Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.15548/alqalb.v9i2.860
Elyusra Ulfah, Bakhtiar. Bakhtiar, Halimah Tri Irma
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya penyakit kronis yang sering dijumpai yaitu kanker. Kanker merupakan penyakit yang menyebabkan kematian utama di seluruh dunia, salah satunya adalah kanker payudara. Kanker payudara adalah penyakit yang sangat ditakuti terutama wanita. Wanita yang divonis mengidap penyakit kanker payudara, apapun alasannya tetap harus menjalankan perannya, baik dalam keluarga, pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Kondisi apapun yang dialaminya, wanita harus tetap dapat memotivasi diri, menerima penyakit yang diderita dan mampu bangkit dari penyakit yang diderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi resiliensi wanita penderita kanker payudara stadium lanjut.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model penelitian studi kasus. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Subjek penelitian adalah dua orang wanita penderita kanker payudara stadium lanjut di Kecamatan X Koto Di atas Kabupaten Solok. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan studi dokumen. Analisis data dilakukan dengan model interaktif menurut Miles dan Huberman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi wanita penderita kanker payudara stadium lanjut di Kecamatan X Koto Di atas Kabupaten Solok diperoleh data bahwa subjek SM lebih resilien dibandingkan subjek YZ, ditinjau dari tujuh aspek kemampuan terbentuknya resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimis, analisis kausalitas, empati, efikasi diri dan reaching out. Faktor dominan yang memengaruhi terbentuknya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara stadium lanjut adalah dukungan keluarga, teman dan orang terdekat subjek. Selain itu, subjek beranggapan bahwa penyakit yang dialaminya adalah salah satu bentuk musibah dan ujian dari Allah Swt. dan yakin akan pertolongan Allah Swt.
{"title":"RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA STADIUM LANJUT","authors":"Elyusra Ulfah, Bakhtiar. Bakhtiar, Halimah Tri Irma","doi":"10.15548/alqalb.v9i2.860","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/alqalb.v9i2.860","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilatarbelakangi adanya penyakit kronis yang sering dijumpai yaitu kanker. Kanker merupakan penyakit yang menyebabkan kematian utama di seluruh dunia, salah satunya adalah kanker payudara. Kanker payudara adalah penyakit yang sangat ditakuti terutama wanita. Wanita yang divonis mengidap penyakit kanker payudara, apapun alasannya tetap harus menjalankan perannya, baik dalam keluarga, pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Kondisi apapun yang dialaminya, wanita harus tetap dapat memotivasi diri, menerima penyakit yang diderita dan mampu bangkit dari penyakit yang diderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi resiliensi wanita penderita kanker payudara stadium lanjut.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model penelitian studi kasus. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Subjek penelitian adalah dua orang wanita penderita kanker payudara stadium lanjut di Kecamatan X Koto Di atas Kabupaten Solok. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan studi dokumen. Analisis data dilakukan dengan model interaktif menurut Miles dan Huberman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi wanita penderita kanker payudara stadium lanjut di Kecamatan X Koto Di atas Kabupaten Solok diperoleh data bahwa subjek SM lebih resilien dibandingkan subjek YZ, ditinjau dari tujuh aspek kemampuan terbentuknya resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimis, analisis kausalitas, empati, efikasi diri dan reaching out. Faktor dominan yang memengaruhi terbentuknya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara stadium lanjut adalah dukungan keluarga, teman dan orang terdekat subjek. Selain itu, subjek beranggapan bahwa penyakit yang dialaminya adalah salah satu bentuk musibah dan ujian dari Allah Swt. dan yakin akan pertolongan Allah Swt.","PeriodicalId":169560,"journal":{"name":"Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115025510","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.15548/alqalb.v9i2.863
Nira Gusfika
This study aims to determine the improvement of organizational commitment through interpersonal communication training. The hypothesis of this research is that there is a difference of organizational commitment to employees between before and after being given interpersonal communication training on experimental group, where the level of commitment of employee organization after being given interpersonal communication training is higher than the level of organizational commitment of the employees before being given interpersonal communication training. Second hypothesis, there is difference of posttest organizational commitment level between experiment group and control group, where posttest of organizational commitment in experiment group is higher than control group.The subject of this research is 17 employees at STAI YAPPTI Balaiselasa. Characteristics of the subjects of this study are employees who have levels of organizational commitment and interpersonal communication in the category very low, low and medium. The design used was Pretest-Posttest Control Group, while the data was collected using organizational commitment scale then analyzed using Mann Whitney test to see the difference of score between the experimental group who were given interpersonal communication training with the control group who were not given interpersonal communication training. Furthermore, Wilcoxon test was done for see experimental group scores between before and after interpersonal communication training.Based on Mann Whitney test results found Z = -3.447 (p <0.01), meaning there is a difference in scores between experimental groups who were trained with control groups who were not trained. Based on Wilcoxon test results found there was a difference between organizational commitment score in the experimental group between before and after being given interpersonal communication training with Z = -2,668 (p<0,01).
{"title":"PELATIHAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL UNTUK MENINGKATKAN KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN","authors":"Nira Gusfika","doi":"10.15548/alqalb.v9i2.863","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/alqalb.v9i2.863","url":null,"abstract":"This study aims to determine the improvement of organizational commitment through interpersonal communication training. The hypothesis of this research is that there is a difference of organizational commitment to employees between before and after being given interpersonal communication training on experimental group, where the level of commitment of employee organization after being given interpersonal communication training is higher than the level of organizational commitment of the employees before being given interpersonal communication training. Second hypothesis, there is difference of posttest organizational commitment level between experiment group and control group, where posttest of organizational commitment in experiment group is higher than control group.The subject of this research is 17 employees at STAI YAPPTI Balaiselasa. Characteristics of the subjects of this study are employees who have levels of organizational commitment and interpersonal communication in the category very low, low and medium. The design used was Pretest-Posttest Control Group, while the data was collected using organizational commitment scale then analyzed using Mann Whitney test to see the difference of score between the experimental group who were given interpersonal communication training with the control group who were not given interpersonal communication training. Furthermore, Wilcoxon test was done for see experimental group scores between before and after interpersonal communication training.Based on Mann Whitney test results found Z = -3.447 (p <0.01), meaning there is a difference in scores between experimental groups who were trained with control groups who were not trained. Based on Wilcoxon test results found there was a difference between organizational commitment score in the experimental group between before and after being given interpersonal communication training with Z = -2,668 (p<0,01).","PeriodicalId":169560,"journal":{"name":"Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131760721","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.15548/alqalb.v9i1.855
Subhan Ajrin Sudirman
Organisasi yang baik tercipta oleh tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM). Perlu berbagai usaha yang dilakukan organisasi agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara maksimal. Manusia merupakan faktor yang sangat penting karena berhasil atau tidaknya suatu usaha sebagian besar ditentukan oleh karyawan. Sehingga sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan perusahaan. Berbagai bentuk pekerjaan yang dilakukan dapat menyebabkan timbulnya masalah. Masalah yang muncul baik internal dan eksternal. Masalah internal seperti kesehatan yang tidak baik, kurangnya istirahat, maupun emosi yang tidak terkontrol. Sedangkan masalah eksternal seperti pekerjaan yang menumpuk, adanya tekanan di tempat kerja, kurangnya rasa nyaman di tempat bekerja, karena hal ini akan mempengaruhi cara kerja karyawan dalam bekerja. Stres kerja menurut para ahli dapat menimbulkan dampak keharmonisan keluarga. Hal ini karena pekerja yang stres akan mempengaruhi kehidupan pribadi dan keluarganya. Tulisan ini akan menguraikan stres kerja pada karyawan serta bagaimana stres kerja itu mempengearuhi keharmonisan keluarga.
{"title":"STRES KERJA DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA KARYAWAN","authors":"Subhan Ajrin Sudirman","doi":"10.15548/alqalb.v9i1.855","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/alqalb.v9i1.855","url":null,"abstract":"Organisasi yang baik tercipta oleh tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM). Perlu berbagai usaha yang dilakukan organisasi agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara maksimal. Manusia merupakan faktor yang sangat penting karena berhasil atau tidaknya suatu usaha sebagian besar ditentukan oleh karyawan. Sehingga sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan perusahaan. Berbagai bentuk pekerjaan yang dilakukan dapat menyebabkan timbulnya masalah. Masalah yang muncul baik internal dan eksternal. Masalah internal seperti kesehatan yang tidak baik, kurangnya istirahat, maupun emosi yang tidak terkontrol. Sedangkan masalah eksternal seperti pekerjaan yang menumpuk, adanya tekanan di tempat kerja, kurangnya rasa nyaman di tempat bekerja, karena hal ini akan mempengaruhi cara kerja karyawan dalam bekerja. Stres kerja menurut para ahli dapat menimbulkan dampak keharmonisan keluarga. Hal ini karena pekerja yang stres akan mempengaruhi kehidupan pribadi dan keluarganya. Tulisan ini akan menguraikan stres kerja pada karyawan serta bagaimana stres kerja itu mempengearuhi keharmonisan keluarga.","PeriodicalId":169560,"journal":{"name":"Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121865174","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-04DOI: 10.15548/alqalb.v9i1.848
Rena Kinnara Arlotas, Z. Zulkarnain, I. S. Dewi
Bullying sering terjadi di perguruan tinggi dan menimbulkan dampak negatif bagi korban. Agar tetap mampu berfungsi positif, korban haruslah memiliki resiliensi. Salah satu cara untuk meningkatkan resiliensi adalah dengan pemberian Cognitive Behavior Therapy (CBT). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas Cognitive Behavior Therapy (CBT) dalam meningkatkan resiliensi pada mahasiswa korban bullying. Subjek penelitian berjumlah 12 orang mahasiswa korban bullying yang memiliki resiliensi rendah, dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala resiliensi, yang selanjutnya dianalisis dengan mixed design anova. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian CBT efektif secara signifikan untuk meningkatkan resiliensi pada mahasiswa korban bullying.
{"title":"EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI PADA MAHASISWA KORBAN BULLYING","authors":"Rena Kinnara Arlotas, Z. Zulkarnain, I. S. Dewi","doi":"10.15548/alqalb.v9i1.848","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/alqalb.v9i1.848","url":null,"abstract":"Bullying sering terjadi di perguruan tinggi dan menimbulkan dampak negatif bagi korban. Agar tetap mampu berfungsi positif, korban haruslah memiliki resiliensi. Salah satu cara untuk meningkatkan resiliensi adalah dengan pemberian Cognitive Behavior Therapy (CBT). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas Cognitive Behavior Therapy (CBT) dalam meningkatkan resiliensi pada mahasiswa korban bullying. Subjek penelitian berjumlah 12 orang mahasiswa korban bullying yang memiliki resiliensi rendah, dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala resiliensi, yang selanjutnya dianalisis dengan mixed design anova. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pemberian CBT efektif secara signifikan untuk meningkatkan resiliensi pada mahasiswa korban bullying.","PeriodicalId":169560,"journal":{"name":"Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128109440","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-03DOI: 10.15548/alqalb.v10i1.829
Putri Intan Purwari, Murisal Murisal
The purpose of this study is (1) to find out how the description of mahabbah and rumantik in the AN and M pairs (2) to find out what factors make the M and AN families can live in an atmosphere of mahabbah and rumantik, and (3) to find out how the process the M and AN families embody mahabbah and rumantik households.The method used in this study is a qualitative method with a case study model. Subjects consisted of 3 primary and secondary subjects. Data collection techniques through observation, interviews and documentation. The data analyst used the analysis of Miles & Huberman.The results of the study show that these elderly couples generally fulfill all aspects and indicators of mahabbah. As a supporting factor this couple can live in an atmosphere of mahabbah and rumantik are good at understanding their respective situations and conditions, mutual understanding, being honest, can correct themselves each, easy to forgive and is good at controlling emotions. The process embodies mahabbah and rumantik households that are equally trying between each other both in terms of the economy and the faithful of this couple.
{"title":"MAHABBAH DAN RUMANTIK PADA PASANGAN USILA","authors":"Putri Intan Purwari, Murisal Murisal","doi":"10.15548/alqalb.v10i1.829","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/alqalb.v10i1.829","url":null,"abstract":"The purpose of this study is (1) to find out how the description of mahabbah and rumantik in the AN and M pairs (2) to find out what factors make the M and AN families can live in an atmosphere of mahabbah and rumantik, and (3) to find out how the process the M and AN families embody mahabbah and rumantik households.The method used in this study is a qualitative method with a case study model. Subjects consisted of 3 primary and secondary subjects. Data collection techniques through observation, interviews and documentation. The data analyst used the analysis of Miles & Huberman.The results of the study show that these elderly couples generally fulfill all aspects and indicators of mahabbah. As a supporting factor this couple can live in an atmosphere of mahabbah and rumantik are good at understanding their respective situations and conditions, mutual understanding, being honest, can correct themselves each, easy to forgive and is good at controlling emotions. The process embodies mahabbah and rumantik households that are equally trying between each other both in terms of the economy and the faithful of this couple.","PeriodicalId":169560,"journal":{"name":"Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam","volume":"4 1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129208649","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-03DOI: 10.15548/alqalb.v10i1.831
Rio Ramadhan, Widia Sri Ardias
Penelitian ini mengungkap gambaran Konstrual Diri (Self Contrual) Remaja Yang Mengalami Kematian Orang Tua. Teori Self Contrual terdiri dari dua jenis-jenis yakni independent dan interdependent (Priza, 2005). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data, koding, dan tahap Interprestasi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tiga orang subjek yang peneliti wawancarai memiliki gambaran Self Contrual yang jauh berbeda. Subjek I dan III memiliki gambaran Self Contrual yang interdependent, namun subjek II memiliki gambaran Self Contrual yang independent. Berdasarkan hasil wawancara peneliti sarankan kepada subjek untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengambil hikmah dari perisstiwa ini terjadi. Dukungan sosial terutama dari masyarakat sangat dibutuhkan sehingga Subjek mampu bersosialisasi dengan baik meski kondisi mereka tidak seideal anak-anak seusia mereka.
{"title":"KONSTRUAL DIRI (SELF CONSTRUAL) REMAJA YANG MENGALAMI KEMATIAN ORANG TUA","authors":"Rio Ramadhan, Widia Sri Ardias","doi":"10.15548/alqalb.v10i1.831","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/alqalb.v10i1.831","url":null,"abstract":"Penelitian ini mengungkap gambaran Konstrual Diri (Self Contrual) Remaja Yang Mengalami Kematian Orang Tua. Teori Self Contrual terdiri dari dua jenis-jenis yakni independent dan interdependent (Priza, 2005). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data, koding, dan tahap Interprestasi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tiga orang subjek yang peneliti wawancarai memiliki gambaran Self Contrual yang jauh berbeda. Subjek I dan III memiliki gambaran Self Contrual yang interdependent, namun subjek II memiliki gambaran Self Contrual yang independent. Berdasarkan hasil wawancara peneliti sarankan kepada subjek untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengambil hikmah dari perisstiwa ini terjadi. Dukungan sosial terutama dari masyarakat sangat dibutuhkan sehingga Subjek mampu bersosialisasi dengan baik meski kondisi mereka tidak seideal anak-anak seusia mereka.","PeriodicalId":169560,"journal":{"name":"Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam","volume":"238 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123333884","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-03DOI: 10.15548/alqalb.v10i1.827
Hastrid Sundari, Rahmadianti Aulia
Pada umumnya tidak banyak yang bisa dilakukan oleh orang yang mengalami tunanetra. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, membuat mereka lebih memilih untuk hanya berdiam diri di rumah atau sebagian yang lain memilih bekerja sebagai pengemis atau meminta-minta di jalanan. Namun, pilihan tersebut tidak dilakukan oleh dua orang tunanetra. Mereka memiliki semangat yang tinggi untuk bekerja demi mencapai keinginannya, menjadi pekerja seni atau pemusik dan mengajar mengaji. Walaupun kedua subjek memiliki keterbatasan, mereka bisa membuat orang lain senang dengan apa yang dilakukannya dan mereka berbahagia dengan apa yang mereka lakoni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman gambaran kebahagiaan pada penyandang tunanetra.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan wawancara. Subjek penelitian terdiri dari 2 orang tunanetra. Hasil wawancara menunjukkan bahwa menjadi tunanetra tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan kebahagiaan. subjek merasa tenang dan nyaman dalam menjalani kehidupannya. Tidak merasa takut dan tidak pula bersedih dengan keadaan yang mereka alami. Berani menghadapi masalah yang datang serta merasa bahagia karena tidak ada kekhawatiran yang dirasakan oleh kedua subjek. Faktor yang mempengaruhi keadaan kedua subjek adalah karena adanya rasa syukur yang besar kepada Allah Subhanahuwata’ala, berinteraksi dan berhubungan baik dengan teman, keluarga dan lingkungan sekitar, serta merasa puas dengan pekerjaan yang dijalani.
{"title":"APAKAH PENYANDANG TUNANETRA BISA BERBAHAGIA? Gambaran Kebahagiaan Pada Penyandang Tunanetra","authors":"Hastrid Sundari, Rahmadianti Aulia","doi":"10.15548/alqalb.v10i1.827","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/alqalb.v10i1.827","url":null,"abstract":"Pada umumnya tidak banyak yang bisa dilakukan oleh orang yang mengalami tunanetra. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, membuat mereka lebih memilih untuk hanya berdiam diri di rumah atau sebagian yang lain memilih bekerja sebagai pengemis atau meminta-minta di jalanan. Namun, pilihan tersebut tidak dilakukan oleh dua orang tunanetra. Mereka memiliki semangat yang tinggi untuk bekerja demi mencapai keinginannya, menjadi pekerja seni atau pemusik dan mengajar mengaji. Walaupun kedua subjek memiliki keterbatasan, mereka bisa membuat orang lain senang dengan apa yang dilakukannya dan mereka berbahagia dengan apa yang mereka lakoni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman gambaran kebahagiaan pada penyandang tunanetra.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan wawancara. Subjek penelitian terdiri dari 2 orang tunanetra. Hasil wawancara menunjukkan bahwa menjadi tunanetra tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan kebahagiaan. subjek merasa tenang dan nyaman dalam menjalani kehidupannya. Tidak merasa takut dan tidak pula bersedih dengan keadaan yang mereka alami. Berani menghadapi masalah yang datang serta merasa bahagia karena tidak ada kekhawatiran yang dirasakan oleh kedua subjek. Faktor yang mempengaruhi keadaan kedua subjek adalah karena adanya rasa syukur yang besar kepada Allah Subhanahuwata’ala, berinteraksi dan berhubungan baik dengan teman, keluarga dan lingkungan sekitar, serta merasa puas dengan pekerjaan yang dijalani.","PeriodicalId":169560,"journal":{"name":"Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam","volume":"489 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116689456","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-03DOI: 10.15548/alqalb.v10i1.826
Muhammad Satar, N. Yusri
The orientation of decision making is actually supported also by one’s experience, while attitudes toward experience itself are related to one’s emotional maturity. Emotional maturity is a valuable capital. People who have more mature emotions will be able to choose what is best and what they must avoid. The emotional maturity of an employee can be seen from the way he faces challenges, how his responsibilities towards work, and how his life views the world, so that the difficulties faced in making a decision will be lighter than employees who have lower emotional maturity. Emotional maturity is characterized by how conflicts are solved, and how difficulties are handled. People who are adults, in this case are emotionally mature, see their difficulties not as catastrophe, but as challenges, so that when he is faced with a situation where he has to choose an alternative offered to him, armed with the knowledge and experience he has it will be easier to make decisions that are considered most appropriate. He is willing to take risks, but still based on the most appropriate estimates that can be obtained.
{"title":"PENGAMBILAN KEPUTUSAN DITINJAU DARI MANAJEMEN DIRI DAN KEMATANGAN EMOSI","authors":"Muhammad Satar, N. Yusri","doi":"10.15548/alqalb.v10i1.826","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/alqalb.v10i1.826","url":null,"abstract":"The orientation of decision making is actually supported also by one’s experience, while attitudes toward experience itself are related to one’s emotional maturity. Emotional maturity is a valuable capital. People who have more mature emotions will be able to choose what is best and what they must avoid. The emotional maturity of an employee can be seen from the way he faces challenges, how his responsibilities towards work, and how his life views the world, so that the difficulties faced in making a decision will be lighter than employees who have lower emotional maturity. Emotional maturity is characterized by how conflicts are solved, and how difficulties are handled. People who are adults, in this case are emotionally mature, see their difficulties not as catastrophe, but as challenges, so that when he is faced with a situation where he has to choose an alternative offered to him, armed with the knowledge and experience he has it will be easier to make decisions that are considered most appropriate. He is willing to take risks, but still based on the most appropriate estimates that can be obtained.","PeriodicalId":169560,"journal":{"name":"Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126649670","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-03DOI: 10.15548/alqalb.v10i1.825
Renyeb Probini
Melakukan aktivitas bersama dan akrab merupakan ciri dalam persahabatan. Kemampuan menjalin persahabatan sangat penting dalam membentuk pribadi yang sehat dan sejahtera secara psikologis. Kemampuan ini dipengaruhi oleh kualitas hubungan antara orang tua-anak, yang tercermin dalam attachment.Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara persahabatan dengan attachment orang tua-anak dan jenis kelamin. Ada tiga variabel yang digunakan yaitu persahabatan sebagai variabel bergantung, serta attachment orang tua-anak dan jenis kelamin sebagai variabel bebas. Penelitian dilakukan terhadap 60 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung yang terdiri dari 30 orang mahasiswa laki-laki dan 30 orang mahasiswa perempuan. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak cukup bukti akan adanya hubungan antara persahabatan dengan attachment orang tua-anak dan jenis kelamin. Demikian juga pengujian antara persahabatan dengan variabel bebas secara terpisah, menunjukkan tidak cukupnya bukti adanya hubungan tersebut. Perubahan dalam kualitas attachment tidak dapat memprediksikan kemampuan dalam menjalin persahabatan. Kemampuan persahabatan antara laki-laki dan perempuan juga relative sama.
{"title":"PERSAHABATAN DITINJAU DARI ATTACHMENT ORANG TUA – ANAK & JENIS KELAMIN","authors":"Renyeb Probini","doi":"10.15548/alqalb.v10i1.825","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/alqalb.v10i1.825","url":null,"abstract":"Melakukan aktivitas bersama dan akrab merupakan ciri dalam persahabatan. Kemampuan menjalin persahabatan sangat penting dalam membentuk pribadi yang sehat dan sejahtera secara psikologis. Kemampuan ini dipengaruhi oleh kualitas hubungan antara orang tua-anak, yang tercermin dalam attachment.Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara persahabatan dengan attachment orang tua-anak dan jenis kelamin. Ada tiga variabel yang digunakan yaitu persahabatan sebagai variabel bergantung, serta attachment orang tua-anak dan jenis kelamin sebagai variabel bebas. Penelitian dilakukan terhadap 60 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung yang terdiri dari 30 orang mahasiswa laki-laki dan 30 orang mahasiswa perempuan. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak cukup bukti akan adanya hubungan antara persahabatan dengan attachment orang tua-anak dan jenis kelamin. Demikian juga pengujian antara persahabatan dengan variabel bebas secara terpisah, menunjukkan tidak cukupnya bukti adanya hubungan tersebut. Perubahan dalam kualitas attachment tidak dapat memprediksikan kemampuan dalam menjalin persahabatan. Kemampuan persahabatan antara laki-laki dan perempuan juga relative sama.","PeriodicalId":169560,"journal":{"name":"Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130714015","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-03DOI: 10.15548/alqalb.v10i1.828
Rudi Gustian, H. Hasnawati, Rena Kinnara Arlotas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep diri pria biseksual dan faktor apa saja yang mempengaruhi konsep diri pada pria biseksual di Nagari X Kecamatan X Kabupaten X. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model studi kasus. Subjek dalam penelitian ini hanya satu orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Adapun analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek mengetahui bahwa dari kecil ia memiliki sifat kewanitaan dan pernah mengalami pelecehan seksual, subjek masih melakukan hubungan sesama jenis meskipun telah menikah, subjek memiliki hubungan yang kurang dekat dengan keluarga dan lebih dekat dengan teman-teman LGBT, dan subjek menikmati hidupnya sebagai biseksual. Adapun faktor-faktor yang mempengarahui konsep diri pada subjek adalah pada waktu kecil subjek diperlakukan seperti perempuan, pada waktu SD subjek mengalami pelecehan seksual sehingga pada akhirnya kecanduan dan menyukai laki-laki. Sehingga pada sampai saat sekarang subjek sulit untuk merubah perilaku biseksualnya.
{"title":"KONSEP DIRI PADA PRIA BISEKSUAL (Studi Kasus Pada ZB)","authors":"Rudi Gustian, H. Hasnawati, Rena Kinnara Arlotas","doi":"10.15548/alqalb.v10i1.828","DOIUrl":"https://doi.org/10.15548/alqalb.v10i1.828","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep diri pria biseksual dan faktor apa saja yang mempengaruhi konsep diri pada pria biseksual di Nagari X Kecamatan X Kabupaten X. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model studi kasus. Subjek dalam penelitian ini hanya satu orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Adapun analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek mengetahui bahwa dari kecil ia memiliki sifat kewanitaan dan pernah mengalami pelecehan seksual, subjek masih melakukan hubungan sesama jenis meskipun telah menikah, subjek memiliki hubungan yang kurang dekat dengan keluarga dan lebih dekat dengan teman-teman LGBT, dan subjek menikmati hidupnya sebagai biseksual. Adapun faktor-faktor yang mempengarahui konsep diri pada subjek adalah pada waktu kecil subjek diperlakukan seperti perempuan, pada waktu SD subjek mengalami pelecehan seksual sehingga pada akhirnya kecanduan dan menyukai laki-laki. Sehingga pada sampai saat sekarang subjek sulit untuk merubah perilaku biseksualnya.","PeriodicalId":169560,"journal":{"name":"Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126753149","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}