Silvia Novita, Sri Lestari Purnamaningsih, Lulu Lazimatul Khairiyah, B. Waluyo
Parameter genetik merupakan komponen penting dalam pengembangan tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) pada program pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman, heritabilitas dan kemajuan genetik serta seleksi tanaman ciplukan berdasarkan karakter kegenjahan dan hasil panen. Penelitian dilaksanakan di greenhouse lahan percobaan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang berada di Desa Jatimulyo, Malang dari bulan Juli hingga September 2021. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan 30 aksesi ciplukan dengan pengulangan 3 kali. Seleksi ciplukan dilakukan dengan metode statistik menggunakan uji-z dan intensitas seleksi 20% (i=1,40). Analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan nyata untuk sebagian besar karakter agronomi ciplukan. Karakter agronomi dengan nilai KVG dan KVF tinggi yaitu jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot buah dengan kelobot per tanaman dan bobot buah segar per tanaman. Karakter jumlah bunga per tanaman dan waktu panen pertama memiliki nilai heritabilitas tinggi sedangkan karakter dengan nilai kemajuan genetik tinggi yaitu jumlah bunga per tanaman dan bobot buah tanpa kelobot per tanaman. Seleksi fenotipik berdasarkan karakter waktu panen dan hasil diperoleh lima aksesi terpilih yaitu, aksesi A0103, B0201, B0302, B2003 dan E0201.
{"title":"Seleksi Kegenjahan dan Hasil Tinggi pada Ciplukan (Physalis angulata L.) Berdasarkan Nilai Kemajuan Genetik","authors":"Silvia Novita, Sri Lestari Purnamaningsih, Lulu Lazimatul Khairiyah, B. Waluyo","doi":"10.36084/jpt..v10i1.396","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v10i1.396","url":null,"abstract":"Parameter genetik merupakan komponen penting dalam pengembangan tanaman ciplukan (Physalis angulata L.) pada program pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman, heritabilitas dan kemajuan genetik serta seleksi tanaman ciplukan berdasarkan karakter kegenjahan dan hasil panen. Penelitian dilaksanakan di greenhouse lahan percobaan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang berada di Desa Jatimulyo, Malang dari bulan Juli hingga September 2021. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan 30 aksesi ciplukan dengan pengulangan 3 kali. Seleksi ciplukan dilakukan dengan metode statistik menggunakan uji-z dan intensitas seleksi 20% (i=1,40). Analisis ragam menunjukkan adanya perbedaan nyata untuk sebagian besar karakter agronomi ciplukan. Karakter agronomi dengan nilai KVG dan KVF tinggi yaitu jumlah bunga per tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot buah dengan kelobot per tanaman dan bobot buah segar per tanaman. Karakter jumlah bunga per tanaman dan waktu panen pertama memiliki nilai heritabilitas tinggi sedangkan karakter dengan nilai kemajuan genetik tinggi yaitu jumlah bunga per tanaman dan bobot buah tanpa kelobot per tanaman. Seleksi fenotipik berdasarkan karakter waktu panen dan hasil diperoleh lima aksesi terpilih yaitu, aksesi A0103, B0201, B0302, B2003 dan E0201.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47010796","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hama merupakan hewan yang menyebabkan kerusakan pada tanaman dan dapat berperan sebagai vektor penyakit. Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) merupakan konsep yang tepat dalam mengendalikan hama. Pemantauan lahan secara rutin merupakan hal penting untuk memperhatikan perkembangan populasi hama, musuh alami, dan lingkungan suatu lahan. Sehingga, pengambilan keputusan dalam mengendalikan hama dapat terlaksana secara tepat dan cepat. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis serangga hama dan musuh alami yang terdapat pada tanaman padi di Desa Teluk Mesjid, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Penentuan sampel tanaman dilakukan dengan metode diagonal yang berjumlah 10 sampel tanaman. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung (visual). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangga hama yang ditemukan di pertanaman padi sebanyak 8 jenis serangga hama dengan rata-rata populasi tertinggi terdapat pada hama Wereng Batang Coklat 0,313 ekor per tiga varietas dan Hama Putih Palsu 0,166 ekor per tiga varietas. Rata-rata populasi hama yang ditemukan berbeda pada setiap varietas padi. Varietas padi dengan serangan hama terendah adalah varietas Nutri Zinc, varietas dengan serangan hama tertinggi adalah varietas Inpari 32, dan varietas dengan serangan hama tertinggi kedua adalah varietas Inpara 2. Sedangkan, musuh alami yang ditemukan di pertanaman padi sebanyak 13 jenis.
{"title":"Inventarisasi Hama dan Musuh Alami pada Tanaman Padi di Kecamatan Pulau Laut Timur","authors":"Ismi Octaviana, Silvia Ekawati","doi":"10.36084/jpt..v10i1.379","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v10i1.379","url":null,"abstract":"Hama merupakan hewan yang menyebabkan kerusakan pada tanaman dan dapat berperan sebagai vektor penyakit. Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) merupakan konsep yang tepat dalam mengendalikan hama. Pemantauan lahan secara rutin merupakan hal penting untuk memperhatikan perkembangan populasi hama, musuh alami, dan lingkungan suatu lahan. Sehingga, pengambilan keputusan dalam mengendalikan hama dapat terlaksana secara tepat dan cepat. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis serangga hama dan musuh alami yang terdapat pada tanaman padi di Desa Teluk Mesjid, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Penentuan sampel tanaman dilakukan dengan metode diagonal yang berjumlah 10 sampel tanaman. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung (visual). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangga hama yang ditemukan di pertanaman padi sebanyak 8 jenis serangga hama dengan rata-rata populasi tertinggi terdapat pada hama Wereng Batang Coklat 0,313 ekor per tiga varietas dan Hama Putih Palsu 0,166 ekor per tiga varietas. Rata-rata populasi hama yang ditemukan berbeda pada setiap varietas padi. Varietas padi dengan serangan hama terendah adalah varietas Nutri Zinc, varietas dengan serangan hama tertinggi adalah varietas Inpari 32, dan varietas dengan serangan hama tertinggi kedua adalah varietas Inpara 2. Sedangkan, musuh alami yang ditemukan di pertanaman padi sebanyak 13 jenis.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44662459","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Ngapiyatun, Humairo Aziza, Arief Rahman, J. Triyono, Wartomo Wartomo
Pertanian konvensional merupakan pertanian yang menggantungkan input produksi dari bahan-bahan kimia, karena praktis dan cepat memberikan hasil panen yang tinggi, tetapi berdampak negatif pada lingkungan seperti kesehatan manusia serta ekosistem. Oleh karena itu perlu terobosan teknologi baru menggunakan produk organik yang memanfaatkan limbah pertanian yang tidak bermanfaat dan mencemari lingkungan untuk dijadikan produk bermanfaat serta memiliki nilai jual yaitu kompos. Memanfaatkan limbah tulang ikan, kepala udang dan bonggol pisang untuk dibuat mikroorganisme lokal (MOL) sebagai aktivator dalam pembuatan kompos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada hari ke berapa kompos jadi, menganalisis sifat fisik dan kimia kompos, dan mengetahui kualitas kompos hasil penelitian dengan membandingkan standar Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011. Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, mulai Agustus hingga November 2021 yang terdiri dari survei lokasi, persiapan, pembuatan MOL dan kompos serta analisis unsur hara yang dilaksanakan di tempat terpisah yaitu di Laboratorium Produksi (pembuatan MOL dan kompos) dan di Laboratorium Ilmu Tanah (analisis kimia kompos). Lama pengomposan hingga jadi memerlukan waktu 23 hari dengan ciri-ciri teksturnya hambur, bentuk hancur, warna kompos hitam, tidak berbau dan suhu stabil yaitu mendekati suhu ruang. Kualitas kompos hasil penelitian berdasarkan standar Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 untuk pH H2O, C Organik, dan C/N sudah sesuai standar, sedangkan untuk kandungan N, P dan K belum sesuai standar.
{"title":"Kombinasi Tulang Ikan, Kepala Udang dan Bonggol Pisang untuk Meningkatkan Kualitas MOL Sebagai Aktivator Pengomposan","authors":"Sri Ngapiyatun, Humairo Aziza, Arief Rahman, J. Triyono, Wartomo Wartomo","doi":"10.36084/jpt..v10i1.381","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v10i1.381","url":null,"abstract":"Pertanian konvensional merupakan pertanian yang menggantungkan input produksi dari bahan-bahan kimia, karena praktis dan cepat memberikan hasil panen yang tinggi, tetapi berdampak negatif pada lingkungan seperti kesehatan manusia serta ekosistem. Oleh karena itu perlu terobosan teknologi baru menggunakan produk organik yang memanfaatkan limbah pertanian yang tidak bermanfaat dan mencemari lingkungan untuk dijadikan produk bermanfaat serta memiliki nilai jual yaitu kompos. Memanfaatkan limbah tulang ikan, kepala udang dan bonggol pisang untuk dibuat mikroorganisme lokal (MOL) sebagai aktivator dalam pembuatan kompos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada hari ke berapa kompos jadi, menganalisis sifat fisik dan kimia kompos, dan mengetahui kualitas kompos hasil penelitian dengan membandingkan standar Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011. Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, mulai Agustus hingga November 2021 yang terdiri dari survei lokasi, persiapan, pembuatan MOL dan kompos serta analisis unsur hara yang dilaksanakan di tempat terpisah yaitu di Laboratorium Produksi (pembuatan MOL dan kompos) dan di Laboratorium Ilmu Tanah (analisis kimia kompos). Lama pengomposan hingga jadi memerlukan waktu 23 hari dengan ciri-ciri teksturnya hambur, bentuk hancur, warna kompos hitam, tidak berbau dan suhu stabil yaitu mendekati suhu ruang. Kualitas kompos hasil penelitian berdasarkan standar Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 untuk pH H2O, C Organik, dan C/N sudah sesuai standar, sedangkan untuk kandungan N, P dan K belum sesuai standar.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44330101","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul, defoliasi dan pemupukan yang berimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan lewat daun (foliar) dan pemangkasan daun tanaman jagung (defoliasi) terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida NASA 29. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Samboja, Desa Bukit Raya, Kec. Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, pada bulan April-Juli 2020. Bahan tanam yang digunakan adalah jagung hibrida NASA 29, pupuk KNO3, Gandasil D dan MKP. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama jenis pupuk yang diaplikasikan lewat daun (foliar) yang terdiri dari 3 taraf yaitu P1 (pupuk gandasil), P2 (pupuk MKP) dan P3 (pupuk Rosasol). Faktor kedua adalah waktu defoliasi yang terdiri dari 3 taraf yaitu D1 (75 HST), D2 (82 HST) dan D3 (90 HST). Data hasil pengamatan dianalisa dengan analisis ragam dengan uji F pada α = 5%. Bila terdapat beda nyata, dilanjutkan dengan uji BNJ pada α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan jenis pupuk lewat daun dan defoliasi beserta interaksi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, panjang dan lebar daun, diameter batang, tinggi letak tongkol, panjang tongkol dan diameter tongkol. Perlakuan pupuk P3 dan defoliasi D2 memberikan hasil terbaik pada berat tongkol dan berat biji kering pipil.
{"title":"Pengaruh Pemupukan Lewat Daun dan Waktu Defoliasi pada Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea mays L.) Varietas NASA 29","authors":"Asep Pebriandi, Sulhan Sulhan, Darniaty Danial","doi":"10.36084/jpt..v10i1.324","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v10i1.324","url":null,"abstract":"Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan penggunaan varietas unggul, defoliasi dan pemupukan yang berimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan lewat daun (foliar) dan pemangkasan daun tanaman jagung (defoliasi) terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida NASA 29. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Samboja, Desa Bukit Raya, Kec. Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, pada bulan April-Juli 2020. Bahan tanam yang digunakan adalah jagung hibrida NASA 29, pupuk KNO3, Gandasil D dan MKP. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 3 (tiga) ulangan. Faktor pertama jenis pupuk yang diaplikasikan lewat daun (foliar) yang terdiri dari 3 taraf yaitu P1 (pupuk gandasil), P2 (pupuk MKP) dan P3 (pupuk Rosasol). Faktor kedua adalah waktu defoliasi yang terdiri dari 3 taraf yaitu D1 (75 HST), D2 (82 HST) dan D3 (90 HST). Data hasil pengamatan dianalisa dengan analisis ragam dengan uji F pada α = 5%. Bila terdapat beda nyata, dilanjutkan dengan uji BNJ pada α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan jenis pupuk lewat daun dan defoliasi beserta interaksi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, panjang dan lebar daun, diameter batang, tinggi letak tongkol, panjang tongkol dan diameter tongkol. Perlakuan pupuk P3 dan defoliasi D2 memberikan hasil terbaik pada berat tongkol dan berat biji kering pipil.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42743427","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami krisis air bersih (air tawar). Penyediaan air bersih bagi seluruh lapisan masyarakat masih merupakan satu masalah besar di Indonesia, sehingga perlu pengolahan air laut menjadi air bersih dengan sIstem destilasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2021, bertempat di Laboratorium Teknik Sumber Daya Lahan dan Air, Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur dan Laboratorium Kualitas Air Universitas Mulawarman. Penelitian bertujuan mengetahui sifat fisik, kimia, dan rendemen air laut dengan variasi temperatur dan waktu destilasi menggunakan pemenas elektrik. Hasil destilasi yang diperoleh dari pengujian lapangan dan uji laboratorium terdiri dari analisis sifat fisik, kimia, dan rendemen. Parameter kualitas air yang diuji dalam penelitian ini yaitu warna, rasa, bau, pH, COD, DO, sulfat dan salinitas. Berdasarkan penelitian diketahui analisis air secara fisik (tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau) telah memenuhi standar batas maksimum yang ditentukan. Analisis air secara kimia pH, DO, salinitas, sulfat telah memenuhi standar maksimum yang diperbolehkan (pH 6,511-6,894 mg/L, DO 4,035-4,983 mg/L. Kandungan sulfat 0,387-4,365 mg/, dan salinitas 0 (stabil), kecuali COD tidak memenuhi standar maksimum yang diperbolehkan (COD 19,767-55,574mg/L). Variasi temperatur dan waktu destilasi menyebabkan perbedaan terhadap nilai volume hasil destilasi. Semakin tinggi temperatur dan waktu destilasi, maka rendemen yang dihasilkan semakin besar. Rendemen terkecil terdapat pada temperatur 100oC, dan waktu 30 menit (T1W1) sebesar 31,5%. Sedangkan rendemen terbesar terdapat pada temperatur 200oC, dan waktu 90 menit (T3W3) sebesar 82,8%.
{"title":"Variasi Temperatur Dan Waktu Destilasi terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Rendemen Air Laut Menggunakan Pemanas Elektrik","authors":"Muhammad Rusdi, Amprin Amprin, Kahar Kahar","doi":"10.36084/jpt..v9i2.332","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v9i2.332","url":null,"abstract":"Sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami krisis air bersih (air tawar). Penyediaan air bersih bagi seluruh lapisan masyarakat masih merupakan satu masalah besar di Indonesia, sehingga perlu pengolahan air laut menjadi air bersih dengan sIstem destilasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2021, bertempat di Laboratorium Teknik Sumber Daya Lahan dan Air, Program Studi Teknik Pertanian, Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur dan Laboratorium Kualitas Air Universitas Mulawarman. Penelitian bertujuan mengetahui sifat fisik, kimia, dan rendemen air laut dengan variasi temperatur dan waktu destilasi menggunakan pemenas elektrik. Hasil destilasi yang diperoleh dari pengujian lapangan dan uji laboratorium terdiri dari analisis sifat fisik, kimia, dan rendemen. Parameter kualitas air yang diuji dalam penelitian ini yaitu warna, rasa, bau, pH, COD, DO, sulfat dan salinitas. Berdasarkan penelitian diketahui analisis air secara fisik (tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau) telah memenuhi standar batas maksimum yang ditentukan. Analisis air secara kimia pH, DO, salinitas, sulfat telah memenuhi standar maksimum yang diperbolehkan (pH 6,511-6,894 mg/L, DO 4,035-4,983 mg/L. Kandungan sulfat 0,387-4,365 mg/, dan salinitas 0 (stabil), kecuali COD tidak memenuhi standar maksimum yang diperbolehkan (COD 19,767-55,574mg/L). Variasi temperatur dan waktu destilasi menyebabkan perbedaan terhadap nilai volume hasil destilasi. Semakin tinggi temperatur dan waktu destilasi, maka rendemen yang dihasilkan semakin besar. Rendemen terkecil terdapat pada temperatur 100oC, dan waktu 30 menit (T1W1) sebesar 31,5%. Sedangkan rendemen terbesar terdapat pada temperatur 200oC, dan waktu 90 menit (T3W3) sebesar 82,8%.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46411470","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Rumput laut merupakan salah satu jenis organisme budidaya yang berpotensi untuk dikembangkan di Kota Bontang. Kapphapycus alvarezii merupakan spesies alga merah penghasil karagenan terbesar dari volume ekspor Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan kualitas air di Perairan Tihik Tihik Kota Bontang berdasarkan aspek fisika dan kimia perairan. Metode penelitian berupa metode observasi. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 April sampai dengan 17 Mei 2021. Lokasi pengambilan sample terbagi atas 5 titik Pengambilan sampel di tiap stasiun dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil penelitian memperlihatkan kisaran kualitas air pada perairan tersebut adalah (1) suhu perairan berkisar 29,0-30,1oC; (2) derajat keasaman berkisar 7,5-8,6; (3) oksigen terlarut berkisar 3,65-4,0 ppm; (4) salinitas perairan berkisar 30,0-32,5 psu; (5) kecerahan berkisar 120,5-132,3 cm; (6) kecepatan arus berkisar 0,19-0,25 m/s; (7) kedalaman berkisar 9,10-13 m; (8) nitrat berkisar 0,04-0,05 mg/L; (9) Phosfat berkisar 0,06-0,13 mg/L; (10) total suspended solid berkisar 5-7 mg/L. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa perairan Tihik Tihik Kota Bontang layak digunakan sebagai lokasi budidaya rumput laut Kapphaphycus alvarezii.
{"title":"Analisa Parameter Fisika dan Kimia Perairan Tihik Tihik Kota Bontang untuk Budidaya Rumput Laut Kapphaphycus alvarezii","authors":"Andi Nikhlani, Indrati Kusumaningrum","doi":"10.36084/jpt..v9i2.328","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v9i2.328","url":null,"abstract":"Rumput laut merupakan salah satu jenis organisme budidaya yang berpotensi untuk dikembangkan di Kota Bontang. Kapphapycus alvarezii merupakan spesies alga merah penghasil karagenan terbesar dari volume ekspor Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan kualitas air di Perairan Tihik Tihik Kota Bontang berdasarkan aspek fisika dan kimia perairan. Metode penelitian berupa metode observasi. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 April sampai dengan 17 Mei 2021. Lokasi pengambilan sample terbagi atas 5 titik Pengambilan sampel di tiap stasiun dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil penelitian memperlihatkan kisaran kualitas air pada perairan tersebut adalah (1) suhu perairan berkisar 29,0-30,1oC; (2) derajat keasaman berkisar 7,5-8,6; (3) oksigen terlarut berkisar 3,65-4,0 ppm; (4) salinitas perairan berkisar 30,0-32,5 psu; (5) kecerahan berkisar 120,5-132,3 cm; (6) kecepatan arus berkisar 0,19-0,25 m/s; (7) kedalaman berkisar 9,10-13 m; (8) nitrat berkisar 0,04-0,05 mg/L; (9) Phosfat berkisar 0,06-0,13 mg/L; (10) total suspended solid berkisar 5-7 mg/L. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa perairan Tihik Tihik Kota Bontang layak digunakan sebagai lokasi budidaya rumput laut Kapphaphycus alvarezii.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42044538","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Biourin merupakan salah satu jenis pupuk organik cair yang kaya mikroba fungsional. Pemanfaatannya dapat meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman di lahan kering. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifas dari jenis pupuk organic cair biourin yang diperkaya mikroba dan cara aplikasi terhadap sifat tanah dan hasil bawang merah di lahan kering. Penelitian dilaksanakan di lahan kering di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT pada musim kemarau dari bulan April sampai Juli 2021. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan dua faktor dan tiga ulangan. Petak utama adalah metode aplikasi biourin (C) yaitu: C1: melalui daun dan C2: melalui akar (penyiraman). Anak petak adalah Jenis biourin yang diperkaya mikroba indigenous dari berbagai sumber (B), yaitu: B0: Biourin (tanpa diperkaya mikroba); B1: Biourin yang diperkaya mikroba dari Kompos Sabut Kelapa; B2: Biourin yang diperkaya mikroba dari Kompos Daun Gamal; B3: Biourin yang diperkaya mikroba Kompos Jerami Jagung. Varietas bawang merah yang digunakan ialah varietas Local Sabu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis biourin yang diperkaya mikroba dari kompos daun gamal, kompos berangkasan jagung dan kompos sabut kelapa memberikan efek positif terhadap perbaikan sifat tanah dan hasil bawang merah, yaitu terjadi peningkatan hasil sebesar 53,52% dari perlakuan biourin yang tidak diperkaya mikroba. Cara aplikasi melalui akar memperlihatkan efek yang lebih baik terhadap sifat tanah dan hasil bawang merah dibanding dengan metode aplikasi melalui daun.
{"title":"Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Biourin yang Diperkaya Mikroba Indigenous terhadap Tanah dan Hasil Bawang Merah di Lahan Kering","authors":"Rupa Matheus, Abd. Kadir Djaelani","doi":"10.36084/jpt..v9i2.344","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v9i2.344","url":null,"abstract":"Biourin merupakan salah satu jenis pupuk organik cair yang kaya mikroba fungsional. Pemanfaatannya dapat meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman di lahan kering. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifas dari jenis pupuk organic cair biourin yang diperkaya mikroba dan cara aplikasi terhadap sifat tanah dan hasil bawang merah di lahan kering. Penelitian dilaksanakan di lahan kering di Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT pada musim kemarau dari bulan April sampai Juli 2021. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan dua faktor dan tiga ulangan. Petak utama adalah metode aplikasi biourin (C) yaitu: C1: melalui daun dan C2: melalui akar (penyiraman). Anak petak adalah Jenis biourin yang diperkaya mikroba indigenous dari berbagai sumber (B), yaitu: B0: Biourin (tanpa diperkaya mikroba); B1: Biourin yang diperkaya mikroba dari Kompos Sabut Kelapa; B2: Biourin yang diperkaya mikroba dari Kompos Daun Gamal; B3: Biourin yang diperkaya mikroba Kompos Jerami Jagung. Varietas bawang merah yang digunakan ialah varietas Local Sabu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis biourin yang diperkaya mikroba dari kompos daun gamal, kompos berangkasan jagung dan kompos sabut kelapa memberikan efek positif terhadap perbaikan sifat tanah dan hasil bawang merah, yaitu terjadi peningkatan hasil sebesar 53,52% dari perlakuan biourin yang tidak diperkaya mikroba. Cara aplikasi melalui akar memperlihatkan efek yang lebih baik terhadap sifat tanah dan hasil bawang merah dibanding dengan metode aplikasi melalui daun.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45254784","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ekosistem mangrove Wonorejo digunakan untuk beberapa pemanfaatan yang berbeda, antara lain untuk budidaya tambak tradisional, dan budidaya silvofishery. Kerapatan vegetasi mangrove pada lokasi-lokasi tersebut berbeda, dimana silvofishery lebih rapat vegetasi mangrovenya. Saluran Avour merupakan suplai air tawar pada tambak-tambak yang berada di ekosistem mangrove, Wonorejo. Banyak sekali industri dan pemukiman yang dilewati sepanjang saluran avour ini dan diduga bahwa saluran ini membawa kandungan logam berat dan masuk ke dalam tambak-tambak yang berada disana baik tambak tradisional maupun silvofishery dan terakumulasi di dalam tubuh biota budidaya seperti ikan bandeng (Chanos chanos). Mangrove dikenal mampu mereduksi logam berat di perairan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kerapatan mangrove terhadap kandungan logam berat pada daging ikan bandeng. Metode yang digunakan dalam menganalisis kandungan logam berat Pb, Cu dan Cd adalah dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS). Dari keempat stasiun yang diteliti, yaitu tambak tradisional 1 dan 2 serta tambak silvofishery 1 dan 2 di ekosistem Mangrove Wonorejo, Surabaya ditemukan logam berat Pb pada daging ikan bandeng berturut-turut sebesar 0,181 ppm, 0,189 ppm, 0,114 ppm dan 0,125. Logam berat Cu sebesar 0,0091 ppm, 0,0095 ppm, 0,0052 ppm dan 0,0072 ppm. Logam berat Cd sebesar 0,019 ppm, 0,029 ppm, 0,015 ppm dan 0,014 ppm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan kandungan logam berat Pb, Cu dan Cd pada daging ikan bandeng (Chanos chanos) yang dipelihara di ekosistem Mangrove Wonorejo pada semua lokasi pengambilan sampel. Namun demikian konsentrasinya masih dibawah baku mutu yang ditetapkan oleh BPOM No 5 Tahun 2018 dan SNI 7387:2009.
{"title":"Kerapatan Mangrove terhadap Kandungan Logam Pb, Cu, dan Cd pada Daging Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Mangrove Wonorejo, Surabaya","authors":"Nirmalasari Idha Wijaya, Rendy Febrianto Sanjaya","doi":"10.36084/jpt..v9i2.334","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v9i2.334","url":null,"abstract":"Ekosistem mangrove Wonorejo digunakan untuk beberapa pemanfaatan yang berbeda, antara lain untuk budidaya tambak tradisional, dan budidaya silvofishery. Kerapatan vegetasi mangrove pada lokasi-lokasi tersebut berbeda, dimana silvofishery lebih rapat vegetasi mangrovenya. Saluran Avour merupakan suplai air tawar pada tambak-tambak yang berada di ekosistem mangrove, Wonorejo. Banyak sekali industri dan pemukiman yang dilewati sepanjang saluran avour ini dan diduga bahwa saluran ini membawa kandungan logam berat dan masuk ke dalam tambak-tambak yang berada disana baik tambak tradisional maupun silvofishery dan terakumulasi di dalam tubuh biota budidaya seperti ikan bandeng (Chanos chanos). Mangrove dikenal mampu mereduksi logam berat di perairan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kerapatan mangrove terhadap kandungan logam berat pada daging ikan bandeng. Metode yang digunakan dalam menganalisis kandungan logam berat Pb, Cu dan Cd adalah dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS). Dari keempat stasiun yang diteliti, yaitu tambak tradisional 1 dan 2 serta tambak silvofishery 1 dan 2 di ekosistem Mangrove Wonorejo, Surabaya ditemukan logam berat Pb pada daging ikan bandeng berturut-turut sebesar 0,181 ppm, 0,189 ppm, 0,114 ppm dan 0,125. Logam berat Cu sebesar 0,0091 ppm, 0,0095 ppm, 0,0052 ppm dan 0,0072 ppm. Logam berat Cd sebesar 0,019 ppm, 0,029 ppm, 0,015 ppm dan 0,014 ppm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan kandungan logam berat Pb, Cu dan Cd pada daging ikan bandeng (Chanos chanos) yang dipelihara di ekosistem Mangrove Wonorejo pada semua lokasi pengambilan sampel. Namun demikian konsentrasinya masih dibawah baku mutu yang ditetapkan oleh BPOM No 5 Tahun 2018 dan SNI 7387:2009.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45126949","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
R. Rudiyanto, Anshar Haryasakti, Rosdianto Rosdianto
Kegagalan panen petani tambak Kutai Timur karena banyaknya limbah organik yang terakumulasi dalam tanah tambak dan mempengaruhi kualitas air, maka penggunaan kolam terpal dapat mengurai persoalan tersebut, dalam area kampus STIPER terdapat sumur bor ppm. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan air sumur bor di area kampus STIPER Kutai Timur sebagai media budidaya udang windu (P. monodon) dengan sistem kolam terpal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2020 di Laboratorium Lapangan STIPER Kutai Timur. Hasil pengamatan kualitas air yang diperoleh selama penelitian berada pada rata-rata kisaran salinitas 15-20 ppm, pH 7,1-8,2, Suhu 26, 60-29,68oC dan DO 4,2-6,2 mg/l, nilai rata-rata kisaran kualitas air tersebut masih berada dalam toleransi Udang Windu (P. monodon sp) sebagai indikator uji. Tingkat kelangsungan hidup (SR) yang diperoleh selama penelitian hanya sebesar 10%, rendahnya SR yang diperoleh pada penelitian ini karena seringnya terjadi pemadaman listrik yang mengakibatkan blower tidak berfungsi sehingga oksigen turun secara derastis dan beribas pada kematian pada biota budidaya.
{"title":"Studi Kelayakan Air Sumur Bor di Area STIPER Kutai Timur Sebagai Media Budidaya Panaeus monodon pada Kolam Terpal","authors":"R. Rudiyanto, Anshar Haryasakti, Rosdianto Rosdianto","doi":"10.36084/jpt..v9i2.337","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v9i2.337","url":null,"abstract":"Kegagalan panen petani tambak Kutai Timur karena banyaknya limbah organik yang terakumulasi dalam tanah tambak dan mempengaruhi kualitas air, maka penggunaan kolam terpal dapat mengurai persoalan tersebut, dalam area kampus STIPER terdapat sumur bor ppm. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan air sumur bor di area kampus STIPER Kutai Timur sebagai media budidaya udang windu (P. monodon) dengan sistem kolam terpal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2020 di Laboratorium Lapangan STIPER Kutai Timur. Hasil pengamatan kualitas air yang diperoleh selama penelitian berada pada rata-rata kisaran salinitas 15-20 ppm, pH 7,1-8,2, Suhu 26, 60-29,68oC dan DO 4,2-6,2 mg/l, nilai rata-rata kisaran kualitas air tersebut masih berada dalam toleransi Udang Windu (P. monodon sp) sebagai indikator uji. Tingkat kelangsungan hidup (SR) yang diperoleh selama penelitian hanya sebesar 10%, rendahnya SR yang diperoleh pada penelitian ini karena seringnya terjadi pemadaman listrik yang mengakibatkan blower tidak berfungsi sehingga oksigen turun secara derastis dan beribas pada kematian pada biota budidaya.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41974343","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. Safir, Samliok Ndobe, Madinawati Madinawati, S. F. Mangitung, Novalina Serdiati, M. Riyadi
Banggai cardinalfish (Pterapogon kauderni) adalah salah satu ikan hias endemik perairan Sulawesi Tengah. Dalam proses pemijahannya, induk jantan akan mengerami telur hingga memasuki fase juvenil. Kondisi tersebut (lamanya masa pengeraman) tentunya akan menghambat peningkatan populasi ikan P. kauderni dengan target jumlah dalam waktu tertentu terlebih jumlah induk jantan yang terbatas. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis hormon 17α-methyltestosteron (17α-MT) terbaik dalam menghasilkan rasio kelamin jantan ikan P. kauderni yang tinggi. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan mengujikan empat perlakuan dosis 17α-MT meliputi 0 mg/L; 2 mg/L; 4 mg/L dan 6 mg/L air yang diterapkan melalui metode perendaman selama 4 jam. Setiap perlakuan dilakukan 4 kali ulangan. Hasil perlakuan perendaman larva dengan hormon 17α-MT pada dosis berbeda tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan harian ikan P. kauderni (P>0,05). Pertambahan biomasa dan kelangsungan hidup lebih rendah pada perlakuan dosis 6 mg/L air. Rasio kelamin jantan ikan P. kauderni tertinggi terjadi pada perlakuan dosis 2 mg/L air yakni sebesar 91,67%.
{"title":"Pengaruh Perendaman Larva Ikan Pterapogon kauderni dengan Hormon 17α-Methyltestosteron Menggunakan Dosis yang Berbeda terhadap Rasio Kelamin Jantan","authors":"M. Safir, Samliok Ndobe, Madinawati Madinawati, S. F. Mangitung, Novalina Serdiati, M. Riyadi","doi":"10.36084/jpt..v9i2.330","DOIUrl":"https://doi.org/10.36084/jpt..v9i2.330","url":null,"abstract":"Banggai cardinalfish (Pterapogon kauderni) adalah salah satu ikan hias endemik perairan Sulawesi Tengah. Dalam proses pemijahannya, induk jantan akan mengerami telur hingga memasuki fase juvenil. Kondisi tersebut (lamanya masa pengeraman) tentunya akan menghambat peningkatan populasi ikan P. kauderni dengan target jumlah dalam waktu tertentu terlebih jumlah induk jantan yang terbatas. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis hormon 17α-methyltestosteron (17α-MT) terbaik dalam menghasilkan rasio kelamin jantan ikan P. kauderni yang tinggi. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan mengujikan empat perlakuan dosis 17α-MT meliputi 0 mg/L; 2 mg/L; 4 mg/L dan 6 mg/L air yang diterapkan melalui metode perendaman selama 4 jam. Setiap perlakuan dilakukan 4 kali ulangan. Hasil perlakuan perendaman larva dengan hormon 17α-MT pada dosis berbeda tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan harian ikan P. kauderni (P>0,05). Pertambahan biomasa dan kelangsungan hidup lebih rendah pada perlakuan dosis 6 mg/L air. Rasio kelamin jantan ikan P. kauderni tertinggi terjadi pada perlakuan dosis 2 mg/L air yakni sebesar 91,67%.","PeriodicalId":17776,"journal":{"name":"Jurnal Pertanian Terpadu","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46647003","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}