Pub Date : 2021-06-17DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1110
Mariana Ruru Sirindeng, Ahmat Keke
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dari ukiran bola-bola peti mati pada masyarakat Toraja di Desa To’banga Kabupaten Toraja Utara. Penelitian ini menggunakan Teori Interpretatif Simbolik (Cliford Geertz). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian lapangan. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : Pengamatan (observation) dan wawancara (interview). Untuk menjawab permasalahan dilakukan analisis data, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kulaitatif. Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data sampai akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa To’banga masih menggunakan bola-bola dalam proses upacara rambu solo’. Bola-bola dalam upacara rambu solo’ adalah salah satu hal yang penting karena penggunaan bola-bola memperlihatkan strata sosial yang ada pada masyarakat Toraja di Desa To’banga Kabupaten Toraja Utara.
{"title":"MAKNA UKIRAN BOLA-BOLA PETI MATI PADA MASYARAKAT TORAJA DI DESA TO’BANGA KABUPATEN TORAJA","authors":"Mariana Ruru Sirindeng, Ahmat Keke","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1110","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1110","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dari ukiran bola-bola peti mati pada masyarakat Toraja di Desa To’banga Kabupaten Toraja Utara. Penelitian ini menggunakan Teori Interpretatif Simbolik (Cliford Geertz). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian lapangan. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : Pengamatan (observation) dan wawancara (interview). Untuk menjawab permasalahan dilakukan analisis data, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kulaitatif. Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data sampai akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa To’banga masih menggunakan bola-bola dalam proses upacara rambu solo’. Bola-bola dalam upacara rambu solo’ adalah salah satu hal yang penting karena penggunaan bola-bola memperlihatkan strata sosial yang ada pada masyarakat Toraja di Desa To’banga Kabupaten Toraja Utara.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"209 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114667723","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-16DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1103
Kalsum Kalsum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dan sebagai pilihan rasional masyarakat Desa Waru-Waru dalam memilih mata pencaharian dari petani menjadi nelayan. Penelitian ini menggunakan teori James C. Scott tentang moral ekonomi petani dengan metode etnografi James Spradley. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat mengambil sikap disebabkan faktor ekonomi yang belum mencukupi. Apalagi jika dari segi mata pencaharian petani, tanaman yang mereka tanami merupakan jenis tanaman jangka panjang dan sebagian dari mereka belum memiliki lahan untuk berkebun. Hal ini membuat masyarakat lebih memilih nelayan sebagai pekerjaan utama. Perubahan musim juga menjadi bagian faktor penghambat dari berkurangnya penghasilan mereka. Masyarakat tetap melakukan aktivitas melaut seperti menangkap ubur-ubur, memancing menggunakan rawe. Aktivitas masyarakat ketika tidak melaut seperti membersihkan alat tangkapan, berkebun, dan sebagian lainnya memilih mencari pekerjaan lain, bahkan ada yang sekedar berkumpul bersama keluarga dan juga menonjolkan peranan istri membantu suami mencari nafkah, misalnya dengan memanfaatkan pasang surut air laut untuk mencari teripang dan kerang-kerangan, membuat kue dan nasi kuning. Hal tersebut bukan dari paksaan suami. Karena desakan tetapi dari pribadi sang istri sendiri untuk membantu menambah perkenomian keluarganya.
{"title":"DARI PETANI KE NELAYAN: PILIHAN RASIONAL ORANG BUNGKU","authors":"Kalsum Kalsum","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1103","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1103","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dan sebagai pilihan rasional masyarakat Desa Waru-Waru dalam memilih mata pencaharian dari petani menjadi nelayan. Penelitian ini menggunakan teori James C. Scott tentang moral ekonomi petani dengan metode etnografi James Spradley. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat mengambil sikap disebabkan faktor ekonomi yang belum mencukupi. Apalagi jika dari segi mata pencaharian petani, tanaman yang mereka tanami merupakan jenis tanaman jangka panjang dan sebagian dari mereka belum memiliki lahan untuk berkebun. Hal ini membuat masyarakat lebih memilih nelayan sebagai pekerjaan utama. Perubahan musim juga menjadi bagian faktor penghambat dari berkurangnya penghasilan mereka. Masyarakat tetap melakukan aktivitas melaut seperti menangkap ubur-ubur, memancing menggunakan rawe. Aktivitas masyarakat ketika tidak melaut seperti membersihkan alat tangkapan, berkebun, dan sebagian lainnya memilih mencari pekerjaan lain, bahkan ada yang sekedar berkumpul bersama keluarga dan juga menonjolkan peranan istri membantu suami mencari nafkah, misalnya dengan memanfaatkan pasang surut air laut untuk mencari teripang dan kerang-kerangan, membuat kue dan nasi kuning. Hal tersebut bukan dari paksaan suami. Karena desakan tetapi dari pribadi sang istri sendiri untuk membantu menambah perkenomian keluarganya.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126588484","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-16DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1102
Amin Langaja, Abdul Jalil
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan persepsi masyarakat Muna terhadap rekonstruksi Beteng Wuna di Desa Unit Pemukiman Wuna Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna. Penelitian Ini menggunakan teori budaya sebagai sistem kognitif oleh Ward Goodenough dengan menggunakan metode etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakata muna terhadap benteng wuna mempengaruhi tingkah laku mereka, karena dengan diadakanya rekonstruksi benteng tesebut sehingga pemeritah kabupaten munamembuat sebuah peraturan desa untuk menghidupkan kemali benten dan menjalankan beberapa huku yang perna berlaku di dalam kawasan benteng. Selain itu juga masyarakat desa Unit Pemukiman Wuna juga masih menjalankan beberapa tradisi yang ada sejak zaman kerajaan muna masih Berjaya disana hingga sekarang.
{"title":"PERSEPSI MASYARAKAT MUNA TERHADAP REKONSTRUKSI BENTENG WUNA","authors":"Amin Langaja, Abdul Jalil","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1102","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1102","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan persepsi masyarakat Muna terhadap rekonstruksi Beteng Wuna di Desa Unit Pemukiman Wuna Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna. Penelitian Ini menggunakan teori budaya sebagai sistem kognitif oleh Ward Goodenough dengan menggunakan metode etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakata muna terhadap benteng wuna mempengaruhi tingkah laku mereka, karena dengan diadakanya rekonstruksi benteng tesebut sehingga pemeritah kabupaten munamembuat sebuah peraturan desa untuk menghidupkan kemali benten dan menjalankan beberapa huku yang perna berlaku di dalam kawasan benteng. Selain itu juga masyarakat desa Unit Pemukiman Wuna juga masih menjalankan beberapa tradisi yang ada sejak zaman kerajaan muna masih Berjaya disana hingga sekarang.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130178717","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-13DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1113
Yasmi Agfar, Wa Ode Sitti Hapsah, Rahmat sewa Suraya
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah proses kawin lari (pofileighoo) pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo? dan bagaimanakah simbol/tanda yang mengisyaratkan kawin lari (pofileighoo) pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pofileighoo pada adat perkawinan masyrakat muna di Desa Lindo dan untuk mengetahui symbol/tanda yang mengisaratkan pofileighoo pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo. Teori yang digunakan adalah teori kebudayaan dan simbol Clifford Greertz. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana dilakukan bersama dengan proses pengumpulan data melalui pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Proses pofileighoo (kawin lari) ada lima tahapan ; a). hukumu (penerimaan kedua calon mempelai) b). polele (untuk pemberitahuan kepada pihak perempuan) c)dengkoragho adhati (musyawarah adat) d) kafotangkano agama e).kakawi (akad nikah). (2). Adapun symbol atau tanda dalam adat perkawinan pofileighoo di Desa Lindo ada 6 tahapan diantarnya ; a) dogaa doangka foninto bhalano b) dogaa doangka nekalonga c) dogaa doangka weghabu d) dogaa doangka wekaa e) kafena (penghargaan) f) matano kenta.
{"title":"POFILEIGHOO (KAWIN LARI) PADA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT MUNA DI DESA LINDO, KECAMATAN WADAGA KABUPATEN MUNA BARAT","authors":"Yasmi Agfar, Wa Ode Sitti Hapsah, Rahmat sewa Suraya","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1113","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1113","url":null,"abstract":"Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah proses kawin lari (pofileighoo) pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo? dan bagaimanakah simbol/tanda yang mengisyaratkan kawin lari (pofileighoo) pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pofileighoo pada adat perkawinan masyrakat muna di Desa Lindo dan untuk mengetahui symbol/tanda yang mengisaratkan pofileighoo pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo. Teori yang digunakan adalah teori kebudayaan dan simbol Clifford Greertz. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana dilakukan bersama dengan proses pengumpulan data melalui pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Proses pofileighoo (kawin lari) ada lima tahapan ; a). hukumu (penerimaan kedua calon mempelai) b). polele (untuk pemberitahuan kepada pihak perempuan) c)dengkoragho adhati (musyawarah adat) d) kafotangkano agama e).kakawi (akad nikah). (2). Adapun symbol atau tanda dalam adat perkawinan pofileighoo di Desa Lindo ada 6 tahapan diantarnya ; a) dogaa doangka foninto bhalano b) dogaa doangka nekalonga c) dogaa doangka weghabu d) dogaa doangka wekaa e) kafena (penghargaan) f) matano kenta.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115291499","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-13DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1101
La Ode Aco, W. Sifatu, Raemon Raemon
Penelitian ini dilakukan di Desa Gerak Makmur, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penafsiran simbol Victor Turner. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskripsi kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk menjelaskan proses pelaksanaan ritual Sungkia pada masyarakat Buton di Desa Gerak Makmur Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan, (2) Untuk menjelskanmaknasimbolik yang terkandung dalam ritual Sungkia pada masyarakat Buton di Desa Gerak Makmur Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Ritual sungkia merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur kepada masyarakat Gerak Makmur, yang sebagai syarat wajib ibu dan sang bayi agar terbebas dari masa-masa kampua. Rangkaian pelaksanaan ritual, ketika masa kampua ibu telah genap selama empat puluh hari.Pewarisan ritual sungkia oleh para leluhur memberikah harapan yang baik bagi masyarakat sehingga ritual hingga sampai saat ini masih tetap tradisikan. Terutama diperuntukan bagi setiap ibu yang lepas dari masa-masa pengurunga (kampua).Tradisi ritual sungkia dalam tanggapan masyarakat Buton cia-cia yang ada di desa Gerak Makmur bahwa sungkia sudah menjadi kebiasaan masyarakat setiap kelahirang berlangsung selama empat puluh hari. Masyarakat juga menganggap ritual dapat memberikan kehidupan yang baik bagi sang anak agar terhindar dari marah bahaya dan senantiasan tetap berada dalam kebaikan.
{"title":"SUNGKIA: RITUAL KELAHIRAN BAYI PADA MASYARAKAT BUTON CIA-CIA DI DESA GERAK MAKMUR KECAMATAN SAMPOLAWA KABUPATEN BUTON SELATAN","authors":"La Ode Aco, W. Sifatu, Raemon Raemon","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1101","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1101","url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan di Desa Gerak Makmur, Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penafsiran simbol Victor Turner. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskripsi kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk menjelaskan proses pelaksanaan ritual Sungkia pada masyarakat Buton di Desa Gerak Makmur Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan, (2) Untuk menjelskanmaknasimbolik yang terkandung dalam ritual Sungkia pada masyarakat Buton di Desa Gerak Makmur Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Ritual sungkia merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur kepada masyarakat Gerak Makmur, yang sebagai syarat wajib ibu dan sang bayi agar terbebas dari masa-masa kampua. Rangkaian pelaksanaan ritual, ketika masa kampua ibu telah genap selama empat puluh hari.Pewarisan ritual sungkia oleh para leluhur memberikah harapan yang baik bagi masyarakat sehingga ritual hingga sampai saat ini masih tetap tradisikan. Terutama diperuntukan bagi setiap ibu yang lepas dari masa-masa pengurunga (kampua).Tradisi ritual sungkia dalam tanggapan masyarakat Buton cia-cia yang ada di desa Gerak Makmur bahwa sungkia sudah menjadi kebiasaan masyarakat setiap kelahirang berlangsung selama empat puluh hari. Masyarakat juga menganggap ritual dapat memberikan kehidupan yang baik bagi sang anak agar terhindar dari marah bahaya dan senantiasan tetap berada dalam kebaikan.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"57 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128336723","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-13DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1100
Intan Nurma Gandi, N. Suyuti
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan dinamika mata pencaharian Suku Bajo di Desa Jawi-Jawi Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali dan untuk mengetahui alasan terjadinya dinamika mata pencaharian Suku Bajo di Desa Jawi-Jawi Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali. Teori yang digunakan adalah teori Strategi Adaptasi dari John W. Bennet.Dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui pengamatan (observasi) dan wawanvara (interview) sehingga data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dinamika mata pencaharian yang terjadi pada masyarakat Suku Bajo di Desa Jawi-Jawi disebabkan oleh faktor kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, peralatan tangkap yang kurang memadai, sumber daya laut semakin berkurang, dan faktor alam. Dari beberapa faktor tersebut membuat masyarakat Suku Bajo di Desa Jawi-Jawi melakukan beberapa pekerjaan lain dengan alasan akan menggunakan waktu kosong saat tidak melakukan pekerjaan menjadi nelayan ketika terjadi cuaca yang kurang baik, tetapi tidak meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan. Dari pekerjaan sebelumnya sebagai nelayan terbentuk beberapa jenis pekerjaan, anatara lain yaitu, budidaya rumput laut, petani, pertukangan, pedagang.
{"title":"DINAMIKA MATA PENCAHARIAAN SUKU BAJO DI DESA JAWI-JAWI KECAMATAN BUNGKU SELATAN KABUPATEN MOROWALI","authors":"Intan Nurma Gandi, N. Suyuti","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1100","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1100","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan dinamika mata pencaharian Suku Bajo di Desa Jawi-Jawi Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali dan untuk mengetahui alasan terjadinya dinamika mata pencaharian Suku Bajo di Desa Jawi-Jawi Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali. Teori yang digunakan adalah teori Strategi Adaptasi dari John W. Bennet.Dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui pengamatan (observasi) dan wawanvara (interview) sehingga data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dinamika mata pencaharian yang terjadi pada masyarakat Suku Bajo di Desa Jawi-Jawi disebabkan oleh faktor kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, peralatan tangkap yang kurang memadai, sumber daya laut semakin berkurang, dan faktor alam. Dari beberapa faktor tersebut membuat masyarakat Suku Bajo di Desa Jawi-Jawi melakukan beberapa pekerjaan lain dengan alasan akan menggunakan waktu kosong saat tidak melakukan pekerjaan menjadi nelayan ketika terjadi cuaca yang kurang baik, tetapi tidak meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan. Dari pekerjaan sebelumnya sebagai nelayan terbentuk beberapa jenis pekerjaan, anatara lain yaitu, budidaya rumput laut, petani, pertukangan, pedagang.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125733420","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-10DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1097
Rusi Warsuma, La Ode Topo Jers, Hasniah Hasniah
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan pengetahuan masyarakat di Desa Kondoano, Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan mengenai letak Sanggah dan alasan mereka mengubah letak Sanggah. Penelitian yang dilakukan pada bulan Januari 2020 ini menggunakan metode entografi. Data yang diperoleh melalui pengamatan terlibat dan wawancara mendalam dianalisis dengan menggunakan teori Kognitif oleh Goodenough. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data yang diperoleh dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat mengenai bagaimana letak Sanggah yang baik dan benar, dimana Sanggah merupakan areal yang paling sacral pada satu pekarangan rumah bagi orang Bali. Masyarakat di Desa Kondoano memiliki pengetahuan yang berbeda-beda megenai hal tersebut, yaitu diantaranya: antara mata angin Timur dan Utara, hanya arah Utara saja, tempat yang bersih, tempat yang lebih tinggi dari rumah dan pada bagian depan rumah,. Secara umum Orang Bali memahami arah Timur dan Utara sebagai Hulu dan dijadikan sebagai arah Sembahyang. Sementara itu, alasan masyarkat Bali di Desa Kondoano merubah letak Sanggah mereka dilakukan atas berbagai peetimbangan dan semua yang merubah letak Sanggah adalah mereka yang memiliki rumah di Timur jalan. Adapun beberapa alasannya yaitu : Menganggap semua arah merupakan Hulu, untuk keindahan, mempermudah pembangunan, lokasi tidak boleh dibanguni rumah dan pekarangan rumah lebih rendah di Timur
{"title":"PERUBAHAN LETAK SANGGAH PADA MASYARAKAT TRANSMIGRAN BALI DI DESA KONDOANO, KECAMATAN MOWILA, KABUPATEN KONAWE SELATAN","authors":"Rusi Warsuma, La Ode Topo Jers, Hasniah Hasniah","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1097","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1097","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan pengetahuan masyarakat di Desa Kondoano, Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan mengenai letak Sanggah dan alasan mereka mengubah letak Sanggah. Penelitian yang dilakukan pada bulan Januari 2020 ini menggunakan metode entografi. Data yang diperoleh melalui pengamatan terlibat dan wawancara mendalam dianalisis dengan menggunakan teori Kognitif oleh Goodenough. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data yang diperoleh dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat mengenai bagaimana letak Sanggah yang baik dan benar, dimana Sanggah merupakan areal yang paling sacral pada satu pekarangan rumah bagi orang Bali. Masyarakat di Desa Kondoano memiliki pengetahuan yang berbeda-beda megenai hal tersebut, yaitu diantaranya: antara mata angin Timur dan Utara, hanya arah Utara saja, tempat yang bersih, tempat yang lebih tinggi dari rumah dan pada bagian depan rumah,. Secara umum Orang Bali memahami arah Timur dan Utara sebagai Hulu dan dijadikan sebagai arah Sembahyang. Sementara itu, alasan masyarkat Bali di Desa Kondoano merubah letak Sanggah mereka dilakukan atas berbagai peetimbangan dan semua yang merubah letak Sanggah adalah mereka yang memiliki rumah di Timur jalan. Adapun beberapa alasannya yaitu : Menganggap semua arah merupakan Hulu, untuk keindahan, mempermudah pembangunan, lokasi tidak boleh dibanguni rumah dan pekarangan rumah lebih rendah di Timur","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129082615","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-10DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1095
Fani Fani, Erens Elvianus Kodooh, Ashmarita Ashmarita
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan ritual poago dan perubahan yang terjadi dalam ritual poago. penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik pengamatan terlibat (participation observation) dan wawacara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pelaksanaan ritual poago terdiri beberapa tahap yaitu tahap persiapan pada tahapan persiapan merupakan tahap penyampaian informasi bahwa akan diadakannya ritual poago ke pada masyarakat agar masyarakat tidak melakukan kegiatan yang dapat mengundang keributan, tahap pelaksanaan yaitu di awali dengan niat membaca surah Al Fateha, selanjutnya membaca ayat kursi sebanyak 7.777 kali, kemudian membaca doa tolak bala dan meninggalkan masjid sambil memakan gula aren, tahap penutup pada tahap penutup masyarakat tidak ada yang melakukan kegiatan yang dapat mengundang keributan selama 4 hari 4 malam. Sedangkan perubahan yang terjadi dalam ritual poago antara lain adalah tempat pelaksanaan, waktu, pelaku dan bahan-bahan dalam ritual poago, perubahan ini disebabkan bebebrapa faktor yaitu faktor pendidikan dan faktor agama.
{"title":"RITUAL POAGO PADA MASYARAKAT DESA TALAGA BESAR KECAMATAN TALAGA RAYA KABUPATEN BUTON TENGAH","authors":"Fani Fani, Erens Elvianus Kodooh, Ashmarita Ashmarita","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1095","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1095","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan ritual poago dan perubahan yang terjadi dalam ritual poago. penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik pengamatan terlibat (participation observation) dan wawacara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pelaksanaan ritual poago terdiri beberapa tahap yaitu tahap persiapan pada tahapan persiapan merupakan tahap penyampaian informasi bahwa akan diadakannya ritual poago ke pada masyarakat agar masyarakat tidak melakukan kegiatan yang dapat mengundang keributan, tahap pelaksanaan yaitu di awali dengan niat membaca surah Al Fateha, selanjutnya membaca ayat kursi sebanyak 7.777 kali, kemudian membaca doa tolak bala dan meninggalkan masjid sambil memakan gula aren, tahap penutup pada tahap penutup masyarakat tidak ada yang melakukan kegiatan yang dapat mengundang keributan selama 4 hari 4 malam. Sedangkan perubahan yang terjadi dalam ritual poago antara lain adalah tempat pelaksanaan, waktu, pelaku dan bahan-bahan dalam ritual poago, perubahan ini disebabkan bebebrapa faktor yaitu faktor pendidikan dan faktor agama.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116519889","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-10DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1098
Miftahul Janna, Akhmad Marhadi, La Janu
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan peralihanmmata pencaharianmOrang Bajo dari nelayanmmenjadi buruh pabrik (Studi di Desa Bungingkela, Kecamatan Bungku Selatan, Kabipaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah). Teori yang digunakan adalah teori fenomenologi Alfred Schutz. Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi berupa deskripsi mendalam, dan pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara terkait. Hasilnya menunjukkan bahwa penurunan pendapatan nelayan dipengaruhi oleh limbah pabrik serta tingginya penghasilan menjadi buruh pabrik dibandingkan dengan nelayan. selain itu peralihan mata pencaharian Orang Bajo dari nelayan menjadi buruh pabrik dipengaruhimolehmbeberapa faktor yaitumsebagai berikut; 1) faktor kurangnya lapangan pekerjaan, 2) faktor ekanomi, 3) faktor pendidikan, 4) faktor persaingan hidup, 5) faktor kesempatan kerja, dan 6) faktor upah kerja.
{"title":"PERALIHAN MATA PENCAHARIAN ORANG BAJO DARI NELAYAN MENJADI BURUH PABRIK","authors":"Miftahul Janna, Akhmad Marhadi, La Janu","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1098","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1098","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan peralihanmmata pencaharianmOrang Bajo dari nelayanmmenjadi buruh pabrik (Studi di Desa Bungingkela, Kecamatan Bungku Selatan, Kabipaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah). Teori yang digunakan adalah teori fenomenologi Alfred Schutz. Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi berupa deskripsi mendalam, dan pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara terkait. Hasilnya menunjukkan bahwa penurunan pendapatan nelayan dipengaruhi oleh limbah pabrik serta tingginya penghasilan menjadi buruh pabrik dibandingkan dengan nelayan. selain itu peralihan mata pencaharian Orang Bajo dari nelayan menjadi buruh pabrik dipengaruhimolehmbeberapa faktor yaitumsebagai berikut; 1) faktor kurangnya lapangan pekerjaan, 2) faktor ekanomi, 3) faktor pendidikan, 4) faktor persaingan hidup, 5) faktor kesempatan kerja, dan 6) faktor upah kerja.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130407149","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-10DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1096
M. Karsono, A. Alim, Zaenal Zaenal
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan alat musik latatou (pukulan bunyi) serta bagaimana komodifikasi alat musik latatou (pukulan bunyi). Penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2020. Penelitian ini menggunakan teori evolusi sosial universal dan komodifikasi budaya oleh Herbert Spencer dan Barker metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode etnografi dengan pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Data yang didapatkan dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan dan komodifikasi alat musik latatou (pukulan bunyi) telah bertransformasi. Transformasi ini terjadi karena gagasan sehingga alat musik latatou (pukulan bunyi) berkembang melalui kegiatan seni. Yang awalnya hanya dimainkan dikebun untuk menghibur diri sehabis bercocok tanam. Namun saat ini sudah dimainkan oleh banyak orang dan ruangnyapun mengalami perubahan serta alat musik latatou (pukulan bunyi) dipadukan dengan alat-alat musik tradisional suku laporo dan diiringi tarian tradisional suku laporo. dan dimodifikasi sebagai pengembang inovasi modal budaya yang dikelola oleh sekelompok orang yang tergabung dalam sanggar seni. Sehingga alat musikalat musik latatou (pukulan bunyi) menjadi komoditas di Kelurahan Kombeli Kecamatan Pasarwajo.
{"title":"KOMODIFIKASI ALAT MUSIK LATATOU (PUKULAN BUNYI) DI KELURAHAN KOMBELI, KECAMATAN PASARWAJO, KABUPATEN BUTON","authors":"M. Karsono, A. Alim, Zaenal Zaenal","doi":"10.33772/kabanti.v5i1.1096","DOIUrl":"https://doi.org/10.33772/kabanti.v5i1.1096","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan alat musik latatou (pukulan bunyi) serta bagaimana komodifikasi alat musik latatou (pukulan bunyi). Penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2020. Penelitian ini menggunakan teori evolusi sosial universal dan komodifikasi budaya oleh Herbert Spencer dan Barker metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode etnografi dengan pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Data yang didapatkan dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan dan komodifikasi alat musik latatou (pukulan bunyi) telah bertransformasi. Transformasi ini terjadi karena gagasan sehingga alat musik latatou (pukulan bunyi) berkembang melalui kegiatan seni. Yang awalnya hanya dimainkan dikebun untuk menghibur diri sehabis bercocok tanam. Namun saat ini sudah dimainkan oleh banyak orang dan ruangnyapun mengalami perubahan serta alat musik latatou (pukulan bunyi) dipadukan dengan alat-alat musik tradisional suku laporo dan diiringi tarian tradisional suku laporo. dan dimodifikasi sebagai pengembang inovasi modal budaya yang dikelola oleh sekelompok orang yang tergabung dalam sanggar seni. Sehingga alat musikalat musik latatou (pukulan bunyi) menjadi komoditas di Kelurahan Kombeli Kecamatan Pasarwajo.","PeriodicalId":203541,"journal":{"name":"KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114341147","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}