Asam humat merupakan salah satu zat warna alami yang dapat digunakan sebagai sensitizer pada dye sensitized solar cell (DSSC) karena peka terhadap cahaya dan memiliki gugus fungsi asam karboksilat. Namun demikian, sebagai zat warna alami,kestabilan dan kapasitas absorpsi cahaya asam humat masih rendah, sehingga harus ditingkatkan, salah satunya dengan metode kompleksasi. Sintesis kompleks pada penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan asam humat hasil isolasi dari tanah gambut dan prekursor logam (CuCl 2 .2H 2 O atau FeCl 3 ) dalam akuades dan diaduk selama 14 jam pada suhu ruang. DSSC dipreparasi dengan komponen TiO 2 sebagai semikonduktor, pasangan redoks I - /I 3 - sebagai elektrolit dan platina sebagai elektroda lawan. Hasil analisis menggunakan FTIR menunjukkan kompleks asam humat dengan logam Cu(II) dan Fe(III) telah berhasil disintesis dengan hilangnya puncak serapan pada bilangan gelombang 1720, 1401 dan 1250 cm -1 serta adanya vibrasi Cu-O dan Fe-O pada bilangan gelombang 509 dan 570 cm -1 . Kehadiran ion logam pada sensitizer memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai arus. Adapun kinerja terbaik dalam menghasilkan listrik diperoleh pada rangkaian DSSC kompleks asam humat-Fe(III) sebagai sensitizer dengan nilai arus sebesar 19,59 μA/cm 2 , tegangan sebesar 15,17 mV dan efisiensi konversi energi maksimum sebesar 5,39×10 -4 %.
{"title":"Sintesis Kompleks Cu(II) dan Fe(III) dengan Ligan Asam Humat dan Aplikasinya sebagai Sensitizer pada Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)","authors":"Hairunnisa Hairunnisa, Gusrizal Gusrizal, Winda Rahmalia","doi":"10.33536/JCPE.V5I2.662","DOIUrl":"https://doi.org/10.33536/JCPE.V5I2.662","url":null,"abstract":"Asam humat merupakan salah satu zat warna alami yang dapat digunakan sebagai sensitizer pada dye sensitized solar cell (DSSC) karena peka terhadap cahaya dan memiliki gugus fungsi asam karboksilat. Namun demikian, sebagai zat warna alami,kestabilan dan kapasitas absorpsi cahaya asam humat masih rendah, sehingga harus ditingkatkan, salah satunya dengan metode kompleksasi. Sintesis kompleks pada penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan asam humat hasil isolasi dari tanah gambut dan prekursor logam (CuCl 2 .2H 2 O atau FeCl 3 ) dalam akuades dan diaduk selama 14 jam pada suhu ruang. DSSC dipreparasi dengan komponen TiO 2 sebagai semikonduktor, pasangan redoks I - /I 3 - sebagai elektrolit dan platina sebagai elektroda lawan. Hasil analisis menggunakan FTIR menunjukkan kompleks asam humat dengan logam Cu(II) dan Fe(III) telah berhasil disintesis dengan hilangnya puncak serapan pada bilangan gelombang 1720, 1401 dan 1250 cm -1 serta adanya vibrasi Cu-O dan Fe-O pada bilangan gelombang 509 dan 570 cm -1 . Kehadiran ion logam pada sensitizer memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai arus. Adapun kinerja terbaik dalam menghasilkan listrik diperoleh pada rangkaian DSSC kompleks asam humat-Fe(III) sebagai sensitizer dengan nilai arus sebesar 19,59 μA/cm 2 , tegangan sebesar 15,17 mV dan efisiensi konversi energi maksimum sebesar 5,39×10 -4 %.","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82464949","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yunita Merlin Tamara, Wahyu Nur Hidayat, Nur Azizah, Dwi Ardiana Setyawardhani
Minyak goreng sebagai salah satu bahan pangan pokok menjadi perhatian pemerintah karena merupakan bagian penting bagi konsumsi dari 242 juta jiwa penduduk Indonesia. Seiring dengan meningkatnya penggunaan minyak goreng, maka diikuti pula dengan upaya diversifikasi bahan baku yang belum termanfaatkan. Salah satu sumber penghasil minyak nabati yaitu biji Kesambi ( Schleichera oleosa ). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses ekstraksi minyak Kesambi dari bijinya, dengan mempelajari pengaruh jenis pelarut terhadap perolehan minyak biji Kesambi dari segi kualitas dan kuantitas, perbandingan dengan minyak sawit, dan mempelajari kemungkinan minyak biji kesambi dapat digunakan sebagai alternatif pengganti minyak goreng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi dengan pelarut heksana dan petroleum eter memberikan rendemen tertinggi (32-64%). Sementara itu ekstraksi dengan pelarut etanol memberikan kualitas minyak yang terbaik ditinju dari sifat-sifat fisiknya. Minyak kesambi memiliki kadar air sebesar 0,1 %, bilangan peroksida 2,5 meq O 2 /kg, bilangan asam 4,04 mg KOH/g, bilangan penyabunan 32,8 mg KOH/g, memiliki warna kuning dan berbau normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas minyak biji kesambi jika dibandingkan dengan minyak sawit cenderung lebih baik, merujuk pada SNI 3741:2003 dan minyak biji kesambi secara kesluruhan berpotensi menjadi bahan alternatif minyak goreng.
{"title":"Pemanfaatan Minyak Biji Kesambi (Schleichera Oleosa) sebagai Alternatif Pengganti Minyak Goreng Sawit","authors":"Yunita Merlin Tamara, Wahyu Nur Hidayat, Nur Azizah, Dwi Ardiana Setyawardhani","doi":"10.33536/JCPE.V5I2.398","DOIUrl":"https://doi.org/10.33536/JCPE.V5I2.398","url":null,"abstract":"Minyak goreng sebagai salah satu bahan pangan pokok menjadi perhatian pemerintah karena merupakan bagian penting bagi konsumsi dari 242 juta jiwa penduduk Indonesia. Seiring dengan meningkatnya penggunaan minyak goreng, maka diikuti pula dengan upaya diversifikasi bahan baku yang belum termanfaatkan. Salah satu sumber penghasil minyak nabati yaitu biji Kesambi ( Schleichera oleosa ). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses ekstraksi minyak Kesambi dari bijinya, dengan mempelajari pengaruh jenis pelarut terhadap perolehan minyak biji Kesambi dari segi kualitas dan kuantitas, perbandingan dengan minyak sawit, dan mempelajari kemungkinan minyak biji kesambi dapat digunakan sebagai alternatif pengganti minyak goreng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi dengan pelarut heksana dan petroleum eter memberikan rendemen tertinggi (32-64%). Sementara itu ekstraksi dengan pelarut etanol memberikan kualitas minyak yang terbaik ditinju dari sifat-sifat fisiknya. Minyak kesambi memiliki kadar air sebesar 0,1 %, bilangan peroksida 2,5 meq O 2 /kg, bilangan asam 4,04 mg KOH/g, bilangan penyabunan 32,8 mg KOH/g, memiliki warna kuning dan berbau normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas minyak biji kesambi jika dibandingkan dengan minyak sawit cenderung lebih baik, merujuk pada SNI 3741:2003 dan minyak biji kesambi secara kesluruhan berpotensi menjadi bahan alternatif minyak goreng.","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"21 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75216268","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bioetanol merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, atas dasar tersebut maka dilakukan penelitian untuk membuat bioetanol dari bahan baku yang mengandung lignoselulosa seperti kulit singkong dengan melihat pengaruh konsentrasi enzim silanase dan jumlah ragi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sakarifikasi dan fermentasi serentak dengan menggunakan dua variabel. Variabel pertama, konsentrasi enzim silanase yaitu 30, 50 dan 75 unit. Variabel kedua, jumlah ragi Saccharomyces Cerevisiae yaitu 5% dan 10% b/v. Proses pertama dilakukan persiapan sample dengan mengeringkan dan menghaluskan sample, setelah itu dilakukan proses delignifikasi untuk mengurangi kadar lignin dan dilanjutkan dengan metode sakarifikasi dan fermentasi serentak, proses sakarifikasi dilakukan selama 18 jam dan fermentasi selama 96 jam. Hasil akhir dianalisa menggunakan kromatografi gas. Hasil yang diperoleh pada pemakaian enzim 75 unit dengan jumlah ragi 10% merupakan hasil dengan kadar etanol tertinggi yaitu 3.018% sedangkan kadar etanol terkecil diperoleh dari hasil pemakaian enzim 30 unit dengan jumlah ragi 5%. Dari data yang diperoleh dapat terlihat bahwa pemakaian enzim tertinggi menghasilkan kadar etanol yang tinggi pula, begitu juga dengan jumlah ragi Saccharomyces Cerevisiae 10% menghasilkan kadar etanol yang lebih tinggi daripada jumlah ragi 5%.
{"title":"Pengaruh Konsentrasi Enzim Silanase dan Saccharomyces Cerevisiae dalam Pembuatan Bioethanol dari Limbah Kulit Singkong dengan Proses Sakarifikasi dan Fermentasi Simultan","authors":"Dwinda Anggriani, Ummu Kalsum, N. Nurjannah","doi":"10.33536/JCPE.V5I2.745","DOIUrl":"https://doi.org/10.33536/JCPE.V5I2.745","url":null,"abstract":"Bioetanol merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak, atas dasar tersebut maka dilakukan penelitian untuk membuat bioetanol dari bahan baku yang mengandung lignoselulosa seperti kulit singkong dengan melihat pengaruh konsentrasi enzim silanase dan jumlah ragi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sakarifikasi dan fermentasi serentak dengan menggunakan dua variabel. Variabel pertama, konsentrasi enzim silanase yaitu 30, 50 dan 75 unit. Variabel kedua, jumlah ragi Saccharomyces Cerevisiae yaitu 5% dan 10% b/v. Proses pertama dilakukan persiapan sample dengan mengeringkan dan menghaluskan sample, setelah itu dilakukan proses delignifikasi untuk mengurangi kadar lignin dan dilanjutkan dengan metode sakarifikasi dan fermentasi serentak, proses sakarifikasi dilakukan selama 18 jam dan fermentasi selama 96 jam. Hasil akhir dianalisa menggunakan kromatografi gas. Hasil yang diperoleh pada pemakaian enzim 75 unit dengan jumlah ragi 10% merupakan hasil dengan kadar etanol tertinggi yaitu 3.018% sedangkan kadar etanol terkecil diperoleh dari hasil pemakaian enzim 30 unit dengan jumlah ragi 5%. Dari data yang diperoleh dapat terlihat bahwa pemakaian enzim tertinggi menghasilkan kadar etanol yang tinggi pula, begitu juga dengan jumlah ragi Saccharomyces Cerevisiae 10% menghasilkan kadar etanol yang lebih tinggi daripada jumlah ragi 5%.","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"54 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79119703","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Taharuddin Taharuddin, Mukhammad Yusuf, Kiki Fatmala Dewi
Buah pala merupakan salah satu sumber minyak atsiri.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju alir uap dan waktu pretreatment serta besar daya microwave yang menghasilkan minyak atsiri dari daging buah pala dengan yield terbanyak dan memiliki mutu sesuai SNI.Minyak atsiri daging buah pala diproduksi melalui dua tahap, yaitu tahap pretreatment bahan dan tahap penyulingan. Pada proses pretreatment variabel yang divariasikan adalah lamanya bahan diradiasi mikrowave (2,5; 5; 7,5 menit) dan besar daya radiasi microwave (100, 300, 450 watt) yang digunakan dan pada proses penyulingan variabel yang divariasikan adalah besar laju alir uap (200, 250, 333 ml/jam).Daging buah pala digunakan sebanyak 1000 gram. Perolehan rendemen minyak atsiri dianalisa indeks bias, densitas dan GC-MS guna mengetahui kandungan kimianya. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh rendemen minyak atsiri sebanyak 0,11% dengan berat jenis 0,884– 0,900 (gr/ml) dan warna kuning jernih, kandungan miristisin yang ada sebanyak 13%.
{"title":"Pengaruh Penggunaan Microwave Sebagai Pretreatment Daging Buah Pala Pada Penyulingan Minyak Atsiri Dengan Metode Distilasi Uap Air","authors":"Taharuddin Taharuddin, Mukhammad Yusuf, Kiki Fatmala Dewi","doi":"10.33536/jcpe.v5i1.367","DOIUrl":"https://doi.org/10.33536/jcpe.v5i1.367","url":null,"abstract":"Buah pala merupakan salah satu sumber minyak atsiri.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju alir uap dan waktu pretreatment serta besar daya microwave yang menghasilkan minyak atsiri dari daging buah pala dengan yield terbanyak dan memiliki mutu sesuai SNI.Minyak atsiri daging buah pala diproduksi melalui dua tahap, yaitu tahap pretreatment bahan dan tahap penyulingan. Pada proses pretreatment variabel yang divariasikan adalah lamanya bahan diradiasi mikrowave (2,5; 5; 7,5 menit) dan besar daya radiasi microwave (100, 300, 450 watt) yang digunakan dan pada proses penyulingan variabel yang divariasikan adalah besar laju alir uap (200, 250, 333 ml/jam).Daging buah pala digunakan sebanyak 1000 gram. Perolehan rendemen minyak atsiri dianalisa indeks bias, densitas dan GC-MS guna mengetahui kandungan kimianya. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh rendemen minyak atsiri sebanyak 0,11% dengan berat jenis 0,884– 0,900 (gr/ml) dan warna kuning jernih, kandungan miristisin yang ada sebanyak 13%.","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"24 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89032474","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) terbesar di dunia. Kadar asam lemak bebas dan beta karoten menjadi 2 parameter kualitas yang menentukan mutu minyak kelapa sawit mentah. Proses pemurnian CPO untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dan beta karoten biasanya menggunakan adsorbent dari jenis bleaching earth. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat adsorbent yang berasal dari kaolin Capkala Kalimantan Barat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dan beta karoten pada CPO. Pemilihan kaolin sebagai bahan pembuatan adsorben didasarkan pada karakteristik kaolin dan kelimpahannya yang banyak di daerah Kalimantan Barat sehingga berpotensi digunakan sebagai adsorbent yang efektif dan ekonomis. Pembuatan adsorbent dilakukan dengan mengkalsinasi kaolin pada suhu 600 °C sehingga membentuk metakaolin kemudian diaktivasi dengan senyawa K2CO3 dengan konsentrasi 0.5, 1, dan 2 M. Metakaolin yang sudah diaktivasi kemudian dikeringkan dan diaplikasikan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dan beta karoten pada CPO. Kadar asam lemak bebas dan beta karoten pada CPO yang diadsorpsi oleh adsorbent dihitung, kemudian ditentukan selektivitas adsorpsi, kinetika adsorpsi, dan pola adsorpsi isothermalnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik adsorben dari metakaolin teraktivasi K2CO3 yaitu memiliki struktur sillimanite dan kynite yang menyerupai zeolit, dengan komposisi Si/Al = 1, dengan tipe isoterm adsorpsi gas nitrogen H4 histerisis, distribusi pori heterogen yang didominasi pada 13-15 nm (mesopori), dan memiliki luas permukaan sebesar 28,74 m2g-1, serta volume pori sebesar 8,018 x 10-2cm3g-1. Jenis adsorben metakaolin teraktivasi K2CO3 1 M terbukti paling baik untuk mengadsorpsi asam lemak bebas sebesar 2,49 % dan beta karoten sebesar 26,15 % pada CPO dengan kondisi waktu kontak dan massa adsorben optimum adsorpsi yang sama yaitu 60 menit dan massa adsorben 0,4 gram/10 mL CPO. Selektivitas adsorpsi adsorben lebih banyak menyerap kadar beta karoten dibandingkan kadar asam lemak jenuh pada CPO. Rasio adsorpsi asam lemak bebas dan beta karoten paling baik terdapat pada jenis adsorben metakaolin teraktivasi K2CO3 1 M dengan nilai 2:13 dalam mol/mol. Isoterm adsorpsi asam lemak bebas dan beta karoten memiliki tipe yang sama yaitu isoterm Freundlich. Kinetika adsorpsi asam lemak bebas dan beta karoten memiliki model yang sama yaitu Pseudo orde 2 untuk setiap jenis adsorben.
印度尼西亚是世界上最大的棕榈油生产国之一。不含脂肪酸和胡萝卜素的含量构成了决定原始棕榈油质量的两个质量参数。CPO精炼过程降低免费脂肪酸和karoten beta通常使用漂白剂和漂白剂类型的配体。这项研究的目的是使来自西加里曼丹角Capkala的adsorbent被用来降低自由脂肪酸和-胡萝卜素的含量。选择ka奥林作为adsorben的基础是它在加里曼丹西部地区的特性及其广泛优势,因此有可能成为有效和经济的导体。adsorbent通过制作mengkalsinasi高岭土在600°C的温度下形成metakaolin然后激活与K2CO3化合物浓度为0。5,1和2米(6.5英尺)的metakaolin激活然后晾干了申请自由脂肪酸和-胡萝卜素水平降低CPO。不含脂肪的脂肪酸和脂肪酸的含量由adsorbent决定,然后确定选择性导体、动态和异位吸附模式。研究结果表明,从被激活metakaolin K2CO3 adsorben即有sillimanite结构特征类似沸石杨林安的kynite, Si - Al = 1,成分与类型isoterm蛋白酶氮气f4 histerisis孔隙分布,异质的13 - 15 nm (mesopori)主导的,有这么大的表面积28.74 m2g-1、孔隙体积8.018 x 10-2cm3g-1一样大。一种由K2CO3 - 1 M激活的甲醇,被证明对抑制脂肪酸的释放介质占2.49 %,而胡萝卜素在CPO中占26.15 %,而CPO的最佳接触时间和质量为60分钟,同时也是最佳导体质量为0.4克/10毫升。adsorben的选择性吸收了胡萝卜素水平,而不是CPO的饱和脂肪酸。游离脂肪酸和胡萝卜素亚硝酸比最好是激活K2CO3 1 M的甲硝基苯丙胺衍生物,内奸值2:13。游离脂肪酸和胡萝卜素同型异位异位。不含脂肪的脂肪酸和-胡萝卜素的动力学与-对每一种adsorben都有相同的对偶顺序2。
{"title":"Selektivitas Adsorpsi Asam Lemak Bebas (ALB) dan Beta Karoten Minyak Sawit Mentah Menggunakan Metakaolin Teraktivasi Kalium Karbonat (K2CO3)","authors":"Hamdil Mukhlishin, Winda Rahmalia, Thamrin Usman","doi":"10.33536/jcpe.v5i1.431","DOIUrl":"https://doi.org/10.33536/jcpe.v5i1.431","url":null,"abstract":"Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO) terbesar di dunia. Kadar asam lemak bebas dan beta karoten menjadi 2 parameter kualitas yang menentukan mutu minyak kelapa sawit mentah. Proses pemurnian CPO untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dan beta karoten biasanya menggunakan adsorbent dari jenis bleaching earth. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat adsorbent yang berasal dari kaolin Capkala Kalimantan Barat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dan beta karoten pada CPO. Pemilihan kaolin sebagai bahan pembuatan adsorben didasarkan pada karakteristik kaolin dan kelimpahannya yang banyak di daerah Kalimantan Barat sehingga berpotensi digunakan sebagai adsorbent yang efektif dan ekonomis. Pembuatan adsorbent dilakukan dengan mengkalsinasi kaolin pada suhu 600 °C sehingga membentuk metakaolin kemudian diaktivasi dengan senyawa K2CO3 dengan konsentrasi 0.5, 1, dan 2 M. Metakaolin yang sudah diaktivasi kemudian dikeringkan dan diaplikasikan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dan beta karoten pada CPO. Kadar asam lemak bebas dan beta karoten pada CPO yang diadsorpsi oleh adsorbent dihitung, kemudian ditentukan selektivitas adsorpsi, kinetika adsorpsi, dan pola adsorpsi isothermalnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik adsorben dari metakaolin teraktivasi K2CO3 yaitu memiliki struktur sillimanite dan kynite yang menyerupai zeolit, dengan komposisi Si/Al = 1, dengan tipe isoterm adsorpsi gas nitrogen H4 histerisis, distribusi pori heterogen yang didominasi pada 13-15 nm (mesopori), dan memiliki luas permukaan sebesar 28,74 m2g-1, serta volume pori sebesar 8,018 x 10-2cm3g-1. Jenis adsorben metakaolin teraktivasi K2CO3 1 M terbukti paling baik untuk mengadsorpsi asam lemak bebas sebesar 2,49 % dan beta karoten sebesar 26,15 % pada CPO dengan kondisi waktu kontak dan massa adsorben optimum adsorpsi yang sama yaitu 60 menit dan massa adsorben 0,4 gram/10 mL CPO. Selektivitas adsorpsi adsorben lebih banyak menyerap kadar beta karoten dibandingkan kadar asam lemak jenuh pada CPO. Rasio adsorpsi asam lemak bebas dan beta karoten paling baik terdapat pada jenis adsorben metakaolin teraktivasi K2CO3 1 M dengan nilai 2:13 dalam mol/mol. Isoterm adsorpsi asam lemak bebas dan beta karoten memiliki tipe yang sama yaitu isoterm Freundlich. Kinetika adsorpsi asam lemak bebas dan beta karoten memiliki model yang sama yaitu Pseudo orde 2 untuk setiap jenis adsorben.","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"123 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84728218","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Astri Damayanti, M. Megawati, Nurul Mulyani, E. Alvionita
Penggunaan pewarna alami pada berbagai bidang teknologi sekarang ini dapat menggunakan tanaman karena dapat diperbaharui, bunga dadap merah menjadi salah satu sumber pigmen antosianin yang banyak ditemukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pelarut asam terbaik dalam proses ekstraksi ditinjau dari kadar total antosianinnya. Proses ekstraksi dadap merah dilakukan dengan metode gelombang mikro menggunakan microwave. Daya microwave yang digunakan sebesar 600 W. Ekstraksi antosianin dilakukan dengan perbedaan pelarut yaitu etanol yang diasamkan menggunakan 4% asam sitrat, 4% asam tartarat dan 1% HCl. Rasio pelarut yang digunakan sebesar 1:25 dan waktu selama 3, 6, 9, 12 dan 15 menit. Kadar antosianin tertinggi yang diperoleh masing-masing pelarut dilakukan uji karakteristik intensitas warnanya. Hasil ekstraksi antosianin tertinggi menggunakan 4% asam sitrat diperoleh sebesar 3,673754647 mg/L pada waktu 12 menit. Antosianin tertinggi menggunakan 4% asam tartarat diperoleh sebesar 8,098959108 mg/L pada waktu 3 menit. Antosianin tertinggi yang diperoleh menggunakan 1% HCl sebesar 28,52169517 mg/L pada waktu ekstraksi 12 menit. Intensitas warna antosianin tertinggi diperoleh pada pelarut etanol yang diasamkan menggunakan 1% HCl. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstraksi antosianin terbaik adalah ekstraksi menggunakan pelarut etanol yang diasamkan dengan 1% HCl.
{"title":"Pengaruh Perbedaan Pelarut Asam Pada Ekstraksi Antosianin Bunga Dadap Merah (Erythrina Crista-Galli) Dengan Metode Microwave Assisted Extraction","authors":"Astri Damayanti, M. Megawati, Nurul Mulyani, E. Alvionita","doi":"10.33536/jcpe.v5i1.481","DOIUrl":"https://doi.org/10.33536/jcpe.v5i1.481","url":null,"abstract":"Penggunaan pewarna alami pada berbagai bidang teknologi sekarang ini dapat menggunakan tanaman karena dapat diperbaharui, bunga dadap merah menjadi salah satu sumber pigmen antosianin yang banyak ditemukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pelarut asam terbaik dalam proses ekstraksi ditinjau dari kadar total antosianinnya. Proses ekstraksi dadap merah dilakukan dengan metode gelombang mikro menggunakan microwave. Daya microwave yang digunakan sebesar 600 W. Ekstraksi antosianin dilakukan dengan perbedaan pelarut yaitu etanol yang diasamkan menggunakan 4% asam sitrat, 4% asam tartarat dan 1% HCl. Rasio pelarut yang digunakan sebesar 1:25 dan waktu selama 3, 6, 9, 12 dan 15 menit. Kadar antosianin tertinggi yang diperoleh masing-masing pelarut dilakukan uji karakteristik intensitas warnanya. Hasil ekstraksi antosianin tertinggi menggunakan 4% asam sitrat diperoleh sebesar 3,673754647 mg/L pada waktu 12 menit. Antosianin tertinggi menggunakan 4% asam tartarat diperoleh sebesar 8,098959108 mg/L pada waktu 3 menit. Antosianin tertinggi yang diperoleh menggunakan 1% HCl sebesar 28,52169517 mg/L pada waktu ekstraksi 12 menit. Intensitas warna antosianin tertinggi diperoleh pada pelarut etanol yang diasamkan menggunakan 1% HCl. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstraksi antosianin terbaik adalah ekstraksi menggunakan pelarut etanol yang diasamkan dengan 1% HCl.","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88404860","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
L. Ifa, Frans Rante Pakala, F. Jaya, Rafdi Abdul Majid
Penelitian ini menguji serat kelapa sebagai bioadsorbent Pb (II) dalam air limbah industri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek pH dan waktu kontak pada penyerapan bioadsorbent dari sabut kelapa tanpa aktivasi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan merapikan sabut kelapa terlebih dahulu menggunakan saringan, kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105oC. Tes pendahuluan kemudian dilakukan pada pewarna biru metilen. Ini diikuti oleh penyaringan bioadsorbent dan air limbah yang diserap. Analisis air limbah termasuk mengukur konsentrasi Pb (II) menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) dengan konsentrasi Pb 0,17 ppm. Hasil penelitian menunjukkan daya serap terbaik menggunakan bioadsorbent sabut kelapa adalah pada pH 7, dengan persentase 96,25%. Selanjutnya,waktu kontak 4 jam dengan menerapkan bioadsorbent sekam kelapa untuk sampel air limbah dengan Pb (II) adalah 94,66%.
{"title":"Pemanfaatan Sabut Kelapa Sebagai Bioadsorben Logam Berat Pb(II) Pada Air Limbah Industri","authors":"L. Ifa, Frans Rante Pakala, F. Jaya, Rafdi Abdul Majid","doi":"10.33536/jcpe.v5i1.476","DOIUrl":"https://doi.org/10.33536/jcpe.v5i1.476","url":null,"abstract":"Penelitian ini menguji serat kelapa sebagai bioadsorbent Pb (II) dalam air limbah industri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek pH dan waktu kontak pada penyerapan bioadsorbent dari sabut kelapa tanpa aktivasi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan merapikan sabut kelapa terlebih dahulu menggunakan saringan, kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105oC. Tes pendahuluan kemudian dilakukan pada pewarna biru metilen. Ini diikuti oleh penyaringan bioadsorbent dan air limbah yang diserap. Analisis air limbah termasuk mengukur konsentrasi Pb (II) menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) dengan konsentrasi Pb 0,17 ppm. Hasil penelitian menunjukkan daya serap terbaik menggunakan bioadsorbent sabut kelapa adalah pada pH 7, dengan persentase 96,25%. Selanjutnya,waktu kontak 4 jam dengan menerapkan bioadsorbent sekam kelapa untuk sampel air limbah dengan Pb (II) adalah 94,66%.","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75790759","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Asam lemak omega berperan penting dalam perkembangan otak dan sistem syaraf bagi anak-anak dan pencegahan penyakit degeneratif bagi orang dewasa. Kompleksasi urea merupakan metode yang dinilai paling efektif dan efisien untuk memperoleh konsentrat asam lemak omega. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi dan komposisi pelarut terhadap peningkatan kadar asam lemak omega pada konsentrat asam lemak minyak biji anggur dengan metode kompleksasi urea. Penelitian ini mempelajari 3 variasi pelarut yaitu metanol, etanol dan air serta campurannya dalam komposisi 0-100% w/w. Kompleksasi urea memiliki beberapa tahapan yaitu (1) hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas, (2) kristalisasi/kompleksasi urea, (3) pemungutan asam lemak omega dan (4) analisa. Proses diawali dengan saponifikasi dan pemurnian asam lemak minyak biji anggur, kemudian ditambahkan urea dan pelarut dengan variasi dan komposisi yang berbeda untuk mendapatkan senyawa kompleks urea. Analisa gas kromatografi dilakukan untuk mengetahui komposisi asam lemak pada fasa kristal (urea complexd fraction/UCF) maupun konsentrat (non-urea complexed fraction/NUCF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak jenuh yang terjerap dalam senyawa kompleks urea dengan pelarut etanol mencapai nilai yang maksimal, sehingga yang tertinggal dalam konsentrat menjadi minimal. Etanol merupakan pelarut yang terbaik untuk kompleksasi urea dibandingkan metanol dan air. Kadar asam lemak omega dalam konsentrat dapat dikonsentrasikan hingga 90,334%.
{"title":"Pengaruh Variasi dan Komposisi Pelarut terhadap Pengambilan Asam Lemak Omega dari Minyak Biji Anggur dengan Kompleksasi Urea","authors":"Dwi Ardiana Setyawardhani, Dinda Sekar Laras, Kurnia Jayanti Prasetya","doi":"10.33536/jcpe.v5i1.516","DOIUrl":"https://doi.org/10.33536/jcpe.v5i1.516","url":null,"abstract":"Asam lemak omega berperan penting dalam perkembangan otak dan sistem syaraf bagi anak-anak dan pencegahan penyakit degeneratif bagi orang dewasa. Kompleksasi urea merupakan metode yang dinilai paling efektif dan efisien untuk memperoleh konsentrat asam lemak omega. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi dan komposisi pelarut terhadap peningkatan kadar asam lemak omega pada konsentrat asam lemak minyak biji anggur dengan metode kompleksasi urea. Penelitian ini mempelajari 3 variasi pelarut yaitu metanol, etanol dan air serta campurannya dalam komposisi 0-100% w/w. Kompleksasi urea memiliki beberapa tahapan yaitu (1) hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas, (2) kristalisasi/kompleksasi urea, (3) pemungutan asam lemak omega dan (4) analisa. Proses diawali dengan saponifikasi dan pemurnian asam lemak minyak biji anggur, kemudian ditambahkan urea dan pelarut dengan variasi dan komposisi yang berbeda untuk mendapatkan senyawa kompleks urea. Analisa gas kromatografi dilakukan untuk mengetahui komposisi asam lemak pada fasa kristal (urea complexd fraction/UCF) maupun konsentrat (non-urea complexed fraction/NUCF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak jenuh yang terjerap dalam senyawa kompleks urea dengan pelarut etanol mencapai nilai yang maksimal, sehingga yang tertinggal dalam konsentrat menjadi minimal. Etanol merupakan pelarut yang terbaik untuk kompleksasi urea dibandingkan metanol dan air. Kadar asam lemak omega dalam konsentrat dapat dikonsentrasikan hingga 90,334%.","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77090274","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Komsumsi telur di indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun rata-rata hingga 3.57% yang tentunya akan menghasilkan limbah cangkang telur. Limbah cangkang telur selama ini hanya dianggap sebagai sampah dan belum banyak diolah, oleh karena itu perlu alternatif pengolahan limbah cangkang telur agar dapat dimanfaatkan kembali. salah satunya dengan cara dimanfaatkan sebagai katalis pembuatan biodiesel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karasteristik fisik katalis dari cangkang telur yang akan digunakan sebagai katalis. Metode yang digunakan adalah metode impregnasi dengan menggunanakan larutan KOH dan cangkang telur sebagai support. Hasil modifikasi katalis dengan metode impregnasi menghasilkan padatan kering berwarna abu-abu gelap dengan sedikit proses penggerusan menggunakan mortar.
{"title":"Preparasi Katalis Dari Cangkang Telur Dengan Metode Impregnasi Untuk Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Kelapa","authors":"Ardiansah A, Zakir Sabara, A. Suryanto","doi":"10.33536/jcpe.v5i1.543","DOIUrl":"https://doi.org/10.33536/jcpe.v5i1.543","url":null,"abstract":"Komsumsi telur di indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun rata-rata hingga 3.57% yang tentunya akan menghasilkan limbah cangkang telur. Limbah cangkang telur selama ini hanya dianggap sebagai sampah dan belum banyak diolah, oleh karena itu perlu alternatif pengolahan limbah cangkang telur agar dapat dimanfaatkan kembali. salah satunya dengan cara dimanfaatkan sebagai katalis pembuatan biodiesel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karasteristik fisik katalis dari cangkang telur yang akan digunakan sebagai katalis. Metode yang digunakan adalah metode impregnasi dengan menggunanakan larutan KOH dan cangkang telur sebagai support. Hasil modifikasi katalis dengan metode impregnasi menghasilkan padatan kering berwarna abu-abu gelap dengan sedikit proses penggerusan menggunakan mortar.","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78004493","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Model empirik penting untuk diciptakan berdasarkan data empirik berupa data penelitian atau pengamatan yang diperoleh guna mengungkapkan dalam bahasa matematik terhadap fenomena riil (empirik) yang diamati. Model empirik bermanfaat untuk mengeneralisasi suatu fenomena, sehingga dengan model empirik tersebut bisa dilakukan prediksi baik secara ekstrapolasi maupun intrapolasi hingga pada batas tingkat toleransi tertentu. Dalam artikel ini disajikan langkah-langkah menyusun model empirik berdasar data empirik hasil penelitian dengan contoh kasus fenomena desulfurisasi batubara dengan cara flotasi menggunakan surfaktan crud palm oil (CPO). Pemodelan empirik dilakukan berbasis analisis dimensi menggunakan metode Reyleigh. Diperoleh model empirik desulfurisasi batubara dengan tingkat validasi cukup baik ditandai dengan ralat cukup rendah yaitu 2,78%.
{"title":"Pemodelan Empirik Desulfurisasi Batubara Secara Flotasi Dengan Metode Rayleigh","authors":"Andi Aladin","doi":"10.33536/jcpe.v5i1.567","DOIUrl":"https://doi.org/10.33536/jcpe.v5i1.567","url":null,"abstract":"Model empirik penting untuk diciptakan berdasarkan data empirik berupa data penelitian atau pengamatan yang diperoleh guna mengungkapkan dalam bahasa matematik terhadap fenomena riil (empirik) yang diamati. Model empirik bermanfaat untuk mengeneralisasi suatu fenomena, sehingga dengan model empirik tersebut bisa dilakukan prediksi baik secara ekstrapolasi maupun intrapolasi hingga pada batas tingkat toleransi tertentu. Dalam artikel ini disajikan langkah-langkah menyusun model empirik berdasar data empirik hasil penelitian dengan contoh kasus fenomena desulfurisasi batubara dengan cara flotasi menggunakan surfaktan crud palm oil (CPO). Pemodelan empirik dilakukan berbasis analisis dimensi menggunakan metode Reyleigh. Diperoleh model empirik desulfurisasi batubara dengan tingkat validasi cukup baik ditandai dengan ralat cukup rendah yaitu 2,78%.","PeriodicalId":15308,"journal":{"name":"Journal of Chemical Engineering & Process Technology","volume":"37 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75507930","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}