Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.24843/jrma.2023.v11.i02.p08
I. Pratama, Lutfi Suhendra, N. Wartini
The main product of the clove plant (Syzygium aromaticum) is essential oil. Clove oil has the advantage of being able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus compared to other essential oils containing eugenol. The nature of essential oils is volatile so that in this study clove oil was made in the form of microemulsions because microemulsions are thermodynamically stable, transparent and have low viscosity. The characteristics of the microemulsion are influenced by several factors including the duration of stirring and the speed of stirring. The purpose of this study was to determine the effect of speed and duration of stirring on the characteristics of clove essential oil microemulsions and to determine the best speed and duration of stirring to produce the characteristics of clove essential oil microemulsions. This experiment used a randomized block design with two factors, namely speed and duration of stirring. Stirring was carried out for 4, 6 and 8 minutes and the stirring speed was 600, 700, 800 and 900 rpm. Data were analyzed for variance using excel, if there was an effect of treatment on the observed variables, the analysis was continued with the BNJ Test. The results showed that the combination of speed and duration of stirring had an effect on the characteristics of the resulting microemulsion. A speed of 600 rpm and a stirring time of 4 minutes was the best treatment for making clove essential oil microemulsions with the smallest turbidity index values after 24 hours of incubation and after centrifugation, namely 0.449 ± 0.026% and 0.473 ± 0.047%. Clove essential oil microemulsion particle size was 11.3 ± 2.5 nm. Clove essential oil microemulsion was stable for 8 weeks of storage. Keywords : Microemulsion, essential oil, stirring speed, stirring time, Syzygium aromaticum. Produk utama tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) ialah minyak atsiri. Minyak cengkeh memiliki keunggulan yaitu kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dibanding dengan minyak atsiri yang mengandung eugenol lainnya. Sifat dari minyak atsiri mudah menguap sehingga pada penelitian ini minyak cengkeh dibuat dalam bentuk mikroemulsi sebab mikroemulsi secara termodinamika bersifat stabil, transparan, dan viskositasnya rendah. Karakteristik mikroemulsi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lama pengadukan dan kecepatan pengadukan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kecepatan dan lama pengadukan terhadap karakteristik mikroemulsi minyak atsiri cengkeh dan menentukan kecepatan dan lama pengadukan terbaik untuk menghasilkan karakteristik mikroemulsi minyak atsiri cengkeh. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor yaitu kecepatan dan lama pengadukan. Pengadukan dilakukan selama 4, 6 dan 8 menit dan kecepatan pengadukan 600, 700, 800, dan 900 rpm. Data dianalisis varian menggunakan excel, apabila ada pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati, analisis dilanjutkan dengan Uji BNJ.
丁香(Syzygium aromaticum)的主要产品是精油。丁香油的优点是与其他含有丁香酚的精油相比,能够抑制金黄色葡萄球菌的生长。精油的性质是挥发性的,因此在本研究中,丁香油以微乳液的形式制成,因为微乳液具有热力学稳定、透明和低粘度。搅拌时间和搅拌速度等因素影响微乳液的特性。本研究的目的是确定搅拌速度和搅拌时间对丁香精油微乳液特性的影响,并确定产生丁香精油微乳液特性的最佳搅拌速度和搅拌时间。试验采用搅拌速度和搅拌时间两因素的随机区组设计。搅拌时间分别为4、6、8分钟,搅拌转速分别为600、700、800、900 rpm。使用excel对数据进行方差分析,如果治疗对观察到的变量有影响,则使用BNJ检验继续分析。结果表明,搅拌速度和搅拌时间的组合对微乳液的特性有影响。制备丁香精油微乳的最佳条件是转速为600 rpm,搅拌时间为4 min,孵育24 h和离心后浊度指数值最小,分别为0.449±0.026%和0.473±0.047%。丁香精油微乳液粒径为11.3±2.5 nm。丁香精油微乳在8周内保持稳定。关键词:微乳液,精油,搅拌速度,搅拌时间,香薷土豆蔻土豆蔻土豆蔻土豆蔻土豆蔻土豆蔻。昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明昆明Sifat dari minyak atsiri mudah menguap seingga ppenelitian ini minyak cengkeh dibuat dalam bentuk mikroemulsi sebab mikroemulsi secara termodinamika bersiat稳定,透明,dan viskositasnya rendah。Karakteristik mikroemulsi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lama pengadukan dan keecepatan pengadukan。Adapun tujuan达里语penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kecepatan丹喇嘛pengadukan terhadap karakteristik mikroemulsi minyak atsiri cengkeh丹menentukan kecepatan丹喇嘛pengadukan terbaik为她menghasilkan karakteristik mikroemulsi minyak atsiri cengkeh。阿扎克·克隆波登甘,阿扎克登甘,阿扎克登甘,阿扎克登甘,阿扎克登甘,阿扎克登甘,阿扎克登甘。鹏都坎,dilakukan, selama, 4,6, 8, menit, dankeepatan,鹏都坎,600,700,800,dan900转。数据分析varian menggunakan excel, apabila ada pengaruh perlakuan terhadap变量yang diamati,分析dilanjutkan dengan Uji BNJ。哈西尔penelitian menunjukkan bahwa kombinasi keepatan danlama pengadukan berpengaru terhadap karakteristik mikroemulsi yang dihasilkan。Kecepatan 600 rpm dan waktu pengadukan selama 4 menit merupakan perlakuan terbaik untuk成员,微乳汁,minyak atsiri, cengkeh denengan nilai指标,浊度,terkeecil setelah inkubasi 24 jam dan sesudah sentrifugasi yitu, 0,449±0,026%和0,473±0,047%。乌克兰颗粒微乳化剂的粒径为11,3±2,5 nm。Mikroemulsi minyak atsiri cengkeh stabil selama penyimpanan 8 minggu Kata kunci: Mikroemulsi, minyak atsiri, keecepatan pengadukan, lama pengadukan, Syzygium aromaticum。
{"title":"Pengaruh Kecepatan Dan Lama Pengadukan Terhadap Karakteristik Mikroemulsi Minyak Atsiri Cengkeh (Syzygium aromaticum)","authors":"I. Pratama, Lutfi Suhendra, N. Wartini","doi":"10.24843/jrma.2023.v11.i02.p08","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jrma.2023.v11.i02.p08","url":null,"abstract":"The main product of the clove plant (Syzygium aromaticum) is essential oil. Clove oil has the advantage of being able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus compared to other essential oils containing eugenol. The nature of essential oils is volatile so that in this study clove oil was made in the form of microemulsions because microemulsions are thermodynamically stable, transparent and have low viscosity. The characteristics of the microemulsion are influenced by several factors including the duration of stirring and the speed of stirring. The purpose of this study was to determine the effect of speed and duration of stirring on the characteristics of clove essential oil microemulsions and to determine the best speed and duration of stirring to produce the characteristics of clove essential oil microemulsions. This experiment used a randomized block design with two factors, namely speed and duration of stirring. Stirring was carried out for 4, 6 and 8 minutes and the stirring speed was 600, 700, 800 and 900 rpm. Data were analyzed for variance using excel, if there was an effect of treatment on the observed variables, the analysis was continued with the BNJ Test. The results showed that the combination of speed and duration of stirring had an effect on the characteristics of the resulting microemulsion. A speed of 600 rpm and a stirring time of 4 minutes was the best treatment for making clove essential oil microemulsions with the smallest turbidity index values after 24 hours of incubation and after centrifugation, namely 0.449 ± 0.026% and 0.473 ± 0.047%. Clove essential oil microemulsion particle size was 11.3 ± 2.5 nm. Clove essential oil microemulsion was stable for 8 weeks of storage. \u0000Keywords : Microemulsion, essential oil, stirring speed, stirring time, Syzygium aromaticum. \u0000Produk utama tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) ialah minyak atsiri. Minyak cengkeh memiliki keunggulan yaitu kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dibanding dengan minyak atsiri yang mengandung eugenol lainnya. Sifat dari minyak atsiri mudah menguap sehingga pada penelitian ini minyak cengkeh dibuat dalam bentuk mikroemulsi sebab mikroemulsi secara termodinamika bersifat stabil, transparan, dan viskositasnya rendah. Karakteristik mikroemulsi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lama pengadukan dan kecepatan pengadukan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kecepatan dan lama pengadukan terhadap karakteristik mikroemulsi minyak atsiri cengkeh dan menentukan kecepatan dan lama pengadukan terbaik untuk menghasilkan karakteristik mikroemulsi minyak atsiri cengkeh. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor yaitu kecepatan dan lama pengadukan. Pengadukan dilakukan selama 4, 6 dan 8 menit dan kecepatan pengadukan 600, 700, 800, dan 900 rpm. Data dianalisis varian menggunakan excel, apabila ada pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati, analisis dilanjutkan dengan Uji BNJ.","PeriodicalId":17779,"journal":{"name":"JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI","volume":"394 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80315333","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.24843/jrma.2023.v11.i02.p02
Mira Ardhaning Swari, Lutfi Suhendra, L. P. Wrasiati
ABSTRACT: This study aims to determine the effect of the formulation of the surfactant mixture ratio Tween 80: Tween 20: Span 80 on the characteristics of the microemulsion of ylang ylang essential oil as a body mist, determine the appropriate ratio of the surfactant mixture of Tween 80: Tween 20: Span 80 on the characteristics of the best ylang essential oil microemulsion as body mist, and determine the ratio of the mixture of surfactant and ylang essential oil microemulsion characteristics of the best ylang ylang essential oil as a body mist. This study used a completely randomized design with the factors being a mixture ratio of three surfactants Tween 20, Tween 80, and Span 80. The treatments used were 97:2,75:0,25; 97:2,50:0,50; 97:2,25:0,75; 97:2.00:1.00; and 97:1,75:1,25. The best surfactant mixture ratio is the one with the smallest value. Data were analyzed using ANOVA, if there was a difference, the BNT test was continued. Treatment formulations the ratio of surfactant and ylang ylang essential oil was 90:10; 87.5:12.5; 85:15; 82.5:17.5; and 80:20. The best microemulsion is the one with the highest concentration of ylang ylang essential oil and has a transparent appearance. The best microemulsion was tested for stability against pH and dilution for 8 weeks, observations were made every 2 weeks, and the rate of damage was calculated using linear regression analysis. The results of this study indicate that the ratio of the surfactant mixture Tween 20: Tween 80: Span 80 has an effect on the microemulsion characteristics of ylang ylang essential oil as a body mist. The ratio of surfactant mixture in RS1 (2.75: 97: 0.25) was the best treatment for making ylang ylang essential oil microemulsion as a body mist with microemulsion characteristics that had a transparent appearance. The ratio of the mixture of surfactant and ylang essential oil in the SM4 treatment (82.5: 17.5) was the best treatment to make a microemulsion of ylang-ylang essential oil as a body mist with a turbidity index value (%) before and after centrifugation of 0.415 ± 0.098% and 0.248±0.053%, particle size 17.3±6.3 nm, the largest droplet size was 15.8 nm, a zeta potential value of 0.1mV and stable for 8 weeks of storage. Keyword: microemulsion, ratio, surfactant, Cananga odorata ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh formulasi rasio campuran surfaktan Tween 80: Tween 20: Span 80 terhadap karakteristik mikroemulsi minyak atsiri kenanga sebagai body mist, menentukan rasio campuran surfaktan Tween 80: Tween 20: Span 80 yang tepat terhadap karakteristik mikroemulsi minyak atsiri kenanga terbaik sebagai body mist, dan menentukan rasio campuran surfaktan dan minyak atsiri kenanga karakteristik mikroemulsi minyak atsiri kenanga terbaik sebagai body mist. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor adalah rasio campuran tiga surfaktan Tween 20, Tween 80, dan Span 80. Perlakuan yang digunakan 97:2,75:0,25; 97:2,50:0,50; 97:2,25:0,75;
摘要:本研究旨在确定表面活性剂配比t80: t20: Span 80的配方对依兰精油体雾剂微乳液特性的影响,确定t80: t20的表面活性剂配比的适宜比例;Span 80对最佳依兰精油微乳液作为体雾剂的特性进行了研究,并确定了表面活性剂与依兰精油微乳液的混合比例对最佳依兰精油作为体雾剂的特性进行了研究。本研究采用完全随机设计,因子为三种表面活性剂Tween 20、Tween 80和Span 80的混合比例。处理分别为97:2,75:0,25;97:2 50:0 50;97:2 25:0, 75;97:2.00:1.00;, 75:1 97:1 25。表面活性剂的混合比为最小值的混合比。数据采用方差分析,如有差异,继续进行BNT检验。表面活性剂与依兰精油的配比为90:10;87.5:12.5;85:15;82.5:17.5;和80:20。最佳微乳液是依兰精油浓度最高且外观透明的微乳液。最佳微乳液对pH和稀释稳定性进行了8周的测试,每2周进行一次观察,并采用线性回归分析计算损伤率。本研究结果表明,表面活性剂混合物Tween 20: Tween 80: Span 80的配比对依兰精油体雾微乳特性有影响。RS1中表面活性剂混合物的配比为2.75:97:0.25,是制备依兰精油微乳体雾的最佳工艺条件,该体雾具有透明外观的微乳特性。SM4处理下表面活性剂与依兰精油的配比(82.5:17.5)为制备依兰精油体雾微乳液的最佳处理,离心前后浊度指数值(%)分别为0.415±0.098%和0.248±0.053%,粒径为17.3±6.3 nm,最大液滴尺寸为15.8 nm, zeta电位值为0.1mV,可稳定保存8周。摘要:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh配方,rasio campuran suraktan t80; Span 20; Span 80; terhadap karakteristik minyak atsiri kenanga sebagai体雾,menentukan rasio campuran suraktan t80;Span 80 yang tepat terhadap karakteristik mikroemulsi minyak atsiri kenanga terbaik sebagai身体喷雾,dan menentukan rasio campuran surfaktan minyak atsiri kenanga terbaik sebagai身体喷雾。Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan因子adalah rasio campuran tiga surfaktan t20, t80, dan Span 80。中国农业科学学报97:2,75:0,25;97:2 50:0 50;97:2 25:0, 75;97:2 00:1, 00;丹97:1 75:1 25。拉西奥·坎普朗·苏法克特·拜克特·阿达尔·杨·梅利奇·拜克特。数据分析采用方差分析、双方差分析和双方差分析。Perlakuan formulasi rasio surfaktan dan minyak atsii kenanga yitu 90:10;87、12、5;85:15;82年,17,5;丹80:20。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。微乳剂terbaik diuji稳定性分析,pH值为1 / 8,pH值为1 / 8,pH值为1 / 2,pH值为1 / 2,pH值为1 / 2。Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio campuran surfaktan 20: 80: Span 80 berpengaruh terhadap karakteristik mikroemulsi minyak atsiri kenanga sebagai身体喷雾。[3] [j] .四川农业大学学报(自然科学版)[j] .四川农业大学学报(自然科学版),2011,31(2):1 - 8。82年Rasio campuran surfaktan丹minyak atsiri郭氏,5:17日5 adalah mikroemulsi minyak atsiri郭氏terbaik sebagai身体雾dengan汝indeks indeks turbiditas (%) sebelum丹setelah sentrifugasi yaitu sebesar 0415±0098%丹0248±0053%。Mikroemulsi minyak atsiri kenanga stabil hadap pengeneran dunan pH 4,5, pH 5,5, dan pH 6,5, dan pengeneran 1:9, 1:49, 1:99 selama penypanpanan 8 minggu。Ukuran颗粒sebesar 17.3±6.3 nm, Ukuran液滴terbanyak adalah 15.8 nm, nilai zeta电位0.1 mv Kata kunci: Mikroemulsi, rasio, surfaktan, Cananga odorata
{"title":"Pengaruh Rasio Campuran Surfaktan dan Rasio Campuran Surfaktan Dengan Minyak Atsiri Kenanga (Cananga odorata) Terhadap Karakteristik Mikroemulsi Sebagai Body Mist","authors":"Mira Ardhaning Swari, Lutfi Suhendra, L. P. Wrasiati","doi":"10.24843/jrma.2023.v11.i02.p02","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jrma.2023.v11.i02.p02","url":null,"abstract":"\u0000ABSTRACT: This study aims to determine the effect of the formulation of the surfactant mixture ratio Tween 80: Tween 20: Span 80 on the characteristics of the microemulsion of ylang ylang essential oil as a body mist, determine the appropriate ratio of the surfactant mixture of Tween 80: Tween 20: Span 80 on the characteristics of the best ylang essential oil microemulsion as body mist, and determine the ratio of the mixture of surfactant and ylang essential oil microemulsion characteristics of the best ylang ylang essential oil as a body mist. This study used a completely randomized design with the factors being a mixture ratio of three surfactants Tween 20, Tween 80, and Span 80. The treatments used were 97:2,75:0,25; 97:2,50:0,50; 97:2,25:0,75; 97:2.00:1.00; and 97:1,75:1,25. The best surfactant mixture ratio is the one with the smallest value. Data were analyzed using ANOVA, if there was a difference, the BNT test was continued. Treatment formulations the ratio of surfactant and ylang ylang essential oil was 90:10; 87.5:12.5; 85:15; 82.5:17.5; and 80:20. The best microemulsion is the one with the highest concentration of ylang ylang essential oil and has a transparent appearance. The best microemulsion was tested for stability against pH and dilution for 8 weeks, observations were made every 2 weeks, and the rate of damage was calculated using linear regression analysis. The results of this study indicate that the ratio of the surfactant mixture Tween 20: Tween 80: Span 80 has an effect on the microemulsion characteristics of ylang ylang essential oil as a body mist. The ratio of surfactant mixture in RS1 (2.75: 97: 0.25) was the best treatment for making ylang ylang essential oil microemulsion as a body mist with microemulsion characteristics that had a transparent appearance. The ratio of the mixture of surfactant and ylang essential oil in the SM4 treatment (82.5: 17.5) was the best treatment to make a microemulsion of ylang-ylang essential oil as a body mist with a turbidity index value (%) before and after centrifugation of 0.415 ± 0.098% and 0.248±0.053%, particle size 17.3±6.3 nm, the largest droplet size was 15.8 nm, a zeta potential value of 0.1mV and stable for 8 weeks of storage. \u0000 \u0000Keyword: microemulsion, ratio, surfactant, Cananga odorata \u0000 \u0000ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh formulasi rasio campuran surfaktan Tween 80: Tween 20: Span 80 terhadap karakteristik mikroemulsi minyak atsiri kenanga sebagai body mist, menentukan rasio campuran surfaktan Tween 80: Tween 20: Span 80 yang tepat terhadap karakteristik mikroemulsi minyak atsiri kenanga terbaik sebagai body mist, dan menentukan rasio campuran surfaktan dan minyak atsiri kenanga karakteristik mikroemulsi minyak atsiri kenanga terbaik sebagai body mist. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor adalah rasio campuran tiga surfaktan Tween 20, Tween 80, dan Span 80. Perlakuan yang digunakan 97:2,75:0,25; 97:2,50:0,50; 97:2,25:0,75;","PeriodicalId":17779,"journal":{"name":"JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74385974","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.24843/jrma.2023.v11.i02.p10
Fitriani Lekama, Wayan Nampa, Maria Fransiska Darlen
Ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga menjadi salah satu indikator keberhasilan ketahanan pangan. Konsumsi pangan menjadi gambaran ketersediaan dan kemampuan rumah tangga untuk membeli dan memperoleh pangan. Tingginya ketersediaan pangan suatu daerah belum menjamin cukupnya ketersediaan pangan dalam rumah tangga. Masyarakat di lokasi penelitian memiliki tingkat gizi buruk sebanyak 9,3%, sehinga perlu diketahui bagaimana keersediaan dan pola konsumsi rumah tanggaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan dan pola konsumsi pangan, dengan mewawancarai 84 responden. Analisis data menggunakan persamaan kandungan kalori bahan makanan dan analisis pola pangan harapan. Hasil penelitian menunjukan rata-rata persediaan pangan pada rumah tangga petani mencapai 1.351 kg/tahun. Ketersediaan pangan untuk konsumsi termasuk dalam kategori cukup yaitu mencapai 533 hari/tahun. Namun demikian, dilihat dari sisi pola konsumsi petani belum beragam, terlihat dari capaian skor PPH hanya 63,7 dari skor maksimal 100 yang harus dicapai untuk pola konsumsi yang ideal. Untuk konsumsi pangan yang mendekati skor PPH ideal ada pada kelompok padi-padian, dan kelompok buah/biji berlemak sedangkan skor PPH terendah pada kelompok Pangan Hewani. Hal ini menjunjukkan bahwa meskipun dari sisi ketersediaan dalam kondisi cukup, namun masih rendah dalam keberagaman pangan. Kondisi ini yang diduga menyebabkan meskipun ketersediaan sudah cukup memenuhi kebutuhan pangan dalam satu tahun, masih dijumpai kasus gizi buruk di lokasi penelitian. Kata Kunci : ketersediaan pangan, pola konsumsi, pola pangan harapan, gizi buruk, takari
{"title":"Ketersediaan dan Pola Konsumsi Pangan Pokok Pada Rumah Tangga Petani di Desa Benu Kecamatan Takari Kabupaten Kupang","authors":"Fitriani Lekama, Wayan Nampa, Maria Fransiska Darlen","doi":"10.24843/jrma.2023.v11.i02.p10","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jrma.2023.v11.i02.p10","url":null,"abstract":"Ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga menjadi salah satu indikator keberhasilan ketahanan pangan. Konsumsi pangan menjadi gambaran ketersediaan dan kemampuan rumah tangga untuk membeli dan memperoleh pangan. Tingginya ketersediaan pangan suatu daerah belum menjamin cukupnya ketersediaan pangan dalam rumah tangga. Masyarakat di lokasi penelitian memiliki tingkat gizi buruk sebanyak 9,3%, sehinga perlu diketahui bagaimana keersediaan dan pola konsumsi rumah tanggaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan dan pola konsumsi pangan, dengan mewawancarai 84 responden. Analisis data menggunakan persamaan kandungan kalori bahan makanan dan analisis pola pangan harapan. Hasil penelitian menunjukan rata-rata persediaan pangan pada rumah tangga petani mencapai 1.351 kg/tahun. Ketersediaan pangan untuk konsumsi termasuk dalam kategori cukup yaitu mencapai 533 hari/tahun. Namun demikian, dilihat dari sisi pola konsumsi petani belum beragam, terlihat dari capaian skor PPH hanya 63,7 dari skor maksimal 100 yang harus dicapai untuk pola konsumsi yang ideal. Untuk konsumsi pangan yang mendekati skor PPH ideal ada pada kelompok padi-padian, dan kelompok buah/biji berlemak sedangkan skor PPH terendah pada kelompok Pangan Hewani. Hal ini menjunjukkan bahwa meskipun dari sisi ketersediaan dalam kondisi cukup, namun masih rendah dalam keberagaman pangan. Kondisi ini yang diduga menyebabkan meskipun ketersediaan sudah cukup memenuhi kebutuhan pangan dalam satu tahun, masih dijumpai kasus gizi buruk di lokasi penelitian. \u0000Kata Kunci : ketersediaan pangan, pola konsumsi, pola pangan harapan, gizi buruk, takari \u0000 ","PeriodicalId":17779,"journal":{"name":"JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI","volume":"1 12 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82712433","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.24843/jrma.2023.v11.i02.p07
Adi Boy Hotmauli Munthe, Cokorda Anom Bayu Sadyasmara, Dewa Ayu Anom Yuariani
mudah diperoleh dari alam. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan warna jaja samuhan yang diberi pewarna sintetis dan diberi pewarna alami dari daun suji, bunga gemitir, bunga telang dan bugenvil. Penelitian dilakukan di Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa nilai kecerahan (L), kemerahan (a) dan kekuningan (b) dari jaja samuhan dengan pewarna sintetis adalah (55,4± 0.1; 32,4± 0,2 dan 41.9± 0,2) nilai L, a dan b pada jaja samuhan dengan pewarna alamiah adalah (53,6± 0,3 ; 31,2± 0,1 dan 40,5± 0,2). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa warna dengan bahan alamiah pada jaja samuhan mendekati warna dengan pewarna sintetis. Kata kunci : jaja samuhan, pewarna alamiah dan pewarna sinteti
{"title":"mudah diperoleh dari alam. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan warna jaja samuhan yang diberi pewarna sintetis dan diberi pewarna alami dari daun suji, bunga gemitir, bunga telang dan bugenvil. Penelitian dilakukan di Desa Tunjuk, Kabupaten Tab","authors":"Adi Boy Hotmauli Munthe, Cokorda Anom Bayu Sadyasmara, Dewa Ayu Anom Yuariani","doi":"10.24843/jrma.2023.v11.i02.p07","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jrma.2023.v11.i02.p07","url":null,"abstract":"mudah diperoleh dari alam. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan warna jaja samuhan yang diberi pewarna sintetis dan diberi pewarna alami dari daun suji, bunga gemitir, bunga telang dan bugenvil. Penelitian dilakukan di Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa nilai kecerahan (L), kemerahan (a) dan kekuningan (b) dari jaja samuhan dengan pewarna sintetis adalah (55,4± 0.1; 32,4± 0,2 dan 41.9± 0,2) nilai L, a dan b pada jaja samuhan dengan pewarna alamiah adalah (53,6± 0,3 ; 31,2± 0,1 dan 40,5± 0,2). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa warna dengan bahan alamiah pada jaja samuhan mendekati warna dengan pewarna sintetis. Kata kunci : jaja samuhan, pewarna alamiah dan pewarna sinteti","PeriodicalId":17779,"journal":{"name":"JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI","volume":"61 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91218835","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.24843/jrma.2023.v11.i02.p13
Made Surya Pramana Mahardika, I. K. E. Wiratnyana Putera
This study aims to examine the development of extraction methods for antioxidant capacity testing using a spectrophotometer on matoa leaf extract. The extraction method used is the soxhletation method. Factors that affect the extraction process with Soxhlet tools include extraction time and solvent concentration. The treatments used in this study were ethanol concentration (60%, 70%, 80% and 90%) and extraction time (3, 4, 5, and 6 hours), Determination of the best solvent concentration and extraction time was carried out by calculating the antioxidant content of the DPPHspectrophotometer method. The results showed that 70% ethanol concentration with extraction time for 4 hours was the best treatment that obtained antioxidant capacity of 5.54% with extract yield of 35.00%. The antioxidant capacity of matoa leaf extract obtained ranged from 3.15-5.54% with the yield value of matoa leaf extract obtained ranged from 19.36 - 35.00% which has color characteristics, namely the range of L* values of 13.39 to 20.44, the range of a* values ranging from - 3.62 to 0.43 and the range of b* values ranging from -7.50 to -3.31. The soxhletation method can be used as one of the extraction methods to obtain matoa leaf extract and the use of UV-VIS spectrophotometric method can also be used as one of the methods for testing the antioxidant capacity of matoa leaf extract. Keywords : matoa leaf, extraction, soxhletation device, solvent concentration, extraction time. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan metode ekstraksi terhadap pengujian kapasitas antioksidan menggunakan alat spektrofotometer pada ekstrak daun matoa. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode soxhletasi. Faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi dengan alat Soxhlet diantaranya waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi etanol (60%,70%,80% dan 90%) dan waktu ekstraksi (3,4,5, dan 6 jam), Penentuan konsentrasi pelarut dan waktu ekstraksi terbaik dilakukan dengan perhitungan kadar antioksidan metode DPPH-spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi etanol 70% dengan waktu ekstraksi selama 4 jam merupakan perlakuan terbaik yang memperoleh kapasitas antioksidan sebesar 5,54% dengan rendemen ekstrak sebesar 35,00%. Kapasitas antioksidan ekstrak daun matoa yang diperoleh berkisar antara 3,15-5,54% dengan nilai rendemen ekstrak daun matoa yang didapatkan berkisar antara 19,36 – 35,00% yang memiliki karakteristik warna yaitu kisaran nilai L* yaitu sebesar 13,39 hingga 20,44, Kisaran nilai a* berkisar antara -3,62 hingga 0,43 dan kisaran nilai b* berkisar antara-7,50 hingga -3,31. Metode soxhletasi dapat digunakan sebagai salah satu metode ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak daun matoa dan penggunaan metode spektrofotometri UV-VIS juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk pengujian kapasitas antioksidan ekstrak daun matoa. Kata kunci : alat soxhletasi, daun matoa, ekstraksi, konsentrasi pelarut
本研究旨在探讨用分光光度法测定番茄叶提取物抗氧化能力的提取方法的发展。提取方法为索氏法。影响索氏工具提取过程的因素包括提取时间和溶剂浓度。采用乙醇浓度(60%、70%、80%、90%)和提取时间(3、4、5、6 h)为处理条件,通过dpph分光光度法计算抗氧化剂含量,确定最佳溶剂浓度和提取时间。结果表明,乙醇浓度为70%,提取时间为4 h,抗氧化能力为5.54%,提取率为35.00%。得到的matoa叶提取物的抗氧化能力为3.15 ~ 5.54%,得到的matoa叶提取物的产率值为19.36 ~ 35.00%,具有颜色特征,即L*值为13.39 ~ 20.44,a*值为- 3.62 ~ 0.43,b*值为-7.50 ~ -3.31。索氏提取法可作为获得matoa叶提取物的提取方法之一,紫外-可见分光光度法也可作为测试matoa叶提取物抗氧化能力的方法之一。关键词:芝麻叶,提取,萃取装置,溶剂浓度,提取时间。Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan mede ekstraksi terhahapa企鹅kapasitas antioksidan menggunakan alat光谱测定仪我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思。杨先生,在他的论文中,他提出了一种新的研究方法。Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi etanol(60%,70%,80%和90%)dan waktu ekstraksi (3,4,5,6 jam), Penentuan konsentrasi pelarut dan waktu ekstraksi terbaik dilakukan dengan perhitungan kadar antioksidan方法dph -光谱脚计。Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi etanol 70% dengan waktu ekstraksi selama 4 jam merupakan perlakuan terbaik yang memperoleh kapasitas antioksidan sebesar 5,54% dengan renmen ekstrak sebesar 35,00%。Kapasitas antioksidan ekstrak daun matoa yang diperoleh berkisar antara 3,15-5,54% dengan nilai rendemen ekstrak daun matoa yang didapatkan berkisar antara 19,36 - 35,00% yang memiliki karakteristik warna kisaran nilai L* yaitu sebesar 13,39 hingga 20,44, kisaran nilai a* berkisar antara- 3,62 hingga 0,43 dan kisaran nilai b* berkisar antara-7,50 hingga -3,31。这是一种用UV-VIS分光光度法测定的方法。这是一种用UV-VIS分光光度法测定的方法。Kata kunci: alat soxhletasi, daun matoa, ekstraksi, konsentrasi pelarut, waktu ekstraksi。
{"title":"Kajian Pengembangan Metode Ekstraksi Soxhletasi Terhadap Kadar Antioksidan Ekstrak Daun Matoa (Pomitea pinnata) Menggunakan Spektrofotometer UV VIS","authors":"Made Surya Pramana Mahardika, I. K. E. Wiratnyana Putera","doi":"10.24843/jrma.2023.v11.i02.p13","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jrma.2023.v11.i02.p13","url":null,"abstract":"This study aims to examine the development of extraction methods for antioxidant capacity testing using a spectrophotometer on matoa leaf extract. The extraction method used is the soxhletation method. Factors that affect the extraction process with Soxhlet tools include extraction time and solvent concentration. The treatments used in this study were ethanol concentration (60%, 70%, 80% and 90%) and extraction time (3, 4, 5, and 6 hours), Determination of the best solvent concentration and extraction time was carried out by calculating the antioxidant content of the DPPHspectrophotometer method. The results showed that 70% ethanol concentration with extraction time for 4 hours was the best treatment that obtained antioxidant capacity of 5.54% with extract yield of 35.00%. The antioxidant capacity of matoa leaf extract obtained ranged from 3.15-5.54% with the yield value of matoa leaf extract obtained ranged from 19.36 - 35.00% which has color characteristics, namely the range of L* values of 13.39 to 20.44, the range of a* values ranging from - 3.62 to 0.43 and the range of b* values ranging from -7.50 to -3.31. The soxhletation method can be used as one of the extraction methods to obtain matoa leaf extract and the use of UV-VIS spectrophotometric method can also be used as one of the methods for testing the antioxidant capacity of matoa leaf extract. \u0000Keywords : matoa leaf, extraction, soxhletation device, solvent concentration, extraction time. \u0000Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan metode ekstraksi terhadap pengujian kapasitas antioksidan menggunakan alat spektrofotometer pada ekstrak daun matoa. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode soxhletasi. Faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi dengan alat Soxhlet diantaranya waktu ekstraksi dan konsentrasi pelarut. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi etanol (60%,70%,80% dan 90%) dan waktu ekstraksi (3,4,5, dan 6 jam), Penentuan konsentrasi pelarut dan waktu ekstraksi terbaik dilakukan dengan perhitungan kadar antioksidan metode DPPH-spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi etanol 70% dengan waktu ekstraksi selama 4 jam merupakan perlakuan terbaik yang memperoleh kapasitas antioksidan sebesar 5,54% dengan rendemen ekstrak sebesar 35,00%. Kapasitas antioksidan ekstrak daun matoa yang diperoleh berkisar antara 3,15-5,54% dengan nilai rendemen ekstrak daun matoa yang didapatkan berkisar antara 19,36 – 35,00% yang memiliki karakteristik warna yaitu kisaran nilai L* yaitu sebesar 13,39 hingga 20,44, Kisaran nilai a* berkisar antara -3,62 hingga 0,43 dan kisaran nilai b* berkisar antara-7,50 hingga -3,31. Metode soxhletasi dapat digunakan sebagai salah satu metode ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak daun matoa dan penggunaan metode spektrofotometri UV-VIS juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk pengujian kapasitas antioksidan ekstrak daun matoa. \u0000Kata kunci : alat soxhletasi, daun matoa, ekstraksi, konsentrasi pelarut","PeriodicalId":17779,"journal":{"name":"JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI","volume":"236 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80348269","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.24843/jrma.2023.v11.i02.p04
Komang Eka, Dana Suputra, W. Gede, Sedana Yoga, G. Ayu, Lani Triani
Provinsi Bali merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia, dengan jumlah produksi sebanyak 15.649 ton. Terdapat tiga daerah penghasil kopi yang cukup besar di Provinsi Bali, yaitu Kabupaten Bangli dengan penghasil kopi sebanyak 2.173 ton yang sebagian besar berada di kecamatan Kintamani. Kabupaten Tabanan dengan penghasil kopi sebanyak 5.588 ton yang sebagian besar berada di kecamatan Pupuan. Kabupaten Buleleng menghasilkan kopi robusta 5.379 ton serta kopi arabika 1.114 ton, dimana sebagian besar berada di kecamatan Banjar dan Kubutambahan (Badan Pusat Statistik, 2021). Pembentukan nilai tambah sangat penting dalam pengolahan produk kopi karena dapat meningkatkan pendapatan bagi produsen. Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu produk karena adanya proses pengolahan, pengangkutan maupun penyimpanan dalam suatu produksi. CV. Kopi Kak Dukuh merupakan suatu industri rumah tangga yang bergerak dibidang industri kopi. Industri ini melakukan proses pengolahan biji kopi (green bean) hingga menjadi kopi bubuk. Proses pengolahan tersebut menghasilkan pertambahan nilai pada produk kopi sehingga dapat dilakukan perhitungan nilai tambah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses produksi dan nilai tambah dari biji kopi hingga kopi bubuk di CV. Kopi Kak Dukuh. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah produk kopi adalah metode Hayami. Hasil penelitian ini menunjukkan proses produksi kopi bubuk terdiri dari proses sortasi, timbang, sangrai, jeda I, giling, jeda II dan kemas. Kemudian untuk nilai tambah pada kopi robusta bubuk menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 16.197/kg dengan rasio sebesar 34% dan kopi blend menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 53.833/kg dengan rasio nilai tambah sebesar 46%.
{"title":"NALISIS NILAI TAMBAH KOPI BUBUK PRODUKSI CV. KOPI KAK DUKUH","authors":"Komang Eka, Dana Suputra, W. Gede, Sedana Yoga, G. Ayu, Lani Triani","doi":"10.24843/jrma.2023.v11.i02.p04","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jrma.2023.v11.i02.p04","url":null,"abstract":"Provinsi Bali merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia, dengan jumlah produksi sebanyak 15.649 ton. Terdapat tiga daerah penghasil kopi yang cukup besar di Provinsi Bali, yaitu Kabupaten Bangli dengan penghasil kopi sebanyak 2.173 ton yang sebagian besar berada di kecamatan Kintamani. Kabupaten Tabanan dengan penghasil kopi sebanyak 5.588 ton yang sebagian besar berada di kecamatan Pupuan. Kabupaten Buleleng menghasilkan kopi robusta 5.379 ton serta kopi arabika 1.114 ton, dimana sebagian besar berada di kecamatan Banjar dan Kubutambahan (Badan Pusat Statistik, 2021). Pembentukan nilai tambah sangat penting dalam pengolahan produk kopi karena dapat meningkatkan pendapatan bagi produsen. Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu produk karena adanya proses pengolahan, pengangkutan maupun penyimpanan dalam suatu produksi. CV. Kopi Kak Dukuh merupakan suatu industri rumah tangga yang bergerak dibidang industri kopi. Industri ini melakukan proses pengolahan biji kopi (green bean) hingga menjadi kopi bubuk. Proses pengolahan tersebut menghasilkan pertambahan nilai pada produk kopi sehingga dapat dilakukan perhitungan nilai tambah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses produksi dan nilai tambah dari biji kopi hingga kopi bubuk di CV. Kopi Kak Dukuh. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah produk kopi adalah metode Hayami. Hasil penelitian ini menunjukkan proses produksi kopi bubuk terdiri dari proses sortasi, timbang, sangrai, jeda I, giling, jeda II dan kemas. Kemudian untuk nilai tambah pada kopi robusta bubuk menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 16.197/kg dengan rasio sebesar 34% dan kopi blend menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 53.833/kg dengan rasio nilai tambah sebesar 46%.","PeriodicalId":17779,"journal":{"name":"JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI","volume":"30 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83983953","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.24843/jrma.2023.v11.i02.p09
IGAA. Mirah Widiastiti, Ni Wayan Intan Afsari Dewi, A. Duniaji
Kontaminan pada analisis mikrobiologi sering terjadi walaupun sudah dilakukan pengujian secara aseptis. Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme bertujuan untuk membasmi mikroorganisme yang tidak diinginkan. Desinfektan yang dipergunakan yakni kombinasi larutan pemutih (bayclin) dengan alkohol merupakan bahan yang bekerja dengan inaktifasi enzim, denaturasi protein dan inaktivasi asam nukleat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan disinfektan larutan pemutih (bayclin) dari berbagai konsentrasi dalam mencegah mikroba kontaminan pada inkubator di Laboratorium Mikrobiologi Pangan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa eksperimen, hasil swab permukaan peralatan inkubator yang telah disemprotkan Alkohol 70% dilanjutkan dengan penyemprotan disinfektan larutan pemutih (bayclin) konsentrasi (0%, 5%, 10% dan 15%), kemudian dilakukan pengujian tingkat kontaminan mikroba dengan analisis total bakteri dan total kapang khamir menggunakan metode TPC (Total Plate Count) dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Didapatkan hasil bahwa penyemprotan disinfektan larutan pemutih (bayclin) berpengaruh terhadap kuantitas total bakteri dan total kapang khamir yang diinkubasi pada peralatan inkubator dilaboratorioum mikrobiologi dengan kuantitas sel total bakteri tertinggi pada perlakuan kontrol (bayclin 0%) sebesar 3,7 CFU/cm2 dan terkecil sebesar 0 CFU/cm2 pada perlakuan konsentrasi bayclin 15% serta kuantittas sel total kapang kamir tertinggi pada perlakuan kontrol (bayclin 0%) sebesar 1,5 CFU/cm2 dan terkecil sebesar 0 CFU/ cm2 pada perlakuan konsentrasi bayclin 15%.
{"title":"Efektivitas Desinfektan Larutan Pemutih (Bayclin) dalam Mencegah Mikroba Kontaminan pada Inkubator di Laboratorium Mikrobiologi","authors":"IGAA. Mirah Widiastiti, Ni Wayan Intan Afsari Dewi, A. Duniaji","doi":"10.24843/jrma.2023.v11.i02.p09","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jrma.2023.v11.i02.p09","url":null,"abstract":"Kontaminan pada analisis mikrobiologi sering terjadi walaupun sudah dilakukan pengujian secara aseptis. Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme bertujuan untuk membasmi mikroorganisme yang tidak diinginkan. Desinfektan yang dipergunakan yakni kombinasi larutan pemutih (bayclin) dengan alkohol merupakan bahan yang bekerja dengan inaktifasi enzim, denaturasi protein dan inaktivasi asam nukleat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan disinfektan larutan pemutih (bayclin) dari berbagai konsentrasi dalam mencegah mikroba kontaminan pada inkubator di Laboratorium Mikrobiologi Pangan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa eksperimen, hasil swab permukaan peralatan inkubator yang telah disemprotkan Alkohol 70% dilanjutkan dengan penyemprotan disinfektan larutan pemutih (bayclin) konsentrasi (0%, 5%, 10% dan 15%), kemudian dilakukan pengujian tingkat kontaminan mikroba dengan analisis total bakteri dan total kapang khamir menggunakan metode TPC (Total Plate Count) dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Didapatkan hasil bahwa penyemprotan disinfektan larutan pemutih (bayclin) berpengaruh terhadap kuantitas total bakteri dan total kapang khamir yang diinkubasi pada peralatan inkubator dilaboratorioum mikrobiologi dengan kuantitas sel total bakteri tertinggi pada perlakuan kontrol (bayclin 0%) sebesar 3,7 CFU/cm2 dan terkecil sebesar 0 CFU/cm2 pada perlakuan konsentrasi bayclin 15% serta kuantittas sel total kapang kamir tertinggi pada perlakuan kontrol (bayclin 0%) sebesar 1,5 CFU/cm2 dan terkecil sebesar 0 CFU/ cm2 pada perlakuan konsentrasi bayclin 15%.","PeriodicalId":17779,"journal":{"name":"JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI","volume":"43 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89860744","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.24843/jrma.2023.v11.i02.p12
I. P. M. Parstya Saputra, I. Satriawan, Dewa Ayu Anom Yuarini
Speed Coffee was established during the Covid-19 pandemic in March 2021. As a result of the dynamic challenges and increasing competition in the current economic recovery, Speed Coffee needs alternative strategies and business model mapping. This research aims to identify internal and external factors using SWOT analysis, formulate alternative strategies, and apply the canvas business model to support business development. The results showed that Speed Coffee is positioned in quadrant I, which supports aggressive strategies such as market penetration by expanding market share through marketing/promotion efforts, improving services to retain and attract new customers, and innovating in product development. In the canvas business model, several developments were made on the 9 elements, including adding culinary/coffee enthusiasts, tourists, and public figures (customer segments), providing coffee education (value propositions), partnering with nearby small and medium-sized enterprises, villas, or homestays to increase sales conversion and revenue (channels), providing discounts and coupons to increase customer purchases (customer relationships), recommending a consignment system to expand the marketing area (revenue streams), increasing the number of employees and conducting capacity building through training employees and developing the menu (key resources). In key activities, making and formulating written SOPs and conducting maximum work briefings and evaluations for employees. Joint venture activities include capital investment partnerships (key partnerships), budgeting and determining promotion costs and business development costs (cost structure). Keyword : SWOT Analysis, Business model canvas, Business development strategy, Speed coffee Speed Coffee telah didirikan pada bulan Maret 2021, saat itu juga bertepatan dengan adanya pandemic covid-19. Alternatif strategi dan pemetaan model bisnis merupakan tantangan dinamis yang harus dihadapi dan persaingan kompetitif pada masa pemulihan ekonomi saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi alternative, identivikasi penyebab internal dan eksternal menggunakan analisis SWOT, serta penerapan model bisnis kanvas dalam menunjang pengembangan usaha. Hasil yang ditunjukan oleh penelitian adalah posisi Speed Coffee pada kuadran I yaitu inovasi dalam pengembangkan produk, menaikan level dalam pelayanna agar bertahan dan untuk menarik bagi pelanggan baru, meningkatkan dan meluaskan market share usaha pemasaran/promosi, mendukung strategi agresif melalui lingkup penetrasi pasar. Model bisnis kanvas telah mengembangkan 9 elemen, yaitu menambahkan pecinta kuliner/kopi, wisatawan, dan publik figur (customer segment), menyelenggarakan edukasi di bidang kopi (value propositions), mengadakan kerja sama dengan unit usaha/UMKM, Villa, atau homestay disekitarnya dalam meningkatkan konversi penjualan dan pendapatan (channels), melakukan pemberian diskon dan kupon untuk meningkatkan pembelian
速咖啡成立于2021年3月新冠肺炎大流行期间。由于当前经济复苏的动态挑战和日益激烈的竞争,Speed Coffee需要替代策略和商业模式映射。本研究旨在通过SWOT分析找出内外部因素,制定备选策略,并运用canvas商业模式支持业务发展。结果显示,Speed Coffee位于象限I,它支持积极的策略,例如通过营销/促销努力扩大市场份额,改善服务以保留和吸引新客户,以及在产品开发中进行创新来渗透市场。在画布商业模式中,对9个要素进行了一些发展,包括增加烹饪/咖啡爱好者,游客和公众人物(客户细分),提供咖啡教育(价值主张),与附近的中小企业,别墅或民宿合作以增加销售转换和收入(渠道),提供折扣和优惠券以增加客户购买(客户关系),推荐寄售制度以扩大营销区域(收入流),增加员工数量,并通过培训员工和开发菜单(关键资源)进行能力建设。在关键活动中,制定书面sop,并对员工进行最大限度的工作简报和评估。合资企业活动包括资本投资伙伴关系(关键伙伴关系),预算和确定推广成本和业务发展成本(成本结构)。关键词:SWOT分析,商业模式画布,商业发展战略,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖,速咖替代战略与经济发展模式,如merupakan、tantanangan、diamis、harus、dihappi、perhappan、perhappan、perhappan、perhappan等。分析战略选择,分析SWOT分析,分析战略选择模型,分析战略选择模型。Hasil yang ditunjukan oleh penelitian adalah posisi Speed Coffee pada kuadran I yitu inovasi dalam pengembangkan产品,menaikan水平dalam pelayanna agar bertahan dan untuk menarik bagi pelanggan baru, mengkatkan和meluaskan市场份额usaha pemasaran/promosi, mendukung战略积极推动meluaskan的发展渗透pasar。Model bisnis kanvas telon untuk penbelian 9 element, yitu menambahkan pecinta kuliner/kopi, wisatawan, dan public figure(客户细分),menyelenggarakan edukasi di bidang kopi(价值主张),mengadakan kerja sama dengan unit usaha/UMKM, Villa, atau民宿disekitarnya dalam meningkatkan konversi penjualan dan pendapatan(渠道),melakukan pemberian diskon dan kupon untuk meningkatkan pembelian oleh pelanggan(客户关系),Merekomendasikan系统konsinyasi Yang bertujuan untuk memperluas daerah pemasaran(收入流),menambah tenaga kerja/pegawai, serta melakukan能力建设yitu pelatihan pada karyawan Dan melakukan pengembangan菜单(关键资源)。关键活动(paada aktivitas kunci),关键活动(mematumuskan SOP),关键活动(tertulis serta mengadakan briefing),关键活动评估(evaluation)。马六甲合资企业yitu pengadaan kerja sama berupa penanaman modal(关键伙伴关系),menetapkan dan menaksir biaya pengiklanan serta biaya pengembangan dalam bisnis(成本结构)。Kata kunci: SWOT分析,bisnis kanvas模型,strategy pengembangan usaha, Speed coffee
{"title":"ANALISIS SWOT DAN PENERAPAN MODEL BISNIS KANVAS DALAM STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SPEED COFFEE, TEGALALANG, KABUPATEN GIANYAR","authors":"I. P. M. Parstya Saputra, I. Satriawan, Dewa Ayu Anom Yuarini","doi":"10.24843/jrma.2023.v11.i02.p12","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jrma.2023.v11.i02.p12","url":null,"abstract":"Speed Coffee was established during the Covid-19 pandemic in March 2021. As a result of the dynamic challenges and increasing competition in the current economic recovery, Speed Coffee needs alternative strategies and business model mapping. This research aims to identify internal and external factors using SWOT analysis, formulate alternative strategies, and apply the canvas business model to support business development. The results showed that Speed Coffee is positioned in quadrant I, which supports aggressive strategies such as market penetration by expanding market share through marketing/promotion efforts, improving services to retain and attract new customers, and innovating in product development. In the canvas business model, several developments were made on the 9 elements, including adding culinary/coffee enthusiasts, tourists, and public figures (customer segments), providing coffee education (value propositions), partnering with nearby small and medium-sized enterprises, villas, or homestays to increase sales conversion and revenue (channels), providing discounts and coupons to increase customer purchases (customer relationships), recommending a consignment system to expand the marketing area (revenue streams), increasing the number of employees and conducting capacity building through training employees and developing the menu (key resources). In key activities, making and formulating written SOPs and conducting maximum work briefings and evaluations for employees. Joint venture activities include capital investment partnerships (key partnerships), budgeting and determining promotion costs and business development costs (cost structure). \u0000Keyword : SWOT Analysis, Business model canvas, Business development strategy, Speed coffee \u0000Speed Coffee telah didirikan pada bulan Maret 2021, saat itu juga bertepatan dengan adanya pandemic covid-19. Alternatif strategi dan pemetaan model bisnis merupakan tantangan dinamis yang harus dihadapi dan persaingan kompetitif pada masa pemulihan ekonomi saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi alternative, identivikasi penyebab internal dan eksternal menggunakan analisis SWOT, serta penerapan model bisnis kanvas dalam menunjang pengembangan usaha. Hasil yang ditunjukan oleh penelitian adalah posisi Speed Coffee pada kuadran I yaitu inovasi dalam pengembangkan produk, menaikan level dalam pelayanna agar bertahan dan untuk menarik bagi pelanggan baru, meningkatkan dan meluaskan market share usaha pemasaran/promosi, mendukung strategi agresif melalui lingkup penetrasi pasar. Model bisnis kanvas telah mengembangkan 9 elemen, yaitu menambahkan pecinta kuliner/kopi, wisatawan, dan publik figur (customer segment), menyelenggarakan edukasi di bidang kopi (value propositions), mengadakan kerja sama dengan unit usaha/UMKM, Villa, atau homestay disekitarnya dalam meningkatkan konversi penjualan dan pendapatan (channels), melakukan pemberian diskon dan kupon untuk meningkatkan pembelian","PeriodicalId":17779,"journal":{"name":"JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI","volume":"198 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75002144","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.24843/jrma.2023.v11.i02.p06
Ni Nyoman Dian Luswiantini, L. P. Wrasiati
Jajanan tradisional merupakan warisan leluhur yang menjadi komponen penting dalam bidang kuliner Indonesia. Di Bali jajanan tradisional memiliki arti khusus dan menjadi salah satu bagian penting dari sesajen dalam upacara keagamaan. Salah satu jenis jajanan yang dikenal yaitu jaja samuhan, produsennya cukup banyak ditemukan di Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan, Bali. Pada proses pembuatan jaja samuhan masih banyak ditemukan produsen yang menggunakan pewarna sintetis yang dianggap lebih praktis oleh masyarakat. Penggunaan pewarna sintetis bertujuan untuk meningkatkan daya tarik konsumen, warna yang seragam, dan mengatasi perubahan warna selama penyimpanan. Penggunaan pewarna sintetiss pada makanan dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan jika dikonsumsi jangka panjang. Upaya dalam menghindari efek berbahaya tersebut, pewarna sintetis dapat digantikan dengan pewarna alamiah yang terbuat dari tumbuhan yang jauh lebih aman dikonsumsi dan mudah diperoleh dari alam. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan warna jaja samuhan yang diberi pewarna sintetis dan diberi pewarna alami dari daun suji, bunga gemitir, bunga telang dan bugenvil. Penelitian dilakukan di Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan. Pelaku pembuat jaja samuhan adalah ibu-ibu PKK di desa tersebut. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa nilai kecerahan (L), kemerahan (a) dan kekuningan (b) dari jaja samuhan dengan pewarna sintetis adalah (55,4± 0.1; 32,4± 0,2 dan 41.9± 0,2) nilai L, a dan b pada jaja samuhan dengan pewarna alamiah adalah (53,6± 0,3 ; 31,2± 0,1 dan 40,5± 0,2). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa warna dengan bahan alamiah pada jaja samuhan mendekati warna dengan pewarna sintetis.
{"title":"Pemanfaatan Daun Suji, Bunga Gemitir, Telang dan Bugenvil Sebagai Pewarna Alamiah Jajanan Tradisional Bali Jaja Samuhan","authors":"Ni Nyoman Dian Luswiantini, L. P. Wrasiati","doi":"10.24843/jrma.2023.v11.i02.p06","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jrma.2023.v11.i02.p06","url":null,"abstract":"Jajanan tradisional merupakan warisan leluhur yang menjadi komponen penting dalam bidang kuliner Indonesia. Di Bali jajanan tradisional memiliki arti khusus dan menjadi salah satu bagian penting dari sesajen dalam upacara keagamaan. Salah satu jenis jajanan yang dikenal yaitu jaja samuhan, produsennya cukup banyak ditemukan di Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan, Bali. Pada proses pembuatan jaja samuhan masih banyak ditemukan produsen yang menggunakan pewarna sintetis yang dianggap lebih praktis oleh masyarakat. Penggunaan pewarna sintetis bertujuan untuk meningkatkan daya tarik konsumen, warna yang seragam, dan mengatasi perubahan warna selama penyimpanan. Penggunaan pewarna sintetiss pada makanan dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan jika dikonsumsi jangka panjang. Upaya dalam menghindari efek berbahaya tersebut, pewarna sintetis dapat digantikan dengan pewarna alamiah yang terbuat dari tumbuhan yang jauh lebih aman dikonsumsi dan mudah diperoleh dari alam. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan warna jaja samuhan yang diberi pewarna sintetis dan diberi pewarna alami dari daun suji, bunga gemitir, bunga telang dan bugenvil. Penelitian dilakukan di Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan. Pelaku pembuat jaja samuhan adalah ibu-ibu PKK di desa tersebut. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa nilai kecerahan (L), kemerahan (a) dan kekuningan (b) dari jaja samuhan dengan pewarna sintetis adalah (55,4± 0.1; 32,4± 0,2 dan 41.9± 0,2) nilai L, a dan b pada jaja samuhan dengan pewarna alamiah adalah (53,6± 0,3 ; 31,2± 0,1 dan 40,5± 0,2). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa warna dengan bahan alamiah pada jaja samuhan mendekati warna dengan pewarna sintetis.","PeriodicalId":17779,"journal":{"name":"JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86738158","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-06-22DOI: 10.24843/jrma.2023.v11.i02.p05
Dorothy Alma Bertie, Amna . Hartiati
One of the products of PT. Bapak Bakery which has the highest market demand is the chocolate croissant. The large demand for this product results in a large number of reject products that are not in accordance with company standards. Therefore, it is necessary to study the production process and quality control using the Statistical Quality Control (SQC) method so that it can be seen whether the number of reject products in this product is still within the company's tolerance limits or not. The purpose of this research is to study the production process and product quality aspects of chocolate croissant PT. Bapak Bakery. The method used in this research is field practice, observation, interviews, literature study, and data processing. In the production process of chocolate croissants at PT. Bapak Bakery is carried out through several stages, namely the preparation of ingredients, weighing of ingredients, mixing, weighing the dough, freezing the dough, sheeter, cutting, filling with chocolate sticks, forming, proofing, greasing, baking, resting, and packaging. The results of the analysis using the Statistical Quality Control (SQC) method showed that the total chocolate croissants reject products were 269 pcs with details as many as 139 pcs (52%) experiencing burnt rejects (overcooked) and as many as 130 pcs (48%) experiencing reject layers that did not come out of the total. 1966 pcs chocolate croissants produced during the research period. The results of the analysis using the SQC method indicate that the number of reject products is still within the tolerance limits set by the company. Two causes of chocolate croissant damage are found in the machine factor, the worker factor, the raw material factor, and the method used during the production process. Keywords: Quality Control, Statistical Quality Control (SQC), Croissant, PT. Bapak Bakery
PT. Bapak Bakery市场需求量最大的产品之一是巧克力牛角包。对该产品的大量需求导致了大量不符合公司标准的废品。因此,有必要使用统计质量控制(SQC)方法对生产过程和质量控制进行研究,以了解该产品中的不合格品数量是否仍在公司的公差范围内。本研究的目的是研究PT. Bapak Bakery巧克力牛角包的生产工艺和产品质量。本研究采用实地实践、观察、访谈、文献研究、数据处理等方法。在PT. Bapak Bakery的巧克力牛角包的制作过程中,要经过几个阶段,即原料的准备、配料的称重、混合、称面团、冷冻面团、薄片、切割、巧克力棒填充、成型、打样、上油、烘烤、静置、包装。使用统计质量控制(SQC)方法进行分析的结果显示,总共有269件巧克力牛角面包不合格品,其中139件(52%)是烧焦不合格品(过度煮熟),130件(48%)是不合格品。研究期间生产的1966 PCS巧克力羊角面包。采用SQC方法分析的结果表明,不合格品数量仍在公司规定的公差范围内。造成巧克力牛角面包破损的原因主要有机器因素、工人因素、原料因素和生产过程中使用的方法。关键词:质量控制,统计质量控制(SQC),羊角面包,PT,巴巴克面包店
{"title":"Pengendalian Mutu Produk Croissant Chocolate Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) di PT. Bapak Bakery","authors":"Dorothy Alma Bertie, Amna . Hartiati","doi":"10.24843/jrma.2023.v11.i02.p05","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/jrma.2023.v11.i02.p05","url":null,"abstract":"One of the products of PT. Bapak Bakery which has the highest market demand is the chocolate croissant. The large demand for this product results in a large number of reject products that are not in accordance with company standards. Therefore, it is necessary to study the production process and quality control using the Statistical Quality Control (SQC) method so that it can be seen whether the number of reject products in this product is still within the company's tolerance limits or not. The purpose of this research is to study the production process and product quality aspects of chocolate croissant PT. Bapak Bakery. The method used in this research is field practice, observation, interviews, literature study, and data processing. In the production process of chocolate croissants at PT. Bapak Bakery is carried out through several stages, namely the preparation of ingredients, weighing of ingredients, mixing, weighing the dough, freezing the dough, sheeter, cutting, filling with chocolate sticks, forming, proofing, greasing, baking, resting, and packaging. The results of the analysis using the Statistical Quality Control (SQC) method showed that the total chocolate croissants reject products were 269 pcs with details as many as 139 pcs (52%) experiencing burnt rejects (overcooked) and as many as 130 pcs (48%) experiencing reject layers that did not come out of the total. 1966 pcs chocolate croissants produced during the research period. The results of the analysis using the SQC method indicate that the number of reject products is still within the tolerance limits set by the company. Two causes of chocolate croissant damage are found in the machine factor, the worker factor, the raw material factor, and the method used during the production process. \u0000Keywords: Quality Control, Statistical Quality Control (SQC), Croissant, PT. Bapak Bakery","PeriodicalId":17779,"journal":{"name":"JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN AGROINDUSTRI","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90771734","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}