Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.25077/JRS.16.3.217-229.2020
Eka Faisal Nurhidayatullah, Dwi Kurniati
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki tingkat aktivitas seismik yang tinggi, sudah berulang kali mengalami kejadian bencana gempa yang merugikan. Berbagai upaya untuk meminimalisir dampak bencana gempa bumi sudah dilakukan sebelumnya. Salah satunya yaitu dengan menerbitkan dan memperbaharui peta gempa secara berkala. Indonesia sedari lama menggunakan gempa sebagai acuan perencanaan infrastruktur, yaitu sejak tahun 1983 hingga yang terbaru yaitu peta gempa tahun 2017. Namun gempa berkekuatan 6,3 SR yang terjadi pada bulan Mei 2006 menunjukkan masih banyak bangunan terutama engineered yang hancur. Melihat begitu dahsyatnya dampak yang ditimbulkan oleh gempa tersebut maka mitigasi lebih lanjut terkait dengan bencana gempa perlu dilakukan untuk meminimalisir kerugian apabila bencana sejenis kembali terjadi dikemudian hari. Perlu dilakukan pembuatan peta gempa berskala mikro (daerah) guna perencanaan, estimasi kerusakan bangunan, korban jiwa dan kerugian secara ekonomi akibat kejadian gempa dimasa datang mengingat peta gempa yang dirilis pemerintah sampai saat ini masih berskala makro (nasional). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis angka percepatan tanah permukaan dengan luaran berupa peta gempa berskala mikro pada wilayah provinsi Yogyakarta. Data gempa diperoleh dari rekaman gempa dengan maksimum radius 500 km dari pusat kota Yogyakarta yang telah dipublikasi oleh USGS antara tahun 1900 sampai dengan 2020. Declustering dilakukan terhadap data historis dan sebaran peta gempa sehingga hanya digunakan gempa utama dengan magnitude ≥ 5 Mw. Dalam studi ini digunakan fungsi atenuasi Campel-Bozorgonia NGA (2008) untuk gempa Sesar, Atkinson-Boore Worldwide Data NGA (2003) intraslab dan interface untuk gempa subduksi benioff serta megahtrust. Nilai spectral acceleration (Sa) diperoleh dengan menggunakan pendekatan Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). Hasil analisis probabilistik percepatan gerakan tanah kemudian dikembangkan menjadi peta pada beberapa periode ulang gempa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh peta probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun didapatkan nilai spectral acceleration percepatan tanah puncak (PGA) berada dikisaran 0,525 – 0,688g, periode pendek 1,055 – 1,7g serta periode 1 detik 0,535 -0,695g. Pada peta probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun diperoleh nilai spectral acceleration PGA yaitu 0,6 – 0,79g, periode pendek 1,325 – 2,1 g serta periode panjang 0,65 -0,85 g. Sedangkan pada peta probabilitas terlampaui 2% dalam 100 tahun, nilai spectral acceleration PGA berada diantara 0,66 – 0,86g, periode pendek 1,625 – 2,465g serta periode 1 detik 0,755 -0,995g. Tingkat aktivitas kegempaan pada klaster subduksi megathrust 1 serta sesar opak dilihat dari a-value, b-value serta Mc ditengarai memicu adanya peningkatan nilai spectral acceleration wilayah Yogyakarta dibanding peta hazard tahun 2017.
{"title":"Pemetaan Spectral Accelaration Daerah Yogyakarta Dengan Pendekatan Probabilistic Seismic Hazard Analysis","authors":"Eka Faisal Nurhidayatullah, Dwi Kurniati","doi":"10.25077/JRS.16.3.217-229.2020","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.16.3.217-229.2020","url":null,"abstract":"Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki tingkat aktivitas seismik yang tinggi, sudah berulang kali mengalami kejadian bencana gempa yang merugikan. Berbagai upaya untuk meminimalisir dampak bencana gempa bumi sudah dilakukan sebelumnya. Salah satunya yaitu dengan menerbitkan dan memperbaharui peta gempa secara berkala. Indonesia sedari lama menggunakan gempa sebagai acuan perencanaan infrastruktur, yaitu sejak tahun 1983 hingga yang terbaru yaitu peta gempa tahun 2017. Namun gempa berkekuatan 6,3 SR yang terjadi pada bulan Mei 2006 menunjukkan masih banyak bangunan terutama engineered yang hancur. Melihat begitu dahsyatnya dampak yang ditimbulkan oleh gempa tersebut maka mitigasi lebih lanjut terkait dengan bencana gempa perlu dilakukan untuk meminimalisir kerugian apabila bencana sejenis kembali terjadi dikemudian hari. Perlu dilakukan pembuatan peta gempa berskala mikro (daerah) guna perencanaan, estimasi kerusakan bangunan, korban jiwa dan kerugian secara ekonomi akibat kejadian gempa dimasa datang mengingat peta gempa yang dirilis pemerintah sampai saat ini masih berskala makro (nasional). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis angka percepatan tanah permukaan dengan luaran berupa peta gempa berskala mikro pada wilayah provinsi Yogyakarta. Data gempa diperoleh dari rekaman gempa dengan maksimum radius 500 km dari pusat kota Yogyakarta yang telah dipublikasi oleh USGS antara tahun 1900 sampai dengan 2020. Declustering dilakukan terhadap data historis dan sebaran peta gempa sehingga hanya digunakan gempa utama dengan magnitude ≥ 5 Mw. Dalam studi ini digunakan fungsi atenuasi Campel-Bozorgonia NGA (2008) untuk gempa Sesar, Atkinson-Boore Worldwide Data NGA (2003) intraslab dan interface untuk gempa subduksi benioff serta megahtrust. Nilai spectral acceleration (Sa) diperoleh dengan menggunakan pendekatan Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). Hasil analisis probabilistik percepatan gerakan tanah kemudian dikembangkan menjadi peta pada beberapa periode ulang gempa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh peta probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun didapatkan nilai spectral acceleration percepatan tanah puncak (PGA) berada dikisaran 0,525 – 0,688g, periode pendek 1,055 – 1,7g serta periode 1 detik 0,535 -0,695g. Pada peta probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun diperoleh nilai spectral acceleration PGA yaitu 0,6 – 0,79g, periode pendek 1,325 – 2,1 g serta periode panjang 0,65 -0,85 g. Sedangkan pada peta probabilitas terlampaui 2% dalam 100 tahun, nilai spectral acceleration PGA berada diantara 0,66 – 0,86g, periode pendek 1,625 – 2,465g serta periode 1 detik 0,755 -0,995g. Tingkat aktivitas kegempaan pada klaster subduksi megathrust 1 serta sesar opak dilihat dari a-value, b-value serta Mc ditengarai memicu adanya peningkatan nilai spectral acceleration wilayah Yogyakarta dibanding peta hazard tahun 2017.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"254 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126051061","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.25077/JRS.16.3.205-216.2020
Leonardus Setia Budi Wibowo, Agustinus Angkoso
Pemanfaatan material beton bertulang semakin meningkat, terutama pada struktur bangunan baik bangunan rendah maupun bangunan tinggi. Salah satu kunci dalam suatu struktur adalah perhitungan nilai kapasitas lentur pada elemen balok beton bertulang. Dalam suatu analisis prediksi nilai kapasitas lentur, nilai koefisien pada diagram blok tegangan dan regangan ultimit beton memiliki peranan yang sangat penting. Pada peraturan ACI 318, nilai koefisien tersebut dikembangkan berdasarkan hasil eksperimen pada kolom yang menggunakan beton mutu normal, namun dalam pelaksanaannya hingga saat ini, nilai koefisien tersebut digunakan juga untuk perhitungan pada struktur yang menggunakan beton mutu tinggi. Terdapat beberapa macam peraturan serta laporan ilmiah di dunia dengan nilai koefisien yang berbeda-beda, sehingga mengakibatkan prediksi nilai kapasitas lentur yang berbeda pula. Pada penelitian ini dilakukan analisis prediksi nilai kapasitas lentur balok beton bertulang menggunakan beberapa peraturan yang berlaku di beberapa negara antara lain ACI 318, AS3600, CAN-A23.3, CEB-FIP Model Code, JSCE dan NZS 3101 serta laporan ilmiah ACI ITG-4, dan dari hasil prediksi tersebut dibandingkan dengan nilai kapasitas lentur yang didapatkan dari uji eksperimental. Total terdapat 58 benda uji balok beton bertulang, dengan rincian 35 benda uji yang menggunakan beton mutu normal dibawah 55 MPa dan 23 benda uji yang menggunakan beton mutu tinggi diatas 55 MPa yang diuji dengan beban monotonik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahawa peraturan CEB-FIP Model Code memberikan prediksi terbaik untuk beton mutu normal dengan nilai rasio Vexp/Vmn sebesar 1,085 sedangkan untuk beton mutu tinggi, peraturan ACI 318 memberikan prediksi terbaik dengan nilai rasio Vexp/Vmn sebesar 1,124.
{"title":"Perbandingan Analisis Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Berdasarkan Beberapa Peraturan di Dunia","authors":"Leonardus Setia Budi Wibowo, Agustinus Angkoso","doi":"10.25077/JRS.16.3.205-216.2020","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.16.3.205-216.2020","url":null,"abstract":"Pemanfaatan material beton bertulang semakin meningkat, terutama pada struktur bangunan baik bangunan rendah maupun bangunan tinggi. Salah satu kunci dalam suatu struktur adalah perhitungan nilai kapasitas lentur pada elemen balok beton bertulang. Dalam suatu analisis prediksi nilai kapasitas lentur, nilai koefisien pada diagram blok tegangan dan regangan ultimit beton memiliki peranan yang sangat penting. Pada peraturan ACI 318, nilai koefisien tersebut dikembangkan berdasarkan hasil eksperimen pada kolom yang menggunakan beton mutu normal, namun dalam pelaksanaannya hingga saat ini, nilai koefisien tersebut digunakan juga untuk perhitungan pada struktur yang menggunakan beton mutu tinggi. Terdapat beberapa macam peraturan serta laporan ilmiah di dunia dengan nilai koefisien yang berbeda-beda, sehingga mengakibatkan prediksi nilai kapasitas lentur yang berbeda pula. Pada penelitian ini dilakukan analisis prediksi nilai kapasitas lentur balok beton bertulang menggunakan beberapa peraturan yang berlaku di beberapa negara antara lain ACI 318, AS3600, CAN-A23.3, CEB-FIP Model Code, JSCE dan NZS 3101 serta laporan ilmiah ACI ITG-4, dan dari hasil prediksi tersebut dibandingkan dengan nilai kapasitas lentur yang didapatkan dari uji eksperimental. Total terdapat 58 benda uji balok beton bertulang, dengan rincian 35 benda uji yang menggunakan beton mutu normal dibawah 55 MPa dan 23 benda uji yang menggunakan beton mutu tinggi diatas 55 MPa yang diuji dengan beban monotonik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahawa peraturan CEB-FIP Model Code memberikan prediksi terbaik untuk beton mutu normal dengan nilai rasio Vexp/Vmn sebesar 1,085 sedangkan untuk beton mutu tinggi, peraturan ACI 318 memberikan prediksi terbaik dengan nilai rasio Vexp/Vmn sebesar 1,124.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123639854","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.25077/JRS.16.3.178-184.2020
A. Fitri, K. N. A. Maulud, D. Pratiwi, Arlina Phelia, Farli Rossi, Nur Zukrina Zuhairi
The issues of freshwater pollutions and the high demand of clean freshwater for daily human activities have forced developing countries such as Malaysia to continuously monitor the quality of the freshwater. The present study objective is to present the trend of water quality status in the Kelantan River downstream, Peninsular Malaysia from 2005 to 2018. Water samples were collected during dry and monsoon seasons from a sampling station located at downstream of the Kelantan River. Water quality parameters such as temperature, pH and dissolved oxygen (DO) were measured in situ while other parameters were analysed in the laboratory based on retrieved water samples. Water quality status was determined based on National Water Quality Standard (NWQS) for River in Malaysia by calculating the water quality index (WQI) according to the concentration of six water quality parameters involving pH, dissolved oxygen (DO), biochemical oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), suspended solids (TSS) and Ammonia Nitrogen (AN). The results showed that Kelantan River had good water quality during the dry season classified in Class II at 2005. The water quality was found to be slightly lower during the monsoon season in year 2006. In addition, increasing the number of construction, human activities in the land use areas, land use changes and the sewage water from domestic, industrial, wet market and food outlets in the Kelantan State have declined the water quality in Kelantan River from Class II (in 2005) to Class III (in 2010 and 2011) and to become Class IV in 2017 to 2018. The results of the present study are expected to give valuable information for the water managers in order to deal with better strategies in controlling the quality of freshwater at the Kelantan River and minimize the incidence of pollution-oriented problems, thus the water can be utilized for various water uses with appropriate quality.
{"title":"Trend Of Water Quality Status In Kelantan River Downstream, Peninsular Malaysia","authors":"A. Fitri, K. N. A. Maulud, D. Pratiwi, Arlina Phelia, Farli Rossi, Nur Zukrina Zuhairi","doi":"10.25077/JRS.16.3.178-184.2020","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.16.3.178-184.2020","url":null,"abstract":"The issues of freshwater pollutions and the high demand of clean freshwater for daily human activities have forced developing countries such as Malaysia to continuously monitor the quality of the freshwater. The present study objective is to present the trend of water quality status in the Kelantan River downstream, Peninsular Malaysia from 2005 to 2018. Water samples were collected during dry and monsoon seasons from a sampling station located at downstream of the Kelantan River. Water quality parameters such as temperature, pH and dissolved oxygen (DO) were measured in situ while other parameters were analysed in the laboratory based on retrieved water samples. Water quality status was determined based on National Water Quality Standard (NWQS) for River in Malaysia by calculating the water quality index (WQI) according to the concentration of six water quality parameters involving pH, dissolved oxygen (DO), biochemical oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), suspended solids (TSS) and Ammonia Nitrogen (AN). The results showed that Kelantan River had good water quality during the dry season classified in Class II at 2005. The water quality was found to be slightly lower during the monsoon season in year 2006. In addition, increasing the number of construction, human activities in the land use areas, land use changes and the sewage water from domestic, industrial, wet market and food outlets in the Kelantan State have declined the water quality in Kelantan River from Class II (in 2005) to Class III (in 2010 and 2011) and to become Class IV in 2017 to 2018. The results of the present study are expected to give valuable information for the water managers in order to deal with better strategies in controlling the quality of freshwater at the Kelantan River and minimize the incidence of pollution-oriented problems, thus the water can be utilized for various water uses with appropriate quality.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125724424","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.25077/JRS.16.3.194-204.2020
Yon Subagiono, H. Maizir, Reni Suryanita
Bata beton ringan memiliki keuntungan praktis dan ekonomis dalam pelaksanaan kontruksi sehingga permintaan pasar untuk bata ringan semakin meningkat selama beberapa tahun terakhir. Selain itu pemakaian bata beton konvensional sebagai bahan bagunan non-struktural dinilai masih cukup besar massa jenisnya sehingga memberikan beban lebih ke struktur bangunan. Untuk itu diperlukan bata beton yang memiliki bobot yang lebih ringan sehingga dapat meningkatkan efisiensi baik bahan dan beban yang ditahan struktur maupun pondasi dari bangunan. Penggunaan bata ringan pada umumnya sebagai non struktur berupa dinding panel dan pelat atap. Salah satu cara untuk mengurangi kepadatan bata beton ringan adalah dengan menambahkan pori-pori udara dalam campuran pasta semen atau mortar. Penambahan pori-pori udara dilakukan dengan penambahan foaming agent. Dalam perkembangan teknologi bahan bata ringan perlu ditingkatkan lagi efisiensi dari segi penggunaan bahan dan kualitas bata ringan itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi campuran yang optimal pada bata ringan tipe Cellular Lightweight Concrete dengan penambahan silica fume. Benda uji dibuat dalam ukuran 10 cm x 20 cm x 60 cm dengan memvariasikan komposisi silica fume dalam 5 komposisi yaitu 0%, 5%, 10% 15% dan 20% dari berat semen yang digunakan dalam campuran bahan. Selanjutnya dilakukan perawatan bata ringan pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Pengujian mekanik yang dilakukan adalah pengujian kuat tekan secara merata pada bagian atas bata ringan. Instrumen pengukuran yang digunakan pada penelitian adalah load cell sebagai pengukur beban dan Linear Variable Differential Transformer (LVDT) untuk mengukur penurunan (displacement) yang terjadi pada permukaan yang dibebani. Data keluaran yang dapat diperoleh dari pengujian ini adalah kuat tekan, modulus elastisitas dan displacement. Nilai kuat tekan bata ringan pada umur 28 hari untuk komposisi 1 sebesar 0,47 MPa, komposisi 2 sebesar 0,82 MPa, komposisi 3 sebesar 0,87 MPa, komposisi 4 sebesar 0,70 MPa, dan komposisi 5 sebesar 0,61 MPa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi bahan campuran yang menggunakan bahan tambah silica fume dengan persentase 10% dari berat semen menghasilkan kuat tekan yang paling tinggi dengan penurunan permukaan sebesar 3.5 mm saat dibebani dan modulus elastisitas 527.62 kg/m3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam industri dan penelitian bata ringan dengan bahan tambah silica fume untuk mendapatkan sifat mekanik yang optimal pada bata ringan.
{"title":"Perilaku Mekanik Bata Ringan Dengan Penambahan Silica Fume","authors":"Yon Subagiono, H. Maizir, Reni Suryanita","doi":"10.25077/JRS.16.3.194-204.2020","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.16.3.194-204.2020","url":null,"abstract":"Bata beton ringan memiliki keuntungan praktis dan ekonomis dalam pelaksanaan kontruksi sehingga permintaan pasar untuk bata ringan semakin meningkat selama beberapa tahun terakhir. Selain itu pemakaian bata beton konvensional sebagai bahan bagunan non-struktural dinilai masih cukup besar massa jenisnya sehingga memberikan beban lebih ke struktur bangunan. Untuk itu diperlukan bata beton yang memiliki bobot yang lebih ringan sehingga dapat meningkatkan efisiensi baik bahan dan beban yang ditahan struktur maupun pondasi dari bangunan. Penggunaan bata ringan pada umumnya sebagai non struktur berupa dinding panel dan pelat atap. Salah satu cara untuk mengurangi kepadatan bata beton ringan adalah dengan menambahkan pori-pori udara dalam campuran pasta semen atau mortar. Penambahan pori-pori udara dilakukan dengan penambahan foaming agent. Dalam perkembangan teknologi bahan bata ringan perlu ditingkatkan lagi efisiensi dari segi penggunaan bahan dan kualitas bata ringan itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi campuran yang optimal pada bata ringan tipe Cellular Lightweight Concrete dengan penambahan silica fume. Benda uji dibuat dalam ukuran 10 cm x 20 cm x 60 cm dengan memvariasikan komposisi silica fume dalam 5 komposisi yaitu 0%, 5%, 10% 15% dan 20% dari berat semen yang digunakan dalam campuran bahan. Selanjutnya dilakukan perawatan bata ringan pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari. Pengujian mekanik yang dilakukan adalah pengujian kuat tekan secara merata pada bagian atas bata ringan. Instrumen pengukuran yang digunakan pada penelitian adalah load cell sebagai pengukur beban dan Linear Variable Differential Transformer (LVDT) untuk mengukur penurunan (displacement) yang terjadi pada permukaan yang dibebani. Data keluaran yang dapat diperoleh dari pengujian ini adalah kuat tekan, modulus elastisitas dan displacement. Nilai kuat tekan bata ringan pada umur 28 hari untuk komposisi 1 sebesar 0,47 MPa, komposisi 2 sebesar 0,82 MPa, komposisi 3 sebesar 0,87 MPa, komposisi 4 sebesar 0,70 MPa, dan komposisi 5 sebesar 0,61 MPa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi bahan campuran yang menggunakan bahan tambah silica fume dengan persentase 10% dari berat semen menghasilkan kuat tekan yang paling tinggi dengan penurunan permukaan sebesar 3.5 mm saat dibebani dan modulus elastisitas 527.62 kg/m3. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam industri dan penelitian bata ringan dengan bahan tambah silica fume untuk mendapatkan sifat mekanik yang optimal pada bata ringan.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122818519","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.25077/JRS.16.3.185-193.2020
R. A. T. Cahyani, Ernawan Setyono, Y. Rusdianto
Serangan sulfat (sulfate attack) termasuk hal yang umum terjadi pada struktur beton, mengingat ion sulfat banyak dijumpai pada tanah, air tanah dan air laut. Peningkatan ketahanan beton melawan sulfat akan berdampak besar pada durabilitas dan umur layan struktur beton. Penambahan supplementary cementitious materials seperti GGBFS (ground granulated blast furnace slag) ke campuran beton telah terbukti memberikan pengaruh positif terhadap durabilitas dan properti mekanis beton. Namun, GGBFS tergolong material yang baru dikembangkan di Indonesia dan potensinya dalam meningkatkan durabilitas beton belum dimanfaatkan secara luas. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan investigasi terkait aplikasi GGBFS dan pengaruhnya terhadap durabilitas beton, terutama dalam melawan serangan sulfat. Dalam studi ini, durabilitas beton dengan persentase penggantian GGBFS 30%, 50% dan 70% terhadap total volume binder dievaluasi menggunakan perlakuan siklus basah-kering dalam larutan magnesium sulfat. Tingkat degradasi beton diukur dengan melakukan observasi terhadap perubahan kuat tekan dan massa spesimen akibat serangan sulfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian GGBFS hingga 50% dari total volume binder dapat meningkatkan ketahanan beton terhadap serangan sulfat, ditunjukkan dengan kehilangan massa dan reduksi kekuatan yang lebih rendah dibandingkan spesimen kontrol dengan 100% semen Portland.
{"title":"Performa Beton Dengan Ground Granulated Blast Furnace Slag Terhadap Sulfate Attack","authors":"R. A. T. Cahyani, Ernawan Setyono, Y. Rusdianto","doi":"10.25077/JRS.16.3.185-193.2020","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.16.3.185-193.2020","url":null,"abstract":"Serangan sulfat (sulfate attack) termasuk hal yang umum terjadi pada struktur beton, mengingat ion sulfat banyak dijumpai pada tanah, air tanah dan air laut. Peningkatan ketahanan beton melawan sulfat akan berdampak besar pada durabilitas dan umur layan struktur beton. Penambahan supplementary cementitious materials seperti GGBFS (ground granulated blast furnace slag) ke campuran beton telah terbukti memberikan pengaruh positif terhadap durabilitas dan properti mekanis beton. Namun, GGBFS tergolong material yang baru dikembangkan di Indonesia dan potensinya dalam meningkatkan durabilitas beton belum dimanfaatkan secara luas. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan investigasi terkait aplikasi GGBFS dan pengaruhnya terhadap durabilitas beton, terutama dalam melawan serangan sulfat. Dalam studi ini, durabilitas beton dengan persentase penggantian GGBFS 30%, 50% dan 70% terhadap total volume binder dievaluasi menggunakan perlakuan siklus basah-kering dalam larutan magnesium sulfat. Tingkat degradasi beton diukur dengan melakukan observasi terhadap perubahan kuat tekan dan massa spesimen akibat serangan sulfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian GGBFS hingga 50% dari total volume binder dapat meningkatkan ketahanan beton terhadap serangan sulfat, ditunjukkan dengan kehilangan massa dan reduksi kekuatan yang lebih rendah dibandingkan spesimen kontrol dengan 100% semen Portland.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114387587","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-29DOI: 10.25077/JRS.15.1.12-20.2019
B. Susanti, Melisah Melisah, Ika Juliantina
Pembangunan infrastruktur jalan tol merupakan salah satu jenis proyek konstruksi yang memiliki lingkup pekerjaan yang kompleks, durasi pelaksanaan pekerjaan yang lama, dan membutuhkan biaya yang signifikan. Dibutuhkan teknik pengendalian kinerja proyek yang bersifat konsisten dan terintegrasi agar kinerja proyek tidak berada di bawah kinerja yang direncanakan. Konsep earned value merupakan salah satu metode yang tepat digunakan untuk kepentingan pengendalian kinerja proyek. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan konsep earned value pada proyek pembangunan ruas jalan tol Kayuagung-Palembang-Betung (Kapalbetung) yang merupakan bagian dari rencana pembangunan jaringan jalan tol Trans Sumatera. Pengendalian kinerja proyek menggunakan earned value dilakukan pada awal proyek hingga akhir bulan ke-15 pelaksanaan proyek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hingga akhir bulan ke-15, pelaksanaan proyek menghasilkan kinerja biaya yang baik, ditandai dengan nilai CPI sebesar 1,10, namun kinerja jadwal proyek kurang baik sebagaimana ditandai dengan nilai SPI sebesar 0.97. Jika proyek terus dilaksanakan sesuai dengan kinerja yang ada, maka biaya akhir proyek dapat mencapai efisiensi sebesar 8.9% dari biaya yang direncanakan namun proyek mengalami keterlambatan sebesar 5.8% dari jadwal rencana. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan konsep earned value pada proyek studi kasus dapat memberikan gambaran mengenai status kinerja proyek secara komprehensif.
{"title":"Penerapan Konsep Earned Value Pada Proyek Konstruksi Jalan Tol (Studi Kasus Ruas Jalan Tol Kayuagung - Palembang -Betung)","authors":"B. Susanti, Melisah Melisah, Ika Juliantina","doi":"10.25077/JRS.15.1.12-20.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.15.1.12-20.2019","url":null,"abstract":"Pembangunan infrastruktur jalan tol merupakan salah satu jenis proyek konstruksi yang memiliki lingkup pekerjaan yang kompleks, durasi pelaksanaan pekerjaan yang lama, dan membutuhkan biaya yang signifikan. Dibutuhkan teknik pengendalian kinerja proyek yang bersifat konsisten dan terintegrasi agar kinerja proyek tidak berada di bawah kinerja yang direncanakan. Konsep earned value merupakan salah satu metode yang tepat digunakan untuk kepentingan pengendalian kinerja proyek. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan konsep earned value pada proyek pembangunan ruas jalan tol Kayuagung-Palembang-Betung (Kapalbetung) yang merupakan bagian dari rencana pembangunan jaringan jalan tol Trans Sumatera. Pengendalian kinerja proyek menggunakan earned value dilakukan pada awal proyek hingga akhir bulan ke-15 pelaksanaan proyek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hingga akhir bulan ke-15, pelaksanaan proyek menghasilkan kinerja biaya yang baik, ditandai dengan nilai CPI sebesar 1,10, namun kinerja jadwal proyek kurang baik sebagaimana ditandai dengan nilai SPI sebesar 0.97. Jika proyek terus dilaksanakan sesuai dengan kinerja yang ada, maka biaya akhir proyek dapat mencapai efisiensi sebesar 8.9% dari biaya yang direncanakan namun proyek mengalami keterlambatan sebesar 5.8% dari jadwal rencana. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan konsep earned value pada proyek studi kasus dapat memberikan gambaran mengenai status kinerja proyek secara komprehensif.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126821796","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-29DOI: 10.25077/JRS.15.1.21-32.2019
Meifrinaldi Meifrinaldi
Keberhasilan suatu proyek konstruksi dapat diukur dengan penilaian atas biaya, mutu/kualitas dan waktunya. Dari aspek – aspek yang ada pada pekerjaan konstruksi gedung, pekerjaan arsitektur merupakan pekerjaan dengan komponen-komponen yang dapat dilihat secara kasat mata, sehingga pekerjaan arsitektur cenderung menjadi sumber utama keluhan dan ketidakpuasan pihak owner (Pheng dan Hui, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Ellizar (2011) terhadap 2 proyek konstruksi yang dilakukan oleh 2 kontraktor bersertifikasi ISO, menemukan bahwa tingkat kualitas untuk pekerjaan arsitektur masih cenderung rendah, perlu dilakukan perbaikan – perbaikan untuk meningkatkan hal tersebut. Berangkat dari hal tersebut, pada penelitian ini dilakukan penelaahan dari sisi workmanship untuk pekerjaan komponen internal finishes (keramik lantai, dinding bagian dalam, plafond, pintu dan jendela) pada kontraktor menggunakan bantuan pendekatan DMAIC (Define – Measure – Analyze – Improve – Control) sebagai kerangka acuan dalam melakukan penelaahan. Penelitian ini mengambil studi kasus pada pembangunan Asrama Mahasiswa Kampus ITB Jatinangor. Berdasarkan hasil kajian dan perbandingan literatur, identifikasi cacat dan pengukurannya ditinjau berdasarkan standar kualitas workmanship yang dimiliki oleh Singapura, CONQUAS (Construction Quality Asessment System). Standar ini dikeluarkan oleh Building Construction Authority of Singapore. Selanjutnya proses perhitungan cacat dilakukan menggunakan cascading pada pareto serta bantuan fishbone diagram untuk mencari akar permasalahannya. Observasi dan interview dengan mandor di lapangan juga dilakukan untuk mengidentifikasi proses kerja yang dilakukan, standar yang digunakan dan permasalahan yang dihadapi. Dari hasil penelitian yang dilakukan telah disusun sebuah kerangka pengendalian workmanship untuk komponen arsitektur, serta teridentifikasi bahwa kondisi pekerja yang bekerja tidak mengikuti peraturan ataupun standar yang sudah dimiliki oleh kontraktor menjadi penyeb utama rendahnya kualitas workmanship untuk studi kasus pembangunan Asrama Mahasiswa Kampus ITB Jatinangor. Telah diidentifikasi pula perbaikan – perbaikan apa saja yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas workmanship untuk pekerjaan komponen internal finishes.
{"title":"Penelaahan Kualitas Workmanship Pekerjaan Komponen Arsitektur Pada Konstruksi Gedung dan Pengendaliannya Berdasarkan Konsep DMAIC","authors":"Meifrinaldi Meifrinaldi","doi":"10.25077/JRS.15.1.21-32.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.15.1.21-32.2019","url":null,"abstract":"Keberhasilan suatu proyek konstruksi dapat diukur dengan penilaian atas biaya, mutu/kualitas dan waktunya. Dari aspek – aspek yang ada pada pekerjaan konstruksi gedung, pekerjaan arsitektur merupakan pekerjaan dengan komponen-komponen yang dapat dilihat secara kasat mata, sehingga pekerjaan arsitektur cenderung menjadi sumber utama keluhan dan ketidakpuasan pihak owner (Pheng dan Hui, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Ellizar (2011) terhadap 2 proyek konstruksi yang dilakukan oleh 2 kontraktor bersertifikasi ISO, menemukan bahwa tingkat kualitas untuk pekerjaan arsitektur masih cenderung rendah, perlu dilakukan perbaikan – perbaikan untuk meningkatkan hal tersebut. Berangkat dari hal tersebut, pada penelitian ini dilakukan penelaahan dari sisi workmanship untuk pekerjaan komponen internal finishes (keramik lantai, dinding bagian dalam, plafond, pintu dan jendela) pada kontraktor menggunakan bantuan pendekatan DMAIC (Define – Measure – Analyze – Improve – Control) sebagai kerangka acuan dalam melakukan penelaahan. Penelitian ini mengambil studi kasus pada pembangunan Asrama Mahasiswa Kampus ITB Jatinangor. Berdasarkan hasil kajian dan perbandingan literatur, identifikasi cacat dan pengukurannya ditinjau berdasarkan standar kualitas workmanship yang dimiliki oleh Singapura, CONQUAS (Construction Quality Asessment System). Standar ini dikeluarkan oleh Building Construction Authority of Singapore. Selanjutnya proses perhitungan cacat dilakukan menggunakan cascading pada pareto serta bantuan fishbone diagram untuk mencari akar permasalahannya. Observasi dan interview dengan mandor di lapangan juga dilakukan untuk mengidentifikasi proses kerja yang dilakukan, standar yang digunakan dan permasalahan yang dihadapi. Dari hasil penelitian yang dilakukan telah disusun sebuah kerangka pengendalian workmanship untuk komponen arsitektur, serta teridentifikasi bahwa kondisi pekerja yang bekerja tidak mengikuti peraturan ataupun standar yang sudah dimiliki oleh kontraktor menjadi penyeb utama rendahnya kualitas workmanship untuk studi kasus pembangunan Asrama Mahasiswa Kampus ITB Jatinangor. Telah diidentifikasi pula perbaikan – perbaikan apa saja yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas workmanship untuk pekerjaan komponen internal finishes.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"98 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132911251","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-29DOI: 10.25077/JRS.15.1.1-11.2019
D. Susanto, Zulfikar '. Djauhari, Monita '. Olivia
Trend penggunaan semen untuk konstruksi dalam beberapa tahun belakangan ini telah beralih dari tipe Ordinary Portland Cement (OPC) menjadi Portland Composite Cement (PCC). Hal ini berdasarkan kebijakan industri semen untuk mengkonversi sebagian kandungan semen OPC menggunakan material pozzolanik. Oleh karena itu semen tipe PCC lebih mudah diperoleh di pasaran dan telah banyak digunakan sektor konstruksi dalam aplikasi di berbagai lingkungan meski belum banyak diteliti keunggulannya. Pada penelitian ini dikaji karakteristik beton semen PCC untuk aplikasi dermaga di daerah pasang-surut lingkungan air laut. Parameter penelitian adalah penambahan aditif silika dan umur beton yang direndam di air laut. Beton PCC dengan mutu beton fc’ = 30 MPa digunakan sebagai campuran kontrol, sedangkan beton PCC dengan tambahan silica fume (PCC+SF) sebesar Setelah benda uji dicetak, kemudian benda uji direndam di bak perendaman selama 3 hari dan diletakkan di daerah pasang-surut pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara hingga waktu pengujian. Pengujian yang dilakukan adalah kuat tekan, kuat tarik dan porositas setelah benda uji direndam dalam air laut pada umur 28, 91 dan 180 hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa umumnya kuat tekan dan kuat tarik meningkat serta porositas menurun untuk beton PCC dan PCC+SF meski direndam di daerah pasang-surut hingga umur 180 hari. Akan tetapi beton PCC+SF memiliki karakteristik lebih baik dibandingkan beton PCC dan direkomendasikan untuk beton terpapar air laut di daerah pasang-surut.
{"title":"Karakteristik Beton Portland Composite Cement (PCC) Dan Silica Fume Untuk Aplikasi Struktur di Daerah Laut","authors":"D. Susanto, Zulfikar '. Djauhari, Monita '. Olivia","doi":"10.25077/JRS.15.1.1-11.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.15.1.1-11.2019","url":null,"abstract":"Trend penggunaan semen untuk konstruksi dalam beberapa tahun belakangan ini telah beralih dari tipe Ordinary Portland Cement (OPC) menjadi Portland Composite Cement (PCC). Hal ini berdasarkan kebijakan industri semen untuk mengkonversi sebagian kandungan semen OPC menggunakan material pozzolanik. Oleh karena itu semen tipe PCC lebih mudah diperoleh di pasaran dan telah banyak digunakan sektor konstruksi dalam aplikasi di berbagai lingkungan meski belum banyak diteliti keunggulannya. Pada penelitian ini dikaji karakteristik beton semen PCC untuk aplikasi dermaga di daerah pasang-surut lingkungan air laut. Parameter penelitian adalah penambahan aditif silika dan umur beton yang direndam di air laut. Beton PCC dengan mutu beton fc’ = 30 MPa digunakan sebagai campuran kontrol, sedangkan beton PCC dengan tambahan silica fume (PCC+SF) sebesar Setelah benda uji dicetak, kemudian benda uji direndam di bak perendaman selama 3 hari dan diletakkan di daerah pasang-surut pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara hingga waktu pengujian. Pengujian yang dilakukan adalah kuat tekan, kuat tarik dan porositas setelah benda uji direndam dalam air laut pada umur 28, 91 dan 180 hari. Hasil pengujian menunjukkan bahwa umumnya kuat tekan dan kuat tarik meningkat serta porositas menurun untuk beton PCC dan PCC+SF meski direndam di daerah pasang-surut hingga umur 180 hari. Akan tetapi beton PCC+SF memiliki karakteristik lebih baik dibandingkan beton PCC dan direkomendasikan untuk beton terpapar air laut di daerah pasang-surut.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115062477","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-29DOI: 10.25077/JRS.15.1.33-42.2019
Budi Agus Kombino, B. Hidayat, T. Ophiyandri
Since establishment on September 1, 1954, the State University of Padang (UNP) has undergone many changes, especially in the number and shape of existing buildings. It requires a Maintenance and Building Care management system. The purpose of this research is to identify the implementation of PU Ministerial regulation number: 24/PRT/M/2008, about: Guidance of Maintenance and Building Care at UNP. The research method is a descriptive method. Data is collecting by direct observation, distributing questionnaires to 70 respondents divided according to their functions (16 leaders, 12 managers, 30 executors, and 12 students), and collecting maintenance documents and building drawings, literature from research results, journals, building maintenance, and care manuals. The questionnaire is filled in numerical form and processed using an Excel program using descriptive and quantitative analysis that is displayed in the form of bar charts. The results of data processing show that the level of application of Public Works Ministerial regulation at UNP is between 53.01%-74.5%, which is categorized as ‘good enough’ to ‘Good’. The results of this calculation cannot be used as a conclusion in the study, the data obtained need to be validated with other data, including data from direct observations in the field, as well as interviews with several leaders at UNP. After validation with the data, it can be concluded thoroughly that the implementation of the Public Works Ministerial regulation at UNP falls into the ‘less good’.
{"title":"Analysis of Maintenance Management and Building Care In the State University of Padang","authors":"Budi Agus Kombino, B. Hidayat, T. Ophiyandri","doi":"10.25077/JRS.15.1.33-42.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.15.1.33-42.2019","url":null,"abstract":"Since establishment on September 1, 1954, the State University of Padang (UNP) has undergone many changes, especially in the number and shape of existing buildings. It requires a Maintenance and Building Care management system. The purpose of this research is to identify the implementation of PU Ministerial regulation number: 24/PRT/M/2008, about: Guidance of Maintenance and Building Care at UNP. The research method is a descriptive method. Data is collecting by direct observation, distributing questionnaires to 70 respondents divided according to their functions (16 leaders, 12 managers, 30 executors, and 12 students), and collecting maintenance documents and building drawings, literature from research results, journals, building maintenance, and care manuals. The questionnaire is filled in numerical form and processed using an Excel program using descriptive and quantitative analysis that is displayed in the form of bar charts. The results of data processing show that the level of application of Public Works Ministerial regulation at UNP is between 53.01%-74.5%, which is categorized as ‘good enough’ to ‘Good’. The results of this calculation cannot be used as a conclusion in the study, the data obtained need to be validated with other data, including data from direct observations in the field, as well as interviews with several leaders at UNP. After validation with the data, it can be concluded thoroughly that the implementation of the Public Works Ministerial regulation at UNP falls into the ‘less good’.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125278539","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-29DOI: 10.25077/JRS.15.1.43-56.2019
Evriza Khoirunnisa, M. F. Toyfur, B. Susanti
Saat ini sektor konstruksi mulai melakukan upaya untuk mengurangi waste sekaligus meningkatkan value dengan mengadopsi teori produksi pada industri manufaktur kepada industri konstruksi yang disebut lean construction (konstruksi ramping). Sistem pengendalian produksi (production control) dengan konsep konstruksi ramping merupakan salah satu sistem dalam perencanaan dan pengendalian jadwal pekerjaan. Komponen yang terdapat konsep konstruksi ramping tersebut adalah sistem the Last Planner (LPS). Last Planner System belum banyak digunakan dan mempunyai potensi yang baik karena merupakan bagian dari komponen lean construction dimana dalam perencanaannya semua pihak dapat terlibat secara langsung dan terkoordinasi sehingga pekerjaan yang direncanakan dapat terkontrol dengan baik dalam pelaksanaannya. Setelah melakukan analisis progress kerja harian, LPS mempunyai indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aliran pekerjaan dapat tercapai dengan baik, adapun kontrol aliran kerja Last Planner System yaitu Master Plan, Phase Planning dan Pull Planning, Lookahead Planning, Constraints Analysis, Shielding Production, Weekly Work Plan dan Percent Plan Complete (PPC) sebagai standar untuk mengontrol unit-unit produksi, menentukan jadwal proyek, strategi pelaksanaan, dan lain-lain. Pada penelitian ini, hasil rata-rata PPC adalah 73%. Tujuan dilakukannya penelitian dengan metode LPS ini yaitu untuk menganalisis implementasi konsep Last Planner System yang dibandingkan dengan progress aktual dalam meningkatkan reliabilitas pekerjaan harian dan Melakukan evaluasi kinerja pekerjaan kontraktor menggunakan LPS. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kurva S, data progress rencana dan aktual mingguan proyek juga dilakukan pengolahan data dengan konsep aliran kerja LPS. Untuk membuktikan bahwa perhitungan PPC yang dilakukan sesuai dengan kondisi di lokasi proyek, maka dilakukan perbandingan data dari hasil perhitungan PPC menggunakan LPS dengan progress data mingguan di lokasi proyek yang didapat dari pihak kontraktor. Dari hasil perbandingan data tersebut dapat dilihat bahwa hasil PPC mingguan tidak jauh berbeda dengan hasil data progress mingguan yang didapat dari pihak kontraktor. Hal ini membuktikan bahwa LPS dapat meningkatkan reabilitas perencanaan di atas 70% sehingga tingkat resiko terjadinya keterlambatan proyek akan semakin kecil.
{"title":"Implementasi Last Planner System Pada Proyek di Palembang (Studi Kasus Proyek Rusunami Jakabaring)","authors":"Evriza Khoirunnisa, M. F. Toyfur, B. Susanti","doi":"10.25077/JRS.15.1.43-56.2019","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.15.1.43-56.2019","url":null,"abstract":"Saat ini sektor konstruksi mulai melakukan upaya untuk mengurangi waste sekaligus meningkatkan value dengan mengadopsi teori produksi pada industri manufaktur kepada industri konstruksi yang disebut lean construction (konstruksi ramping). Sistem pengendalian produksi (production control) dengan konsep konstruksi ramping merupakan salah satu sistem dalam perencanaan dan pengendalian jadwal pekerjaan. Komponen yang terdapat konsep konstruksi ramping tersebut adalah sistem the Last Planner (LPS). Last Planner System belum banyak digunakan dan mempunyai potensi yang baik karena merupakan bagian dari komponen lean construction dimana dalam perencanaannya semua pihak dapat terlibat secara langsung dan terkoordinasi sehingga pekerjaan yang direncanakan dapat terkontrol dengan baik dalam pelaksanaannya. Setelah melakukan analisis progress kerja harian, LPS mempunyai indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aliran pekerjaan dapat tercapai dengan baik, adapun kontrol aliran kerja Last Planner System yaitu Master Plan, Phase Planning dan Pull Planning, Lookahead Planning, Constraints Analysis, Shielding Production, Weekly Work Plan dan Percent Plan Complete (PPC) sebagai standar untuk mengontrol unit-unit produksi, menentukan jadwal proyek, strategi pelaksanaan, dan lain-lain. Pada penelitian ini, hasil rata-rata PPC adalah 73%. Tujuan dilakukannya penelitian dengan metode LPS ini yaitu untuk menganalisis implementasi konsep Last Planner System yang dibandingkan dengan progress aktual dalam meningkatkan reliabilitas pekerjaan harian dan Melakukan evaluasi kinerja pekerjaan kontraktor menggunakan LPS. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kurva S, data progress rencana dan aktual mingguan proyek juga dilakukan pengolahan data dengan konsep aliran kerja LPS. Untuk membuktikan bahwa perhitungan PPC yang dilakukan sesuai dengan kondisi di lokasi proyek, maka dilakukan perbandingan data dari hasil perhitungan PPC menggunakan LPS dengan progress data mingguan di lokasi proyek yang didapat dari pihak kontraktor. Dari hasil perbandingan data tersebut dapat dilihat bahwa hasil PPC mingguan tidak jauh berbeda dengan hasil data progress mingguan yang didapat dari pihak kontraktor. Hal ini membuktikan bahwa LPS dapat meningkatkan reabilitas perencanaan di atas 70% sehingga tingkat resiko terjadinya keterlambatan proyek akan semakin kecil.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127999813","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}