Pub Date : 2022-09-30DOI: 10.36040/flywheel.v13i2.5817
Hasan, M. C. Aprianto
Baja ringan adalah salah satu material kontruksi yang sedang berkembang di pasaran. Penggunaan material baja ringan sebagai kontruksi atap banyak digunakan sebagai alternatif pengganti kayu atau baja. Meskipun telah banyak digunakan oleh masyarakat luas sebagai konstruksi atap, namun belum ada penelitian yang mengkaji tentang pengaruh perlakuan panas dan celup cepat pada baja ringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan panas pada material G550 terhadap sifat mekaniknya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh celup cepat terhadap struktur mikro dan sifat mekanik baja ringan G550. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang diawali dengan pemilihan bahan baja ringan G550. Setelah bahan dipilih, dilanjutkan dengan pembuatan profil sampel uji sebanyak 36 sampel uji. Sampel kemudian dilakukan perlakuan panas menggunakan furnace. Uji kekerasan dan uji tarik dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik sampel. Celup cepat dilakukan dengan dua media yaitu air dan oli. Untuk mengetahui struktur mikro setelah perlakuan panas dan celup cepat, maka dilakukan uji metalografi dengan pembesaran 1.000 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perlakukan panas dan celup cepat terhadap sifat mekanik material. Kondisi ini ditunjukkan pada hasil pengukuran dari uji tarik, uji puntir, dan uji kekerasan.
{"title":"Perlakuan Panas dan Celup Cepat (Quenching) untuk Meningkatkan Sifat Mekanik pada Baja Ringan G550","authors":"Hasan, M. C. Aprianto","doi":"10.36040/flywheel.v13i2.5817","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/flywheel.v13i2.5817","url":null,"abstract":"Baja ringan adalah salah satu material kontruksi yang sedang berkembang di pasaran. Penggunaan material baja ringan sebagai kontruksi atap banyak digunakan sebagai alternatif pengganti kayu atau baja. Meskipun telah banyak digunakan oleh masyarakat luas sebagai konstruksi atap, namun belum ada penelitian yang mengkaji tentang pengaruh perlakuan panas dan celup cepat pada baja ringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan panas pada material G550 terhadap sifat mekaniknya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh celup cepat terhadap struktur mikro dan sifat mekanik baja ringan G550. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang diawali dengan pemilihan bahan baja ringan G550. Setelah bahan dipilih, dilanjutkan dengan pembuatan profil sampel uji sebanyak 36 sampel uji. Sampel kemudian dilakukan perlakuan panas menggunakan furnace. Uji kekerasan dan uji tarik dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik sampel. Celup cepat dilakukan dengan dua media yaitu air dan oli. Untuk mengetahui struktur mikro setelah perlakuan panas dan celup cepat, maka dilakukan uji metalografi dengan pembesaran 1.000 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perlakukan panas dan celup cepat terhadap sifat mekanik material. Kondisi ini ditunjukkan pada hasil pengukuran dari uji tarik, uji puntir, dan uji kekerasan.","PeriodicalId":170794,"journal":{"name":"JURNAL FLYWHEEL","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134457519","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-30DOI: 10.36040/flywheel.v13i2.5864
Zaenal Muttaqien, J. Hayati
Dibentuknya Telkom Coorporate University Center (TCUC) oleh PT.Telkom Indonesia Tbk menjadi bukti pelaksanaan konsep Learning Organization (LO), namun fakta dilapangan menunjukan adanya perilaku kerja karyawan TCUC yang masih negatif.Untuk melihat ada pengaruh dari pelaksanaan LOterhadap perilaku kerja karyawan dilakukan pengukuran pengaruh antara kedua variabel.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari hasil wawancara, kuesioner, dan survey lapangan sedangkan data sekunder didapat dari sumber literature.Metode yang digunakan untuk melihat pengaruh antara dua variabel menggunakan metode SEM (Structural Equation Modeling), metode ini memungkinkan untuk mengatasi ketidak normalan data walaupun skala yang digunakan berupa skala likert sehingga tetap memberikan hasil yang akurat. Dalam penelitian ini variabel learning organization di turunkan menjadi indikator sebagai berikut: Personal Mastery (PM), Mental Model (MM), Shared Vision (SH), System Thinking (ST), Team Learning (TL). Sedangkan Perilaku Kerja Karyawan di turunkan menjadi indikator sebagai berikut: Social Relationship (SR), Vocational Skill (VS), Work Motivation (WM), Initiative-Confidence (IC).Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara PM-VS, PM-WM, MM-SR, MM-VS, MM-WM, ST-WM, ST-IC.Dengan hasil yang didapat maka harus ada upaya yang fokus pada perbaikan aspekLO yang berhubungan dengan prilaku karyawan.
由PT. telcom Indonesia Tbk创建的电信中心(TCUC)证明了学习组织(LO)概念的实施,但事实表明,TCUC员工的工作行为仍然是消极的。为了看看劳务表现对员工工作行为的影响是否在测量这两个变量之间的影响。本研究使用的数据是访谈、问卷调查和实地调查的主要数据,而次要数据来自文献来源。采用SEM方法(Structural Equation Modeling)观察这两个变量之间影响的方法,使它们能够克服数据异常,尽管使用likert量表,从而保持准确结果。在本研究组织中,变量学习组织降低为以下指标:个人Mastery (PM)、心理模型(MM)、共享视觉(SH)、系统思维(ST)、学习团队。而工作行为的指标如下:社会关系(SR)、词汇技能(VS)、工作激励(WM)、主动权(IC)。研究表明,pmvs, pmwm, mm - m, mm - m, MM-WM, ST-WM, ST-IC之间有联系。有了结果,就必须集中精力改善与员工行为相关的容定性。
{"title":"Pengaruh Learning Organization Terhadap Perilaku Kerja Karyawan di Unit Telkom Corporate University PT. Telkom Indonesia TBK","authors":"Zaenal Muttaqien, J. Hayati","doi":"10.36040/flywheel.v13i2.5864","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/flywheel.v13i2.5864","url":null,"abstract":"Dibentuknya Telkom Coorporate University Center (TCUC) oleh PT.Telkom Indonesia Tbk menjadi bukti pelaksanaan konsep Learning Organization (LO), namun fakta dilapangan menunjukan adanya perilaku kerja karyawan TCUC yang masih negatif.Untuk melihat ada pengaruh dari pelaksanaan LOterhadap perilaku kerja karyawan dilakukan pengukuran pengaruh antara kedua variabel.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat dari hasil wawancara, kuesioner, dan survey lapangan sedangkan data sekunder didapat dari sumber literature.Metode yang digunakan untuk melihat pengaruh antara dua variabel menggunakan metode SEM (Structural Equation Modeling), metode ini memungkinkan untuk mengatasi ketidak normalan data walaupun skala yang digunakan berupa skala likert sehingga tetap memberikan hasil yang akurat. Dalam penelitian ini variabel learning organization di turunkan menjadi indikator sebagai berikut: Personal Mastery (PM), Mental Model (MM), Shared Vision (SH), System Thinking (ST), Team Learning (TL). Sedangkan Perilaku Kerja Karyawan di turunkan menjadi indikator sebagai berikut: Social Relationship (SR), Vocational Skill (VS), Work Motivation (WM), Initiative-Confidence (IC).Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara PM-VS, PM-WM, MM-SR, MM-VS, MM-WM, ST-WM, ST-IC.Dengan hasil yang didapat maka harus ada upaya yang fokus pada perbaikan aspekLO yang berhubungan dengan prilaku karyawan.","PeriodicalId":170794,"journal":{"name":"JURNAL FLYWHEEL","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128238608","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-30DOI: 10.36040/flywheel.v13i2.4759
Marhadi Budi Waluyo Yoyok, A. H. Laksana, Ansar
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi inhibitor dari astaxanthin terhadap laju korosi plat baja hitam. Adapun metode yang di gunakan yaitu wight loss dimana untuk mengetahi kehilangan berat yang terjadi pada plat baja hitam. Medium korosi yang digunakan adalah air laut yang telah di saring untuk menghilangkan mocro organisme. Waktu perendaman yang dilakukan di variasikan yaitu 5 hari hingga 30 hari masa perendaman untuk melihat kemampuan inhibitor menghambat laju korosi. Setelah dilakukan perendaman dalam larutan korosif maka dilakukan pengangkatan berdasarkan waktu yang telah dilakukian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efesien inhibisi korosi yang baik terjadi pada konsetrasi inhibitor 50 ppm, baik untuk perendaman 5 hari hingga 30 hari dengan nilai rata- rata efesiensi yaitu 48 % di bandingkan konsentrasi uinhibitor lainya. Berdasarkan pada foto struktur makro meperlihatkan pada permukaan plat baja hitam dilapisi dengan astaxanthin pada konsentrasi inhibitor 50 ppm dengan tingkat laju korosi sangat rendah.
{"title":"Studi Laju Korosi Plat Baja Hitam Dengan Penambahan Inhibitor Dari Astaxanthin Di Lingkungan Air Laut","authors":"Marhadi Budi Waluyo Yoyok, A. H. Laksana, Ansar","doi":"10.36040/flywheel.v13i2.4759","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/flywheel.v13i2.4759","url":null,"abstract":"Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh konsentrasi inhibitor dari astaxanthin terhadap laju korosi plat baja hitam. Adapun metode yang di gunakan yaitu wight loss dimana untuk mengetahi kehilangan berat yang terjadi pada plat baja hitam. Medium korosi yang digunakan adalah air laut yang telah di saring untuk menghilangkan mocro organisme. Waktu perendaman yang dilakukan di variasikan yaitu 5 hari hingga 30 hari masa perendaman untuk melihat kemampuan inhibitor menghambat laju korosi. Setelah dilakukan perendaman dalam larutan korosif maka dilakukan pengangkatan berdasarkan waktu yang telah dilakukian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efesien inhibisi korosi yang baik terjadi pada konsetrasi inhibitor 50 ppm, baik untuk perendaman 5 hari hingga 30 hari dengan nilai rata- rata efesiensi yaitu 48 % di bandingkan konsentrasi uinhibitor lainya. Berdasarkan pada foto struktur makro meperlihatkan pada permukaan plat baja hitam dilapisi dengan astaxanthin pada konsentrasi inhibitor 50 ppm dengan tingkat laju korosi sangat rendah.","PeriodicalId":170794,"journal":{"name":"JURNAL FLYWHEEL","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133676442","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-30DOI: 10.36040/flywheel.v13i2.5561
I. Widi, Tito Arif Sutrisno, M. Rochim
Komposit terdiri dari dua bahan utama: penguat dan matriks sebagai pengikat. Keunggulan komposit dibandingkan material lain adalah ketahanan terhadap korosi. Sifat-sifat bahan yang dihasilkan dari kombinasi ini diharapkan dapat melengkapi kelemahan lain dari setiap bahan penyusun. Dengan memilih kombinasi penguat dan pengikat yang tepat, dimungkinkan untuk menghasilkan komposit dengan sifat yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan memvariasikan persentase 2,5% ZnO, 5% ZnO, dan 7,5% ZnO untuk mengetahui perbedaan kekuatan tarik komposit. Dari hasil pengujian tarik, kemudian dilanjutkan dengan pengujian foto makro patahan, untuk mengetahui pengaruh penambahan partikel ZnO pada komposit serat eceng gondok. Nilai kekuatan tarik dari variasi 0%ZnO yang didapat sebesar 4 Mpa. Setelah ditambahkan variasi sebanyak 2,5% ZnO, nilai kekuatan yang didapat sebesar 12 Mpa, pada komposit variasi 5% ZnO mengalami kenaikan sebesar 16 Mpa. Dan saat variasi ditambahkan menjadi 7,5% ZnO kekuatan mengalami penurunan 8 Mpa. Penambahan ZnO terlalu tinggi dapat mengurangi kekuatan tarik. Hal ini disebabkan oleh polyester tidak mampu menyelimuti partikel zinc oxide (ZnO). Hasil dari pengujian foto makro, patahan yang terjadi rata-rata patahan getas dan terdapat fiber pull out dan void (kekosongan) dikarenakan lemahnya ikatan antar serat dengan matrik mengakibatkan banyaknya terjadinya fiber pull out.
{"title":"Analisa Kekuatan Tarik dan Foto Makro Patahan Komposit Serat Eceng Gondok Berpenguat ZnO","authors":"I. Widi, Tito Arif Sutrisno, M. Rochim","doi":"10.36040/flywheel.v13i2.5561","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/flywheel.v13i2.5561","url":null,"abstract":"Komposit terdiri dari dua bahan utama: penguat dan matriks sebagai pengikat. Keunggulan komposit dibandingkan material lain adalah ketahanan terhadap korosi. Sifat-sifat bahan yang dihasilkan dari kombinasi ini diharapkan dapat melengkapi kelemahan lain dari setiap bahan penyusun. Dengan memilih kombinasi penguat dan pengikat yang tepat, dimungkinkan untuk menghasilkan komposit dengan sifat yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan memvariasikan persentase 2,5% ZnO, 5% ZnO, dan 7,5% ZnO untuk mengetahui perbedaan kekuatan tarik komposit. Dari hasil pengujian tarik, kemudian dilanjutkan dengan pengujian foto makro patahan, untuk mengetahui pengaruh penambahan partikel ZnO pada komposit serat eceng gondok. Nilai kekuatan tarik dari variasi 0%ZnO yang didapat sebesar 4 Mpa. Setelah ditambahkan variasi sebanyak 2,5% ZnO, nilai kekuatan yang didapat sebesar 12 Mpa, pada komposit variasi 5% ZnO mengalami kenaikan sebesar 16 Mpa. Dan saat variasi ditambahkan menjadi 7,5% ZnO kekuatan mengalami penurunan 8 Mpa. Penambahan ZnO terlalu tinggi dapat mengurangi kekuatan tarik. Hal ini disebabkan oleh polyester tidak mampu menyelimuti partikel zinc oxide (ZnO). Hasil dari pengujian foto makro, patahan yang terjadi rata-rata patahan getas dan terdapat fiber pull out dan void (kekosongan) dikarenakan lemahnya ikatan antar serat dengan matrik mengakibatkan banyaknya terjadinya fiber pull out.","PeriodicalId":170794,"journal":{"name":"JURNAL FLYWHEEL","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133054677","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-30DOI: 10.36040/flywheel.v13i2.5853
R. Rizaldi, L. Edahwati
Perkembangan kipas angin semakin bervariasi baik dari segi ukuran, penempatan posisi, serta fungsinya. Fungsi yang umum adalah untuk pendingin udara, penyegar udara, ventilasi (exhaust fan), pengering (umumnya memakai komponen penghasil panas). Pembangkitan listrik dari efek termoelektrik adalah proses pengubahan energi panas (perubahan suhu) menjadi energi listrik atau sebaliknya dari energi listrik menjadi perbedaan suhu (temperature differential). Apabila batang material logam dipanaskan dan didinginkan pada 2 kutub batang material logam. Dari sisi panas ke sisi dingin dan menyebabkan timbulnya medan listrik. Termoelektrik merupakan sebuah teknologi yang berfungsi untuk mengkonversi energi panas menjadi energi listrik secara lansung. Untuk menghasilkan listrik, bahan termoelektrik cukup ditempatkan untuk menghubungkan sisi panas dan sisi dingin sumber. Panas yang dihasilkan dapat digunakan tidak hanya untuk memasak tetapi juga untuk menghasilkan listrik. Prinsip kerja dari termoelektrik adalah berdasarkan efek Seebeck yaitu jika 2 buah logam yang berbeda disambungkan salah satu ujungnya, kemudian diberikan suhu yang berbeda pada sambungan, yang mengkonversi panas (perbedaan suhu) langsung menjadi energi listrik. Faktor-faktor yang mempengaruhi dua peltier terhadap kecepatan perputaran kipas yakni suhu yang semakin dekat dengan sumber panas akan lebih cepat menghantarkan listrik, dan kualitas peltier juga dapat mempengaruhi daya hantar listrik. Hasil percobaan efek seebeck pada ketiga alas penghantar yang digunakan yakni kaleng, seng, dan aluminium. Didapatkan nilai efek seebeck dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut yaitu seng 0,009615 V/K, aluminium 0,005845 V/K, dan kaleng 0,005602 V/K.
{"title":"Analisa Termoelektrik Generator Dan Motor DC + Kipas Dengan Perbedaan Alas Konduktor Dari Sumber Energi Panas","authors":"R. Rizaldi, L. Edahwati","doi":"10.36040/flywheel.v13i2.5853","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/flywheel.v13i2.5853","url":null,"abstract":"Perkembangan kipas angin semakin bervariasi baik dari segi ukuran, penempatan posisi, serta fungsinya. Fungsi yang umum adalah untuk pendingin udara, penyegar udara, ventilasi (exhaust fan), pengering (umumnya memakai komponen penghasil panas). Pembangkitan listrik dari efek termoelektrik adalah proses pengubahan energi panas (perubahan suhu) menjadi energi listrik atau sebaliknya dari energi listrik menjadi perbedaan suhu (temperature differential). Apabila batang material logam dipanaskan dan didinginkan pada 2 kutub batang material logam. Dari sisi panas ke sisi dingin dan menyebabkan timbulnya medan listrik. Termoelektrik merupakan sebuah teknologi yang berfungsi untuk mengkonversi energi panas menjadi energi listrik secara lansung. Untuk menghasilkan listrik, bahan termoelektrik cukup ditempatkan untuk menghubungkan sisi panas dan sisi dingin sumber. Panas yang dihasilkan dapat digunakan tidak hanya untuk memasak tetapi juga untuk menghasilkan listrik. Prinsip kerja dari termoelektrik adalah berdasarkan efek Seebeck yaitu jika 2 buah logam yang berbeda disambungkan salah satu ujungnya, kemudian diberikan suhu yang berbeda pada sambungan, yang mengkonversi panas (perbedaan suhu) langsung menjadi energi listrik. Faktor-faktor yang mempengaruhi dua peltier terhadap kecepatan perputaran kipas yakni suhu yang semakin dekat dengan sumber panas akan lebih cepat menghantarkan listrik, dan kualitas peltier juga dapat mempengaruhi daya hantar listrik. Hasil percobaan efek seebeck pada ketiga alas penghantar yang digunakan yakni kaleng, seng, dan aluminium. Didapatkan nilai efek seebeck dari yang tertinggi hingga terendah berturut-turut yaitu seng 0,009615 V/K, aluminium 0,005845 V/K, dan kaleng 0,005602 V/K.","PeriodicalId":170794,"journal":{"name":"JURNAL FLYWHEEL","volume":"60 4","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132869597","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-13DOI: 10.36040/flywheel.v13i1.4745
F. Rahmadianto, Arif Kurniawan, G. A. Pohan, Rosadila Febritasari, Sixta Pratama Nurida
Batu bata merupakan salah satu material yang digunakan dalam konstruksi. Pemanfaatan teknologi dalam pengolahan batu bata sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas batu bata di tengah pesatnya peningkatan pembangunan di Indonesia. Efektivitas sistem teknologi akan mengalami penurunan seiring berjalannya waktu yang disebabkan oleh pulley yang bekerja pada mesin tersebut. Sehingga pemilihan diameter pulley merupakan kunci utama untuk menghasilkan batu bata yang optimal ditinjau dari putaran pompa, tekanan fluida dan kekuatan impact dari hasil pencetakan batu bata tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat mekanik mesin hidrolik terhadap beberapa variasi diameter pulley yang digunakan pada mesin pencetak batu bata. Analisis variasi diameter pulley ini dilakukan untuk mendapatkan kerja mesin yang tetap baik dan tidak melebihi jangkauan sistem kerja standartnya dan menghasilkan cetakan batu bata yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai putaran pompa terhadap variasi diameter pulley pompa 3, 5dan 7 inci masing-masing adalah 1400 rpm, 840 rpm dan 600 rpm, sedangkan nilai tekanan fulida yang diperoleh pada masing-masing variasi diameter pulley pompa adalah 300 psi, 150 psi dan 100 psi. Untuk nilai rata-rata kekuatan impact, masing-masing diperoleh sebesar 0,05297 J/mm2, 0,04809 J/mm2 dan 0,04715 J/mm2 dan hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa hasil analisis Metode Taguchi menggunakan karakteristik kualitas yaitu Larger the better yang artinya pencapaian karakteristik kualitas semakin besar semakin baik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kondisi optimal hasil pencetakan batu dengan mesin hidrolik pencetak batu bata diperoleh pada puley pompa diameter 3 inci dengan waktu penekanan 10 detik, dan diameter pulley motor 3 inci dengan nilai putaran pompa mesin hidroliknya adalah 1400 rpm, tekanan fluida 300 psi dan rata-rata kekuatan impact sebesar 0,05297 J/mm2.
{"title":"Analisis Variasi Diameter Pulley pada Mesin Hidrolik Pencetak Batu Bata terhadap Sifat Mekanik menggunakan Metode Taguchi","authors":"F. Rahmadianto, Arif Kurniawan, G. A. Pohan, Rosadila Febritasari, Sixta Pratama Nurida","doi":"10.36040/flywheel.v13i1.4745","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/flywheel.v13i1.4745","url":null,"abstract":"Batu bata merupakan salah satu material yang digunakan dalam konstruksi. Pemanfaatan teknologi dalam pengolahan batu bata sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas batu bata di tengah pesatnya peningkatan pembangunan di Indonesia. Efektivitas sistem teknologi akan mengalami penurunan seiring berjalannya waktu yang disebabkan oleh pulley yang bekerja pada mesin tersebut. Sehingga pemilihan diameter pulley merupakan kunci utama untuk menghasilkan batu bata yang optimal ditinjau dari putaran pompa, tekanan fluida dan kekuatan impact dari hasil pencetakan batu bata tersebut. \u0000Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat mekanik mesin hidrolik terhadap beberapa variasi diameter pulley yang digunakan pada mesin pencetak batu bata. Analisis variasi diameter pulley ini dilakukan untuk mendapatkan kerja mesin yang tetap baik dan tidak melebihi jangkauan sistem kerja standartnya dan menghasilkan cetakan batu bata yang optimal. \u0000Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai putaran pompa terhadap variasi diameter pulley pompa 3, 5dan 7 inci masing-masing adalah 1400 rpm, 840 rpm dan 600 rpm, sedangkan nilai tekanan fulida yang diperoleh pada masing-masing variasi diameter pulley pompa adalah 300 psi, 150 psi dan 100 psi. Untuk nilai rata-rata kekuatan impact, masing-masing diperoleh sebesar 0,05297 J/mm2, 0,04809 J/mm2 dan 0,04715 J/mm2 dan hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa hasil analisis Metode Taguchi menggunakan karakteristik kualitas yaitu Larger the better yang artinya pencapaian karakteristik kualitas semakin besar semakin baik. \u0000Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kondisi optimal hasil pencetakan batu dengan mesin hidrolik pencetak batu bata diperoleh pada puley pompa diameter 3 inci dengan waktu penekanan 10 detik, dan diameter pulley motor 3 inci dengan nilai putaran pompa mesin hidroliknya adalah 1400 rpm, tekanan fluida 300 psi dan rata-rata kekuatan impact sebesar 0,05297 J/mm2.","PeriodicalId":170794,"journal":{"name":"JURNAL FLYWHEEL","volume":"164 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133766020","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-13DOI: 10.36040/flywheel.v13i1.4746
Sanny Andjar Sari, W. Sujana, Harimbi Setyawati, Dwi Ana Anggorowati, A. Artiyani
Proses produksi tahu di UMKM Sumber Rejeki milik Bapak Samingin menggunakan peralatan yang manual sehingga karyawan yang bekerja merasakan sakit pada bagian tubuh saat melakukan pekerjaan setiap harinya. Proses pembuatan tahu melalui tahapan pencucian kedelai kemudian direndam dalam air selama 2 sampai hingga 7 jam. Dalam proses perendaman ini kedelai akan mengembang lalu dibersihkan kembali kedelai dengan cara dicuci berkali-kali. Selanjutnya menggiling kedelai hingga halus dengan mesin penggiling . Setelah kedelai halus langsung ke proses berikutnya yaitu perebusan kedelai sampai mendidih. Kemudian bubur kedelai disaring dengan kain untuk memisahkan ampas yang akan di proses dan sisa sisa air rebusan tadi. Tahap ini tentunya sangat melelahkan,karena memisahkan dengan cara manual. Air yang keluar dari saringan langsung jatuh kedalam wadah yang sudah disiapkan dibawahnya. Selain itu juga pada proses pengepresan tahu dapat terlihat kurangnya perhatian pada postur kerja pekerja yang nantinya akan berdampak pada sakit akibat pekerjaan apalagi jika dilakukan monoton dan berulang. Penerapan mesin pengepresan bubur kedelai diharapkan dapat meminimalkan waktu dan tenaga. Fasilitas kerja pengepresan tahu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja pada UMKM produksi tahu.
{"title":"Penerapan Mesin Pengepres Bubur Kedelai Untuk Peningkatan Produktivitas Produksi Tahu Pada UMKM Sumber Rejeki Kecamatan Wagir Kabupaten Malang","authors":"Sanny Andjar Sari, W. Sujana, Harimbi Setyawati, Dwi Ana Anggorowati, A. Artiyani","doi":"10.36040/flywheel.v13i1.4746","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/flywheel.v13i1.4746","url":null,"abstract":"Proses produksi tahu di UMKM Sumber Rejeki milik Bapak Samingin menggunakan peralatan yang manual sehingga karyawan yang bekerja merasakan sakit pada bagian tubuh saat melakukan pekerjaan setiap harinya. Proses pembuatan tahu melalui tahapan pencucian kedelai kemudian direndam dalam air selama 2 sampai hingga 7 jam. Dalam proses perendaman ini kedelai akan mengembang lalu dibersihkan kembali kedelai dengan cara dicuci berkali-kali. Selanjutnya menggiling kedelai hingga halus dengan mesin penggiling . Setelah kedelai halus langsung ke proses berikutnya yaitu perebusan kedelai sampai mendidih. Kemudian bubur kedelai disaring dengan kain untuk memisahkan ampas yang akan di proses dan sisa sisa air rebusan tadi. Tahap ini tentunya sangat melelahkan,karena memisahkan dengan cara manual. Air yang keluar dari saringan langsung jatuh kedalam wadah yang sudah disiapkan dibawahnya. Selain itu juga pada proses pengepresan tahu dapat terlihat kurangnya perhatian pada postur kerja pekerja yang nantinya akan berdampak pada sakit akibat pekerjaan apalagi jika dilakukan monoton dan berulang. Penerapan mesin pengepresan bubur kedelai diharapkan dapat meminimalkan waktu dan tenaga. Fasilitas kerja pengepresan tahu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja pada UMKM produksi tahu.","PeriodicalId":170794,"journal":{"name":"JURNAL FLYWHEEL","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123923792","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prioritas penjadwalan perawatan mesin guna meminimalisir corrective maintenance dengan mengintegrasikan 2 metode Failure Tracking Matrik (FTM) dan Failure Modes And Effects Analysis (FMEA). Perawatan (maintenance) adalah adalah kegiatan pendukung utama yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi (peralatan) sehingga pada saat dibutuhkan dapat dipakai sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Hal ini dapat dicapai antara lain dengan melakukan perencanaan dan penjadwalan tindakan perawatan dengan tetap memperhatikan fungsi pendukungnya dandengan memperhatikan fungsi pendukungnya dan dengan memperhatikan kriteria minimal ongkos untuk mengantisipasi tingkat kerusakan dan mencegah terputusnya kegiatan produksi. Penelitian ini dilaksanakan di PT. PJB UBJ O&M Unit 9 Paiton, Probolinggo. Dalam menentukan strategi perawatan mesin diperlukan informasi tentang penyebab kegagalan (failure) proses yang bersumber dari mesin produksi. Terdapat beberapa cara perawatan mesin guna membantu dalam meminimalisir kerusakan dengan mengintegrasikan 2 metode antara lain yaitu Failure Tracking Matrix (FTM) bersumber dari ide Wang & Ling. FTM merupakan alat quality control yang mampu beradaptasi untuk menyesuaikan perubahan yang sering terjadi dalam proses produksi. Pada penelitian ini dihasilkan desain sistem pemeliharaan terintegrasi untuk mendeteksi kegagalan proses sehingga respon perbaikan mesin dilakukan dengan cepat dan terpantau. Dari hasil analisis didapatkan proporsi failure terbesar mesin purverizer adalah pada mesin bearing lube oil pump rusak, oil filter kotor, dan hot air damper macet. Pada analisis FTM pada mesin pulverizer didapatkan 19 failure mode (FM) dan 19 fuctional failure component (FC). Analisis FMEA memberikan 10 prioritas perbaikan dari RPN yang terbesar pada mode kerusakan cold air damper macet dan yang terendah adalah pada bearing grinding roller rusak. Integrasi FTM dan FMEA terbukti dapat diterapkan untuk mendeteksi kegagalan proses yang berlangsung selama produksi berjalan.
{"title":"Integrasi Failure Tracking Matrix (FTM) dan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk Perbaikan Sistem Perawatan Mesin Pulverizer","authors":"Abdurrahman Wahid, Yustina Suhandini Tjahjaningsih, Mustakim","doi":"10.36040/flywheel.v13i1.4743","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/flywheel.v13i1.4743","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prioritas penjadwalan perawatan mesin guna meminimalisir corrective maintenance dengan mengintegrasikan 2 metode Failure Tracking Matrik (FTM) dan Failure Modes And Effects Analysis (FMEA). Perawatan (maintenance) adalah adalah kegiatan pendukung utama yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi (peralatan) sehingga pada saat dibutuhkan dapat dipakai sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Hal ini dapat dicapai antara lain dengan melakukan perencanaan dan penjadwalan tindakan perawatan dengan tetap memperhatikan fungsi pendukungnya dandengan memperhatikan fungsi pendukungnya dan dengan memperhatikan kriteria minimal ongkos untuk mengantisipasi tingkat kerusakan dan mencegah terputusnya kegiatan produksi. Penelitian ini dilaksanakan di PT. PJB UBJ O&M Unit 9 Paiton, Probolinggo. Dalam menentukan strategi perawatan mesin diperlukan informasi tentang penyebab kegagalan (failure) proses yang bersumber dari mesin produksi. Terdapat beberapa cara perawatan mesin guna membantu dalam meminimalisir kerusakan dengan mengintegrasikan 2 metode antara lain yaitu Failure Tracking Matrix (FTM) bersumber dari ide Wang & Ling. FTM merupakan alat quality control yang mampu beradaptasi untuk menyesuaikan perubahan yang sering terjadi dalam proses produksi. Pada penelitian ini dihasilkan desain sistem pemeliharaan terintegrasi untuk mendeteksi kegagalan proses sehingga respon perbaikan mesin dilakukan dengan cepat dan terpantau. Dari hasil analisis didapatkan proporsi failure terbesar mesin purverizer adalah pada mesin bearing lube oil pump rusak, oil filter kotor, dan hot air damper macet. Pada analisis FTM pada mesin pulverizer didapatkan 19 failure mode (FM) dan 19 fuctional failure component (FC). Analisis FMEA memberikan 10 prioritas perbaikan dari RPN yang terbesar pada mode kerusakan cold air damper macet dan yang terendah adalah pada bearing grinding roller rusak. Integrasi FTM dan FMEA terbukti dapat diterapkan untuk mendeteksi kegagalan proses yang berlangsung selama produksi berjalan.","PeriodicalId":170794,"journal":{"name":"JURNAL FLYWHEEL","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128353288","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-13DOI: 10.36040/flywheel.v13i1.4742
AM Andi Syahril, Anggara Mietra
Permukaan yang saling bergesekan satu sama lain, akan mengalami keausan. Keausan pada umumnya diartikan sebagai hilangnya material akibat interaksi mekanis dari dua permukaan yang bergerak akibat adanya gesekan. Keausan mengakibatkan benda mengalami pengikisan dan akan terus menipis. Vertical roller mill sendiri adalah mesin yang digunakan untuk menggiling material bahan baku dalam pembuatan semen, maka perlu penelitian dan analisa agar keausan dapat diminalisir. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui laju keausan, umur pakai, dan memberikan solusi dari keausan segment tire grinding roll vertical roller mill atox mill 57.5. Dalam penelitian yang bertempat di PT XYZ Jawa Timur. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah posisi titik pengukuran pada segment tire grinding roll. Variabel terikat adalah laju keausan segment tire grinding. Variabel terkontrol adalah jangka pemakaian segment tire grinding. Berdasarkan hasil perhitungan segment tire grinding vertical roller mill adalah: rata-rata laju keausan dari segment tire grinding tersebut sebesar 4,6 10 mm/jam dan rata-rata batas umur pakai umur pakai selama 1820,1 jam. Volume keausan segment tire grinding roll jika menggunakan material high chrome sebesar 0,047 mm dan laju keausan 0,002 mm /jam. Volume keausan segment tire grinding roll jika menggunakan material sintercast sebesar 0,0041mm dan laju keausannya sebesar 0,001 mm/jam. Secara teoritik material segment tire grinding roll lebih baik menggunakan material sintercast karena volume keausan dan laju keausan lebih rendah. Kata Kunci : Vertical roller mill, segment tire grinding, pabrik semen, material, keausan PENDAHULUAN Pada saat ini perkembangan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan pada bidang industri bergerak dengan sangat cepat. Persaingan global ditambah situasi pandemik seperti ini menuntut semua pihak berpikir lebih keras. Khususnya di bidang industri, berbagai inovasi dilakukan demi menciptakan sistem industri yang baik. Banyak langkah yang diambil, mulai dari penambahan serta penggunaan mesin-mesin yang canggih hingga pelatihan kepada sekelompok orang oleh beberapa ahli. Semen sendiri terdiri atas bahan baku utama dan bahan baku tambahan jika ditinjau dari segi fungsinya. Material yang termasuk bahan baku utama adalah batu kapur (CaCO3), clay (tanah liat), pasir silika (SiO2 ), iron sand (Fe2O3 ). Serta bahan baku tambahan dari semen adalah trass, gypsum dan dolomit. Proses produksi semen yang pertama yaitu penambangan bahan baku untuk pembuatan semen terutama batu kapur (CaCO3 ) dan clay (tanah liat) menggunakan alatalat berat kemudian dikirim ke pabrik, yang kedua, bahan-bahan yang telah ditambang kemudian diteliti di laboratorium kemudian dicampur dengan proporsi yang tepat dan kemudian dilanjutkan ke proses penggilingan awal (RawMill) untuk memperkecil dimensi material. Proses selanjutnya adalah bahan kemudian dipanaskan di preheater, dilanjutkan di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal klinker. Klinker ini kem
{"title":"Analisis Laju Keausan dan Umur Pakai Material High Chrome Pada Segment Tire Grinding Roll Verticall Roller Mill Atox Mill 57.5 di PT XYZ","authors":"AM Andi Syahril, Anggara Mietra","doi":"10.36040/flywheel.v13i1.4742","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/flywheel.v13i1.4742","url":null,"abstract":"Permukaan yang saling bergesekan satu sama lain, akan mengalami keausan. Keausan pada umumnya diartikan sebagai hilangnya material akibat interaksi mekanis dari dua permukaan yang bergerak akibat adanya gesekan. Keausan mengakibatkan benda mengalami pengikisan dan akan terus menipis. Vertical roller mill sendiri adalah mesin yang digunakan untuk menggiling material bahan baku dalam pembuatan semen, maka perlu penelitian dan analisa agar keausan dapat diminalisir. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui laju keausan, umur pakai, dan memberikan solusi dari keausan segment tire grinding roll vertical roller mill atox mill 57.5. Dalam penelitian yang bertempat di PT XYZ Jawa Timur. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah posisi titik pengukuran pada segment tire grinding roll. Variabel terikat adalah laju keausan segment tire grinding. Variabel terkontrol adalah jangka pemakaian segment tire grinding. Berdasarkan hasil perhitungan segment tire grinding vertical roller mill adalah: rata-rata laju keausan dari segment tire grinding tersebut sebesar 4,6 10 mm/jam dan rata-rata batas umur pakai umur pakai selama 1820,1 jam. Volume keausan segment tire grinding roll jika menggunakan material high chrome sebesar 0,047 mm dan laju keausan 0,002 mm /jam. Volume keausan segment tire grinding roll jika menggunakan material sintercast sebesar 0,0041mm dan laju keausannya sebesar 0,001 mm/jam. Secara teoritik material segment tire grinding roll lebih baik menggunakan material sintercast karena volume keausan dan laju keausan lebih rendah. Kata Kunci : Vertical roller mill, segment tire grinding, pabrik semen, material, keausan PENDAHULUAN Pada saat ini perkembangan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan pada bidang industri bergerak dengan sangat cepat. Persaingan global ditambah situasi pandemik seperti ini menuntut semua pihak berpikir lebih keras. Khususnya di bidang industri, berbagai inovasi dilakukan demi menciptakan sistem industri yang baik. Banyak langkah yang diambil, mulai dari penambahan serta penggunaan mesin-mesin yang canggih hingga pelatihan kepada sekelompok orang oleh beberapa ahli. Semen sendiri terdiri atas bahan baku utama dan bahan baku tambahan jika ditinjau dari segi fungsinya. Material yang termasuk bahan baku utama adalah batu kapur (CaCO3), clay (tanah liat), pasir silika (SiO2 ), iron sand (Fe2O3 ). Serta bahan baku tambahan dari semen adalah trass, gypsum dan dolomit. Proses produksi semen yang pertama yaitu penambangan bahan baku untuk pembuatan semen terutama batu kapur (CaCO3 ) dan clay (tanah liat) menggunakan alatalat berat kemudian dikirim ke pabrik, yang kedua, bahan-bahan yang telah ditambang kemudian diteliti di laboratorium kemudian dicampur dengan proporsi yang tepat dan kemudian dilanjutkan ke proses penggilingan awal (RawMill) untuk memperkecil dimensi material. Proses selanjutnya adalah bahan kemudian dipanaskan di preheater, dilanjutkan di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal klinker. Klinker ini kem","PeriodicalId":170794,"journal":{"name":"JURNAL FLYWHEEL","volume":"59 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123461871","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-13DOI: 10.36040/flywheel.v13i1.4744
M. Wicaksono, G.A. Pohan, I. T. Hidayath
Penelitian terhadap bentuk airfoil terus dilakukan untuk mendapatkan performasi aerodinamika yang terbaik. Dengan gaya angkat yang lebih besar maka pesawat terbang dapat mengangkut beban lebih besar dan dapat melakukan lepas landas pada runway yang pendek. Beberapa metode dapat digunakan untuk melakukan pengujian terhadap model pesawat, seperti metode eksperimental dan metode komputasi. Dalam hal ini, metode komputasi dianggap lebih efisien bila dibandingkan dengan metode eksperimental. Karena, tidak memerlukan ruang yang besar untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan waktu pengujian relatif lebih singkat bila dibandingkan metode eksperimental. Penulis melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik aerodinamika dari airfoil NACA 2412, NACA 4412 dan NACA 6412 serta pengaruh kecepatan angin dan sudut serang terhadap performasi dari airfoil. Dari data yang didapat nilai drag coefficient dan lift coefficient berdasarkan sudut serang aliran udara. Dari data yang didapat nilai drag coefficient dan lift coefficient berdasarkan kecepatan aliran udara. Drag coefficient berdasarkan urutan nilai yang paling besar adalah kecepatan 4, 5, 7 dan 3 m/s. Sedangkan lift coefficient berdasarkan urutan nilai yang paling besar adalah kecepatan 7, 5, 4 dan 3 m/s. Dapat disimpulkan semakin besar nilai kecepatan aliran udara maka semakin kecil pula drag coefficient, tetapi tidak berlaku untuk kecepatan 3 m/s karena bentuk aliran udara dalam kondisi laminer. Sedangkan untuk lift coefficient, semakin besar kecepatan aliran udara, maka semakin besar pula lift coefficient. Drag coefficient berdasarkan urutan nilai yang paling besar adalah sudut 15o, 10o, 5o, 0o dan -5o. Sedangkan lift coefficient berdasarkan urutan nilai yang paling besar adalah sudut 15o, 10o, 5o, 0o dan -5o. Dapat disimpulkan semakin besar sudut serang aliraan udara, maka semakin besar pula nilai drag coefficient dan lift coefficient. Dari hasil perbandingan antar drag coefficient dan lift coefficient pada wind tunnel dengan Ansys Fluent didapat persentase terbesar pada NACA 2412 dengan besar nilai persentase tersebut adalah 28%. Berdasarkan katagori nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error) dapat ditafsirkan pengujian secara numerik dapat meberikan hasil yang layak. Karena nilai MAPE terbesar kurang dari 50% dan lebih dari 20%. Peneliti dapat meningkatkan keakurasian dengan membuat dudukan airfoil yang lebih kecil. Karena hal tersebut membengaruhi gaya angkat dan hambat.
{"title":"Analisa Aerodinamika Airfoil Pesawat Dengan Pendekatan Computational Fluid Dynamic Dan Wind Tunnel","authors":"M. Wicaksono, G.A. Pohan, I. T. Hidayath","doi":"10.36040/flywheel.v13i1.4744","DOIUrl":"https://doi.org/10.36040/flywheel.v13i1.4744","url":null,"abstract":"Penelitian terhadap bentuk airfoil terus dilakukan untuk mendapatkan performasi aerodinamika yang terbaik. Dengan gaya angkat yang lebih besar maka pesawat terbang dapat mengangkut beban lebih besar dan dapat melakukan lepas landas pada runway yang pendek. Beberapa metode dapat digunakan untuk melakukan pengujian terhadap model pesawat, seperti metode eksperimental dan metode komputasi. Dalam hal ini, metode komputasi dianggap lebih efisien bila dibandingkan dengan metode eksperimental. Karena, tidak memerlukan ruang yang besar untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan waktu pengujian relatif lebih singkat bila dibandingkan metode eksperimental. Penulis melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik aerodinamika dari airfoil NACA 2412, NACA 4412 dan NACA 6412 serta pengaruh kecepatan angin dan sudut serang terhadap performasi dari airfoil. Dari data yang didapat nilai drag coefficient dan lift coefficient berdasarkan sudut serang aliran udara. Dari data yang didapat nilai drag coefficient dan lift coefficient berdasarkan kecepatan aliran udara. Drag coefficient berdasarkan urutan nilai yang paling besar adalah kecepatan 4, 5, 7 dan 3 m/s. Sedangkan lift coefficient berdasarkan urutan nilai yang paling besar adalah kecepatan 7, 5, 4 dan 3 m/s. Dapat disimpulkan semakin besar nilai kecepatan aliran udara maka semakin kecil pula drag coefficient, tetapi tidak berlaku untuk kecepatan 3 m/s karena bentuk aliran udara dalam kondisi laminer. Sedangkan untuk lift coefficient, semakin besar kecepatan aliran udara, maka semakin besar pula lift coefficient. Drag coefficient berdasarkan urutan nilai yang paling besar adalah sudut 15o, 10o, 5o, 0o dan -5o. Sedangkan lift coefficient berdasarkan urutan nilai yang paling besar adalah sudut 15o, 10o, 5o, 0o dan -5o. Dapat disimpulkan semakin besar sudut serang aliraan udara, maka semakin besar pula nilai drag coefficient dan lift coefficient. Dari hasil perbandingan antar drag coefficient dan lift coefficient pada wind tunnel dengan Ansys Fluent didapat persentase terbesar pada NACA 2412 dengan besar nilai persentase tersebut adalah 28%. Berdasarkan katagori nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error) dapat ditafsirkan pengujian secara numerik dapat meberikan hasil yang layak. Karena nilai MAPE terbesar kurang dari 50% dan lebih dari 20%. Peneliti dapat meningkatkan keakurasian dengan membuat dudukan airfoil yang lebih kecil. Karena hal tersebut membengaruhi gaya angkat dan hambat.","PeriodicalId":170794,"journal":{"name":"JURNAL FLYWHEEL","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121461519","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}