Acne vulgaris is an inflammation that occurs in the pilosebaceous gland with a prevalence of 18-21 years affected adolescents. This study aimed to determine the relationship between consumption of whey protein and the incidence of acne vulgaris. The research design was a literature review by searching medical scientific articles. Over 7,408 articles were found when searching for "protein" and "acne vulgaris." The articles were sorted by relevant publication in the last five years. There were 2,179 pertinent articles, which were then excluded from book studies that read 581 articles. Then, articles were screened only for whey protein research in the form of milk, so the remaining 129 studies were continued by selecting only subjects—adolescents aged 18-21 years so that the remaining 20 relevant articles are summarized in this study. The literature review results show a significant relationship between protein consumption and the incidence of acne vulgaris. The increase in sebum production caused by high protein consumption is the main reason for this correlation. Research findings suggest that people who consume high amounts of whey protein are more likely to develop acne vulgaris. In conclusion, this study lost the importance of nutrition in the incidence of acne vulgaris, with whey protein consumption being a significant contributing factor. The findings of this study may benefit individuals who wish to prevent or treat acne vulgaris by making dietary changes. Further research is needed to determine the optimal amount of protein intake to minimize acne vulgaris.
{"title":"The Relationship Between Protein Whey Milk Consumption and The Occurrence of Acne Vulgaris in Adolescents Aged 18-21 Years","authors":"Timotius Timotius, Angelica Joana Charity Kamalo, Debora Eunike, Pussof Yayazucah Titanic, Teguh Priyanto, Semih Çelik","doi":"10.26630/jk.v14i2.4018","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jk.v14i2.4018","url":null,"abstract":"Acne vulgaris is an inflammation that occurs in the pilosebaceous gland with a prevalence of 18-21 years affected adolescents. This study aimed to determine the relationship between consumption of whey protein and the incidence of acne vulgaris. The research design was a literature review by searching medical scientific articles. Over 7,408 articles were found when searching for \"protein\" and \"acne vulgaris.\" The articles were sorted by relevant publication in the last five years. There were 2,179 pertinent articles, which were then excluded from book studies that read 581 articles. Then, articles were screened only for whey protein research in the form of milk, so the remaining 129 studies were continued by selecting only subjects—adolescents aged 18-21 years so that the remaining 20 relevant articles are summarized in this study. The literature review results show a significant relationship between protein consumption and the incidence of acne vulgaris. The increase in sebum production caused by high protein consumption is the main reason for this correlation. Research findings suggest that people who consume high amounts of whey protein are more likely to develop acne vulgaris. In conclusion, this study lost the importance of nutrition in the incidence of acne vulgaris, with whey protein consumption being a significant contributing factor. The findings of this study may benefit individuals who wish to prevent or treat acne vulgaris by making dietary changes. Further research is needed to determine the optimal amount of protein intake to minimize acne vulgaris.","PeriodicalId":17739,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan","volume":"325 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135363485","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Remaja merupakan kelompok usia yang rentan mengalami penyakit tidak menular (PTM) karena dalam masa perkembangan dan masa pencarian jati diri serta cenderung melakukan perilaku berisiko. Faktor risiko pada remaja meliputi meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alcohol. Pencegahan dan upaya pengendalian faktor risiko PTM yang dilakukan yaitu: advokasi dan kerjasama, promosi, pencegahan dan pengurangan faktor risiko, penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan serta penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM diantaranya melalui kegiatan Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara sikap dengan minat remaja mengikuti Posbindu PTM. Metode: Rancangan penelitian ini menggunakan crossectional dengan jumlah sampel sebanyak 170 responden. Teknik pengambilan data menggunakan gform yang disebarkan ke siswa SMA ABBS. Pengkategorian pada variabel sikap dan minat remaja menggunakan nilai median hasil analisis data dan analisis data menggi=unakan uji Chi Square. Hasil: Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan minat remaja mengikuti Posbindu PTM (p=0,001). Siswa SMA ABBS Sebagian besar berminat untuk mengikuti Posbindu PTM. Simpulan: perlu dilakukan tindak lanjut bagi instansi Kesehatan dan pihak sekolah untuk melakukan Posbindu PTM di sekolah dengan sasaran tidak hanya diberikan pada guru dan karyawan saja tetapi juga pada siswa.
{"title":"Hubungan antara Sikap dengan Minat Remaja Mengikuti Posbindu PTM di SMA ABBS Surakarta","authors":"Anisa Catur Wijayanti, Rofidotul Maula, Rian Berlian","doi":"10.23917/jk.v16i2.2465","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jk.v16i2.2465","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Remaja merupakan kelompok usia yang rentan mengalami penyakit tidak menular (PTM) karena dalam masa perkembangan dan masa pencarian jati diri serta cenderung melakukan perilaku berisiko. Faktor risiko pada remaja meliputi meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alcohol. Pencegahan dan upaya pengendalian faktor risiko PTM yang dilakukan yaitu: advokasi dan kerjasama, promosi, pencegahan dan pengurangan faktor risiko, penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan serta penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM diantaranya melalui kegiatan Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara sikap dengan minat remaja mengikuti Posbindu PTM. Metode: Rancangan penelitian ini menggunakan crossectional dengan jumlah sampel sebanyak 170 responden. Teknik pengambilan data menggunakan gform yang disebarkan ke siswa SMA ABBS. Pengkategorian pada variabel sikap dan minat remaja menggunakan nilai median hasil analisis data dan analisis data menggi=unakan uji Chi Square. Hasil: Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan minat remaja mengikuti Posbindu PTM (p=0,001). Siswa SMA ABBS Sebagian besar berminat untuk mengikuti Posbindu PTM. Simpulan: perlu dilakukan tindak lanjut bagi instansi Kesehatan dan pihak sekolah untuk melakukan Posbindu PTM di sekolah dengan sasaran tidak hanya diberikan pada guru dan karyawan saja tetapi juga pada siswa.","PeriodicalId":17739,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135363813","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Di antara berbagai jenis hipertensi kehamilan, preeklampsia dan eklampsia adalah yang paling umum menyebabkan kematian ibu hamil. Penanganan Preeklampsia sangat urgent untuk dilakukan dalam rangka ikut menurunkan dan mencegah terjadinya angka kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Tujuan penelitian ini untuk melakukan skrining preeklampsia pada ibu hamil dengan metode Mean Arterial Presure (MAP) dimana dengan melakukan deteksi dini dapat diketahui sejak awal adanya preeklampsia pada ibu hamil. Metode pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara accidental sampling pasien ibu hamil yang datang periksa di poliklinik kandungan RS Dr Moewardi pada bulan Mei-Juni 2022. Hasil penelitian didapatkan mayoritas ibu hamil memiki nilai pengukuran MAP positif dan beresiko tinggi mengalami preeklamsia. Dengan deteksi dini dapat diketahui sejak awal adanya preeklampsia pada ibu hamil, sehingga keluarga, petugas tidak terlambat membawa pasien ke tempat pelayanan yang professional apabila terjadi tanda bahaya persalinan.
{"title":"Skrining Pre Eklampsia Pada Ibu Hamil Menggunakan Mean Arterial Pressure","authors":"Sulastri Sulastri, Atika Dinda Destiyani, Ulfah Munawaroh Diniyah","doi":"10.23917/jk.v16i2.2004","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jk.v16i2.2004","url":null,"abstract":"Di antara berbagai jenis hipertensi kehamilan, preeklampsia dan eklampsia adalah yang paling umum menyebabkan kematian ibu hamil. Penanganan Preeklampsia sangat urgent untuk dilakukan dalam rangka ikut menurunkan dan mencegah terjadinya angka kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Tujuan penelitian ini untuk melakukan skrining preeklampsia pada ibu hamil dengan metode Mean Arterial Presure (MAP) dimana dengan melakukan deteksi dini dapat diketahui sejak awal adanya preeklampsia pada ibu hamil. Metode pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara accidental sampling pasien ibu hamil yang datang periksa di poliklinik kandungan RS Dr Moewardi pada bulan Mei-Juni 2022. Hasil penelitian didapatkan mayoritas ibu hamil memiki nilai pengukuran MAP positif dan beresiko tinggi mengalami preeklamsia. Dengan deteksi dini dapat diketahui sejak awal adanya preeklampsia pada ibu hamil, sehingga keluarga, petugas tidak terlambat membawa pasien ke tempat pelayanan yang professional apabila terjadi tanda bahaya persalinan.","PeriodicalId":17739,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135363816","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Mobilitas penduduk erat kaitannya dengan penularan COVID-19. Indonesia menerapkan PPKM di Pulau Jawa dan Bali dalam rangka menekan penularan COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan mobilitas penduduk dan jumlah kasus positif COVID-19 di Pulau Jawa dan Bali sebelum dan selama PPKM Pulau Jawa dan Pulau Bali. Metode: Jenis penelitian deskriptif menggunakan data Movement Range Maps milik Facebook dan laporan kasus harian COVID-19 dari lembaga Kawal COVID-19. Data dianalisis ulai 2 Maret 2020 sampai 23 Maret 2021 menggunakan pendekatan Exploratory Data Analysis (EDA) dan dijabarkan berdasarkan termin waktu T0: 2 Maret 2020 – 10 Januari 2021, T1: 11 Januari – 25 Januari 2021, T2: 26 Januari 2021 – 8 Februari 2021 hingga pengamatan berakhir 23 Februari 2021. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan mobilitas penduduk sebelum masa PPKM menurun, tren meningkat pada masa new normal dan berlanjut sampai menjelang masa PPKM, tren demikian terjadi hampir di semua wilayah. Pada PPKM tahap 1 sampai PPKM tahap 2 mobilitas penduduk cenderung menurun dan terjadi hampir di semua wilayah kecuali Jawa Timur, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta yang stagnan namun masih tetap berada dibawah periode baseline. Kasus harian terus meningkat mulai dari sebelum masa PPKM dan mencapai puncaknya pada PPKM tahap 1 sampai PPKM tahap 2. Mobilitas penduduk cenderung meningkat sedangkan kasus harian cenderung menurun pasca berakhirnya PPKM tahap 2. Simpulan: mobilitas penduduk cenderung menurun sedangkan kasus harian meningkat mulai dari sebelum PPKM sampai pada PPKM tahap 2. Rekomendasinya adalah pengawasan penerapan PPKM, adanya studi lanjutan untuk mengetahui efektifitas PPKM terhadap kasus positif harian, meningkatkan kapasitas testing, tracing, dan treatment.
{"title":"Mobilitas Penduduk dan Kasus Positif Covid-19 Pulau Jawa dan Bali Sebelum dan Selama PPKM Jawa-Bali","authors":"Izzatul Arifah, Imam Bagus Faisal","doi":"10.23917/jk.v16i2.2049","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jk.v16i2.2049","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Mobilitas penduduk erat kaitannya dengan penularan COVID-19. Indonesia menerapkan PPKM di Pulau Jawa dan Bali dalam rangka menekan penularan COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan mobilitas penduduk dan jumlah kasus positif COVID-19 di Pulau Jawa dan Bali sebelum dan selama PPKM Pulau Jawa dan Pulau Bali. Metode: Jenis penelitian deskriptif menggunakan data Movement Range Maps milik Facebook dan laporan kasus harian COVID-19 dari lembaga Kawal COVID-19. Data dianalisis ulai 2 Maret 2020 sampai 23 Maret 2021 menggunakan pendekatan Exploratory Data Analysis (EDA) dan dijabarkan berdasarkan termin waktu T0: 2 Maret 2020 – 10 Januari 2021, T1: 11 Januari – 25 Januari 2021, T2: 26 Januari 2021 – 8 Februari 2021 hingga pengamatan berakhir 23 Februari 2021. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan mobilitas penduduk sebelum masa PPKM menurun, tren meningkat pada masa new normal dan berlanjut sampai menjelang masa PPKM, tren demikian terjadi hampir di semua wilayah. Pada PPKM tahap 1 sampai PPKM tahap 2 mobilitas penduduk cenderung menurun dan terjadi hampir di semua wilayah kecuali Jawa Timur, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta yang stagnan namun masih tetap berada dibawah periode baseline. Kasus harian terus meningkat mulai dari sebelum masa PPKM dan mencapai puncaknya pada PPKM tahap 1 sampai PPKM tahap 2. Mobilitas penduduk cenderung meningkat sedangkan kasus harian cenderung menurun pasca berakhirnya PPKM tahap 2. Simpulan: mobilitas penduduk cenderung menurun sedangkan kasus harian meningkat mulai dari sebelum PPKM sampai pada PPKM tahap 2. Rekomendasinya adalah pengawasan penerapan PPKM, adanya studi lanjutan untuk mengetahui efektifitas PPKM terhadap kasus positif harian, meningkatkan kapasitas testing, tracing, dan treatment.","PeriodicalId":17739,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135363821","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Kepatuhan minum obat merupakan faktor utama dalam mencapai keberhasilan pengobatan infeksi virus HIV sehingga sistem imun tubuh tetap terjaga tinggi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat kepatuhan ODHA dalam minum ARV berdasrkan informasi, motivasi dan keterampilan berperilaku. Metode: Penelitian menggunakan metode obsevasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah ODHA yang masuk kriteria inklusi yaitu sejumlah 98 orang. Teknik sampling menggunakan non random sampling-purposive sampling. Penentuan tingkat kepatuhan menggunakan The Life Windows Information Motivation Behavioral Skills ART Adherence Questionnaire (LW-IMB-AAQ). Analisa bivariat dengan uji statistik Chi Square Test (x2) dengan tingkat signifikasi α<0,05.
Hasil: Tingkat informasi tinggi 80 orang (81,6%), tingkat motivasi tinggi 78 orang (79,6%), tingkat keterampilan berperilaku tinggi 96 orang (98%) dengan tingkat kepatuhan sedang 53 orang (54,1%). Terdapat korelasi antara tingkat informasi dan tingkat motivasi dengan tingkat kepatuhan yang memiliki nilai p=0,000 < 0,05. Tingkat keterampilan berperilaku tidak korelasi dengan tingkat kepatuhan dengan nilai p=0,188>0,05. Simpulan: Tingkat kepatuhan ODHA tinggi berdasarkan informasi dan motivasi, tingkat kepatuhan ODHA sedang berdasarkan kertampilan berperilaku.
{"title":"Analisis Tingkat Kepatuhan ODHA Dalam Minum ARV Berdasarkan Model Information Motivation Behavioral Skills","authors":"Farid Setyo Nugroho, Diah Lutfi Rahmawati, Syefira Ayudia Johar","doi":"10.23917/jk.v16i2.1999","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jk.v16i2.1999","url":null,"abstract":"
 
 
 
 Pendahuluan: Kepatuhan minum obat merupakan faktor utama dalam mencapai keberhasilan pengobatan infeksi virus HIV sehingga sistem imun tubuh tetap terjaga tinggi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat kepatuhan ODHA dalam minum ARV berdasrkan informasi, motivasi dan keterampilan berperilaku. Metode: Penelitian menggunakan metode obsevasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah ODHA yang masuk kriteria inklusi yaitu sejumlah 98 orang. Teknik sampling menggunakan non random sampling-purposive sampling. Penentuan tingkat kepatuhan menggunakan The Life Windows Information Motivation Behavioral Skills ART Adherence Questionnaire (LW-IMB-AAQ). Analisa bivariat dengan uji statistik Chi Square Test (x2) dengan tingkat signifikasi α<0,05.
 Hasil: Tingkat informasi tinggi 80 orang (81,6%), tingkat motivasi tinggi 78 orang (79,6%), tingkat keterampilan berperilaku tinggi 96 orang (98%) dengan tingkat kepatuhan sedang 53 orang (54,1%). Terdapat korelasi antara tingkat informasi dan tingkat motivasi dengan tingkat kepatuhan yang memiliki nilai p=0,000 < 0,05. Tingkat keterampilan berperilaku tidak korelasi dengan tingkat kepatuhan dengan nilai p=0,188>0,05. Simpulan: Tingkat kepatuhan ODHA tinggi berdasarkan informasi dan motivasi, tingkat kepatuhan ODHA sedang berdasarkan kertampilan berperilaku.
 
 
 
","PeriodicalId":17739,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan","volume":"2013 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135363815","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Introduction: Economic needs make bus drivers pay less attention to safety and health factors while driving. Inter-City Inter-Province Bus (AKAP) as a mode of mass transportation must meet Occupational Health and Safety (OHS) requirements in various aspects. In addition to maintaining the health and safety of all bus passengers and crew, the application of OHS serves to maintain the reliability of the transportation system. This study aims related disease at risk with bus drivers is Low Back Pain because of long time sitting position with non-ergonomic seat also little opportunity to move or relax during the trip. The aim is to increase knowledge about techniques to reduce LBP for bus drivers. This activity is a socializing technique to minimize low back pain (LBP). Method: Qualitative descriptive research methods, data collection techniques are carried out by observation, interviews, and documentation techniques. Results: This activity was carried out with the stage that is for socialization. Conclusion: For the implementation of OHS program for AKAP passenger buses, it has been carried out with applicable standards, but for facilities and infrastructure in the vehicle, it must be completed on all vehicles that are eligible to operate according to AKAP passenger bus standard.
{"title":"Socialization of Occupational Health and Safety Implementation in Transportation Activities for Passengers Experiencing Low-Back Pain on Inter-City Inter-Provincial Buses (AKAP)","authors":"Adenan Adenan, Metiani Nurtsaltsiyah","doi":"10.23917/jk.v16i2.1992","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jk.v16i2.1992","url":null,"abstract":"Introduction: Economic needs make bus drivers pay less attention to safety and health factors while driving. Inter-City Inter-Province Bus (AKAP) as a mode of mass transportation must meet Occupational Health and Safety (OHS) requirements in various aspects. In addition to maintaining the health and safety of all bus passengers and crew, the application of OHS serves to maintain the reliability of the transportation system. This study aims related disease at risk with bus drivers is Low Back Pain because of long time sitting position with non-ergonomic seat also little opportunity to move or relax during the trip. The aim is to increase knowledge about techniques to reduce LBP for bus drivers. This activity is a socializing technique to minimize low back pain (LBP). Method: Qualitative descriptive research methods, data collection techniques are carried out by observation, interviews, and documentation techniques. Results: This activity was carried out with the stage that is for socialization. Conclusion: For the implementation of OHS program for AKAP passenger buses, it has been carried out with applicable standards, but for facilities and infrastructure in the vehicle, it must be completed on all vehicles that are eligible to operate according to AKAP passenger bus standard.","PeriodicalId":17739,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135363818","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Introduction: Hospital employees are expected to be role models for the surrounding community in obeying the Non-Smoking Area (NSA) policy. However, in reality, only some of the hospital employees in Jombang obey it. Cigarette ashes are still found in many hospitals' hidden corners. This study aims to analyze the attitude and obedience of hospital employees in Jombang to ward NSA policy in hospitals. Method: This research is an analytic descriptive with a cross-sectional study approach. Random sampling collected data using a Google form questionnaire on 56 male employees. Analysis was conducted by counting the frequency distribution of employees' NSA policy comprehension variable, the dangers of smoking variable, the attitudes toward smoking variable, and the last obedience towards NSA variable. Result: It showed that 92.9% of employees are aware of NSA policy, 98.2% are aware of the dangers of smoking, yet 19.6% of the employees are smokers, and 100% of the smoking employees have ever smoked in a hospital. PR univariate calculations show that comprehension of the danger of smoking has NSA policy has risked the dangers of smoking 2.7 times in the hospital. Meanwhile, employees' comprehension of NSA policy is a risk factor. The employees who understand NSA policy have the risk of 2,889 times smoking in the hospital. Conclusion: Employees are aware of NSA policy and the dangers of smoking to their health. Nevertheless, some employees smoke in the hospital due to addiction. Efforts have been made. Include: increasing education, monitoring from colleagues, and CCTV monitoring in locations frequently used by smoke.
{"title":"Obedience Dan Attitude of Hospital Employees on Non-Smoking Area Policy in Jombang","authors":"None Nuswantara, Chatarina Umbul Wahyuni, Arief Hargono, Santi Martini, Daniel Christanto","doi":"10.23917/jk.v16i2.2098","DOIUrl":"https://doi.org/10.23917/jk.v16i2.2098","url":null,"abstract":"Introduction: Hospital employees are expected to be role models for the surrounding community in obeying the Non-Smoking Area (NSA) policy. However, in reality, only some of the hospital employees in Jombang obey it. Cigarette ashes are still found in many hospitals' hidden corners. This study aims to analyze the attitude and obedience of hospital employees in Jombang to ward NSA policy in hospitals. Method: This research is an analytic descriptive with a cross-sectional study approach. Random sampling collected data using a Google form questionnaire on 56 male employees. Analysis was conducted by counting the frequency distribution of employees' NSA policy comprehension variable, the dangers of smoking variable, the attitudes toward smoking variable, and the last obedience towards NSA variable. Result: It showed that 92.9% of employees are aware of NSA policy, 98.2% are aware of the dangers of smoking, yet 19.6% of the employees are smokers, and 100% of the smoking employees have ever smoked in a hospital. PR univariate calculations show that comprehension of the danger of smoking has NSA policy has risked the dangers of smoking 2.7 times in the hospital. Meanwhile, employees' comprehension of NSA policy is a risk factor. The employees who understand NSA policy have the risk of 2,889 times smoking in the hospital. Conclusion: Employees are aware of NSA policy and the dangers of smoking to their health. Nevertheless, some employees smoke in the hospital due to addiction. Efforts have been made. Include: increasing education, monitoring from colleagues, and CCTV monitoring in locations frequently used by smoke.","PeriodicalId":17739,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-09-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135363820","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
I Made Dhita Prianthara, I.A Pascha Paramurthi, I Putu Astrawan, I Putu Prisajaya
Short hamstring syndrome merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh berkurangnya ukuran panjang jaringan otot hamstring dan menyebabkan ketegangan otot, muscle strain dan keterbatasan gerak dan fungsi yang dapat meningkatkan terjadinya risiko terjadinya nyeri pada pinggang, nyeri paha belakang dan meningkatkan risiko jatuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas neurodynamic sciatic nerve sliders technique dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada subjek dengan short hamstring syndrome. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan pre dan post test one group design. Sampel penelitian berjumlah 22 orang yang diberikan intervensi neurodynamic sciatic nerve sliders technique. Pengukuran lingkup gerak sendi dilakukan dengan pasif straight leg raise (SLR) dan active knee extension (AKE) menggunakan goniometer. Hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Samples T Test yang diperoleh rerata selisih setelah perlakuan sebesar 21,818±1,447 pada pasif straight leg raise dan 40,455±2,567 pada active knee extension dengan nilai p=0,000. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan neurodynamic sciatic nerve sliders technique dapat meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada subjek dengan short hamstring syndrome.
短腿综合症是一种疾病,是由于肌肉组织的长度大小的降低,导致肌肉紧张、肌肉紧张、运动和功能限制,这些限制会增加腰痛、腰后疼痛和摔倒的风险。本研究的目的是研究神经性弯折技术在患短串综合症的受试者中增加腿筋弹性的神经性阻力方面的有效性。本研究是一组设计设计的实验性质。该样本包括22名接受神经动力神经滑块技术干预的人。关节运动范围的测量是通过使用远足器进行的被动性腿挺直(SLR)和活动腿外伸(AKE)。假设使用配对样本T检验测试结果所获得的平均大小的差别待遇后21,818±1,447被动的直腿提高和40.455±2,567 p =万价值的有源膝盖分机。从这项研究中可以推断出神经动力学坐骨神经痛技术滑块可以增加腿筋综合症受试者的hamststg灵活性。
{"title":"Efektivitas Neurodynamic Sciatic Nerve Sliders Technique dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring pada Subjek dengan Short Hamstring Syndrome","authors":"I Made Dhita Prianthara, I.A Pascha Paramurthi, I Putu Astrawan, I Putu Prisajaya","doi":"10.26630/jk.v14i2.3768","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jk.v14i2.3768","url":null,"abstract":"Short hamstring syndrome merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh berkurangnya ukuran panjang jaringan otot hamstring dan menyebabkan ketegangan otot, muscle strain dan keterbatasan gerak dan fungsi yang dapat meningkatkan terjadinya risiko terjadinya nyeri pada pinggang, nyeri paha belakang dan meningkatkan risiko jatuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas neurodynamic sciatic nerve sliders technique dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada subjek dengan short hamstring syndrome. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan pre dan post test one group design. Sampel penelitian berjumlah 22 orang yang diberikan intervensi neurodynamic sciatic nerve sliders technique. Pengukuran lingkup gerak sendi dilakukan dengan pasif straight leg raise (SLR) dan active knee extension (AKE) menggunakan goniometer. Hasil pengujian hipotesis menggunakan Paired Samples T Test yang diperoleh rerata selisih setelah perlakuan sebesar 21,818±1,447 pada pasif straight leg raise dan 40,455±2,567 pada active knee extension dengan nilai p=0,000. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan neurodynamic sciatic nerve sliders technique dapat meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada subjek dengan short hamstring syndrome.","PeriodicalId":17739,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136241499","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Preeklampsia merupakan penyebab angka kematian ibu (AKI) tertinggi kedua di Indonesia. Pada RSIA Bantuan 05.08.05 Surabaya, pasien dengan preeklampsia merupakan pasien rujukan terbanyak kedua setelah ibu hamil dengan ketuban pecah prematur, dan persentase pasien preklampsia secara konsisten pada RSIA ini meningkat dari tahun ke tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien preeklampsia dan penggunaan terapi antihipertensi pada pasien preeklampsia rawat jalan di RSIA Bantuan 05.08.05 Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross-sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari rekam medik pasien rawat jalan yang terdiagnosis preeklampsia di RSIA Bantuan 05.08.05 Surabaya selama periode Januari-Desember 2021. Data terkait karakteristik pasien dan penggunaan obat hipertensi didokumentasikan dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Dari total 195 pasien preeklampsia rawat jalan, 68,21% pasien berusia 20-35 tahun, 85,64% dengan usia kehamilan 28 minggu, dan 57,44% mengalami obesitas. Amlodipin monoterapi merupakan antihipertensi yang paling sering digunakan pada pasien preeklampsia (58%), diikuti oleh nifedipin monoterapi (25%). Amlodipin merupakan anthipertensi terbanyak yang digunakan pada pasien preeklampsia rawat jalan di RSIA Bantuan 05.08.05 Surabaya. Penelitian lanjutan diperlukan untuk memastikan keamanan dan efikasi amlodipin pada ibu hamil dengan preeklampsia.
子痫前期是印尼母亲(阿琪)死亡率第二高的原因。在RSIA 05.08.05泗水的帮助下,患有子痫前期的患者是早产前产前最常见的人,在产前产前有早产前骨折的母亲和在这种罕见情况下持续增长的比率一直在不断上升。本研究的目的是确定子痫前期患者的特征,以及在RSIA help 05.08.05的门诊门诊患者使用的抗高血压疗法。这项研究是基于交叉设计的观察研究。本研究使用的数据来源来自于2011年1月至12月5日泗水辅助研究中心诊断为门诊子痫前期的病史。记录病人的特征和使用高血压药物的数据,然后进行描述性分析。从总共195 20-35岁病人门诊子痫前期,68,21% 85,64%怀孕28周的年龄,57,44%肥胖。单线淀粉疗法是前期患者中最常用的抗高血压药物(58%),其次是单疗法nifedipin(25%)。在RSIA help 05.08.05中,Amlodipin是最常用的病例。需要进行进一步的研究,以确保孕妇在子痫前期的安全和羊膜化。
{"title":"Studi Penggunaan Antihipertensi pada Pasien Preeklampsia Rawat Jalan di Poliklinik Rumah Sakit Ibu dan Anak Surabaya","authors":"Anna Ulfa Yana, Cecilia Brata, Sylvi Irawati","doi":"10.26630/jk.v14i2.3893","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jk.v14i2.3893","url":null,"abstract":"Preeklampsia merupakan penyebab angka kematian ibu (AKI) tertinggi kedua di Indonesia. Pada RSIA Bantuan 05.08.05 Surabaya, pasien dengan preeklampsia merupakan pasien rujukan terbanyak kedua setelah ibu hamil dengan ketuban pecah prematur, dan persentase pasien preklampsia secara konsisten pada RSIA ini meningkat dari tahun ke tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien preeklampsia dan penggunaan terapi antihipertensi pada pasien preeklampsia rawat jalan di RSIA Bantuan 05.08.05 Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross-sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari rekam medik pasien rawat jalan yang terdiagnosis preeklampsia di RSIA Bantuan 05.08.05 Surabaya selama periode Januari-Desember 2021. Data terkait karakteristik pasien dan penggunaan obat hipertensi didokumentasikan dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Dari total 195 pasien preeklampsia rawat jalan, 68,21% pasien berusia 20-35 tahun, 85,64% dengan usia kehamilan 28 minggu, dan 57,44% mengalami obesitas. Amlodipin monoterapi merupakan antihipertensi yang paling sering digunakan pada pasien preeklampsia (58%), diikuti oleh nifedipin monoterapi (25%). Amlodipin merupakan anthipertensi terbanyak yang digunakan pada pasien preeklampsia rawat jalan di RSIA Bantuan 05.08.05 Surabaya. Penelitian lanjutan diperlukan untuk memastikan keamanan dan efikasi amlodipin pada ibu hamil dengan preeklampsia.","PeriodicalId":17739,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136241496","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nyamuk merupakan salah satu insekta yang berperan sebagai vektor berbagai jenis penyakit. Salah satu metode pengendalian nyamuk yang digalakkan adalah dengan memutus siklus hidupnya. Pemasangan ovitrap atau perangkap telur menjadi salah satu metode surveilans untuk pengendalian nyamuk. Adanya atraktan pada ovitrap diharapkan akan meningkatkan oviposisi nyamuk untuk meletakkan telurnya didalam ovitrap tersebut. Senyawa atraktan umumnya mengandung zat-zat atau komponen yang menunjang perkembangan telur dan larva seperti karbohidrat dan protein. Tanaman mimba (Azadirachta indica) merupakan tanaman yang menghasilkan getah atau gum yang melimpah. Gum mimba (neem gum) mengandung senyawa karbohidrat yang tinggi (arabinosa, galaktosa, xylosa dan rhamnose). Senyawa karbohidrat merupakan salah satu komponen yang juga penting untuk perkembangan larva. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji potensi gum mimba sebagai atraktan telur nyamuk. Penelitian telah dilaksanakan sejak bulan Agustus 2022 hingga Desember 2022. Sebanyak 130 ovitrap (65 ovitrap air kran, 65 ovitrap larutan gum mimba) telah dipasang di lingkungan Sumbersari serta dilakukan pemanenan telur nyamuk yang terperangkap. Pemasangan ovitrap dilakukan selama 8 hari dilanjutkan dengan pemeliharaan, identifikasi dan analisis data di laboratorium zoologi Universitas Jember. Hasil penelitian ini menunjukkan ovitrap dengan air kran sebagai media diperoleh nilai Ovitrap Indext yang lebih tinggi (61,54%) dibandingkan dengan ovitrap dengan larutan gum mimba sebagai atraktan (36,92%). Hasil identifikasi nyamuk menunjukkan spesies Aedes aegypti, Aedes albopictus, Armigeres kesseli, Culex quinquefasciatus.
{"title":"Efektivitas Gum Mimba (Azadirachta indica) sebagai Atraktan Ovitrap Nyamuk di Sumbersari, Jember","authors":"Husnatun Nihayah, Purwatiningsih Purwatiningsih","doi":"10.26630/jk.v14i2.3661","DOIUrl":"https://doi.org/10.26630/jk.v14i2.3661","url":null,"abstract":"Nyamuk merupakan salah satu insekta yang berperan sebagai vektor berbagai jenis penyakit. Salah satu metode pengendalian nyamuk yang digalakkan adalah dengan memutus siklus hidupnya. Pemasangan ovitrap atau perangkap telur menjadi salah satu metode surveilans untuk pengendalian nyamuk. Adanya atraktan pada ovitrap diharapkan akan meningkatkan oviposisi nyamuk untuk meletakkan telurnya didalam ovitrap tersebut. Senyawa atraktan umumnya mengandung zat-zat atau komponen yang menunjang perkembangan telur dan larva seperti karbohidrat dan protein. Tanaman mimba (Azadirachta indica) merupakan tanaman yang menghasilkan getah atau gum yang melimpah. Gum mimba (neem gum) mengandung senyawa karbohidrat yang tinggi (arabinosa, galaktosa, xylosa dan rhamnose). Senyawa karbohidrat merupakan salah satu komponen yang juga penting untuk perkembangan larva. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji potensi gum mimba sebagai atraktan telur nyamuk. Penelitian telah dilaksanakan sejak bulan Agustus 2022 hingga Desember 2022. Sebanyak 130 ovitrap (65 ovitrap air kran, 65 ovitrap larutan gum mimba) telah dipasang di lingkungan Sumbersari serta dilakukan pemanenan telur nyamuk yang terperangkap. Pemasangan ovitrap dilakukan selama 8 hari dilanjutkan dengan pemeliharaan, identifikasi dan analisis data di laboratorium zoologi Universitas Jember. Hasil penelitian ini menunjukkan ovitrap dengan air kran sebagai media diperoleh nilai Ovitrap Indext yang lebih tinggi (61,54%) dibandingkan dengan ovitrap dengan larutan gum mimba sebagai atraktan (36,92%). Hasil identifikasi nyamuk menunjukkan spesies Aedes aegypti, Aedes albopictus, Armigeres kesseli, Culex quinquefasciatus.","PeriodicalId":17739,"journal":{"name":"Jurnal Kesehatan","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136349997","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}