Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Di Kolam Terpal (dibimbing oleh Anshar Haryasakti dan Muhammad Hirwan Wahyudi). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian pakan memberikan efek terhadap laju Pertumbuhan ikan dan tingkat kelangsungan hidup Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) di kolam terpal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriktif dengan 2 perbedaan frekuensi pemberian pakan, perlakuan A dengan 2 kali pemberian pakan dan perlakuan B 5 kali pemberian pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup perlakuan A adalah 81,30 %, lebih rendah dari perlakuan B yang mencapai 95%. Laju pertumbuhan harian perlakuan A 3,27 % sedangkan perlakuan B adalah 5,02%.
投喂次数对防水布池塘中桑库里亚鲶(Clarias gariepinus)的生长率和存活率的影响(由 Anshar Haryasakti 和 Muhammad Hirwan Wahyudi 指导)。本研究的目的是确定投喂频率对油布池塘中的鱼类生长率和桑库拉鲶(Clarias gariepinus)存活率的影响。本研究采用的方法是描述性方法,投喂频率有两种差异,处理 A 投喂 2 次,处理 B 投喂 5 次。结果表明,处理 A 的成活率为 81.30%,低于处理 B 的 95%。处理 A 的日生长率为 3.27%,而处理 B 为 5.02%。
{"title":"Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Di Kolam Terpal","authors":"Anshar Haryasakti, Muhammad Hirwan Wahyudi","doi":"10.36084/jpt..v11i2.511","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v11i2.511","url":null,"abstract":"Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan Dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Di Kolam Terpal (dibimbing oleh Anshar Haryasakti dan Muhammad Hirwan Wahyudi). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian pakan memberikan efek terhadap laju Pertumbuhan ikan dan tingkat kelangsungan hidup Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) di kolam terpal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriktif dengan 2 perbedaan frekuensi pemberian pakan, perlakuan A dengan 2 kali pemberian pakan dan perlakuan B 5 kali pemberian pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup perlakuan A adalah 81,30 %, lebih rendah dari perlakuan B yang mencapai 95%. Laju pertumbuhan harian perlakuan A 3,27 % sedangkan perlakuan B adalah 5,02%.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":"18 11","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139633972","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nasi merupakan sumber karbohidrat masyarakat Indonesia dan dikonsumsi bersama makanan lain sebagai sumber protein, lemak, vitamin, mineral dan serat. Beberapa makanan tradisional pendamping nasi diolah dari hewan dari lingkungan masyarakat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan makanan tradisional pendamping nasi khas Tuban sebagai upaya awal konservasi pengetahuan lokal masyarakat Tuban khususnya budaya kuliner dan menjaga keberlanjutan sumber daya hewan dalam bahan baku makanan tradisional pendamping nasi khas Tuban. Metode penelitian ini adalah melalui survey, wawancara dan partisipasi secara langsung (participant observation) terhadap 120 responden pada 20 kecamatan di Kabupaten Tuban. Data yang diperoleh berupa jenis makanan, jenis hewan, cara memperoleh, habitat, organ yang digunakan dan preparasi kemudian dianalisis secara kualitatif, sedangkan data kuantitatif berupa persentase penggunaan hewan. Hasil penelitian didapatkan 8 jenis makanan tradisional pendamping nasi yaitu becek menthog, sate menthog, krengsengan bekicot, garang asem manyung, kare rajungan, ulas-ulas pe, nus ireng, dan krengsengan welut yang diolah dari 7 jenis hewan yaitu entog, bekicot, ikan jambal roti, rajungan, ikan pari, cumi-cumi dan belut. Habitat hewan tersebut adalah di darat, laut dan air tawar serta diperoleh dengan cara budidaya lokal maupun menangkap langsung di alam. Seluruh tubuh hewan dapat diolah menjadi masakan kecuali bagian yang tidak dapat dikonsumsi. Proses preparasi hewan sebelum dimasak diantaranya direbus, diasap, dan digoreng. Entog merupakan hewan yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan tradisional pendamping nasi khas Tuban paling tinggi yaitu 28%.
{"title":"Makanan Tradisional Pendamping Nasi Berbahan Baku Hewan di Kabupaten Tuban Jawa Timur","authors":"A. Rahmawati, Hesti Kurniahu, Riska Andriani","doi":"10.36084/jpt..v11i2.529","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v11i2.529","url":null,"abstract":"Nasi merupakan sumber karbohidrat masyarakat Indonesia dan dikonsumsi bersama makanan lain sebagai sumber protein, lemak, vitamin, mineral dan serat. Beberapa makanan tradisional pendamping nasi diolah dari hewan dari lingkungan masyarakat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan makanan tradisional pendamping nasi khas Tuban sebagai upaya awal konservasi pengetahuan lokal masyarakat Tuban khususnya budaya kuliner dan menjaga keberlanjutan sumber daya hewan dalam bahan baku makanan tradisional pendamping nasi khas Tuban. Metode penelitian ini adalah melalui survey, wawancara dan partisipasi secara langsung (participant observation) terhadap 120 responden pada 20 kecamatan di Kabupaten Tuban. Data yang diperoleh berupa jenis makanan, jenis hewan, cara memperoleh, habitat, organ yang digunakan dan preparasi kemudian dianalisis secara kualitatif, sedangkan data kuantitatif berupa persentase penggunaan hewan. Hasil penelitian didapatkan 8 jenis makanan tradisional pendamping nasi yaitu becek menthog, sate menthog, krengsengan bekicot, garang asem manyung, kare rajungan, ulas-ulas pe, nus ireng, dan krengsengan welut yang diolah dari 7 jenis hewan yaitu entog, bekicot, ikan jambal roti, rajungan, ikan pari, cumi-cumi dan belut. Habitat hewan tersebut adalah di darat, laut dan air tawar serta diperoleh dengan cara budidaya lokal maupun menangkap langsung di alam. Seluruh tubuh hewan dapat diolah menjadi masakan kecuali bagian yang tidak dapat dikonsumsi. Proses preparasi hewan sebelum dimasak diantaranya direbus, diasap, dan digoreng. Entog merupakan hewan yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan tradisional pendamping nasi khas Tuban paling tinggi yaitu 28%.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":"10 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139635096","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam industri pangan dengan kandungan nutrisi seperti serat, vitamin C, kalium. Upaya peningkatan produksi bawang merah masih mengalami kendala, antara lain serangan hama di lapangan. Ulat grayak bit (Spodoptera exigua Hubner) merupakan salah satu masalah utama dalam budidaya bawang merah. S. exigua dapat menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 57%. Pengendalian umumnya dilakukan dengan menggunakan insektisida sintetik, namun penggunaan insektisida sintetik secara terus menerus dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu alternatif pengendalian yang dapat digunakan adalah insektisida nabati dari ekstrak daun serai wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun serai wangi yang efektif untuk mengendalikan larva Spodoptera exigua di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau pada bulan Mei hingga Juli 2023. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat kali ulangan, sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah konsentrasi ekstrak daun serai wangi 0 g.l-1 air, 25 g.l-1 air, 50 g.l-1 air, 75 g.l-1 air, dan 100 g.l-1 air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 100 g.l-1 air tidak efektif dalam mengendalikan larva Spodoptera exigua dengan total mortalitas 77,50%, waktu mortalitas awal tercepat pada 23,50 jam setelah aplikasi, waktu mortalitas ke-50 pada 57,75 jam setelah aplikasi.
{"title":"Uji Efektivitas Ekstrak Daun Serai Wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) dalam Mengendalikan Hama Ulat Bawang Merah (Spodoptera exigua Hubner) di Laboratorium","authors":"Andi Nopriansyah, Rusli Rustam","doi":"10.36084/jpt..v11i2.525","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v11i2.525","url":null,"abstract":"Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam industri pangan dengan kandungan nutrisi seperti serat, vitamin C, kalium. Upaya peningkatan produksi bawang merah masih mengalami kendala, antara lain serangan hama di lapangan. Ulat grayak bit (Spodoptera exigua Hubner) merupakan salah satu masalah utama dalam budidaya bawang merah. S. exigua dapat menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 57%. Pengendalian umumnya dilakukan dengan menggunakan insektisida sintetik, namun penggunaan insektisida sintetik secara terus menerus dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu alternatif pengendalian yang dapat digunakan adalah insektisida nabati dari ekstrak daun serai wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun serai wangi yang efektif untuk mengendalikan larva Spodoptera exigua di laboratorium. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau pada bulan Mei hingga Juli 2023. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat kali ulangan, sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah konsentrasi ekstrak daun serai wangi 0 g.l-1 air, 25 g.l-1 air, 50 g.l-1 air, 75 g.l-1 air, dan 100 g.l-1 air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 100 g.l-1 air tidak efektif dalam mengendalikan larva Spodoptera exigua dengan total mortalitas 77,50%, waktu mortalitas awal tercepat pada 23,50 jam setelah aplikasi, waktu mortalitas ke-50 pada 57,75 jam setelah aplikasi.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":"12 18","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139631657","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penggunaan ramuan herbal sering digunakan dalam ransum maupun air minum ayam broiler dengan tujuan untuk menjaga daya tahan tubuh dan performanya. Durasi pemberian ramuan herbal pada ternak dapat memberikan efek yang positif maupun negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pemberian ramuan herbal temulawak, kunyit dan probiotik terhadap bobot karkas dan lemak abdominal ayam broiler. Penelitian menggunakan 200 ekor DOC broiler MB-202 dalam kandang koloni yang diisi dengan 10 ekor per kendang dengan pakan komersil Novo-511 Non-AGP. Perlakuan yang diterapkan dalam rancangan acak lengkap adalah lama waktu pemberian ramuan herbal yaitu: P0: tanpa ramuan herbal (ad-libitum), P1: pemberian selama1 minggu, P2: pemberian selama 2 minggu, P3: pemberian selama 3 minggu, dan P4: pemberian selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ramuan herbal 1sampai 4 minggu nyata meningkatkan konsumsi dan bobot karkas mutlak, namun tidak nyata dalam menurunkan lemak abdomen. Disimpulkan pemberian ramuan herbal selama 1 minggu sudah mampu meningkatkan bobot karkas mutlak dan cenderung menurunkan lemak abdomen ayam broiler.
{"title":"Bobot Karkas Dan Lemak Abdomen Ayam Broiler Yang Diberi Ramuan Herbal Sebagai Feed Additive Dengan Lama Waktu Yang Berbeda","authors":"A. Insulistyowati, M. Maksudi, A. Budiansyah","doi":"10.36084/jpt..v11i2.524","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v11i2.524","url":null,"abstract":"Penggunaan ramuan herbal sering digunakan dalam ransum maupun air minum ayam broiler dengan tujuan untuk menjaga daya tahan tubuh dan performanya. Durasi pemberian ramuan herbal pada ternak dapat memberikan efek yang positif maupun negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pemberian ramuan herbal temulawak, kunyit dan probiotik terhadap bobot karkas dan lemak abdominal ayam broiler. Penelitian menggunakan 200 ekor DOC broiler MB-202 dalam kandang koloni yang diisi dengan 10 ekor per kendang dengan pakan komersil Novo-511 Non-AGP. Perlakuan yang diterapkan dalam rancangan acak lengkap adalah lama waktu pemberian ramuan herbal yaitu: P0: tanpa ramuan herbal (ad-libitum), P1: pemberian selama1 minggu, P2: pemberian selama 2 minggu, P3: pemberian selama 3 minggu, dan P4: pemberian selama 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ramuan herbal 1sampai 4 minggu nyata meningkatkan konsumsi dan bobot karkas mutlak, namun tidak nyata dalam menurunkan lemak abdomen. Disimpulkan pemberian ramuan herbal selama 1 minggu sudah mampu meningkatkan bobot karkas mutlak dan cenderung menurunkan lemak abdomen ayam broiler.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":"55 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139638937","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yang dapat memenuhi kebutuhan pangan, yang merupakan elemen dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu pangan strategis bagi masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan karbohidratnya adalah padi. Usahatani menjadi lebih produktif, efektif dan efisien ketika penyuluh pertanian dilibatkan. Penyuluh memberikan bimbingan langsung dan bertindak sebagai penentu perubahan perilaku petani dalam mengembangkan usahataninya. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Belopa Utara Kabupaten Luwu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi petani terhadap peran penyuluh dan menganalisis pengaruh karakteristik petani dan kegiatan penyuluh terhadap persepsi petani pada peran penyuluh di Kecamatan Belopa Utara Kabupaten Luwu. Penentuan responden menggunakan rumus slovin dengan jumlah responden sebanyak 114 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis SEM (Structural Equation Modeling) yang digunakan untuk hubungan kasualitas antar variabel yang di teliti. Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata persepsi petani terhadap peran penyuluh adalah 7,43 dalam skala penilaian 1 sampai 10. Karakteristik petani berpengaruh tidak signifikan terhadap persepsi sementara kegiatan penyuluhan berpengaruh signifikan terhadap peran penyuluh dalam penyuluhan pertanian di Kecamatan Belopa Utara, Kab. Luwu. Dengan demikian, maka penyuluh perlu meningkatkan perannya dalam memberikan penyuluhan kepada petani sehingga petani memperoleh manfaat dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian di Kecamatan Belopa Utara.
{"title":"Persepsi Petani Terhadap Peran Penyuluh Pertanian di Kecamatan Belopa Utara, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan","authors":"Ilham Sadik, S. Syafruddin","doi":"10.36084/jpt..v11i2.489","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v11i2.489","url":null,"abstract":"Sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yang dapat memenuhi kebutuhan pangan, yang merupakan elemen dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu pangan strategis bagi masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan karbohidratnya adalah padi. Usahatani menjadi lebih produktif, efektif dan efisien ketika penyuluh pertanian dilibatkan. Penyuluh memberikan bimbingan langsung dan bertindak sebagai penentu perubahan perilaku petani dalam mengembangkan usahataninya. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Belopa Utara Kabupaten Luwu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi petani terhadap peran penyuluh dan menganalisis pengaruh karakteristik petani dan kegiatan penyuluh terhadap persepsi petani pada peran penyuluh di Kecamatan Belopa Utara Kabupaten Luwu. Penentuan responden menggunakan rumus slovin dengan jumlah responden sebanyak 114 responden. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis SEM (Structural Equation Modeling) yang digunakan untuk hubungan kasualitas antar variabel yang di teliti. Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata persepsi petani terhadap peran penyuluh adalah 7,43 dalam skala penilaian 1 sampai 10. Karakteristik petani berpengaruh tidak signifikan terhadap persepsi sementara kegiatan penyuluhan berpengaruh signifikan terhadap peran penyuluh dalam penyuluhan pertanian di Kecamatan Belopa Utara, Kab. Luwu. Dengan demikian, maka penyuluh perlu meningkatkan perannya dalam memberikan penyuluhan kepada petani sehingga petani memperoleh manfaat dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian di Kecamatan Belopa Utara.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":"19 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139637206","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Faldi, H. Siswanto, Ali Suhardiman, Yosep Ruslim, Dwinita Aquastini
Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia yang bersifat dinamis. Cara mengetahui bentuk tutupan dan penggunaan lahan dengan menggunakan drone. Penelitian ini bertujuan memetakan dan mengidentifikasi tutupan dan penggunaan lahan serta mengetahui nilai akurasi hasil interpretasi foto udara tutupan dan penggunaan lahan di Desa Jonggon Jaya. Hasil yang diharapkan memberikan informasi terkait hasil pembuatan peta tutupan dan penggunaan lahan dan memberi informasi bentuk tutupan dan penggunaan lahan. Penelitian ini menggunakan drone dan Software ArcGis Pro yang menghasilkan kelas tutupan dan penggunaan lahan yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 7645-1:2014 tentang Klasifikasi Penutup Lahan. Hasil pemetaan tutupan dan penggunaan lahan di Desa Jonggon Jaya menghasilkan 29 Kelas tutupan dan penggunaan lahan diperoleh dari hasil interpretasi foto udara. Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan tutupan dan penggunaan lahan terluas dengan luasan 5096,30 ha atau 48,463% dan sungai menjadi tutupan dan penggunaan lahan terkecil dengan luasan 0,32 ha atau 0,003%. Hasil uji akurasi dengan rumus overall accuracy pada hasil interpretasi foto udara sebesar 95,18% data yang sesuai dengan kondisi di lapangan atau sebanyak 138 titik validasi yang sesuai dari 145 titik validasi keseluruhan, sedangkan kesalahan interpretasi sebesar 4,82% atau 7 titik validasi.
{"title":"Pemetaan Tutupan Dan Penggunaan Lahan Menggunakan Drone Berbasis Sistem Informasi Geografis Di Desa Jonggon Jaya","authors":"Muhammad Faldi, H. Siswanto, Ali Suhardiman, Yosep Ruslim, Dwinita Aquastini","doi":"10.36084/jpt..v11i2.519","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v11i2.519","url":null,"abstract":"Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia yang bersifat dinamis. Cara mengetahui bentuk tutupan dan penggunaan lahan dengan menggunakan drone. Penelitian ini bertujuan memetakan dan mengidentifikasi tutupan dan penggunaan lahan serta mengetahui nilai akurasi hasil interpretasi foto udara tutupan dan penggunaan lahan di Desa Jonggon Jaya. Hasil yang diharapkan memberikan informasi terkait hasil pembuatan peta tutupan dan penggunaan lahan dan memberi informasi bentuk tutupan dan penggunaan lahan. Penelitian ini menggunakan drone dan Software ArcGis Pro yang menghasilkan kelas tutupan dan penggunaan lahan yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 7645-1:2014 tentang Klasifikasi Penutup Lahan. Hasil pemetaan tutupan dan penggunaan lahan di Desa Jonggon Jaya menghasilkan 29 Kelas tutupan dan penggunaan lahan diperoleh dari hasil interpretasi foto udara. Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan tutupan dan penggunaan lahan terluas dengan luasan 5096,30 ha atau 48,463% dan sungai menjadi tutupan dan penggunaan lahan terkecil dengan luasan 0,32 ha atau 0,003%. Hasil uji akurasi dengan rumus overall accuracy pada hasil interpretasi foto udara sebesar 95,18% data yang sesuai dengan kondisi di lapangan atau sebanyak 138 titik validasi yang sesuai dari 145 titik validasi keseluruhan, sedangkan kesalahan interpretasi sebesar 4,82% atau 7 titik validasi.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":"33 12","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139634908","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Limbah organik perkotaan jumlahnya semakin meningkat dapat menganggu kesehatan dan menyebabkan pencemaran lingkungan. Pemrosesan limbah organik sebagai pupuk organik dapat menjadi salah satu solusi permasalahan limbah. Penelitian bertujuan memanfaatkan pupuk organik cair dari limbah organik perkotaan untuk budidaya tanaman bawang merah. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya mulai bulan April 2020 sampai Agustus 2021. Percobaan faktorial dengan perlakuan faktor 1 adalah bahan baku pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) yang terdiri dari 7 level yaitu P1 = POC campuran 6 bahan jenis limbah, P2 = POC dari limbah sayuran, P3 = POC dari limbah buah, P4 = POC dari limbah kecambah, P5 = POC dari limbah makanan, P6 = POC dari limbah ikan lele, dan P7 = POC dari limbah darah sapi. Perlakuan faktor 2 adalah konsentrasi larutan POC yang terdiri K1 = 4%, K2 = 8%, dan K3 = 12%. Percobaan dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bahan baku dan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan (panjang tanaman dan jumlah daun) serta hasil tanaman bawang merah (berat panen dan berat konsumsi). Jenis bahan baku pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap rendemen (berat kering konsumsi dibanding berat panen), yaitu pupuk organik cair dari limbah ikan, darah sapi dan campuran 6 bahan menunjukkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan baku sayuran, buah, kecambah dan limbah makanan (catering).
{"title":"Aplikasi Pupuk Organik Cair dari Limbah Organik Perkotaan pada Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)","authors":"Dwi Haryanta, Tatuk Tojibatus Sa’adah, Mochammad Thohiron, I. Indarwati, Dian Fitri Permatasari","doi":"10.36084/jpt..v10i1.403","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v10i1.403","url":null,"abstract":"Limbah organik perkotaan jumlahnya semakin meningkat dapat menganggu kesehatan dan menyebabkan pencemaran lingkungan. Pemrosesan limbah organik sebagai pupuk organik dapat menjadi salah satu solusi permasalahan limbah. Penelitian bertujuan memanfaatkan pupuk organik cair dari limbah organik perkotaan untuk budidaya tanaman bawang merah. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya mulai bulan April 2020 sampai Agustus 2021. Percobaan faktorial dengan perlakuan faktor 1 adalah bahan baku pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) yang terdiri dari 7 level yaitu P1 = POC campuran 6 bahan jenis limbah, P2 = POC dari limbah sayuran, P3 = POC dari limbah buah, P4 = POC dari limbah kecambah, P5 = POC dari limbah makanan, P6 = POC dari limbah ikan lele, dan P7 = POC dari limbah darah sapi. Perlakuan faktor 2 adalah konsentrasi larutan POC yang terdiri K1 = 4%, K2 = 8%, dan K3 = 12%. Percobaan dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bahan baku dan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan (panjang tanaman dan jumlah daun) serta hasil tanaman bawang merah (berat panen dan berat konsumsi). Jenis bahan baku pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap rendemen (berat kering konsumsi dibanding berat panen), yaitu pupuk organik cair dari limbah ikan, darah sapi dan campuran 6 bahan menunjukkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan baku sayuran, buah, kecambah dan limbah makanan (catering).","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43022642","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Famili Moraceae secara umum memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai sumber makanan, bahan bangunan, bahan untuk peralatan dan obat-obatan. Secara ekologis Moraceae memiliki manfaat sebagai penghasil oksigen, pakan satwa, tempat tinggal satwa, konservasi tanah dan lain-lain. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis-jenis Moraceae yang ada di Kebun dan Hutan Pendidikan STIPER Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur. Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan efektif yaitu dari bulan November 2017 sampai bulan April 2018. Kegiatan penelitian ini meliputi studi literatur, orientasi lapangan, pengambilan data, analisa dan pengolahan data. Metode yang digunakan adalah metode survei, observasi, koleksi langsung di lapangan dilanjutkan mengidentifikasi dari daun, batang, ranting dan buah disetiap jenis Moraceae. Analisis data dilakukan secara exploratif yaitu menjelajah kawasan penelitian untuk mencari jenis-jenis Moraceae yang ada dikawasan penelitian. Secara diskriptif, yaitu pengambilan data dilakukan dengan mendeskripsikan gambaran morfologinya atau menggambarkan sesuai ciri-ciri bagian-bagian tumbuhan tersebut dan identifikasi yaitu mencari nama, koleksinya berdasarkan tata nama yang ada sesuai dengan literatur-literatur. Berdasarkan hasil eksplorasi dan identifikasi yang dilakukan diperoleh 16 jenis tumbuhan anggota Moraceae, yaitu : Artocarpus elasticus, Artocarpus anisophyllus, Artocarpus nitidus, Ficus lowii, Ficus villosa, Ficus subtecta, Ficus apiocarpa, Ficus midotis, Ficus variegate, Ficus uncinata, Ficus schwarzii, Ficus crassiramea, Ficus consociate, Ficus qlandulifera, Ficus lepicarpa, Streblus macrophyllus. Tumbuhan yang paling banyak ditemukan adalah dari Genus ficus.
{"title":"Identifikasi Moraceae di Kebun dan Hutan Pendidikan STIPER Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur","authors":"Mufti Perwira Putra, Wandi Wandi","doi":"10.36084/jpt..v10i1.353","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v10i1.353","url":null,"abstract":"Famili Moraceae secara umum memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai sumber makanan, bahan bangunan, bahan untuk peralatan dan obat-obatan. Secara ekologis Moraceae memiliki manfaat sebagai penghasil oksigen, pakan satwa, tempat tinggal satwa, konservasi tanah dan lain-lain. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis-jenis Moraceae yang ada di Kebun dan Hutan Pendidikan STIPER Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur. Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan efektif yaitu dari bulan November 2017 sampai bulan April 2018. Kegiatan penelitian ini meliputi studi literatur, orientasi lapangan, pengambilan data, analisa dan pengolahan data. Metode yang digunakan adalah metode survei, observasi, koleksi langsung di lapangan dilanjutkan mengidentifikasi dari daun, batang, ranting dan buah disetiap jenis Moraceae. Analisis data dilakukan secara exploratif yaitu menjelajah kawasan penelitian untuk mencari jenis-jenis Moraceae yang ada dikawasan penelitian. Secara diskriptif, yaitu pengambilan data dilakukan dengan mendeskripsikan gambaran morfologinya atau menggambarkan sesuai ciri-ciri bagian-bagian tumbuhan tersebut dan identifikasi yaitu mencari nama, koleksinya berdasarkan tata nama yang ada sesuai dengan literatur-literatur. Berdasarkan hasil eksplorasi dan identifikasi yang dilakukan diperoleh 16 jenis tumbuhan anggota Moraceae, yaitu : Artocarpus elasticus, Artocarpus anisophyllus, Artocarpus nitidus, Ficus lowii, Ficus villosa, Ficus subtecta, Ficus apiocarpa, Ficus midotis, Ficus variegate, Ficus uncinata, Ficus schwarzii, Ficus crassiramea, Ficus consociate, Ficus qlandulifera, Ficus lepicarpa, Streblus macrophyllus. Tumbuhan yang paling banyak ditemukan adalah dari Genus ficus.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46272335","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Estimasi curah hujan memanfaatkan data hujan bentuk grid merupakan alternatif untuk memperoleh data hujan yang terbatas karena sedikitnya pengamatan pada wilayah yang luas. TerraClimate menyediakan data curah hujan bulanan dalam bentuk grid dengan resolusi spasial dan temporal yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi akurasi data TerraClimate dalam mengestimasi curah hujan bulanan di Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian menggunakan data curah hujan TerraCLimate dan penakar hujan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) periode tahun 1996 - 2020 (25 tahun) pada 8 stasiun meteorologi yang tersebar di Provinsi Kalimantan Barat. Uji konsistensi data curah hujan bulanan TerraClimate dan data BMKG dilakukan menggunakan metode Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS). Akurasi data TerraClimate ditentukan menggunakan nilai Mean Absolute Error (MAE), Root Mean Square Error (RMSE), persen bias (PBIAS) dan koefisien korelasi Pearson (R). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MAE berkisar antara 58 – 106 mm, nilai RMSE antara 93,3 – 133,8 mm, nilai PBIAS antara 0,45% – (-12,2%), dan koefisien korelasi antara 0,47 – 0,71. Nilai rerata PBIAS diperoleh 1,89% dan koefisien korelasi data TerraClimate secara keseluruhan 0,62 yang menunjukkan data TerraClimate mempunyai akurasi sangat baik dengan tingkat korelasi yang kuat.
{"title":"Validasi Curah Hujan Data TerraClimate dengan Data Pengamatan BMKG di Provinsi Kalimantan Barat","authors":"J. Suryanto, Arif Faisol","doi":"10.36084/jpt..v10i1.395","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v10i1.395","url":null,"abstract":"Estimasi curah hujan memanfaatkan data hujan bentuk grid merupakan alternatif untuk memperoleh data hujan yang terbatas karena sedikitnya pengamatan pada wilayah yang luas. TerraClimate menyediakan data curah hujan bulanan dalam bentuk grid dengan resolusi spasial dan temporal yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi akurasi data TerraClimate dalam mengestimasi curah hujan bulanan di Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian menggunakan data curah hujan TerraCLimate dan penakar hujan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) periode tahun 1996 - 2020 (25 tahun) pada 8 stasiun meteorologi yang tersebar di Provinsi Kalimantan Barat. Uji konsistensi data curah hujan bulanan TerraClimate dan data BMKG dilakukan menggunakan metode Rescaled Adjusted Partial Sums (RAPS). Akurasi data TerraClimate ditentukan menggunakan nilai Mean Absolute Error (MAE), Root Mean Square Error (RMSE), persen bias (PBIAS) dan koefisien korelasi Pearson (R). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MAE berkisar antara 58 – 106 mm, nilai RMSE antara 93,3 – 133,8 mm, nilai PBIAS antara 0,45% – (-12,2%), dan koefisien korelasi antara 0,47 – 0,71. Nilai rerata PBIAS diperoleh 1,89% dan koefisien korelasi data TerraClimate secara keseluruhan 0,62 yang menunjukkan data TerraClimate mempunyai akurasi sangat baik dengan tingkat korelasi yang kuat.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44021684","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sungai Gunung Anyar Surabaya digunakan untuk pembuangan limbah rumah tangga karena terdapat pemukiman padat penduduk di sepanjang alirannya. Selain itu, terdapat tambak-tambak yang membuang sisa pakan dan sisa metabolisme ke Sungai Gunung Anyar. Limbah yang mengandung unsur hara seperti nitrat dan fosfat akan dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya. Masuknya bahan organik nitrat dan fosfat, ke muara dapat mempengaruhi kualitas air yang berpengaruh pada keberadaan fitoplankton. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap kelimpahan fitoplankton di Perairan Mangrove Gunung Anyar, Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Oktober sampai Desember 2021. Pengambilan sampel dilakukan pada sembilan stasiun dengan metode pengambilan fitoplankton secara horizontal. Analisis fitoplankton menggunakan Sedgwick Rafter Counter Cell (SRCC). Sampel air digunakan untuk menganalisis nitrat dan fosfat yang selanjutnya dianalisis menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis. Analisa data meliputi densitas absolut fitoplankton, indeks keanekaragaman fitoplankton, serta uji regresi untuk mengetahui hubungan nitrat dan fosfat dengan fitoplankton. Konsentrasi nitrat tergolong oligotrofik sedangkan konsentrasi fosfat tergolong mesotrofik. Kelimpahan fitoplankton termasuk dalam kategori oligotrofik. Indeks keanekaragaman (H’) termasuk dalam kategori sedang. Hubungan antara nitrat terhadap kelimpahan fitoplankton menunjukkan (r) memiliki korelasi lemah, sedangkan hubungan antara fosfat terhadap kelimpahan fitoplankton menunjukkan (r) memiliki korelasi cukup.
{"title":"Pengaruh Konsentrasi Fosfat dan Nitrat terhadap Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Mangrove Gunung Anyar, Surabaya","authors":"Nirmalasari Idha Wijaya, Aprilyas Kusuma Amalia Sari, Mahmiah Mahmiah","doi":"10.36084/jpt..v10i1.400","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v10i1.400","url":null,"abstract":"Sungai Gunung Anyar Surabaya digunakan untuk pembuangan limbah rumah tangga karena terdapat pemukiman padat penduduk di sepanjang alirannya. Selain itu, terdapat tambak-tambak yang membuang sisa pakan dan sisa metabolisme ke Sungai Gunung Anyar. Limbah yang mengandung unsur hara seperti nitrat dan fosfat akan dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya. Masuknya bahan organik nitrat dan fosfat, ke muara dapat mempengaruhi kualitas air yang berpengaruh pada keberadaan fitoplankton. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap kelimpahan fitoplankton di Perairan Mangrove Gunung Anyar, Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Oktober sampai Desember 2021. Pengambilan sampel dilakukan pada sembilan stasiun dengan metode pengambilan fitoplankton secara horizontal. Analisis fitoplankton menggunakan Sedgwick Rafter Counter Cell (SRCC). Sampel air digunakan untuk menganalisis nitrat dan fosfat yang selanjutnya dianalisis menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis. Analisa data meliputi densitas absolut fitoplankton, indeks keanekaragaman fitoplankton, serta uji regresi untuk mengetahui hubungan nitrat dan fosfat dengan fitoplankton. Konsentrasi nitrat tergolong oligotrofik sedangkan konsentrasi fosfat tergolong mesotrofik. Kelimpahan fitoplankton termasuk dalam kategori oligotrofik. Indeks keanekaragaman (H’) termasuk dalam kategori sedang. Hubungan antara nitrat terhadap kelimpahan fitoplankton menunjukkan (r) memiliki korelasi lemah, sedangkan hubungan antara fosfat terhadap kelimpahan fitoplankton menunjukkan (r) memiliki korelasi cukup.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44348713","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}