Pub Date : 2020-03-29DOI: 10.24198/obgynia.v3n1.194
T. H. Madjid, Nurlina Juniar, Dian Tjahyadi, B. Dewayani, W. Permadi, B. Purwara, H. Susiarno
Introduction : Equol is a metabolite of soy isoflavon called daidzein which is produced by gastrointestinal tract bacteria. This research aims to analyze the maturation of vaginal epithelium and dyspareunia symptoms in producing and non-producing equol menopausal women. Method : This is a cross sectional research. Subject was a community of menopausal women who fulfilled inclusion criteria. Subjects were asked to sign a written informed consent. Subjects underwent vaginal epithelium maturation assessment and were asked whether she experienced dyspareunia. Research was conducted in January 2017. Result : There was a significant difference on the maturation of vaginal epithelium and dyspareunia symptoms between equol producing and non-producing women (p < 0.05). This research found that in equol producing menopausal women, there was a shift-to-the-right vaginal epithelium maturation with more superficial cells compared to parabasal cells produced and less dyspareunia. Meanwhile, in women who did not produce equol, there was a shift-to-the-left vaginal epithelium maturation with more parabasal cells compared to superficial cells produced and more dyspareunia. Conclusion : In equol producing menopausal women, vaginal epithelium will undergo a shift-to-the-right maturation, with more superficial cells produced compared to women who did not produce equol. Maturasi Epitel Vagina dan Gejala Dispareunia pada Wanita Menopause yang Menghasilkan Equol dan Wanita yang Tidak Menghasilkan Equol Abstrak Pendahuluan : Equol adalah metabolit isoflavon kedelai yang disebut daidzein yang diproduksi oleh bakteri saluran pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis maturasi epitel vagina dan gejala dispareunia pada wanita menopause yang memproduksi dan tidak memproduksi equol. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah sekelompok wanita menopause yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek diminta untuk menandatangani persetujuan tertulis dan menjalani penilaian maturasi epitel vagina dan ditanya apakah mengalami dispareunia. Penelitian dilakukan pada Januari 2017. Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan pada maturasi epitel vagina dan gejala dispareunia antara wanita yang memproduksi equol dan yang tidak memproduksi (p <0,05). Pada wanita menopause yang memproduksi equol, terjadi pematangan epitel vagina shift-to-the-right disertai produksi sel superfisial yang lebih banyak dibandingkan sel parabasal dan lebih sedikit gejala dispareunia. Sementara itu, pada wanita yang tidak menghasilkan equol, terjadi pergeseran shift-to-the-left maturasi epitel vagina dengan produksi sel parabasal lebih banyak dibandingkan sel superfisial dan lebih sering gejala dispareunia. Kesimpulan: Wanita menopause yang memproduksi equol mengalami maturasi epitel vagina shift-to-the-right disertai produksi sel superfisial yang lebih banyak dibandingkan dengan wanita menopause yang tidak memproduksi equol. Kata kunci : Dyspareunia; equol; mat
马雌酚是大豆异黄酮的代谢物,称为大豆苷元,由胃肠道细菌产生。本研究旨在分析产雌马酮和不产雌马酮绝经妇女阴道上皮的成熟和性交困难症状。方法:采用横断面研究方法。受试者为符合纳入标准的绝经期妇女群体。受试者被要求签署一份书面知情同意书。受试者接受阴道上皮成熟度评估,并询问她是否经历性交困难。研究于2017年1月进行。结果:产雌马酚组与不产雌马酚组阴道上皮成熟度及性交困难症状差异有统计学意义(p < 0.05)。这项研究发现,在产生雌马酚的绝经妇女中,阴道上皮成熟向右转移,与产生的基底旁细胞相比,表面细胞更多,性交困难更少。同时,在不产生雌马酚的女性中,阴道上皮成熟向左移动,与产生的浅表细胞相比,基底旁细胞更多,性交困难更多。结论:在产生雌马酚的绝经妇女中,阴道上皮将向右成熟,与不产生雌马酚的妇女相比,产生更多的表面细胞。【摘要】雌马酚与雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚、雌马酚。子宫内膜炎,子宫内膜炎,子宫内膜炎,子宫内膜炎,子宫内膜炎,子宫内膜炎,子宫内膜炎,子宫内膜炎,子宫内膜炎,子宫内膜炎。方法:Penelitian ini merupakan Penelitian横截面。学科名称:更年期阳虚征;更年期阳虚征;更年期阳虚征;题目:dijeta untuk menandatangani persetujuan tertulis dan menjalani penilaian maturasi epitel vagina dan ditanya apakah mengalami dispareunii。Penelitian dilakukan pad2017年1月。【结果】:Terdapat perbedaan yang signifikan pa maturasi epitel vagina dan gejala dispareuniia antara wanita yang memproducksi equol dan yang tidak memproducksi (p < 0.05)。绝经后阳痿、子宫内膜炎、上皮性阴道炎、阴道右移、阳痿、浅阳亢、阳亢、阴亢、阴亢、阴亢、阴亢、阴亢、阴亢、阴亢。Sementara itu, padwanita yang tidak menghasilkan equol, terjadi pergeseran shift-to- left maturasi epitel阴道登干产品selparbasal lebih banyak dibandingkan sel表浅丹lebih seringgejala dispareunia。更年期阳痿:更年期阳痿阴道炎门静脉成熟上皮阴道炎右移阳痿阴道炎浅表阳痿阳痿阳痿阴道炎。Kata kunci:性交困难;equol;Maturasi epitel阴道
{"title":"Maturation of Vaginal Epithelium and Dyspareunia Symptoms in Equol Producing and Non-Producing Menopausal Women","authors":"T. H. Madjid, Nurlina Juniar, Dian Tjahyadi, B. Dewayani, W. Permadi, B. Purwara, H. Susiarno","doi":"10.24198/obgynia.v3n1.194","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia.v3n1.194","url":null,"abstract":"Introduction : Equol is a metabolite of soy isoflavon called daidzein which is produced by gastrointestinal tract bacteria. This research aims to analyze the maturation of vaginal epithelium and dyspareunia symptoms in producing and non-producing equol menopausal women. Method : This is a cross sectional research. Subject was a community of menopausal women who fulfilled inclusion criteria. Subjects were asked to sign a written informed consent. Subjects underwent vaginal epithelium maturation assessment and were asked whether she experienced dyspareunia. Research was conducted in January 2017. Result : There was a significant difference on the maturation of vaginal epithelium and dyspareunia symptoms between equol producing and non-producing women (p < 0.05). This research found that in equol producing menopausal women, there was a shift-to-the-right vaginal epithelium maturation with more superficial cells compared to parabasal cells produced and less dyspareunia. Meanwhile, in women who did not produce equol, there was a shift-to-the-left vaginal epithelium maturation with more parabasal cells compared to superficial cells produced and more dyspareunia. Conclusion : In equol producing menopausal women, vaginal epithelium will undergo a shift-to-the-right maturation, with more superficial cells produced compared to women who did not produce equol. Maturasi Epitel Vagina dan Gejala Dispareunia pada Wanita Menopause yang Menghasilkan Equol dan Wanita yang Tidak Menghasilkan Equol Abstrak Pendahuluan : Equol adalah metabolit isoflavon kedelai yang disebut daidzein yang diproduksi oleh bakteri saluran pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis maturasi epitel vagina dan gejala dispareunia pada wanita menopause yang memproduksi dan tidak memproduksi equol. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah sekelompok wanita menopause yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek diminta untuk menandatangani persetujuan tertulis dan menjalani penilaian maturasi epitel vagina dan ditanya apakah mengalami dispareunia. Penelitian dilakukan pada Januari 2017. Hasil : Terdapat perbedaan yang signifikan pada maturasi epitel vagina dan gejala dispareunia antara wanita yang memproduksi equol dan yang tidak memproduksi (p <0,05). Pada wanita menopause yang memproduksi equol, terjadi pematangan epitel vagina shift-to-the-right disertai produksi sel superfisial yang lebih banyak dibandingkan sel parabasal dan lebih sedikit gejala dispareunia. Sementara itu, pada wanita yang tidak menghasilkan equol, terjadi pergeseran shift-to-the-left maturasi epitel vagina dengan produksi sel parabasal lebih banyak dibandingkan sel superfisial dan lebih sering gejala dispareunia. Kesimpulan: Wanita menopause yang memproduksi equol mengalami maturasi epitel vagina shift-to-the-right disertai produksi sel superfisial yang lebih banyak dibandingkan dengan wanita menopause yang tidak memproduksi equol. Kata kunci : Dyspareunia; equol; mat","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"116 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134055223","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan : penelitian ini untuk mencari perbedaan kadar asam urat, laktat dehydrogenase (LDH) dan aspartat aminotransferase (AST) pada serum penderita preeklamsi berat disertai komplikasi dan tanpa komplikasi dan mengukur kuatnya hubungan peningkatan kadar asam urat, LDH dan AST dengan peningkatan risiko terjadinya komplikasi pada pasien preeklamsi berat. Metode : Rancangan penelitian ini adalah penelitian comparative cross sectional dengan metode consecutive sampling. Subjek penelitian adalah penderita preeklamsi berat disertai komplikasi dan tanpa komplikasi (n=68). Hasil : Hasil penelitian didapatkan perbedaan kadar asam urat, LDH dan AST pada kedua kelompok secara bermakna dengan nilai p ≤ 0,05. Peningkatan kadar asam urat, LDH dan AST berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya komplikasi dengan nilai cut off kadar asam urat > 6,5 mg/dL sebesar 33 kali, LDH > 573 U/L sebesar 8,95 kali dan AST > 30 U/L sebesar 5,19 kali. Jika terjadi peningkatan seluruh kadar asam urat, LDH dan AST diatas nilai cut off maka risiko terjadinya komplikasi sebesar 98,1%. Kesimpulan : Penelitian ini menyimpulkan kadar asam urat, LDH, AST pada preeklamsi berat disertai komplikasi lebih tinggi dibandingkan preeklamsi berat tanpa komplikasi dan peningkatan kadar asam urat, LDH, AST berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya komplikasi pada preeklamsi berat. Relations of Uric Acid, Lactat Dehydrogenase, and Aspartat Aminotransferase Serum LevelIn Severe Preeclampsia with and Without Complications Abstract Objective : This study compared level of uric acid, LDH, and AST level between severe preeclampsia patients with complication and without complication, and measured correlation between the rise level of uric acid, LDH and AST towards the increased risk of complication in patient with severe preeclampsia. Method : The study design was comparative cross sectional study with consecutive sampling method that compare the results of laboratorium uric acid, LDH, AST between complications and without complications group. Subjects of this study were severe preeclampsia patients with and without complication that fulfilled study criteria (n=68). Result: It is revealed that the differences level of uric acid, LDH, and AST in both groups were significant with p value ≤ 0.05. Increase level of uric acid, LDH, and AST were related to inreased risk of complication in severe preeclampsia occurence with cut off point of uric acid level of > 6.5 mg/dL by 33 times, LDH level of > 573 U/L by 8.95 times, and AST level of > 30 U/L by 5.19 times. If all uric acid, LDH, and AST level rise above the cut off value so the risk of complication of severe preeclampsia will rise by 98.1%. Conclusion : It is concluded that level of uric acid, LDH, and AST in severe preeclampsia with complication were higher than severe preeclampsia without complication and the rise of uric acid, LDH, and AST were related with the rise of complication risk on severe preeclampsia. Key word : Severe preecl
{"title":"Hubungan Kadar Asam Urat, Laktat Dehidrogenase, Aspartat Aminotransferase Serum Penderita Preeklamsi Berat Disertai Komplikasi dan tanpa Komplikasi","authors":"Galih Apriadi, Budi Handono, Akhmad Yogi Pramatirta, J. Effendi, Tita Husnitawati Madjid, Adhi Pribadi","doi":"10.24198/OBGYNIA/V3N1.195","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V3N1.195","url":null,"abstract":"Tujuan : penelitian ini untuk mencari perbedaan kadar asam urat, laktat dehydrogenase (LDH) dan aspartat aminotransferase (AST) pada serum penderita preeklamsi berat disertai komplikasi dan tanpa komplikasi dan mengukur kuatnya hubungan peningkatan kadar asam urat, LDH dan AST dengan peningkatan risiko terjadinya komplikasi pada pasien preeklamsi berat. Metode : Rancangan penelitian ini adalah penelitian comparative cross sectional dengan metode consecutive sampling. Subjek penelitian adalah penderita preeklamsi berat disertai komplikasi dan tanpa komplikasi (n=68). Hasil : Hasil penelitian didapatkan perbedaan kadar asam urat, LDH dan AST pada kedua kelompok secara bermakna dengan nilai p ≤ 0,05. Peningkatan kadar asam urat, LDH dan AST berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya komplikasi dengan nilai cut off kadar asam urat > 6,5 mg/dL sebesar 33 kali, LDH > 573 U/L sebesar 8,95 kali dan AST > 30 U/L sebesar 5,19 kali. Jika terjadi peningkatan seluruh kadar asam urat, LDH dan AST diatas nilai cut off maka risiko terjadinya komplikasi sebesar 98,1%. Kesimpulan : Penelitian ini menyimpulkan kadar asam urat, LDH, AST pada preeklamsi berat disertai komplikasi lebih tinggi dibandingkan preeklamsi berat tanpa komplikasi dan peningkatan kadar asam urat, LDH, AST berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya komplikasi pada preeklamsi berat. Relations of Uric Acid, Lactat Dehydrogenase, and Aspartat Aminotransferase Serum LevelIn Severe Preeclampsia with and Without Complications Abstract Objective : This study compared level of uric acid, LDH, and AST level between severe preeclampsia patients with complication and without complication, and measured correlation between the rise level of uric acid, LDH and AST towards the increased risk of complication in patient with severe preeclampsia. Method : The study design was comparative cross sectional study with consecutive sampling method that compare the results of laboratorium uric acid, LDH, AST between complications and without complications group. Subjects of this study were severe preeclampsia patients with and without complication that fulfilled study criteria (n=68). Result: It is revealed that the differences level of uric acid, LDH, and AST in both groups were significant with p value ≤ 0.05. Increase level of uric acid, LDH, and AST were related to inreased risk of complication in severe preeclampsia occurence with cut off point of uric acid level of > 6.5 mg/dL by 33 times, LDH level of > 573 U/L by 8.95 times, and AST level of > 30 U/L by 5.19 times. If all uric acid, LDH, and AST level rise above the cut off value so the risk of complication of severe preeclampsia will rise by 98.1%. Conclusion : It is concluded that level of uric acid, LDH, and AST in severe preeclampsia with complication were higher than severe preeclampsia without complication and the rise of uric acid, LDH, and AST were related with the rise of complication risk on severe preeclampsia. Key word : Severe preecl","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115368524","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-03-29DOI: 10.24198/OBGYNIA/V3N1.181
H. Hermanto, I. Rachman
Sindroma Antley-Bixler pertama kali dikemukakan oleh Ray Antley dan David Bixler tahun 1975. Sindroma ini jarang dan berhubungan dengan kelainan perkembangan tulang dan kartilago sehingga sering disebut multisynostotic osteodysgenesis syndrome. Craniosynostosis dan synostosis radiohumeral merupakan temuan yang paling konsisten. Penyebab sindroma ini belum jelas, diduga karena adanya mutasi genetik. Laporan kasus :Seorang ibu 22 tahun G2P1A0 dirujuk ke poliklinik obstetri dan ginekologi RSUP dr.Sardjito pada usia kehamilan 32-33 minggu untuk pemeriksaan antenatal dengan kecurigaan fetal craniosynostosis dan ventriculomegaly. Pada usia kehamilan 38 minggu, bayi lahir dengan craniosynostosis, ocular hypertelorism, disertai syndactily digiti II-IV pedis dextra et sinistra dengan diagnosis sementara sindroma Apert. Pemeriksaan penunjang yakni MSCT scan kranial dan foto rontgen regio artikulatio cubiti anteroposterior dan lateral menunjukan adanya craniosynostosis dan synostosis radioulna dan radiohumeral bilateral mengarahkan diagnosis sindroma Antley-Bixler. Bayi dipulangkan setelah 24 hari perawatan. Saat ini bayi masih menjalani perawatan berkala di instalasi rawat jalan ilmu kesehatan mata dan bedah saraf RSUP Dr. Sardjito Kesimpulan: Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas penegakan diagnosis, tatalaksana yang telah dilakukan dan rencana tatalaksana yang akan datang. Abstract Introduction : Antley-Bixler syndrome (ABS) was first described by Ray Antley and David Bixler in 1975. The syndrome is rare and characterized by abnormalities of bone and cartilage development (“syndrome of multisynostotic osteogenesis”). Craniosynostosis and radiohumeral synostosis are the most consistent findings. The cause of this syndrome is unclear, but genetic mutations are suspected. Case report: A 22-year-old female G2P1A0 was referred to the obstetric and gynecology outpatient clinic at RSUP Dr. Sardjito at 32-33 weeks of gestation for antenatal care and further evaluation due to suspected fetal craniosynostosis and ventriculomegaly. At 38 weeks' gestation, the baby was born with craniosynostosis, ocular hypertelorism, and syndactily digiti II-IV pedis dextra and sinistra, suspected Apert syndrome. Further investigation by using radiologic examination (cranial MSCT scan and X-ray at anteroposterior and lateral articulation cubital) revealed craniosynostosis, bilateral radioulna and radiohumeral synostosis, directed the diagnosis to Antley-Bixler syndrome. The baby was discharged after 24 days of admission. Currently, the baby is still undergoing regular evaluation and treatment at the Ophthalmology and Neurosurgery outpatient department at RSUP Dr. Sardjito Conclusion: The aim of this case report is to discuss how to diagnose this syndrome and the management that had been done and further plans.
{"title":"Antley-Bixler Syndrome: A Case Report and Literature Review","authors":"H. Hermanto, I. Rachman","doi":"10.24198/OBGYNIA/V3N1.181","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V3N1.181","url":null,"abstract":"Sindroma Antley-Bixler pertama kali dikemukakan oleh Ray Antley dan David Bixler tahun 1975. Sindroma ini jarang dan berhubungan dengan kelainan perkembangan tulang dan kartilago sehingga sering disebut multisynostotic osteodysgenesis syndrome. Craniosynostosis dan synostosis radiohumeral merupakan temuan yang paling konsisten. Penyebab sindroma ini belum jelas, diduga karena adanya mutasi genetik. Laporan kasus :Seorang ibu 22 tahun G2P1A0 dirujuk ke poliklinik obstetri dan ginekologi RSUP dr.Sardjito pada usia kehamilan 32-33 minggu untuk pemeriksaan antenatal dengan kecurigaan fetal craniosynostosis dan ventriculomegaly. Pada usia kehamilan 38 minggu, bayi lahir dengan craniosynostosis, ocular hypertelorism, disertai syndactily digiti II-IV pedis dextra et sinistra dengan diagnosis sementara sindroma Apert. Pemeriksaan penunjang yakni MSCT scan kranial dan foto rontgen regio artikulatio cubiti anteroposterior dan lateral menunjukan adanya craniosynostosis dan synostosis radioulna dan radiohumeral bilateral mengarahkan diagnosis sindroma Antley-Bixler. Bayi dipulangkan setelah 24 hari perawatan. Saat ini bayi masih menjalani perawatan berkala di instalasi rawat jalan ilmu kesehatan mata dan bedah saraf RSUP Dr. Sardjito Kesimpulan: Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas penegakan diagnosis, tatalaksana yang telah dilakukan dan rencana tatalaksana yang akan datang. Abstract Introduction : Antley-Bixler syndrome (ABS) was first described by Ray Antley and David Bixler in 1975. The syndrome is rare and characterized by abnormalities of bone and cartilage development (“syndrome of multisynostotic osteogenesis”). Craniosynostosis and radiohumeral synostosis are the most consistent findings. The cause of this syndrome is unclear, but genetic mutations are suspected. Case report: A 22-year-old female G2P1A0 was referred to the obstetric and gynecology outpatient clinic at RSUP Dr. Sardjito at 32-33 weeks of gestation for antenatal care and further evaluation due to suspected fetal craniosynostosis and ventriculomegaly. At 38 weeks' gestation, the baby was born with craniosynostosis, ocular hypertelorism, and syndactily digiti II-IV pedis dextra and sinistra, suspected Apert syndrome. Further investigation by using radiologic examination (cranial MSCT scan and X-ray at anteroposterior and lateral articulation cubital) revealed craniosynostosis, bilateral radioulna and radiohumeral synostosis, directed the diagnosis to Antley-Bixler syndrome. The baby was discharged after 24 days of admission. Currently, the baby is still undergoing regular evaluation and treatment at the Ophthalmology and Neurosurgery outpatient department at RSUP Dr. Sardjito Conclusion: The aim of this case report is to discuss how to diagnose this syndrome and the management that had been done and further plans.","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123614664","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan : Untuk menganalisis hubungan kadar vitamin D dengan kualitas sperma pada pria subfertil, serta membandingkan kualitas sperma berdasarkan klasifikasi kadar vitamin D serum pada pria normospermia dan pria oligoasthenoteratospermia. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik dengan rancangan studi potong lintang. Subjek penelitian adalah pria subfertil yang berusia 20-50 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 30 pasien normospermia dan 16 pasien oligoasthenoteratospermia berdasarkan berdasarkan kriteria World Health Organization 2010. Penelitian dilakukan di Klinik Teknologi Reproduksi Berbantu Aster, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis data menggunakan analisis korelasi rank Spearman Hasil : Pada penelitian ini didapatkan korelasi positif antara kadar vitamin D dan motilitas sperma ( r = 0,639, p = 0,05). Perbedaan yang bermakna didapatkan antara kadar vitamin D pada kelompok normospermia dan oligoasthenoteratospermia dengan nilai p 0.05). There was a significant difference between vitamin D levels in normospermic and oligoasthenoteratospermia group with p <0,05. In the sperm quality comparison based on vitamin D serum classification, only sperm motility alone had a significant difference with the value of p <0.05. It was concluded that level of vitamin D serum has positive correlation with sperm motility. Key word : subfertile, vitamin D, sperm quality
目的:分析子类人体内维生素D与精子质量之间的关系,并根据营养不良男性和橄榄核雄性体内维生素D血清的分类来比较精子质量。方法:这项研究是基于纬度设计的分析观察研究。该研究对象是20-50岁的subfertil,根据2010年世界卫生组织(World Health Organization)的标准,分成两组。该研究是在Hasan Sadikin万隆的生殖科技诊所进行的。使用结果rank Spearman相关性分析数据:在这项研究中,你可以在维生素D水平和精子动机之间获得正相关(r = 0.639, p = 0.05)。营养不良人群中维生素D的含量与规氏0.05的少氧氧症水平之间的显著差异。正氧和橄榄核群中维生素D的水平有很大的不同,p < 005。《精子质量不那么可怜改编自血清维生素D classification,只有精子motility孤单价值》有浓厚,影响和p < 0。05。是结论的血清维生素D的水平有积极和精子motility相关。Key word: subfertile,维生素D,精子质量
{"title":"Hubungan Kadar Vitamin D Serum dengan Konsentrasi, Motilitas dan Morfologi Sperma pada Pria Subfertil di Klinik Teknologi Reproduksi Berbantu Aster Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung","authors":"Magnadi Yogi Rahma, Wiryawan Permadi, Anita Rachmawati, J. Effendi, Tono Djuwantono, Budi Handono","doi":"10.24198/OBGYNIA/V3N1.89","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V3N1.89","url":null,"abstract":"Tujuan : Untuk menganalisis hubungan kadar vitamin D dengan kualitas sperma pada pria subfertil, serta membandingkan kualitas sperma berdasarkan klasifikasi kadar vitamin D serum pada pria normospermia dan pria oligoasthenoteratospermia. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik dengan rancangan studi potong lintang. Subjek penelitian adalah pria subfertil yang berusia 20-50 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 30 pasien normospermia dan 16 pasien oligoasthenoteratospermia berdasarkan berdasarkan kriteria World Health Organization 2010. Penelitian dilakukan di Klinik Teknologi Reproduksi Berbantu Aster, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis data menggunakan analisis korelasi rank Spearman Hasil : Pada penelitian ini didapatkan korelasi positif antara kadar vitamin D dan motilitas sperma ( r = 0,639, p = 0,05). Perbedaan yang bermakna didapatkan antara kadar vitamin D pada kelompok normospermia dan oligoasthenoteratospermia dengan nilai p 0.05). There was a significant difference between vitamin D levels in normospermic and oligoasthenoteratospermia group with p <0,05. In the sperm quality comparison based on vitamin D serum classification, only sperm motility alone had a significant difference with the value of p <0.05. It was concluded that level of vitamin D serum has positive correlation with sperm motility. Key word : subfertile, vitamin D, sperm quality","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"36 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132603687","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-03-29DOI: 10.24198/OBGYNIA/V3N1.185
Andriana Kumala Dewi, Sony Sugiharto, Angelica Sunjaya, A. P. Sunjaya
Latar Belakang : Kasus perdarahan uterus abnormal (PUA) sering ditemui pada praktek sehari-hari. Prevalensi pada usia reproduktif adalah sekitar 10-30% dan merupakan sebab sekitar 25% dari semua tindakan bedah di bidang ginekologi. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan gambaran klinis serta gambaran hasil histopatologi apa saja yang sering ditemukan pada pasien dengan diagnosis PUA. Metode : Penelitian ini adalah deskriptif cross sectional dengan data rekam medis. Data berasal dari pasien yang didiagnosis menderita PUA dan dilakukan tatalaksana operatif selama periode Januari sampai Desember 2018 dari RS Sumber Waras. Hasil : Diperoleh 87 pasien dengan PUA yang menjalani tindakan operatif dan dilakukan pemeriksaan histopatologi selama periode penelitian. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan dengan volume banyak menjadi keluhan paling sering ditemukan (37,8% dan 34,5%). Sedangkan, berdasar hasil gambaran histopatologi yang didapat, ditemukan pada mayoritas pasien ditemukan gambaran patologi struktural (PALM) yaitu 86,2%. Kesimpulan : Berdasarkan klasifikasi PALM COEIN, kelainan struktural ditemukan sebagai penyebab utama PUA berdasar gambaran histopatologis. Clinical and Histopathologic Profile of Patients with Abnormal Uterine Bleeding in Sumber Waras Hospital Jakarta Abstract Background : Abnormal uterine bleeding is a frequent presenting symptom in everyday practice. It has a prevalence of 10-30% in the reproductive age group and contributes to about 25% of all gynecologic surgical interventions. This study aims to ascertain the etiologies of patients diagnosed with abnormal uterine bleeding based on their clinical and histopathologic profile. Method : This is a descriptive cross-sectional study based on medical records. Data was obtained from patients diagnosed with AUB with an operative intervention between January and December 2018 in Sumber Waras Hospital. Result : There were 87 patients diagnosed with AUB who had undergone operative intervention and histopathologic testing during the study period. Irregular menstrual bleeding and heavy menstrual bleeding is the most common presenting symptom (37.8% and 34.5% respectively). Based on the histopathology results, structural causes of AUB (PALM) was found in most patients (86.2%). Conclusion: Based on the PALM COEIN classification, structural causes were found to be the main etiology of AUB based on histopathologic diagnosis. Key words : Abnormal uterine bleeding, PALM COEIN, leiomyoma, adenomyosis
背景:经常在日常练习中发现子宫出血异常。生殖年龄的流行率约为10-30%,约占妇科手术的25%。本研究旨在发现和临床结果描述画面经常诊断的病人身上发现了哪些histopatologi PUA。方法:本研究是一种交叉描述性的医学记录。这些数据来自被诊断为患有PUA患者的患者,他们在2018年1月至12月期间对精神病院进行手术。结果:获得87 PUA的病人接受了特工行动和进行研究期间histopatologi。月经不规则的出血和许多成为最常见的投诉(37,8%音量和34,5%)。然而,根据现有的组织性病理特征,大多数患者的结构病理特征为86.2%。结论:根据棕榈COEIN分类,发现异常结构作为PUA根据histopatologis画面的主要原因。临床》和病人和异常Uterine Histopathologic低调异常流血在雅加达抽象理智的医院背景来源:Uterine流血是一个常presenting症状在日常实践。它一束prevalence of 10-30% reproductive时代集团》和所有gynecologic contributes到关于25% surgical interventions。etiologies》这个study aims to ascertain病人diagnosed with uterine异常流血改编自他们的临床和histopathologic低调。研究方法:This is a descriptive cross-sectional改编自医疗纪录大全。在获得数据来自病人diagnosed with AUB with an特工干预在2018年1月和12月之间在理智的医院资源。论点:有些87病人diagnosed with AUB谁有undergone特工干预和histopathologic测试during the study期。Irregular经期流血和heavy经期流血的就是最普通的presenting症状(37 . 8%和5% respectively) 34。改编自《histopathology results,棕榈结构AUB敢死队》(86)是发现在大多数病人(2%)。历史性:改编自《棕榈COEIN classification,结构敢死队to be发现AUB玩etiology》改编自histopathologic诊断。Key words: uterine异常流血,棕榈COEIN leiomyoma adenomyosis
{"title":"Gambaran Klinis dan Histopatologi Kasus-kasus Perdarahan Uterus Abnormal di Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta","authors":"Andriana Kumala Dewi, Sony Sugiharto, Angelica Sunjaya, A. P. Sunjaya","doi":"10.24198/OBGYNIA/V3N1.185","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/OBGYNIA/V3N1.185","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Kasus perdarahan uterus abnormal (PUA) sering ditemui pada praktek sehari-hari. Prevalensi pada usia reproduktif adalah sekitar 10-30% dan merupakan sebab sekitar 25% dari semua tindakan bedah di bidang ginekologi. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan gambaran klinis serta gambaran hasil histopatologi apa saja yang sering ditemukan pada pasien dengan diagnosis PUA. Metode : Penelitian ini adalah deskriptif cross sectional dengan data rekam medis. Data berasal dari pasien yang didiagnosis menderita PUA dan dilakukan tatalaksana operatif selama periode Januari sampai Desember 2018 dari RS Sumber Waras. Hasil : Diperoleh 87 pasien dengan PUA yang menjalani tindakan operatif dan dilakukan pemeriksaan histopatologi selama periode penelitian. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan dengan volume banyak menjadi keluhan paling sering ditemukan (37,8% dan 34,5%). Sedangkan, berdasar hasil gambaran histopatologi yang didapat, ditemukan pada mayoritas pasien ditemukan gambaran patologi struktural (PALM) yaitu 86,2%. Kesimpulan : Berdasarkan klasifikasi PALM COEIN, kelainan struktural ditemukan sebagai penyebab utama PUA berdasar gambaran histopatologis. Clinical and Histopathologic Profile of Patients with Abnormal Uterine Bleeding in Sumber Waras Hospital Jakarta Abstract Background : Abnormal uterine bleeding is a frequent presenting symptom in everyday practice. It has a prevalence of 10-30% in the reproductive age group and contributes to about 25% of all gynecologic surgical interventions. This study aims to ascertain the etiologies of patients diagnosed with abnormal uterine bleeding based on their clinical and histopathologic profile. Method : This is a descriptive cross-sectional study based on medical records. Data was obtained from patients diagnosed with AUB with an operative intervention between January and December 2018 in Sumber Waras Hospital. Result : There were 87 patients diagnosed with AUB who had undergone operative intervention and histopathologic testing during the study period. Irregular menstrual bleeding and heavy menstrual bleeding is the most common presenting symptom (37.8% and 34.5% respectively). Based on the histopathology results, structural causes of AUB (PALM) was found in most patients (86.2%). Conclusion: Based on the PALM COEIN classification, structural causes were found to be the main etiology of AUB based on histopathologic diagnosis. Key words : Abnormal uterine bleeding, PALM COEIN, leiomyoma, adenomyosis","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"224 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127897488","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Objective : To find the relationship between level of obesity and adverse maternal outcomes in pregnant women Method : An observational analytic study with a cross sectional design with secondary data from medical record. Subjects were pregnant women who gave birth at RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang in January 2015-December 2017. Samples were taken by purposive sampling technique. BMIs were divided into 5 categories based on WHO criteria, normoweight, overweight, obese level I, II, and III. Underweight was excluded from the study. Result : Of 252 research subjects, 94 (37.3%) were subjects with normal BMI, 102 (40.5%) were overweight, 44 (17.5%) were obese level I, 6 (2.4%) were level II, and 6 (2.4%) were level III. The maternal outcome consisted of 135 cases (53.6%) of preeclampsia, 6 cases of gestational diabetes mellitus (2.4%), 41 cases of uterine inertia (16.3%), 56 cases of preterm labor (22.2%), assisted delivery 111 cases (44%), and healthcare associated infections (HAIs) 6 cases (2.4%). Further analysis showed that increased level of maternal obesity is related significantly with preeclampsia, gestational diabetes mellitus, uterine inertia, and assisted delivery. Conclusion : There are statistically significant association between obesity level and the incidence of preeclamsia, gestational diabetes, uterine inertia and assisted delivery. Obesitas Pada Wanita Hamil Meningkatkan Morbiditas Maternal Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Abstrak Tujuan : Untuk menemukan hubungan antara tingkat obesitas dengan luaran maternal pada wanita hamil. Metode : Studi analitik observasional dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder rekam medis. Subjek adalah wanita hamil yang melahirkan di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang pada Januari 2015 - Desember 2017. Sampel diambil secara purposive sampling. Indeks massa tubuh (IMT) dibagi menjadi 5 sesuai kriteria WHO, yaitu normal, berat badan lebih, obesitas level I, II, dan III. Berat badan kurang diekslusi dari penelitian. Hasil : Subjek penelitian dari 252 orang, 94 (37.3%) subjek dengan IMT normal, 102 (40.5%) subjek berat badan berlebih, 44 (17.5%) obesitas level I, 6 (2.4%) obesitas level II, dan 6 (2.4%) obesitas level III. Luaran maternal terdiri dari 135 kasus (53.6%) of preeklampsia, 6 kasus diabetes mellitus gestasional, 41 kasus inertia uteri (16.3%), 56 kasus persalinan preterm (22.2%), 111 kasus (44%) persalinan pervaginam berbantu, dan infeksi luka 6 kasus (2.4%). Analisis menunjukkan adanya tingkatan obesitas maternal berkaitan secara signifikan dengan kejadian preeklampsia, diabetes mellitus gestasional, inertia uteri, dan persalinan pervaginam berbantu. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat obesitas pada ibu hamil dengan preeklampsia, diabetes mellitus gestasional, dan persalinan pervaginam berbantu. Kata kunci : Indeks Massa Tubuh, Obesitas, Luaran Maternal, Morbiditas.
目的:探讨孕妇肥胖水平与产妇不良结局的关系。方法:采用横断面设计的观察性分析研究,采用病历资料作为辅助资料。研究对象为2015年1月至2017年12月在RSUP Mohammad Hoesin Palembang分娩的孕妇。采用有目的抽样法取样。bmi根据WHO标准分为5类:正常体重、超重、肥胖I、II和III级。体重过轻被排除在研究之外。结果:252例研究对象中,BMI正常94例(37.3%),超重102例(40.5%),ⅰ级肥胖44例(17.5%),ⅱ级肥胖6例(2.4%),ⅲ级肥胖6例(2.4%)。产妇结局为:先兆子痫135例(53.6%),妊娠期糖尿病6例(2.4%),子宫惯性41例(16.3%),早产56例(22.2%),助产111例(44%),保健相关感染6例(2.4%)。进一步分析表明,产妇肥胖水平的增加与子痫前期、妊娠期糖尿病、子宫惯性和辅助分娩有显著相关。结论:肥胖水平与子痫前期、妊娠期糖尿病、子宫惯性及辅助分娩的发生率有统计学意义。摘要:图胡安:Untuk menemukan hubungan antara tingkat Obesitas dengan luaran Maternal Pada Wanita Hamil。方法:在热介质条件下研究分析观测登干设计的波通临塘蒙古纳坎数据。Subjek adalah wanita hamil yang melahirkan di RSUP mohammad Hoesin博士,2015年1月至2017年12月。样品:二元甲,目的取样。IMT (massa tubuh) dibagi menjadi 5个标准:WHO、yaitu normal、berat badan lebih、obesiti、II、III级。拜尔特·巴丹·库朗·迪克斯卢什达·佩尼利安。结果:penelitian dari 252例,dengan IMT正常94例(37.3%),berat badan berlebih 102例(40.5%),ⅰ级肥胖44例(17.5%),ⅱ级肥胖6例(2.4%),ⅲ级肥胖6例(2.4%)。妊娠期糖尿病6例,子宫惰性41例(16.3%),persalinan早产56例(22.2%),pervaginanam berbantu 111例(44%),dan infeksi luka 6例(2.4%)。分析妊高征、妊高征、妊高征、妊高征、妊高征、妊高征、妊高征、妊高征、妊高征、妊高征。研究结果:1、妊娠期糖尿病、妊娠期糖尿病、妊娠期妊娠期糖尿病、妊娠期妊娠期妊娠期糖尿病、妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期糖尿病、妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期妊娠期。Kata kunci: Indeks Massa Tubuh, Obesitas, Luaran Maternal, Morbiditas。
{"title":"Maternal Obesity Increases Risk for Adverse Maternal Outcome at RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang","authors":"Syifa Alkaf, Optima Fitra Ilhami, M. Azhar, Nuswil Bernolian, Ardesy Melizah","doi":"10.24198/obgynia/v3n1.178","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia/v3n1.178","url":null,"abstract":"Objective : To find the relationship between level of obesity and adverse maternal outcomes in pregnant women Method : An observational analytic study with a cross sectional design with secondary data from medical record. Subjects were pregnant women who gave birth at RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang in January 2015-December 2017. Samples were taken by purposive sampling technique. BMIs were divided into 5 categories based on WHO criteria, normoweight, overweight, obese level I, II, and III. Underweight was excluded from the study. Result : Of 252 research subjects, 94 (37.3%) were subjects with normal BMI, 102 (40.5%) were overweight, 44 (17.5%) were obese level I, 6 (2.4%) were level II, and 6 (2.4%) were level III. The maternal outcome consisted of 135 cases (53.6%) of preeclampsia, 6 cases of gestational diabetes mellitus (2.4%), 41 cases of uterine inertia (16.3%), 56 cases of preterm labor (22.2%), assisted delivery 111 cases (44%), and healthcare associated infections (HAIs) 6 cases (2.4%). Further analysis showed that increased level of maternal obesity is related significantly with preeclampsia, gestational diabetes mellitus, uterine inertia, and assisted delivery. Conclusion : There are statistically significant association between obesity level and the incidence of preeclamsia, gestational diabetes, uterine inertia and assisted delivery. Obesitas Pada Wanita Hamil Meningkatkan Morbiditas Maternal Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Abstrak Tujuan : Untuk menemukan hubungan antara tingkat obesitas dengan luaran maternal pada wanita hamil. Metode : Studi analitik observasional dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder rekam medis. Subjek adalah wanita hamil yang melahirkan di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang pada Januari 2015 - Desember 2017. Sampel diambil secara purposive sampling. Indeks massa tubuh (IMT) dibagi menjadi 5 sesuai kriteria WHO, yaitu normal, berat badan lebih, obesitas level I, II, dan III. Berat badan kurang diekslusi dari penelitian. Hasil : Subjek penelitian dari 252 orang, 94 (37.3%) subjek dengan IMT normal, 102 (40.5%) subjek berat badan berlebih, 44 (17.5%) obesitas level I, 6 (2.4%) obesitas level II, dan 6 (2.4%) obesitas level III. Luaran maternal terdiri dari 135 kasus (53.6%) of preeklampsia, 6 kasus diabetes mellitus gestasional, 41 kasus inertia uteri (16.3%), 56 kasus persalinan preterm (22.2%), 111 kasus (44%) persalinan pervaginam berbantu, dan infeksi luka 6 kasus (2.4%). Analisis menunjukkan adanya tingkatan obesitas maternal berkaitan secara signifikan dengan kejadian preeklampsia, diabetes mellitus gestasional, inertia uteri, dan persalinan pervaginam berbantu. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat obesitas pada ibu hamil dengan preeklampsia, diabetes mellitus gestasional, dan persalinan pervaginam berbantu. Kata kunci : Indeks Massa Tubuh, Obesitas, Luaran Maternal, Morbiditas.","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130395606","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-30DOI: 10.24198/obgynia.v2n2s.150
C. Kesty, Nuswil Bernolian, Kgs Irawan Satria Arjanggi
Latar Belakang : Atrial Septal Defect (ASD) apabila disertai hipertensi pulmonal berat harus dikonseling karena tingginya insiden morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Tujuan : Memaparkan sebuah kasus primigravida dengan ASD secundum dan hipertensi pulmonal berat sehingga dapat dilakukan tatalaksana dan pemilihan kontrasepsi yang sesuai. Metode : Laporan kasus seorang wanita berusia 30 tahun, hamil 12 minggu, mengeluh sesak nafas, batuk pada malam hari, dan jantung berdebar-debar. Hasil rontgen thoraks menunjukkan gambaran hipertensi pulmonal disertai peningkatan vaskularisasi paru. Kateterisasi jantung menunjukkan ASD secundum besar, hipertensi pulmonal berat, high flow, high resistance, dan reaktif dengan tes O2. Hasil ekokardiografi (2017) menunjukkan ASD secundum berat, regurgitasi trikuspid dan pulmonal moderat. Ultrasonografi abdomen menunjukkan kesan hamil 12 minggu janin tunggal hidup intrauterin, mioma uteri intramural dan subserosum, perdarahan subamnion dan subkorion. Pada pasien ini, dilakukan abortus provokatus medisinalis melalui pemberian Prostaglandin dilanjutkan dengan dilatasi dan kuretase. Kesimpulan : Kehamilan pada wanita dengan ASD umumnya ditoleransi dengan baik, dengan luaran ibu dan janin yang baik. Pasien dengan penyakit jantung berat sebaiknya tidak hamil dan bila hamil sebaiknya diterminasi. Preparat estrogen merupakan kontraindikasi pada pasien jantung. Pemilihan kontrasepsi harus mempertimbangkan keparahan, tipe anatomis kelainan jantung, dan keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya. Kata Kunci : primigravida, ASD secundum, hipertensi pulmonal Abstract Background : Atrial Septal Defect (ASD) with severe pulmonary hypertension should be counseled because of the high incidence of maternal and fetal morbidity and mortality. Objective : Describing a case of primigravida with ASD secundum and severe pulmonary hypertension so that appropriate management and contraception can be selected. Method: A 30-year-old woman, 12 weeks pregnant, suffered from shortness of breath, coughing at night, and palpitations. Chest X-ray showed pulmonary hypertension with increased pulmonary vascularity. Cardiac catheterization showed a large ASD secundum, severe pulmonary hypertension, high flow, high resistance, and reactive O2 test. Echocardiography (2017) showed severe ASD secundum, moderate tricuspid, and pulmonary regurgitation. Abdominal ultrasonography showed 12 weeks gestational age single live fetus intrauterine, intramural and subserosal uterine myoma, and also subamniotic and subchorionic bleeding. We did provoked abortion using Prostaglandin continued with dilatation and curettage. Conclusion : Pregnancy in women with ASD is generally well tolerated, with good maternal and fetal outcomes. Patients suffered from severe heart disease should not be pregnant, and if necessary get pregnancy terminated. Estrogen preparations are contraindicated in these patients. The choice of contraception must consider the severity,
{"title":"Primigravida Hamil 12 Minggu dengan Atrial Septal Defect Secundum dan Hipertensi Pulmonal Berat Janin Tunggal Hidup Intrauterin","authors":"C. Kesty, Nuswil Bernolian, Kgs Irawan Satria Arjanggi","doi":"10.24198/obgynia.v2n2s.150","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia.v2n2s.150","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Atrial Septal Defect (ASD) apabila disertai hipertensi pulmonal berat harus dikonseling karena tingginya insiden morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Tujuan : Memaparkan sebuah kasus primigravida dengan ASD secundum dan hipertensi pulmonal berat sehingga dapat dilakukan tatalaksana dan pemilihan kontrasepsi yang sesuai. Metode : Laporan kasus seorang wanita berusia 30 tahun, hamil 12 minggu, mengeluh sesak nafas, batuk pada malam hari, dan jantung berdebar-debar. Hasil rontgen thoraks menunjukkan gambaran hipertensi pulmonal disertai peningkatan vaskularisasi paru. Kateterisasi jantung menunjukkan ASD secundum besar, hipertensi pulmonal berat, high flow, high resistance, dan reaktif dengan tes O2. Hasil ekokardiografi (2017) menunjukkan ASD secundum berat, regurgitasi trikuspid dan pulmonal moderat. Ultrasonografi abdomen menunjukkan kesan hamil 12 minggu janin tunggal hidup intrauterin, mioma uteri intramural dan subserosum, perdarahan subamnion dan subkorion. Pada pasien ini, dilakukan abortus provokatus medisinalis melalui pemberian Prostaglandin dilanjutkan dengan dilatasi dan kuretase. Kesimpulan : Kehamilan pada wanita dengan ASD umumnya ditoleransi dengan baik, dengan luaran ibu dan janin yang baik. Pasien dengan penyakit jantung berat sebaiknya tidak hamil dan bila hamil sebaiknya diterminasi. Preparat estrogen merupakan kontraindikasi pada pasien jantung. Pemilihan kontrasepsi harus mempertimbangkan keparahan, tipe anatomis kelainan jantung, dan keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya. Kata Kunci : primigravida, ASD secundum, hipertensi pulmonal Abstract Background : Atrial Septal Defect (ASD) with severe pulmonary hypertension should be counseled because of the high incidence of maternal and fetal morbidity and mortality. Objective : Describing a case of primigravida with ASD secundum and severe pulmonary hypertension so that appropriate management and contraception can be selected. Method: A 30-year-old woman, 12 weeks pregnant, suffered from shortness of breath, coughing at night, and palpitations. Chest X-ray showed pulmonary hypertension with increased pulmonary vascularity. Cardiac catheterization showed a large ASD secundum, severe pulmonary hypertension, high flow, high resistance, and reactive O2 test. Echocardiography (2017) showed severe ASD secundum, moderate tricuspid, and pulmonary regurgitation. Abdominal ultrasonography showed 12 weeks gestational age single live fetus intrauterine, intramural and subserosal uterine myoma, and also subamniotic and subchorionic bleeding. We did provoked abortion using Prostaglandin continued with dilatation and curettage. Conclusion : Pregnancy in women with ASD is generally well tolerated, with good maternal and fetal outcomes. Patients suffered from severe heart disease should not be pregnant, and if necessary get pregnancy terminated. Estrogen preparations are contraindicated in these patients. The choice of contraception must consider the severity, ","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"31 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125865342","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-30DOI: 10.24198/obgynia.v2n2s.142
Arsyi Adliah Anwar, Efendi Lukas
Latar Belakang : Teratoma sakrokoksigeus (SCT) adalah jenis tumor sel germinal yang terjadi terutama pada bayi dan anak-anak. Insidennya adalah satu dari 40.000 kelahiran hidup. Teratoma sakrokoksigeus yang terdeteksi prenatal harus menjadi perhatian dan memerlukan pemantauan ketat. Kasus : Seorang wanita 23 tahun terdeteksi memiliki janin dengan teratoma sakrokoksigeus dengan diagnosis banding meningomielokel pada usia kehamilan 34 minggu. Pasien ini tidak melakukan kunjungan antenatal yang teratur. Terminasi kehamilan dilakukan dengan seksio sesarea. Prosedur operatif dilakukan dua bulan setelah kelahiran. Kesimpulan : Teratoma sakrokoksigeus yang terdiagnosis prenatal dapat menyebabkan komplikasi yang berat pada janin, meskipun tidak terjadi pada kasus ini. Kunjungan prenatal yang teratur diperlukan untuk memantau ukuran massa. Mielomeningokel adalah salah satu diagnosis banding pada teratoma sakrokoksigeus tipe A. Proses terminasi kehamilan dapat menyebakan trauma pada jaringan tumor. Oleh karena itu, pilihan terminasi harus mempertimbangkan ukuran tumor. Kata kunci : Teratoma Sakrokoksigeus, Anomali Kongenital Abstract Background : Sacrococcygeal teratomas (SCT) is a subset of germ cell tumours occur predominantly in infants and children. The incidence is one in 40 000 live births. Sacrococcygeal teratomas diagnosed prenatally should be a caution and need regular observation. Case : A 23 years old woman was detected having a fetus with sacrococcygeal teratoma with differential diagnosis as a myelomeningocele at 34 weeks of pregnancy. The patient didn’t do prenatal visit regularly. The pregnancy was terminated with cesarean section without any complication. Surgical procedure of the tumor was succesfully done 2 months after delivery. Conclusion : Sacrococcygeal teratoma diagnosed prenatally can cause severe complication for the fetus, although it was not occur in this case.. Regular prenatal visit is needed to observe the size of the mass. Myelomeningocele is one of the differential diagnose in type A sacrococcygeal teratoma. The process of delivery can cause trauma to the tumor. In order that, termination method should be based on the size of the tumor. Key words : Sacrococcygeal Teratoma, Congenital Anomaly
{"title":"Teratoma Sakrokoksigeus: Kelainan Kongenital yang dapat Dikoreksi","authors":"Arsyi Adliah Anwar, Efendi Lukas","doi":"10.24198/obgynia.v2n2s.142","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia.v2n2s.142","url":null,"abstract":"Latar Belakang : Teratoma sakrokoksigeus (SCT) adalah jenis tumor sel germinal yang terjadi terutama pada bayi dan anak-anak. Insidennya adalah satu dari 40.000 kelahiran hidup. Teratoma sakrokoksigeus yang terdeteksi prenatal harus menjadi perhatian dan memerlukan pemantauan ketat. Kasus : Seorang wanita 23 tahun terdeteksi memiliki janin dengan teratoma sakrokoksigeus dengan diagnosis banding meningomielokel pada usia kehamilan 34 minggu. Pasien ini tidak melakukan kunjungan antenatal yang teratur. Terminasi kehamilan dilakukan dengan seksio sesarea. Prosedur operatif dilakukan dua bulan setelah kelahiran. Kesimpulan : Teratoma sakrokoksigeus yang terdiagnosis prenatal dapat menyebabkan komplikasi yang berat pada janin, meskipun tidak terjadi pada kasus ini. Kunjungan prenatal yang teratur diperlukan untuk memantau ukuran massa. Mielomeningokel adalah salah satu diagnosis banding pada teratoma sakrokoksigeus tipe A. Proses terminasi kehamilan dapat menyebakan trauma pada jaringan tumor. Oleh karena itu, pilihan terminasi harus mempertimbangkan ukuran tumor. Kata kunci : Teratoma Sakrokoksigeus, Anomali Kongenital Abstract Background : Sacrococcygeal teratomas (SCT) is a subset of germ cell tumours occur predominantly in infants and children. The incidence is one in 40 000 live births. Sacrococcygeal teratomas diagnosed prenatally should be a caution and need regular observation. Case : A 23 years old woman was detected having a fetus with sacrococcygeal teratoma with differential diagnosis as a myelomeningocele at 34 weeks of pregnancy. The patient didn’t do prenatal visit regularly. The pregnancy was terminated with cesarean section without any complication. Surgical procedure of the tumor was succesfully done 2 months after delivery. Conclusion : Sacrococcygeal teratoma diagnosed prenatally can cause severe complication for the fetus, although it was not occur in this case.. Regular prenatal visit is needed to observe the size of the mass. Myelomeningocele is one of the differential diagnose in type A sacrococcygeal teratoma. The process of delivery can cause trauma to the tumor. In order that, termination method should be based on the size of the tumor. Key words : Sacrococcygeal Teratoma, Congenital Anomaly","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"56 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128776140","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background : Heterotopic pregnancy is a rare case of pregnancy. The incident is estimated to be 1:30000 to spontaneus pregnancy. Heterotopic pregnancy is a life threatening condition to maternal and intrauterine fetus. Case Report :A 36 years old woman came with over 1 month history of amenorrhea, after being examined, her gestational age was 9-10 weeks. On 28th February 2018 patient came to PHC due to lower abdominal pain and vaginal bleeding. Ectopic pregnancy was revealed then laparotomy was performed. Then, patient came back and complained of enlarged abdomen since the laparotomy, ultrasonography examination showed intrauterine fetus. At 35 weeks gestational age, patient was undergoing cesarean section due to fetal distress. Discussion :Heterotopic pregnancy are both intrauterine and ectopic pregnancy that occur at the same time. Heterotopic pregnancy often hardly detect because of unspecific symptoms. In this case it also found difficulty in diagnosing heterotopic pregnancy, the patient was only diagnosed as ruptured ectopic pregnancy. Conclusion :Heterotopic pregnancy has a high mortality rate if the diagnosis and treatment is not done well. Ultrasonography (USG) examination has an important role in order to help diagnosing in remote area. Key words : Heterotopic pregnancy, USG, Diagnose, Treatment Abstrak Latar belakang :Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan yang sangat jarang terjadi, angka kejadiannya sekitar 1:30000 dibandingkan dengan kehamilan spontan. Kehamilan Heterotopik seringkali menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin. Laporan Kasus :Wanita usia 36 tahun datang dengan keluhan Amenorea lebih dari 1 bulan, setelah di periksa pasien dinyatakan hamil dengan usia kehamilan 9-10 minggu. Pada 28 februari 2018, pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri perut bawah dan keluar darah dari jalan lahir, kemudian pasien di rujuk ke Rumah Sakit. Pasien didiagnosis dengan kehamilan ektopik dan dilakukan laparotomi. Kemudian pasien kontrol dan mengeluh perut bertambah besar pascaoperasi, dari pemeriksaan ultrasonographi didapatkan adanya janin intrauterin. Pada usia kehamilan 35 minggu dilakukan operasi caesar dikarenakan gawat janin. Diskusi:Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan intrauterin dan kehamilan ektopik yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Kehamilan heterotopik seringkali sulit dideteksi dikarenakan gejala yang tidak spesifik. Pada kasus ini juga ditemukan kesulitan dalam mendiagnosa kehamilan heterotopik. Kesimpulan :Kehamilan heterotopik memiliki angka mortalitas yang tinggi jika diagnosis dan tatalaksana yang dilakukan tidak baik. USG berperan penting dalam membantu penegakkan diagnosis di daerah terpencil. Kata kunci : Kehamilan Heterotopik; USG; Diagnosis; Tatalaksana
背景:异位妊娠是一种罕见的妊娠病例。该事件估计为1:3000自然怀孕。异位妊娠是一种危及母体和宫内胎儿生命的疾病。病例报告:一名36岁女性,经检查有1个多月的闭经史,孕周9-10周。2018年2月28日,患者因下腹疼痛和阴道出血来到PHC。发现异位妊娠后行剖腹手术。患者复诊后主诉开腹后腹部肿大,超声检查示宫内胎儿。孕35周时,患者因胎儿窘迫行剖宫产术。讨论:异位妊娠是指同时发生的宫内妊娠和异位妊娠。由于症状不明确,异位妊娠往往难以发现。本例亦发现异位妊娠诊断困难,仅诊断为破裂性异位妊娠。结论:异位妊娠如诊治不当,死亡率高。超声检查在偏远地区的诊断中具有重要作用。【关键词】异位妊娠,USG,诊断,治疗】【摘要】异位妊娠:克哈米兰,克哈米兰,克哈米兰,克哈米兰,克哈米兰,克哈米兰,克哈米兰,克哈米兰,克哈米兰Kehamilan异托匹克seringkali menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu danjanin。Laporan Kasus:Wanita usia 36 tahun datang dengan keluhan Amenorea lebih dari 1 bulan, setelah di perksa pasen dinyatakan hamil dengan usia kehamilan 9-10 minggu。2018年2月28日,北京,北京,北京,北京,北京,北京,北京,北京,北京。帕森诊断为剖腹手术。Kemudian pasen control、mengeluh perperb、bertambbesar pascaoperasi、dari permeiksaa、超声检查、didapatkan和adanya janin宫内。帕达乌西亚·克哈米兰35名古迪拉库坎的歌剧,凯撒迪拉库坎gawat janin。中文:Kehamilan Heterotopik adalah Kehamilan intrterin dan Kehamilan ektopik yang terjadi pada waktu yang bersamaan。Kehamilan异位体seringkali sulit dideteksi dikarenakan gejala yang tidak speciik。异位异构体。克哈米兰异位异体,记忆,死亡,杨亭,疾病,诊断,和,杨,迪拉库坎,和,白。USG berperan囚禁dalam membantu penegakkan di daerah terpencil诊断。Kata kunci: Kehamilan Heterotopik;美国政府;诊断;Tatalaksana
{"title":"Diagnosis and Management of Heterotopic Pregnancy: A Case Report","authors":"Harnovin Kuanda, Muhamad Husen Ali, Rommy Andika Kurniawan","doi":"10.24198/obgynia.v2n2s.171","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia.v2n2s.171","url":null,"abstract":"Background : Heterotopic pregnancy is a rare case of pregnancy. The incident is estimated to be 1:30000 to spontaneus pregnancy. Heterotopic pregnancy is a life threatening condition to maternal and intrauterine fetus. Case Report :A 36 years old woman came with over 1 month history of amenorrhea, after being examined, her gestational age was 9-10 weeks. On 28th February 2018 patient came to PHC due to lower abdominal pain and vaginal bleeding. Ectopic pregnancy was revealed then laparotomy was performed. Then, patient came back and complained of enlarged abdomen since the laparotomy, ultrasonography examination showed intrauterine fetus. At 35 weeks gestational age, patient was undergoing cesarean section due to fetal distress. Discussion :Heterotopic pregnancy are both intrauterine and ectopic pregnancy that occur at the same time. Heterotopic pregnancy often hardly detect because of unspecific symptoms. In this case it also found difficulty in diagnosing heterotopic pregnancy, the patient was only diagnosed as ruptured ectopic pregnancy. Conclusion :Heterotopic pregnancy has a high mortality rate if the diagnosis and treatment is not done well. Ultrasonography (USG) examination has an important role in order to help diagnosing in remote area. Key words : Heterotopic pregnancy, USG, Diagnose, Treatment Abstrak Latar belakang :Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan yang sangat jarang terjadi, angka kejadiannya sekitar 1:30000 dibandingkan dengan kehamilan spontan. Kehamilan Heterotopik seringkali menyebabkan komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin. Laporan Kasus :Wanita usia 36 tahun datang dengan keluhan Amenorea lebih dari 1 bulan, setelah di periksa pasien dinyatakan hamil dengan usia kehamilan 9-10 minggu. Pada 28 februari 2018, pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri perut bawah dan keluar darah dari jalan lahir, kemudian pasien di rujuk ke Rumah Sakit. Pasien didiagnosis dengan kehamilan ektopik dan dilakukan laparotomi. Kemudian pasien kontrol dan mengeluh perut bertambah besar pascaoperasi, dari pemeriksaan ultrasonographi didapatkan adanya janin intrauterin. Pada usia kehamilan 35 minggu dilakukan operasi caesar dikarenakan gawat janin. Diskusi:Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan intrauterin dan kehamilan ektopik yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Kehamilan heterotopik seringkali sulit dideteksi dikarenakan gejala yang tidak spesifik. Pada kasus ini juga ditemukan kesulitan dalam mendiagnosa kehamilan heterotopik. Kesimpulan :Kehamilan heterotopik memiliki angka mortalitas yang tinggi jika diagnosis dan tatalaksana yang dilakukan tidak baik. USG berperan penting dalam membantu penegakkan diagnosis di daerah terpencil. Kata kunci : Kehamilan Heterotopik; USG; Diagnosis; Tatalaksana","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126699652","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Background : Multi-drug-resistant Tuberculosis (MDR-TB) remains a public health problem in developing countries such as Indonesia. The extensive parenchymal damage due to MDR-TB could manifest as an irreversible destroyed lung, leading to respiratory and also cardiovascular complication. Its occurrence in pregnancy is uncommon but is highly associated with higher mortality and morbidity for both maternal and fetal. Case Report : We report a case of 24 year old primigravida in National Respiratory Center Hospital, diagnosed with an unilateral destroyed lung due to MDR-TB in pregnancy at 32 weeks of gestational age. On initial presentation, she reported fatigue, nausea, night sweats, chronic dyspnoe and was found to have complete left destroyed lung. Her disease was managed during pregnancy using long-term oxygen therapy despite persistent desaturation. Conlusion : Aside from frequent monitoring, prolonged oxygen therapy might benefit the chronic hypoxia condition in gestational destroyed lung due to previous MDR-TB infection, for preventing maternal-fetal mortality and morbidities, such as respiratory failure and IUGR. Abstrak Latar Belakang : Tuberkulosis Multi-drug-resistant (TB-MDR) tetap menjadi masalah kesehatan pada negara berkembang, seperti Indonesia. Kerusakan parenkin luas yang diakibatkan oleh infeksi TB-MDR dapat bermanifestasi sebagai kerusakan paru ireversibel, dengan komplikasi respiratorik dan kardiovaskular. Kejadian kerusakan paru akibat TB-MDR dalam kehamilan jarang terjadi, namun berdampak pada peningkatan mortalitas dan morbiditas pada janin dan ibu. Laporan Kasus : Studi ini melaporkan kasus perempuan primigravida 24 tahun didiagnosa dengan kerusakan paru unilateral akibat infeksi TB-MDR pada kehamilan 32 minggu di RS Pusat Paru Nasional. Pada pemeriksaan awal, didapatkan pasien mengeluhkan kelelahan kronik, nausea, keringat malam, sesak kronik dan didapatkan memiliki kerusakan paru kiri komplit. Keadaan pasien dalam kehamilan ditatalaksana dengan terapi oksigen jangka panjang untuk mengatasi desaturasi persisten Kesimpulan : Di samping pengawasan ketat, terapi oksigen jangka panjang dapat menjadi tatalaksana utama untuk kondisi hipoksia kronik pada kerusakan paru dalam kehamilan akibat infeksi lama TB-MDR untuk mencegah morbiditas dan mortalitas ibu dan janin, seperti gagal napas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT).
背景:耐多药结核病(MDR-TB)在印度尼西亚等发展中国家仍然是一个公共卫生问题。耐多药结核病引起的广泛实质损害可表现为不可逆的肺破坏,导致呼吸和心血管并发症。它在妊娠期的发生并不常见,但与产妇和胎儿较高的死亡率和发病率高度相关。病例报告:我们报告一例24岁的初产妇在国家呼吸中心医院,诊断为单侧肺破坏由于耐多药结核病妊娠32周。初次就诊时,患者报告疲劳、恶心、盗汗、慢性呼吸困难,发现左肺完全受损。她的疾病在怀孕期间进行了长期氧疗,尽管持续去饱和。结论:除频繁监测外,延长氧疗对既往耐多药结核感染所致的妊娠期肺破坏慢性缺氧有利,可预防母胎死亡及呼吸衰竭、IUGR等并发症的发生。Latar Belakang:多药耐药结核(TB-MDR)结核毒株menjadi masalah kesehatan padadnegara berkembang,印度尼西亚。结核-耐多药结核(TB-MDR):结核-耐多药结核(TB-MDR):结核-耐多药结核(TB-MDR):结核-耐多药结核(TB-MDR):结核-耐多药结核;结核病-多致病性疾病的预防,预防疾病的预防,预防疾病的预防,预防疾病的预防和预防。拉波兰·卡苏斯:研究结核多药耐药患者单侧akibat - mdr的发病原因。我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说,我的意思是说。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。
{"title":"Recurrent Multi-Drug-Resistant Tuberculosis with Unilateral Destroyed Lung in Pregnancy: A Case Report","authors":"I. Febriana, Sayogo Atikah, S. Pudyastuti","doi":"10.24198/obgynia.v2n2s","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia.v2n2s","url":null,"abstract":"Background : Multi-drug-resistant Tuberculosis (MDR-TB) remains a public health problem in developing countries such as Indonesia. The extensive parenchymal damage due to MDR-TB could manifest as an irreversible destroyed lung, leading to respiratory and also cardiovascular complication. Its occurrence in pregnancy is uncommon but is highly associated with higher mortality and morbidity for both maternal and fetal. Case Report : We report a case of 24 year old primigravida in National Respiratory Center Hospital, diagnosed with an unilateral destroyed lung due to MDR-TB in pregnancy at 32 weeks of gestational age. On initial presentation, she reported fatigue, nausea, night sweats, chronic dyspnoe and was found to have complete left destroyed lung. Her disease was managed during pregnancy using long-term oxygen therapy despite persistent desaturation. Conlusion : Aside from frequent monitoring, prolonged oxygen therapy might benefit the chronic hypoxia condition in gestational destroyed lung due to previous MDR-TB infection, for preventing maternal-fetal mortality and morbidities, such as respiratory failure and IUGR. Abstrak Latar Belakang : Tuberkulosis Multi-drug-resistant (TB-MDR) tetap menjadi masalah kesehatan pada negara berkembang, seperti Indonesia. Kerusakan parenkin luas yang diakibatkan oleh infeksi TB-MDR dapat bermanifestasi sebagai kerusakan paru ireversibel, dengan komplikasi respiratorik dan kardiovaskular. Kejadian kerusakan paru akibat TB-MDR dalam kehamilan jarang terjadi, namun berdampak pada peningkatan mortalitas dan morbiditas pada janin dan ibu. Laporan Kasus : Studi ini melaporkan kasus perempuan primigravida 24 tahun didiagnosa dengan kerusakan paru unilateral akibat infeksi TB-MDR pada kehamilan 32 minggu di RS Pusat Paru Nasional. Pada pemeriksaan awal, didapatkan pasien mengeluhkan kelelahan kronik, nausea, keringat malam, sesak kronik dan didapatkan memiliki kerusakan paru kiri komplit. Keadaan pasien dalam kehamilan ditatalaksana dengan terapi oksigen jangka panjang untuk mengatasi desaturasi persisten Kesimpulan : Di samping pengawasan ketat, terapi oksigen jangka panjang dapat menjadi tatalaksana utama untuk kondisi hipoksia kronik pada kerusakan paru dalam kehamilan akibat infeksi lama TB-MDR untuk mencegah morbiditas dan mortalitas ibu dan janin, seperti gagal napas dan pertumbuhan janin terhambat (PJT).","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126481703","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}