Pub Date : 2022-02-26DOI: 10.25077/jrs.17.3.218-227.2021
Titi Kurniati, H. Gunawan, A. Saputra
Jalan Padang By Pass menghubungkan dua gerbang utama Provinsi Sumatra Barat, yaitu Bandar Udara Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur. Sejak tahun 2018, tipe jalan ini menjadi empat lajur dua arah terbagi. Fasilitas pelengkap pada jalan terbagi adalah median dan bukaan median. Penempatan dan jarak antar bukaan median pada jalan Padang ByPass terindikasi tidak memenuhi persyaratan teknik sehingga dapat membahayakan pengguna jalan. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi geometrik dan kinerja. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan, yaitu pengukuran geometrik median dan bukaan median serta perekaman data volume dan waktu tunggu kendaraan melakukan putar balik di bukaan median. Perekaman data volume lalu lintas dan waktu putar balik dengan perekaman video dilakukan untuk jam sibuk pagi (06.00-08.00), jam sibuk siang (12.00-14.00) dan jam sibuk sore (16.00-18.00) WIB. Pembacaan data dari video menggunakan aplikasi FILMORA9. Hasil survei geometrik ditampilkan secara deskriptif dan dievaluasi dengan membandingkan kondisi geometrik standar yang ditetapkan dalam SNI 2444/2008. Evaluasi kinerja bukaan median didasarkan pada waktu tunggu mengikuti Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 96 tahun 2015. Hasil evaluasi geometrik median jalan By Pass disimpulkan sesuai standar SNI 2444/2018. Ukuran panjang bukaan median dalam wilayah studi tidak memenuhi SNI 2444/2018 yaitu 12 meter. Panjang bukaan median eksisting di lapangan adalah 5-11 m. Jarak antar median pada sta 7+682, 8+041, 8+251, 8+602 yaitu 255, m, 335,1 m, 199,1 m, 125,5 m. Kondisi ini tidak memenuhi standar SNI 2444/2018 karena kurang dari 500 m. Tiga bukaan median lainnya memenuhi syarat dengan jarak 565,4 m, 625 m, dan 841 m. Tingkat pelayanan C terjadi pada bukaan median sta 7+682 dan sta 8+602, sedangkan lima stationing lainnya dengan tingkat pelayanan B. Pada sta 7+682 tingginya volume kendaraan yang putar balik dengan panjang bukaan median 8,5 m terjadi waktu tunggu di antrian 16 detik/kendaraaan. Pada sta 8+602 panjang bukaan median hanya 5 m, cukup sulit bagi kendaraan ringan untuk melakukan manuver putar balik pada lokasi tersebut. Waktu tunggu di antrian 23 detik/kendraan dan panjang antrian 1081 m. Tingkat pelayanan C harus ditingkatkan menjadi B sesuai PerMenHub RI no.96/2015, yaitu dengan dengan menambah panjang bukaan median pada stasioning tersebut dan jika tidak memungkinkan bukaan median sebaiknya ditutup.
巴东路连接西苏门答腊省米南堡国际机场和巴舒尔湾的两个主要入口。自2018年以来,这条路分成四行两行。分叉路径上的辅助设备是中位数和中位数开口。病变旁路道中中位和开口的位置和距离不符合工程要求,因此可能危及道路使用者。为此,我们需要几何性能评估。主要数据收集是通过实地考察进行的,即对中位数和前缀的几何测量,以及对车辆体积和等候时间的记录,在中位数开口处回溯。视频记录记录了上午高峰时间(06,08.00)、下午高峰时间(012.00 -14小时)和下午高峰时间(1600 -18.00)。使用一个FILMORA9应用程序从视频中读取数据。几何测量结果是通过比较SNI 2444/2008中规定的几何条件来进行描述性和评估的。根据2015年印尼共和国交通部长第96条的规定,中期绩效评估是基于等待时间的。Pass By way的几何评估结果符合SNI 2444/2018的标准。研究区域中美释放长度不符合SNI 2444/2018,即12米。中位释放的长度为5-11米。中间的距离是sta 7+682, 8+041, 8+251, 8+602等于255,m, 335.1 m, 199.1 m, 1995.5米。这些条件不符合SNI 2444/2018的标准,因为不到500米。另外三种中位数的开口距离5565.4米,625米,841米。服务水平C出现在第7个+682和sta 8+602节之间,而其他5个服务级别B的车站则存在于sta 7+682的高音量车辆,最长8.5米。在sta 8+602中,中型开口只有5米(3英尺)长,对于轻型车辆来说,在这些位置进行绕行是相当困难的。队列等待时间为23秒/kendraan,长度为1081米。根据RI no的PerMenHub,服务级别C应该升级为B。2015年6月,即将中位开口的长度增加到定型,如果不允许,则应关闭。
{"title":"Evaluasi Geometrik Median Dan Kinerja Bukaan Median Pada Jalan Bypass Kota Padang","authors":"Titi Kurniati, H. Gunawan, A. Saputra","doi":"10.25077/jrs.17.3.218-227.2021","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jrs.17.3.218-227.2021","url":null,"abstract":"Jalan Padang By Pass menghubungkan dua gerbang utama Provinsi Sumatra Barat, yaitu Bandar Udara Internasional Minangkabau dan Pelabuhan Teluk Bayur. Sejak tahun 2018, tipe jalan ini menjadi empat lajur dua arah terbagi. Fasilitas pelengkap pada jalan terbagi adalah median dan bukaan median. Penempatan dan jarak antar bukaan median pada jalan Padang ByPass terindikasi tidak memenuhi persyaratan teknik sehingga dapat membahayakan pengguna jalan. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi geometrik dan kinerja. Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan, yaitu pengukuran geometrik median dan bukaan median serta perekaman data volume dan waktu tunggu kendaraan melakukan putar balik di bukaan median. Perekaman data volume lalu lintas dan waktu putar balik dengan perekaman video dilakukan untuk jam sibuk pagi (06.00-08.00), jam sibuk siang (12.00-14.00) dan jam sibuk sore (16.00-18.00) WIB. Pembacaan data dari video menggunakan aplikasi FILMORA9. Hasil survei geometrik ditampilkan secara deskriptif dan dievaluasi dengan membandingkan kondisi geometrik standar yang ditetapkan dalam SNI 2444/2008. Evaluasi kinerja bukaan median didasarkan pada waktu tunggu mengikuti Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor 96 tahun 2015. Hasil evaluasi geometrik median jalan By Pass disimpulkan sesuai standar SNI 2444/2018. Ukuran panjang bukaan median dalam wilayah studi tidak memenuhi SNI 2444/2018 yaitu 12 meter. Panjang bukaan median eksisting di lapangan adalah 5-11 m. Jarak antar median pada sta 7+682, 8+041, 8+251, 8+602 yaitu 255, m, 335,1 m, 199,1 m, 125,5 m. Kondisi ini tidak memenuhi standar SNI 2444/2018 karena kurang dari 500 m. Tiga bukaan median lainnya memenuhi syarat dengan jarak 565,4 m, 625 m, dan 841 m. Tingkat pelayanan C terjadi pada bukaan median sta 7+682 dan sta 8+602, sedangkan lima stationing lainnya dengan tingkat pelayanan B. Pada sta 7+682 tingginya volume kendaraan yang putar balik dengan panjang bukaan median 8,5 m terjadi waktu tunggu di antrian 16 detik/kendaraaan. Pada sta 8+602 panjang bukaan median hanya 5 m, cukup sulit bagi kendaraan ringan untuk melakukan manuver putar balik pada lokasi tersebut. Waktu tunggu di antrian 23 detik/kendraan dan panjang antrian 1081 m. Tingkat pelayanan C harus ditingkatkan menjadi B sesuai PerMenHub RI no.96/2015, yaitu dengan dengan menambah panjang bukaan median pada stasioning tersebut dan jika tidak memungkinkan bukaan median sebaiknya ditutup.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"173 9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134405267","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-26DOI: 10.25077/jrs.17.3.267-278.2021
S. A. Nugroho, Syawal ' Satibi, Raflyatullah Raflyatullah
Tanah merupakan bagian terpenting dari struktur bawah bangunan maupun perkerasan jalan. Tanah berfungsi memikul beban struktur atas, baik itu berupa beban statis maupun dinamis. Pembangunan jalan bebas hambatan (tol) khususnya di Riau, sebagian besar trace jalan melewati daerah dengan deposit tanah lempung lunak. Masalah pokok pada tanah lempung ialah kembang susut yang besar serta daya dukung yang rendah. Stabilisasi kimiawi dengan bahan tambah (additive) diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah tersebut agar bisa digunakan sebagai lapis fondasi atau tanah dasar pada perkerasan jalan. Pencampuran semen dan abu terbang, sebagai additive, merupakan upaya perbaikan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemakaian campuran abu terbang dan semen pada lempung Muara Fajar. Muara Fajar merupakan Desa di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru yang deposit tanah berupa lempung plastisitas tinggi, satu daerah yang akan dilewati jalan tol. Penelitian meliputi perubahan plastisitas karena penambahan additive, perubahan kadar air dan berat volume serta perubahan nilai CBR. Pengujian CBR difokuskan pada kondisi pemeraman 7 hari dan perendaman 4 hari, sesuai standar. Kadar semen dipilih 3% dan 5% dengan masing-masing dicampur dengan abu terbang sebesar 5%, 10%, dan 15%. Hasil penelitian menunjukan, penambahan additive menurunkan sifat kembang susut. Perubahan kadar air dan berat volume mulai dari pencampuran sampai dengan perendaman tidak melebihi 20%. penambahan additive meningkatkan kepadatan tanah. Nilai CBR pada kandungan 3% semen tidak bisa digunakan sebagai material tanah dasar. Nilai CBR, untuk kadar semen 5%, dengan pemeraman 7 hari dan rendaman 4 hari, dengan kadar abu terbang 5%, 10%, dan 15% berturut-turut sebesar 29,33%; 31,47%; dan 35,23%. Penambahan 5% semen dan 5% pada tanah memenuhi syarat sebagai sub-base dan sub-grade jalan.
{"title":"Pengaruh Penggunaan Semen dan Fly Ash Terhadap Nilai CBR Tanah Lempung Muara Fajar","authors":"S. A. Nugroho, Syawal ' Satibi, Raflyatullah Raflyatullah","doi":"10.25077/jrs.17.3.267-278.2021","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jrs.17.3.267-278.2021","url":null,"abstract":"Tanah merupakan bagian terpenting dari struktur bawah bangunan maupun perkerasan jalan. Tanah berfungsi memikul beban struktur atas, baik itu berupa beban statis maupun dinamis. Pembangunan jalan bebas hambatan (tol) khususnya di Riau, sebagian besar trace jalan melewati daerah dengan deposit tanah lempung lunak. Masalah pokok pada tanah lempung ialah kembang susut yang besar serta daya dukung yang rendah. Stabilisasi kimiawi dengan bahan tambah (additive) diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah tersebut agar bisa digunakan sebagai lapis fondasi atau tanah dasar pada perkerasan jalan. Pencampuran semen dan abu terbang, sebagai additive, merupakan upaya perbaikan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemakaian campuran abu terbang dan semen pada lempung Muara Fajar. Muara Fajar merupakan Desa di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru yang deposit tanah berupa lempung plastisitas tinggi, satu daerah yang akan dilewati jalan tol. Penelitian meliputi perubahan plastisitas karena penambahan additive, perubahan kadar air dan berat volume serta perubahan nilai CBR. Pengujian CBR difokuskan pada kondisi pemeraman 7 hari dan perendaman 4 hari, sesuai standar. Kadar semen dipilih 3% dan 5% dengan masing-masing dicampur dengan abu terbang sebesar 5%, 10%, dan 15%. Hasil penelitian menunjukan, penambahan additive menurunkan sifat kembang susut. Perubahan kadar air dan berat volume mulai dari pencampuran sampai dengan perendaman tidak melebihi 20%. penambahan additive meningkatkan kepadatan tanah. Nilai CBR pada kandungan 3% semen tidak bisa digunakan sebagai material tanah dasar. Nilai CBR, untuk kadar semen 5%, dengan pemeraman 7 hari dan rendaman 4 hari, dengan kadar abu terbang 5%, 10%, dan 15% berturut-turut sebesar 29,33%; 31,47%; dan 35,23%. Penambahan 5% semen dan 5% pada tanah memenuhi syarat sebagai sub-base dan sub-grade jalan.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127550609","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Wabah Corona ditetapkan sebagai pandemi global sehingga Indonesia juga menetapkan standar protokol termasuk pada bidang konstruksi dengan mengeluarkan INMEN Menteri PUPR No 2 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Protokol Pencegahan Covid – 19 pada Proyek Konstruksi sebagai pedoman yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa dalam masa pelaksanaan konstruksi di lingkungan proyek. Maka, Kesiapan dari penyedia jasa dalam penerapkan pelaksanan K3 protokol Covid – 19 perlu diulas lebih jauh baik dari sisi kemampuan SDM untuk mengimplementasikan pelaksanan protokol tersebut, ataupun dari segi manajerial perusahan sendiri dalam menyediakan peralatan SOP Covid – 19 di lingkungan proyek. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara kepada penyedia jasa, dan observasi ke lingkungan proyek. Hasil penelitian ini menunjukkan kesiapan SDM dan personil K3 dilapangan dalam pelaksanaan protokol covid – 19 adalah 66.66% atau penilaian baik, sedangkan untuk kesiapan dalam peralatan SOP protokol covid – 19 dilapangan hanya 60% atau penilaian cukup, dan penilaian kesiapan pelaksanaan protokol Covid – 19 keseluruhan adalah 63.42%. Sehingga, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar evaluasi dalam penerapan INMEN didalam proyek konstuksi kedepannya.
{"title":"Kesiapan Penyedia Jasa Konstruksi Dalam Pelaksanaan K3 Selama Pandemi Covid-19 di Provinsi Sumatera Barat","authors":"Febiana Maulani, Benny Hidayat, Taufika Ophiyandri","doi":"10.25077/jrs.17.3.194-203.2021","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jrs.17.3.194-203.2021","url":null,"abstract":"Wabah Corona ditetapkan sebagai pandemi global sehingga Indonesia juga menetapkan standar protokol termasuk pada bidang konstruksi dengan mengeluarkan INMEN Menteri PUPR No 2 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Protokol Pencegahan Covid – 19 pada Proyek Konstruksi sebagai pedoman yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa dalam masa pelaksanaan konstruksi di lingkungan proyek. Maka, Kesiapan dari penyedia jasa dalam penerapkan pelaksanan K3 protokol Covid – 19 perlu diulas lebih jauh baik dari sisi kemampuan SDM untuk mengimplementasikan pelaksanan protokol tersebut, ataupun dari segi manajerial perusahan sendiri dalam menyediakan peralatan SOP Covid – 19 di lingkungan proyek. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara kepada penyedia jasa, dan observasi ke lingkungan proyek. Hasil penelitian ini menunjukkan kesiapan SDM dan personil K3 dilapangan dalam pelaksanaan protokol covid – 19 adalah 66.66% atau penilaian baik, sedangkan untuk kesiapan dalam peralatan SOP protokol covid – 19 dilapangan hanya 60% atau penilaian cukup, dan penilaian kesiapan pelaksanaan protokol Covid – 19 keseluruhan adalah 63.42%. Sehingga, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar evaluasi dalam penerapan INMEN didalam proyek konstuksi kedepannya.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115268982","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-26DOI: 10.25077/jrs.17.3.186-193.2021
J. Fajrin, N. N. Kencanawati, M. Eniarti, Arismanto Arismanto
Among the many choices of composite sandwich panel cores, Balsa wood is one of the main alternatives of cores made of wood. However, the availability and price of Balsa wood are quite expensive, so it needs alternatives from other types of wood such as Sengon wood. The purpose of this study was to evaluate the feasibility of Sengon wood as a core of composite sandwich panels. Three variations of the Sengon wood layout had been prepared as the core of the sandwich panels with a skin made of aluminum. All specimens, including the control specimens made of whole Sengon wood, were prepared with a size of 550 x 50 x 24 mm for length, width, and depth, respectively. Each variation and also the control specimens were made of 3 pieces. Tests were carried out based on the ASTM C 393-94 standard under the three-point bending test scheme. The results showed that the sandwich panel with plain Sengon wood core has the highest capacity to carry a flexural load, which is approximately 177.391 MPa, followed by a sandwich panel with long and end grain Sengon board that possess flexural strength of 153.913 MPa and 79.101 MPa, respectively. The flexural strength of these sandwich panels is superior to solid Sengon wood. The sandwich panels showed a typical ductile material indicated by a non-linear curve without a distinct yielded point before reach the maximum failure load. Three sandwich panels with various Sengon wood cores collapsed under three types of failure mechanisms; face wrinkling, shearing of the core, and delamination between the interface of skin and core. In conclusion, Sengon wood has a great potential to be used as the core material for a composite sandwich panel.
{"title":"Core Configuration Effect On The Flexural Behaviour Of Sandwich Panel Made Of Aluminium Skin And Sengon Wood Core","authors":"J. Fajrin, N. N. Kencanawati, M. Eniarti, Arismanto Arismanto","doi":"10.25077/jrs.17.3.186-193.2021","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jrs.17.3.186-193.2021","url":null,"abstract":"Among the many choices of composite sandwich panel cores, Balsa wood is one of the main alternatives of cores made of wood. However, the availability and price of Balsa wood are quite expensive, so it needs alternatives from other types of wood such as Sengon wood. The purpose of this study was to evaluate the feasibility of Sengon wood as a core of composite sandwich panels. Three variations of the Sengon wood layout had been prepared as the core of the sandwich panels with a skin made of aluminum. All specimens, including the control specimens made of whole Sengon wood, were prepared with a size of 550 x 50 x 24 mm for length, width, and depth, respectively. Each variation and also the control specimens were made of 3 pieces. Tests were carried out based on the ASTM C 393-94 standard under the three-point bending test scheme. The results showed that the sandwich panel with plain Sengon wood core has the highest capacity to carry a flexural load, which is approximately 177.391 MPa, followed by a sandwich panel with long and end grain Sengon board that possess flexural strength of 153.913 MPa and 79.101 MPa, respectively. The flexural strength of these sandwich panels is superior to solid Sengon wood. The sandwich panels showed a typical ductile material indicated by a non-linear curve without a distinct yielded point before reach the maximum failure load. Three sandwich panels with various Sengon wood cores collapsed under three types of failure mechanisms; face wrinkling, shearing of the core, and delamination between the interface of skin and core. In conclusion, Sengon wood has a great potential to be used as the core material for a composite sandwich panel.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131281780","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-26DOI: 10.25077/jrs.17.3.248-258.2021
P. Utomo, Prisca Febriani
Sedimentasi waduk merupakan permasalahan global yang sangat penting dalam perencanaan waduk karena menyebabkan penurunan kapasitas tampungan waduk. Dalam menghitung sedimentasi waduk, biasanya meliputi sedimen yang masuk, sedimen yang keluar, dan endapan sedimen di dalam waduk, sehingga didapatkan imbangan sedimen yang terjadi. Namun dalam praktik di lapangan, tidak semua melakukan ketiga perhitungan tersebut, karena pertimbangan biaya pelaksanaan yang cukup mahal. Untuk mengatasi hal tersebut, perhitungan sedimentasi dilakukan dengan pendekatan konsep efisiensi tangkapan (trap efficiency) sedimen. Selama ini pendekatan konsep ini didasarkan pada hasil penelitian di luar negeri dan tingkat akurasi masih belum optimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat akurasi dari beberapa metode prediksi efisiensi tangkapan sedimen. Penelitian ini dilakukan di Waduk Mrica, Kabupaten Banjarnegara. Data-data yang diperlukan berupa data sekunder, seperti: data debit inflow, data rating curve debit sedimen, data pengukuran echosounding, data analisa butiran sedimen dasar waduk, dan data teknis waduk. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, diantaranya: menghitung sedimen yang masuk, sedimen yang mengendap, efisiensi tangkapan, dan mendapatkan tingkat akurasi dari beberapa metode yang ditinjau. Kriteria statistik dari metode terpilih harus memiliki nilai korelasi > 0,6 dan error < 20%. Imbangan sedimen di Waduk Mrica menunjukkan bahwa laju sedimen yang masuk sebesar 6,001 juta m3/tahun. Sedimen rerata yang mengendap sebesar 3,850 juta m3/tahun, sehingga sedimen yang dikeluarkan rerata sebesar 2,151 juta m3/tahun. Tingkat akurasi dari metode prediksi efisiensi tangkapan bervariasi dari sedang sampai kuat. Metode prediksi efisiensi tangkapan sedimen Brune, Harbor dkk, dan Jotihiprakash dan Garg dianggap paling representatif untuk digunakan pada Waduk Mrica.
{"title":"Penentuan Tingkat Akurasi Beberapa Metode Prediksi Efisiensi Tangkapan (Trap Efficiency) Sedimen di Waduk Mrica","authors":"P. Utomo, Prisca Febriani","doi":"10.25077/jrs.17.3.248-258.2021","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jrs.17.3.248-258.2021","url":null,"abstract":"Sedimentasi waduk merupakan permasalahan global yang sangat penting dalam perencanaan waduk karena menyebabkan penurunan kapasitas tampungan waduk. Dalam menghitung sedimentasi waduk, biasanya meliputi sedimen yang masuk, sedimen yang keluar, dan endapan sedimen di dalam waduk, sehingga didapatkan imbangan sedimen yang terjadi. Namun dalam praktik di lapangan, tidak semua melakukan ketiga perhitungan tersebut, karena pertimbangan biaya pelaksanaan yang cukup mahal. Untuk mengatasi hal tersebut, perhitungan sedimentasi dilakukan dengan pendekatan konsep efisiensi tangkapan (trap efficiency) sedimen. Selama ini pendekatan konsep ini didasarkan pada hasil penelitian di luar negeri dan tingkat akurasi masih belum optimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat akurasi dari beberapa metode prediksi efisiensi tangkapan sedimen. Penelitian ini dilakukan di Waduk Mrica, Kabupaten Banjarnegara. Data-data yang diperlukan berupa data sekunder, seperti: data debit inflow, data rating curve debit sedimen, data pengukuran echosounding, data analisa butiran sedimen dasar waduk, dan data teknis waduk. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, diantaranya: menghitung sedimen yang masuk, sedimen yang mengendap, efisiensi tangkapan, dan mendapatkan tingkat akurasi dari beberapa metode yang ditinjau. Kriteria statistik dari metode terpilih harus memiliki nilai korelasi > 0,6 dan error < 20%. Imbangan sedimen di Waduk Mrica menunjukkan bahwa laju sedimen yang masuk sebesar 6,001 juta m3/tahun. Sedimen rerata yang mengendap sebesar 3,850 juta m3/tahun, sehingga sedimen yang dikeluarkan rerata sebesar 2,151 juta m3/tahun. Tingkat akurasi dari metode prediksi efisiensi tangkapan bervariasi dari sedang sampai kuat. Metode prediksi efisiensi tangkapan sedimen Brune, Harbor dkk, dan Jotihiprakash dan Garg dianggap paling representatif untuk digunakan pada Waduk Mrica.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130988540","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-02-26DOI: 10.25077/jrs.17.3.228-238.2021
Rudy Ferial, Benny Hidayat, Regi Citra Pesela, Darwizal Daoed
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan software Autodesk® Revit® dan Autodesk® Naviswork® Manage untuk pekerjaan Quantity Take-Off dan menganalisa perbedaan hasil perhitungan QTO berbasis Building Information Modeling dan QTO manual. Studi kasus penelitian adalah Data Perencanaan Gedung Bappeda Kota Padang. Penelitian dilakukan dengan membuat BIM Model Gedung tersebut berdasarkan Detail Engineering Design. Selanjutnya dilakukan review model dengan tools Clash Detection pada Autodesk® Naviswork® Manage, selanjutnya BIM Model tersebut dihitung volumenya. Hasil perhitungannya kemudian dibandingkan dan dianalisa. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan software tersebut untuk pekerjaan QTO. Item pekerjaan arsitektur yang dihitung sebanyak 146 item pekerjaan, ditemukan 88 pekerjaan sesuai dengan volume manual, 4 pekerjaan hampir sesuai dengan volume manual, 10 pekerjaan tidak sesuai dengan volume manual dan 44 pekerjaan tidak dapat dihitung. Item pekerjaan stuktur yang dihitung sebanyak 122 item pekerjaan, ditemukan 113 pekerjaan sesuai dengan volume manual, 2 pekerjaan hampir sesuai dengan volume manual, 6 pekerjaan tidak sesuai dengan volume manual dan 1 pekerjaan tidak dapat dihitung.
{"title":"Quantity take-off berbasis building information modeling (bim) studi kasus: gedung bappeda padang","authors":"Rudy Ferial, Benny Hidayat, Regi Citra Pesela, Darwizal Daoed","doi":"10.25077/jrs.17.3.228-238.2021","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/jrs.17.3.228-238.2021","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan software Autodesk® Revit® dan Autodesk® Naviswork® Manage untuk pekerjaan Quantity Take-Off dan menganalisa perbedaan hasil perhitungan QTO berbasis Building Information Modeling dan QTO manual. Studi kasus penelitian adalah Data Perencanaan Gedung Bappeda Kota Padang. Penelitian dilakukan dengan membuat BIM Model Gedung tersebut berdasarkan Detail Engineering Design. Selanjutnya dilakukan review model dengan tools Clash Detection pada Autodesk® Naviswork® Manage, selanjutnya BIM Model tersebut dihitung volumenya. Hasil perhitungannya kemudian dibandingkan dan dianalisa. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan software tersebut untuk pekerjaan QTO. Item pekerjaan arsitektur yang dihitung sebanyak 146 item pekerjaan, ditemukan 88 pekerjaan sesuai dengan volume manual, 4 pekerjaan hampir sesuai dengan volume manual, 10 pekerjaan tidak sesuai dengan volume manual dan 44 pekerjaan tidak dapat dihitung. Item pekerjaan stuktur yang dihitung sebanyak 122 item pekerjaan, ditemukan 113 pekerjaan sesuai dengan volume manual, 2 pekerjaan hampir sesuai dengan volume manual, 6 pekerjaan tidak sesuai dengan volume manual dan 1 pekerjaan tidak dapat dihitung.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129978160","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-01DOI: 10.25077/JRS.17.2.153-163.2021
Erwin syaiful Wagola, Eddy Agus Muharyanto
Beton Self Compacting Concrete (SCC) mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun 1983, beton ini dapat memadat secara mandiri dengan slump yang cukup tinggi. Self Compacting Concrete (SCC) mempunyai sifat flowability yang tinggi sehingga mampu mengalir, memenuhi bekisting, dan mencapai kepadatan tertingginya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dari pasir besi pada pesisir pantai Kecamatan Waplau Kabupaten Buru, Provinsi Maluku dan menganalisis kuat tekan beton Self Compacting Concrete yang menggunakan pasir besi pada pesisir pantai Kecamatan Waplau, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, sebagai pengganti agregat halus. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode eksperimental atau pengujian langsung di laboratorium, Hasil pemeriksaan karakteristik pasir besi memperlihatkan bahwa modulus kehalusan sebesar 2,55 nilai ini masuk kategori pasir agak kasar, berat jenis semu sebesar 4,47, berat jenis kering sebesar 4,35, dan berat jenis SSD adalah sebesar 4,39, kemudian penyerapan air sebesar 1,20 %, dan Send Equivalen dari pasir besi diperoleh sebesar 97%, Kuat tekan rata-rata beton Self Compacting Concrete dengan variasi campuran beton 100% pasir besi untuk umur beton 3, 7 dan 28 hari adalah 13,46 MPa, 19,23 MPa dan 28,27 MPa. Kuat tekan rata-rata beton SCC dengan variasi campuran beton 50% pasir besi dan 50% pasir sungai untuk umur beton 3, 7, dan 28 hari adalah 14,42 MPa, 20,57 MPa dan 30,96 MPa. Sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa pemanfaatan pasir besi dalam campuran beton Self Compacting Concrete sangat berkontribusi terhadap kenaikan kuat tekan beton Self Compacting Concrete. Olehya itu disarankan agar pemanfaatan sumber daya pasir besi di Kecamatan Waplau, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku ini harus dimanfaatkan penggunaanya guna pengembangan teknologi beton khususnya dalam pengambangan beton Self Compacting Concrete (SCC).
{"title":"Kuat Tekan Beton Self Compacting Concrete (Scc) Menggunakan Pasir Besi Pada Pesisir Pantai Kecamatan Waplau","authors":"Erwin syaiful Wagola, Eddy Agus Muharyanto","doi":"10.25077/JRS.17.2.153-163.2021","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.17.2.153-163.2021","url":null,"abstract":"Beton Self Compacting Concrete (SCC) mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun 1983, beton ini dapat memadat secara mandiri dengan slump yang cukup tinggi. Self Compacting Concrete (SCC) mempunyai sifat flowability yang tinggi sehingga mampu mengalir, memenuhi bekisting, dan mencapai kepadatan tertingginya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dari pasir besi pada pesisir pantai Kecamatan Waplau Kabupaten Buru, Provinsi Maluku dan menganalisis kuat tekan beton Self Compacting Concrete yang menggunakan pasir besi pada pesisir pantai Kecamatan Waplau, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, sebagai pengganti agregat halus. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode eksperimental atau pengujian langsung di laboratorium, Hasil pemeriksaan karakteristik pasir besi memperlihatkan bahwa modulus kehalusan sebesar 2,55 nilai ini masuk kategori pasir agak kasar, berat jenis semu sebesar 4,47, berat jenis kering sebesar 4,35, dan berat jenis SSD adalah sebesar 4,39, kemudian penyerapan air sebesar 1,20 %, dan Send Equivalen dari pasir besi diperoleh sebesar 97%, Kuat tekan rata-rata beton Self Compacting Concrete dengan variasi campuran beton 100% pasir besi untuk umur beton 3, 7 dan 28 hari adalah 13,46 MPa, 19,23 MPa dan 28,27 MPa. Kuat tekan rata-rata beton SCC dengan variasi campuran beton 50% pasir besi dan 50% pasir sungai untuk umur beton 3, 7, dan 28 hari adalah 14,42 MPa, 20,57 MPa dan 30,96 MPa. Sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa pemanfaatan pasir besi dalam campuran beton Self Compacting Concrete sangat berkontribusi terhadap kenaikan kuat tekan beton Self Compacting Concrete. Olehya itu disarankan agar pemanfaatan sumber daya pasir besi di Kecamatan Waplau, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku ini harus dimanfaatkan penggunaanya guna pengembangan teknologi beton khususnya dalam pengambangan beton Self Compacting Concrete (SCC).","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"250 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114029498","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tanah lempung lunak tidak dapat digunakan sebagai tanah dasar pada konstruksi jalan, jenis tanah ini memiliki nilai California Bearing Ratio (CBR) dan kuat tekan yang sangat rendah. Perbaikan tanah merupakan salah satu solusi yang baik apabila tanah ini terpaksa digunakan sebagai tanah dasar. Material stabilisasi tanah cukup beragam, namun perlu pertimbangan bahan yang tersedia dan melimpah di sekitar pekerjaan perbaikan tanah dilakukan. Kajian sederhana perlu dikembangkan melalui model perbaikan dengan skala kecil dalam bak uji. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tebal lapisan tanah stabilisasi yang efektif dalam meningkatkan nilai CBR tanah. Penelitian ini menggunakan media tanah lempung lunak dan abu vulkanik sebagai bahan stabilisasi. Penambahan abu vulkanik ditentukan berdasarkan hasil terbaik dari uji kuat tekan bebas. Uji model dilakukan dalam bak uji berukuran 90 cm x 120 cm x 90 cm. Tanah lunak dipadatkan setiap 10 cm sampai 50 cm. Tanah stabilisasi dipadatkan dengan tebal yang bervariasi dari 0-20 cm. Selain tanah stabilisasi, uji CBR juga dilakukan pada lapisan pasir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 9% abu vulkanik dari berat tanah kering dapat mengubah sifat tanah lunak menjadi lempung sangat kaku. Tebal tanah stabilisasi di atas 16 cm memperlihatkan perbaikan karakteristik tanah menjadi tanah sedang dengan nilai CBR mendekati 5%. Nilai CBR tanah stabilisasi abu vulkanik didapatkan lebih tinggi 1,8 kali CBR lapisan pasir. Berdasarkan hasil penelitian, abu vulkanik didapatkan cukup efektif meningkatkan nilai CBR tanah, peningkatan yang didapatkan untuk tebal tanah stabilisasi 16-20 cm adalah 34-55 kali nilai CBR tanah lempung lunak (tanah asli).
{"title":"Kajian Nilai California Bearing Ratio (CBR) Pada Tanah lempung Lunak Dengan Variasi Tebal Stabilisasi Menggunakan Abu Vulkanik","authors":"Aazokhi Waruwu, Optimisman Zega, Dian Rano, Baby Maureent Tessalonika Panjaitan, S. Harefa","doi":"10.25077/JRS.17.2.116-130.2021","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.17.2.116-130.2021","url":null,"abstract":"Tanah lempung lunak tidak dapat digunakan sebagai tanah dasar pada konstruksi jalan, jenis tanah ini memiliki nilai California Bearing Ratio (CBR) dan kuat tekan yang sangat rendah. Perbaikan tanah merupakan salah satu solusi yang baik apabila tanah ini terpaksa digunakan sebagai tanah dasar. Material stabilisasi tanah cukup beragam, namun perlu pertimbangan bahan yang tersedia dan melimpah di sekitar pekerjaan perbaikan tanah dilakukan. Kajian sederhana perlu dikembangkan melalui model perbaikan dengan skala kecil dalam bak uji. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tebal lapisan tanah stabilisasi yang efektif dalam meningkatkan nilai CBR tanah. Penelitian ini menggunakan media tanah lempung lunak dan abu vulkanik sebagai bahan stabilisasi. Penambahan abu vulkanik ditentukan berdasarkan hasil terbaik dari uji kuat tekan bebas. Uji model dilakukan dalam bak uji berukuran 90 cm x 120 cm x 90 cm. Tanah lunak dipadatkan setiap 10 cm sampai 50 cm. Tanah stabilisasi dipadatkan dengan tebal yang bervariasi dari 0-20 cm. Selain tanah stabilisasi, uji CBR juga dilakukan pada lapisan pasir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 9% abu vulkanik dari berat tanah kering dapat mengubah sifat tanah lunak menjadi lempung sangat kaku. Tebal tanah stabilisasi di atas 16 cm memperlihatkan perbaikan karakteristik tanah menjadi tanah sedang dengan nilai CBR mendekati 5%. Nilai CBR tanah stabilisasi abu vulkanik didapatkan lebih tinggi 1,8 kali CBR lapisan pasir. Berdasarkan hasil penelitian, abu vulkanik didapatkan cukup efektif meningkatkan nilai CBR tanah, peningkatan yang didapatkan untuk tebal tanah stabilisasi 16-20 cm adalah 34-55 kali nilai CBR tanah lempung lunak (tanah asli).","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133867163","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-01DOI: 10.25077/JRS.17.2.131-139.2021
A. Syamsir, Nurul ‘Amira Binti Mohd Hafiz
Glass Fibre Reinforced Polymer (GFRP) tubes have been used widely as cross arm of electric transmission towers to replaced old wooden cross arms. Cross arm is a part of transmission tower which is required to support conductors or electrical cables. Due to nature of assembly of these GFRP tubes, it will induce torsional force to the individual GFRP tubes of cross arm. The importance of torsional effect to the cross arm has encouraged researcher to study on torsional strength of the single tube itself in order to support a complete set cross arm. In this paper, the performance of glass fiber-reinforced polymer (GFRP) tubes under statically torsional loads was studied numerically. The specimens’ ultimate twisting angle and strain were studied through tests for validation of the numerical model. Explicit solver of ANSYS was chosen and simulation results matched experiment results well with 4 % different. There are six model were simulated and analyzed in this research. It is concluded that model 4 shown the highest ultimate strains as well as twisting angle while model 3 has the lowest ultimate strains and twisting angle. The presence of fiber orientation of 90o in model 4 has contributed to the torsional capacity of the tubes.
{"title":"Numerical Modelling Of Glass Fibre Reinforced Polymer (Gfrp) Tube Subjected To Torsion","authors":"A. Syamsir, Nurul ‘Amira Binti Mohd Hafiz","doi":"10.25077/JRS.17.2.131-139.2021","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.17.2.131-139.2021","url":null,"abstract":"Glass Fibre Reinforced Polymer (GFRP) tubes have been used widely as cross arm of electric transmission towers to replaced old wooden cross arms. Cross arm is a part of transmission tower which is required to support conductors or electrical cables. Due to nature of assembly of these GFRP tubes, it will induce torsional force to the individual GFRP tubes of cross arm. The importance of torsional effect to the cross arm has encouraged researcher to study on torsional strength of the single tube itself in order to support a complete set cross arm. In this paper, the performance of glass fiber-reinforced polymer (GFRP) tubes under statically torsional loads was studied numerically. The specimens’ ultimate twisting angle and strain were studied through tests for validation of the numerical model. Explicit solver of ANSYS was chosen and simulation results matched experiment results well with 4 % different. There are six model were simulated and analyzed in this research. It is concluded that model 4 shown the highest ultimate strains as well as twisting angle while model 3 has the lowest ultimate strains and twisting angle. The presence of fiber orientation of 90o in model 4 has contributed to the torsional capacity of the tubes.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"134 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128553845","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-08-01DOI: 10.25077/JRS.17.2.108-115.2021
I. Indrayani, Andi Herius, Darma Prabudi, A. Pratama, P. Nanda, Nurman Fernando
Pengembangan daerah rawa di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan yang merupakan daerah rawan genangan air perlu mendapat perhatian khusus. Kawasan ini memiliki potensi sumber daya lahan yang besar dari sektor pertanian, perkebunan peternakan dan budidaya perikanan. Pada saat terjadi intensitas curah hujan yang tinggi, akses jalan daerah ini rusak parah disebabkan lemahnya daya dukung tanah pada lapis tanah dasar (subgrade) tanahnya memiliki kohesifitas tinggi/ tanah lunak. Penggunaan bahan-bahan stabilizing agent, dapat memperbaiki sifat mekanik dari tanah lunak dan meningkatkan daya dukungnya. Penelitian ini menggunakan metode stabilisasi kimiawi dengan berbagai variasi campuran additive petrasoil dan kapur, yang mana penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan bahan additive petrasoil menyebabkan penurunan terhadap nilai CBR tanah, namun pada beberapa proyek jalan petrasoil masih terus digunakan dengan campuran bahan lain, sehingga perlu dilakukan penelitian ini dengan mencampurkan additive petrasoil bahan tambah lain seperti kapur untuk mendapatkan pengaruh petrasoil terhadap peningkatan nilai CBR. Persentase campuran kapur adalah 10%, 15%, 20% dengan tambahan petrasoil sebesar 1 kg yang dilarutkan dalam 1000 liter air. Dari hasil pengujian didapatkan penambahan petrasoil dan kapur sebagai bahan tambah pada tanah rawa dengan klasifikasi tanah lempung dapat meningkatkan nilai CBR dari 1,55% pada keadaan tanah asli menjadi 7,88% pada kondisi tanah yang distabilisasi menggunakan petrasoil dan kapur 20%.
{"title":"Analisis Peningkatan Nilai Cbr Tanah Rawa Menggunakan Campuran Petrasoil Dan Kapur","authors":"I. Indrayani, Andi Herius, Darma Prabudi, A. Pratama, P. Nanda, Nurman Fernando","doi":"10.25077/JRS.17.2.108-115.2021","DOIUrl":"https://doi.org/10.25077/JRS.17.2.108-115.2021","url":null,"abstract":"Pengembangan daerah rawa di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan yang merupakan daerah rawan genangan air perlu mendapat perhatian khusus. Kawasan ini memiliki potensi sumber daya lahan yang besar dari sektor pertanian, perkebunan peternakan dan budidaya perikanan. Pada saat terjadi intensitas curah hujan yang tinggi, akses jalan daerah ini rusak parah disebabkan lemahnya daya dukung tanah pada lapis tanah dasar (subgrade) tanahnya memiliki kohesifitas tinggi/ tanah lunak. Penggunaan bahan-bahan stabilizing agent, dapat memperbaiki sifat mekanik dari tanah lunak dan meningkatkan daya dukungnya. Penelitian ini menggunakan metode stabilisasi kimiawi dengan berbagai variasi campuran additive petrasoil dan kapur, yang mana penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan bahan additive petrasoil menyebabkan penurunan terhadap nilai CBR tanah, namun pada beberapa proyek jalan petrasoil masih terus digunakan dengan campuran bahan lain, sehingga perlu dilakukan penelitian ini dengan mencampurkan additive petrasoil bahan tambah lain seperti kapur untuk mendapatkan pengaruh petrasoil terhadap peningkatan nilai CBR. Persentase campuran kapur adalah 10%, 15%, 20% dengan tambahan petrasoil sebesar 1 kg yang dilarutkan dalam 1000 liter air. Dari hasil pengujian didapatkan penambahan petrasoil dan kapur sebagai bahan tambah pada tanah rawa dengan klasifikasi tanah lempung dapat meningkatkan nilai CBR dari 1,55% pada keadaan tanah asli menjadi 7,88% pada kondisi tanah yang distabilisasi menggunakan petrasoil dan kapur 20%.","PeriodicalId":192572,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133671426","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}