Pub Date : 2021-09-29DOI: 10.24198/obgynia.v4n2s.175
W. A. Setiawan
Abstrak Tujuan untuk meninjau secara sistematis dan menentukan pengaruh adenomiosis pada fertilitas dan keberhasilan In Vitro Fertilization (IVF). Metode dilakukan pencarian terstruktur di sumber data PubMed. Kata kunci yang dipakai dalam pencarian adalah “Adenomyosis”, “In Vitro Fertilization” dan “Infertility”. Referensi yang dicantumkan termasuk semua artikel dan ulasan terkait juga metaanalisis. Hasil didapatkan 10 penelitian yang mengevaluasi keberhasilan IVF pada wanita dengan dan tanpa adenomiosis. Angka implantasi, kehamilan per siklus, kehamilan per transfer embrio dan kelahiran hidup pada wanita dengan adenomiosis secara signifikan lebih rendah dibandingkan wanita tanpa adenomiosis. Angka keguguran pada wanita dengan adenomiosis lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa adenomiosis. Dilakukan juga evaluasi pada 4 penelitian yang membandingkan hasil fertilisasi pada kelompok wanita dengan adenomiosis yang tidak mendapat pengobatan dan yang mendapat pengobatan berupa pembedahan atau terapi medis gonadotropin releasing hormon (GnRH) agonis. Terapi bedah atau terapi medis dengan GnRH agonis terbukti meningkatkan angka kehamilan klinis pada wanita dengan adenomiosis. Kesimpulan adenomiosis memiliki efek yang merugikan pada luaran wanita yang menjalani program IVF. Penggunaan terapi GnRH agonis jangka panjang menunjukkan manfaat yang signifikan. Kata kunci: Adenomiosis, GnRH agonis, in vitro fertilization
{"title":"Adenomiosis Berdampak Buruk terhadap Keberhasilan in Vitro Fertilization","authors":"W. A. Setiawan","doi":"10.24198/obgynia.v4n2s.175","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia.v4n2s.175","url":null,"abstract":"Abstrak Tujuan untuk meninjau secara sistematis dan menentukan pengaruh adenomiosis pada fertilitas dan keberhasilan In Vitro Fertilization (IVF). Metode dilakukan pencarian terstruktur di sumber data PubMed. Kata kunci yang dipakai dalam pencarian adalah “Adenomyosis”, “In Vitro Fertilization” dan “Infertility”. Referensi yang dicantumkan termasuk semua artikel dan ulasan terkait juga metaanalisis. Hasil didapatkan 10 penelitian yang mengevaluasi keberhasilan IVF pada wanita dengan dan tanpa adenomiosis. Angka implantasi, kehamilan per siklus, kehamilan per transfer embrio dan kelahiran hidup pada wanita dengan adenomiosis secara signifikan lebih rendah dibandingkan wanita tanpa adenomiosis. Angka keguguran pada wanita dengan adenomiosis lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa adenomiosis. Dilakukan juga evaluasi pada 4 penelitian yang membandingkan hasil fertilisasi pada kelompok wanita dengan adenomiosis yang tidak mendapat pengobatan dan yang mendapat pengobatan berupa pembedahan atau terapi medis gonadotropin releasing hormon (GnRH) agonis. Terapi bedah atau terapi medis dengan GnRH agonis terbukti meningkatkan angka kehamilan klinis pada wanita dengan adenomiosis. Kesimpulan adenomiosis memiliki efek yang merugikan pada luaran wanita yang menjalani program IVF. Penggunaan terapi GnRH agonis jangka panjang menunjukkan manfaat yang signifikan. Kata kunci: Adenomiosis, GnRH agonis, in vitro fertilization","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122692514","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-29DOI: 10.24198/obgynia/v4n2.257
Rena Nurita, Andi Rinaldi, Wiryawan Permadi
Tujuan : Untuk membandingkan fungsi seksual pada wanita primipara dengan metode persalinan pervaginam dan seksio sesarea. Metode : Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik secara cross-sectional. Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan di RS Hasan Sadikin dan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung, dimulai pada September 2019 sampai Mei 2020. kriteria inklusi primipara, berusia 18-35 tahun, 3-6 bulan postpartum sebelum pengambilan data, aktif secara seksual dalam 6 bulan setelah persalinan dan melakukan hubungan seksual dalam empat minggu terakhir. Fungsi seksual dinilai dengan Female Sexual Function Index (FSFI). Hasil : Subjek penelitian ini terdiri dari 98 subjek dengan dibagi menjadi dua kelompok, yakni persalinan pervaginam (n=56) dan seksio sesarea (n=42). Subjek penelitian mengisi kuesioner FSFI versi Bahasa Indonesia. Dari 98 subjek, disfungsi seksual didapatkan 95% pada wanita dengan persalinan pervaginam dan 90% dengan seksio sesarea Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persalinan pervaginam dan seksio sesarea terhadap disfungsi seksual. The Comparison of Female Sexual Function Index Score in Primiparous Women According to Delivery Methods Abstract Objective : to compare the sexual function of primiparous woman with spontaneous delivery and cesarean section. Method : This research is an analytic observational study with cross-sectional method. This study is a 7 months study at Dr. Hasan Sadikin Central General Hospital and Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung, started from September 2019 to May 2020. The inclusion criteria were primiparous, aged 18-35 year-old, 3-6 months postpartum before data collection, sexually active within 6 months after delivery and had sexual intercourse in the last four week. Sexual function was assessed by the Female Sexual Function Index (FSFI). Result: We obtained 98 subjects and divided them into two groups, spontaneous delivery (n = 56) and cesarean section (n = 42). Subject then filled out the Indonesian version of the FSFI questionnaire. From 98 subjects, sexual dysfunction was found in 95% subject with spontaneous delivery and 90% with cesarean section. Discussion : Using comparative chi square test (p = 0.43), there is no significant difference between each method of delivery on sexual dysfunction. Interestingly sexual dysfunction found in tremendous percentage compared to previous studies, either in spontaneous delivery (95%) or cesarean section (90%). Key word :cesarean section, Female Sexual Function Index, primiparous, sexual function, spontaneous delivery
目的:将primipara的性功能与肺泡和sesarea seseksio的方法进行比较。方法:这项研究是分段观察分析研究。这项研究从2019年9月到2020年5月在哈桑萨德金医院和万隆母子特别医院进行了7个月的研究。primipara包容标准,18-35岁,数据检索前3-6个月后,在分娩后6个月内进行性行为,并在过去4周内进行性行为。性功能被定义为女性性功能指数。结果:该研究的主题由98个受试者组成,分为两组:腹产(n=56)和sesarea sesesio (n=42)。研究对象填写了印尼语的FSFI问卷。在98名受试者中,95%的性功能障碍是由对生子宫引起的,90%是sesarea得出结论:对生子宫和sesarea性功能障碍没有显著区别。女性对性功能的妥协性行为准则:比较具有自发性分娩和剖腹生产特征的异性恋女性的性功能。方法:这研究是一种分析观测的跨部门方法。这项研究是哈桑·萨蒂金(Hasan Sadikin Central General Hospital)博士为期7个月的研究。包括专利critcu是primiparous,年龄为18-35岁,数据采集前3-6个月死后,在交付和性交后6个月发生性行为。性功能是由女性性功能指数授权的。结果:我们捕获了98个研究对象并将它们记录为两组:自然快递(n = 56)和cesarean section (n = 42)。然后是充满FSFI问题的印尼版本。在98名受试者中,性障碍发现95%的受试者是自发性分娩,90%是剖腹产。讨论:使用comparative chi square test (p = 0.43),每种性传播障碍的方法之间没有明显的区别。对性缺陷感兴趣的是tremendous percentage研究,要么是自发性分娩(95%),要么是cesarean部分(90%)。塞萨尔区,女性性功能索引,原始性功能,性功能,自发交付
{"title":"Perbandingan Nilai Female Sexual Function Index pada Wanita Primipara Berdasarkan Metode Persalinan","authors":"Rena Nurita, Andi Rinaldi, Wiryawan Permadi","doi":"10.24198/obgynia/v4n2.257","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia/v4n2.257","url":null,"abstract":"Tujuan : Untuk membandingkan fungsi seksual pada wanita primipara dengan metode persalinan pervaginam dan seksio sesarea. Metode : Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik secara cross-sectional. Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan di RS Hasan Sadikin dan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung, dimulai pada September 2019 sampai Mei 2020. kriteria inklusi primipara, berusia 18-35 tahun, 3-6 bulan postpartum sebelum pengambilan data, aktif secara seksual dalam 6 bulan setelah persalinan dan melakukan hubungan seksual dalam empat minggu terakhir. Fungsi seksual dinilai dengan Female Sexual Function Index (FSFI). Hasil : Subjek penelitian ini terdiri dari 98 subjek dengan dibagi menjadi dua kelompok, yakni persalinan pervaginam (n=56) dan seksio sesarea (n=42). Subjek penelitian mengisi kuesioner FSFI versi Bahasa Indonesia. Dari 98 subjek, disfungsi seksual didapatkan 95% pada wanita dengan persalinan pervaginam dan 90% dengan seksio sesarea Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persalinan pervaginam dan seksio sesarea terhadap disfungsi seksual. The Comparison of Female Sexual Function Index Score in Primiparous Women According to Delivery Methods Abstract Objective : to compare the sexual function of primiparous woman with spontaneous delivery and cesarean section. Method : This research is an analytic observational study with cross-sectional method. This study is a 7 months study at Dr. Hasan Sadikin Central General Hospital and Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung, started from September 2019 to May 2020. The inclusion criteria were primiparous, aged 18-35 year-old, 3-6 months postpartum before data collection, sexually active within 6 months after delivery and had sexual intercourse in the last four week. Sexual function was assessed by the Female Sexual Function Index (FSFI). Result: We obtained 98 subjects and divided them into two groups, spontaneous delivery (n = 56) and cesarean section (n = 42). Subject then filled out the Indonesian version of the FSFI questionnaire. From 98 subjects, sexual dysfunction was found in 95% subject with spontaneous delivery and 90% with cesarean section. Discussion : Using comparative chi square test (p = 0.43), there is no significant difference between each method of delivery on sexual dysfunction. Interestingly sexual dysfunction found in tremendous percentage compared to previous studies, either in spontaneous delivery (95%) or cesarean section (90%). Key word :cesarean section, Female Sexual Function Index, primiparous, sexual function, spontaneous delivery","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"86 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126328627","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-29DOI: 10.24198/obgynia/v4n2.282
Idham Rizali Saleh, J. C. Mose, Budi Handono
Abstrak Tujuan: Mengetahui adanya hubungan antara kadar hemoglobin dan kadar leukosit maternal dengan kejadian prematuritas di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode: Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studi potong-lintang. Subjek penelitian adalah pasien dengan persalinan pada kehamilan usia 24 – 42 minggu di Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2019 yang berjumlah 82 pasien. Dilakukan pengumpulan data dari rekam medis pasien berupa usia kehamilan, kadar hemoglobin, kadar leukosit, dan faktor perancu berupa usia, tingkat pendidikan, dan tingkat paritas. Hubungan antara kadar hemoglobin dan jumlah leukosit dengan persalinan prematur dianalisis statistik dengan uji Chi-square. Variabel-variabel perancu akan dikendalikan melalui analisis multivariat dengan regresi logistik. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dan kadar leukosit dengan terjadinya persalinan prematur (p < 0,05). Hasil analisis dengan uji regresi logstik menunjukkan bahwa tetap terdapat hubungan bermakna antara kadar hemoglobin (OR 0,27; p < 0,05) dan kadar leukosit (OR 3,60; p < 0,05) dengan persalinan prematur setelah dilakukan pengendalian faktor perancu. Kesimpulan: Kadar hemoglobin dan kadar leukosit memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian persalinan prematur tanpa dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, dan tingkat paritas. Key word: Hemoglobin, Prematuritas, Leukosit
{"title":"Hubungan antara Kadar Hemoglobin dan Jumlah Leukosit dengan Kejadian Prematuritas di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung","authors":"Idham Rizali Saleh, J. C. Mose, Budi Handono","doi":"10.24198/obgynia/v4n2.282","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia/v4n2.282","url":null,"abstract":"Abstrak Tujuan: Mengetahui adanya hubungan antara kadar hemoglobin dan kadar leukosit maternal dengan kejadian prematuritas di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode: Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studi potong-lintang. Subjek penelitian adalah pasien dengan persalinan pada kehamilan usia 24 – 42 minggu di Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2019 yang berjumlah 82 pasien. Dilakukan pengumpulan data dari rekam medis pasien berupa usia kehamilan, kadar hemoglobin, kadar leukosit, dan faktor perancu berupa usia, tingkat pendidikan, dan tingkat paritas. Hubungan antara kadar hemoglobin dan jumlah leukosit dengan persalinan prematur dianalisis statistik dengan uji Chi-square. Variabel-variabel perancu akan dikendalikan melalui analisis multivariat dengan regresi logistik. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dan kadar leukosit dengan terjadinya persalinan prematur (p < 0,05). Hasil analisis dengan uji regresi logstik menunjukkan bahwa tetap terdapat hubungan bermakna antara kadar hemoglobin (OR 0,27; p < 0,05) dan kadar leukosit (OR 3,60; p < 0,05) dengan persalinan prematur setelah dilakukan pengendalian faktor perancu. Kesimpulan: Kadar hemoglobin dan kadar leukosit memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian persalinan prematur tanpa dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, dan tingkat paritas. Key word: Hemoglobin, Prematuritas, Leukosit","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116063628","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-29DOI: 10.24198/obgynia.v4n2s.268
M. Rizkar, Arev Sukarsa, Aditya Wibowo, Arieff Kustiandi, Rsup Dr, Hasan Sadikin, Bandung
Abstrak Tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang turun peranakan atau prolaps alat genitalia dapat disamakan dengan suatu hernia, dimana suatu organ genitalia turun ke dalam vagina, bahkan mungkin keluar liang vagina. Hal ini karena kelemahan otot fasia dan ligamen penyokongnya. Kerusakan pada penyangga vagina dapat terjadi dalam satu lokasi saja (misalnya, dinding vagina anterior saja), tetapi lebih sering terjadi kombinasi. Metode merangkum daftar referensi terupdate sebagai bahan artikel yang dapat menjadi pedoman dan tatalaksana prolaps organ panggul. Hasil tidak semua prolaps alat genitalia membutuhkan terapi, karena banyak penderita tidak mempunyai keluhan, terutama stadium I dan kadang-kadang stadium II. Pada mereka yang mempunyai keluhan tentu perlu penanganan dengan tepat agar penderita merasa lebih baik. Prolaps uteri stadium II dan III dipilih vaginal histerektomi dan disertai dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi, Hal ini terutama bila penderita sudah mengalami manaupose atau tidak memerlukan lagi organ reproduksi. Kesimpulan, walaupun tidak mengancam nyawa, akan tetapi prolapsus alat genitalia dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Kata kunci : Prolap alat genital, kualitas hidup wanita
{"title":"Apa itu Turun Peranakan","authors":"M. Rizkar, Arev Sukarsa, Aditya Wibowo, Arieff Kustiandi, Rsup Dr, Hasan Sadikin, Bandung","doi":"10.24198/obgynia.v4n2s.268","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia.v4n2s.268","url":null,"abstract":"Abstrak Tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang turun peranakan atau prolaps alat genitalia dapat disamakan dengan suatu hernia, dimana suatu organ genitalia turun ke dalam vagina, bahkan mungkin keluar liang vagina. Hal ini karena kelemahan otot fasia dan ligamen penyokongnya. Kerusakan pada penyangga vagina dapat terjadi dalam satu lokasi saja (misalnya, dinding vagina anterior saja), tetapi lebih sering terjadi kombinasi. Metode merangkum daftar referensi terupdate sebagai bahan artikel yang dapat menjadi pedoman dan tatalaksana prolaps organ panggul. Hasil tidak semua prolaps alat genitalia membutuhkan terapi, karena banyak penderita tidak mempunyai keluhan, terutama stadium I dan kadang-kadang stadium II. Pada mereka yang mempunyai keluhan tentu perlu penanganan dengan tepat agar penderita merasa lebih baik. Prolaps uteri stadium II dan III dipilih vaginal histerektomi dan disertai dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi, Hal ini terutama bila penderita sudah mengalami manaupose atau tidak memerlukan lagi organ reproduksi. Kesimpulan, walaupun tidak mengancam nyawa, akan tetapi prolapsus alat genitalia dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Kata kunci : Prolap alat genital, kualitas hidup wanita","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129879120","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-29DOI: 10.24198/obgynia.v4n2.301
T. Karyadi, B. Sadikin, Hanom Husni Syam, Hartanto Bayuaji
Abstrak Tujuan: Untuk mengetahui risiko kejadian bayi berat lahir rendah (bblr) pada pasien preeklamsi di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode Januari – Desember 2019 . Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang). Data dikumpulkan dari data yang tersedia pada rekam medis pasien yang melakukan persalinan di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada bulan Januari hingga bulan Desember tahun 2019. Hasil: Terdapat 252 (11,4%) ibu hamil dengan preeklamsi dari seluruh subjek. Prevalensi BBLR pada subjek total adalah 49,2%. Bayi dengan BBLR lebih banyak terjadi pada kelompok preeklamsi dibandingkan dengan kelompok non preeklamsi, yaitu 60,3% dibandingkan 47,8% (p < 0,001). Kelompok preeklamsi memiliki rerata BBL yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan kelompok non preeklamsi, yaitu 2.255,6 + 741,5 gram dibandingkan 2.465,5 + 696,2 gram (p <0,001). Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara preeklamsi dengan kejadian BBLR di Rumah sakit Hasan Sadikin. Kata kunci: Preeklampsi, BBLR, abnormal plasentasi
{"title":"Analisis Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada Pasien Preeklamsi di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Periode Januari–Desember 2019","authors":"T. Karyadi, B. Sadikin, Hanom Husni Syam, Hartanto Bayuaji","doi":"10.24198/obgynia.v4n2.301","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia.v4n2.301","url":null,"abstract":"Abstrak Tujuan: Untuk mengetahui risiko kejadian bayi berat lahir rendah (bblr) pada pasien preeklamsi di RSUP Dr. Hasan Sadikin periode Januari – Desember 2019 . Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang). Data dikumpulkan dari data yang tersedia pada rekam medis pasien yang melakukan persalinan di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada bulan Januari hingga bulan Desember tahun 2019. Hasil: Terdapat 252 (11,4%) ibu hamil dengan preeklamsi dari seluruh subjek. Prevalensi BBLR pada subjek total adalah 49,2%. Bayi dengan BBLR lebih banyak terjadi pada kelompok preeklamsi dibandingkan dengan kelompok non preeklamsi, yaitu 60,3% dibandingkan 47,8% (p < 0,001). Kelompok preeklamsi memiliki rerata BBL yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan kelompok non preeklamsi, yaitu 2.255,6 + 741,5 gram dibandingkan 2.465,5 + 696,2 gram (p <0,001). Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara preeklamsi dengan kejadian BBLR di Rumah sakit Hasan Sadikin. Kata kunci: Preeklampsi, BBLR, abnormal plasentasi","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115233146","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan : Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu penyumbang terbesar angka kematian bayi (AKB). Salah satu faktor risiko utama terjadinya BBLR adalah anemia dan kadar hematokrit yang rendah. Bayi yang memiliki berat lahir rendah mempunyai efek jangka pendek maupun panjang terhadap bayi tersebut dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Metode : Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan mengumpulkan data rekam medis ibu hamil aterm yang melahirkan di Rumah sakit Hasan Sadikin periode Januari – Desember 2019 Hasil: Dari 40 sampel ibu hamil aterm anemia dan tidak anemia dengan rata rata usia 26,8 tahun didapatkan nilai rerata berat bayi pada ibu hamil aterm anemia adalah 2435 gram dan rerata berat badan bayi pada ibu hamil aterm tanpa anemia adalah 2691 gram. Berdasarkan hasil perhitungan uji chi square bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hemoglobin dengan kejadian BBLR (p=0,0023<0,05), serta terdapat pula hubungan yang signifikan antara hematokrit dengan kejadian BBLR (p=0,003<0,05). Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara anemia dan kadar hematokrit pada ibu hamil aterm dengan berat bayi lahir rendah di Rumah sakit Hasan Sadikin. Analysis of Hemoglobin Levels and Maternal Hematocrit on the Event of Low Birth Weight in Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital Abstract Introduction : Low birth weight (LBW) is one of the largest contributors to infant mortality rates (AKB). One of the main risk factors for BBLR is anemia and low hematocrit levels. Babies with low birth weight have both short and long-term effects on the baby with high morbidity and mortality rates. Method : This study used an observational analytic design by collecting medical records of aterm pregnant women who gave birth at Hasan Sadikin Hospital from January to December 2019 Result : Of the 40 samples of pregnant women with anemia and non-anemia with an average age of 26.8 years obtained the average weight of the baby in pregnant women aterm anemia was 2470 grams and the average infant weight in pregnant women without anemia was 2650 grams. Based on the chi square test calculations that there is a significant relationship between hemoglobin and BBLR events (p=0.0023<0.05), and there is also a significant relationship between hematocrit and BBLR events (p=0.014<0.05). Conclusion : It can concluded that there is a significant correlation between anaemia in aterm pregnancy and low birth baby weight in Rumah sakit Hasan Sadikin. Key words : anemia hematocrit, term pregnancy, low birth weight
引言:低出生婴儿(BBLR)是婴儿死亡率(AKB)最大的贡献之一。BBLR出现的主要危险因素之一是贫血和红细胞压积低。低出生体重的婴儿对高发病率和死亡率的婴儿有短期和长期的影响。:这项研究使用观测分析与设计方法收集数据的医疗记录在医院分娩的孕妇aterm哈桑Sadikin 2019年1—12月结果:40个样本的时期和不贫血贫血孕妇aterm 26.8岁平均得到的平均价值在孕妇aterm贫血是由于婴儿超重2435克对孕妇和婴儿体重平均aterm没有贫血是2691吗克。根据chi square的计算,血红蛋白与BBLR (p= 0.0023 < 0.05)之间有显著的联系,血液学与BBLR (p= 0.003 < 0.05)之间也有显著的联系。结论:在哈桑·萨德金医院,阿特姆怀孕的阿特姆患有低出生婴儿体重的阿特姆孕妇之间存在着一种有意义的关系。哈桑·萨勒肯医院摘要摘要:低出生重量限制:低出生重量是影响死亡率的最大因素之一。主要的风险因素之一是贫血和低血肿。低出生体重的婴儿对婴儿的发病率和死亡率都很低。方法:这个研究过去的材料。分析设计由muensterberger medical records of aterm怀孕妇女谁提前分娩at哈桑Sadikin医院从一月到2019年12月40样本》的论点:怀孕妇女贫血和non-anemia with an平均时代平均重量》26 . 8年获得宝贝在怀孕妇女aterm贫血是2470克和《怀孕妇女平均婴儿重量没有贫血是2650克。基于气广场测试,血红蛋白和BBLR事件之间有一个重要的关系(p=0.0023<0.05),血肿和BBLR事件之间也有重要的关系(p= 014<0.05)。结论:这可以确定在阿纳米的阿纳米在阿特姆pregnancy和低出生分量的婴儿体重在哈桑萨金医院有重要的关系。关键字:血肿性贫血,term pregnancy, low birth weight
{"title":"Analisis Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Maternal terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung","authors":"Kendry Savira Yordian, Hanom Husni Syam, Adhi Pribadi","doi":"10.24198/obgynia/v4n2.261","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia/v4n2.261","url":null,"abstract":"Pendahuluan : Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu penyumbang terbesar angka kematian bayi (AKB). Salah satu faktor risiko utama terjadinya BBLR adalah anemia dan kadar hematokrit yang rendah. Bayi yang memiliki berat lahir rendah mempunyai efek jangka pendek maupun panjang terhadap bayi tersebut dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Metode : Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan mengumpulkan data rekam medis ibu hamil aterm yang melahirkan di Rumah sakit Hasan Sadikin periode Januari – Desember 2019 Hasil: Dari 40 sampel ibu hamil aterm anemia dan tidak anemia dengan rata rata usia 26,8 tahun didapatkan nilai rerata berat bayi pada ibu hamil aterm anemia adalah 2435 gram dan rerata berat badan bayi pada ibu hamil aterm tanpa anemia adalah 2691 gram. Berdasarkan hasil perhitungan uji chi square bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hemoglobin dengan kejadian BBLR (p=0,0023<0,05), serta terdapat pula hubungan yang signifikan antara hematokrit dengan kejadian BBLR (p=0,003<0,05). Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara anemia dan kadar hematokrit pada ibu hamil aterm dengan berat bayi lahir rendah di Rumah sakit Hasan Sadikin. Analysis of Hemoglobin Levels and Maternal Hematocrit on the Event of Low Birth Weight in Dr. Hasan Sadikin Bandung Hospital Abstract Introduction : Low birth weight (LBW) is one of the largest contributors to infant mortality rates (AKB). One of the main risk factors for BBLR is anemia and low hematocrit levels. Babies with low birth weight have both short and long-term effects on the baby with high morbidity and mortality rates. Method : This study used an observational analytic design by collecting medical records of aterm pregnant women who gave birth at Hasan Sadikin Hospital from January to December 2019 Result : Of the 40 samples of pregnant women with anemia and non-anemia with an average age of 26.8 years obtained the average weight of the baby in pregnant women aterm anemia was 2470 grams and the average infant weight in pregnant women without anemia was 2650 grams. Based on the chi square test calculations that there is a significant relationship between hemoglobin and BBLR events (p=0.0023<0.05), and there is also a significant relationship between hematocrit and BBLR events (p=0.014<0.05). Conclusion : It can concluded that there is a significant correlation between anaemia in aterm pregnancy and low birth baby weight in Rumah sakit Hasan Sadikin. Key words : anemia hematocrit, term pregnancy, low birth weight","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134445487","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-29DOI: 10.24198/obgynia.v4n2s.274
I. G. S. Winata, Ngakan Ketut Darmawan, I. Mahendra
Abstrak Pandemi COVID-19 memberikan tantangan tersendiri dalam penanganan kanker, khususnya kanker ginekologi. Kondisi pasien penderita kanker yang telah mengalami immunocompromised baik karena penyakitnya maupun efek samping dari obat-obatan yang diberikan, berpotensi meningkatkan risiko pasien kanker untuk mengalami infeksi COVID-19 berat. Penatalaksanaan utama dari kanker yang bertonggak pada tiga poros yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi perlu dilakukan adaptasi demi meningkatkan angka survival rate pada pasien. Kata kunci : COVID-19; kemoterapi; operatif; radioterapi; kanker ginekologi
{"title":"Analisis Manajemen Tatalaksana Kanker Ginekologi di RSUP Sanglah di Era Pandemi COVID-19","authors":"I. G. S. Winata, Ngakan Ketut Darmawan, I. Mahendra","doi":"10.24198/obgynia.v4n2s.274","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia.v4n2s.274","url":null,"abstract":"Abstrak Pandemi COVID-19 memberikan tantangan tersendiri dalam penanganan kanker, khususnya kanker ginekologi. Kondisi pasien penderita kanker yang telah mengalami immunocompromised baik karena penyakitnya maupun efek samping dari obat-obatan yang diberikan, berpotensi meningkatkan risiko pasien kanker untuk mengalami infeksi COVID-19 berat. Penatalaksanaan utama dari kanker yang bertonggak pada tiga poros yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi perlu dilakukan adaptasi demi meningkatkan angka survival rate pada pasien. Kata kunci : COVID-19; kemoterapi; operatif; radioterapi; kanker ginekologi","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122380145","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-29DOI: 10.24198/obgynia.v4n2.289
Naeny Fajriah, M. Chalid, Lenny Lisal, E. Lukas, St. Nur Asni, R. Masadah
Abstract Objective: To determine the role of TLR-7 expression on intrauterine vertical transmission in pregnancy through identification of serum hepatitis B markers in both maternal and umbilical cord blood. Method: Analysis of TLR expression was performed on 38 paraffin block samples of placental tissue acquired from mothers with HBV using TLR immunohistochemical staining. Result: 16 of 38 samples were acquired from mothers aged 26-30 years old. Most of the samples were from primiparous mothers (52.6%). This study found no significant association between TLR-7 expression and HBV DNA in the placenta and cord blood (p=1.000). However, we found a significant association between placental TLR-7 expression and maternal HBV DNA (p=0.034). Meanwhile, placental HBeAg and HBV DNA were not associated with placental TLR-7 expression (p=0.082; p = 1.000). Conclusion: There was no significant association between TLR-7 expression and HBV DNA in the placenta and cord blood, but we found a significant association between TLR-7 expression and maternal HBV DNA. Key word: toll-like receptor (TLR) 7, HBV DNA, umbilical cord, placental, Hepatitis B, intrauterine infection
{"title":"Relationship of Placental TLR-7 Expression with Cord Blood HBV DNA and Placental HBV DNA","authors":"Naeny Fajriah, M. Chalid, Lenny Lisal, E. Lukas, St. Nur Asni, R. Masadah","doi":"10.24198/obgynia.v4n2.289","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia.v4n2.289","url":null,"abstract":"Abstract Objective: To determine the role of TLR-7 expression on intrauterine vertical transmission in pregnancy through identification of serum hepatitis B markers in both maternal and umbilical cord blood. Method: Analysis of TLR expression was performed on 38 paraffin block samples of placental tissue acquired from mothers with HBV using TLR immunohistochemical staining. Result: 16 of 38 samples were acquired from mothers aged 26-30 years old. Most of the samples were from primiparous mothers (52.6%). This study found no significant association between TLR-7 expression and HBV DNA in the placenta and cord blood (p=1.000). However, we found a significant association between placental TLR-7 expression and maternal HBV DNA (p=0.034). Meanwhile, placental HBeAg and HBV DNA were not associated with placental TLR-7 expression (p=0.082; p = 1.000). Conclusion: There was no significant association between TLR-7 expression and HBV DNA in the placenta and cord blood, but we found a significant association between TLR-7 expression and maternal HBV DNA. Key word: toll-like receptor (TLR) 7, HBV DNA, umbilical cord, placental, Hepatitis B, intrauterine infection","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130898905","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-29DOI: 10.24198/obgynia/v4n2.285
Nur Amin Wahidji, Syahrul Rauf, N. Abidin
Tujuan : Membandingkan kadar antioksidan total pada penderita kanker serviks stadium lanjut sebelum dan setelah kemoterapi. Metode : Merupakan penelitian studi kohort prospektif yang dilakukan di Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Perawatan onkologi-ginekologi Lontara 4 bawah dan Unit Penelitian Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Universitas Hasanuddin. dari perode tanggal 1 Oktober 2019–30 September 2020. Sampel penelitian adalah semua penderita kanker serviks stadium lanjut yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang diambil adalah data primer menggunakan questionnaire serta pemeriksaan kadar Anti Oksidan Total dengan metode ELISA. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 25.0, Microsoft Excel dan Microsoft Word. Hasil : Terdapat 34 orang sampel penelitian menderita kanker serviks stadium lanjut yang mendapatkan kemoterapi 3 seri. Stadium 2B memiliki perbedaan rerata antioksidan yang signifikan secara statistik. Tipe adenokarsinoma, jenis diferensiasi kategori sedang dan kategori tidak ada keterangan memiliki perbedaan kadar antioksidan yang signifikan secara statistik. Terdapat perbedaan rerata kadar antioksidan total antara sebelum dan sesudah dilakukan kemoterapi dengan p<0,05. Kesimpulan : Terdapat penurunan bermakna kadar antioksidan total sebagai penanda stres oksidatif pada pasien kanker serviks stadium lanjut yang menjalani prosedur kemoterapi. Comparison Total Antioxidant Levels in Patients with Advanced Cervical Cancer Prior and Post-Chemotherapy Abstract Purpose : Comparing total antioxidant levels in patients with advanced cervical cancer prior and post-chemotherapy. Method : This is a prospective cohort study underwent at the Public Service Agency of Wahidin Sudirohusodo Hospital, Lontara 4 Bawah oncology-gynecology care and Research Unit of State University Hospital, Hasanuddin University from October 1st, 2019 to September 30th, 2020. The study sample being used was all patients with advanced cervical cancer who met the inclusion criteria. The data extracted were primary data using a questionnaire, as well as the examination of Total Anti-Oxidant levels using the ELISA method. The data obtained were analyzed further using a computer program SPSS 25.0, Microsoft Excel, and Microsoft Word. Outcome : Approximately 34 study samples were suffering from advanced cervical cancer who undergone 3 series of chemotherapy. Stage 2B revealed a statistically significant difference in antioxidant level. The type of adenocarcinoma, the type of the moderate category differentiation, and the no description category had statistically significant differences in antioxidant levels. It was identified that there was a difference in the mean total antioxidant level between prior and post-chemotherapy with p < 0.05. Conclusion : There was a significant decline in the total antioxidant levels to indicate a sign of oxidative stress in advanced cervical cancer patients who are undergoing chemotherapy proc
{"title":"Perbandingan Kadar Antioksi dan Total pada Kanker Serviks Stadium Lanjut Sebelum dan Setelah Kemoterapi","authors":"Nur Amin Wahidji, Syahrul Rauf, N. Abidin","doi":"10.24198/obgynia/v4n2.285","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia/v4n2.285","url":null,"abstract":"Tujuan : Membandingkan kadar antioksidan total pada penderita kanker serviks stadium lanjut sebelum dan setelah kemoterapi. Metode : Merupakan penelitian studi kohort prospektif yang dilakukan di Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Perawatan onkologi-ginekologi Lontara 4 bawah dan Unit Penelitian Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Universitas Hasanuddin. dari perode tanggal 1 Oktober 2019–30 September 2020. Sampel penelitian adalah semua penderita kanker serviks stadium lanjut yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang diambil adalah data primer menggunakan questionnaire serta pemeriksaan kadar Anti Oksidan Total dengan metode ELISA. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 25.0, Microsoft Excel dan Microsoft Word. Hasil : Terdapat 34 orang sampel penelitian menderita kanker serviks stadium lanjut yang mendapatkan kemoterapi 3 seri. Stadium 2B memiliki perbedaan rerata antioksidan yang signifikan secara statistik. Tipe adenokarsinoma, jenis diferensiasi kategori sedang dan kategori tidak ada keterangan memiliki perbedaan kadar antioksidan yang signifikan secara statistik. Terdapat perbedaan rerata kadar antioksidan total antara sebelum dan sesudah dilakukan kemoterapi dengan p<0,05. Kesimpulan : Terdapat penurunan bermakna kadar antioksidan total sebagai penanda stres oksidatif pada pasien kanker serviks stadium lanjut yang menjalani prosedur kemoterapi. Comparison Total Antioxidant Levels in Patients with Advanced Cervical Cancer Prior and Post-Chemotherapy Abstract Purpose : Comparing total antioxidant levels in patients with advanced cervical cancer prior and post-chemotherapy. Method : This is a prospective cohort study underwent at the Public Service Agency of Wahidin Sudirohusodo Hospital, Lontara 4 Bawah oncology-gynecology care and Research Unit of State University Hospital, Hasanuddin University from October 1st, 2019 to September 30th, 2020. The study sample being used was all patients with advanced cervical cancer who met the inclusion criteria. The data extracted were primary data using a questionnaire, as well as the examination of Total Anti-Oxidant levels using the ELISA method. The data obtained were analyzed further using a computer program SPSS 25.0, Microsoft Excel, and Microsoft Word. Outcome : Approximately 34 study samples were suffering from advanced cervical cancer who undergone 3 series of chemotherapy. Stage 2B revealed a statistically significant difference in antioxidant level. The type of adenocarcinoma, the type of the moderate category differentiation, and the no description category had statistically significant differences in antioxidant levels. It was identified that there was a difference in the mean total antioxidant level between prior and post-chemotherapy with p < 0.05. Conclusion : There was a significant decline in the total antioxidant levels to indicate a sign of oxidative stress in advanced cervical cancer patients who are undergoing chemotherapy proc","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"120952614","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-09-29DOI: 10.24198/obgynia/v4n2.243
D. Defrin, Calvindra Leenesa, Marcella Marcella
Abstract Objective: To report a rare fetal abnormalities case Method: Case report Case: Reported case of a 37-year-old patient came to the emergency room at RSIA Siti Hawa Padang with complaints of inpartu signs in the last 8 hours before entering the hospital. After the examination, the diagnosis was G3P2A0L3 35-36 weeks of preterm parturient active phase of first stage + twice previous CS + breech presentation. Then, the patient was planned for an emergency CS at 07.50 am. Born babies with genitalia form was not identified, BW: 2030 grams, BH: 30 cm, Scoring Apgar: 3/5, there are congenital abnormalities in the lower extremity of the baby like mermaid form. After observing the baby’s room, the baby was declared dead at 09.50 am. Conclusion: Sirenomelia is a rare congenital defect that has a fatal impact, characterized by varying degrees of fusion in the lower limbs, thoracolumbar spinal anomalies, sacrococcygeal agenesis, genitourinary and anorectal atresia. Because of the poor prognosis, management of sirenomelia will be very difficult with unexpected results. Key words : Fetal abnormalities, Sirenomelia, Mermaid syndrome.
{"title":"Sirenomelia (Mermaid Syndrome)","authors":"D. Defrin, Calvindra Leenesa, Marcella Marcella","doi":"10.24198/obgynia/v4n2.243","DOIUrl":"https://doi.org/10.24198/obgynia/v4n2.243","url":null,"abstract":"Abstract Objective: To report a rare fetal abnormalities case Method: Case report Case: Reported case of a 37-year-old patient came to the emergency room at RSIA Siti Hawa Padang with complaints of inpartu signs in the last 8 hours before entering the hospital. After the examination, the diagnosis was G3P2A0L3 35-36 weeks of preterm parturient active phase of first stage + twice previous CS + breech presentation. Then, the patient was planned for an emergency CS at 07.50 am. Born babies with genitalia form was not identified, BW: 2030 grams, BH: 30 cm, Scoring Apgar: 3/5, there are congenital abnormalities in the lower extremity of the baby like mermaid form. After observing the baby’s room, the baby was declared dead at 09.50 am. Conclusion: Sirenomelia is a rare congenital defect that has a fatal impact, characterized by varying degrees of fusion in the lower limbs, thoracolumbar spinal anomalies, sacrococcygeal agenesis, genitourinary and anorectal atresia. Because of the poor prognosis, management of sirenomelia will be very difficult with unexpected results. Key words : Fetal abnormalities, Sirenomelia, Mermaid syndrome.","PeriodicalId":210732,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127610564","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}