Pub Date : 2023-09-18DOI: 10.12962/j23373539.v12i2.113559
Maju Sumanto Boangmanalu, Cahyono Bintang Nurcahyo
Pelaksanaan pembangunan Jetty PLTU Palu-3 mengalami keterlambatan dimana progress kumulatif pertanggal 20 Juli 2022 yang seharusnya mencapai 16,80% hanya mencapai 13,02%. Keterlambatan terjadi karena keterlambatan kedatangan peralatan dan kerusakan peralatan saat pengerjaan. Menyikapi hal tersebut, dilakukan percepatan sehingga struktur utama jetty dapat selesai pada awal Januari 2023. Metode percepatan yang digunakan adalah metode Time Cost Trade Off (TCTO), dengan menggunakan tiga alternatif yaitu penambahan jam kerja, penambahan jumlah pekerja dan gabungan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, untuk alternatif penambahan jam kerja didapatkan biaya total sebesar Rp 39.342.327.088,34 dengan durasi 171 hari pengerjaan. Untuk alternatif penambahan jumlah pekerja didapatkan biaya total sebesar Rp 39.187.067.991,11 dengan durasi 167 hari pengerjaan dan untuk alternatif gabungan didapatkan biaya total sebesar Rp 39.067.164.650,87 dengan durasi 154 hari pengerjaan. Ketiga alternatif dapat memenuhi target penyelesaian yang telah ditetapkan dengan alternatif gabungan adalah yang paling optimal karena menghasilkan biaya total dan durasi yang lebih kecil dengan penyelesaian pada 21 Desember 2022.
{"title":"Analisis Percepatan Penjadwalan pada Proyek PLTU Palu-3 Sulawesi Tengah","authors":"Maju Sumanto Boangmanalu, Cahyono Bintang Nurcahyo","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.113559","DOIUrl":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.113559","url":null,"abstract":"Pelaksanaan pembangunan Jetty PLTU Palu-3 mengalami keterlambatan dimana progress kumulatif pertanggal 20 Juli 2022 yang seharusnya mencapai 16,80% hanya mencapai 13,02%. Keterlambatan terjadi karena keterlambatan kedatangan peralatan dan kerusakan peralatan saat pengerjaan. Menyikapi hal tersebut, dilakukan percepatan sehingga struktur utama jetty dapat selesai pada awal Januari 2023. Metode percepatan yang digunakan adalah metode Time Cost Trade Off (TCTO), dengan menggunakan tiga alternatif yaitu penambahan jam kerja, penambahan jumlah pekerja dan gabungan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, untuk alternatif penambahan jam kerja didapatkan biaya total sebesar Rp 39.342.327.088,34 dengan durasi 171 hari pengerjaan. Untuk alternatif penambahan jumlah pekerja didapatkan biaya total sebesar Rp 39.187.067.991,11 dengan durasi 167 hari pengerjaan dan untuk alternatif gabungan didapatkan biaya total sebesar Rp 39.067.164.650,87 dengan durasi 154 hari pengerjaan. Ketiga alternatif dapat memenuhi target penyelesaian yang telah ditetapkan dengan alternatif gabungan adalah yang paling optimal karena menghasilkan biaya total dan durasi yang lebih kecil dengan penyelesaian pada 21 Desember 2022.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135256515","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-18DOI: 10.12962/j23373539.v12i2.117264
Maulidya Nurrafifah, Wirawan Wirawan
Penggunaan listrik di Indonesia kian meningkat di tiap tahunnya bisa menjadi tantangan untuk kampus cerdas sebagai gabungan dari teknologi pintar dengan infrastruktur fisik, yaitu memberi upaya untuk penghematan penggunaan energi listrik di kampus. Salah satu aplikasi yang sudah marak digunakan pada zaman serba digital ini adalah lampu pintar yang masih jarang diaplikasikan pada kampus di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk merancang desain jaringan sensor dan aktuator nirkabel yang memiliki potensi penghematan energi. Penelitian akan dilakukan dengan metode pengujian prototipe. Pada penelitian ini, telah dirancang prototipe dengan sebuah mikrokontroler, tiga sensor, dan aktuator untuk mengatur pencahayaan dan pengaturan udara ruang. Sensor yang digunakan pada prototipe adalah sensor cahaya yang dibertugas untuk mendeteksi intensitas cahaya, sensor infra merah pasif yang bertugas untuk mendeteksi pergerakan manusia, serta sensor temperatur dan kelembapan akan mendeteksi temperatur dan kelembapan ruangan. Ketiga sensor tersebut memberi data ke mikrokontroler yaitu NodeMCU ESP8266, kemudian mikrokontroler memberi perintah pada aktuator. Prototipe dari penelitian ini tersambung dengan pencahayaan dan pengaturan udara dalam ruangan. Dari jaringan sensor dan aktuator nirkabel tersebut, didapat sistem pencahayaan dan pengaturan udara otomatis. Didapat juga penghemetan penggunaan lampu sebesar 33%, sementara penghematan penggunaan air conditioner sebesar 13%.
{"title":"Desain Jaringan Sensor dan Aktuator Nirkabel untuk Pengaturan Pencahayaan dan Udara Ruangan di Ruang Belajar","authors":"Maulidya Nurrafifah, Wirawan Wirawan","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.117264","DOIUrl":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.117264","url":null,"abstract":"Penggunaan listrik di Indonesia kian meningkat di tiap tahunnya bisa menjadi tantangan untuk kampus cerdas sebagai gabungan dari teknologi pintar dengan infrastruktur fisik, yaitu memberi upaya untuk penghematan penggunaan energi listrik di kampus. Salah satu aplikasi yang sudah marak digunakan pada zaman serba digital ini adalah lampu pintar yang masih jarang diaplikasikan pada kampus di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk merancang desain jaringan sensor dan aktuator nirkabel yang memiliki potensi penghematan energi. Penelitian akan dilakukan dengan metode pengujian prototipe. Pada penelitian ini, telah dirancang prototipe dengan sebuah mikrokontroler, tiga sensor, dan aktuator untuk mengatur pencahayaan dan pengaturan udara ruang. Sensor yang digunakan pada prototipe adalah sensor cahaya yang dibertugas untuk mendeteksi intensitas cahaya, sensor infra merah pasif yang bertugas untuk mendeteksi pergerakan manusia, serta sensor temperatur dan kelembapan akan mendeteksi temperatur dan kelembapan ruangan. Ketiga sensor tersebut memberi data ke mikrokontroler yaitu NodeMCU ESP8266, kemudian mikrokontroler memberi perintah pada aktuator. Prototipe dari penelitian ini tersambung dengan pencahayaan dan pengaturan udara dalam ruangan. Dari jaringan sensor dan aktuator nirkabel tersebut, didapat sistem pencahayaan dan pengaturan udara otomatis. Didapat juga penghemetan penggunaan lampu sebesar 33%, sementara penghematan penggunaan air conditioner sebesar 13%.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135255788","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-18DOI: 10.12962/j23373539.v12i2.121895
Arditya Novan Farros, Yeni Rahmawati, Anissa Candraningtyas
Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris, dimana banyak masyarakat nya yang bekerja di sector pertanian. Karena itulah, tingkat konsumsi pupuk di Indonesia sangat tinggi karna merupakan komponen penting untuk kualitas tumbuhan. Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung unsur Nitrogen sebanyak 46% yang berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetative tanaman seperti pembentukan klorofil, membentuk lemak, protein, dan mempercepat pertumbuhan daun, batang dan akar. Pembangunan pabrik urea direncanakan memiliki kapasitas 600.000 ton/tahun pupuk urea dalam bentuk prill, dimana pabrik akan didirikan di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan. Kawasan ini cukup dekat dengan sumber bahan baku, serta memadai dalam factor transportasi serta utilitas. Berdasarkan analisa neraca massa dan energi, pabrik ini membutuhkan bahan baku sebanyak 2122 ton/tahun NH3 dan 1223 ton/tahun CO2 dengan kebutuhan steam 51.270 kg/jam, cooling water 16.557.227 kg/jam serta listrik sebesar 11.193 KW/tahun. Pabrik ini terdiri dari enam tahap, yaitu sintesa, purifikasi, konsentrasi, pembutiran, recovery, serta condensate treatment. Bahan baku pada awalnya akan masuk sebagai liquid dan direaksikan menjadi urea pada reactor dengan kemurnian sekitar 30%. Kemudian, bahan baku yang belum berhasil bereaksi akan direaksikan Kembali di seksi selanjutnya untuk mendapatkan kemurnian urea hingga 99,7%. Larutan urea akan dipadatkan dalam bentuk prilling pada seksi pembutiran menggunakan alat prilling tower. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, pabrik urea memadai untuk didirikan dengan nilai IRR = 20,2%, NPV = 310,4 Juta Dolar, dan Pay Out Time (POT) selama 3 tahun.
{"title":"Pra Desain Pabrik Pupuk Urea Dari Ammonia (NH3) dan Karbon Dioksida (CO2) dengan Menggunakan Teknologi ACES21","authors":"Arditya Novan Farros, Yeni Rahmawati, Anissa Candraningtyas","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.121895","DOIUrl":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.121895","url":null,"abstract":"Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris, dimana banyak masyarakat nya yang bekerja di sector pertanian. Karena itulah, tingkat konsumsi pupuk di Indonesia sangat tinggi karna merupakan komponen penting untuk kualitas tumbuhan. Pupuk urea adalah pupuk yang mengandung unsur Nitrogen sebanyak 46% yang berperan dalam pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetative tanaman seperti pembentukan klorofil, membentuk lemak, protein, dan mempercepat pertumbuhan daun, batang dan akar. Pembangunan pabrik urea direncanakan memiliki kapasitas 600.000 ton/tahun pupuk urea dalam bentuk prill, dimana pabrik akan didirikan di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan. Kawasan ini cukup dekat dengan sumber bahan baku, serta memadai dalam factor transportasi serta utilitas. Berdasarkan analisa neraca massa dan energi, pabrik ini membutuhkan bahan baku sebanyak 2122 ton/tahun NH3 dan 1223 ton/tahun CO2 dengan kebutuhan steam 51.270 kg/jam, cooling water 16.557.227 kg/jam serta listrik sebesar 11.193 KW/tahun. Pabrik ini terdiri dari enam tahap, yaitu sintesa, purifikasi, konsentrasi, pembutiran, recovery, serta condensate treatment. Bahan baku pada awalnya akan masuk sebagai liquid dan direaksikan menjadi urea pada reactor dengan kemurnian sekitar 30%. Kemudian, bahan baku yang belum berhasil bereaksi akan direaksikan Kembali di seksi selanjutnya untuk mendapatkan kemurnian urea hingga 99,7%. Larutan urea akan dipadatkan dalam bentuk prilling pada seksi pembutiran menggunakan alat prilling tower. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, pabrik urea memadai untuk didirikan dengan nilai IRR = 20,2%, NPV = 310,4 Juta Dolar, dan Pay Out Time (POT) selama 3 tahun.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135256328","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-18DOI: 10.12962/j23373539.v12i2.123126
M Ihwan Nur Rifki, Rifki Azriel Fahrezi, Annas Wiguno, Gede Wibawa
Program konversi minyak tanah ke LPG yang dimulai pada tahun 2007 telah memberikan dampak besar terhadap konsumsi LPG di Indonesia. Permintaan LPG pada tahun 2007 sebesar 0,33 juta ton mengalami peningkatan yang signifikan hingga tahun 2017. Kenaikan permintaan LPG ini mendorong negara untuk melakukan impor guna memenuhi kebutuhan LPG di Indonesia, yang pada gilirannya meningkatkan beban anggaran pemerintah. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pengembangan bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan peran LPG sebagai bahan bakar utama. Salah satu solusinya adalah dengan pendirian pabrik Dimethyl Ether (DME) di Indonesia. Industri DME di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan karena bahan baku industri ini adalah gas alam, yang mana ketersediaan gas alam melimpah di Indonesia. Dalam pra desain pabrik ini, pendirian pabrik DME direncanakan pada tahun 2027 dengan lokasi di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur. Proses produksi DME menggunakan direct process yang terdiri dari tahap reforming, pemisahan CO2, sintesa DME, dan purifikasi DME. Bahan baku utama dalam pembuatan DME adalah gas alam, dengan bahan baku penunjang seperti O2, recycle CO2, dan recycle metanol. Kapasitas produksi pabrik DME direncanakan sebesar 625.577 ton DME per tahun, berdasarkan proyeksi produksi, konsumsi, ekspor, dan impor LPG hingga tahun 2027. Pabrik akan beroperasi 24 jam sehari selama 330 hari setahun untuk memenuhi kapasitas produksi tersebut. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa pendirian pabrik DME adalah investasi yang layak dengan nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 21,7% dan waktu pengembalian modal selama 3,03 tahun. Modal total yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik DME adalah USD 390.782.700, dengan Break Even Point (BEP) pabrik sebesar 37,5%. Dengan demikian, pendirian pabrik DME di Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG dan menjadi alternatif bahan bakar yang berpotensi menguntungkan secara ekonomi
{"title":"Pra Desain Pabrik Dimethyl Ether dari Gas Alam dengan Proses Langsung","authors":"M Ihwan Nur Rifki, Rifki Azriel Fahrezi, Annas Wiguno, Gede Wibawa","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.123126","DOIUrl":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.123126","url":null,"abstract":"Program konversi minyak tanah ke LPG yang dimulai pada tahun 2007 telah memberikan dampak besar terhadap konsumsi LPG di Indonesia. Permintaan LPG pada tahun 2007 sebesar 0,33 juta ton mengalami peningkatan yang signifikan hingga tahun 2017. Kenaikan permintaan LPG ini mendorong negara untuk melakukan impor guna memenuhi kebutuhan LPG di Indonesia, yang pada gilirannya meningkatkan beban anggaran pemerintah. Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan pengembangan bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan peran LPG sebagai bahan bakar utama. Salah satu solusinya adalah dengan pendirian pabrik Dimethyl Ether (DME) di Indonesia. Industri DME di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan karena bahan baku industri ini adalah gas alam, yang mana ketersediaan gas alam melimpah di Indonesia. Dalam pra desain pabrik ini, pendirian pabrik DME direncanakan pada tahun 2027 dengan lokasi di Kawasan Industri Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur. Proses produksi DME menggunakan direct process yang terdiri dari tahap reforming, pemisahan CO2, sintesa DME, dan purifikasi DME. Bahan baku utama dalam pembuatan DME adalah gas alam, dengan bahan baku penunjang seperti O2, recycle CO2, dan recycle metanol. Kapasitas produksi pabrik DME direncanakan sebesar 625.577 ton DME per tahun, berdasarkan proyeksi produksi, konsumsi, ekspor, dan impor LPG hingga tahun 2027. Pabrik akan beroperasi 24 jam sehari selama 330 hari setahun untuk memenuhi kapasitas produksi tersebut. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa pendirian pabrik DME adalah investasi yang layak dengan nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 21,7% dan waktu pengembalian modal selama 3,03 tahun. Modal total yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik DME adalah USD 390.782.700, dengan Break Even Point (BEP) pabrik sebesar 37,5%. Dengan demikian, pendirian pabrik DME di Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG dan menjadi alternatif bahan bakar yang berpotensi menguntungkan secara ekonomi","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135256513","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Avtur merupakan salah satu bahan bakar terpenting untuk industri penerbangan di dunia. Dalam berkembangnya teknologi, avtur menjadi salah satu pencipta emisi CO2. Oleh karenanya ada sebuah inovasi untuk menciptakan bioavtur sebagai subtitusi bahan bakar penerbangan di dunia. Penggunaan biofuel sebagai bahan bakar penerbangan (bioavtur) masa depan berpotensi memiliki keberlanjutan yang baik (sustainable). Keberlanjutan produksi biofuel akan berakibat pada keberlanjutan usaha reduksi emisi CO2 sepanjang siklusnya (carbon neutral cycle). Biofuel diharapkan memberikan pengurangan dan antisipasi siklus emisi CO2 hingga 80% jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Pertimbangan utama produksi biofuel khususnya bioavtur adalah ketersediaan bahan baku, biaya, dan keberlangsungannya (sustainability).Indonesia berpotensi memproduksi bioavtur endiri dari bahan baku produk pertanian khas Indonesia yaitu CPO. Maka, disusunlah Pra- Desain Pabrik Bioavtur dari CPO dalam upaya menjadikan bioavtur sebagai bahan bakar yang dapat mensubtitusikan bahan bakar konvensional di dunia penerbangan dengan kapasitas 250.000 Kiloliter/tahun yang beroperasi secara kontinu 24 jam selama 330 hari pertahun. Pabrik direncanakan akan berlokasi di Dumai, Riau. Proses pembuatan bioavtur terbagi menjadi tiga bagian proses utama, yaitu Pre-treatment, Proses utama (HEFA) dan pemurnian Untuk memproduksi bioavtur sebanyak 250.000 Kiloliter/tahun, diperlukan operating expenditures (OPEX) sebesar Rp 147.806.316.597 dengan capital expenditures (CAPEX) sebesar Rp 642.835.986.860. Sumber dana investasi berasal dari modal sendiri sebesar 20% dan modal pinjaman 80%. Berdasarkan Analisa ekonomi, IRR pabrik ini sebesar 40% dengan bunga sebesar 8% per tahun dan laju inflasi 5,2%. Sedangkan POT selama 8 tahun,dan NPV bernilai Rp 14.076.849.222. Dengan melihat aspek penilaian Analisa ekonomi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pabrik bioavtur dari CPO ini layak didirikan.
阿图尔是世界航空行业最重要的燃料之一。随着科技的发展,阿夫图尔成为二氧化碳排放的创造者之一。因此,在世界上创建生物燃料替代设施是一项创新。生物燃料作为航空燃料的使用可能具有良好的可持续性。生物燃料生产的可持续性将导致可持续性努力在碳中立周期内减少二氧化碳排放。与化石燃料相比,生物燃料预计将使二氧化碳排放量周期减少和预期80%。尤其是bioavtur生物燃料生产的主要考虑是原材料供应、成本和(可持续发展)。印尼有潜力从印尼典型农产品CPO的原料中生产生物燃料。disusunlah Pra - Bioavtur工厂设计,努力使中CPO Bioavtur作为燃料,燃料可以mensubtitusikan传统的飞行是世界上具有24小时连续运作Kiloliter 25万/年的每年330天。该工厂计划位于廖内的杜迈。生物燃料生产过程分为三部分,即前期treattur、初级处理程序(HEFA)和每年生产生物量多达25万加仑(OPEX)的净化,所需的总导数为647,80316,597卢比(CAPEX),总计为642,835,986,860。投资资金来源占20%,贷款资本占80%。根据经济分析,这家工厂拥有近40%的利息,每年8%,通货膨胀率为5.2%。而大麻长达8年,而NPV的价值为14,076,849,222卢比。通过对经济分析的评估,我们可以认为CPO的生物识别工厂是可行的。
{"title":"Pra Desain Pabrik Bioavtur dari Crude Palm Oil (CPO) dengan Metode Hydroproccesed Ester and Fatty Acid","authors":"Khefina Athifiyah Safiaputri, RR Widya Arista Widjojo Saputro, Achmad Roesyadi, Prida Novarita Trisanti","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.121023","DOIUrl":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.121023","url":null,"abstract":"Avtur merupakan salah satu bahan bakar terpenting untuk industri penerbangan di dunia. Dalam berkembangnya teknologi, avtur menjadi salah satu pencipta emisi CO2. Oleh karenanya ada sebuah inovasi untuk menciptakan bioavtur sebagai subtitusi bahan bakar penerbangan di dunia. Penggunaan biofuel sebagai bahan bakar penerbangan (bioavtur) masa depan berpotensi memiliki keberlanjutan yang baik (sustainable). Keberlanjutan produksi biofuel akan berakibat pada keberlanjutan usaha reduksi emisi CO2 sepanjang siklusnya (carbon neutral cycle). Biofuel diharapkan memberikan pengurangan dan antisipasi siklus emisi CO2 hingga 80% jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Pertimbangan utama produksi biofuel khususnya bioavtur adalah ketersediaan bahan baku, biaya, dan keberlangsungannya (sustainability).Indonesia berpotensi memproduksi bioavtur endiri dari bahan baku produk pertanian khas Indonesia yaitu CPO. Maka, disusunlah Pra- Desain Pabrik Bioavtur dari CPO dalam upaya menjadikan bioavtur sebagai bahan bakar yang dapat mensubtitusikan bahan bakar konvensional di dunia penerbangan dengan kapasitas 250.000 Kiloliter/tahun yang beroperasi secara kontinu 24 jam selama 330 hari pertahun. Pabrik direncanakan akan berlokasi di Dumai, Riau. Proses pembuatan bioavtur terbagi menjadi tiga bagian proses utama, yaitu Pre-treatment, Proses utama (HEFA) dan pemurnian Untuk memproduksi bioavtur sebanyak 250.000 Kiloliter/tahun, diperlukan operating expenditures (OPEX) sebesar Rp 147.806.316.597 dengan capital expenditures (CAPEX) sebesar Rp 642.835.986.860. Sumber dana investasi berasal dari modal sendiri sebesar 20% dan modal pinjaman 80%. Berdasarkan Analisa ekonomi, IRR pabrik ini sebesar 40% dengan bunga sebesar 8% per tahun dan laju inflasi 5,2%. Sedangkan POT selama 8 tahun,dan NPV bernilai Rp 14.076.849.222. Dengan melihat aspek penilaian Analisa ekonomi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pabrik bioavtur dari CPO ini layak didirikan.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"127 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135256856","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-18DOI: 10.12962/j23373539.v12i2.114398
Putu Wibi Yumandana, Ciptian Weried Priananda, Lucky Putri Rahayu
Usaha budi daya ikan mujair pada BUMDes Delta Mina Sejahtera memerlukan perhatian terkait salinitas air tambak. Hal tersebut memengaruhi pertumbuhan dan keberlangsungan hidup ikan mujair. Nilai salinitas ideal bagi pertumbuhan ikan mujair berkisar 7-8 ppt. Kadar garam yang tinggi dapat diturunkan nilainya dengan memberikan air tawar. Karakteristik tambak yang luas dibutuhkan sistem pengambilan dan pengolahan salinitas yang akurat. Berdasarkan hasil pengujian pada prototipe yang telah dibuat, penerapan WSN dalam mengirimkan data dari node sensor ke node master mendapat delay sebesar 2,4 detik. Pada sistem kontrol salinitas menggunakan logika Fuzzy Mamdani, mampu mencapai keadaan salinitas pada setpoint senilai 7,5 ppt dengan error steady state sebesar 0%. Jika dibandingkan dengan hasil simulasi MATLAB, rata-rata respons waktu yang dibutuhkan sistem prototipe untuk mencapai nilai salinitas akhir 7,5 ppt lebih lambat 1,55 detik.
{"title":"Sistem Wireless Sensor Network untuk Kontrol Salinitas Air Menggunakan Metode Logika Fuzzy Mamdani pada Tambak Ikan Mujair","authors":"Putu Wibi Yumandana, Ciptian Weried Priananda, Lucky Putri Rahayu","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.114398","DOIUrl":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.114398","url":null,"abstract":"Usaha budi daya ikan mujair pada BUMDes Delta Mina Sejahtera memerlukan perhatian terkait salinitas air tambak. Hal tersebut memengaruhi pertumbuhan dan keberlangsungan hidup ikan mujair. Nilai salinitas ideal bagi pertumbuhan ikan mujair berkisar 7-8 ppt. Kadar garam yang tinggi dapat diturunkan nilainya dengan memberikan air tawar. Karakteristik tambak yang luas dibutuhkan sistem pengambilan dan pengolahan salinitas yang akurat. Berdasarkan hasil pengujian pada prototipe yang telah dibuat, penerapan WSN dalam mengirimkan data dari node sensor ke node master mendapat delay sebesar 2,4 detik. Pada sistem kontrol salinitas menggunakan logika Fuzzy Mamdani, mampu mencapai keadaan salinitas pada setpoint senilai 7,5 ppt dengan error steady state sebesar 0%. Jika dibandingkan dengan hasil simulasi MATLAB, rata-rata respons waktu yang dibutuhkan sistem prototipe untuk mencapai nilai salinitas akhir 7,5 ppt lebih lambat 1,55 detik.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135256997","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-18DOI: 10.12962/j23373539.v12i2.112943
Ghaisani 'Abidah, I Putu Artama Wiguna
Limbah pembesian dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti keahlian pekerja yang kurang memadai, kesalahan pemotongan besi yang terjadi dikarenakan panduan pola yang tidak sesuai, informasi mengenai teknologi terbaru yang belum dioptimalkan, dan perkiraan dari perhitungan yang kurang cocok dengan keadaan nyata. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui perbandingan sisa waste yang sudah dioptimasi dari perhitungan volume pembesian menggunakan perhitungan manual dan perhitungan dengan menerapkan Tekla Structures. Penelitian Tugas Akhir ini akan dilakukan optimalisasi dari kombinasi pemotongan pembesian dengan membandingkan antara metode manual yakni perhitungan yang dilakukan secara manual menggunakan bantuan Microsoft Excel dan metode menggunakan software Tekla Structures, dengan melakukan pemodelan 3D terlebih dahulu kemudian akan didapat hasil dari pembesian sesuai dengan Bar Bending Schedule secara otomatis. Pada tahap akhir akan dilakukan optimasi waste menggunakan software Cutting Optimization Pro. Berdasarkan perhitungan analisis yang sudah dilakukan, didapat hasil perhitungan pemotongan pembesian Bar Bending Schedule dengan metode manual yakni seberat 184.059.714,34 kg, sedangkan perhitungan dengan software Tekla Structures adalah seberat 177.513.240 kg. Didapatkan nilai waste dari hasil optimasi untuk perhitungan manual adalah sebesar 6.826.941 kg, dan untuk perhitungan Tekla Structures adalah sebesar 6.672.333 kg, dengan rerata waste level 0,95% untuk perhitungan metode manual, dan 0,91% untuk perhitungan dengan Tekla, perbandingan hasil waste level perhitungan manual dibanding Tekla adalah sebesar 1,63% untuk D22, 0,1% untuk D19, 7,71% untuk D16, 6,3% untuk D13, dan 1,18% untuk D10.
{"title":"Perbandingan Kombinasi Pemotongan Pembesian dengan Metode Manual Bar Bending Schedule dan Tekla Structures","authors":"Ghaisani 'Abidah, I Putu Artama Wiguna","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.112943","DOIUrl":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.112943","url":null,"abstract":"Limbah pembesian dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor seperti keahlian pekerja yang kurang memadai, kesalahan pemotongan besi yang terjadi dikarenakan panduan pola yang tidak sesuai, informasi mengenai teknologi terbaru yang belum dioptimalkan, dan perkiraan dari perhitungan yang kurang cocok dengan keadaan nyata. Tujuan penelitian ini ingin mengetahui perbandingan sisa waste yang sudah dioptimasi dari perhitungan volume pembesian menggunakan perhitungan manual dan perhitungan dengan menerapkan Tekla Structures. Penelitian Tugas Akhir ini akan dilakukan optimalisasi dari kombinasi pemotongan pembesian dengan membandingkan antara metode manual yakni perhitungan yang dilakukan secara manual menggunakan bantuan Microsoft Excel dan metode menggunakan software Tekla Structures, dengan melakukan pemodelan 3D terlebih dahulu kemudian akan didapat hasil dari pembesian sesuai dengan Bar Bending Schedule secara otomatis. Pada tahap akhir akan dilakukan optimasi waste menggunakan software Cutting Optimization Pro. Berdasarkan perhitungan analisis yang sudah dilakukan, didapat hasil perhitungan pemotongan pembesian Bar Bending Schedule dengan metode manual yakni seberat 184.059.714,34 kg, sedangkan perhitungan dengan software Tekla Structures adalah seberat 177.513.240 kg. Didapatkan nilai waste dari hasil optimasi untuk perhitungan manual adalah sebesar 6.826.941 kg, dan untuk perhitungan Tekla Structures adalah sebesar 6.672.333 kg, dengan rerata waste level 0,95% untuk perhitungan metode manual, dan 0,91% untuk perhitungan dengan Tekla, perbandingan hasil waste level perhitungan manual dibanding Tekla adalah sebesar 1,63% untuk D22, 0,1% untuk D19, 7,71% untuk D16, 6,3% untuk D13, dan 1,18% untuk D10.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135257004","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kontinuitas dan keandalan operasi dalam suatu sistem tenaga listrik adalah hal yang harus dijamin kestabilannya. Sebuah sistem mampu dikatakan stabil ketika memenuhi syarat keseimbangan antara daya mekanik dari prime mover atau penggerak utama generator dengan daya output listrik. Apabila penggerak utama tidak dapat menyesuaikan putarannya dengan besar beban listrik maka akan menyebabkan kondisi sistem menjadi tidak stabil. Gangguan stabilitas transien memiliki kaitan dengan kendala besar yang terjadi secara tiba – tiba dan dalam kurun waktu yang pendek (short-term) seperti gangguan hubung singkat (short circuit), putusnya saluran secara tiba – tiba oleh perlatan CB (Circuit Breaker), serta pemindahan beban secara tiba – tiba. Kaltim Daya Mandiri (KDM) merupakan salah satu perusahaan utilitas dan energi yang didirikan dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan utilitas pada fasilitas produksi dan perumahan serta perusahaan – perusahaan lain yang berada di lingkungan Kaltim Industrial Estate. PT. Kaltim Daya Mandiri mengalami perkembangan pada sistem kelistrikannya pada wilayah Tursina dengan total jumlah penambahan beban sebesar 13.8 MW. Dari seluruh skenario yang telah dijalankan, dapat dikatakan bahwa sistem kelistrikan PT. Kaltim Daya Mandiri akan kembali berjalan pada kondisi continuous operation setelah adanya gangguan dengan diikuti adanya skema pelepasan beban dengan metode status dan frekuensi 6 langkah. Dari hasil simulasi tersebut didapatkan rekomendasi bahwa metode status dapat digunakan sebagai metode utama diikuti dengan metode frekuensi 6 langkah sebagai back up apabila terjadi kegagalan.
{"title":"Evaluasi Kestabilan Transien dan Penyempurnaan Sistem Pelepasan Beban pada PT. Kaltim Daya Mandiri Akibat Pengembangan Sistem Kelistrikan pada Tursina","authors":"Tiara Anindita Yulia, Margo Pujiantara, Ardyono Priyadi","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.118259","DOIUrl":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.118259","url":null,"abstract":"Kontinuitas dan keandalan operasi dalam suatu sistem tenaga listrik adalah hal yang harus dijamin kestabilannya. Sebuah sistem mampu dikatakan stabil ketika memenuhi syarat keseimbangan antara daya mekanik dari prime mover atau penggerak utama generator dengan daya output listrik. Apabila penggerak utama tidak dapat menyesuaikan putarannya dengan besar beban listrik maka akan menyebabkan kondisi sistem menjadi tidak stabil. Gangguan stabilitas transien memiliki kaitan dengan kendala besar yang terjadi secara tiba – tiba dan dalam kurun waktu yang pendek (short-term) seperti gangguan hubung singkat (short circuit), putusnya saluran secara tiba – tiba oleh perlatan CB (Circuit Breaker), serta pemindahan beban secara tiba – tiba. Kaltim Daya Mandiri (KDM) merupakan salah satu perusahaan utilitas dan energi yang didirikan dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan utilitas pada fasilitas produksi dan perumahan serta perusahaan – perusahaan lain yang berada di lingkungan Kaltim Industrial Estate. PT. Kaltim Daya Mandiri mengalami perkembangan pada sistem kelistrikannya pada wilayah Tursina dengan total jumlah penambahan beban sebesar 13.8 MW. Dari seluruh skenario yang telah dijalankan, dapat dikatakan bahwa sistem kelistrikan PT. Kaltim Daya Mandiri akan kembali berjalan pada kondisi continuous operation setelah adanya gangguan dengan diikuti adanya skema pelepasan beban dengan metode status dan frekuensi 6 langkah. Dari hasil simulasi tersebut didapatkan rekomendasi bahwa metode status dapat digunakan sebagai metode utama diikuti dengan metode frekuensi 6 langkah sebagai back up apabila terjadi kegagalan.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135255781","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
PT XYZ adalah salah satu perusahaan agri-food terbesar dan terkemuka di Indonesia. Bisnis utama yang dimiliki oleh PT XYZ adalah pakan ternak. Proses produksi yang dilakukan oleh PT XYZ menghasilkan beberapa bahan sisa atau limbah yang tidak dapat digunakan kembali, salah satunya adalah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) padat dan cair. Apabila limbah B3 yang dihasilkan dari proses produksi dan kegiatan lainnya di PT XYZ tidak diolah dan ditangani dengan baik dan benar maka akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. PT XYZ telah melakukan identifikasi limbah B3 sesuai dokumen lingkungan yang dimiliki (DELH tahun 2017), tetapi karena terdapat penambahan unit produksi maka diperlukan identifikasi kembali terkait jenis limbah yang dihasilkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi timbulan dan karakteristik limbah B3 yang terdapat di PT XYZ. Evaluasi pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan cara membandingkan kondisi terkini dan kondisi ideal sesuai peraturan yang berlaku. Hasil evaluasi akan menjadi acuan untuk memberikan saran rekomendasi pengelolaan limbah B3. Data primer didapat dari pengamatan saat survey dan pengisian kuisioner atau wawancara yang diberikan kepada pekerja terkait limbah B3. Data tersebut digunakan untuk mengidentifikasi timbulan dan karakteristik limbah B3 di sumber, fasilitas pengelolaan limbah B3 di perusahaan, dan dokumentasi pengelolaan limbah B3. Sedangkan untuk data sekunder didapat dari literatur, laporan perusahaan dan peraturan terkait yang berlaku. Hasil wawancara identifikasi dari pengamatan saat ini akan dibandingan dengan laporan perusahaan yaitu DELH tahun 2017.
{"title":"Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT XYZ","authors":"Innez Shessariefta Dinar Pramestie, Susi Agustina Wilujeng","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.120730","DOIUrl":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.120730","url":null,"abstract":"PT XYZ adalah salah satu perusahaan agri-food terbesar dan terkemuka di Indonesia. Bisnis utama yang dimiliki oleh PT XYZ adalah pakan ternak. Proses produksi yang dilakukan oleh PT XYZ menghasilkan beberapa bahan sisa atau limbah yang tidak dapat digunakan kembali, salah satunya adalah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) padat dan cair. Apabila limbah B3 yang dihasilkan dari proses produksi dan kegiatan lainnya di PT XYZ tidak diolah dan ditangani dengan baik dan benar maka akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. PT XYZ telah melakukan identifikasi limbah B3 sesuai dokumen lingkungan yang dimiliki (DELH tahun 2017), tetapi karena terdapat penambahan unit produksi maka diperlukan identifikasi kembali terkait jenis limbah yang dihasilkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi timbulan dan karakteristik limbah B3 yang terdapat di PT XYZ. Evaluasi pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan cara membandingkan kondisi terkini dan kondisi ideal sesuai peraturan yang berlaku. Hasil evaluasi akan menjadi acuan untuk memberikan saran rekomendasi pengelolaan limbah B3. Data primer didapat dari pengamatan saat survey dan pengisian kuisioner atau wawancara yang diberikan kepada pekerja terkait limbah B3. Data tersebut digunakan untuk mengidentifikasi timbulan dan karakteristik limbah B3 di sumber, fasilitas pengelolaan limbah B3 di perusahaan, dan dokumentasi pengelolaan limbah B3. Sedangkan untuk data sekunder didapat dari literatur, laporan perusahaan dan peraturan terkait yang berlaku. Hasil wawancara identifikasi dari pengamatan saat ini akan dibandingan dengan laporan perusahaan yaitu DELH tahun 2017.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135255790","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-09-18DOI: 10.12962/j23373539.v12i2.114284
Muhammad Fajri Rizky, Hasan Iqbal Nur, Irwan Tri Yunianto
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memiliki rencana pembangunan dry port yang lebih dekat dengan industri untuk menekan biaya pengiriman barang yang ditanggung oleh eksportir ke Makassar New Port. Rencana pembangunan dry port ini memiliki dua lokasi yang berbeda yaitu pada Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Janeponto. Pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi kondisi ekspor – impor di Sulawesi Selatan. Setelah dilakukan analisis proyeksi pada komoditas ekspor – impor dengan menggunakan metode regresi linear berganda serta analisis perbandingan biaya trasnportasi darat dan laut, akan didapatkan potensi pengembangan dry port di Sulawesi Selatan. Setelah didapatkan potensi pengembangan pada masing – masing dry port, akan dilakukan perencanaan desain layout dry port. Berdasarkan analisis kondisi saat ini didaptkan jumlah industri dari 12 kabupaten yaitu Bulukumba, Takalar, Gowa, Maros, Pangkep, Bone, Wajo, Pinrang, Luwu Timur, Makassar, Parepare, dan Palopo. Berdasarkan analisis perbandingan biaya transportasi, pembangunan Dry Port Sidrap dapat diupayakan dengan melihat potensi pengembangan ekspor yaitu Kabupaten Wajo memiliki biaya lebih murah sebesar Rp 0.42 Juta/Teus, Kabupaten Pinrang lebih murah sebesar Rp 0.09 Juta/Teus, Kabupaten Luwu Timur lebih murah sebesar Rp 0.4 Juta/Teus, Kota Parepare lebih murah sebesar Rp 0.28 Juta/Teus, dan Kota Palopo lebih murah sebesar Rp 0.31 Juta/Teus. Berdasarkan hasil analisis perbandingan biaya, dilakukan perencanaan layout pada Dry Port Sidrap dengan proyeksi muatan pada tahun 2031.
{"title":"Analisis Potensi Pengembangan Dry Port Untuk Menunjang Ekspor - Impor Di Sulawesi Selatan","authors":"Muhammad Fajri Rizky, Hasan Iqbal Nur, Irwan Tri Yunianto","doi":"10.12962/j23373539.v12i2.114284","DOIUrl":"https://doi.org/10.12962/j23373539.v12i2.114284","url":null,"abstract":"Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memiliki rencana pembangunan dry port yang lebih dekat dengan industri untuk menekan biaya pengiriman barang yang ditanggung oleh eksportir ke Makassar New Port. Rencana pembangunan dry port ini memiliki dua lokasi yang berbeda yaitu pada Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Janeponto. Pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi kondisi ekspor – impor di Sulawesi Selatan. Setelah dilakukan analisis proyeksi pada komoditas ekspor – impor dengan menggunakan metode regresi linear berganda serta analisis perbandingan biaya trasnportasi darat dan laut, akan didapatkan potensi pengembangan dry port di Sulawesi Selatan. Setelah didapatkan potensi pengembangan pada masing – masing dry port, akan dilakukan perencanaan desain layout dry port. Berdasarkan analisis kondisi saat ini didaptkan jumlah industri dari 12 kabupaten yaitu Bulukumba, Takalar, Gowa, Maros, Pangkep, Bone, Wajo, Pinrang, Luwu Timur, Makassar, Parepare, dan Palopo. Berdasarkan analisis perbandingan biaya transportasi, pembangunan Dry Port Sidrap dapat diupayakan dengan melihat potensi pengembangan ekspor yaitu Kabupaten Wajo memiliki biaya lebih murah sebesar Rp 0.42 Juta/Teus, Kabupaten Pinrang lebih murah sebesar Rp 0.09 Juta/Teus, Kabupaten Luwu Timur lebih murah sebesar Rp 0.4 Juta/Teus, Kota Parepare lebih murah sebesar Rp 0.28 Juta/Teus, dan Kota Palopo lebih murah sebesar Rp 0.31 Juta/Teus. Berdasarkan hasil analisis perbandingan biaya, dilakukan perencanaan layout pada Dry Port Sidrap dengan proyeksi muatan pada tahun 2031.","PeriodicalId":17733,"journal":{"name":"Jurnal Teknik ITS","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135256511","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}