis H2O2 menjadi air dan oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar MDA dan aktivitas CAT dapat dijadikan prediktor derajat toksisitas akut radiasi pada kanker serviks stadium lanjut lokal. Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif terhadap 30 pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang memenuhi kriteria inklusi di Departemen Radioterapi RS Cipto Mangunkusumo dari Juli sampai September 2013. Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas CAT dilakukan sebelum radiasi dan fraksi ke-15 dengan menggunakan spektrofotometer. Derajat toksisitas akut radiasi dinilai tiap minggunya selama radiasi eksterna dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria RTOG. Didapatkan rerata kadar MDA serum sebesar 7,6 +/- 1,2 nmol/mL, dan median aktivitas CAT sebesar 0,95 (0,80 – 1,36) U/mL. Pasca 15 kali radiasi eksterna didapatkan peningkatan kadar MDA serum menjadi 9,5 +/- 1,9 nmol/mL (p 0,05). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa radiasi maupun kemoradiasi terbukti menyebabkan peningkatan kadar MDA dan penurunan aktivitas CAT pada kanker serviks stadium lanjut lokal, akan tetapi kadar MDA dan aktivitas CAT tidak dapat menjadi prediktor terhadap toksisitas akut radiasi.
{"title":"Pengaruh Kadar Malondialdehyde dan Aktivitas Antioksidan Enzimatik Catalase terhadap Toksisitas Akut Radiasi pada Kanker Serviks Stadium Lanjut Lokal","authors":"Rima Novirianthy, Sri Mutya Sekarutami","doi":"10.32532/JORI.V6I2.37","DOIUrl":"https://doi.org/10.32532/JORI.V6I2.37","url":null,"abstract":"Toksisitas akut radiasi merupakan suatu proses yang diawali dengan kerusakan sel normal. Malondialdehyde (MDA) merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid yang merupakan biomarker stres oksidatif. Catalase (CAT) adalah antioksidan enzimatik yang mengkatalisis H2O2 menjadi air dan oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kadar MDA dan aktivitas CAT dapat dijadikan prediktor derajat toksisitas akut radiasi pada kanker serviks stadium lanjut lokal. Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif terhadap 30 pasien kanker serviks stadium lanjut lokal yang memenuhi kriteria inklusi di Departemen Radioterapi RS Cipto Mangunkusumo dari Juli sampai September 2013. Pemeriksaan kadar MDA dan aktivitas CAT dilakukan sebelum radiasi dan fraksi ke-15 dengan menggunakan spektrofotometer. Derajat toksisitas akut radiasi dinilai tiap minggunya selama radiasi eksterna dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria RTOG. Didapatkan rerata kadar MDA serum sebesar 7,6 +/- 1,2 nmol/mL, dan median aktivitas CAT sebesar 0,95 (0,80 – 1,36) U/mL. Pasca 15 kali radiasi eksterna didapatkan peningkatan kadar MDA serum menjadi 9,5 +/- 1,9 nmol/mL (p 0,05). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa radiasi maupun kemoradiasi terbukti menyebabkan peningkatan kadar MDA dan penurunan aktivitas CAT pada kanker serviks stadium lanjut lokal, akan tetapi kadar MDA dan aktivitas CAT tidak dapat menjadi prediktor terhadap toksisitas akut radiasi.","PeriodicalId":130312,"journal":{"name":"Radioterapi & Onkologi Indonesia","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124871338","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Henry Kodrat, R. Susworo, Tuti Amalia, Rd Riyani Sabariani
Teknik radiasi konformal tiga dimensi menjadi standar radioterapi minimal di negara maju dan negara berkembang dalam penatalaksanaan kanker untuk tujuan kuratif. Tujuan teknik radiasi eksterna konformal tiga dimensi (3D) adalah agar volume target mendapat cakupan dosis yang sesuai, sebaran dosis yang homogen dan mengurangi dosis terhadap jaringan normal sekelilingnya. Alur perencanaan dan pelaksanaan radiasi konformal tiga dimensi melalui beberapa tahapan prosedur, yang menyerupai rantai; ini dikenal sebagai “ Chain of Radiotherapy ”. Pesawat Cobalt-60 merupakan tulang punggung untuk banyak departemen radioterapi di negara-negara berkembang. Ini disebabkan karena biaya perawatan rendah, desain yang sederhana dan tidak memerlukan daya catu listrik yang tinggi.
{"title":"Radioterapi Konformal Tiga Dimensi dengan Pesawat Cobalt-60","authors":"Henry Kodrat, R. Susworo, Tuti Amalia, Rd Riyani Sabariani","doi":"10.32532/JORI.V7I1.43","DOIUrl":"https://doi.org/10.32532/JORI.V7I1.43","url":null,"abstract":"Teknik radiasi konformal tiga dimensi menjadi standar radioterapi minimal di negara maju dan negara berkembang dalam penatalaksanaan kanker untuk tujuan kuratif. Tujuan teknik radiasi eksterna konformal tiga dimensi (3D) adalah agar volume target mendapat cakupan dosis yang sesuai, sebaran dosis yang homogen dan mengurangi dosis terhadap jaringan normal sekelilingnya. Alur perencanaan dan pelaksanaan radiasi konformal tiga dimensi melalui beberapa tahapan prosedur, yang menyerupai rantai; ini dikenal sebagai “ Chain of Radiotherapy ”. Pesawat Cobalt-60 merupakan tulang punggung untuk banyak departemen radioterapi di negara-negara berkembang. Ini disebabkan karena biaya perawatan rendah, desain yang sederhana dan tidak memerlukan daya catu listrik yang tinggi.","PeriodicalId":130312,"journal":{"name":"Radioterapi & Onkologi Indonesia","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121230886","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Ketepatan Sensor Ultrasonik dalam Mendeteksi Pergerakan Dinding Dada pada Pasien dengan Keganasan Regio Thorakal dan Abdominal yang Menjalani Radioterapi","authors":"E. A. Kuncoro, Soehartati Gondhowiardjo","doi":"10.32532/JORI.V6I2.36","DOIUrl":"https://doi.org/10.32532/JORI.V6I2.36","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":130312,"journal":{"name":"Radioterapi & Onkologi Indonesia","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127604105","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}