Pub Date : 2021-03-24DOI: 10.24198/OBGYNIA/V4N1.238
Rena Nurita, Ruswana Anwar
Keguguran berulang merupakan kejadian keguguran paling tidak sebanyak dua kali atau lebih berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan/atau berat janin kurang dari 500 gram. Kejadian keguguran tiga kali atau lebih terjadi pada 1% pasangan. Analisis penyebab dan faktor risiko pada tiap pasien bersifat individu dan perlu dipelajari agar dapat dilakukan penatalaksanaan yang sesuai. Penatalaksanaan yang diberikan perlu memerhatikan kondisi sebelum kehamilan berikutnya dan mempertahankan kehamilan berikutnya yang terjadi. Kami membahas mengenai G5P1A3 gravida 10–11 minggu dengan riwayat keguguran berulang. Pada skrining faktor risiko dan analisis penyebab keguguran berulang pada pasien ini disebabkan oleh hiperagregasi trombosit, yang belum dapat ditentukan apakah diturunkan atau didapat. Diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis tersebut. Terapi kombinasi aspirin dan heparin merupakan terapi yang tepat untuk pasien ini. Kata kunci: aspirin, heparin, hiperagregasi trombosit, keguguran berulang, trombofilia
{"title":"Tatalaksana Kehamilan G5P1A3 Gravida 10–11 Minggu dengan Riwayat Keguguran Berulang","authors":"Rena Nurita, Ruswana Anwar","doi":"10.24198/OBGYNIA/V4N1.238","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V4N1.238","url":null,"abstract":"Keguguran berulang merupakan kejadian keguguran paling tidak sebanyak dua kali atau lebih berturut-turut pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan/atau berat janin kurang dari 500 gram. Kejadian keguguran tiga kali atau lebih terjadi pada 1% pasangan. Analisis penyebab dan faktor risiko pada tiap pasien bersifat individu dan perlu dipelajari agar dapat dilakukan penatalaksanaan yang sesuai. Penatalaksanaan yang diberikan perlu memerhatikan kondisi sebelum kehamilan berikutnya dan mempertahankan kehamilan berikutnya yang terjadi. Kami membahas mengenai G5P1A3 gravida 10–11 minggu dengan riwayat keguguran berulang. Pada skrining faktor risiko dan analisis penyebab keguguran berulang pada pasien ini disebabkan oleh hiperagregasi trombosit, yang belum dapat ditentukan apakah diturunkan atau didapat. Diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis tersebut. Terapi kombinasi aspirin dan heparin merupakan terapi yang tepat untuk pasien ini. Kata kunci: aspirin, heparin, hiperagregasi trombosit, keguguran berulang, trombofilia","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"226 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117318608","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-24DOI: 10.24198/OBGYNIA/V4N1.253
Shasya Aniza Santoso, T. Madjid, A. Rachmawati
Objective: This study was aimed to determine the correlation between vitamin D and insulin resistance in women with PCOS. Method: This study was correlational analytic with cross-sectional approach to 34 women diagnosed with PCOS based on ultrasonography. Waist circumference and fasting blood glucose (FBG) represented insulin resistance. Women with hormonal therapy and vitamin D supplementation were not included to this study. This study used consecutive sampling method. Result: The average of age was 25.6±6.1 years old. Waist circumference and fasting blood glucose (FBG) represented insulin resistance. The average of waist circumference and FBG were 87.6±12.4 cm and 86.2±27.9 mg/dl, respectively. The mean of vitamin D levels was 11,5±3,6 ng/ml. According to Spearman’s correlation, vitamin D levels were weak negative correlated with waist circumference (r=-0.2; p>0.05) and FBG (r= -0,1; p>0,05), it statistically was not significant. Conclusion: There is weak negative correlation between vitamin D and metabolic syndrome in PCOS patients.
{"title":"Correlation of Serum Vitamin D and Metabolic Disturbances in Polycystic Ovarian Syndrome","authors":"Shasya Aniza Santoso, T. Madjid, A. Rachmawati","doi":"10.24198/OBGYNIA/V4N1.253","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V4N1.253","url":null,"abstract":"Objective: This study was aimed to determine the correlation between vitamin D and insulin resistance in women with PCOS. Method: This study was correlational analytic with cross-sectional approach to 34 women diagnosed with PCOS based on ultrasonography. Waist circumference and fasting blood glucose (FBG) represented insulin resistance. Women with hormonal therapy and vitamin D supplementation were not included to this study. This study used consecutive sampling method. Result: The average of age was 25.6±6.1 years old. Waist circumference and fasting blood glucose (FBG) represented insulin resistance. The average of waist circumference and FBG were 87.6±12.4 cm and 86.2±27.9 mg/dl, respectively. The mean of vitamin D levels was 11,5±3,6 ng/ml. According to Spearman’s correlation, vitamin D levels were weak negative correlated with waist circumference (r=-0.2; p>0.05) and FBG (r= -0,1; p>0,05), it statistically was not significant. Conclusion: There is weak negative correlation between vitamin D and metabolic syndrome in PCOS patients.","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124102623","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-24DOI: 10.24198/OBGYNIA/V4N1.223
Huda Toriq, Yudi Mulyana Hidayat, Dodi Suardi
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan penerapan dua metode diagnostik yang telah digunakan di RSHS, yaitu skor RMI dan Klasifikasi IOTA Rules untuk memprediksi keganasan suatu tumor ovarium selama periode 2017−2018 Metode: Penelitian ini merupakan penelitian komparatif dengan pengambilan data secara retrospektif. Sumber data diperoleh dari rekam medis pasien yang menjalani operasi pengangkatan dan pemeriksaan histopalogis tumor ovarium. Dilakukan pengumpulan informasi mengenai data USG, kadar CA125, skor RMI, klasifikasi IOTA Simple Rules, dan membandingkannya dengan luaran histopatologis. Hasil: 190 kasus tumor ovarium diteliti. 156 kasus (82,1%) memiliki luaran histopatologis ganas dan 34 kasus lainnya (17.9%) jinak. 178 kasus (93,68%) memiliki skor RMI ≥200 dan 12 kasus (6,32%) <200. sebanyak 78 kasus diklasifikasikan sebagai Malignant, 42 kasus Benign, dan 70 kasus lainnya Inconclusive dengan kriteria IOTA Simple Rules. Distribusi CA125 dan Skor RMI pada kedua kelompok luaran histopatologis berbeda secara bermakna (P<0,05). Sensitivitas dan spesifisitas klasifikasi IOTA Simple Rules di RSHS masing-masing 94,23% dan 97,06%, dengan menggabungkan kelompok IOTA inkonklusif dengan kelompok ganas. Penghitungan sensitivitas dan spesifisitas skor RMI memberikan nilai 95,51% dan 14,71% dengan menggunakan cut-off-point skor RMI 200. Kesimpulan: Sensitivitas dan spesifisitas klasifikasi IOTA Simple Rules lebih baik dibandingkan dengan skor RMI dalam memprediksi keganasan suatu tumor ovarium.
{"title":"Perbandingan Nilai Prediktif antara Risk-of-Malignancy Index (RMI) dan Klasifikasi IOTA Simple Rules dalam Prediksi Keganasan pada Kasus Tumor Ovarium di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung","authors":"Huda Toriq, Yudi Mulyana Hidayat, Dodi Suardi","doi":"10.24198/OBGYNIA/V4N1.223","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V4N1.223","url":null,"abstract":"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan penerapan dua metode diagnostik yang telah digunakan di RSHS, yaitu skor RMI dan Klasifikasi IOTA Rules untuk memprediksi keganasan suatu tumor ovarium selama periode 2017−2018 Metode: Penelitian ini merupakan penelitian komparatif dengan pengambilan data secara retrospektif. Sumber data diperoleh dari rekam medis pasien yang menjalani operasi pengangkatan dan pemeriksaan histopalogis tumor ovarium. Dilakukan pengumpulan informasi mengenai data USG, kadar CA125, skor RMI, klasifikasi IOTA Simple Rules, dan membandingkannya dengan luaran histopatologis. Hasil: 190 kasus tumor ovarium diteliti. 156 kasus (82,1%) memiliki luaran histopatologis ganas dan 34 kasus lainnya (17.9%) jinak. 178 kasus (93,68%) memiliki skor RMI ≥200 dan 12 kasus (6,32%) <200. sebanyak 78 kasus diklasifikasikan sebagai Malignant, 42 kasus Benign, dan 70 kasus lainnya Inconclusive dengan kriteria IOTA Simple Rules. Distribusi CA125 dan Skor RMI pada kedua kelompok luaran histopatologis berbeda secara bermakna (P<0,05). Sensitivitas dan spesifisitas klasifikasi IOTA Simple Rules di RSHS masing-masing 94,23% dan 97,06%, dengan menggabungkan kelompok IOTA inkonklusif dengan kelompok ganas. Penghitungan sensitivitas dan spesifisitas skor RMI memberikan nilai 95,51% dan 14,71% dengan menggunakan cut-off-point skor RMI 200. Kesimpulan: Sensitivitas dan spesifisitas klasifikasi IOTA Simple Rules lebih baik dibandingkan dengan skor RMI dalam memprediksi keganasan suatu tumor ovarium.","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116636959","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-24DOI: 10.24198/OBGYNIA/V4N1.264
Johanna Sharon Carolina, Maringan Diapari Lumban Tobing, R. M. S. Sasotya, Z. R. Hinduan
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan sikap paramedis terhadap perilaku partisipatif dalam deteksi dini kanker serviks. Metode: Penelitian ini merupakan Penelitian Observasional Analitik dengan rancangan potong lintang. Data yang digunakan merupakan data primer yang berasal dari hasil wawancara dan kuesioner tervalidasi. Jumlah minimal sampel adalah 206. Hasil: Penelitian ini dilakukan terhadap 220 wanita dengan tingkat pengetahuan pap smear 75,5% dan tes IVA 85,0%. Untuk responden yang melakukan pap smear 6,4%, dan tes IVA 16,8%. Hasil didapatkan tidak ada hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku partisipatif dalam deteksi dini kanker serviks pada paramedis wanita (P>0,05). Diskusi: Menurut teori IBM, perilaku yang terjadi dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu pengetahuan dan keterampilan, kecenderungan berperilaku, minat berperilaku, kendala lingkungan, dan kebiasaan berperilaku. Penelitian ini memberikan pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku paramedis. Kesimpulan: Tingkat pengetahuan dan sikap paramedik perempuan tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan tes IVA dan Pap smear. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Deteksi dini kanker serviks
{"title":"Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Keikutsertaan Deteksi Dini Kanker Serviks pada Paramedis Perempuan","authors":"Johanna Sharon Carolina, Maringan Diapari Lumban Tobing, R. M. S. Sasotya, Z. R. Hinduan","doi":"10.24198/OBGYNIA/V4N1.264","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V4N1.264","url":null,"abstract":"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan sikap paramedis terhadap perilaku partisipatif dalam deteksi dini kanker serviks. Metode: Penelitian ini merupakan Penelitian Observasional Analitik dengan rancangan potong lintang. Data yang digunakan merupakan data primer yang berasal dari hasil wawancara dan kuesioner tervalidasi. Jumlah minimal sampel adalah 206. Hasil: Penelitian ini dilakukan terhadap 220 wanita dengan tingkat pengetahuan pap smear 75,5% dan tes IVA 85,0%. Untuk responden yang melakukan pap smear 6,4%, dan tes IVA 16,8%. Hasil didapatkan tidak ada hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku partisipatif dalam deteksi dini kanker serviks pada paramedis wanita (P>0,05). Diskusi: Menurut teori IBM, perilaku yang terjadi dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu pengetahuan dan keterampilan, kecenderungan berperilaku, minat berperilaku, kendala lingkungan, dan kebiasaan berperilaku. Penelitian ini memberikan pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku paramedis. Kesimpulan: Tingkat pengetahuan dan sikap paramedik perempuan tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan tes IVA dan Pap smear. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Deteksi dini kanker serviks","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130928702","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-24DOI: 10.24198/OBGYNIA/V4N1.174
W. A. Setiawan
Tujuan: Untuk menentukan adanya hubungan antara ekspresi ANXA2 dan berbagai aspek kanker ginekologi. Metode: Pencarian terstruktur untuk penelitian yang menyelidiki hubungan ekspresi ANXA2 dan kanker serviks, kanker endometrium dan kanker ovarium menggunakan PubMed. Pencarian terbatas pada 10 tahun terakhir dan dilakukan penyaringan dengan kriteria inklusi serta eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil: Dari 52 penelitian didapatkan 9 penelitian yang kemudian dilakukan telaah kritis. ANXA2 diekspresikan berlebih dalam jaringan karsinoma dibandingkan dengan jaringan normal. Kesimpulan: Peningkatan ekspresi ANXA2 berperan dalam proliferasi sel kanker. Ekspresi ANXA2 berkorelasi dengan stadium lanjut dan penyakit metastasis. ANXA2 dapat digunakan untuk memprediksi progresivitas, angka kelangsungan hidup, dan resistensi terhadap rejimen pengobatan.
{"title":"Ekspresi Annexin A2 pada Kanker Ginekologi","authors":"W. A. Setiawan","doi":"10.24198/OBGYNIA/V4N1.174","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V4N1.174","url":null,"abstract":"Tujuan: Untuk menentukan adanya hubungan antara ekspresi ANXA2 dan berbagai aspek kanker ginekologi. Metode: Pencarian terstruktur untuk penelitian yang menyelidiki hubungan ekspresi ANXA2 dan kanker serviks, kanker endometrium dan kanker ovarium menggunakan PubMed. Pencarian terbatas pada 10 tahun terakhir dan dilakukan penyaringan dengan kriteria inklusi serta eksklusi yang telah ditetapkan. Hasil: Dari 52 penelitian didapatkan 9 penelitian yang kemudian dilakukan telaah kritis. ANXA2 diekspresikan berlebih dalam jaringan karsinoma dibandingkan dengan jaringan normal. Kesimpulan: Peningkatan ekspresi ANXA2 berperan dalam proliferasi sel kanker. Ekspresi ANXA2 berkorelasi dengan stadium lanjut dan penyakit metastasis. ANXA2 dapat digunakan untuk memprediksi progresivitas, angka kelangsungan hidup, dan resistensi terhadap rejimen pengobatan.","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132215513","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-24DOI: 10.24198/OBGYNIA/V4N1.213
Katharina Hiria Daundy, M. A. Aziz, Siti Salima
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik dan luaran maternal pasien obstetri yang dirawat di ruang perawatan intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin selama periode tahun 2017–2018. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi retrospektif deskriptif. Hasil: Sebanyak 173 pasien obstetri yang dirawat di ruang perawatan intensif dengan luaran maternal hidup 159 pasien dan kasus meninggal 14 kasus. Luaran maternal hidup dengan penyakit penyerta terbanyak yaitu hipertensi dalam kehamilan, seperti eklamsia 36 (22,6%), impending eklamsia 12 (7,5%) dan PEB 52 (32,7%). Selain itu terdapat penyakit jantung sebanyak 31 (19,5%). Luaran maternal meninggal terbanyak dengan penyakit jantung sebanyak 5 pasien (35,7%), eklamsia sebanyak 4 pasien (28,6%). Kesimpulan: Indikasi rawat ruang intensif terbanyak adalah hipertensi maligna 62 (39,0%). Jenis persalinan terbanyak yaitu seksio sesarea 135 (78,0%). Pasien dengan lama perawatan selama <5 hari 99 (57,2%), 5–10 hari 63 (36,4%) dan >10 hari 11 (6,4%).Bedasarkan hasil penelitian ini didapatkan penyakit terbanyak pasien obstetri yang dirawat di ruang perawatan intensif adalah hipertensi dalam kehamilan meliputi eklamsia, impending eklamsia, dan preeklamsia berat. Kata kunci: Pasien obstetri, ruang intensif, luaran maternal.
{"title":"Gambaran Karakteristik Dan Luaran Maternal Pasien Obstetri Yang Dirawat di Ruang Perawatan Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Selama Periode 2017-2018","authors":"Katharina Hiria Daundy, M. A. Aziz, Siti Salima","doi":"10.24198/OBGYNIA/V4N1.213","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V4N1.213","url":null,"abstract":"Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik dan luaran maternal pasien obstetri yang dirawat di ruang perawatan intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin selama periode tahun 2017–2018. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi retrospektif deskriptif. Hasil: Sebanyak 173 pasien obstetri yang dirawat di ruang perawatan intensif dengan luaran maternal hidup 159 pasien dan kasus meninggal 14 kasus. Luaran maternal hidup dengan penyakit penyerta terbanyak yaitu hipertensi dalam kehamilan, seperti eklamsia 36 (22,6%), impending eklamsia 12 (7,5%) dan PEB 52 (32,7%). Selain itu terdapat penyakit jantung sebanyak 31 (19,5%). Luaran maternal meninggal terbanyak dengan penyakit jantung sebanyak 5 pasien (35,7%), eklamsia sebanyak 4 pasien (28,6%). Kesimpulan: Indikasi rawat ruang intensif terbanyak adalah hipertensi maligna 62 (39,0%). Jenis persalinan terbanyak yaitu seksio sesarea 135 (78,0%). Pasien dengan lama perawatan selama <5 hari 99 (57,2%), 5–10 hari 63 (36,4%) dan >10 hari 11 (6,4%).Bedasarkan hasil penelitian ini didapatkan penyakit terbanyak pasien obstetri yang dirawat di ruang perawatan intensif adalah hipertensi dalam kehamilan meliputi eklamsia, impending eklamsia, dan preeklamsia berat. Kata kunci: Pasien obstetri, ruang intensif, luaran maternal.","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122699481","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-24DOI: 10.24198/OBGYNIA/V4N1.250
Ruswana Anwar
Sejarah pendidikan profesi kedokteran melalui proses yang panjang dan berliku, membutuhkan upaya berkelanjutan yang lebih baik. Tujuan pendidikan profesi adalah untuk mendidik para profesional mengupayakan penyebaran pengetahuan, mempunyai pola pikir kritis dan perilaku etis, kompeten dalam sistem pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat.Pada era pandemi COVID-19, diperlukan pendekatan sistem reformasi pendidikan professional yang terintegrasi dan kepemimpinan yang lebih baik. Pandemi COVID-19 memberikan dampak menyeluruh termasuk pada pendidikan kedokteran. Sebagian besar rotasi mahasiswa kedokteran terhenti terkait pelayanan rumah sakit berfokus pada penanganan COVID-19 dan pembelajaran tatap muka dikelas serta praktik laboratorium ditunda, mahasiswa belajar secara jarak jauh. Pandemi COVID-19 telah merubah pelayanan publik dan potensi perubahan tatalaksana pendidikan kedokteran. Rotasi penugasan yang tinggi antar bagian dan ke berbagai RS jejaring akan meningkatkan risiko peserta didik sebagai faktor penyebab penyebaran. Meskipun demikian+ peserta didik PPDS juga memegang peranan terbesar pada pelayanan medis di RS pendidikan. Terdapat kekhawatiran yang tinggi peserta didik akan dampak COVID-19 pada proses pendidikan mereka.
{"title":"Pendidikan Era Pandemi COVID-19","authors":"Ruswana Anwar","doi":"10.24198/OBGYNIA/V4N1.250","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V4N1.250","url":null,"abstract":"Sejarah pendidikan profesi kedokteran melalui proses yang panjang dan berliku, membutuhkan upaya berkelanjutan yang lebih baik. Tujuan pendidikan profesi adalah untuk mendidik para profesional mengupayakan penyebaran pengetahuan, mempunyai pola pikir kritis dan perilaku etis, kompeten dalam sistem pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat.Pada era pandemi COVID-19, diperlukan pendekatan sistem reformasi pendidikan professional yang terintegrasi dan kepemimpinan yang lebih baik. Pandemi COVID-19 memberikan dampak menyeluruh termasuk pada pendidikan kedokteran. Sebagian besar rotasi mahasiswa kedokteran terhenti terkait pelayanan rumah sakit berfokus pada penanganan COVID-19 dan pembelajaran tatap muka dikelas serta praktik laboratorium ditunda, mahasiswa belajar secara jarak jauh. Pandemi COVID-19 telah merubah pelayanan publik dan potensi perubahan tatalaksana pendidikan kedokteran. Rotasi penugasan yang tinggi antar bagian dan ke berbagai RS jejaring akan meningkatkan risiko peserta didik sebagai faktor penyebab penyebaran. Meskipun demikian+ peserta didik PPDS juga memegang peranan terbesar pada pelayanan medis di RS pendidikan. Terdapat kekhawatiran yang tinggi peserta didik akan dampak COVID-19 pada proses pendidikan mereka.","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127532685","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-24DOI: 10.24198/OBGYNIA/V4N1.255
Triyoga Pramadana, A. Rachmawati, Dini Pusianawati
Objective: This study aimed to determine differences in cervical length changes between administration of nifedipine and isoxsuprine. Method: Subjects of the study were pregnant women who meet the inclusion criteria (n=16). Treatments were given for 48 hours. Parameters measured was the cervical length before and after the administration of nifedipine and isoxsuprine. This study was conducted in Dr. Hasan Sadikin General Hospital from January until April 2020. Result: Less shortening of the cervical length after administration of tocolytic isoxsuprin for 48 hours compared with tocolytic nifedipine and statistically significant with p value of 0.0001 (p<0.05) using Paired T tests. Conclusion: Isoxsuprin is more effective to prevent shortening of the cervical length compared to nifedipine in cases of threatened preterm labor. Key word: Nifedipine, Isoxsuprine, cervical length, threatened preterm labor
{"title":"Comparison of Nifedipine and Isoxsuprine to Cervical Length in Threatened Preterm Labor","authors":"Triyoga Pramadana, A. Rachmawati, Dini Pusianawati","doi":"10.24198/OBGYNIA/V4N1.255","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V4N1.255","url":null,"abstract":"Objective: This study aimed to determine differences in cervical length changes between administration of nifedipine and isoxsuprine. Method: Subjects of the study were pregnant women who meet the inclusion criteria (n=16). Treatments were given for 48 hours. Parameters measured was the cervical length before and after the administration of nifedipine and isoxsuprine. This study was conducted in Dr. Hasan Sadikin General Hospital from January until April 2020. Result: Less shortening of the cervical length after administration of tocolytic isoxsuprin for 48 hours compared with tocolytic nifedipine and statistically significant with p value of 0.0001 (p<0.05) using Paired T tests. Conclusion: Isoxsuprin is more effective to prevent shortening of the cervical length compared to nifedipine in cases of threatened preterm labor. Key word: Nifedipine, Isoxsuprine, cervical length, threatened preterm labor","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114319161","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-24DOI: 10.24198/OBGYNIA/V4N1.240
Amadea Ivana Hartanto, Theresia Avilla Ririel Kusumosih, Wikan Indrarto
Tujuan : Mengetahui dan mendiskripsikan peningkatan risiko luaran kehamilan dan persalinan pada ibu dengan preeklamsia berat di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Metode : Desain penelitian menggunakan metode cross sectional dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medis dan register persalinan. Populasi penelitian adalah ibu bersalin dengan preeklamsia berat dan tidak preeklamsia yang di rawat inap di RS Panti Wilasa Citarum bulan Januari 2015 – Desember 2015 dengan teknik pengambilan sampel consecutive dan didapatkan total 106 sampel. Hasil : Karakteristik ibu bersalin paling banyak pada ibu usia 20-35 tahun, primigravida dan tingkat pendidikan SMA. Terdapat variabel yang bermakna secara statistik dengan preeklamsia berat yaitu partus prematur (P=0,001,RR=4,75), seksio sesarea (P=0,000,RR=25,5), perdarahan pascasalin (P=0,02,RR=9). Ada variabel yang tidak bermakna secara statistik dengan preeklamsia berat yaitu solusio plasenta (P=0,241,RR= -), induksi persalinan (P=0,126, RR= -), ekstraksi vakum konstan. Kesimpulan : Luaran kehamilan dan persalinan ibu dengan preeklamsia berat ditemukan bahwa terdapat peningkatan risiko terjadinya sectio caesarea (RR=25,5), perdarahan pascasalin (RR=9), dan partus prematur (RR=4,75). Tidak terdapat peningkatan risiko terjadinya solusio plasenta, induksi persalinan, dan ekstraksi vakum pada preeklamsia berat. Pregnancy and Labor Outcomes in Women with Severe Preeclampsia in Panti Wilasa Citarum Hospital Semarang Abstract Objective : To know and to describe the increased risk of pregnancy and delivery outcomes in women with severe preeclampsia at Panti Wilasa Citarum Semarang Hopsital Method : This study used cross sectional method and secondary data from medical record and delivery registry. The population in this study is all the maternity women at Panti Wilasa Citarum Semarang Hospital in January – December 2015. The sample in this tudy uses consecutive sampling method and the total sample is 106 samples. Result : The results showed that the characteristics of maternity women were aged 20-35 years old with primiparity and senior high school level education. There are statistically significant variables to severe preeclampsia which are preterm delivery (P=0,001, RR=4,75), sectio caesarea (P=0,000, RR=25,5), postpartum hemorrhage (P=0,02,RR=9). There are statistically non-significant variables which are placental abruption (P=0,241,RR= -), labor induction (P=0,126, RR= -), and vacuum extraction result is constant. Conclusion : The pregnancy and labor outcomes in women with severe preeclampsia was found that there was an increased risk of caesarea (RR=25,5), postpartum hemorrhage (RR=9) and preterm delivery (RR=4,75) in severe preeclampsia. There was no increased risk of placental abruption, labor induction, and vacuum extraction in severe preeclampsia. Key word : Severe preeclampsia, labor outcome, pregnancy outcome
目标:了解并诊断重症监护医院妊娠和分娩前患妊娠和分娩风险增加:利用医疗记录和产房记录的辅助研究设计。研究人口是一名患有严重先天性和非先天性产前的母亲,她于2015年1月至2015年12月住院,接受活体抽样技术,共有106个样本。结果:产妇最常见的特征是20-35岁、小学小学和高中教育水平。有一个具有统计意义的变量,前期是早产前(P= 001,RR= 4.75), sesesio sesarea (P= 80,rr = 25.5),死后出血(P= 002,RR=9)。有一些变量在统计上没有意义,有严重的先入性,即胎盘早前解决方案(P= 0.241,RR= -),诱导分娩(P= 126, r = -),持续的真空提取。结论:严重产前妊娠和分娩的母亲被发现怀孕和分娩的风险增加了。胎盘早前、分娩诱导和抽真空的风险没有增加。怀孕和实验室和子痫前期如果Outcomes in Women in Wilasa中心距医院三宝垄抽象客观:要知道还有描述《# increased怀孕和分娩的风险和子痫前期如果Outcomes in Women at Wilasa中心距垄Hopsital方法:这个横截面研究过去方法这数据来自医疗记录和分娩登记处。这项研究的人口都是2015年1月至12月西罗马疗养院的妇女。这个马厩里的样本有106种样本。最近的民意调查显示,妇女妇女的性格特点是20-35岁出头,有高中学历。对某些物种有明显的意义变化(P= 001, RR= 4.75), sectio caesarea (P= 80,rr = 25.5),产后出血(P= 002,RR=9)。胎盘有非有意义的变量(P= 0.241,RR= -), labor诱导作用(P= 0.126, r = -),真空再生回报是持续的。发现在某些pregnancy和labor发现的妇女与severe preeclampsia一起出现的风险增加了,产后出血(RR= 25.5),并在某些preeclampsia中怀孕。在某些preeclampsia中,胎盘、实验室诱导和真空的风险没有增加。关键消息:Severe preeclampsia,成果实验,pregnancy结果
{"title":"Luaran Kehamilan dan Persalinan pada Ibu dengan Preeklamsi Berat di RS Panti Wilasa Citarum Semarang","authors":"Amadea Ivana Hartanto, Theresia Avilla Ririel Kusumosih, Wikan Indrarto","doi":"10.24198/OBGYNIA/V4N1.240","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V4N1.240","url":null,"abstract":"Tujuan : Mengetahui dan mendiskripsikan peningkatan risiko luaran kehamilan dan persalinan pada ibu dengan preeklamsia berat di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Metode : Desain penelitian menggunakan metode cross sectional dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medis dan register persalinan. Populasi penelitian adalah ibu bersalin dengan preeklamsia berat dan tidak preeklamsia yang di rawat inap di RS Panti Wilasa Citarum bulan Januari 2015 – Desember 2015 dengan teknik pengambilan sampel consecutive dan didapatkan total 106 sampel. Hasil : Karakteristik ibu bersalin paling banyak pada ibu usia 20-35 tahun, primigravida dan tingkat pendidikan SMA. Terdapat variabel yang bermakna secara statistik dengan preeklamsia berat yaitu partus prematur (P=0,001,RR=4,75), seksio sesarea (P=0,000,RR=25,5), perdarahan pascasalin (P=0,02,RR=9). Ada variabel yang tidak bermakna secara statistik dengan preeklamsia berat yaitu solusio plasenta (P=0,241,RR= -), induksi persalinan (P=0,126, RR= -), ekstraksi vakum konstan. Kesimpulan : Luaran kehamilan dan persalinan ibu dengan preeklamsia berat ditemukan bahwa terdapat peningkatan risiko terjadinya sectio caesarea (RR=25,5), perdarahan pascasalin (RR=9), dan partus prematur (RR=4,75). Tidak terdapat peningkatan risiko terjadinya solusio plasenta, induksi persalinan, dan ekstraksi vakum pada preeklamsia berat. Pregnancy and Labor Outcomes in Women with Severe Preeclampsia in Panti Wilasa Citarum Hospital Semarang Abstract Objective : To know and to describe the increased risk of pregnancy and delivery outcomes in women with severe preeclampsia at Panti Wilasa Citarum Semarang Hopsital Method : This study used cross sectional method and secondary data from medical record and delivery registry. The population in this study is all the maternity women at Panti Wilasa Citarum Semarang Hospital in January – December 2015. The sample in this tudy uses consecutive sampling method and the total sample is 106 samples. Result : The results showed that the characteristics of maternity women were aged 20-35 years old with primiparity and senior high school level education. There are statistically significant variables to severe preeclampsia which are preterm delivery (P=0,001, RR=4,75), sectio caesarea (P=0,000, RR=25,5), postpartum hemorrhage (P=0,02,RR=9). There are statistically non-significant variables which are placental abruption (P=0,241,RR= -), labor induction (P=0,126, RR= -), and vacuum extraction result is constant. Conclusion : The pregnancy and labor outcomes in women with severe preeclampsia was found that there was an increased risk of caesarea (RR=25,5), postpartum hemorrhage (RR=9) and preterm delivery (RR=4,75) in severe preeclampsia. There was no increased risk of placental abruption, labor induction, and vacuum extraction in severe preeclampsia. Key word : Severe preeclampsia, labor outcome, pregnancy outcome","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"80 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122425683","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-03-24DOI: 10.24198/OBGYNIA/V4N1.256
Melia Juwita Adha, Benny Hasan Purwara, Ruswana Anwar
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kejadian wound dehiscence pasca seksio sesarea dan bakteri terkait antara pasien rujukan dengan non-rujukan. Metode: Penelitian ini merupakan laporan serial kasus observasional secara retrospektif. Kriteria subjek pada penelitian ini terdiri atas pasien rawat inap yang didiagnosis wound dehiscence pasca seksio sesarea, berusia 16 - 45 tahun, paritas 1 – 8, lama rawat 3 – 14 hari, terdapat pemeriksaan kultur pus, kadar hemoglobin dan albumin selama dirawat. Penelitian dilakukan di Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin/Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung periode Januari – Desember 2019. Hasil: Dari seluruh seksio sesarea terdapat 942 kasus rujukan dan 431 kasus non rujukan. Wound dehiscence terjadi pada 20 kasus (1,45%), dengan jumlah kasus 16 (1,7%) dari seluruh kasus rujukan dan 4 (0,92%) kasus dari seluruh pasien non-rujukan. Tidak terdapat perbedaan karakteristik pasien dari kadar hemoglobin dan albumin ataupun luaran lama perawatan (p>0,05). Kultur pus wound dehiscence menunjukkan bakteri tersering yang ditemukan dua kelompok adalah Staphylococcus spp. Kesimpulan: wound dehiscence lebih sering terjadi pada kasus rujukan dan tidak terdapat perbedaan karakteristik dan jenis bakteri antar kelompok rujukan dan non-rujukan. Kata kunci: seksio sesarea, kultur pus, kasus rujukan, Staphylococcus
{"title":"Perbandingan Wound Dehiscence Pasca Seksio Sesarea antara Pasien Rujukan dan Non-Rujukan di Bandung","authors":"Melia Juwita Adha, Benny Hasan Purwara, Ruswana Anwar","doi":"10.24198/OBGYNIA/V4N1.256","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V4N1.256","url":null,"abstract":"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kejadian wound dehiscence pasca seksio sesarea dan bakteri terkait antara pasien rujukan dengan non-rujukan. Metode: Penelitian ini merupakan laporan serial kasus observasional secara retrospektif. Kriteria subjek pada penelitian ini terdiri atas pasien rawat inap yang didiagnosis wound dehiscence pasca seksio sesarea, berusia 16 - 45 tahun, paritas 1 – 8, lama rawat 3 – 14 hari, terdapat pemeriksaan kultur pus, kadar hemoglobin dan albumin selama dirawat. Penelitian dilakukan di Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin/Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung periode Januari – Desember 2019. Hasil: Dari seluruh seksio sesarea terdapat 942 kasus rujukan dan 431 kasus non rujukan. Wound dehiscence terjadi pada 20 kasus (1,45%), dengan jumlah kasus 16 (1,7%) dari seluruh kasus rujukan dan 4 (0,92%) kasus dari seluruh pasien non-rujukan. Tidak terdapat perbedaan karakteristik pasien dari kadar hemoglobin dan albumin ataupun luaran lama perawatan (p>0,05). Kultur pus wound dehiscence menunjukkan bakteri tersering yang ditemukan dua kelompok adalah Staphylococcus spp. Kesimpulan: wound dehiscence lebih sering terjadi pada kasus rujukan dan tidak terdapat perbedaan karakteristik dan jenis bakteri antar kelompok rujukan dan non-rujukan. Kata kunci: seksio sesarea, kultur pus, kasus rujukan, Staphylococcus","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124478998","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}